22
Tabel 3.
Tabel . Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Maros Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008
No. Lapangan Usaha
2003 2004
2005 2006
2007 2008
1. Pertanian
44.43 43.11
41.53 40.34
39.8 37.79 2.
Pertambangan Penggalian 1.61
1.66 1.61
1.59 1.59 1.49
3. Industri Pengolahan
20.22 20.6
21.2 21.01
20.92 20.50 4.
Listrik, Gas dan Air 1.01
1.03 1.05
1.02 0.97 0.90
5. Bangunan
1.51 1.53
1.53 1.52
1.54 1.51 6.
Perdagangan, Hotel Restoran 7.93
8.03 8.27
8.11 7.91 7.92
7. Angkutan dan Komunikasi
5.21 5.32
5.28 5.2
5.11 5.03 8.
Keu, Persew. J. Perusahaan 5.21
6 5.92
5.93 6.3 6.11
9. Jasa-jasa
12.87 12.73
13.62 15.28
15.85 18.74 Jumlah
100 100
100 100
100 100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros 2010
2.3. Sosial Budaya 2.3.1. Penduduk
Jumlah Penduduk di Kabupaten maros berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah 318.238 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
155.761 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 162.477 jiwa. Sex ratio
95,87 yang artinya di antara 100 penduduk wanita terdapat sekitar 95 penduduk laki laki. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Turikale
12,89, Kecamatan Mandai 10,99 dan Bantimurung 8,74. Rata-rata Kepadatan penduduk adalah 196 jiwakm2. dengan kepadatan tertinggi di
Kecamatan Turikale yaitu 1.371 jiwakm2 dan terendah di Kecamatan Mallawa yaitu 45 jiwakm2.
23
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Maros Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010
No. Kecamatan Jumlah Penduduk
Luas Km2 Kepadatan
1. Mandai
34.973 49.11 712
2. Moncongloe
16.972 46.87 362
3. Maros Baru
23.840 53.76 443
4. Marusu
25.188 73.83 341
5. Turikale
41.038 29.93 1.371
6. Lau
24.208 53.73 451
7. Bontoa
26.550 93.52 284
8. Bantimurung
27.817 173.70 160
9. Simbang
22.001 105.31 209
10. Tanralili 25.101 89.45
281 11. Tompo Bulu
13.671 287.66 48
12. Camba 12.523 145.36
86 13. Cenrana
13.664 180.97 76
14. Mallawa 10.692 235.92
45 Jumlahtotal
318.238 1,619.12 196
Sumber: BPS Kab. Maros 2010 Sebagian besar penduduk Kabupaten Maros beragama Islam dengan
jumlah 312.866 jiwa 98,31 sedangkan penduduk yang beragama Kristen Protestan adalah 4.678 orang 1,47, beragam Katolik 568 orang 0,18,
sementara yang beragama Hindu ada 65 0,02 orang dan Budha ada 61 orang 0,02.
2.4. Sarana Prasarana
Kabupaten Maros sebagai pusat pelayanan transportasi udara internasional di kawasan timur Indonesia, yakni Bandara Udara Sultan Sultan
Hasanuddin. Bandar udara ini terletak di Kecamatan Mandai dan merupakan pintu gerbang Sulawesi Selatan dan KTI yang mengindikasikan bahwa
Kabupaten Maros adalah gerbang utama pembangunan regional dan nasional. Kabupaten Maros sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tempur TNI-AD
Kostrad. Lokasi kegiatan ini pada tiga tempat, yakni Sambueja Kecamatan Simbang, dan Kariango Kecamatan Tanralili. Di samping itu, Kecamatan Mandai
merupakan daerah pangkalan udara TNI Angkatan Udara yang menyatu dengan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.
24 Kabupaten Maros sebagai pusat Penelitian Pertanian, yakni Balai
Penelitian Tanaman Sereal , Balai Penelitian Tanah dan Balai Veternier yang berlokasi di Kecamatan Lau. Balai penelitian ini melakukan serangkaian
penelitian untuk menghasilkan inovasi teknologi pertanian sekaligus mendiseminasikan secara terarah guna mendukung upaya peningkatan
produksi pertanian sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Maros sebagai Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan, yakni dengan adanya Balai riset perikanan budidaya air payau BRPAP tentang
potensi kelautan dan perikanan. Wilayah Kabupaten Maros sebagai daerah pesisir dengan kontribusi pada sektor perikanan di Sulawesi Selatan cukup
besar, terutama dalam memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Di samping itu, kegiatan perikanan yang
diusahakan dan dikembangkan oleh masyarakat berupa perikanan budidaya air payau mencapai luas tambak 9.461,53 Ha.
Kabupaten Maros merupakan bagian Wilayah Pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Wilayah Kecamatan yang masuk dalam
pengembangan ini adalah Kecamatan Mandai, Moncongloe, Tompobulu, Marusu, Turikale, Tanralili, Lau, Maros Baru, Simbang, Bantimurung dan
Bontoa. Dari luas wilayah pengembangan Kawasan Mamminasata sebesar 2.462 Km
2
, wilayah Kabupaten Maros yang menjadi bagian kawasan pengembangan tersebut adalah 1.039 Km
2
atau 42,20 . 2.4.1. Sarana Pendidikan
Jumlah siswa dan guru menunjukkan perkembangan yang makin bertambah, sedangkan rasio siswa terhadap sekolah dan rasio guru terhadap
siswa makin membaik pada semua jenjang pendidikan. Namun, pemerataan penempatan guru masih perlu ditingkatkan utamanya pada lokasi-lokasi yang
jauh dan terpencil Pelaksanaan program pembangunan di berbagai sektor yang makin
meningkat di Kabupaten Maros telah memberikan dampak positif terhadap kemajuan pendidikan, yang ditunjukkan makin kondusifnya suasana belajar di
berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pelayanan pendidikan sudah relatif merata dan bahkan sudah menjangkau daerah terpencil dan perbatasan aspek
geografis.
25 Anak-anak dari keluarga miskin pada usia sekolah 7
–12 tahun sudah banyak yang bersekolah. Meningkatnya pelayanan pendidikan ditunjukkan oleh
angka partisipasi kasar APK atau rasio siswa menurut jenjang pendidikan SD Sekolah Dasar, SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan SLTA Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas terhadap jumlah penduduk kelompok usia 7-12 Tahun, 13
– 15 tahun dan 15 – 18 tahun yaitu mencapai sekitar 15 persen, 50 persen dan 30 persen. Jumlah penduduk yang buta huruf telah berhasil diturunkan
menjadi sekitar 15 persen.
Tabel 5. Banyaknya sekolah di Kabupaten Maros Tahun 2010
Sekolah Negeri
Swasta TK
SD SLTP
SLTA PT
1 244
31 15
- 95
10 21
20 4
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Maros.
Tabel 6. Banyaknya Madrasah di Kabupaten Maros Tahun 2010
Sekolah Negeri
Swasta RA
MI MTs
MA -
1 2
- 20
20 28
21 Sumber data: Kementerian Agama, Kantor Departemen Agama Kab. Maros
26
Tabel 7. Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kab. Maros tahun 2008
Sumber data: BPS,tahun 2009
2.4.2. Sarana Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Maros yang telah dilaksanakan pada dewasa ini telah memperlihatkan keberhasilan dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini dapat diamati dari terjadinya perbaikan beberapa indikator derajat kesehatan, antara lain:
Menurunnya angka kematian bayi AKB, angka kematian balita AKABA, angka kematian ibu AKI, meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka kesakitan
berbagai penyakit menular. Sejalan dengan membaiknya beberapa indikator derajat kesehatan tersebut, telah terjadi peningkatan angka harapan hidup AHH
di Kabupaten Maros yaitu mencapai 68,3 Tahun. No
URAIAN
TAMAN KANAK-KANAK
SEKOLAH DASAR
SMP SMASMK
JUMLAH
1. Guru
350 1772
1187 696
4005 2.
Ruang kelas berkondisi baik.
7 1166
418 260
1851 3.
Perpustakaan 43
25 13
81 4.
Laboratorium IPA 2
3 5
5. Laboratorium Bahasa
25 13
38 6.
Laboratorium Fisika 25
13 38
7. Laboratorium Kimia
25 13
38 8.
Laboratoium Biologi 25
13 38
9. Ruang multimedia.
2 3
5 10. Bengkel
kerjaLab.saints 10
10 11. Buku
87 4545
4792 2145
11569
JUMLAH 444
7526 6526
3182 17678
27
Tabel.8 Angka kematian Bayi dan Balita di Kab.Maros tahun 2009
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab.Maros.
Tabel.9 Angka kematian ibu Maternal di Kab.Maros tahun 2009
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab.Maros No.
KECAMATAN PUSKESMAS
KEMATIAN BAYI AKB
KEMATIAN BALITA AKABA
JUMLAH
1. Mandai
Hasanuddin 2
2. Moncongloe
Moncongloe 5
3. Maros Baru
Mattirotasi 1
4. Lau
Barandasi 2
5. Marusu
Marusu 1
6. Turikale
Alliritengngae 6
3 7.
Bontoa Tunikamaseang
4 8.
Bantimurung. Bantimurung
3 1
9. Simbang.
Simbang 1
2 10.
Tanralili. Carangki
12 1
11. Tompobulu.
Tompobulu 3
12. Camba.
Camba 2
13. Cenrana.
Cenrana 14.
Mallawa. Ladange
1
JUMLAH 43
7
No. KECAMATAN
KEMATIAN IBU HAMIL
KEMATIAN IBU BERSALIN
KEMATIAN IBU NIFAS
JUMLAH 1.
Mandai 1
1 2.
Moncongloe 2
2 3.
Maros Baru 4.
Lau 2
2 5.
Marusu 1
1 6.
Turikale 2
2 7.
Bontoa 1
1 8.
Bantimurung. 1
2 3
9. Simbang.
10. Tanralili.
2 1
3 11.
Tompobulu. 12.
Camba. 1
1 13.
Cenrana. 2
2 14.
Mallawa. 1
1
JUMLAH 3
16 19
28 Berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang dilaksanakan
pemerintah pusat dan daerah bersama-sama masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor pembangunan lain di luar sektor kesehatan, misalnya
faktor ketersediaan air bersih dan lingkungan pemukiman yang sehat, kemiskinan dan kecukupan pangan di tingkat rumah tangga, oleh karena itu dalam pemecahan
masalah kesehatan diperlukan kerjasama lintas sektoral yang efektif. Pembangunan kesehatan yang dilakukan selama ini telah berhasil
menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan secara merata ke seluruh KecamatanDesaKelurahan. Tiga rumah sakit terdapat di Kota Maros, 14
Puskesmas di 14 Kecamatan, dan 39 Puskesmas Pembantu tersebar di 14 kecamatan, Polindes 2 buah, Posyandu 392. Untuk mendukung kegiatan pelayanan
kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor penting. di Kabupten Maros dewasa ini tersedia 24 dokter, 12 apoteker, 19 sarjana kesehatan
masyarakat, 182 perawat, 16 bidan, 7 ahli gizi dan 27 teknisi medik serta 3 orang tenaga sanitasi. Jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan tersebut makin
membaik.
29
Tabel.10 Jumlah sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Maros Tahun 2009
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab.Maros
Selain keberhasilan tersebut diatas juga masih terdapat beberapa
permasalahan yang di hadapi dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Maros antara lain:
1. Masih kurang optimalnya pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat
karena keterbatasan anggaran Jamkesda baik untuk jasa tindakan medis maupun pengadaan obat-obatan.
2. Rendahnya tarif biaya pengobatan dan biaya jasa medik petugas
kesehatan di sarana puskesmas dan jaringannya. Berdasarkan perda tarif tahun 2002 jasa medik petugas bidan sebesar Rp.43.000,-
No FASILITAS KESEHATAN
PEM.KAB. MAROS
TNIPOLRI SWASTA
JUMLAH
1. Rumah sakit umum
1 1
2. Rumah sakit jiwa
3. Rumah sakit bersalin
4. Rumah sakit lainnya
1 1
5. Puskesmas perawatan
6 6
6. Puskesmas non pera -
8 8
Watan. 7.
Puskesmas keliling 14
14 8.
Puskesmas pembantu 34
34 9.
Rumah bersalin 2
2 10. Balai pengobatankli-
3 3
nik. 11. Praktik dokter perora-
107 107
ngan. 12. Polindes
5 5
13. Poskesdes 56
56 14. Posyandu
392 392
15. Apotek. 20
20 16. Toko obat.
18 18
17. GFK 1
1
30 persalinan, sedangkan tarif pengobatan sebesar Rp.3.000,-pasien
Rp.2000,- untuk jasa dan Rp.1.000,- untuk jasa medis. 3.
Masih kurangnya akses keterjangkauan pelayanan kesehatan. 4.
Kurang optimalnya kualitas pelayanan di Puskesmas yang disebabkan belum adanya satu regulasi yang dijadikan standar pelayanan yang
benar dan tepat, masih kurangnya pengetahuan petugas akan standar pelayanan mutu yang disebabkan oleh belum di Implementasikannya
sistem manajemen mutu di puskesmas dengan standar baku. 5.
Jumlah tenaga dokter untuk pelayanan luar gedung masih sangat terbatas.
2.5. Pemerintahan Umum