Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Tekstil Di BEI

(1)

PERUSAHAAN TEKSTIL

(

Study Kasus Pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar Pada di- BEI

periode 2007 - 2010

)

EFFECT LIQUIDITY RACTIVITY RATIO , RATIO

OF ACTIVITIES, AND SOLVENCY OF RATIO

PROFITABILITY IN

THE TEXTILE COMPANY BEI"

(Case Study In Textile Company is Registered In-Stock

Exchange in the period 2007 to 2010)

Proposal Usualan Penelitian diajukan untuk memenuhi syarat skripsi

disusun:

Nama : Dennis Graha NIM : 21208145

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

DENNIS GRAHA, “The Effect of Liquidity Ratios, Activity Ratios, Proftitability and Solvency of Textile Company, (Case Study of Textile Companies Listed on the Stock Exchange Period 2007-2010), under the guidance of Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si.,

In the present study was undertaken to examine the effect of variable liquidity ratio (Current Ratio), the ratio of the activity (Working Capital Turnover), solvency (Debt to Equity Ratio), on profitability (Return on Equity).

In this study the criteria used sampling techniques : ea manufacturing company listed on the Stock Exchange which is always present financial year ending 31 December during the observation period ( 2007-2010), both located in ICMD and annual report, the financial statements include the financial ratios that will studied include CR, WCT, DER and ROE. Retrieved Sempel number as many as 8 companies from 17 companies during the observation period of 4 years in various industry sectors. Analysis technique used is multiple regression analysis and hypothesis testing using t.

Effect in liquidity (CR) has a very weak relationship that is equal to -1,92% with profitability (ROE) while the activity ratio (WCT) has a relationship which is the amount of 1.46% with profitability, and solvency (DER) has a very high namely sebesar 70.44% with profitability (ROE).

Key words : Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Debt to Equity Ratio (DER) and the return on Equity (ROE).


(3)

DENNIS GRAHA, “Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Aktivitas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Perusahaan Tekstil (Studi Kasus Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2010), dibawah bimbingan Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si.,

Dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variable rasio likuiditas (Current Ratio), rasio aktivitas (Working Capital Turnover), solvabilitas (Debt to Equity Ratio), terhadap profitabilitas (Return on Equity).

Dalam penelitian ini digunakan teknik sampling dengan kriteria : Perusahaan manufaktur yang listed di BEI yang selalu menyajikan laporan keuangan tahun buku berakhir 31 Desember selama periode pengamatan (2007-2010) baik terdapat di ICMD dan annual report, dalam laporan keuangan mencantumkan nilai rasio keuangan yang akan diteliti meliputi CR, WCT, DER dan ROE. Diperoleh jumlah sampel sebanyak 8 perusahaan dari 17 perusahaan selama periode pengamatan 4 tahun pada sektor aneka industri. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t.

Berpengaruh terhadap likuiditas (CR) memiliki hubungan yang sangat lemah yaitu sebesar -1,92% dengan profitabilitas (ROE) sedangkan rasio aktivitas (WCT) memiliki hubungan yang sedang yaitu sebesar 1,46% dengan profitabilitas dan solvabilitas (DER) memiliki hubungan yang sangat tinggi yaitu sebesar 70,44% dengan profitabilitas (ROE).

Kata kunci : Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Equity (ROE).


(4)

iv

Puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “ANALISIS RASIO LIQUIDITAS,

RASIO AKTIVITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL” (Study Kasus Pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar Pada di- BEI periode 2007 - 2010). Sebagai salah satu syarat untuk skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Dibawah bimbingan Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati, Dra.,M.Si

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, nasehat, dan do’a dari berbagai pihak selama proses penyusunan proposal penelitian ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati, Dra.,M.Si selaku dekan fakultas Ekonomi dan pembimbing yang telah memberikan arahan dari awal hingga akhir penulisan proposal penelitian ini.

2. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si selaku ketua program studi manajemen yang telah memberikan arahan dari awal hingga akhir penulisan proposal penelitian ini.


(5)

v

Fakultas Ekonomi Univesitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Windi Novianti SE., MM yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga proposal ini selesai.

5. Keluarga penulis tercinta, yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, dan do’a kepada penulis.

6. Teman-teman Manajemen 3 dan Manajemen 4, seluruh teman-teman manajemen angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu per satu yang telah membantu penulis menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasan. Namun, penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat ikut memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bandung, April 2012 Penulis,


(6)

iii

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah………... 6

1.2.1 Identifikasi Masalah... 6

1.2.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...…………... 8

1.3.1 Maksud Penelitian... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian...………... 9


(7)

iv

1.5 Batasan masalah... 9

1.5 Lokasi dan Waktu...…………... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka………... 12

2.1.1 Analisis Rasio Keuangan...…….…... 12

2.1.1.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan...….…... 12

2.1.1.2. Fungsi Analisis Rasio Keuangan...……... 13

2.1.1.3. Klasifikasi Rasio Keuangan...…….…... 13

2.1.1.4. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan...……... 15

2.1.1.5. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan...……... 16

2.1.1.6. Jenis-jenis Rasio Keuangan...…….…... 17

2.1.2. Likuiditas....………... 19

2.1.3. Rasio Aktifitas (Activity Rasios)... 20


(8)

v

2.1.5. Profitabilitas ... 26

2.1.5.1. Pengertian Profitabilitas... 28

2.1.5.2. Rasio Profitabilitas... 29

2.2 Kerangka Pemikiran... 33

2.2.1. Hubungan antara Liquiditas (Current Rasio) dengan profitabilitas………... 35

2.2.2. Hubungan antara Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Rasion) terhadap Profitabilitas………... 36

2.2.3. Hubungan antara solvabilitas terhadap Profitabilitas………... 37


(9)

vi

3.1 Objek Penelitian... 42

3.2 Metode Penelitian... 42

3.2.1 Desain Penelitian... 45

3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 46

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data... 51

3.2.3.1 Sumber Data... 51

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data... 52

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 55

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis... 58

3.2.5.1 Rancangan Analisis... 58


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam menjalankan kegiatan usahanya suatu perusahaan tidak lepas dengan kegiatan serta fungsi manajemen. manajemen merupakan dasar dari operasional perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh keunggulan dari kegiatan yang dilakukan. Dalam persaingan dalam dunia usaha perusahaan harus bisa bertahan dan tetap memiliki keuanggulan.

Setiap kegiatan perusahaan meliputi beberapa fungsi untuk operasional perusahaan tersebut, fungsi-fungsi tersebut di bidang keuangan, pemasaran, produksi dan sumber daya manusia agar mencapai suatu manajemen yang baik dan hasil yang memiliki keunggulan sehingga mampu bersaing dalam dunia usaha.

Masing-masing fungsi tersebut harus mampu memberikan informasi yang tepat untuk kemajuan perusahaan, yang mana saat ini persaingannya sangatlah ketat. Informasi dari masing -masing fungsi tersebut akan menjadi satu kesatuan dalam pengambilan sebuah keputusan didalam perusahaan tersebut sehingga Perusahaan akan mencapai tujuan dan mampu bersaing.

Perusahaan dalam mencapai tujuannya harus selalu memperhatikan perkembangan di setiap periodenya sehingga bisa terlihat kemajuan dari kinerja perusahaan tersebut. Kegiatan perusahaan tidak bisa lepas dari manajemen keuangan yang memberikan penilain untuk perusahaan.

Dalam kegiatan operasional perusahaan keuangan selalu melakukan pencatat secara rutin dan kontinyu. Dalam pencatat keuangan yang lazim di sebut akuntasi


(11)

didalammnya terdapat pencatatan besarnya modal, asset yang yang dimiliki perusahaan, besarnya kewajiban yang harus di bayarkan, pendapat dari usaha, biaya-biaya yang ada yang bisa dilihat dalam neraca perusahaan, Rugi laba perusahaan serta terdapat pula aliran kas perusahaan.

Laporan akuntasi yang dinyatakan dalam neraca menggambarkan berapa banyak kas yang dimiliki perusahaan, harta atau aset yang dimiliki oleh perusahaan, kewajiban yang harus dibayarkan, serta modal yang dimiliki. Sedangkan dalam rugi laba bisa diketahui berapa besarnya pendapat dari perusahaan, Biaya yang timbul atas operasional perusahaan dan besarnya keuntungan atau laba dari perusahaan pada periode tertentu.

Namun laporan neraca dan rugi laba tersebut belumlah cukup jelas untuk mengetahui perkembangan perusahaan yang telah dicapai, kinerja perusahaan dan investasi yang butuhkan di masa yang akan datang, serta beberapa keputusan yang harus diambil oleh manajemen perusahaan agar bisa meningkatkan kemajuan perusahaan dan langkah yang perlu diambil.

Untuk bisa mengetahui kinerja perusahaan dibutukan analisa keuagan dengan perbandingan atau rasio. Setiap rasio akan dilihat dari setiap item dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban lancarnya maka bisa dilihat dari likuiditas rasio, dimana dalam likuditas rasio ini akan di bandingkan antara kewajiban yang ada dengan kas yang ada, dari likuiditas ini maka pihak manajemen bisa memberikan keputusan masalah kas dan kewajiban jangka pendek, kas dan kewajiban jangka pendek itu bisa terlihat dalam laporan neraca perusahaan. Likuiditas bisa dilihat dari rasio Lancar (current ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), dari rasio ini bisa diketahui kinerja perusahaan dan kemajuannya di setiap tahunnya.


(12)

Selain dari likuiditas, untuk mengetahui kenerja perusahaan bisa dilihat juga dari laporan rugi laba perusahaan dan neraca perusahaan yang mana akan menbandingkan antara besarnya pendapatan bersih yang tercermin didalam laporan rugi laba perusahaan dengan pengurangan dari harta lancar dengan hutang lancar yang mana perbandingan ini disebut dengan rasio perputaran modan kerja ( Working capital turnover) dimana semakin tinggi perputaran modal kerja maka semakin baik. Dengan adanya ratio perputaran modal kerja (working capital turnover) akan membantu management perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai besarnya modal kerja perusahaan.

Untuk mengatahui besarnya pendapatan dari operasional perusahan bisa dilihat dari hasil atau keuntungan yang di dapat dari perusahaan. Besarnya keuntungan ini bisa dilihat dari laporan rugi laba perusahaan. Sedangkan untuk menilainya bisa dengan profitabilitas dengan membandingkan laba bersih setelah pajang dengan modal sendiri yang mana perbandingan ini disebut juga tingkat pengembalian modal sendiri ( Return on Equity).

Perusahaan untuk berkembangkan dan mengetahui perkembangannya selalu membutuhkan penilaian yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan pada periode tertentu sedangkan untuk mengetahui perkembangnya perlu analisa dari beberapa komponen keuangan dan perbandingan sehingga bisa mendapatkan analisa yang akurat dalam pengambilan keputusan manajemen dan mengetahui kinerja perusahaan itu sendiri.

Tabel 1.1

Data perusahaan CR, WCT, DER, dan ROE

Rata-rata 2007 2008 2009 2010

CR (%) 124.3 95.5 103.6 114.3


(13)

DER (%) -33.5 164.5 109.7 103.8

ROE (%) 23.2 -2.6 5.7 9.2

Data yang sudah diolah oleh penulis

Dari data diatas dapat dilihat likuiditas pada tahun 2007 – 2008 mengalami penurunan 28.8% ini menandakan baik bagi perusahaan tetapi pada tahun 2008 – 2009 mengalami kenaikan sekitar 81% ini menandakkan buruk bagi perusahaan karena perusahaan kelebihan modal kerja. Semakin kecil angka rasio likuiditas akan semakin baik bagi perusahaan karena perusahaan mampu mengelolah modal kerja dengan baik dan akan memperoleh keutungan.

Pada perputaran modal diatas (WTC) pada tahun 2007 – 2008 mengalami penurunan yang amat singnifikan yaitu sebesar 1.57x hal ini menunjukkan bahwa perusahaan terlalu banyak biaya untuk mendanai biaya penjualan atau proyek yang dikerjakan. Sedangkan tahun 2008 – 2009 mengalami kenaikan sekitar 60.44x ini sangat menguntung perusahaan karena sedikit biaya penjulan. Tetapi pada 2010 menurun sekitar 40.2x.

Bila dilihat DER nya mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. Hal ini berarti apabila DER semakin rendah maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi DER maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba semakin rendah.

Sedangkan rata-rata ROE setiap tahunnya menunjukkan trend yang mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun walaupun kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki.


(14)

Keberhasilan kinerja keuangan sutau perusahaan dapat dilihat dari ROE yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Selama ini telah banyak penelitian tentang ROE, karena ROE merupakan hal yang penting dan diperhatikan banyak pihak baik itu investor dan kreditur, yang mempengaruhi ROE dalam menginvestasikan modalnya. Dengan menggunakan berbagai rasio keuangan dapat diketahui berhasil tidaknya suatu perusahaan. Keberhasilan kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari ROE.

Dari analisa tersebut diatas maka dapatlah di lihat kinerja keuangan perusahaan dan pihak manajemen perusahaan bisa mengambil suatu kebijakan atau keputusan keuangan agar perusahaan bisa terus meningkatkan keuntungan dan kinerjanya dari satu periode ke periode berikutnya menjadi lebih baik dan menjadi perusahaan yang unggul dan bertahan dalam persaingan usaha yang semakin keras. Maka dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO AKTIVITAS , DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL YANG TEDAFTAR PADA BEI” (Study Kasus Pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar Pada di- BEI periode 2007 - 2010).

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Suatu usaha selalu memiliki tujuan untuk meningkatkan keuntungan atau kemajuan dari perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan haruslah memiliki kinerja yang baik dalam masalah keungan untuk mencapi tujuannya. Kinerja perusahaan bisa dilihat dari beberapa pencapaian yang dilihat dari perbandingan atau rasio yang telah dicapai oleh perusahaan berdasarkan laporan neraca dan rugi laba perusahaan. Dari latar belakang dapat dilihat rata-rata ROE setiap tahunnya menunjukkan trend yang mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak stabil pada


(15)

tahun 2007 -2010.Dari data diatas terdapat penurunan kinerja perusahaan yang amat signifikan. Dan data yang telah dilakukan dirata-rata pada tahun 2010 WCT mengalami penurunan 4894,3% akan tetatapi ROE mengalami kenaikan 3,5%.

1.2.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan rasio liquiditas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

2. Bagimana perkembangan solvabilita pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

3. Bagimana perkembangan rasio aktivitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

4. Bagaimana perkembangan profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

5. Seberapa jauh pengaruh rasio likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

6. Seberapa jauh pengaruh rasio aktivitas terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

7. Seberapa jauh pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

1.3. Maksud dan tujuan penelitian


(16)

Dengan adanya keputusan yang tepat dan rasio yang baik dalam laporan keuangan perusahaan maka dapat memberikan gambaran kondisi perusahaan.

Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui informasi dan pengaruh liquiditas, rasio aktivitas, dan solvabilitas terhdap profitabilitas pada perusahan textil yang terdafar pada bursa efek tahun 2007 - 2010.

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perkembangan rasio liquiditas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

2. Mengetahui perkembangan solvabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

3. Mengetahui pekembangan rasio aktivitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

4. Mengetahui perkembangan profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010.

5. Mengetahui besar pengaruh rasio likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar diBEI periode 2007-2010.

6. Mengetahui besar pengaruh rasio aktivitas terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar diBEI periode 2007-2010.

7. Mengetahui besar pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar diBEI periode 2007-2010.

1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan Pratis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk :


(17)

1. Bagi manajemen terutama dalam mengambil keputusan investasi perusahaan dengan menggunakan modal sendirinya dalam rangka pengembangan usahanya.

2. Bagi para pemakai laporan keuangan (para pemegang saham atau investor) dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka menilai kinerja perusahaan melalui efisiensi dari modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan, karena semakin besar ROE akan menarik minat investor maupun kreditor dalam melakukan investasi.

3. penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pemegang saham (terutama institusional investor) dalam rangka memonitor kebijakan yang diambil oleh manajemen dalam penentuan kebijakan perusahaan terhadap hak pemegang saham yang akan diterima berdasarkan tingakat Return on Equity yang dihasilkan oleh perusahaan.

1.4.2. kegunaan akademis

1. Pembaca

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan. 2. Bagi peneliti lain

Memberikan informasi yang berguna untuk pengembangan penelitian terutama dalam hal pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas dan solvabilitas terhadap profitabilitas.

1.5. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang terpapar diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatas waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlunya memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan batas – batasan masalah agar tidak melebar , yaitu :


(18)

Rasio liquiditas yaitu Current Rasio. Rasio aktivitas yaitu WCT.

Rasio solvabilitas yaitu DER. Rasio profitabilitas yaitu ROE.

1.6. Lokasi dan Waktu

Lokasi yang menjadi sumber dari penelitian ini selain dari literatus juga dari perusahan tekstil yang terdafar pada bursa efek tahun 2007 – 2010 (WWW.idx.co.id).

Tabel 1.2

Pelaksanaan Penelitian

no prosedur Bulan

Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 Penemuan masalah a.Observasi b.Studi pustaka c.Pengajuan judul

2 Pengurusan adminitrasi surat menyurat

a.Pengajuan surat prodi b.Pengajuan surat keperusahaan c.Persetujuan


(19)

penelitian perusahaan

3 Bimbingan UP a. Bab I b. Bab II c. Bab III Pengumpulan data

4 Pengumpulan data (dokumentasi)

5 Analisis

6 Penulisan draf skripsi


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari pos–pos yang terdapat pada laporan keuangan yang memiliki hubungan yang relevan sehingga dapat menghasilkan suatu nilai untuk menetukan seuatu penafsiran yang dapat memberi suatua informasi. Biasanya rasio keuangan berhubungan dengan kinerja suatu perusahaan.

2.1.1.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Suatu rasio memiliki hubungan antara jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara pos satu dengan lainnya. Suatu rasio akan memiliki manfaat bila rasio tersebut memang memperlihatkan suatu hubungan yang mempunyai informasi. Pengertian mengenai analisis rasio ini dijelaskan Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005 : 76) sebagai berikut:

“Analisis rasio merupakan analisis yang dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembanding yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponenkomponen rasio itu sendiri.”

Biasanya data yang digunakan sebagai input untuk menganalisis suatu rasio adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca perusahan dan laporan laba rugi. Dengan kedua laporan ini akan dapat menentukan sejumlah rasio kemudian rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.


(21)

2.1.1.2. Fungsi Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio pada dasarnya merupakan suatu alat analisis laporan keuangan yang umum digunakan untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Hasil analisis rasio akan memberikan pengukuran relatif dari hasil operasi perusahaan. Fungsi analisis rasio dinyatakan Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005 : 76) sebagai berikut :

“Analisis rasio berfungsi untuk menilai efektivitas keputusan yang diambil perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.

2.1.1.3. Klasifikasi Rasio Keuangan

Menurut Sutrisno (2000 : 327), analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas. Meliputi cash ratio, current ratio, dan acid ratio atau quick ratio.

2. Rasio Leverage, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meliputi debt to total assets ratio, debt to equity ratio, dan time interest earned.

3. Rasio Aktivitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover.

4. Rasio Keuntungan (profitabilitas), yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Meliputi profit margin, return on


(22)

investment (ROI), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan earning per share.

5. Rasio Penilaian, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham. Meliputi price earning ratio (PER), dan market to book value ratio.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005 : 80) jika dilihat dari sumber dari mana rasio itu dibuat, maka analisis rasio dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Rasio Neraca, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca.Meliputi current ratio, cash ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, dan sebagainya.

2. Rasio Laporan Laba Rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi. Meliputi gross profit margin, net profit margin, operating income margin, dan sebagainya.

3. Rasio Antar Laporan, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Meliputi assets turnover, inventory turnover, receivable turnover, dan sebagainya.

2.1.1.4. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Adapun keunggulan tersebut sebagai berikut :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;


(23)

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

5. Menstandarisir ukuran perusahaan ;

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat

perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”;

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.1.1.5. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Di samping itu keunggulan yang dimiliki analisis rasio diatas, teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan yang tidak disadari sewaktu digunakan, agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 298), adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bisa atau subjektif;

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;


(24)

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.1.1.6. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Bambang Riyanto (2008:330), jenis rasio menurut sumber dari mana rasio tersebut dibuat, dapat dikelompokan menjadi:

1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratios). Rasio ini menghubungkan elemen-elemen yang ada pada neraca saja, seperti current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, dan sebagainya.

2. Rasio-rasio laporan laba rugi (Income Statement Ratios). Rasio ini menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan laba rugi saja, seperti profit margin, operating ratio, dan lain-lain.

3. Rasio-rasio antar laporan (Inter Statement Ratios). Rasio ini menghubungkan elemen-elemen yang ada pada dua laporan, neraca dan laba rugi, seperti return on investment, return on equity, asset turnover, dan lain sebagainya.

Berbagai jenis rasio berdasarkan tujuan penggunaan rasio yang bersangkutan, banyak dikemukakan para ahli. Adapun jenis rasio menurut tujuan penggunaan rasio tersebut, dapat dikelompokan menjadi:


(25)

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang jangka pendeknya. 2. Rasio Leverage (Leverage Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.

4. Rasio Keuntungan (Profitability Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

5. Rasio Penilaian (Valuation Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.

6. Rasio Coverage (Coverage Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga.

7. Rasio Persediaan (Inventory Ratio). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaannya.

Dari keseluruhan jenis rasio yang ada, dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio profitabilitas sebagai variabel dependen pertama, karena rasio profitabilitas dapat menunjukan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk melihat kinerja perusahaan dalam suatu periode.


(26)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban/ hutang lancar (hutang jangka pendek) menurut Vincent (2012:5).

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan. Rasio yang digunakan :

o Current Ratio

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar

Current Ratio = Aktiva lancar Utang lancar o Quick Ratio

Menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan.

Quick Ratio = Aktiva lancar - Persediaan Hutang Lancar

o Cash Ratio

Rasio ini menunjukan angka perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan hanya memperhitungkan uang tunai dan efek/surat berharga.

Cash Ratio = Total kas Hutang Lancar


(27)

Dalam penelitian ini peneliti mengambil current rasio, yaitu rasio modal kerja merupakan aset jangka pendek. Rasio ini menunjukkan posisi kas perusahaan dan kemampuan memenuhi kewajiban / hutang jangka pendek, atau rasio yang menunjukkan sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu dekat menurut farah (2011,25). Menurut Riyanto (2001: 26) Current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun sampai lebih dari 50%, maka jumlah aktiva tidak mencukupi lagi untuk menutup utang lancarnya.

2.1.3. Rasio Aktifitas (Activity Ratios)

Rasio aktifitas mengukur efektivitas manajemen perusahaan menggunakan semua sumber daya yang berada dibawah pengendalian manajemen. Rasio aktivitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak dari penjulan dengan berbagai sumber asset, seperti : inventori , piutang asset tetap, dan asset lainnya. Dengan demikian rasio aktivitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelolah hartanya sehigga memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan. Menurut Vincent (2012:5).

Beberapa jenis rasio aktivitas :

 Rasio Perputaran Harta (Assets Turnover Ratio).

 Rasio Perputaran Harta Tetap (Fixed Assets Turnover Rasito).  Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Rasion).  Rasio Perputaran Inventori (Inventory Turnover Ratio).


(28)

Dalam penelitian ini rasio yang diambil yaitu rasio perputaran kerja karena dalam rasio ini terdapat modal yang dapat dilihat dari neraca dan rugi/laba. Suatu perusahaan menggunakan modal kerja (harta lancar – hutang lancar) untuk membiyai operasional dan membeli investor. Operasi – operasi dan investor ini kemudian dikonversi ke dalam penjualan bersih perusahaan. Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover). Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001:335) merumuskan formula untuk menghitung Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut :

WCT = Net Sales

Current Asset – Current Liabilities

Jika rasio perputaran modal kerja tinggi akan mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah menunjukkan likuiditas yang tinggi. Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja.menurut Riyanto (2001) hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan piutang yang tinggi. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran


(29)

persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga.

2.1.4. Rasio Solvabilitas/Leverage

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997, Mahfoedz, 1994 dan Ediningsih, 2004):

a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset

b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap persediaan.

e. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang. Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan dengan CLI dan OITL, karena menurut peneliti sebelumnya, rasio-rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. CLI dapat dirumuskan sebagai berikut (Machfoedz, 1994).

CLI = hutang lancar Persediaan


(30)

Persediaan (inventory) adalah barang-barang dagangan atau barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual lagi. Contohnya seperti: bahan baku, operating supplies (barang yang digunakan perusahaan dalam produksi tetapi tidak menjadi bagian dari produk akhir, seperti bahan bakar), suku cadang (barang hasil produksi perusahaan lain yang dibeli untuk menghasilkan suatu produk, seperti ban untuk pabrik mobil, tali untuk pabrik sepatu) (Reksoprayitno, 1991).

OITL dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995):

OITL = laba operasi sebelum bunga dan pajak jumlah hutang

Laba operasi sebelum bunga dan pajak merupakan hasil pengurangan dari penjualan bersih, harga pokok penjualan dan biaya operasi. Jumlah hutang yang dimaksud adalah penjumlahan antara hutang lancar dan hutang tetap (ICMD 2004).

2.1.4.1. Debt To Equity Ratio

Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang): sedangkan total shaareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Robert Ang (1997) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga dapat


(31)

berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Untuk mengembangkan perusahaan dalam mengahadapi persaingan, maka diperlukan adanya suatu pendanaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber-sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (external). Pada prakteknya dana-dana yang dikelola perusahaan harus dikelola dengan baik, karena masing-masing sumber dana tersebut mengandung kewajiban pertanggung jawaban kepada pemilik dana. Proporsi antara modal sendiri (internal) dengan modal pinjaman (external) harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui beban perusahaan terhadap para pemilik modal tersebut. Dalam manajemen keuangan proporsi antara jumlah dana dari luar kewajaran disebut sebagai struktur pendanaan atau struktur modal (capital structure). Brigham (1983) menyatakan bahwa dalam mengembangkan target capital structure perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau utang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang): sedangkan sumber dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak dibagi (retained earning). Rasio antara sumber dana dari pihak eksternal (hutang) terhadap sumber dana pihak internal (ekuitas) lazim disebut sebagai Debt to equity Ratio (Brigham,1983). Menurut Riyanto, rasio Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio : total hutang modal sendiri 2.1.5. Profitabilitas

Didirikannya sebuah perusahaan tentunya memiliki tujuan tertentu, salah satu tujuan pokoknya adalah mendapat sejumlah keuntungan atau laba yang diharapkan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan. Namun tidak semua perusahaan


(32)

mendapatkan laba dalam setiap usahanya karena hal tersebut sangat erat kaitannya dengan strategi usaha yang dilakukan. Banyak perusahaan-perusahaan kecil dengan modal yang sangat minim dapat berubah menjadi perusahaan besar dan dapat meraup laba yang besar. Namun, tidak sedikit perusahaan dengan modal yang kuat tetapi menjadi pailit setelah beberapa tahun beroperasi. Hal ini bisa disebabkan oleh karena biaya operasi yang dikeluarkan lebih besar dari pada pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba tersebut sangat tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut menerapkan konsep strategi atau perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang sesuai dengan bidang tugas masing-masing, dan pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur dan kinerja yang telah ditentukan oleh perusahaan sebelumnya. Laba menurut Alimsyah dan Padji (2006 : 408) adalah sebagai berikut : “Laba adalah kelebihan pendapatan di atas biaya”Sedangkan pengertian laba menurut Wild J. John, at al (2005 : 407) diterjemahkan oleh salemba empat adalah sebagai berikut :

“Laba merupakan selisih dari pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian.”

Henry Simamora (2001 : 529) juga mendefinisikan laba sebagai berikut :

“Laba merupakan kemampuan perusahaan untuk meraupakan keuntungan yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan terus untuk menyediakan modal bagi perusahaan.”

Maka dapat dilihat dua unsur penting yang menentukan laba, yaitu pendapatan dan biaya. Pendapatan dapat diartikan sebagai penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya dapat diartikan sebagai segala pengeluaran


(33)

atau pengorbanan yang tidak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa. Biaya sendiri diukur dari nilai aktiva yang dikeluarkan Bila pendapatan melebihi biaya, maka selisihnya adalah laba, dilain pihak bila biaya melebihi pendapatan maka selisihnya merupakan kerugian. Dari uraian diatas dapat disimpulkan laba adalah selisih positif antara pendapatan dan biaya. Semakin tinggi penjualan barang atau jasa, maka laba yang diperoleh akan meningkat dan profitabilitas juga meningkat. Namun, semakin rendah penjualan barang atau jasa, maka laba yang diperoleh akan turun dan profitabilitas juga akan ikut turun.

2.1.5.1. Pengertian Profitabilitas

Bambang Riyanto (2001 : 35) mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut

“Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

suatu periode tertentu.”. Ridwan dan Inge (2001 : 143) juga mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut : “Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi.”. Sementara itu, Dewi Astuti (2004 : 36) juga mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut : “Profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba”.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1997 : 272) diterjemahkan oleh erlangga, mengemukakan bahwa:

“Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan sekaligus memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.”


(34)

Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2009:107) diterjemehkan oleh erlangga, menyatakan bahwa:

“Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.”

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:304), mengemukakan bahwa :

“Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”

Adapun menurut Veithzal Rivai; Andria Permata Veithzal; dan Ferry N. Idroes, (2007:720), menerangkan bahwa:

“Profitabilitas adalah hasil perolehan dari investasi (penanaman modal) yang dikatakan dengan persentase dari besarnya investasi.”

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan atas laba yang dihasilkan dari berbagai aktivitas perusahaan melalui sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.

Pengertian profitabilitas tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam memperoleh atau menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi dalam suatu periode tertentu.


(35)

Rasio profitabilitas merupakan salah satu alat analisis dari rasio keuangan yang bertujuan untuk melakukan evaluasi bagaimana suatu perusahaan berprestasi dan bagaimana menempatkan posisinya di masa yang akan datang. Rasio profitabilitas yang merupakan salah satu indikator dalam analisis rasio keuangan pun sebaiknya tidak dikerjakan secara mekanistis, akan tetapi harus dengan pertimbangan sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas. Menurut Lawrence J. Gitman (2009:68), mengemukakan bahwa:

There are many measures of profitability. As a group, these measures enable analysts to evaluate the firm’s profits with respect to a given level of sales, a certain level of assets, or the owners investment. Without profits, a firm could not attract outside capital. Owners, creditors, and manajement pay close attention to boosting profits because of the great importance the market place on earnings.

Menurut Lawrence J. Gitman (2009:65), terdapat banyak ukuran profitabilitas, yang keseluruhannya merupakan ukuran untuuk mengevaluasi keuntungan perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, tingkat aktiva tertentu, atau investasi pemilik. Tanpa laba, perusahaan tidak dapat memperoleh modal dari luar. Pemilik, kreditor, dan kemampuan membayar perusahaan menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan laba, dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan.

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2009:107), menyatakan bahwa: “Rasio Profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Sedangkan menurut John J. Wild; K.R. Subramanyam; dan Robert F. Halsey (2004:39), menerangkan bahwa rasio profitabilitas diterapkan pada tiga area penting dalam analisis laporan keuangan, yaitu meliputi:


(36)

1. Tingkat pengembalian atas investasi (return on investment) untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang.

2. Kinerja operasi. Untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi.

3. Pemanfaatan aktiva (asset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover).

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah salah satu alat analisis laporan keuangan yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam hubungannya dengan berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh laba.Berikut merupakan rasio-rasio profitabilitas:

1. Marjin Laba (Profit Margin). Rasio ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Marjin Laba dapat diperoleh dengan rumus:

Gross Profit Margin =

Profit Margin =

Net Profit Margin =

2. Return on Invesment. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Return on Invesment dapat diperoleh dengan rumus:

Return on Invesment =

3. Return on Equity. Rasio ini menunjukan berapa persen kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih bila diukur dari modal sendiri yang dimiliki. Semakin


(37)

besar return on invesment, maka keadaan perusahaan semakin baik. Return on Equity dapat diperoleh dengan rumus:

Return on Equity =

4. Return on Asset. Rasio ini menunjukan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara keseluruhan dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Asset dapat diperoleh dengan rumus:

Return on Asset =

5. Earning Per Share. Rasio ini menunjukan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan untuk setiap lembar saham pemilik.

Adapun indikator rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity (ROE). Penulis menggunakan return on equity karena rasio ini dinilai sangat berguna didalam mengukur efektivitas penggunaan equity suatu perusahaan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan sangat membutuhkan skala atau pengukuran untuk melihat kinerja perusahaan tersebut dalam suatu periode tertentu. Oleh karena itu perusahaan tersebut membutuhkan laporan neraca dan laba rugi untuk melihat kinerja perusahaannya. Akan tetapi laporan neraca dan laporan laba saja tidak bisa memberikan informasi secara signifikan harus dikelolah dahulu menjadi rasio – rasio keuangan yang sudah dijelaskan diatas. Salah satunya dengan menggunakan aktiva lancar atau current rasio. Current ratio menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar kewajiban dengan jangka waktu pendek. Current ratio dapat memperngaruhi tingkat profitabilitas perusahaan.


(38)

Working capital turner yaitu perputaran modal kerja, sebuah perusahaan pasti memerlukan modal untuk menghasilkan suatu barang atau pun jasa. Perputaran modal kerja ini digunakan membiayai operasional perusahaan dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Rasio perputaran modal kerja ini berguna untuk menganalisa hubungan antara modal kerja yang digunakan untuk membiayai operasional dan penjualan bersih yang diciptakan oleh perusahaan. Jadi apabila tingakat perputaran modal kerja tinggi maka suatu perusahaan tersebut akan semakin tinggi untuk memperoleh laba..

Debt to equty ratio (DER) yaitu rasio yang mengukur risiko finansial yang dibebankan kepada para pemilik modal atau pemegang saham. DER bisa juga dikatakan total hutang terhadap total modal sendiri. Suatu perusahaan sangat memerlukan modal untuk menjalankan bisnis mereka dengan meminjam kepada lembaga keuangan yaitu bank maupun pihak lain. DER juga disebut hutang jangka panjang. DER sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena semakin tinggi tingkat DER maka hutang perusahaan semakin tinggi pula hal ini dapat memperngaruhi pencapaian laba yang tinggi, karena perusahaan kurang bisa memanfaatkan hutang perusahaan untuk modal kerja. Keuntungan atau laba merupakan salah satu tujuan perusahaan. ROE merupakan salah satu rasio yang bisa dijadikkan patokan dalam melihat kinerja suatu perusahaan. Dari analisia tersebut maka dapat dilihat kinerja keuangan dan pihak manajemen perusahaan bisa mengambil suatu kebijakan atau keputusan keuangan agar perusahaan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini harus dilakukan agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.

2.2.1. Hubungan antara Liquiditas (Current Rasio) dengan Profitabilitas (ROE).

Rasio lancar adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek atau hutang jangka pendek. Rasio lancar perbandingan antara aset lancar dengan


(39)

kewajiban lancar. Bagi perusahaan, rasio lancar yang tinggi menunjukkan likuiditas, tetapi ia juga bisa dikatakan menunjukkan penggunaan kas dan aset jangka pendek secara tidak efisien (Ross, Westerfield, Jordan, 2008). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mampu membayar belum tentu mampu memenuhi segala kewajiban keuangan yang harus dipenuhi (Sofyan, 2007). Karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan dengan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit ditagih (Robert Ang, 1997). Apabila aktiva lancar untuk mengurangi jumlah hutang lancar, sedangkan hutang lancar digunakan untuk menambah aktiva lancar. Maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil dari pada hutang lancar, dan perusahaan mengalami kesulitan dalam mengoperasikan perusahaannya. Ini dikarenakan terlalu banyak modal kerja mengakibatkan banyak dana yang menganggur, sehingga dapat menurunkan laba, (Tulasi, 2006). Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara CR dengan ROE adalah negatif. Current ratio yang mengakibatkan perubahan jumlah aktiva lancar atau hutang lancar, baik masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan perubahan CR, yang berarti mengakibatkan perubahan tingkat likuiditas. Nilai likuiditas yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning power karena menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan kesempatan memperoleh keuntungan, (Riyanto, 1996). Dengan demikian sangat dimungkinkan hubungan CR


(40)

dengan ROE adalah negatif. Semakin tinggi CR maka semakin rendah tingkat ROE, perbandingan terbalik antara profitabilitas dengan likuiditas, (Van Horne dan Wachowicz, 1997). Maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh signifikan negative antara CR terhadap ROE.

2.2.2. Hubungan antara Rasio Aktivitas terhadap Profitabilitas (ROE).

Rasio aktivitas merupakan rasio mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan menggunakan sumber dayanya. Rasio ini melihat seberapa besar dana tertanam pada asset tertentu cukup besar, sementara dana tersebut mestinya bisa dipakai untuk investasi pada asset lain yang lebih produktif, maka profitabilitas perusahaan kurang baik atau sebaliknya profitabilitas dapat meningkat (Ihsan,2008)memiliki pengaruh positif.

2.2.3. Hubungan antara Solvitabilitas (DER) terhadap Profitabilitas (ROE).

Tinggi rendah DER akan mempengaruhi tingkat pencapaian ROE yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman (cost of debt) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity ), maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif dalam mengahasilkan laba ; demikian sebaliknya (Brigham, 1983). Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (leveraged) profitabilitas perusahaan. Rasio leverage membawa implikasi penting dalam pengukuran risiko finansial perusahaan. Terdapat pengaruh negatif pada leverage keuangan yakni bahwa profitabilitas perusahaan berkurang sebagai akibat dari penggunaan hutang perusahaan yang besar, sehingga dapat menyebabkan biaya tetap yang harus ditanggung lebih besar dari operating income yang dihasilkan hutang tersebut, (Cryllius Martono, 2002). Perusahaan dengan laba


(41)

bertumbuh akan memperkuat hubungan DER dengan profitabilitas yaitu dimana profitabilitas meningkat seiring dengan DER yang rendah.

Perusahaan yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha menarik dana dari luar, untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan sebagian besar labanya. Sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin memperkuat hubungan antara DER yang berpengaruh negatif dengan profitabiltas. Dimana peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka semakin besar kewajibannya, (Ni Putu Ena Marberya, dan Agung Suryana, n.d). Bagi perusahaan sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban hutang tetapnya tidak terlalu tinggi. Dimana DER yang tinggi menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang terhadap ekuitas. Perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai kesempatan yang profitabilitas dalam mendanai investasinya secara internal sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait dengan hutangnya, selain itu dengan profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan pinjaman dan rasio DER menurun, (Barclay, Smith dan Watts, (1998) yang dikemukakan Subekti, 2001). Karena hutang mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang artinya mengurangi keuntungan. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar


(42)

semakin tinggi. Maka pengaruh antara DER dengan ROE adalah negatif, (Brigham dan Houston, 2001). DER akan bernilai positif apabila perusahaan dapat mengolah pinjaman untuk modal maka profitabilitas akan meningkat, (Fitri,2008).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh signifikan positif antara DER terhadap ROE.

Dari penjelasan diatas dapat dilihatan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini untuk memperkuat teori –teori pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ini juga untuk membuktikkan keoriginalan dalam penelitian tersebut.

Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

No Tahun Judul Hasil penelitian Perbedaan Persamaan

1 1994 Financial Ratio Analysis and Prediction of Earnings Changes in Indonesian

Hasil dari penelitian tersebut variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap laba adalah CFCL, NWTLFA, GPS, QAI, NINW, NITL, dan CLNW Machfoedz (1994).

Variabel Xnya berbeda yaitu adalah CFCL, NWTLFA, GPS, QAI, NINW, NITL, dan CLNW sedangkan peneliti memakai CR, WCT dan DER

Metode penelitiannya sama memakai linear berganda, variabel Y nya memakai profitabilitas.

2 2002 Analisis pengaruh profitabilitas industry, rasio leverage keuangan tertimbang dan investasi modal tertimbang serta pangsa pasar terhadap

“ROA dan ROE

perusahaan

Analisis pengaruh profitabilitas industry, rasio leverage keuangan tertimbang dan investasi modal tertimbang serta pangsa pasar

terhadap “ROA

dan ROE

perusahaan Martono (2002)

Variabel x yang dipakai, metode penelitian memakai phat analisis, objek penelitian 1 perusahaan

Variabel y sama meng gunakkan ROE

3 2003 Profitabilitas dan beberapa faktor yang mempengaruhinya (studi pada beberapa KUD di kota Ambon)

Hasil dari penelitian tersebut variabel profit margin,

investment turnover (TATO), equity multiplier berpengaruh

Variabel x nya memakai TATO

Variabel y yaitu ROE, metode penelitian memakai regresi linier


(43)

terhadap ROE dalam arah yang positif untuk masing-masing kelompok KUD menurut Pieter Leunupun (2003). 4 2002 Analisis risk dan

return pada BUMN sector industry jasa telekomunikasi di Jakarta.

hasil dari penelitian tersebut adalah

perbandingan analisis risk (financial

leverage) dengan ROE, EPS, ROA, pada PT Telkom secara

keseluruhan lemah dan negatif. Sedangkan perbandingan analisis Risk (financial

Leverage) dengan ROE, EPS, ROA pada PT. Indosat secara

keseluruhan sangat kuat dan positif menurut Buchary Jahja (2002).

Metode penilitian memakai phat analisis, satu perusahaan yang diteliti

Variabel y memakai ROE

5 2009 Analisis pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio terhadap ROE (Studi

kasus pada

perusahaan

manufaktur go public di BEI periode 2005-2007)

Hasil dari penelitian tersebut variabel TAT berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan. Sedangkan variabel CR, DER tidak berpengaruh signifikan

terhadap ROE menurut Debora Setiati Santosa (2009).

Variabel x2

yaitu TAT

Variabel y memakai ROE, metode

penelitiannya linier berganda

6 2009 pengaruh pemoderasi pertumbuhan laba terhadap hubungan antara ukuran perusahaan, debt to equity ratio dengan profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta

Hasil dari penelitian ini yang menggunakan Return on Equity (ROE) untuk mengukur

profitabilitas adalah Hasil pengujian variabel DER, PL pada

taraf signifikansi α

= 0,05

menunjukkan

Hanya menggunakan 2 Variabel x (DER) dan y (ROE)

Variabel y memakai ROE, metode

penelitiannya linier berganda


(44)

bahwa

pertumbuhan laba berpengaruh terhadap

hubungan antara Debt To Equity Ratio (DER) dengan

profitabilitas menyatakan bahwa terjadi hubungan negatif antara utang dengan

profitabilitas. Menurut Ni PUTU Ena dan Agung Suryana 7 2009 Penelitian tentang

laporan keuangan sebagai alat ukur menilai kinerja keuangan.

Hasil dari penelitian ini adalah persediaan merupakan pos aktiva lancar atau aktiva jangka pendek yang paling kurang likuid. Menurut Yuli Orniti (2009)

Variabel y yaitu kinerja keuangan

Variabel X1

likuiditas, X2

rasio aktivitas, X3 solvabilitas.

8 2005 Melakukan penelitian tentang analisis DER, NPM,TAT,

Institusional

Ownership terhadap ROE (perbandingan antara perusahaan yang PMA maupun PMDN non keuangan yang listed di BEJ periode 2001-2003). Variabel dependen ROE

Hasil dari penelitian tersebut adalah variabel DER, NPM, TAT, berpengaruh positif terhadap ROE, sedangkan variabel

institusional ownership tidak berpengaruh signifikan

terhadap ROE sehingga hipotesis ditolak. Pengujian secara simultan DER, NPM, TAT,institusional ownership

terhadap ROE berpengaruh signifikan karena pada level kurang dari 5% sehingga hipotesis diterima. Dari semua hipotesis

menunjukkan tidak ada beda antara perusahaan PMA dan PMDN dalam

Variabel x2

yaitu NPM dan variabel x3

yaitu TATA

Variabel y memakai ROE,


(45)

menghasilkan laba dengan

memanfaatkan modal sendirinya. Menurut Kwan Billy Kwandinata (2009)


(46)

(Robert Ang, 1997) negatif

(Ihsan, 2009) Positif

(Yulia Fitri, 2008) positif

Gambar 2.1 Paradigma Pemikiran

2.3. Hipotesis

1. Rasio Likuiditas (CR) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

2. Rasio aktivitas (WCT) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).

3. Solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE). Liquiditas (X1)

Curren Ratio

Aktiva lancar Hutang lancar

Working Capital turnover ratio (X2)

Aktiva lancer Hutang lancer Penjualan bersih

Sovitabilitas (X3) DER

Total hutang Modal sendiri

Profitabilitas (Y) ROE

EAT


(47)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Likuiditas dengan rasio Current Rasio, Rasio Aktifitas dengan WCT, dan solvitabilitas dengan DER sebagai variabel bebas (variabel independen).

2. Profitabilitas dengan rasio profitabilitas return on equity sebagai variabel terikat (variabel dependen).

Penelitian dilakukan pada perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Metode penelitan menurut Sugiyono (2008:2) adalah sebagai berikut:

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat


(48)

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Menurut Umi Narimawati (2008:127) mengemukakan bahwa: “Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan

data untuk mencapai tujuan tertentu.” Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk proses penyusunan karya ilmiah dan sejenisnya dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang akan diperoleh.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008:147) mengemukakan: Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sedangkan penelitian verifikatif menurut Masyhuri (2008:45) adalah: ”Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.” Menurut Sugiyono (2008:16), menerangkan bahwa:


(49)

“Metode kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari objek yang akan diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah yang harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris.” Tujuan dari metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif adalah untuk membuat suatu uraian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang diteliti kemudian menggabungkan antar variabel yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam mengenai analisis likuiditas, rasio aktifitas, solvabilitas terhadap profitabilitas serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan kondisi likuiditas, working capital turnover ratio, dan probalitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010. Sedangkan verifikatif digunakan untuk menguji pengaruh likuiditas, working capital, dan prifitabilitas terhadap kinerja keuangan perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010.


(50)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Menurut Moh. Nazir (2003:84), mengemukakan bahwa: “Desain penelitian adalah semua proses

yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Menurut

Jonathan Sarwono (2006:27), desain penelitian khususnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan alat dalam penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan. Dalam ilmu-ilmu sosial, penelitian terdiri dari penelitian penjajakan, penelitian penjelasan (explanatory), dan penelitian deskriptif verifikatif (descriptif verificative). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang akan dilakukan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencakup proses-proses berikut ini:

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2007-2010 mengenai perkembangan liquiditas dengan current ratio, working capital turnover rasio, profitabilitas dengan rasio ROE dengan kinerja keuangan.

2. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan liquiditas dengan current ratio, working capital turnover rasio, profitabilitas


(51)

dengan rasio ROE dengan kinerja keuangan pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2008 – 2011.

3. Melakukan studi literatur untuk memperoleh referensi teori-teori mengenai perkembangan liquiditas dengan current ratio, working capital turnover rasio, profitabilitas dengan rasio ROE dengan kinerja keuangan perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2008 – 2011.

4. Membuat hipotesis yang didasarkan pada teori yang dikembangkan.

5. Mengidentifikasi, memberi nama variabel-variabel dan membuat definisi operasional dari masing-masing variabel.

6. Menyusun desain penelitian dan melakukan analisis statistik untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh serta menguji kebenaran hipotesis, baik secara manual maupun menggunakan media komputer.

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis. 8. Menyusun laporan hasil penelitian.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Menurut Jonathan Sarwono (2006:67), variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut Sugiyono (2008:38), mengemukakan bahwa: “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang


(52)

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” Dari pengertian diatas, maka operasionalisasi variabel merupakan definisi yang dinyatakan dengan cara menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar. Maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel Independen atau Variabel Bebas (Variabel X) Menurut Umi Narimawati (2008:40), menyatakan bahwa: “Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain yang variabelitasnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.” Sedangkan menurut Sugiyono (2008:39), menerangkan bahwa: “Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).”

2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Variabel Y) Menurut Umi Narimawati (2008:40), menyatakan bahwa: “Variabel dependen (variabel tergantung) adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas yang variabelitasnya diamati dan diukur untuk menentukan arah untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.” Sedangkan menurut Sugiyono (2008:39), menerangkan bahwa: “Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya


(53)

variabel bebas.” Sesuai dengan judul yang diambil penulis yaitu; “Analisis liquiditad, working capital turnover rasio tehadap kinerja keuangan dari perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2008 – 2011” maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari : liquiditas current rasio (variabel X1), working capital turnover rasio (variabel X2), sovalbilitas dengan rasio DER (variabel X3). Ketiga variabel tersebut adalah variabel bebas (variabel independen), sedangkan variabel terikat atau variabel dependen (variable Y) adalah profitabilitas dengan rasio ROE. Adapun definisi operasionalisasi masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Table 3.1 operasional variabel :

Variable Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

Likuiditas (X1) Rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menjamin

kewajiban/

hutang lancer (hutang jangka pendek) menurut Prof. Dr. Vincent (2012:5)

Aktiva lancar Utang lancar Current Rasio =

% Rasio

Working capital turnover rasio (X2)

Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya

keefektifan modal

Net sales (penjula bersih) Current asset (aktiva lancar)

Current liabilities (kewajiban lancar)

WCT =


(54)

kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001:335) Solvabilitas (X3)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997, Mahfoedz,

1994 dan

Ediningsih, 2004)

Total hutang Modal senidri Debt to Equity Ratio =

% Rasio

Probitabilitas (Y)

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:304), mengemukakan bahwa: “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua

kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

EAT (laba sebelum pajak) Modal sendiri

Return on Equity =


(55)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu dalam bentuk angka-angka yang menunjukkan nilai dari besaran atau variabel yang mewakilinya.Jenis data yang diperlukan dalam penelitian dibagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:

 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti baik dari pribadi (responden) maupun dari suatu instansi yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Data primer umumnya berupa data kualitatif dan digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya. Data primer diperoleh dengan mengadakan penelitian dan kuesioner.

 Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, biasanya dari pihak kedua yang mengolah data keperluan orang lain. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur dan buku-buku perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan


(56)

masalah yang diteliti. Berdasarkan penjelasan di atas, maka sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari laporan neraca dan laba rugi selama 4 tahun yaitu dari tahun 2007-2010 pada perusahaan tekstil yaang terdapat pada BEI.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

1. Populasi

Menurut Umi Narimawati (2008:161), mengemukakan bahwa: “Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”. Menurut Sugiyono (2008:80), pengertian populasi adalah sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Dari pengertian populasi diatas dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah unit yang menjadi target penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi yang digunakan yaitu laporan keuangan perusahaan tekstil yang terdaftar pada BEI periode 2008 – 2011 sebanyak 13 perusahaan.perusahaan tekstil yang terdaftar pada bursa efek Indonesia periode 2007 – 2010 ini membuat laporan keuangan neraca dan laba rugi


(57)

peridoe 2007 -2008 dengan rasio likiuditas (CR), rasio aktivitas (WTC), solvabilitas (DER) dan profitabilitas (ROE) ke bursa efek Indonesia (BEI).

2. Sampel

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada objek tertentu, karena objek dalam populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Menurut Umi Narimawati (2008), mengemukakan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”. Pengertian sampel menurut Sugiyono (2008:81), yaitu: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik tertentu. Dari populasi tersebut, dipilih sampel dengan menggunakan teknik sampling.

3. Teknik Sampling

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi yang banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan sampling yang tepat. Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2008:81) yaitu: “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.”


(58)

Untuk menentukan sampel yang akan diteliti terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan. Teknik yang akan digunakan oleh penulis sesuai dengan judul adalah nonprobability sampling. Adapun pengertian nonprobability sampling menurut Sugiyono (2008:84) yaitu: “Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Jenis nonprobability sampling yang akan digunakan oleh penulis adalah sampling purposive. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2008:85) yaitu: “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Sampel yang akan diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi dari tahun 2007-2010 atau selama 4 tahun.

Dalam penelitian ini, untuk menentukan sampel digunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010.

2. Perusahaan tekstil harus tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010.

3. Perusahaan tekstil harus menghasilkan data laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi secara continue selama periode


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas, solvabilitas terhadap probitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar pada bursa efek periode 2007-2010, maka pada bagian akhir ini penelitian menulis dan menarik kesimpulan, sekaligus memberikan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Tekstil Yang Tedaftar Pada (BEI)”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat Perkembangan Rasio Liquiditas pada perusahaan tekstil periode 2007-2008 di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan.

2. Tingkat Perkembangan rasio aktivitas tekstil periode 2007-2008.di Bursa Efek Indonesia (BEI mengalami kenaikan.

3. Tingkat Perkembangan solvabilitas tekstil periode 2007-2009.di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan.


(2)

123

4. Tingkat Perkembangan profitabilitas tekstil periode 2007-2008 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami penurunan.

5. Secara parsial likuiditas (CR) memiliki hubungan yang sangat lemah dengan profitabilitas (ROE) ini disebabkan perusahaan terlalu menumpuk hutang dan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang atau kewajiban menurun. Ini diperkuat oleh Robert Ang (1997).

6. sedangkan rasio aktivitas (WCT) memiliki hubungan yang sedang dengan profitabilitas (ROE) ini disebakan karena perusahaan mampu mengelolah sumeber dana yang ada untuk memperoleh laba. Ini diperkuat oleh Ihsan (2009).

7. Solvabilitas (DER) memiliki hubungan yang sangat tinggi terhap profitabilitas (ROE) hal ini disebabkan kemapuan perusahaan dalam mengelolah hutang perusahaan menjadi aktiva dan menghasilkan laba bagi perusahaan. Ini diperkuat Yulian Fitri (2008).

5.2 Saran

Dari hasil kesimpulan mengenai “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Tekstil Yang Tedaftar Pada (BEI)”, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :


(3)

1. Sebaiknya perusahaan tekstil dapat memanfaatkan dana pinjaman secara baik agar perusahaan mampu menjalankan perusahaan tersebut dengan baik dan memperoleh keutungan secara maksimal.

2. Sebaiknya perusahaan tekstil mampu mengelola modal kerja dengan baik dan memanfaatkannya sefisien mungkin agar tidak terlalu banyak biaya yang dikeluarkan saat proses produksi.

3. Sebaiknya perusahaan tekstil mampu mengelola hutang jangka panjangnya untuk mendanai proses produksi agar memperoleh keutungan.

4. Sebaiknya perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI selalu berupaya dalam meningkatkan kinerja keuangan khususnya ROE (return on equity). Perusahaan sebaiknya lebih efisien dalam memanfaatkan modalnya untuk terus meningkatkan perolehan laba setiap tahunnya supaya perusahaan mampu memberikan return yang tinggi atau maksimal sehingga perusahaan mampu berjalan dengan lancar.

5. Sebaiknya perusahaan tidak terlalu fokus pada likuiditas karena memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap tingkat pendapat laba yang dihasilkan oleh perusahaan, dengan cara perusahaan harus mampu membayar kewajibannya dan tidak menumpuk hutang.


(4)

125

6. Sebaiknya perusahaan dalam mengelola perlu memperhatikan keefektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dana agar tidak berkelebihan modal untuk mendanai suatu kegiatan perusahaan, dengan cara perusahaan harus lebih bijak dalam menggunkan dana yang ada.

7. Sebaiknya perusahaan berupaya memperoleh keutungan yang lebih besar dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan hutang sebagai modal untuk memperoleh laba.


(5)

Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur Yang Go-Pu lic di Indonesia ”. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No. 2, Novmber 2002: 126 – 140.

PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

www.idx.co.id 2012 Laporan Kuangan Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di PT. BEI.

Weston, J. Fred. dan Eugene, F. Brigham. 1995. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Brigham, F. Eugene. 1983. Fudamental of Financial Management, The Dryden Press: Holt Soundersn Japan, Third Edition.

Brigham, Eugene F. dan Joe F Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Jakarta : Erlangga.

Van Horne, James C & John M. Wachowicz Jr. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.


(6)

Leunupun, Pieter. 2003. “Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada Beberapa KUD di Kota Ambon)”. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 5, No. 2, November 2003: 133 – 149.

Harahap, Sofyan, Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Riyanto, Bambang. 1996. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta : BPFE – UGM.

Gaspersz, V.(2012). All-in-one Finance For Non-Financial Managers. Jakarta: Vinchris publication.

Kwandinata, Kwan. Billy. 2005. “ n lisis Peng ruh De t To quit R tio, Net Profit Margin, Total Assets Turnover dan Institutional Ownership Terhadap Return On quit ”. Tesis Universitas Diponegoro Semarang.

Orniati, Yuli. 2009. “Laporan Keuangan Sebagai alat Untuk Menilai Kinerja Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun 14 Nomor 3 November 2009.

Ang, Robert. 1997. “Buku Pintar pasar modal Idonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital market)”, Mediasoft Indonesia, Jakarta.

Jhon, J.W., K.R Subramayam., Robert, F.H. (2005). Financial Statement Analysis. Jakarta: Salemba Empat.


Dokumen yang terkait

Peranan Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Perusahaan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Panin Cabang Pemuda Medan

2 59 88

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KUD GONDANGLEGI DIUKUR BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO AKTIVITAS, DAN RASIO PROFITABILITAS

1 21 17

Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Bank, Umur Listing, dan Keputusan Auditor terhadap Internet Financial Reporting pada Perbankan yang terdaftar di BEI

3 23 114

Pencapaian Rasio Profitabilitas Melalui Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas dan Rasio Solvabilitas pada Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 1

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA TAHUN 2011-2013 (BEI).

1 4 21

RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PRICE BOOK VALUE (PBV) PADA Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price To Book Value (PBV) Pada Perusahaan Food And Beverage Tahun 2011-2014.

0 6 14

RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PRICE BOOK VALUE (PBV) Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price To Book Value (PBV) Pada Perusahaan Food And Beverage Tahun 2011-2014.

0 6 16

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS, PROFITABILITAS DAN PASAR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas Dan Pasar Terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang ter

0 2 16

Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Solvabilitas Terhadap pertumbuhan Laba.

0 9 27

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI PERIODE 2009-2013

0 0 11