Uji Berbagai Diameter Puli Pada Alat Pencetak Terasi

35

Lampiran
Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian
Mulai

Ditimbang adonan terasi sebanyak 5 kg

Dipasang puli dan sabuk-V yang sesuai

Dihidupkan alat pencetak

Dimasukan bahan terasi ke dalam hooper

Dicatat waktu pencetakan

Dilakukan Pengukuran Parameter:
1. Kapasitas efektik alat
2. Rendemen
3. Persentase bahan tertinggal


Analisis

Selesai

Universitas Sumatera Utara

36

Lampiran 2. Data Pengamatan Kapasitas Efektif Alat (kg/jam)
Ulangan
Total
Perlakuan
I
II
III
D1
104,16
108,69
106,38
319,23

D2
102,04
92,59
98,03
292,66
D3
96,15
89,28
90,90
276,33
Total
302,35
290,56
295,31
89,98
Rataan
100,78
96,85
98,43
`

Data analisis sidik ragam
SK
Db
JK
Perlakuan
2
312,56
Galat
6
81,049
Total
8
393,609
Keterangan
**
: Sangat nyata
*
: Nyata
tn
: Tidak nyata


KT
156,28
13,508

Fhit.
11,569

**

Rataan
106,41
97,55
92,11
98,69

F.05
F.01
5,143 10,925


1. Perhitungan kapasitas efektif alat
a) Puli dengan diameter 2 inci
-

Ulangan 1
Kafasitas efektif alat =

=

Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,048 jam

= 104,16 kg/jam
-

Ulangan 2
Kafasitas efektif alat =


=

Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,046 jam

= 108,69 kg/jam

Universitas Sumatera Utara

37

-

Ulangan 3
Kafasitas efektif alat =

=


Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,047 jam

= 106,38 kg/jam
b) Puli dengan diameter 3 inci
-

Ulangan 1
Kafasitas efektif alat =

=

Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,049 jam

= 102,04 kg /jam

-

Ulangan 2
Kafasitas efektif alat =

=

Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,054 jam

= 92,59 kg/jam
-

Ulangan 3
Kafasitas efektif alat =

=


Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,051 jam

= 98,03 kg/jam

Universitas Sumatera Utara

38

c) Puli dengan diameter 4 inci
-

Ulangan 1
Kafasitas efektif alat =

=

Berat bahan yang diolah (kg)

Waktu (jam)
5 kg
0,052 jam

= 96,15 kg/jam
-

Ulangan 2
Kafasitas efektif alat =

=

Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,056 jam

=89,28 kg/jam

-


Ulangan 3
Kafasitas efektif alat =

=

Berat bahan yang diolah (kg)
Waktu (jam)
5 kg
0,055 jam

= 90,90 kg/jam

Universitas Sumatera Utara

39

Lampiran 3. Data Pengamatan Rendemen Alat (%)
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
D1
66,4
65,2
68,2
D2
65,4
66,6
63,6
D3
62,2
61,2
63,8
Total
194
193
195,6
Rataan
64,66
64,33
65,2
`
Data analisis sidik ragam
SK
Db
JK
Perlakuan
2
27,44
Galat
6
12,56
Total
8
40
Keterangan
**
: Sangat nyata
*
: Nyata
tn
: Tidak nyata

KT
13,72
2,093

Fhit.
6,554

Total

Rataan

199,8
195,6
187,2
582,6

66,6
65,2
62,4
64,73

*

F.05
5,143

F.01
10,925

2. Perhitungan rendemen
a) Puli dengan diameter 2 inci
-

Ulangan 1
Rendemen =

=

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah
3,32 kg
×100%
5 kg

= 66,4 %
-

Ulangan 2
Rendemen =

=

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah
3,26 kg
×100%
5 kg

= 65,2 %

Universitas Sumatera Utara

40

-

Ulangan 3
Rendemen =

=

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah
3,41 kg
×100%
5 kg

= 68,2 %
b) Puli dengan diameter 3 inci
-

Ulangan 1
Rendemen =

=

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah
3,27 kg
×100%
5 kg

= 65,4 %
-

Ulangan 2
Rendemen =

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah

=

3,33 kg
×100%
5 kg

= 66,6 %
-

Ulangan 3
Rendemen =

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah

=

3,18 kg
×100%
5 kg

= 63,6 %

Universitas Sumatera Utara

41

c) Puli dengan diameter 4 inch
-

Ulangan 1
Rendemen =

Berat bahan terolah
×100%
Berat bahan yang diolah

=

3,11 kg
×100%
5 kg

= 62,2 %
-

Ulangan 2
Rendemen =

=

Berat bahan terolah
× ���%
Berat bahan yang diolah

3,06 kg
×100%
5 kg

= 61,2 %
-

Ulangan 3
Rendemen =

=

Berat bahan terolah
× ���%
Berat bahan yang diolah

3,19 kg
×100%
5 kg

= 63,8 %

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 4. Data Pengamatan Persentase Bahan Tertinggal (%)
Ulangan
Perlakuan
Total
I
II
III
D1
33,6
34,8
31,8
100,2
D2
34,6
33,4
36,4
104,4
D3
37,8
38,8
36,2
112,8
Total
32,56
33,24
37,07
102,92
Rataan
10,85
11,08
12,35
`
Data analisis sidik ragam
SK
Db
JK
Perlakuan
2
27,44
Galat
6
12,56
Total
8
40
Keterangan
**
: Sangat nyata
*
: Nyata
tn
: Tidak nyata

KT
13,72
2,093

Fhit.
6,554

*

F.05
5,143

Rataan
33,4
34,8
37,6

F.01
10,925

3. Perhitungan persentase bahan yang tertinggal di alat (%)
a) Puli dengan diameter 2 inci
-

Ulangan 1
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,68 kg
×100%
5 kg

= 33,6 %
-

Ulangan 2
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,74 kg
×100%
5 kg

= 34,8 %

Universitas Sumatera Utara

43

-

Ulangan 3
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,59 kg
×100%
5 kg

= 31,8 %
b) Puli dengan diameter 3 inch
-

Ulangan 1
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,73 kg
×100%
5 kg

= 34,6 %
-

Ulangan 2
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,67 kg
×100%
5 kg

= 33,4 %
-

Ulangan 3
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,82 kg
×100%
5 kg

= 36,4 %

Universitas Sumatera Utara

44

c) Puli dengan diameter 4 inch
-

Ulangan 1
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,89 kg
×100%
5 kg

= 37,8 %
-

Ulangan 2
Persentase bahan tertinggal =

=

Berat bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,94 kg
×100%
5 kg

= 38,8 %
-

Ulangan 3
Persentase bahan tertinggal =

=

Bahan bahan tertinggal
×100%
Berat bahan yang diolah
1,81 kg
×100%
5 kg

= 36,2 %

Universitas Sumatera Utara

45

Lampiran 5. Gambar Teknik Alat Pencetak Terasi

Universitas Sumatera Utara

46

Universitas Sumatera Utara

47

Universitas Sumatera Utara

48

Universitas Sumatera Utara

49

Universitas Sumatera Utara

50

Universitas Sumatera Utara

51

Universitas Sumatera Utara

52

Lampiran 6. Gambar Alat

Tampak Samping

Tampak Depan

Tampak Atas

Universitas Sumatera Utara

53

Lampiran 7. Gambar Komponen Alat

Motor Listrik

Gearbox

Puli Penggerak Poros Belt Conveyor

Belt Conveyor

Universitas Sumatera Utara

54

Saluran Cetakan

Hopper

Screw press

Tabung Silinder Tampak Atas

Universitas Sumatera Utara

55

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Penjemuran Udang Rebon

Penggilingan Udang Rebon Dengan Tambahan Garam Dan Air
Menggunakan Mesin Penggiling

Adonan Terasi Siap Untuk Dicetak

Universitas Sumatera Utara

56

Puli Diameter 2, 3 dan 4 Inci

Sabuk V Diameter 35, 36 dan 37 Inci

Adonan Terasi 5 kg

Universitas Sumatera Utara

57

Hasil Cetakan Terasi

Terasi Yang Telah Selesai Dipotong Menggunakan Mal Cetakan

Bahan Yang Tertinggal di Screew Press dan Lubang Cetakan

Universitas Sumatera Utara

58

Bahan Yang Tertinggal di Tabung Silinder

Universitas Sumatera Utara

32

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung.
Afrianto, E. dan E. Liviawaty., 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,
Yogyakarta.
Astawan, M., 2009. Udang Rebon Bikin Tulang Padat. Pustaka Utama, Jakarta.
Daryanto., 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering.
Graha Ilmu, Jakarta.
Djoekardi, D., 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta.
Edwards, H. M., 1830. World Register of Marine Species. Diakses dari
www.marinespecies.org [3 September 2015].
Eska, P., 2011. Higiene Sanitasi Industri Rumah Tangga Pengolahan Terasi dan
Analisa Rhodamin B Pada Terasi Berbagai Merek Di Pasar Kota Medan.
Diakses dari http://repository.usu.ac.id [3 September 2015]
Hutabarat, S. Dan S. M. Evans., 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lubis, H. S. A., 2008. Uji RPM Alat Pengaduk untuk Pembuatan Dodol.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lubis, M. R.., 2015. Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Mabie, H. H. dan F. W. Ocvirk., 1967. Mechanics dan Dinamycs of Machinery.
Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Muinah, 2011., Analisis Pengaruh Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Terhadap Permintaan Produk Asuransi Jiwa. Diakses dari
http://usu.ac.id/ [3 September 2015].
Nieman, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta.
Nugraha, B., J. Nugroho, N. Bintoro, 2012. Pengaruh Laju Udara dan Suhu
Selama Pengeringan Kelapa Parut Kering Secara Pneumatic. Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

33

Pratomo, M. dan Irwanto K., 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Roth, L. O. F. R Crow, and G.W. A. Mahoney., 1982. Agriculture Engineering.
AVI Publishing. Westport, USA.
Salam, N., 2008. Manfaat Mikroorganisme pada Industri Pembuatan Terasi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan
Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan. Makassar
Smith, H. P. dan Wilkes, H. L., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani.
Terjemahan T. Purwadi. UGM Press, Yogyakarta.
Soenarta, N. dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kros., 1981. Elemen Mesin : Elemen Konstruksi Bangunan
Mesin. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sularso dan K. Suga., 2004. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Suyanto, S. R., dan Mujiman, A., 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G., 1993. Pangan : Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wiraatmadja, S., 1995. Alsintan Pengiris dan Pemotong. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Wirakusumah, E. S., 2007. Mencegah Osteoporosis. Penebar Plus, Jakarta. Smith,
H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Soenarta, N. dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kross, 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

34

Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sutrisno, 1983. Disain dan Uji Teknis Prototipe Alat Penggiling Rebon dan
Pelumat Adonan Terasi, http://ipb.ac.id [25 Februari 2015]
Suyanto, S. R., dan Mujiman, A., 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1993. Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Januari
2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: adonan
terasi sebagai bahan yang akan dicetak, kertas koran, puli 2, 3 dan 4 inci dan
sabuk V.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu: alat pencetak terasi, alat tulis,
kalkulator, timbangan, wadah terasi (ember/timba), sarung tangan plastik, alat
ukur (cm/inci), kamera dan stopwatch.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) non
faktorial degan 3 taraf sebagai berikut:
D1 = diameter 2 inci
D2 = diameter 3 inci
D3 = diameter 4 inci
Model Rancangan Penelitian
Model rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL)
Yik = µ + Ti + εik .................................................................................... (5)

21
Universitas Sumatera Utara

22

Di mana:
Yik = Hasil pengamatan dari perlakuan faktor diameter puli pada taraf ke-i dan
pada ulangan ke k.
µ

= Nilai tengah.

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.
εik = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan diameter puli pada taraf ke-i dan
ulangan ke-k.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Bahan
Disiapkan adonan terasi siap cetak sebanyak 5 kg untuk setiap ulangan
yang dilakukan dalam pengujian.
Persiapan Alat
a. Dibersihkan alat dari kotoran dan sisa-sisa pengolahan sebelumnya.
b. Diperiksa alat pada bagian mur dan baut yang mengalami pengenduran.
c. Dipersiapkan puli dan sabuk V yang akan digunakan, yaitu puli ukuran 2,
3, dan 4 inci.
d. Dinyalakan alat, dan dilihat apakah alat berkerja dengan baik.
Prosedur Penelitian
a. Dipasang puli 2 inci dan sabuk V yang sesuai.
b. Ditimbang adonan terasi seberat 5 kg.
c. Dihidupkan alat pencetak terasi.
d. Dimasukkan adonan terasi kedalam alat melalui hopper.
e. Ditampung hasil cetakan diujung conveyor.
f. Dihitung waktu pencetakan hingga cetakan terasi dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara

23

g. Dimatikan alat pencetak terasi.
h. Dilakukan pengamatan parameter
i. Diulang perlakuan diatas sebanyak tiga kali.
j. Dilakukan perlakuan a-i untuk diameter puli 3 dan 4 inci.
Parameter yang Diamati
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat diperoleh dengan menghitung banyaknya bahan
yang diolah (kg) tiap satuan waktu (jam).
Kapasitas efektif alat =

Berat terasi yang diolah (kg)
Waktu (jam)

...........................(6)

Rendemen Alat
Rendemen diperoleh dengan menghitung berat terasi yang tercetak (kg)
dibagi dengan berat terasi sebelum dicetak (kg) dikali dengan 100%. Hal ini dapat
dilihat dengan rumus:
Rendemen =

Berat terasi yang tercetakan (kg)
Berat terasi sebelum pencetakan (kg)

x 100%………..…..(7)

Persentase Bahan Tertinggal
Perhitungan persentase bahan yang tertinggal di alat dilakukan dengan
mengeluarkan bahan yang tertinggal di alat setelah pencetakan dengan cara
manual yaitu dengan menggunakan tenaga operator. Kemudian bahan tertinggal
tersebut ditimbang untuk mengetahui berat bahan yang tertinggal di alat.
Persentase bahan yang tertinggal di alat dihitung dengan rumus:
Berat bahan yang tertinggal di alat (kg)
% Bahan tertinggal = Berat terasi sebelum pencetakan (kg) x 100 %...........(8)

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakkan diperoleh perlakuan
pengujian diameter puli pada alat pencetak terasi memberikan pengaruh sangat
nyata terhadap kapasitas alat dan memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen
dan persentase bahan yang tertinggal. Hasil dari penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Pengaruh diameter puli terhadap parameter yang diamati
Diameter puli Kapasitas Efektif Alat Rendemen
Persentase Bahan
(inci)
(kg/jam)
(%)
Tertinggal (%)
2
106,41
66,6
33.4
3
97,55
65,2
34,8
4
92,11
62,4
37.6
Berdasarkan Tabel 5 kapasitas alat terbesar terdapat pada perlakuan puli
dengan diameter 2 inci yaitu 106,41 kg/jam sedangkan nilai kapasitas alat terkecil
terdapat pada perlakuan dengan puli 4 inci yaitu 92,11 kg/jam. Nilai rendemen
paling tinggi terdapat pada perlakuan puli dengan diameter 2 inci yaitu 66,6% dan
rendemen paling rendah terdapat pada perlakuan puli dengan diameter 4 inci yaitu
62,4%. Untuk persentase bahan tertinggal, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan
puli dengan diameter 4 yaitu 37,6% sedangkan persentase bahan tertinggal
terendah terdapat pada perlakuan puli dengan diameter 2 inci yaitu 33,4%.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat atau mesin
dalam menghasilkan suatu produk persatuan waktu. Dari hasil analisis sidik
ragam lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan diameter puli memberikan

24
Universitas Sumatera Utara

25

pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat, sehingga
diperlukan analisa lanjutan yaitu dengan menggunakan duncan multiple range test
(DMRT) untuk mengetahui hubungan antar perlakuan.
Tabel 6. Uji DMRT Terhadap Kapasitas Alat Pencetak Terasi
DMRT
Notasi
Jarak
Perlakuan Rataan
0,05
0,01
0,05
0,01
D3
92,11
a
A
2
7,342
11,125
D2
97,55
a
AB
3
7,482
11,541
D1
106,41
b
B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa uji DMRT dengan taraf uji 0,05 yaitu
kapasitas alat dengan perlakuan D3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2,
tetapi perlakuan D3 dan D2 berbeda nyata dengan perlakuan D1. Sedangkan pada
taraf uji 0,01 kapasitas alat dengan perlakuan D3 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan D2 namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan D1, sedangkan
perlakuan D2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan D1.
Perbedaan diameter puli pada alat pencetak terasi mempengaruhi
kecepatan putaran yang ditransmisikan oleh sabuk V terhadap screwpress
sehingga menyebabkan perbedaan kapasitas alat pada setiap perlakuan.
Kecepatan screwpress yang semakin besar menyebabkan adonan terasi yang
masuk melalui lubang pemasukan (hopper) terdorong dan terolah semakin cepat,
sehingga hasil cetakan terasi lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit. Hal
ini sesuai dengan literatur Wiraatmadja (1995) yaitu cara untuk memperbesar atau
memperkecil kapasitas yaitu dengan mengubah jumlah mata pisau, rpm alat atau
tebal potongan, perubahan yang paling mudah dilakukan untuk memperbesar dan
memperkecil kapasitas alat adalah dengan merubah rpm.

Universitas Sumatera Utara

26

Hubungan antara dimeter puli pada alat pencetak terasi terhadap kapasitas
efektif alat dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Kapasitas Efektif Alat (kg/jam)

120
100
80
y = -7,15x + 120,1
r² = 0,981

60
40
20
0
0

1

2

3

4

5

Diameter Puli (inci)
Gambar 1. Hubungan diameter puli terhadap kapasitas efektif alat
Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bahwa semakin besar diameter puli
maka kapasitas alat yang dihasilkan semakin rendah begitu pula sebaliknya,
semakin kecil diameter puli maka kapasitas alat yang dihasilkan semakin tinggi.
Persamaan garis pada gambar terbentuk dari persamaan y = -7,15x + 120,1
disebut dengan persamaan regresi. Persamaan regresi merupakan persamaan yang
dapat digunakan untuk melihat bagaimana variabel-variabel saling berhubungan
atau dapat diramalkan. Hubungan yang dimaksud adalah antara diameter puli dan
kapasitas efektif alat, sehingga kita dapat menghitung nilai dari kapasitas efektif
alat jika dilakukan perubahan diameter puli tanpa melakukan pengujian kembali.
Dari gambar diatas juga diperoleh nilai r² = 0,981 yang merupakan koefisien
korelasi. Koefisien korelasi menunjukkan erat atau tidaknya hubungan antara
variabel-variabel tersebut. Berdasarkan literatur Muinah (2011) jika nilai koefisien

Universitas Sumatera Utara

27

korelasi antara 0,800-1,000 berarti tingkat hubungan antara dua variabel sangat
kuat.
Selain rpm alat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
kapasitas alat yaitu kemampuan operator, proses pencetakan terasi diawali dengan
memasukkan bahan melalui saluran masukan (hopper) hanya saja karena sifat
bahan dasar adonan terasi yang berbentuk pasta (lembek) maka bahan yang
dimasukkan harus diberikan dorongan agar adonan terasi dapat masuk dan
terdorong oleh screw press. Oleh karena itu, jika operator kurang mahir dalam
mendorong bahan maka waktu yang dibutuhkan selama pengolahan akan lebih
lama sehingga akan mempengaruhi nilai kapasitas efektif alat.
Rendemen Alat
Rendemen adalah perbandingan antara berat hasil setelah pengolahan
dengan berat bahan sebelum diolah dalam satuan persen (%). Dari hasil analisis
sidik ragam lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan diameter puli memberikan
pengaruh nyata terhadap persentase rendemen alat pencetak terasi. Sehingga
analisa duncan multiple range test (DMRT) dilanjutkan.
Tabel 7. Uji DMRT Terhadap Rendemen Alat Pencetak Terasi
DMRT
Notasi
Jarak
Perlakuan Rataan
0,05
0,01
0,05
0,01
D3
62,40
a
A
2
2,890
4,38
D2
65,20
ab
A
D1
66,60
b
A
3
2,945
4,543
Pada Tabel 5 menunjukkan uji DMRT dengan taraf uji 0,05 yaitu
rendemen dengan perlakuan D3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan D2 namun
berbeda nyata dengan D1, Sedangkan D2 berbeda tidak nyata dengan D1. Pada
taraf uji 0,01 rendemen dengan perlakuan D3 tidak berbeda nyata dengan

Universitas Sumatera Utara

28

perlakuan D2 dan D1, dan perlakuan D2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan
D1.
Hubungan antara diameter puli terhadap rendemen alat pencetak terasi
dapat dilihat pada gambar berikut:

Persentase Rendemen (%)

80
70
60
50
y = -2,1x + 71,03
r² = 0,964

40
30
20
10
0
0

1

2

3

4

5

Diameter Puli (inci)
Gambar 2. Hubungan diameter puli terhadap rendemen alat
Berdasarkan pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin kecil diameter
puli maka rendemen alat semakin besar. Hal ini disebabkan jumlah putaran yang
dihasilkan puli berdiameter 2 inci pada screwpress lebih besar dibandingkan
dengan puli 3 dan 4 inci, sehingga hasil terasi yang tercetak lebih banyak pada
puli 2 inci.
Persentase Bahan Tertinggal
Dari hasil analisis sidik ragam lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan
diameter puli memberikan pengaruh nyata terhadap persentase bahan yang
tertinggal pada alat pencetak terasi, sehingga analisa duncan multiple range test
(DMRT) dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara

29

Tabel 8. Uji DMRT Terhadap Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat Pencetak
Terasi
DMRT
Notasi
Jarak
Perlakuan Rataan
0,05
0,01
0,05
0,01
D1
33,40
a
A
2
2,890
4,38
D2
34,80
ab
A
D3
37,60
b
A
3
2,945
4,543
Pada Tabel 8 menunjukkan uji DMRT dengan taraf uji 0,05 yaitu
persentase bahan tertinggal dengan perlakuan D1 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan D2 namun berbeda nyata dengan D3, Sedangkan D2 berbeda tidak
nyata dengan D3. Pada taraf uji 0,01 yaitu persentase bahan tertinggal dengan
perlakuan D1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 dan D3, dan perlakuan D2
tidak berbeda nyata dengan perlakuan D3.
Hubungan antara diameter puli dan persentase bahan tertinggal dapat
dilihat pada gambar berikut:

Bahan Tertinggal (%)

40,00
35,00
30,00
25,00
y = 2,1x + 28,96
r² = 0,964

20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0

1

2

3

4

5

Diameter Puli (inci)
Gambar 3. Hubungan diameter puli terhadap persentase bahan tertinggal
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin besar diameter puli
maka persentase bahan tertinggal akan semakin tinggi dan semakin kecil diameter
puli maka persentase bahan tertinggal akan semakin rendah, maka dapat

Universitas Sumatera Utara

30

disimpulkan perlakuan terbaik adalah D1 yaitu dengan diameter 2 inci. Hal yang
menyebabkan tinggi rendahnya persentase bahan yang tertinggal pada alat yaitu
semakin kecil puli yang digunakan maka semakin cepat putaran pada screwpress
sehingga adonan lebih cepat terdorong dan bahan tidak banyak lengket pada
tabung dan screwpress.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat pencetak terasi tertinggi terdapat pada perlakuan D1dengan
diameter puli 2 inci yaitu 106,41 kg/jam.
2. Rendemen alat pencetak terasi tertinggi terdapat pada perlakuan D1
dengan diameter puli 2 inci yaitu 66,6%.
3. Persentase bahan tertinggal pada alat pencetak terasi terendah terdapat
pada perlakuan D1dengan diameter 2 inci yaitu 33,4%.
4. Semakin kecil diameter puli yang digerakkan maka putaran yang
dihasilkan pada screw press akan semakin besar.
5. Semakin besar kecepatan putaran yang diberikan pada screw press maka
kapasitas dan rendemen alat akan meningkat.
6. Diameter puli pada alat pencetak terasi memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap kapasitas efektif alat dan memberikan pengaruh nyata terhadap
rendemen dan persentase bahan tertinggal.
Saran
1. Perlu dilakukan perbaikan pada conveyor agar kecepatan conveyor sesuai
dengan kecepatan adonan terasi yang keluar dari lubang cetakan.
2. Perlu dilakukan perbaikan pada tabung silinder press agar mudah dibuka
saat proses pembersihan alat.

31
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Rebon (Acetes Indicus)
Udang rebon adalah salah satu hasil laut dari jenis udang-udangan namun
dengan ukuran yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis udang-udangan
lainnya. Karena ukurannya yang kecil inilah, udang ini disebut dengan udang
“rebon”. Di mancanegara, udang ini lebih dikenal sebagai terasi shrimp karena
memang udang ini merupakan bahan baku utama pembuatan terasi. Di pasaranpun,
udang ini lebih mudah ditemukan sebagai bahan seperti terasi, atau telah
dikeringkan dan sangat jarang dijual dalam keadaan segar (Astawan, 2009).
Menurut Edwards (1830), udang rebon diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Crustaceae

Sub Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Family

: Sergestidae

Genus

: Acetes

Spesies

: Acetes Indicus

Ciri-ciri dari udang rebon adalah mempunyai tiga pasang kaki jalan yang
sempurna, restum dan telsonnya pendek, mempunyai kaki renang yang sempurna
dan tampak berbulu dan panjang antena sekitar 2-3 kali panjang tubuhnya.
Dengan kulit agak keras, tetapi tidak kaku. Mempunyai tanda istimewa pada
badan terdapat ban ungu hitam dan pada masing-masing ruas terdapat 2 ban.

4
Universitas Sumatera Utara

5

Warna tersebut jelas sekali pada udang yang masih hidup. Warna kaki pada
umumnya berwarna merah (Hutabarat dan Evans, 1986).
Kandungan gizi dari udang rebon dalam kondisi segar dan kering disajikan
pada Tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan Gizi Udang Rebon per 100 g.
Kandungan gizi
Udang rebon kering
Energi (kkal)
299
Protein (g)
59,4
Lemak (g)
3,6
Karbohidrat (g)
3,2
Kalsium (mg)
2.306
Fosfor (mg)
265
Besi (mg)
21,4
Vitamin A (SI)
0
Vitamin B1 (mg)
0,06
Air (g)
21,6
Sumber : Direktorat Gizi Depkes, (1992).

Udang rebon segar
81
16,2
1,2
0,7
757
292
2,2
60
0,04
79,0

Berbagai Jenis Olahan Udang Rebon
Ada berbagai jenis olahan udang rebon yang ada dipasaran dan sebagaian
masih diproduksi dalam sekala kecil. Inilah beberapa contoh olahan yang
menggunakan udang rebon sebagai bahan bakunya:
1. Abon udang rebon
Abon rebon memiliki rasa yang cukup gurih, sangat cocok digunakan
sebagai pelengkap makanan dengan berbagai macam sayuran. Abon rebon juga
dapat menambah citarasa berbagai menu makanan seperti nasi goreng, pangsit
dan lain-lain.
2. Sosis udang rebon
Pada umumnya sosis dibuat dari daging sapi dan ayam. Mengingat
sumberdaya perikanan Indonesia cukup besar maka pemanfaatan udang rebon

Universitas Sumatera Utara

6

dapat menjadi alternatif penganti daging sapi dan ayam dalam pembuatan
sosis.
3. Tepung udang rebon
Tepung udang rebon merupakan tepung yang dihasilkan dari proses
pengolahan seluruh bagian tubuh udang rebon yang terdiri atas kepala,
cangkang, dan daging yang banyak mengandung kalsium dan fosfor. Tepung
udang rebon yang banyak mengandung kalsium dan fosfor diperoleh dengan
melewati proses deproteinasi dan proses defatting (Wirakusumah, 2007).
4. Terasi udang rebon
Terasi merupakan bumbu tradisional yang banyak dikenal dan disukai
oleh masyarakat Indonesia. Banyak orang menyukai terasi karena rasa dan
aromanya yang khas, terutama untuk meningkatkan selera makan
(Salam, 2008).
5. Pakan ternak
Selain diolah menjadi berbagai jenis makanan, udang rebon juga
dijadikan sebagai campuran pakan ternak oleh beberapa petani seperti pakan
ikan, bebek, ayam dan jenis ternak lainnya.
Pengolahan Udang Rebon Menjadi Terasi
Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :
1. Pertama-tama, udang rebon dicuci dengan air bersih agar semua kotoran
terbuang. Selanjutnya udang rebon dimasukkan kedalam karung selama
semalam agar bahan baku tersebut menjadi setengah busuk.
2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur
dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2

Universitas Sumatera Utara

7

hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar
keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat
dibersihkan.
3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan
dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya
benar-benar terurai.
4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya
untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan
tergantung selera, maksimal 30% dari bera total udang rebon, agar terasi yang
diproduksi tidak terlalu asin.
5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi
tersebut. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu malam agar bakteri
pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam, gumpalan bahan terasi
tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah sinar matahari selama 3-4
hari.
6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar
halus dan dibungkus kembali. Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali
selama 1-4 minggu, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara
sempurna. Proses fermentasi dapat dianggap selesai apabila telah tercium
aroma terasi yang khas.
7. Daya tahan terasi diolah dengan cara seperti diatas dapat mencapai 12 bulan.
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).

Universitas Sumatera Utara

8

Mutu Hasil Terasi Udang Rebon
Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah memungkinkan
produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah yang besar dengan daya
tahan yang relatif lama. Berkembangnya pembuatan makanan terolah dalam
kemasan siap pakai secara besar-besaran telah menimbulkan berbagai masalah.
Terjadinya kesalahan dalam proses pengolahan suatu produk terbungkus secara
besar-besaran dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada masyarakat luas
(Winarno, 1993).
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan SNI 01-2716.1-2009,
dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan Mutu Terasi Menurut SNI Nomor 01-2716.1-2009
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
I. Organoleptik
Angka (1-9)
Minimal 7
II. Cemaran Mikroba *
- Escherichia coli
APM/g
Minimal < 3
- Salmonella
Per 25 g
Negatif
- Staphylococcus aureus
Koloni / g
1 x 103
- Vibrio cholerae
Per 25 g
Negatif
III. Kimia
- Kadar Air
% Fraksi Massa
30-50
- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam % Fraksi Massa
Maksimal 1,5
- Kadar Garam
% Fraksi Massa
Maksimal 10
- Kadar Protein
% Fraksi Massa
Maksimal 15
- Kadar Karbohidrat
% Fraksi Massa
Maksimal 2
Kadang-kadang pengusaha terasi yang ingin mengeruk banyak keuntungan
dengan sengaja menambahkan tepung tapioka dan zat pewarna kedalam adonan
terasi. Tindakan demikian sangat merugikan konsumen, karena selain mutu terasi
menjadi rendah, kadang-kadang zat pewarna yang digunakan mengandung logam
Cu atau Mg yang berbahaya bagi kesehatan (Afrianto dan Liviawaty, 1991).

Universitas Sumatera Utara

9

Teknik Pencetakan Terasi
Komposisi bahan baku terasi merupakan hal utama dalam pembuatan
terasi, terutama jika terasi dicetak menggunakan alat/mesin. Komposisi bahan
baku terasi harus sesuai untuk memperoleh hasil cetakan terasi yang baik dan
memperoleh efisiensi yang maksimum. Diharapkan hasil yang diperoleh dapat
lebih optimal, dengan mengetahui komposisi bahan baku terasi yang sesuai untuk
alat pencetak terasi.
Dalam proses pencetakannya bahan akan terus keluar melalui saluran
cetakan, bahan yang keluar melalui saluran cetakan akan turun dan ditampung
oleh belt conveyor, hanya saja putaran poros belt conveyor yang terlalu cepat
mengakibatkan bahan yang keluar terkadang akan putus akibat adanya gesekan
antara hasil cetakan dengan permukaan belt conveyor oleh karena itu perlu adanya
perlakuan terhadap diameter puli pada screw press agar bahan terdorong dengan
cepat sehingga putaran pada screw press dapat mengimbangi putaran pada belt
conveyor (Lubis, 2015).
Komponen Alat Pencetak Terasi
Rangka Alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor Listrik
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor
litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk

Universitas Sumatera Utara

10

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas
angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996)
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap. Selain itu motor listrik mempunyai keuntungan
sebagai berikut:
1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar.
2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.
3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak perlu
mengukur polusi lingkungannya dan membuat ventilasi. Tetapi di ruang yang
berbahaya terhadap percikan api, perlu digunakan motor listrik agar tidak
terjadi kebakaran (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Bantalan (Bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan
poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan
peranannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan radial, arah beban yang

Universitas Sumatera Utara

11

ditumpu bantalan ini adalah gerak lurus sumbu poros, arah beban bantalan ini
sejajar sumbu poros. Bantalan gelinding khusus dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
- Bantalan luncur
- Bantalan gelinding
2. Beban terhadap poros
- Bantalan radial
- Bantalan aksial
- Bantalan gelinding khusus
(Sularso dan Suga, 2002).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle (spindle), gandar
(axle), poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk
dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran
diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar
bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat
diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).

Universitas Sumatera Utara

12

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan
poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam
mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang

Universitas Sumatera Utara

13

terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang berhenti lama sampai batas-batas
tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difis, baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang
dideokasikan dengan ferrosilikon dan dicor. Poros-poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan
yang sangat tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel, baja khrom nikel
molibden, dan lain-lain (Sularso dan Suga, 2004).
Puli (Pulley)
Puli merupakan bagian elemen mesin yang berfungsi sebagai tempat
penggerak sabuk yang mentranmisikan putaran atau daya. Pemilihan puli harus
dilakukan dengan teliti agar nantinya bisa diperoleh perbandingan kecepatan yang
diinginkan. Puli biasanya terbuat dari besi tuang, bagian luar puli dibuat licin
supaya sabuk dapat berjalan dengan baik dan tidak cepat aus
(Sularso dan Suga, 2004).
Sedangkan menurut Stolk dan Kros (1981) puli berfungsi untuk
memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari motor yang selanjutnya
diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli dibuat dari besi cor atau
dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan
diterapkan puli dari paduan aluminium.

Universitas Sumatera Utara

14

Ada beberapa jenis puli, diantaranya:
1.

Puli alur
Pada puli jenis alur ini ada yang terdiri dari alur rata dimana dalam hubungan
dengan sabuk yang berpenampang V juga alur V ganda yang menggunakan
sabuk berbentuk V dan alur V.

2.

Puli jenis tingkat
Puli ada yang bertingkat satu atau tunggal dimana hanya menggunakan satu
sabuk dan bertingkat dua yang menggunakan sabuk ganda.

3.

Puli jenis pengunci
Pada puli jenis ini digunakan untuk mengunci puli dengan poros sehingga
dalam mentransmisikan putaran tidak bergeser atau berubah. Pengunci puli
ada yang berupa pasak, baut, dan spai penahan (Sularso dan Suga, 2004).
Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi

langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan
daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau
rantai yang dibelitkan disekeliling puli atau sprocket pada poros. Jika pada suatu
konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter dp dan
puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka perbandingan putaran
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
N1
n2

dp

= Dp ........................................................................................................ (1)

(Roth, et all., 1982).
Menurut Mabie dan Ocvirk (1967) pemasangan puli dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :

Universitas Sumatera Utara

15

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
Dalam Penelitian ini digunakan puli dengan diameter 2 inci, 3 inci dan 4
inci pada motor penggerak. Hal ini memungkinkan hasil yang diperoleh terhadap
beberapa parameter yang diamati akan berbeda. Semakin kecil puli penggerak
maka daya yang dihasilkan akan semakin besar.
Sabuk V (V-Belt)
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
V dibelitkan di sekitar alur puli yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya
slip antara sabuk dan puli sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau
perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1984).
Susunan khas sabuk V terdiri atas :
- Bagian elastic yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.
- Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.
(Smith dan Wilkes, 1990).

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut

Smith

dan

Wilkes

(1990),

apabila

pemindahan

daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:
L = 2C+1,57(Dp+dp)+

(Dp-dp)
4C

2

................................................................ (2)

dimana:
L = Panjang efektif sabuk (mm)
C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)
Dp = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
dp = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)
Speed Reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
N1

i=

N2

....................................................................................................... (3)

dimana:
i

= Perbandingan reduksi

N1

= Input putaran (rpm)

N2

= Output putaran (rpm)

(Niemann, 1982).
Saluran Masukan Bahan (Hopper)
Hopper merupakan saluran tempat masuknya bahan menuju tahap
pengolahan selanjutnya yaitu proses pengepressan bahan oleh screw press.

Universitas Sumatera Utara

17

Tabung Press
Tabung press berfungsi sebagai tempat pengepressan bahan dimana tabung
ini akan menentukan jumlah bahan maksimal yang berada di dalam tabung press
untuk dapat diolah. Tabung press berbentuk tabung silinder yang terbuat dari
material yang padat dan kokoh.
Kempa Ulir (Screw Press)
Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan
merata serta untuk menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar.
Kinematika dari gerakan ulir penggerak sama dengan gerakan kinematika dari
baut dan mur, hanya terdapat perbedaan dari geometri dari ulirnya. Sehingga ulir
penggerak memberikan aplikasi gerakan, sedang ulir baut dan mur memberikan
aplikasi sebagai pengikat. Macam-macam aplikasi dari ulir penggerak :
1. Dongkrak mobil
2. Ulir penggerak pada mesin bubut
3. Ulir penggerak pada mesin pres
4. Tempat tidur rumah sakit
5. Kontrol reaktor nuklir
6. C klem dan lain sebagainya.
(Achmad, 2006).
Saluran Cetakan
Saluran cetakan berfungsi sebagai tempat keluarnya bahan yang telah
selesai diolah, saluran cetakan berbentuk persegi dengan ukuran 25 x 10 mm
dimana jumlah saluran cetakan pada alat pencetak terasi ini adalah dua saluran
pengeluaran.

Universitas Sumatera Utara

18

Belt Conveyor
Belt conveyor (sabuk konveyor) memiliki komponen utama berupa sabuk
yang berada diatas roller-roller penumpu. Sabuk digerakkan oleh motor penggerak
melalui suatu puli, sabuk bergerak secara translasi dengan melintas datar atau
miring tergantung kepada kebutuhan dan perencanaan. Material diletakkan diatas
sabuk dan bersama sabuk bergerak kesatu arah. Pada pengoperasiannya sabuk
konveyor menggunakan tenaga penggerak berupa motor listrik dengan perantara
roda gigi yang dikopel langsung ke puli penggerak. Sabuk yang berada diatas
roller-roller akan bergerak melintasi roller-roller dengan kecepatan sesuai putaran
dan puli penggerak.
Mal Cetakan
Mal cetakan tersusun atas pisau-pisau pemotong yang berfungsi untuk
memotong bahan agar bahan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, pisau
pemotong tepat berada sejajar yang disusun pada mal dengan jarak yang sama
agar menghasilkan hasil pemotongan yang seragam untuk mempermudah proses
pemotongan bahan.
Prinsip Kerja Alat Pencetak Terasi
Alat pencetak terasi ini bekerja dengan prinsip mengempa atau
mengepress bahan dengan menggunakan screw press sehingga bahan akan
terdorog dan akan keluar melalui saluran cetakan kemudian bahan akan dibawa
menggunakan conveyor ke tempat penampungan, lalu dicetak menggunakan mal
cetakan.

Universitas Sumatera Utara

19

Kapasitas Kerja Alat
Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas Alat =

Produk yang diolah
Waktu

……….............…………..........(4)

Menurut Wiraatmadja (1995), adapun cara untuk memperbesar atau
memperkecil kapasitas pengirisan yaitu dengan mengubah julmlah mata pisau,
rpm alat pengiris atau mengubah tebal irisannya. Perubahan paling mudah
dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil tanpa merubah tebal irisannya
adalah dengan merubah rpm yakni dengan menambahkan transmisi, baik dengan
pulley atau sprocket dan rantai.
Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk
menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.
Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi
derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih. Ukuran untuk
derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi. Korelasi
dilambangkan dengan r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1).
Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada
korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat.

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 4. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien
0,800 – 1,000
0,600 – 0,799
0,400 – 0,599
0,200 – 0,399
0,000 – 0,199
(Muinah, 2011).

Tingkat Hubungan
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Lemah
Sangat Lemah

Rendemen Alat
Rendemen menyatakan persentase bahan hasil olahan terhadap bahan
mentah atau bahan baku yang diolah per satuan berat bahan. Perhitungan
rendemen diperlukan untuk mengetahui banyaknya jumlah kebutuhan bahan baku
dalam suatu proses industri yang menggunakan alat atau mesin untuk
menghasilkan jumlah produk yang diinginkan. Rendemen dapat dihitung dengan
membandingkan berat hasil olahan dengan berat bahan baku sebelum dilakukan
pengolahan (Lubis, 2008).
Persentase Bahan Tertinggal
Persentase bahan yang tertinggal di alat adalah banyaknya bahan yang
tidak dapat keluar dari alat secara otomatis setelah saluran pengeluaran bahan
dibuka atau proses pengolahan selesai dilakukan. Bahan yang tidak dapat keluar
dari mesin pengolahan membutuhkan tenaga operator untuk mengeluarkannya
secara manual. Hal ini menyebabkan efisiensi pengolahan dan biaya produksi
meningkat untuk upah operator (Nugraha, dkk., 2012).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang rebon terdapat hampir diseluruh perairan Indonesia, terutama pantai
timur Sumatera, pantai barat Sumatera (Meulaboh, Air Bangis, Padang, Painan),
pantai timur Lampung, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, selat Madura,
Banyuwangi, Muncar, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Pulau Laut, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, Bintuni, Kepulauan Aru, dan
Laut Arafuru (Suyanto dan Mujiman, 2001).
Ikan dan udang merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi masyarakat, mudah didapat dan harganya terjangkau. Namun hasil
laut seperti ikan dan udang cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu
pengawetan perlu dilakukan untuk memperpanjang umur produk. Pengawetan
ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan,
sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak.
Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang
baik selama proses pengawetan seperti: menjaga kebersihan bahan dan alat yang
digunakan, menggunakan ikan yang masih segar serta garam yang bersih.
Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan atau udang yang
hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti dengan penambahan
asam), kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses fermentasi (Afrianto
dan Liviawaty, 1991). Pembuatan terasi banyak dilakukan oleh penduduk di
daerah pesisir secara tradisional. Saat ini pembuatan terasi juga telah diproduksi
dalam skala besar oleh pabrik-pabrik secara modern.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Oleh karena permintaan pasar yang semakin meningkat akan terasi, maka
produsen pembuat terasi harus berusaha memproduksi terasi dengan kualitas yang
baik dan dengan produktivitas yang tinggi pula. Pencetakan terasi secara manual
dinilai kurang efisien karena bentuk yang tidak seragam sehingga mengurangi
nilai jual terasi tersebut. Pencetakan terasi dengan suatu alat semi-mekanis dapat
menghasilkan produk terasi dengan bentuk yang lebih dan dapat meningkatkan
produktivitas kerja produsen.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya oleh
M. Rasyid Lubis di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan Hasil Penelitian Lubis (2015), diperoleh
data pengolahan terasi sebagai berikut:
Tabel 1. Kapasitas Efektif Alat Lubis (2015)
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan

Berat Bahan (kg)
5
5
5
15
5

Waktu Pengolahan (jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097

Kapasitas Alat (kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54

Pada penelitian Lubis (2015), digunakan puli berdiameter 3 inci. Lama
waktu pengolahan diukur dari saat bahan dimasukkan kedalam saluran masukan
alat hingga semua bahan tercetak keluar melalui saluran cetakan. Pada alat ini
menunjukan bahwa kapasitas rata-rata alat pencetak untuk pencetakan adonan
terasi adalah 51,54 kg/jam. Dimana kapasitas tertinggi terdapat pada ulangan ke 1
yaitu sebesar 54,34 kg/jam, sedangkan kapasitas terendah terdapat pada ulangan
ke 2 yaitu sebesar 48,54 kg/jam. Penulis menduga bahwa akan terjadi perbedaan
kinerja alat apabila digunakan puli dengan dimeter yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

3

Tujuan Penelitian
Penelitia