Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012

EFEKTIVITAS AKUN TWITTER @EHINDONESIA SEBAGAI
MEDIA UNTUK GERAKAN EARTH HOUR INDONESIA 2012

LULU HANIFAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Akun
Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Lulu Hanifah
NIM I34090056

ABSTRAK
LULU HANIFAH. Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media
Gerakan Earth Hour Indonesia 2012. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS.
Gerakan Earth Hour adalah gerakan sosial mematikan lampu dan alat
elektronik lainnya selama satu jam dengan tujuan untuk mengurangi gas rumah
kaca di bumi. Gerakan ini dilaksanakan setiap minggu keempat bulan Maret di
beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu media kampanye dari
gerakan Earth Hour adalah melalui Twitter dengan akun @EHIndonesia. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara intensitas mengakses akun
Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media kampanye gerakan Earth Hour
Indonesia dilihat dari kognitif, afektif, dan behavioral. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif menggunakan kuesioner dengan didukung datadata kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas
responden mengakses Twitter; 2) terdapat hubungan yang signifikan pada
intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral responden; dan 3) Twitter

efektif sebagai media gerakan sosial.
Kata kunci: Earth Hour, gerakan sosial, Twitter

ABSTRACT
LULU HANIFAH. Effectiveness Account Twitter @EHIndonesia as Media of
Earth Hour Indonesia Movement 2012. Supervised by DJUARA P. LUBIS.
Earth Hour is a social movement which turn off the light and others
electronic devices for one hour. Earth Hour held every fourth week in March.
Earth Hour followed by many countries in the world, including Indonesia. Earth
Hour use some media to campaign this movement to people, one of the media is
Twitter with account Twitter @EHIndonesia. The objective of this research is to
analyze relation between intensity of Twitter access and Twitter effectiveness as a
media of social movements with cognitive, affective, and behavioral factors. The
methods of the research are quantitative and supported with qualitative data. This
research results show that: 1) there is significant correlation between ease of
access to the internet and intensity of access to internet; 2) there is significant
correlation between intensity of access to internet and behavioral factor; and 3)
Twitter effective as media of social movements.
Keywords: Earth Hour, social movements, Twitter


EFEKTIVITAS AKUN TWITTER @EHINDONESIA SEBAGAI
MEDIA UNTUK GERAKAN EARTH HOUR INDONESIA 2012

LULU HANIFAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media untuk
Gerakan Earth Hour Indonesia 2012
Nama
: Lulu Hanifah

NIM
: I34090056

Disetujui oleh

Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan
dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
September 2012 ini ialah komunikasi massa dan gerakan sosial dengan judul

Efektivitas Akun Twitter @EHIndonesia sebagai Media Gerakan Earth Hour
Indonesia 2012.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir.
Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
masukan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Terima kasih juga kepada Ir. Hadiyanto, MSi selaku penguji utama dan Ir. Nuraini
W. Prasodjo selaku penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan
berharga bagi penulis. Kakak-kakak WWF dan Earth Hour Indonesia, khususnya
Kak Ve, Kak Laura, Kak Cea, dan Kak Ruri yang telah meluangkan waktunya
untuk membantu penulis dalam penelitian. Orang tua tercinta Achmad Mucharom
dan Neneng Solihat, serta kakak-kakak tersayang, Rizqi Amalia, Muhammad Aziz
Hakim, Rismelsy yang selalu sabar memberi doa, dukungan, semangat, materi dan
semua pengorbanannya dengan penuh ikhlas kepada penulis. Indra Setiyadi, untuk
selalu memotivasi, mendukung dan mendengarkan keluh kesah penulis. Sahabatsahabat KPM dan HIMASIERA khususnya Arif Rachman, Syifa Selvia, Rina
Khaerunnisa, Ajeng Intan, Siska Oktavia, Nadia Zabila, Bahari Ilmawan, Faris
Budiman, Elbie Yudha, M. Septiadi, Siti Chaakimah, dan Ganies Oktaviana atas
dukungan, saran, bantuan, dan kebersamaan. Anggi Indriani, terimakasih telah
memberikan inspirasi bagi penulis untuk meneliti situs jejaring sosial. Teman satu
bimbingan, Agustin, untuk semangat, masukan, saran, candaan, dan kebersamaan
dalam mengerjakan skripsi sehingga dapat sidang pada hari yang sama. Temanteman Nature, Babang, Bagus, Ryan atas kebersamaannya. Teman-teman Sanggar

Juara yang mengajarkan banyak hal kepada penulis. Teman-teman seperjuangan
akselerasi KPM 46 yang banyak memberikan masukan bagi penulis. Kakak-kakak
KPM 45, Jabbar, Farhan, Rezza, Mareta, Selvi, Didit dan Robi yang telah
memberi saran, masukan, dan semangat bagi penulis. Seluruh keluarga besar
KPM, khususnya KPM 46 atas dukungan dan kebersamaan selama ini. Mba Dini,
Mba Icha, dan Mba Maria yang banyak membantu penulis dalam proses
administrasi. Terimakasih juga kepada seluruh responden serta semua pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan studi pustaka hingga penyelesaian skripsi
ini.

Bogor, Januari 2013
Lulu Hanifah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL (lanjutan)

ix



DAFTAR GAMBAR



DAFTAR LAMPIRAN

xi 

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah




Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Internet Sebagai Media Komunikasi Massa



Komunitas Dunia Maya dan Situs Jejaring Sosial




Gerakan Sosial



Kerangka Pemikiran

11 

Hipotesis Penelitian

12 

Definisi Operasional

12 

PENDEKATAN LAPANGAN

16 


Metode Penelitian

16 

Lokasi dan Waktu

16 

Teknik Pengumpulan Data

16 

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

18 

GAMBARAN UMUM

20 


Sejarah Earth Hour

20 

Earth Hour Indonesia dan Akun Twitter @EHIndonesia

22 

Karakteristik Responden

23 

INTENSITAS FOLLOWERS DALAM MENGAKSES TWITTER DAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

28 

Intensitas Mengakses Akun Twitter @EHIndonesia

28 

Hubungan Karakteristik Followers dengan Intensitas Mengakses
Twitter

29 

Tingkat Kemudahan Mengakses Internet

40 

Hubungan Tingkat Kemudahan Mengakses Internet Followers Akun
Twitter @EHIndonesia dengan Intensitas Mengakses Twitter

42 

Ikhtisar

43 

EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

45 

Aspek Kognitif

45 

Aspek Afektif

46 

Aspek Behavioral

46 

Hubungan Antara Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Behavioral

47 

Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Efektivitas Twitter
sebagai Media untuk Gerakan Sosial

50 

Ikhtisar

53 

SIMPULAN DAN SARAN

55 

Simpulan

55 

Saran

55 

DAFTAR PUSTAKA

57 

LAMPIRAN

59

RIWAYAT HIDUP

72

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Logo dan nama situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak
di dunia, 2012
Jumlah 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia, 2012
Beberapa indikator partisipan Earth Hour di dunia pada tahun 2008
sampai tahun 2011
Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, followers
@EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan, followers
@EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut kategori usia, followers
@EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan, followers
@EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat penerimaan,
followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal, followers
@EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi mengakses Twitter,
followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase responden menurut durasi mengakses Twitter,
followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut jenis
kelamin, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter terhadap jenis
kelamin, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut usia
responden, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut usia
responden, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat
pendidikan, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat
pendidikan, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi frekuensi mengakses Twitter menurut
jenis pekerjaan responden, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut jenis
pekerjaan, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat
penerimaan, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat
penerimaan, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tempat
tinggal, followers @EHIndonesia, 2012
Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tempat
tinggal responden, followers @EHIndonesia, 2012



21 
24 
25 
25 
26 
26 
27 
28 
29 
30 
31 
31 
32 
33 
34 
35 
36 
37 
37 
39 
40

DAFTAR TABEL (lanjutan)
24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepemilikan alat TIK,
followers @EHIndonesia, 2012
25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat melek teknologi,
followers @EHIndonesia, 2012
26 Jumlah dan persentase kemudahan mengakses internet dengan
intensitas mengakses Twitter, followers @EHIndonesia, 2012
27 Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek kognitif,
followers @EHIndonesia, 2012
28 Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek afektif,
followers @EHIndonesia, 2012
29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan aspek
behavioral, followers @EHIndonesia, 2012
30 Jumlah dan persentase responden menurut tindakan melakukan serta
melakukan dan mengajak gerakan Earth Hour 2012
31 Jumlah dan persentase aspek afektif berdasarkan aspek kognitif,
followers @EHIndonesia, 2012
32 Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek afektif,
followers @EHIndonesia, 2012
33 Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek kognitif
followers @EHIndonesia, 2012
34 Jumlah dan persentase aspek kognitif menurut intensitas mengakses
Twitter, followers @EHIndonesia, 2012
35 Jumlah dan persentase aspek afektif menurut intensitas mengakses
Twitter, followers @EHIndonesia, 2012
36 Jumlah dan persentase aspek behavioral menurut intensitas mengakses
Twitter, followers @EHIndonesia, 2012

41 
42 
43 
45 
46 
47 
47 
48 
49 
49 
50 
52 
53 

DAFTAR GAMBAR

1
2

Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan
sosial
Profil akun Twitter @EHIndonesia

12 
23 

DAFTAR LAMPIRAN
1 Strategi kampanye Earth Hour Indonesia 2012-2014
2 Dokumentasi kegiatan Earth Hour Indonesia 2012
3 Statistik Akun Twitter @EHIndonesia
4 Daftar responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat
5 Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan intensitas
mengakses Twitter
6 Hasil analisis hubungan tingkat kemudahan mengakses internet
terhadap intensitas mengakses Twitter
7 Hasil analisis hubungan kognitif, afektif, dan behavioral
8 Hasil analisis hubungan intensitas mengakses Twitter dengan efektivitas
Twitter sebagai media gerakan sosial

59 
59 
60 
62 
64 
68 
68 
70 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Bungin (2008), komunikasi massa adalah proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Media massa adalah media
komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal
dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Adanya kemampuan media
massa yang makin berkembang dan perkembangan khayalak yang semakin kritis,
menyebabkan media massa bukan hanya sebagai sarana menyampaikan informasi
tetapi juga digunakan untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian khalayak
tentang satu isu yang sedang berkembang.
Salah satu hasil dari perkembangan teknologi informasi yang berdampak
pada media massa adalah munculnya internet (media virtual). Perkembangan
internet dinilai cukup pesat oleh berbagai pihak. Pengguna internet di Indonesia
pun kian hari kian bertambah. Menurut riset MarkPlus Insight 2012, pertumbuhan
penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat. Pada akhir tahun 2012,
pengguna Internet di Indonesia mencapai 61.08 juta orang atau sebesar 23.5% dari
seluruh populasi Indonesia. Riset MarkPlus Insight juga menemukan bahwa 58
juta orang, atau sebesar 95% pengguna internet mengakses internet dari notebook,
netbook, tablet, dan perangkat seluler (Karimuddin 2012). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pengguna internet, mengakses internet secara mobile.
Internet mengembangkan teknologi-teknologi cyber, salah satunya adalah
situs jejaring sosial. Beberapa situs jejaring sosial yang populer antara lain adalah
Facebook, Twitter, Tumblr, dan Youtube. Berbeda dengan media massa lainnya,
komunikasi yang dilakukan dengan internet bisa menjadi komunikasi dua arah
karena khalayak bisa berinteraksi dengan berkomentar, bertanya, dan memberi
saran pada situs-situs tertentu. Dengan demikian, adanya internet, khususnya situs
jejaring sosial, semakin mempermudah dan mempercepat pertukaran informasi,
termasuk pertukaran isu yang sedang berkembang. Hal ini yang menjadi salah
faktor penyebab internet berkembang cukup pesat.
Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula isu-isu di masyarakat
yang mendorong khayalak untuk melakukan gerakan sosial. Gerakan sosial di
Indonesia sudah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu. Pada tahun 1966, para
mahasiswa anggota KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) berusaha
menggagalkan upacara pelantikan anggota kabinet dengan jalan memblokade
jalan-jalan yang menuju Istana Merdeka dengan kendaraan-kendaraan bermotor
yang bannya dikempeskan. Kemudian pada tahun 1998, terjadi demonstrasi para
mahasiswa dan kelompok pro demokrasi di jalan-jalan protokol ibu kota,
demonstrasi di Gedung DPR. Gerakan ini berhasil menggulingkan pemerintahan
Orde Baru, melahirkan suatu sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan
terbuka. Seperti yang dikutip dalam Tarrow (1994), salah satu sumber kekuatan
gerakan sosial ada pada kemampuan gerakan sosial untuk memobilisasi individu
maupun kelompok dalam masyarakat. Mobilisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan infrastuktur sosial seperti jaringan sosial.

2
Melihat dari perkembangan zaman, gerakan sosial kini tidak hanya dapat
dilakukan melaui aksi-aksi dan turun langsung ke jalan, tetapi juga dapat melalui
media massa, khususnya situs jejaring sosial melalui internet. Jaringan yang
terbentuk untuk melakukan gerakan sosial bukan hanya lewat jaringan di dunia
nyata tetapi juga lewat dunia maya. Berawal dari dunia maya, masyarakat dapat
merealisasikannya ke dunia nyata seperti pada anggota grup dukungan BibitCandra yang akhirnya melakukan aksi damai turun ke jalan pada Hari Anti
Korupsi Sedunia. Contoh lain yang serupa adalah munculnya gerakan “Koin Cinta
untuk Prita” sebagai bentuk protes masyarakat terhadap tuntutan RS OMNI
Internasional kepada Prita Mulyasari atas milis tentang RS OMNI Internasional
yang dibuatnya. Gerakan ini muncul dari sebuah grup Facebook yang menjaring
lebih dari 19 000 partisipan (Heryanto 2009). Berkat adanya gerakan ini, Prita
dapat menghadapi kasusnya karena banyak dukungan bahkan akhirnya
memperoleh uang sekitar satu milyar rupiah dari “Koin Cinta untuk Prita”.
Melalui situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan website lainnya
aktor-aktor gerakan sosial bisa lebih mudah mengajak khalayak untuk ikut terlibat
dalam gerakan sosial tertentu untuk segala kalangan dan segala tempat di penjuru
dunia. Kelompok-kelompok sosial dunia maya juga dapat dimanfaatkan untuk
memudahkan proses pergerakan sosial. Kelompok sosial dunia maya yaitu
kelompok yang terbentuk disasarkan pada kegemaran dan kebutuhan anggota
masyarakat terhadap kelompok tersebut (Bungin 2008).
Salah satu situs jejaring sosial yang berkembang pesat saat ini adalah
Twitter. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara dengan pengguna Twitter
terbanyak nomor lima di dunia dengan jumlah pengguna sebanyak 29 juta akun
(Semiocast 2012). Bahkan, perkembangan user Twitter Indonesia berada di
peringkat kedua setelah Amerika Serikat dengan peningkatan sebanyak 9 juta
akun Twitter selama setahun. Twitter merupakan salah satu media yang
membebaskan penggunanya untuk dapat berinteraksi dengan pengguna Twitter
lainnya dan dapat memperoleh informasi dari berbagai macam narasumber yang
dapat memuaskan kebutuhan informasinya di manapun mereka berada. Pemegang
akun Twitter memegang kendali atas alur informasi yang ingin diterima maupun
yang diberikan dengan mem-follow akun-akun yang diinginkan.
Salah satu gerakan sosial yang memanfaatkan Twitter sebagai media
sosialisasi dan kampanye adalah gerakan Earth Hour, yaitu gerakan mematikan
listrik dan alat-alat elektronik lainnya selama satu jam. Earth Hour adalah salah
satu gerakan yang banyak diselenggarakan oleh negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia. Konsep Earth Hour muncul pada tahun 2006 dan pertama kali
diselenggarakan pada tanggal 31 Maret 2007 di Sidney, Australia. Di Indonesia,
Earth Hour pertama kali dilaksanakan pada tahun 2009 dan Indonesia terus
mengikuti kampanye Earth Hour tiap tahunnya. Earth Hour terakhir kali
dilaksanakan tanggal 31 Maret 2012 pada pukul 20.30 sampai pukul 21.30 waktu
setempat. Earth Hour Indonesia menggunakan beragam media untuk mengajak
khalayak untuk berpartisipasi, salah satunya adalah melalui Twitter. Akun Twitter
Earth Hour Indonesia yang bernama @EHIndonesia, dibentuk pada 10 Februari
2010 dan berhasil menjaring khalayak sebanyak 9993 followers pada tanggal 21
Juni 2012 (twitter.com/EHindonesia).

3
Perumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana efektivitas situs jejaring sosial,
khususnya Twitter sebagai media gerakan sosial. Gerakan sosial yang diangkat
adalah Gerakan Earth Hour Indonesia 2012 yang telah sukses diselenggarakan
pada 31 Maret 2012. Penelitian ini ingin melihat apakah kesuksesan gerakan
Earth Hour Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh adanya akun Twitter
@EHIndonesia sebagai salah satu media kampanye. Berdasarkan hal tersebut,
perumusan masalah yang diangkat adalah:
1.
Apa hubungan karakteristik pengguna Twitter dengan intensitasnya dalam
mengakses akun Twitter @EHIndonesia?
2.
Apa hubungan tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas
followers @EHIndonesia dalam mengakses akun Twitter @EHIndonesia?
3.
Apa hubungan intensitas mengakses akun Twitter dengan efektivitas Twitter
sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari aspek
kognitif, afektif, dan behavioral?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis efektifitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour
Indonesia 2012. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis hubungan karakteristik pengguna Twitter dengan intensitasnya
dalam mengakses akunTwitter @EHIndonesia.
2.
Menganalisis hubungan tingkat kemudahan mengakses internet dengan
intensitas followers @EHIndonesia mengakses akun Twitter @EHIndonesia.
3.
Menganalisis hubungan intensitas mengakses akun Twitter dengan
efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia
dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun pihak yang terkait dengan pemanfaatan Twitter sebagai
media untuk gerakan sosial, khususnya kepada:
1.
Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai
efektivitas situs jejaring sosial sebagai media untuk gerakan sosial. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dan bahan acuan bagi
peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai efektivitas situs jejaring
sosial sebagai media untuk gerakan sosial.
2.
Pengerak sosial, khususnya WWF
Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam membentuk
strategi-strategi kampanye online dalam gerakan sosial, khususnya melalui
Twitter. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan
untuk meningkatkan efektivitas situs jejaring sosial yang dimiliki,
khususnya Twitter sebagai media gerakan sosial.

4
3.

Non akademisi dan masyarakat luas
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan dan efektivitas situs jejaring
sosial sebagai media gerakan sosial.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Internet Sebagai Media Komunikasi Massa
Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang digunakan
secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin
2008). Pesan yang disampaikan oleh media massa kepada khalayak berupa
informasi massa. Menurut Bungin (2008), informasi massa adalah informasi yang
diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya
boleh dikonsumsi secara pribadi. Sebagai media yang mencakup khalayak luas,
media massa tentu saja memiliki peran, yaitu:
1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat (media edukasi), media massa
menjadi media yang membuka pikiran dan mendidik masyarakat agar
menjadi masyarakat yang maju.
2. Sebagai media informasi, yaitu setiap saat menyampaikan informasi dengan
terbuka, jujur, dan benar kepada masyarakat agar masyarakat menjadi kaya
dan terbuka akan informasi.
3. Sebagai media hiburan, bukan hanya menghibur, media massa juga menjadi
agent of change dalam institusi budaya dan katalisator pengembangan
budaya.
Menurut Kitchin dalam Green dalam Bungin (2008), dunia maya dapat
dikonstruksikan sebagai tiga domain yang berbeda, yaitu internet, intranet, dan
realitas virtual. “Internet telah berkembang menjadi sebuah teknologi yang tidak
saja mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun juga telah mampu
menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah realitas
materialistis yang tercipta dalam dunia maya” (Bungin 2008). “Internet pada
dasarnya merupakan sebuah jaringan antar-komputer yang saling berkaitan.
Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan elektronik,
termasuk e-mail, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar individu atau
komputer” (Severin dan Tankard 2001). Menurut penelitian Sosiawan [tidak ada
tahun], perbedaan karakteristik internet dibanding media komunikasi klasik dilihat
dari sistem dan operasional sebagai alat maupun medium komunikasi adalah:
1. Perbedaan utama dan makro tersebut yaitu: internet adalah media berbasis
komputer.
2. Internet sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif yang
dinamis terhadap penggunanya/user.
3. Media internet mampu menjadi pusat informasi dan sumber informasi yang
tidak terbatas.
4. Luas jangkauan dari media internet melintas antar benua, antar negara, serta
antar budaya.
5. Fungsi internet sebagai media, selain sama dengan fungsi media lain, media
internet memiliki penawaran untuk pengembangan bidang jasa maupun bisnis
sebagai bagian gaya hidup.

6
Komunitas Dunia Maya dan Situs Jejaring Sosial
Dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung
komputer, berakses komputer, multidimensi, “artificial”, atau “virtual” (Gibson
dalam Severin dan Tankard 2001). Severin dan Tankard (2001) mendeskripsikan
komunitas maya sebagai komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di
dunia komunikasi elektronik melalui internet daripada di dunia nyata. Menurut
hasil penelitian Sosiawan [tidak ada tahun] internet memiliki dua fasilitas utama
yang digunakan dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat penyampaian pesan dan
penerimaan pesan. Fasilitas ini nampak pada e-mail yang memberikan pelayanan
untuk dapat menghubungkan dua atau lebih peserta komunikasi melalui pesan
yang dikirim secara elektronik. Pada fasilitas e-mail, internet menjadi perantara
komunikasi melalui teks berformat surat antar dua orang (secara interpersonal).
Situs jejaring sosial didefinisikan sebagai “layanan berbasis web yang
memungkinkan individu untuk: 1) membangun profil publik atau semi-publik
dalam sebuah sistem yang dibatasi, 2) mengartikulasikan daftar pengguna lain
dengan siapa mereka berbagi sambungan, dan 3) melihat dan menampilkan daftardaftar koneksi dan dibuat oleh orang lain dalam sistem” (Boyd dan Ellison dalam
Ginting 2010). Pernyataan Boyd dan Ellison pada poin satu didukung oleh hasil
penelitian Kanto et al. (2011) yang menjelaskan bahwa perilaku remaja dalam
jejaring sosial Facebook dan Twitter melalui internet dan telepon genggam yang
utama adalah untuk kepentingan hubungan antar pribadi, yaitu menulis di wall,
memperbaharui profil, menulis pesan, mem-posting foto baru, ataupun menandai
foto. Pernyataan pada poin dua dan tiga didukung oleh penelitian Ellison et al.
(2007) yang menunjukkan bahwa teman-teman responden di Facebook rata-rata
adalah teman sekelas, orang-orang yang tinggal di dekat mereka, atau orang-orang
yang sering berinteraksi sosial secara langsung dan melibatkan orang-orang baru
dan sebesar 97% mantan teman-teman sekolah tinggi responden telah melihat
profil Facebook mereka, dan sebanyak 90% atau lebih juga melaporkan bahwa
teman-teman lainnya serta orang-orang di kelas mereka telah melihat profil
Facebook-nya. Selain Facebook, terdapat situs-situs jejaring sosial lainnya yang
populer di dunia, seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Situs jejaring sosial yang pertama muncul adalah classmates.com pada
tahun 1995. Tahun 1997 menyusul situs-situs lain, yaitu sixdegrees.com, clao.com,
dooyoo, dan tuluna. Namun, tiga jenis situs jejaring sosial yang paling populer di
dunia sejak beberapa tahun yang lalu hingga tahun 2012 adalah Facebook, Twitter,
dan LinkedIn (Tabel 1). Tidak berbeda jauh dengan dunia, di Indonesia situs
jejaring sosial yang paling populer diantaranya Facebook. Twitter, dan Friendster.
Menurut penelitian Zam (2009), Ginting (2010), dan Kanto et al. (2011)
kebanyakan pengguna situs jejaring sosial, khususnya Friendster dan Facebook
menggunakan situs jejaring sosial itu untuk kepentingan hubungan antarpribadi,
seperti menulis di wall atau mengirim testimonial, chatting, memperbaharui profil,
menulis pesan, memposting di grup, memposting foto baru, ataupun menandai
foto. Pengguna situs jejaring sosial, khusunya Facebook memiliki motivasi lebih
besar untuk menjaga pertemanan dengan teman-teman SMA dan perguruan
tingginya daripada motivasi untuk mencari teman baru (Ellison et al. 2007).

7
Tabel 1
Logo

a

Logo dan nama situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak
di dunia, 2012a
Jenis situs jejaring sosial
Jumlah pengguna (juta jiwa)
Facebook

750

Twitter

250

LinkedIn

110

MySpace

71

Google Plus

66

Sumber: eBizMBA Rank 2012 (http://www.ebizmba.com/articles/social-networking-websites)

Berbeda dengan Facebook dan Friendster, Twitter memiliki keunikan
tersendiri. Twitter merupakan situs jejaring sosial microblogging yang membatasi
penggunanya untuk menulis apapun yang ada dipikirannya sebanyak 140 karakter.
Oleh karena itu, Twitter disebut juga sebagai “SMS Internet”. Pengguna Twitter
dapat memperoleh informasi apapun yang diinginkan dengan mem-follow akunakun Twitter yang diinginkan. Apabila pengguna Twitter tidak menginginkan
infromasi dari akun tertentu yang di-follow, cukup dengan meng-unfollow akun
Twitter tersebut. Konsep “following” menentukan siapa yang dapat memberikan
informasi kepada kita dan konsep “follower” menentukan siapa yang akan
mendapat informasi dari kita (Nugraha 2010).
Twitter dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan
Williams. Awal mula dibentuk bernama “Twttr” kemudian pada akhir tahun 2006,
berganti nama menjadi “Twitter” (Bennett 2012). Menurut penelitian Nugraha
(2010), situs jejaring sosial Twitter, selain untuk berinteraksi dengan teman, juga
dapat menjadi sarana citizen journalism, yaitu live report tentang peristiwa yang
sedang berlangsung (dikenal dengan istilah live tweet). Hal ini karena Twitter
memiliki kelebihannya yaitu dapat menulis apa pun yang diinginkan kapan pun
dan dimana pun tanpa adanya filter dan moderasi yang biasanya ada pada ruang
redaksi mainstream media serta dapat menerima informasi dengan cepat dari
orang yang diinginkan dengan mem-follow.

8
Terdapat 75 juta akun Twitter terbentuk dan tercatat secara resmi di dunia
pada tahun 2010. Peningkatan terjadi pada tahun 2011, pengguna Twitter melesat
sampai pada angka 200 juta pengguna terdaftar walaupun jumlah pengguna
regulernya masih dalam perdebatan (Taufiqurrakhman 2011). Pada tahun 2012,
terbentuk lebih dari 465 juta akun Twitter tersebar di seluruh dunia dengan sebelas
akun Twitter terbentuk setiap detik (Bennet 2012). Jumlah 10 negara pengguna
Twitter terbesar di dunia tahun 2012 tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2

Jumlah pengguna dari 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia,
2012a

Negara
Amerika Serikat
Brazil
Jepang
Britania Raya
Indonesia
India
Meksiko
Filipina
Spanyol
Kanada
a

Pengguna Twitter (juta jiwa)
107.7
33.3
29.9
23.3
19.5
13
11
8
8
7

Sumber: Bennet 2012 (http://www.mediabistro.com/allTwitter/Twitter-statistics-2012_b18914)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Amerika merupakan negara yang
mendominasi Twitter dengan total pengguna sebesar 107.7 juta jiwa. Namun,
pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi di beberapa negara seperti Jepang,
Brazil dan Indonesia (Taufiqurrakhman 2011). Pesatnya perkembangan Twitter di
Indonesia menjadi bukti bahwa Twitter menjadi media yang strategis untuk
menyosialisasikan dan menggerakan massa dalam gerakan sosial. Kemudahan dan
kelebihan Twitter dapat menarik perhatian pengguna internet untuk tergabung
dengan Twitter. Empat faktor yang menjadi alasannya menurut Siregar (2012)
yaitu: 
1. Keringkasan
Terbatasnya karakter yang dapat dipublikasikan melalui Twitter (140
karakter) membuat informasi lebih cepat disampaikan dan lebih mudah
dipahami oleh pengguna lain.
2. Informasi bebas dan update
Pengguna Twitter dapat dengan bebas mempublikasikan informasi apapun
yang terlintas di pikirannya. Selain itu, informasi yang paling update juga
dapat ditemukan di Twitter dibandingkan dengan media lain karena kecepatan
pengguna untuk mempublikasikan peristiwa yang terjadi di tempat kejadian
tanpa harus ada wartawan atau jurnalis.
3. Komunitas terbuka
Hampir tidak ada batasan bagi pengguna Twitter untuk bersosialisasi dan
berinteraksi dengan pengguna yang lain. Hal ini juga merupakan salah satu

9

4.

alasan mengapa Twitter dijadikan salah satu media gerakan sosial untuk
menjaring massa.
Jejaring sosial yang membangun gudang data
Berbagai informasi yang dipublikasikan melalui Twitter akan membentuk
suatu pola yang juga menjadi informasi berbasis kekuatan massa yang
menjelaskan minat dan tren.

Gerakan Sosial
Gerakan sosial menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan. Di
Indonesia sendiri, gerakan sosial merupakan salah satu cara ampuh untuk
melakukan perubahan-perubahan tertentu. Menurut Sztompka (1993) ada
beberapa alasan yang menyebabkan gerakan sosial menonjol pada masanya, yaitu:
kepadatan penduduk yang menyebabkan meningkat peluang mobilisasi, rasa
keterasingan yang memunculkan kerinduan terhadap sebuah komunitas dengan
solidaritas dan kebersamaaan, meningkatnya ketimpangan sosial dan adanya
transformasi demokratis sistem politik yang membuka peluang bagi tindakan
kolektif, adanya keyakinan bahwa perubahan sosial dan kemajuan tergantung
pada tindakan manusia, meningkatnya pendidikan, kemunculan dan menguatnya
media massa yang sebagai instrumen yang sangat kuat untuk mengartikulasikan,
membentuk, menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan
ideologis, serta membentuk pendapat umum.
Menurut Blumer (1969) dalam Taib (2010), gerakan sosial merupakan
gerakan bersama untuk menentukan suatu tatanan baru dalam kehidupan. Aberle
(1996) dalam Taib (2010) menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu usaha
terorganisir oleh suatu kelompok manusia untuk menimbulkan perubahan di
hadapan tekad manusia lainnya. Hal ini dibedakan dari usaha-usaha individu
secara murni serta dibedakan pula dari aksi kerumunan. Sztompka (1993)
menyatakan bahwa definisi gerakan sosial harus terdiri dari empat komponen,
yaitu kolektivitas orang yang bertindak sama, tujuan bersama tindakannya adalah
perubahan tertentu dalam masyarakat menurut cara yang sama, kolektivitasnya
tersebar namun derajatnya lebih rendah daripada organisasi formal, dan
tindakannya mempunyai derajat spontanitas daripada organisasi formal.
Sementara menurut Eyerman dan Jamison dalam Sztompka (1993), gerakan sosial
merupakan tidakan kolektif yang terorganisir dengan tujuan untuk menciptakan
perubahan sosial atau mengungkapkan perasaan tidak puasnya secara kolektif di
depan umum dan mengubah basis sosial dan politik yang dirasa tidak memuaskan.
Jadi, gerakan sosial merupakan suatu tindakan kolektif yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok yang memiliki persamaan nasib dan terjadi karena
ketidakpuasannya atas suatu hal dengan tujuan bersama yaitu menciptakan
perubahan. Singh dalam Ngadiah (2003) dalam Taib (2010) mengemukakan tiga
tipe gerakan sosial, yaitu tipe klasik, tipe neo-klasik, dan tipe gerakan sosial baru
(new social movement).
Pada tahun 2009, seiring dengan berkembang pesatnya situs jejaring sosial
di Indonesia, berkembang pesat pula aksi-aksi gerakan sosial melalui situs jejaring
sosial khususnya Facebook. Salah satu gerakan yang memanfaatkan Facebook
sebagai media untuk gerakan sosial adalah kasus Prita Mulyani yang dituntut oleh

10
RS OMNI Internasional karena mem-posting ceritanya tentang rumah sakit
tersebut di sebuah mailing list (milis) e-mail yang membuahkan suatu grup
“Dukungan bagi Ibu Prita Mulyasari, penulis surat keluhan melalui internet yang
dipenjara”. Gerakan ini pun berlanjut ketika Prita divonis denda sebesar 204 juta
rupiah yang membuahkan grup Facebook lain yaitu “Koin cinta untuk Prita”.
Kehadiran grup ini mampu menggerakan hati khalayak untuk mendukung dan
menyumbang, bahkan berkat adanya grup dukungan ini, RS OMNI Internasional
mencabut gugatannya terhadap Prita Mulyasari.
Contoh lain dari gerakan sosial maya yang cukup spektakuler adalah kasus
petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu Bibit Samad Riyanto dan
Chandra Hamzah dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Muncul
grup-grup di Facebook yang menyatakan dukungannya terhadap kedua pimpinan
KPK tersebut. Bahkan, tepat pada Hari Anti Korupsi Sedunia, anggota dari grupgrup tersebut melanjutkan aksinya di dunia nyata dengan turun ke jalan (aksi
damai). Dalam kasus Bibit dan Chandra, gerakan para Facebookers telah
mencapai tujuan awal yaitu membela Bibit dan Chandra dengan diturunkannya
status deponeering atau surat mengesampingkan perkara kasus pada 24 Januari
2011 lalu. Semenjak dua gerakan yang cukup spektakuler tersebut, mulai
bermunculan grup-grup lain di Facebook untuk melakukan gerakan sosial atas
dasar solidaritas dan ketidakpuasan atas keputusan pemerintah.
Adanya grup-grup di Facebook dimanfaatkan oleh aktor-aktor penggerak
untuk melaksanakan gerakan sosial. Lewat Facebook, orang yang tidak saling
kenal bersatu-padu untuk melakukan usaha perubahan yang dinilai menyimpang.
Sesuai dengan Teori “desa global” yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan
dalam Bungin (2008), kita sebenarnya hidup dalam suatu “desa global”.
Pernyataan ini terkait pada perkembangan media komunikasi modern yang telah
memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan
hampir setiap sudut dunia. Berangkat dari teori ini, menjadi suatu kemudahan bagi
aktor-aktor penggerak untuk menggerakan khalayak dari golongan, kalangan, dan
belahan dunia manapun melakukan gerakan sosial lewat situs jaringan sosial
sehingga dapat lebih mudah dan lebih banyak menggalang khalayak untuk
melakukan gerakan sosial. Kini, gerakan sosial tidak harus dilakukan secara tatap
muka dan mengumpulkan khalayak di suatu tempat tertentu, tapi cukup dengan
‘mengajak’ khalayak pengguna situs jejaring sosial untuk ikut serta dalam gerakan
sosial.
Pemanfaatan situs jaringan sosial ini juga sesuai dengan salah satu peran
media massa menurut Bungin (2008) yaitu media massa yang berperan sebagai
institusi pencerahan masyarakat (media edukasi), media massa menjadi media
yang membuka pikiran dan mendidik masyarakat agar menjadi masyarakat yang
maju. Munculnya gerakan-gerakan sosial melalui situs jaringan sosial secara tidak
langsung telah membukan pikiran masyarakat mengenai isu-isu yang tengah
berkembang dan mengemukakan pendapatnya lewat situs jejaring sosial. Dilihat
dari proses interaksi sosial dunia maya, gerakan sosial melalui situs jaringan sosial
ini merupakan proses sosial asosiatif karena antara individu-individu pengguna
saling bekerjasama dalam mendukung atau menolak suatu isu tertentu dengan
adanya dinamika internal dan eksternal. Hal ini didukung oleh penelitian
Lukitasari (2011) yang meneliti tentang grup Facebook dukungan Bibit-Chandra,
hasilnya menyatakan bahwa dinamika yang terjadi dalam grup mempengaruhi

11
keberadaan grup itu sendiri (internal) dan juga mempengaruhi perkembangan
kasus Bibit Chandra (eksternal) yang menjadi tujuan utama gerakan ini.
Contoh gerakan sosial lain yang menjaring khalayak melalui situs jejaring
sosial adalah gerakan peduli lingkungan. Isu ini makin berkembang seiring
dengan perubahan iklim yang mengancam kehidupan di Bumi. Salah satu cara
untuk menghambat percepatan sumbernya adalah dengan mengajak setiap
individu melakukan perubahan gaya hidup. Seiring dengan hal tersebut, muncul
gerakan-gerakan sosial untuk menyelamatkan bumi. Salah satu contohnya adalah
gerakan Earth Hour yang merupakan gerakan sosial dari World Wildlife Fund
(WWF), gerakan Earth Hour dilakukan dengan mematikan lampu dan peralatan
elektronik yang tidak terpakai selama satu jam. Earth Hour pertama kali digagas
pada tahun 2006 dan diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007 di Sidney,
Australia. Semenjak itu, Earth Hour diselenggarakan setiap hari Sabtu di minggu
keempat bulan Maret setiap tahunnya. Pada tahun 2012, Earth Hour dilaksanakan
pada 31 Maret dan diikuti oleh 148 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, gerakan
Earth Hour diikuti oleh 26 kota dan berhasil menurunkan beban listrik nasional
sebesar 526 MW (WWF-Indonesia 2012). Earth Hour melakukan kampanye pada
berbagai media massa, termasuk melalui internet dengan website, dan situs
jejaring sosial Facebook dan Twitter dengan akun Twitter yang bernama
@EHIndonesia.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, karakteristik pengguna
internet dan tingkat kemudahan khalayak mengakses internet diduga merupakan
aspek yang berhubungan dengan efektivitas situs jejaring sosial, khususnya
Twitter. Karakteristik pengguna terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan tempat tinggal. Dalam hal ini,
karakteristik pengguna internet sama dengan karakteristik pengguna Twitter.
Kemudahan khalayak mengakses internet ditentukan oleh indikator jenis fasilitas
internet yang dimiliki dan tingkat pengetahuan khalayak tentang teknologi yang
biasa disebut dengan istilah melek teknologi. Berdasarkan karakteristik pengguna
internet dan kemudahan khalayak mengakses internet tersebut akan dilihat
seberapa besar pengaruhnya terhadap intensitas khalayak mengakses Twitter yang
mengusung gerakan sosial dan tingkat keterlibatan khalayak pada gerakan sosial
yang diusung. Karakteristik pengguna dapat dikatakan sebagai ‘receiver’ atau
penerima menurut model Berlo (1960), sedangkan Twitter yang mengusung
gerakan sosial dapat dikatakan sebagai ‘channel’ atau media, dengan
administratornya sebagai ‘source’ atau sumber (Berlo 1960). Intensitas
keterlibatan dapat diukur dengan frekuensi followers mengakses Twitter yang
mengusung gerakan sosial dan durasi followers mengakses Twitter yang
mengusung gerakan sosial.
Efektivitas Twitter sebagai salah satu media gerakan sosial untuk
mempengaruhi serta mengajak followers berpartisipasi dalam gerakan sosial dapat
dikatakan sebagai ‘effect’ yang terjadi dalam proses komunikasi menurut Berlo
(1960). Efektivitas ini dapat diukur dari perilaku followers terhadap gerakan sosial
yang diusung. Menurut Severin dan Tankard (2001), sikap merupakan rangkuman
evaluasi terhadap objek. Perilaku followers dilihat dari tiga komponen, yaitu

12
kognitif (pengetahuan pada sebuah objek), komponen afektif (perasaan terhadap
sebuah objek), dan komponen behavioral (tindakan terhadap objek) (Rakhmat
2001). Perilaku atau tindakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu melakukan
gerakan sosial dan/atau mengajak khalayak lain melakukan gerakan sosial.
Semakin positif sikap followers terhadap gerakan sosial, maka semakin efektif
pula penggunaan Twitter sebagai media gerakan sosial.

Karakteristik followers
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Jenis pekerjaan
5. Tingkat penerimaan
6. Kota tinggal
Intensitas mengakses
1. Frekuensi mengakses
2. Durasi mengakses
Tingkat kemudahan
mengakses internet
1. Jenis fasilitas internet
yang dimiliki
2. Tingkat melek teknologi
khalayak

Gambar 1

Perilaku
1. Kognitif
2. Afektif
3. Behavioral
a. Melakukan
b. Mengajak

Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan
sosial.
artinya berhubungan dengan

Hipotesis Penelitian
1.

2.

3.

4.

Karakteristik followers Twitter yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan kota tinggal
berhubungan dengan intensitasnya dalam mengakses Twitter @EHIndonesia.
Kemudahan dalam mengakses internet yang terdiri dari jenis fasilitas
internet dan tingkat melek teknologi yang dimiliki pengguna Twitter
mempengaruhi intensitasnya pada gerakan sosial melalui Twitter.
Semakin tinggi intensitas followers pada akun Twitter @EHIndonesia, maka
akan semakin tinggi perilakunya dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan
behavioralnya.
Semakin tinggi perilaku followers Twitter yang mengusung gerakan sosial,
semakin efektif penggunaan Twitter sebagai media gerakan sosial.

Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1.
Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat
penelitian dilaksanakan. Usia responden pada saat penelitian yang dihitung

13

2.

3.

4.

5.

6.

7.

dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat. Berdasarkan
sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang, rentang usia dibedakan atas:
1) remaja (skor 1) apabila usia responden 16-22 tahun; 2) dewasa muda
(skor 2) apabila usia responden 23-30 tahun; dan 3) dewasa menengah (skor
3) apabila usia responden 31-50 tahun (Newman and Newman yang dikutip
oleh Pannen dan Sadjati (2001)).
Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang
tercatat dalam tanda pengenal. Jenis kelamin dibedakan atas: 1) laki-laki;
dan 2) perempuan.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah
dijalani oleh responden. Berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata
lapang, tingkat pendidikan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila
responden menempuh pendidikan hingga tamat SMP/sederajat; 2) sedang
(skor 2) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat
SMA/sederajat; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden menempuh
pendidikan hingga tamat Perguruan Tinggi.
Jenis pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh
responden saat ini untuk memperoleh nafkah atau pendapatan. Berdasarkan
data yang didapatkan di lapang, jenis pekerjaan dibedakan atas: 1)
freelancer atau wiraswasta; 2) pelajar atau mahasiswa; dan 3) pegawai
negeri atau pegawai swasta.
Tingkat penerimaan adalah penerimaan yang diperoleh responden setiap
satu bulan, baik dari gaji hasil bekerja maupun uang kiriman orang tua, bagi
pelajar atau mahasiswa. Tingkat penerimaan ditentukan berdasarkan sebaran
yang didapat dari rata-rata data lapang. Tingkat penerimaan dibedakan atas:
1) rendah (skor 1) apabila penerimaan kurang dari Rp 1 000 000; 2) sedang
(skor 2) apabila penerimaan antara Rp 1 000 000 sampai Rp 4 000 000; dan
3) tinggi (skor 3) apabila penerimaan lebih dari Rp 4 000 000.
Tempat tinggal adalah provinsi atau pulau tempat responden berdomisili.
Tempat tinggal ditentukan berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata
data lapang. Tempat tinggal dibedakan atas: 1) Jakarta; 2) Jawa Barat; 3)
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; 3) Jawa Timur dan Bali; 5)
Sumatera; 6) Kalimantan; dan 7) Sulawesi.
Tingkat kemudahan mengakses internet adalah kemudahan responden dalam
menggunakan internet dilihat dari tingkat kepemilikan alat teknologi,
komunikasi, dan informasi (TIK) dan tingkat melek teknologi yang dimiliki
responden.
a. Tingkat kepemilikan alat teknologi, komunikasi, dan informasi (TIK)
adalah jenis-jenis media yang dimiliki oleh responden untuk dapat
mengakses internet. Tingkat kepemilikan alat TIK diukur dengan
berapa banyak media internet yang dimiliki oleh responden,
kemampuan responden untuk mengakses setiap hari, dan pengeluaran
responden untuk biaya internet. Jenis fasilitas dibedakan atas: 1) rendah
(skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 611; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang
diperoleh 12-17; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh
pertanyaan yang diperoleh 18-24.

14
b.

8.

9.

Tingkat melek teknologi adalah kemampuan responden dalam
menguasai teknologi yang berkembang saat ini. Tingkat melek
teknologi diukur berdasarkan aktivitas yang dilakukan ketika
menggunakan internet, perangkat elektronik yang dimiliki, dan situs
jejaring sosial lain yang dimiliki selain Twitter. Tingkat melek
teknologi dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi
seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila nilai
akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 7-10; dan 3) tinggi (skor
3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 11-14.
Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens dari suatu kegiatan
(KBBI 2012). Intensitas diukur melalui frekuensi responden membuka
Twitter dan durasi (waktu) yang dibutuhkan sekali membuka Twitter.
Frekuensi dibedakan atas tiga kategori, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila
nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-5; 2) sedang (skor 2)
apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 6-8; dan 3) tinggi
(skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 9-11.
Durasi dibedakan atas tiga kategori, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila nilai
akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh adalah 2; 2) sedang (skor 2)
apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-4; dan 3) tinggi
(skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 5-6.
a. Frekuensi mengakses Twitter adalah tingkat keseringan responden
mengakses (membuka timeline, me-mention, dan me-retweet) Twitter
dalam satu minggu terakhir saat mengisi kuesioner.
b. Frekuensi mengakses Twitter @EHIndonesia adalah tingkat keseringan
responden mengakses (membuka timeline, me-mention, dan meretweet) Twitter @EHIndonesia dalam satu minggu terakhir saat
mengisi kuesioner.
c. Durasi mengakses Twitter adalah tingkat lamanya responden
mengakses (melihat timeline, mem-post tweet, me-mention, dan meretweet) dalam sekali membuka Twitter.
d. Durasi mengakses Twitter @EHIndonesia adalah tingkat lamanya
responden mengakes (melihat timeline, mem-post tweet, me-mention,
dan me-retweet) dalam sekali membuka Twitter @EHindonesia.
Efektivitas Twitter @EHIndonesia dalam mengajak responden untuk ikut
serta dalam gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan aspek behavioral.
a. Aspek kognitif (pengetahuan) adalah kemampuan responden untuk
memahami, mengingat, dan mendefinisikan mengenai informasi yang
disampaikan melalui Twitter dan tingkat penambahan pemahaman
maupun pengetahuan responden atas informasi yang diberikan melalui
Twitter. Pada aspek kognitif, diberikan 10 pernyataan dengan pilihan
jawaban: 1) salah; dan 2) benar dengan skor: 1) rendah apabila nilai
akumulasi seluruh pernyataan 10-13; 2) sedang apabila nilai akumulasi
seluruh pernyataan 14-16; dan 3) tinggi apabila nilai akumulasi seluruh
pernyataan 17-20.
b. Aspek afektif (sikap) adalah perasaan responden dalam menanggapi
hal-hal mengenai Earth Hour dan peduli lingkungan. Pada aspek afektif,
diberikan 5 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1) sangat tidak setuju;

15
2) tidak setuju; 3) setuju; dan 4) sangat setuju dengan skor: 1) negatif
apabila n