Efektivitas Media Sosial untuk Gerakan Sosial Pelestarian Lingkungan

(1)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

EFEKTIVITAS

MEDIA SOSIAL

UNTUK GERAKAN SOSIAL

PELESTARIAN LINGKUNGAN

DEA RIZKI KAPRIANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Media Sosial untuk Gerakan Pelestarian Lingkungan” adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Dea Rizki Kapriani


(4)

(5)

ABSTRAK

DEA RIZKI KAPRIANI Efektivitas Media Sosial untuk Gerakan Sosial Pelestarian Lingkungan. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS

Media sosial telah menjadi salah satu media untuk kampanye gerakan sosial pelestarian lingkungan. Organisasi KeSEMaT sebagai organisasi pelestarian mangrove mengajak masyarakat untuk ikut terlibat baik secara online melalui akun Twitter @KeSEMaT dan dalam kegiatan offline. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan deskripsi keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam media sosial dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya; deskripsi efektivitas akun @KeSEMaT dalam menyebabkan perubahan perilaku followers, dan analisis hubungannya dengan keterlibatan dalam media sosial; deskripsi keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam kegiatan offline dan analisis hubungannya dengan perubahan perilaku. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan keterlibatan dalam media sosial dan keikutsertaan dalam kegiatan offline KeSEMaT.

Kata kunci : media sosial, gerakan sosial, online, offline, followers

ABSTRACT

DEA RIZKI KAPRIANI Effectiveness of social media for social movements.

In supervised by DJUARA P. LUBIS

Social media in has become one of the media for social movement campaign of environmental preservation. KeSEMaT organization as a mangrove preservation organization that persuade society to participate through online activity by using @KeSEMaT and offline activity. This research aimed to describe the participation of @KeSEMaT followers in social media and the factors that influence it; to describe the effectiveness of @KeSEMaT in changing behavior of @KeSEMaT followers and to analyze the relationship with participation in social media; to describe the participation of @KeSEMaT followers in offline activity and analyze the relationship of behavior change. The subject of this research is the follower of @KeSEMaT account. The research is used quantitive method that is supported by qualitative method. The results of this research shows that high involvement in social media can affect the follower to participate in KeSEMaT activity.


(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

EFEKTIVITAS MEDIA SOSIAL UNTUK GERAKAN SOSIAL

PELESTARIAN LINGKUNGAN

DEA RIZKI KAPRIANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Media Sosial untuk Gerakan Sosial Pelestarian Lingkungan

Nama : Dea Rizki Kapriani

NIM : I34090126

Disetujui oleh

Dr. Ir. Djuara P Lubis, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen


(8)

(9)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Efektivitas Media Sosial untuk Gerakan Sosial Pelestarian Lingkungan.

Penyelesaian skripsi ini tentunya didukung oleh banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang mendalam kepada Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan banyak arahan, dan terutama kesabaran mengingat proses pengerjaan skripsi yang cukup lama serta kepada Ir. Hadiyanto, M.Si dan Ratri Virianita, S.Sos, M.Si atas ketersediaannya menjadi dosen penguji skripsi bagi penulis. Ucapan terimakasih tidak lupa juga peneliti sampaikan kepada :

1. Orang tua tercinta, ayahanda Suyana dan ibunda Hj. Yuyun Yuliani serta kakak, Aries Munandar Sutisna yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, materi dan semua pengorbanan yang ikhlas kepada penulis. 2. Ganis Riyan Efendi, yang selalu memotivasi, mengingatkan, mendengarkan

keluh kesah penulis dan membantu penulis selama pengerjaan skripsi. 3. Yanuar Yogha Pradana, Amrullah Rosadi, Sapto Pamungkas S.Kel, Aris

Priyono S.T dan seluruh anggota organisasi Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT) yang telah banyak membantu saat pengambilan data saat di Semarang dan memberikan banyak informasi mengenai mangrove.

4. Sepupu tercinta Mahesa Jenar yang banyak membantu dan banyak menemani penulis selama proses pengerjaan skripsi.

5. Teman satu bimbingan Adhi Pamungkas dan Meilisa Asriani yang selalu memberi semangat sejak bimbingan studi pustaka hingga selesai skripsi. 6. Teman-teman SKPM angkatan 46 yang telah memberikan banyak motivasi

selama pengerjaan skripsi ini.

7. Teman baik, Nasita Lira Hendartina, Esha Indar Pratama, Dhani Hendrawan, Rifha Nazarudin, dan Lies Fitriawaty yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi dan memberikan kepercayaan diri bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bogor, Mei 2014

Dea Rizki Kapriani I34090126


(10)

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Kegunaan Penelitian 3

II PENDEKATAN TEORITIS 5

2.1 Tinjauan Pustaka 5

2.1.1 Media Sosial dan Perkembangannya 5

2.1.2 Masyarakat Cyber dan Komunitas dalam Dunia Maya 6

2.1.3 Gerakan Sosial 7

2.1.4 Pemanfaatan Media Sosial dalam Gerakan Sosial 8 2.1.5 Gerakan Sosial dan Perilaku Individu 9 2.1.6 Karakteristik Pengguna Media Sosial 10 2.1.7 Gerakan Pelestarian Mangrove KeSEMaT 11

2.2 Kerangka Pemikiran 12

2.3 Hipotesis Penelitian 14

2.4 Definisi Operasional 14

III METODE PENELITIAN 19

3.1 Lokasi dan Waktu 19

3.2 Kerangka Sampling 19

3.3 Teknik Pengumpulan Data 19

3.4 Teknik Pengolahan Analisis Data 20

3.5 Keterbatasan Penelitian 21

IV GAMBARAN UMUM 23

4.1 Sejarah KeSEMaT 23

4.2 Program Kerja KeSEMaT 23

4.3 Karakteristik Responden 24

4.3.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur 24 4.3.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan 25 4.3.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan 26 4.3.4 Karakteristik Responden berdasarkan Tempat Tinggal 27 4.3.5 Karakteristik Responden berdasarkan Pengeluaran untuk

Akses Internet

28 4.3.6 Karakteristik Responden berdasarkan Minat terhadap

Pelestarian Mangrove

29


(12)

V KETERLIBATAN FOLLOWERS DALAM MEDIA SOSIAL 31

5.1 Keterlibatan Followers 31

5.1.1 Frekuensi Akses Twitter 31

5.1.2 Durasi Akses Twitter 32

5.2 Hubungan Keterlibatan dalam Media Sosial dengan Karakteristik Individu dan Kepemilikan Perangkat TIK

33 5.2.1 Hubungan Umur dengan Frekuensi Akses Twitter 33 5.2.2 Hubungan Umur dengan Durasi Akses Twitter 34 5.2.3 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Akses

Twitter

35 5.2.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Durasi Akses

Twitter

36 5.2.5 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Frekuensi Akses

Twitter

37 5.2.6 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Durasi Akses

Twitter

38 5.2.7 Hubungan Tingkat Pengeluaran Akses Internet dengan

Frekuensi Akses Twitter

38 5.2.8 Hubungan Tingkat Pengeluaran Akses Internet dengan

Durasi Akses Twitter

39 5.2.9 Hubungan Tempat Tinggal dengan Frekuensi Akses

Twitter

40 5.2.10 Hubungan Tempat Tinggal dengan Durasi Akses Twitter 41 5.2.11 Hubungan Minat Terhadap Pelestarian Mangrove dengan

Frekuensi Akses Twitter

42 5.2.12 Hubungan Minat Terhadap Pelestarian Mangrove dengan

Durasi Akses Twitter

42 5.2.13 Hubungan Kepemilikan Perangkat TIK dengan Frekuensi

Akses Twitter

43 5.2.14 Hubungan Kepemilikan Perangkat TIK dengan Durasi

Akses Twitter

44

5.3 Ikhtisar 46

VI EFEKTIVITAS MEDIA SOSIAL TWITTER TERHADAP

PERUBAHAN PERILAKU 47

6.1 Aspek Kognitif 47

6.2 Aspek Afektif 48

6.3 Hubungan Keterlibatan dalam Media Sosial dengan Perubahan Perilaku

49 6.3.1 Hubungan Frekuensi Akses Twitter dengan Aspek Kognitif 49 6.3.2 Hubungan Durasi Akses Twitter dengan Aspek Kognitif 50 6.3.3 Hubungan Frekuensi Akses Twitter dengan Aspek Afektif 51 6.3.4 Hubungan Durasi Akses Twitter dengan Aspek Afektif 52


(13)

VII EFEKTIVITAS MEDIA SOSIAL DALAM KEIKUTSERTAAN KEGIATAN OFFLINE

55

7.1 Keikutsertaan Kegiatan Offline 55

7.2 Hubungan Keikutsertaan Kegiatan Offline dengan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif

56 7.2.1 Hubungan Aspek Kognitif dengan Keikutsertaan Kegiatan

Offline

56 7.2.2 Hubungan Aspek Afektif dengan Keikutsertaan Kegiatan

Offline

57

7.3 Ikhtisar 57

VIII SIMPULAN DAN SARAN 59

8.1 Simpulan 59

8.2 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61


(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Akun Twitter yang dibentuk KeSEMaT dalam upaya kampanye pelestarian mangrove

11 2 Jumlah dan persentase responden menurut umur dan

frekuensi mengakses akun Twitter @KeSEMaT, 2013

34 3 Jumlah dan persentase responden menurut umur dan durasi

mengakses akun Twitter @KeSEMaT, 2013

34 4 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat

pendidikan dan frekuensi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

35

5 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan durasi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

36

6 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan dan frekuensi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

37

7 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan dan durasi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

38

8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengeluaran akses internet dan frekuensi mengakses akun

Twitter @KeSEMaT, 2013

39

9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengeluaran akses internet dan durasi mengakses akun

Twitter @KeSEMaT, 2013

40

10 Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal dan frekuensi mengakses akun Twitter @KeSEMaT, 2013

41 11 Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal

dan durasi mengakses akun Twitter @KeSEMaT, 2013

41 12 Jumlah dan persentase responden menurut minat terhadap

pelestarian mangrove dan frekuensi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

42

13 Jumlah dan persentase responden menurut minat terhadap pelestarian mangrove dan durasi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

43

14 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan perangkat TIK dan frekuensi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

44

15 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan perangkat TIK dan durasi mengakses akun Twitter

@KeSEMaT, 2013

44

16 Korelasi variabel karakteristik individu dan kepemilikan perangkat TIK dengan keterlibatan dalam media sosial


(15)

17 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi mengakses akun Twitter @KeSEMaT dan aspek kognitif, 2013

50

18 Jumlah dan persentase responden menurut durasi mengakses akun Twitter @KeSEMaT dan aspek kognitif, 2013

50 19 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi

mengakses akun Twitter @KeSEMaT dan aspek afektif, 2013

51

20 Jumlah dan persentase responden menurut durasi mengakses akun Twitter @KeSEMaT dan aspek afektif, 2013

52 21 Korelasi variabel keterlibatan dalam media sosial dengan

variabel perubahan perilaku individu

53 22 Jumlah dan persentase responden menurut aspek kognitif

dan keikutsertaan kegiatan offline

56 23 Jumlah dan persentase responden menurut aspek afektif dan

keikutsertaan kegiatan offline

57 24 Korelasi perubahan perilaku dengan keikutsertaan kegiatan

offline

57

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Kerangka pemikiran efektivitas media sosial dalam gerakan pelestarian lingkungan

13

2 Sebaran responden berdasarkan umur 24

3 Sebaran responden berdasarkan pendidikan 25 4 Sebaran responden berdasarkan pendapatan 27 5 Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal 28 6 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran akses internet 28 7 Sebaran responden berdasarkan minat terhadap pelestarian

mangrove

29 8 Sebaran responden berdasarkan kepemilikan perangkat TIK 30 9 Sebaran responden berdasarkan frekuensi akses Twitter 31 10 Sebaran responden berdasarkan durasi akses Twitter 32 11 Sebaran responden berdasarkan perubahan perilaku kognitif 47 12 Sebaran responden berdasarkan perubahan perilaku afektif 49 13 Sebaran responden berdasarkan keikutsertaan kegiatan

secara offline


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Tabel jumlah dan sebaran responden berdasarkan variabel yang diteliti

63 2 Foto kegiatan offline Mangrove Cultivation 2013 64

3 Foto profil akun Twitter @KeSEMaT 65

4 Foto aktivitas akun Twitter @KeSEMaT 65


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan penggunaan internet di Indonesia, seperti yang dikutip oleh Nugroho (2011), menurut Purbo (2000) dimulai sejak tahun 1990an. Dikutip oleh Emarita (2012), menurut Laquey (1997) internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awal dari internet adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Internet berkembang pesat hingga menjadi suatu sumber informasi yang kemudian dapat diakses dengan mudah. Informasi-informasi yang terdapat dalam internet kemudian dijadikan banyak orang sebagai sarana belajar, baik untuk mempelajari berbagai ilmu yang diajarkan pada pendidikan formal maupun ilmu terapan yang dapat diaplikasikan sehari-hari.

Saat ini internet digunakan sebagai media berkomunikasi di masyarakat melalui media sosial. Media sosial merupakan media online dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Kaplan dan Haenlein (2010) mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content. Dalam perkembangan media sosial kemudian muncul media jejaring sosial. Menurut Emarita (2012), media jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.

Fenomena yang muncul di Indonesia beberapa tahun terakhir adalah pemanfaatan media jejaring sosial untuk menghimpun anggota dalam suatu gerakan sosial tertentu. Pembentukan gerakan sosial diawali dengan adanya pembentukan suatu komunitas virtual yang didasarkan pada kesamaan minat, dan tujuan. Suatu contoh kasus pemanfaatan media sosial dalam menghimpun dukungan dalam gerakan sosial adalah kasus dari Prita Mulyasari yang menghimpun bantuan dana dalam bentuk koin untuk permasalahan kasus hukumnya. Menurut Nugroho (2011) efektivitas media sosial dalam gerakan sosial dibuktikan dalam waktu yang relatif singkat dapat menghimpun banyak dukungan dari para pengguna media sosial dan gerakan sosial tersebut mampu menghimpun aksi secara offline (bukan hanya click activism). Efektivitas dari media sosial terhadap individu dalam suatu gerakan sosial dapat dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku yang dilatarbelakangi dengan keterlibatan dalam gerakan sosial tersebut baik online maupun offline. Perubahan perilaku dapat dilihat dari tindakan beberapa relawan dari gerakan sosial Indonesia Unite untuk membuat harian indonesia unite, dan @aksisosial_IU yang awalnya dilatarbelakangi oleh keikutsertaan dalam gerakan Indonesia Unite.


(18)

KeSEMaT (Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur) merupakan organisasi unit kegiatan mahasiswa Universitas Diponegoro yang memiliki gerakan sosial pelestarian mangrove. Sebagai organisasi yang dimotori oleh mahasiswa, KeSEMaT banyak menggunakan media sosial sebagai saluran kampanye pelestarian mangrove. Kampanye yang dilakukan meliputi pemberian informasi mengenai keadaan ekosistem mangrove melalui berbagai akun media sosial yang dimiliki KeSEMaT. Selain kampanye tersebut, KeSEMaT juga memiliki usaha yang bergerak di bidang mangrove, dalam membuat jejaring usaha KeSEMaT juga memanfaatkan media sosial. Jumlah anggota gerakan KeSEMaT secara online dapat dikatakan cukup banyak. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penting untuk menganalisis efektivitas gerakan sosial KeSEMaT yang memanfaatkan media sosial.

1.2 Perumusan Masalah

Keberadaan media sosial yang saat ini mudah diakses siapa saja menjadikan pemilik akun media jejaring sosial tersebar di seluruh dunia. Hal ini memungkinkan media jejaring sosial terdiri dari karakteristik pemilik akun yang sangat beragam (heterogen). Perkembangan media jejaring sosial juga mempengaruhi organisasi KeSEMaT dengan memanfaatkan media jejaring sosial

Twitter dengan akun @KeSEMaT dalam upaya kampanye gerakan sosial pelestarian mangrove kepada followers akun @KeSEMaT. Dalam media sosial

Twitter keterlibatan dalam media sosial dapat dilihat diantaranya dari tweet,

mention, retweet, dan Time Line. Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu dianalisis : Bagaimana keterlibatan followers dari akun @KeSEMaT dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?

Kampanye gerakan sosial pelestarian mangrove yang dilakukan melalui akun @KeSEMaT dimaksudkan untuk memberikan berbagai informasi edukasi yang terkait dengan mangrove (aksi online) dan informasi aksi-aksi nyata yang dilakukan KeSEMaT (aksi offline). Dengan informasi yang diberikan pada

followers harapannya akan memunculkan respon dari followers pada media jejaring sosial, dan memunculkan perubahan perilaku pentingnya pelestarian mangrove bagi followers. Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu dianalisis : Bagaimana efektivitas akun @KeSEMaT dalam mengubah perilaku followers dan analisis hubungannya dengan keterlibatan dalam media sosial?

KeSEMaT dalam upaya gerakan sosial pelestarian mangrove tidak hanya bergerak secara online melalui media jejaring sosial akan tetapi juga secara rutin menggalang aksi secara offline dengan melibatkan masyarakat luas. Pemberian informasi pelaksanaan aksi offline juga disebarluaskan melalui akun @KeSEMaT sehingga para followers dapat terlibat. Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu dianalisis : Bagaimana keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam kegiatan offline KeSEMaT dan analisis hubungannya dengan perubahan perilaku


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan :

1. Deskripsi keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam media sosial Dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya

2. Deskripsi efektivitas akun @KeSEMaT dalam menyebabkan perubahan perilaku followers, dan analisis hubungannya dengan keterlibatan dalam media sosial

3. Deskripsi keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam kegiatan offline dan analisis hubungannya dengan perubahan perilaku

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber

informasi dan pengetahuan tentang peran media sosial dalam gerakan sosial, serta dapat menjadi awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam terjait penelitian sejenis.

2. Bagi pemerintah dan swasta, dapat memandang pentingnya peran media sosial sebagai salah satu bagian penting munculnya berbagai gerakan sosial di masyarakat saat ini dan wujud dari demokrasi .

3. Bagi masyarakat, semoga penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengembangan gerakan sosial yang ada di media sosial saat ini agar tercipta gerakan-gerakan sosial yang juga bergerak di ranah nyata dan dapat meluas.


(20)

(21)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Media Sosial dan Perkembangannya

Perkembangan media sosial erat kaitannya dengan media jejaring sosial. Menurut Emarita (2012) media jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Kaplan dan Haenlein (2010) menjelaskan bahwa media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar dan diantaranya:

a. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi (contohnya :

Facebook, myspace, hi5, Linked in, bebo)

b. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi (contohnya :google talk, yahoo! M, skype, phorum)

c. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi diantaranya

file, video, music (youtube, slideshare, feedback, flickr, crowdstorm) d. Publish, (wordpredss, wikipedia, blog, wikia, digg)

e. Social game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama (koongregate, doof, pogo, cafe.com)

f. Micro blog media sosial yang untuk berinteraksi dan bersosialisasi akan tetapi ada batasan terhadap jumlah huruf yang ditulis (twitter, plurk, pownce, twirxr, plazes, tweetpeek)

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa media jejaring sosial termasuk pada media sosial. Apabila melihat dari penjelasan mengenai kelompok

social networks maka Twitter juga dapat dikelompokkan sebagai social networks

yang berupa micro blog.

Jejaring sosial terbesar di antaranya adalah Twitter dan Facebook. Hasil dari

Nielsen Audience Measurement Indonesia seperti dikutip dari Emarita (2012) menunjukkan bahwa penggunaan terbesar internet adalah untuk berjejaring sosial yaitu sebanyak 81%. Data yang dirilis oleh situs A World of Tweets Dot Com

menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga tebanyak di dunia dalam menulis

tweet (kicauan) dalam situs jejaring sosial Twitter yaitu sebesar 11,39%. Twitter

adalah situs micro blogging yang dioperasikan Twitter, Inc. Twitter disebut micro blogging karena situs ini memungkinkan penggunanya mengirim dan membaca pesan seperti blog pada umumnya.

Nugroho (2011) berpendapat bahwa perkembangan media jejaring sosial yang begitu pesat dikarenakan faktor-faktor karena: (i) harga telepon seluler yang semakin terjangkau, (ii) kuatnya kecenderungan berkomunitas dalam budaya Indonesia, dan (iii) kecenderungan penggunaannya yang menyebar dengan cepat. Menurut Mayfield (2011) dalam Loisa (2011) komunikasi melalui media sosial


(22)

dalam berbagai format memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dari proses komunikasi konvensional. Ciri-ciri tersebut meliputi:

a. Partisipasi. Media sosial mendukung kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik. Hal ini mengaburkan garis batas antara media dan khalayak.

b. Keterbukaan. Kebanyakan pelayanan media sosial terbuka bagi umpan balik, partisipasi, memberikan pilihan, pendapat dan berbagi informasi.

c. Percakapan. Berbeda dari media konvensional yang cenderung mentransmisikan pesan kepada khayalak, media sosial lebih bersifat komunikasi dua arah.

d. Komunitas. Media sosial memungkinkan komunitas dengan minat yang sama untuk berkomunikasi dengan cepat dan efektif.

e. Keterhubungan. Kebanyakan media sosial sangat berkembang dalam hal keterhubungan, bertautan dengan situs lain, sumber, dan orang-orang lain.

Menurut Purbo (2000) dalam Nugroho (2011) menjelaskan bahwa perkembangan internet di Indonesia di mulai awal 1990-an. Menurut data APJI (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) (2010) dalam Nugroho (2011), beberapa tahun belakangan, jumlah pengguna Internet di Indonesia meningkat dengan cepat, jumlah pengguna meningkat lebih dari 770% selama 1998-2002 dari setengah juta orang pada tahun 1998 menjadi 4,5 juta orang pada tahun 2002, kemudian nyaris berlipat ganda dari 16 juta orang pada tahun 2005 menjadi 31 juta orang pada tahun 2010.

Perkembangan media internet khususnya media sosial telah membawa perubahan di masyarakat saat ini. Gaya hidup online telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia saat ini. Menurut Nugroho (2011) gaya hidup online di Indonesia saat ini berkisar di berita, jejaring sosial, blogging, micro-blogging, chat, dan hiburan online (contohnya games). Aktifitas sehari-hari masyarakat tidak dapat terlepas dari internet, sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh Nugroho (2011) saat ini telah lahir dengan apa yang disebut generasi yang ‘selalu

online’ : mereka yang sepanjang waktu , 24/7, terhubung ke jaringan internet dan

komunikasi online. Nugroho (2011) juga mengemukakan bahwa Indonesia saat ini adalah pasar terbesar kedua di dunia untuk Facebook dan pasar terbesar ketiga di dunia untuk Twitter.

2.1.2 Masyarakat Cyber dan Komunitas dalam Dunia Maya

Menurut Bungin (2009) perkembangan teknologi informasi mampu menciptakan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya yang disebut

cybercommunity. Menurut Rahmawati (2010) kehadiran komunitas virtual di ranah maya saat ini menunjukkan secara eksplisit adanya cyberdemocracy atau demokrasi dunia maya. Salah satu contoh dari bentuk cyberdemocracy adalah gerakan sosial yang berbasiskan media jejaring sosial facebook yaitu grup “Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto”. Kehadiran grup ini terkait reaksi publik terhadap kasus penahanan


(23)

Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto yang saat itu menjabat sebagai ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Komunitas virtual juga terbentuk di Mesir dengan nama “We All Khaled Said” yang kemudian menjadi pemicu adanya revolusi Mesir. Komunitas ini terbentuk atas dasar kesamaan minat terhadap revolusi Mesir. Komunitas yang terbentuk tidak hanya melalui akun jejaring facebook, akan tetapi juga banyak yang kemudian terbentuk melalui jejaring sosial Twitter. Beberapa contoh diantaranya adalah, Indonesia Unite, Akademi Berbagi, dan Bandung Berkebun. Sebuah komunitas terbentuk dalam media sosial sebagian besar didasarkan pada adanya kesamaan minat, tujuan, padangan, atau kepentingan tertentu. Komunitas-komunitas ini hadir dengan membawa isu-isu tertentu yang kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan sosial di dunia maya. Fenomena lainnya yang terbentuk dalam komunitas dunia maya ditunjukkan dengan adanya komunitas game online. Dalam dunia game online seseorang dapat menciptakan identitasnya berbeda dengan dunia offline. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang narasumber NN dari Aceh bahwa baik di dunia online maupun offline

dirinya memiliki suami yang berbeda. Ketika suami dunia online bermasalah dengan game online, maka suami dalam dunia offline tak segan membantu. Kedua suami dari NN juga saling mengenal dalam dunia offline.

2.1.3 Gerakan Sosial

Menurut Sztompka (2011) gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka. Menurut Ismail (2012) gerakan sosial dapat didentikkan gerakan yang bernuansa politik, menyoroti pemerintahan, dan melakukan perlawanan-perlawanan sebagai upaya untuk melakukan perubahan. Konsep mengenai gerakan sosial ini kemudian terbagi menjadi dua yaitu gerakan sosial lama dan gerakan sosial baru. Gerakan sosial lama lebih diartikan kepada pembawaan wacana tentang ideologis yang meneriakkan anti-kapitalisme, revolusi kelas dan perjuangan kelas. Sedangkan gerakan sosial baru mengekspresikan dirinya dengan lebih kaya bentuk seperti nuklir, anti-rasisme, feminisme, enviromentalisme dan gerakan lainnya yang sampai pada isu-isu kebebasan personal dan perdamaian. Dikutip dari Ismail (2012), Singh (2009) menyatakan bahwa paradigma gerakan sosial baru bertumpu pada dua klaim paradigma utama :

a. Gerakan sosial baru merupakan produk peralihan dari perekonomian industrial menuju post-industrial

b. Gerakan sosial baru berbeda dengan gerakan di era industrial. Jika gerakan tradisional biasanya lebih menekankan pada tujuan ekonomis-materil sebagaimana gerakan buruh, gerakan sosial baru cenderung menghindari tujuan tersebut dan menetapkan tujuan yang bersifat non ekonomis-materil.

Berdasarkan pemahaman di atas mengenai gerakan sosial baru dan gerakan sosial lama, maka gerakan-gerakan sosial yang terjadi pada ranah media sosial dapat berupa gerakan sosial baru dan gerakan sosial lama. Revolusi Mesir merupakan contoh gerakan sosial dengan menggunakan media jejaring sosial


(24)

gerakan sosial lama karena apa yang diperjuangkan berupa revolusi terhadap pemerintahan yang sudah lama berkuasa dengan ideologi otoriter. Kaum pemuda hadir sebagai kelas yang berjuang untuk terjadinya revolusi. Sedangkan apabila melihat kepada gerakan sosial Akademi Berbagi maka kita dapat menyimpulkan bahwa gerakan tersebut merupakan gerakan sosial baru. Gerakan ini hadir sebagai wujud keprihatinan terhadap dunia pendidikan yang semakin mahal, dimana pemerintah dirasa kurang memberikan perhatian terhadap isu tersebut. Akan tetapi, gerakan ini tidak melakukan aksi-aksi terhadap pemeirntah, namun gerakan ini lebih berfokus pada upaya menyediakan akses terhadap ilmu terapan secara gratis.

2.1.4 Pemanfaatan Media Sosial dalam Gerakan Sosial

Pemanfaatan media sosial sebagai sarana menyampaikan kampanye suatu gerakan sosial dikarenakan penggunaan media sosial telah menjadi keseharian masyarakat saat ini. Menurut Nugroho (2011) keunggulan media sosial yang dimanfaatkan oleh gerakan sosial adalah mampu dengan cepat menghimpun banyak anggota, dan pemberian informasi dapat dengan cepat serta menyeluruh kepada semua anggota. Akan tetapi, yang harus diperhatikan dari suatu gerakan sosial yang memanfaatkan media sosial bahwa suatu gerakan sosial harus bekerja tidak hanya pada ranah online akan tetapi juga pada ranah offline. Hal ini seperti yang disampaikan Putri (2012) bahwa sebuah gerakan yang dihimpun melalui social media secara online harus diikuti dengan kegiatan offline yang menunjukkan bahwa gerakan sosial tersebut dapat membawa perubahan.

Penelitian Ahmad (2012) menceritakan mengenai Gerakan Akademi Berbagi yang memanfaatkan media sosial. Menurut Ahmad (2012) Gerakan Akademi Berbagi muncul didasarkan dengan keprihatinan biaya pendidikan yang mahal. Gerakan ini membentuk kelas-kelas gratis selama dua jam yang diajarkan oleh praktisi yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Selama dua tahun Gerakan Akademi berbagi berkembang pesat, karena basis pergerakan Akademi Berbagi meliputi Twitter, Facebook, dan Website. Secara nasional Gerakan Akademi Berbagi memiliki akun Twitter @akademiberbagi, akun inilah yang mengatur dan mendistribusikan informasi kelas yang diadakan di setiap daerah yang ada. Melalui Facebook, Gerakan Akademi Berbagi menggunakan nama akun Akademi Berbagi dan Website dengan alamat www.akademiberbagi.org. Dalam dua tahun keberadaannya, Gerakan Akademi Berbagi telah hadir di 33 kota di Indonesia dan satu kota di Singapura. Gerakan Akademi Berbagi di berbagai kota, sebagai contoh : di Jakarta @AkberJKT, di Bogor @AkberBogor, di Bandung @AkberBDG dan di Semarang @AkberSMG.

Menurut Emarita (2012) konektivitas dari media sosial dan jejaring sosial melampaui jauh hingga ke penciptaan komunitas dan gerakan offline, salah satu contohnya adalah Bandung Berkebun. Bermula dari gerakan melalui media jejaring sosial dengan nama Indonesia Berkebun yang terbentuk pada Januari 2011 kemudia gerakan ini menyebar ke 25 kota lainnya termasuk Bandung pada Februari 2011. Bandung Berkebun menggunakan media sosial khususnya media jejaring sosial dalam menggaungkan namanya dan kampanye yang dilakukan. Komunitas banyak menggunakan Twitter dalam memuat berbagai konten


(25)

informasi komunitas dengan nama akun Twitter @BdgBerkebun. Komunitas Bandung Berkebun merupakan gerakan sosial yang mengusung konsep urban farming. Kegiatan rutin komunitas ini adalah ngebon atau berkebun setiap hari Sabtu dan Minggu di laboratorium Jln Sukamulya Indah VI/5 Bandung. Kegiatan

ngebon atau berkebun kemudian dapat diartikan sebagai gerakan secara offline

pada komunitas Bandung Berkebun.

Hasil dari penelitian Putri (2012) menceritakan bahwa, IndonesiaUnite adalah gerakan sosial melalui Twitter yang dimulai dengan menuliskan hastag (#) diakhir kalimat. Ishmet Fahmi (@ifahmi) adalah orang oertama yang menggunakan #IndonesiaUnite. IndonesiaUnite adalah wujud dari reaksi positif pengguna Twitter terhadap aksi pengeboman di hotel J.W Marriot dan Ritz Carlton Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009. Gerakan sosial ini kemudia menghimpun banyak pengguna Twitter yang bergabung hingga selebritis dunia. Gerakan IndonesiaUnite yang dimulai sejak tahun 2009 hingga kini masih bertahan dengan menampilkan program-program yang menunjukkan sisi positif Indonesia. Gerakan Indonesia Unite muncul melalui media jejaring sosial Twitter

dengan akun @IndonesiaUnite. Gerakan Indonesia Unite membuat harian digital dengan nama Harian IndonesiaUnite. Harian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi positif mengenai Indonesia, sebagai salah satu contoh daerah pariwisata di Indonesia. Gerakan Indonesia Unite secara offline melakukan kegiatan

musicfest yang dijadikan ajang berkumpulnya para anggota Indonesia Unite dan kegiatan pengumpulan dana untuk kemudian disumbangkan kepada yang membutuhkan. Dalam kegiatan pengumpulan dana juga memanfaatkan akun

Twitter @aksisosial_IU sebagai sarana informasi antar anggota mengenai pihak-pihak yang membutuhkan bantuan.

2.1.5 Gerakan Sosial dan Perilaku Individu

A.F Wood dan M.J Smith yang dikutip oleh Putri (2012), mengatakan

Computer Mediated Communication adalah segala bentuk komunikasi antar individu, individu dan kelompok yang saling berinteraksi melalui komputer dalam suatu jaringan komputer dalam suatu jaringan internet. Computer Mediated Communication mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk atau diubah melalui pertukaran informasi menggunakan media komputer. Mann dalam Azwar (1995) mendefinisikan komponen kognitif berisikan, kepercayaan, dan streotype

yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen konatif atau psikomotorik berisikan kecenderungan bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Gerakan sosial yang berkembang melalui ranah dunia maya terbukti dapat membawa perubahan perilaku terhadap individu yang terlibat dalam suatu gerakan sosial yang diikutinya. Salah satu contoh adalah berdasarkan hasil penelitian Putri (2012), yaitu dengan adanya kegiatan musicfest dalam gerakan Indonesia Unite. Kegiatan ini mampu menjaring orang-orang yang terlibat dalam gerakan sosial Indonesia Unite yang secara online untuk juga terlibat secara offline. Perubahan sikap yang muncul secara individu dalam gerakan sosial Indonesia Unite lainnya dibuktikan dengan narasumber AA yang terlibat secara online dalam gerakan


(26)

sosial Indonesia Unite untuk membuat harian Indonesia Unite. AA merasa dirinya harus memberikan kontribusi lebih dalam gerakan sosial Indonesia Unite yang sesuai dengan ketertarikannya. Harian Indonesia Unite diterbitkan secara online

oleh AA, isi harian dapat berupa isu-isu hangat yang sedang terjadi di Indonesia atau mengenai keindahan pariwisata Indonesia. Kegiatan AA yang berusaha membuat Harian Indonesia Unite dapat diartikan sebagai partisipasi offline

terhadap gerakan Indonesia Unite. Berbeda dengan yang dilakukan oleh informan LJ dalam gerakan sosial Indonesia Unite, LJ merupakan pengelola akun serta kegiatan dari @aksissosial_IU, kegiatan @aksisosial_IU merupakan wadah untuk memberikan donasi terhadap berbagai kejadian musibah yang terjadi di Indonesia. Dana yang terkumpul selanjutnya akan diberikan kepada pihak yang membutuhkan. Keterlibatan secara langsung oleh LJ dibuktikan dengan penggunaan akun rekening pribadi LJ yang digunakan untuk menggalang dana.

2.1.6 Karakteristik Pengguna Media Sosial

Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi memunculkan berbagai riset mengenai pengguna internet, hal ini sebagai bukti internet sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat saat ini. Riset yang dilakukan dapat menggambarkan karakteristik pengguna internet dan saat ini penggunaan internet tidak terlepas dari penggunaan media sosial, seperti yang dikemukakan oleh Kristo (2013) seperti yang dilansir dari lembaga analisis Semiocast, Jakarta menyumbang 2,4% tweet yang lalu lalang. Sehingga karakteristik pengguna internet dapat menjadi acuan dalam menggambarkan karakteristik pengguna media sosial. Indonesia sendiri berada pada ranking 5 pengguna Twitter sebanyak 29,4 pengguna. Menurut Darwin (2013) berdasarkan hasil lembaga riset MarkPlus Insight.

“...jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh signifikan hingga 22% dari 62 juta di tahun 2012 menjadi 74,57 juta di tahun 2013. Angka pengguna internet di Indonesia akan menembus 100 juta jiwa di tahun 2015 nanti. Netizen atau pengguna internet yang sehari-harinya menghabiskan waktu lebih dari tiga jam dalam dunia maya meningkat dari 24,2 juta di tahun 2012 menjadi 31,7 juta orang di tahun 2013. Hampir separuh dari Netizen Indonesia merupakan pengguna internet muda dibawah 30 tahun, sedangkan 16% adalah para Netizen berusia diatas 45 tahun. Bahkan hampir 95% Netizen tersebut adalah pengguna internet melalui perangkat mobile (smartphone). Pada survei terlihat bahwa Netizen menghabiskan uangnya sekitar Rp.50 000- Rp100 000 untuk internet per-bulan, bahkan terdapat 16,8% Netizen yang rela mengeluarkan kocek di atas Rp150 000 per-bulan untuk keperluan internet...”

Karakteristik pengguna media sosial dapat juga dilihat dengan tingkat pendidikan, menurut Pitoyo (2011) data menunjukkan, pengguna Twitter

pendidikannya cenderung lebih tinggi daripada pengguna Facebook. Pengguna

Twitter yang mendapatkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi sebanyak 21% sementara pengguna Facebook jumlahnya 20%.


(27)

2.1.7 Gerakan Pelestarian Mangrove KeSEMaT

Pemanfaaatan media sosial dalam kampanye gerakan pelestarian lingkungan, salah satunya dilakukan oleh KeSEMaT (Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur). KeSEMaT adalah unit kegiatan mahasiswa jurusan ilmu kelautan, fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. KeSEMaT berdiri pada 9 Oktober 2001 dengan misi dan tujuan mengembangkan penelitian tentang ekosistem mangrove di kalangan mahasiswa, menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta mangrove di kalangan anggotanya, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, serta mewujudkan dan mengembangkan kegiatan yang bersifat ilmiah dan mengarah kepada konservasi ekosistem mangrove, dengan motto "Konservasi, Penelitian, Kampanye, Pendidikan dan Dokumentasi Mangrove untuk Generasi Mendatang". Seiring dengan munculnya media sosial, organisasi KeSEMaT juga memanfatkan Twitter

dalam kegiatan kampanye gerakan pelestarian mangrove. Dalam upaya kampanye melalui Twitter, KeSEMaT juga membuat beberapa akun Twitter yang mendukung program kampanye pelestarian mangrove diantaranya :

Tabel 1 Akun Twitter yang dibentuk KeSEMaT dalam upaya kampanye pelestarian mangrove

Akun Twitter Penjelasan

@KeSEMaT Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT) merupakan akun resmi dari organisasi KeSEMaT.

@mangroverstore Akun resmi mengenai info produk-produk yang dijual oleh CV. KeMANGI

@KeMANGTEER KeSEMaT Mangrove Volunteer merupakan akun resmi bagi para anggota diluar organisasi KeSEMaT yang ingin ikut berkontribusi dalam pelestarian mangrove

@Kendlerstore Kendi Tumbler (Kendler) merupakan akun resmi yang menjual Kendler yang merupakan salah satu produk unggulan CV. KeMANGI yang memiliki ciri khas unik

@Mas_Jamang Merupakan akun resmi yang menjual berbagai makanan olahan berbahan dasar mangrove yang memiliki label Jajanan Mangrove (JAMANG) binaan KeSEMaT dan bekerjasama dengan pihak CSR.

@KeSEMaTUSTIK Merupakan akun milik band KeSEMaT yang menciptakan lagu-lagu yang berhubungan dengan pelestarian Mangrove

@Cermang Cerpen Mangrove (Cermang) akun resmi yang mengajak masyarakat untuk berkarya dalam bentuk tulisan mengenai Mangrove, tulisan yang menarik akan dimuat dalam salah satu web resmi KeSEMaT


(28)

@BatikBakau Merupakan akun resmi penjualan batik yang berbahan dasar pewarna dari bakau, serta memiliki motif beraneka ragam yang berhubungan dengan mangrove. Batik Bakau merupakan salah satu produk dari usaha pemberdayaan masyarakat yang bekerjasama dengan KeSEMaT

@KoinMangrove Gerakan pengumpulan donasi bagi pelestarian mangrove

@infoKeSEMaT Akun resmi yang memberikan informasi seputar KeSEMaT dan hal-hal lainnya yang berhubungan @YayasanIKAMAT IKAMAT (Ikatan Alumni KeSEMaT) merupakan

akun resmi yang mewadahi para anggota IKAMAT @CV_KeMANGI KeMANGI (KeSEMaT Mangrove Indonesia)

merupakan akun resmi milik badan usaha KeSEMaT yaitu CV. KeMANGI

@MangroverID Mangrover merupakan brand dari produk-produk souvenir berupa t-shirt, dan topi yang dijual oleh CV. KeMANGI

2.2 Kerangka Pemikiran

Media sosial telah menjadi sarana munculnya gerakan sosial di masyarakat. Gerakan-gerakan sosial ini tidak hanya terikat terhadap aktivitas secara online

akan tetapi juga membentuk suatu aktivitas offline. Penelitian sebelumnya banyak mengkaji mengenai suatu gerakan sosial dalam media sosial dari para anggota yang sudah terlibat dalam komunitas gerakan sosial tersebut. Masih sedikit penelitian yang mengkaji mengenai efektivitas pesan melalui media sosial terhadap gerakan sosial tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media media sosial memiliki peluang untuk menimbulkan perubahan perilaku terhadap individu. Kemudian apakah perubahan perilaku mampu memunculkan keterlibatan secara offline terhadap gerakan sosial.

Keterlibatan khalayak untuk ikut menjadi anggota secara online dalam akun gerakan sosial tertentu dipengaruhi oleh : umur, pendidikan, tempat tinggal, jenis pekerjaan, kesamaan minat dan jenis perangkat TIK yang digunakan. Setelah seseorang terlibat secara online maka terdapat dua hal yang kemudian mampu mempengaruhi untuk terjadinya perubahan perilaku, diantaranya : frekuensi, durasi. Frekuensi terkait dengan intensitas seseorang dalam mengakses media sosial sehingga memiliki kemungkinan besar untuk membaca pesan-pesan yang di publikasikan oleh akun gerakan sosial melalui media sosial. Durasi adalah lamanya waktu yang digunakan seseorang dalam mengakses media sosial. Frekuensi dan durasi kemudian mempengaruhi perubahan perilaku individu yaitu secara kognitif dan afektif. Perubahan perilaku individu kemudian mempengaruhi untuk terlibat atau tidak secara offline terhadap gerakan sosial tersebut.


(29)

Keterangan :

= berhubungan dengan

Gambar 1 Kerangka pemikiran efektivitas media sosial untuk gerakan pelestarian lingkungan Karakteristik Individu :

1. Umur 2. Pendidikan 3. Tempat tinggal 4. Pendapatan

5. Pengeluaran untuk akses internet

6. Minat Keterlibatan dalam

media sosial : 1. Frekuensi 2. Durasi

Efektivitas perubahan perilaku :

1. Kognitif 2. Afektif

Efektivitas keikutsertaan kegiatan offline

Faktor eksternal : 1. Kepemilikan

Perangkat TIK


(30)

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu followers akun @KeSEMaT (umur, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, pendapatan, pengeluaran untuk akses internet dan minat serta kepemilikan perangkat TIK) dengan keterlibatan dalam media sosial.

2. Terdapat hubungan antara keterlibatan dalam media sosial (frekuensi dan durasi) dengan perubahan perilaku individu (kognitif dan afektif).

3. Terdapat hubungan antara perubahan perilaku kognitif dan afektif dengan intensitas keikutsertaan secara offline dalam gerakan sosial.

2.4 Definisi Operasional

1. Karakteristik individu merupakan seperangkat ciri spesifik yang dimiliki seorang individu yang membedakan satu individu dengan individu lainnya. Karakteristik individu mencakup umur, pendidikan, tempat tinggal, pendapatan, pengeluaran, kesamaan minat dan pekerjaan.

a. Umur adalah jumlah tahun hidup dimulai sejak individu lahir hingga saat menjadi responden dalam penelitian ini. Pemberian skor umur berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata umur responden ± standar deviasi), diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan ke dalam :

Rendah (kurang dari 17 tahun) dengan skor 1. Sedang (antara 18-26 tahun) dengan skor 2. Tinggi (lebih dari 27 tahun) dengan skor 3.

b. Pendidikan adalah jenjang sekolah yang sedang dijalani oleh responden saat mengisi kuesioner. Apabila responden tidak sedang bersekolah maka skor berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden. Pendidikan diukur menggunakan skala ordinal dengan kategori sebagai berikut :

Rendah (menempuh pendidikan/pendidikan terakhir SD-SMP) Sedang (menempuh pendidikan/pendidikan terakhir SMA)

Tinggi (menempuh pendidikan/pendidikan terakhir Perguruan Tinggi) c. Tempat tinggal adalah identitas individu beradasarkan letak geografis

keberadaannya menetap saat mengisi kuesioner. Tempat tinggal diukur berdasarkan skala nominal yaitu bertempat tinggal di Pulau Jawa dengan skor 2 dan luar Pulau Jawa dengan skor 1.

d. Pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan responden setiap bulan. Tingkat pendapatan berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata pendapatan responden ± standar deviasi), diukur menggunakan skala ordinal dengan kategori berikut:


(31)

Sedang (pendapatan antara Rp 498 438 sampai Rp 1 382 244) dengan skor 2.

Tinggi (pendapatan lebih dari Rp 1 382 245) dengan skor 3.

e. Pengeluaran untuk akses internet adalah jumlah biaya yang dikeluarkan secara rutin setiap bulan oleh responden agar dapat terkoneksi dengan internet. Tingkat pengeluaran untuk akses internet berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata pengeluaran responden ± standar deviasi), diukur menggunakan skala ordinal kemudian dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (pengeluaran kurang dari Rp 54 738) dengan skor 1.

Sedang (pengeluaran antara Rp 54 739 sampai Rp 129 921) dengan skor 2. Tinggi (pengeluaran lebih dari Rp 129 922) dengan skor 3.

f. Minat adalah ada atau tidak ketertarikan responden pada pelestarian mangrove sebelum tergabung menjadi followers KeSEMaT. Minat diukur menggunakan skala nominal dengan kategori berminat diberi skor 2 dan tidak berminat dengan skor 1.

2. Faktor eksternal adalah kepemilikan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh responden dalam keseharian untuk dapat terkoneksi dengan internet khususnya media sosial.

a. Jenis gadget adalah berbagai alat elektronik yang dimiliki responden yang digunakan responden untuk akses terhadap internet khususnya media sosial, diantaranya smartphone, handphone, tablet pc, computer pc,

netbook, dan laptop. Bentuk gadget yang semakin ringkas memudahkan untuk selalu akses terhadap media sosial. Bentuk skor :

smartphone dan handphone = 4; tablet pc = 3; netbook dan laptop = 2;

computer pc = 1.

Hasil penjumlahan skor kemudian dikategorikan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata frekuensi akses

Twitter responden ± standar deviasi) untuk mendapatkan tingkat kepemilikan perangkat TIK yang dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (jumlah skoring kurang dari 3) dengan skor 1. Sedang (jumlah skoring antara 4 - 6) dengan skor 2. Tinggi (jumlah skoring lebih dari 7) dengan skor 3.

3. Keterlibatan dalam media sosial adalah kegiatan yang dilakukan melalui dunia maya dalam gerakan sosial (online) yang dapat diukur dari

a. Frekuensi adalah seringnya seseorang akses terhadap Twitter dalam kurun waktu tertentu. Frekuensi akses terhadap Twitter diukur menggunakan skala ordinal. Pada kuesioner, jawaban responden mengenai frekuensi akses Twitter diberi skor berdasarkan kategori jawaban yaitu :

Sangat Rendah diberi skor 1. Rendah diberi skor 2.

Sedang diberi skor 3. Tinggi diberi skor 4.

Hasil penjumlahan skoring kemudian dikategorikan berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata frekuensi akses


(32)

Twitter responden ± standar deviasi) untuk mendapatkan tingkat frekuensi akses terhadap Twitter yang dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (jumlah skor kurang dari 5) dengan skor 1. Sedang (jumlah skor antara 6 - 10) dengan skor 2. Tinggi (jumlah skor lebih dari 11) dengan skor 3.

b. Durasi adalah lamanya waktu yang digunakan untuk membaca tweet dari akun @KeSEMaT dalam satu hari. Durasi akses terhadap Twitter diukur menggunakan skala ordinal. Pada kuesioner, jawaban responden mengenai durasi akses Twitter diberi skor berdasarkan kategori jawaban yaitu : Sangat Rendah diberi skor 1.

Rendah diberi skor 2. Sedang diberi skor 3. Tinggi diberi skor 4.

Hasil penjumlahan skoring kemudian dikategorikan berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata durasi akses

Twitter responden ± standar deviasi) untuk mendapatkan tingkat durasi akses terhadap Twitter yang dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (jumlah skoring kurang dari 2) dengan skor 1. Sedang (jumlah skoring antara 3 - 5) dengan skor 2. Tinggi (jumlah skoring lebih dari 6) dengan skor 3. 4. Perilaku dalam penelitian ini diukur dengan :

a. Kognitif, menurut Mann dalam Azwar (1995) mendefinisikan komponen kognitif berisikan, kepercayaan, dan streotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Diukur dengan memberikan pertanyaan pilihan berganda pada kuesioner mencakup informasi yang pernah disampaikan oleh akun @KeSEMaT, dengan jawaban benar skor 2, dan jawaban salah skor 1. Hasil penjumlahan skoring kemudian dikategorikan berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata kognitif responden ± standar deviasi) untuk mendapatkan tingkat kognitif yang dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (jumlah skor kurang dari 14) dengan skor 1. Sedang (jumlah skor antara 15 - 17) dengan skor 2. Tinggi (jumlah skor lebih dari 18) dengan skor 3.

b. Afektif, menurut Mann dalam Azwar (1995) komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Diukur dengan memberikan kalimat pernyataan yang meliputi aksi pelestarian mangrove dan responden diminta memberikan tanggapan Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1. Hasil penjumlahan skoring kemudian dikategorikan berdasarkan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata afektif responden ± standar deviasi) untuk mendapatkan tingkat afektif yang dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (jumlah skor kurang dari 29) dengan skor 1. Sedang (jumlah skor antara 30 - 39) dengan skor 2. Tinggi (jumlah skor 40) dengan skor 3.


(33)

5. Gerakan sosial adalah suatu bentuk aksi kolektif yang ditujukan untuk menciptakan perubahan di masyarakat.

Keikutsertaan secara offline adalah keterlibatan individu secara langsung terhadap aksi nyata yang dilakukan oleh KeSEMaT. Diukur dengan memberikan pertanyaaan mengenai keikutsertaan dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh pihak KeSEMaT.

Skor 1 untuk responden yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang ditanyakan pada kuesioner.

Skor 2 untuk responden yang pernah terlibat setidaknya 1 kali dalam kegiatan yang ditanyakan pada kuesioner.

Skor 3 untuk responden yang pernah terlibat lebih dari 1 kali dalam kegiatan yang ditanyakan pada kuesioner.

Hasil penjumlahan skor kemudian dikategorikan berdasarkan perhitungan dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata keikutsertaan secara offline

responden ± standar deviasi) untuk mendapatkan tingkat keikutsertaan secara offline yang dikategorikan sebagai berikut :

Rendah (jumlah skoring kurang dari 5) diberi skor 1. Sedang (jumlah skoring antara 6 - 10) diberi skor 2. Tinggi (jumlah skoring lebih dari 11) diberi skor 3.


(34)

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan melalui dunia maya yaitu dengan memanfaatkan media sosial Twitter dalam penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara semi terstruktur dengan responden saat berlangsungnya kegiatan Mangrove Cultivation 2013 di Jepara 17 hingga 19 Mei 2013. Waktu penelitian dilaksanakan selama selama bulan Mei 2013. Pemilihan KeSEMaT sebagai objek penelitian dilakukan dengan sengaja. KeSEMaT merupakan organisasi yang telah lama mengkampanyekan pelestarian mangrove. Dalam upaya kampanye gerakan sosial pelestarian mangrove KeSEMaT memanfaatkan media sosial yaitu Twitter

dengan akun @KeSEMaT. Melalui akun @KeSEMaT pihak admin secara rutin membuat tweet yang berisikan informasi dan seputar kegiatan kampanye KeSEMaT. Salah satu aksi offline KeSEMaT adalah Mangrove Cultivation (MC) yang hingga saat ini telah berjalan selama 6 tahun (sejak 2008). Kegiatan MC 2013 dilaksanakan pada tanggal 17 Mei hingga 19 Mei 2013.

3.2 Kerangka Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh followers akun @KeSEMaT yang berjumlah hampir 14 998 followers (per-10 Mei Pukul.00.00). Metode penelitian yang digunakan adalah nonprobability sampling dan teknik yang digunakan adalah accidental sampling. Menurut Sugiyono (2007) nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode non-probability sampling dipilih karena tidak semua followers akun @KeSEMaT dapat menjadi responden. Responden dipilih yang hanya telah menjadi followers

akun @KeSEMaT sebelum tanggal 10 Mei 2013. Alasan pembatasan tersebut karena pada tanggal tersebut adalah batas dari pendaftaran kegiatan Mangrove

Cultivation, sebagai kegiatan offline paling terbaru yang dilakukan KeSEMaT. Penentuan sampel berdasarkan followers yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Jumlah sampel yang menjadi responden sebanyak 120 followers akun @KeSEMaT.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan didukung data-data kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:


(36)

1. Data sekunder meliputi data organisasi KeSEMaT dan data jumlah followers

akun @KeSEMaT. Data sekunder lainnya juga diperoleh dari pelaksanaan kegiatan FGD dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan KeSEMaT. Data dari jumlah followers akun @KeSEMaT digunakan untuk mengetahui jumlah populasi dalam penelitian. Data mengenai organisasi KeSEMaT digunakan sebagai gambaran bagi peneliti mengenai obyek penelitian. Hasil Focus Group Discussion (FGD) dan keterlibatan langsung dalam kegiatan KeSEMaT digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung hasil data primer.

2. Data primer mencakup semua data variabel yang terdapat dalam kerangka pemikiran, yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden.

Populasi dari penelitian ini adalah followers dari @KeSEMaT. Followers

yang dapat menjadi responden adalah yang mem-follow KeSEMaT sebelum tanggal 10 Mei 2013, yaitu hari penutupan pendaftaran kegiatan Mangrove

Cultivation 2013. Data kualitatif berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam. Kesulitan dalam mengumpulkan responden adalah tidak semua responden yang dihubungi melalui Twitter secara online memberikan respon dengan mengisi kuesioner. Followers dari akun @KeSEMaT beberapa adalah warga negara asing sehingga peneliti harus memilih followers yang memiliki nama akun yang dianggap warga negara Indonesia karena kuesioner hanya dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam melakukan wawancara semi terstruktur peneliti tidak bertatap muka dengan beberapa responden, karena beberapa responden bertempat tinggal di luar kota. Oleh karena itu ada beberapa wawancara semi terstruktur dilakukan melalui fasilitas chatting.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara responden mengisi kuesioner melalui link yang diberikan saat peneliti mengirimkan mention kepada akun

followers @KeSEMaT. Pengisian kuesioner dimulai tanggal 1 Mei 2013 hingga 31 Mei 2013. Sebelum responden mengisi kuesioner akan diberikan pertanyaan saringan terlebih dahulu yang menanyakan bahwa responden telah menjadi

followers @KeSEMaT sebelum tanggal 10 Mei 2013. Apabila responden telah menjadi followers @KeSEMaT sebelum tanggal 10 Mei 2013 maka responden dapat melanjutkan mengisi kuesioner, akan tetapi apabila responden menjadi

followers setelah tanggal 10 Mei 2013 maka responden tidak dapat melanjutkan mengisi kuesioner.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Unit analisis penelitian ini adalah individu. Data diolah menggunakan

software SPSS for Windows versi 18.0 dan Microsoft Excel 2007. Langkah awal yaitu dengan pemberian skor pada setiap pertanyaan tentang karakteristik individu, faktor eksternal, keterlibatan dalam media sosial, perubahan perilaku, dan gerakan sosial. Setelah data primer dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis ke dalam bentuk tabulasi frekuensi dan tabulasi silang. Tabel frekuensi digunakan untuk menyajikan semua data yang telah diolah, sedangkan tabulasi silang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Untuk menguji hubungan antar variabel ordinal digunakan metode statistik non parametrik Uji


(37)

Korelasi Rank Spearman. Pengujian antar variabel nominal digunakan uji Chi-Square. Keeratan hubungan hasil uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square ditetapkan dengan kriteria seperti yang dikemukakan oleh Guilford (1956) dalam Rakhmat (2002) sebagai berikut:

a. < 0.20 : hubungan rendah sekali; lemah sekali b. 0.20-0.40 : hubungan rendah tetapi pasti

c. 0.40-0.70 : hubungan yang cukup berarti d. 0.70-0.90 : hubungan tinggi; kuat

e. >0.90 : hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan

Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dengan nilai signifikansi sebesar α (0,05), artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan 5%.

3.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini perubahan perilaku tidak dapat diukur secara tepat, karena tidak ada post test dan pre test. Dalam pengisian aspek kognitif, responden dimungkinkan dapat menjawab kuesioner bukan berasal dari membaca

tweet dari akun @KeSEMaT akan tetapi hal tersebut mungkin sudah menjadi pengetahuan bagi responden.


(38)

(39)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Sejarah KeSEMaT

Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT) didirikan pada tanggal 9 Oktober 2001 oleh 9 orang mahasiswa angkatan 1998, Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang di desa Teluk Awur, Jepara. Pada awal berdirinya, KeSEMaT memfokuskan diri untuk merehabilitasi lahan gundul di pesisir Teluk Awur. Organisasi ini memiliki misi dan tujuan mengembangkan penelitian tentang ekosistem mangrove di kalangan mahasiswa, menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta mangrove di kalangan anggotanya, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, serta mewujudkan dan mengembangkan kegiatan yang bersifat ilmiah dan mengarah kepada konservasi ekosistem mangrove, dengan motto "konservasi, penelitian, kampanye, pendidikan dan dokumentasi mangrove untuk generasi mendatang". KeSEMaT berhasil menghijaukan kembali kurang lebih 1 Ha lahan mangrove gundul di pesisir pantai Desa Teluk Awur, Jepara melalui program penanaman dan pemeliharaan mangrove secara kontinyu dengan kelulushidupan mencapai 90%, di setiap tahunnya, mulai dari tahun 2003 sampai dengan sekarang. Selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2012 ini, maka KeSEMaT telah menanam kurang lebih 100.000 bibit mangrove di berbagai pesisir di Jawa. Konsep pembelajaran KeSEMaT yang unik, yaitu dengan program kampanye mangrovenya di internet, melalui Jaringan KeSEMaTONLINE-nya, telah menjadikan kampanye mangrove di Indonesia menjadi sangat efektif.

4.2 Program Kerja KeSEMaT

KeSEMaT memiliki program kerja mangrove kurang lebih 30 buah dalam jangka waktu satu tahun, yang mereka kerjakan dengan konsep swadaya (voluntary) dan kontinu mulai dari tahun 2001 hingga sekarang. Secara rutin, KeSEMaT menyelenggarakan dan mengikuti program pendampingan, penyuluhan, pelatihan, seminar dan kampanye mangrove tingkat regional hingga nasional ke berbagai level masyarakat, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dinas, LSM hingga kementerian di tingkat nasional dan internasional. KeSEMaT membuat gerakan Koin Untuk Mangrove bernama KUMANG, cara kampanye KeSEMaT melalui di media dan media sosial terkini, di antaranya

YouTube, Google+, Quora, Facebook, Twitter, KASKUS, dan Blog. Program kerja KeSEMaT terdiri dari program kerja intern, ekstern dan insidental yang merujuk kepada motto KeSEMaT, yaitu konservasi, penelitian, pendidikan, kampanye dan dokumentasi mangrove. Program kerja intern dikhususkan untuk memberikan bekal kepada para KeSEMaTER untuk memahami mangrove dengan


(40)

lebih baik. Sementara itu, program kerja ekstern bertujuan untuk melibatkan masyarakat umum. Program kerja insidental merupakan program kerjasama antara KeSEMaT dengan CSR perusahaan, swasta dan dinas terkait untuk mengimplementasikan program di satu lokasi tertentu dalam satu periode tertentu. Beberapa program kerja intern dan ekstern KeSEMaT, diantaranya adalah KeSEMaTHUNT KeSEMaTOUR (KHKT), Mangrove Restoration

(MANGRES), KeSEMaTINAUGURATION (KI), KeSEMaT Goes To School

(KGTS), Mangrove Cultivation (MC), Mangrove Training (MT), Mangrove REpLaNT (MR), KeSEMaTCOMPETITION (KC), KeSEMaTBIRTHDAY (KB), Rapat Anggota Tahunan (RAT), Pemilihan Presiden (PILPRES) dan Serah Terima Jabatan (SERTIJAB). Program kerja insidental KeSEMaT, diantaranya adalah Mangrovest, Mangrove Conservation (MANGCON), Mangrove Music Charity (MMC) dan berbagai program pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan CSR perusahaan.

4.3 Karakteristik Responden

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Pengukuran umur didasarkan pada perhitungan menggunakan standar deviasi yang kemudian diambil menjadi tiga kategori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi. Responden dengan kategori usia rendah memiliki tingkat umur kurang dari 17 tahun, kategori usia sedang berusia diantara 18 sampai dengan 26 tahun, dan kategori usia tinggi yaitu lebih dari 27 tahun. Kategori dari karakteristik umur ini sesuai dengan yang diungkapkan Riza (2012), berdasarkan data APJI (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) bahwa pengguna internet terbanyak masih pada usia 12-34 tahun yang mencapai total 64% pengguna internet di Indonesia. Berikut adalah grafik pada Gambar 1 yang menunjukkan sebaran responden berdasarkan umur.


(41)

Gambar 2 menunjukkan sebaran responden berdasarkan umur, kategori umur dengan tingkat sedang memiliki sebaran tertinggi yaitu 85.80% atau dengan jumlah responden sebesar 103 orang. Jumlah dan sebaran responden berdasarkan umur lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah responden pada kategori sedang memiliki jumlah tertinggi karena organisasi KeSEMaT merupakan suatu unit kegiatan mahasiswa sehingga akun @KeSEMaT banyak dikenal dikalangan mahasiswa. Rentang seseorang menempuh pendidikan perguruan tinggi umumnya pada sebaran umur 18-26 tahun.

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pengukuran pendidikan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Pitoyo (2012) mengemukakan seperti yang dilansir Mediabistro pengguna Twitter

yang mendapatkan pendidikan hingga perguruan tinggi mencapai 21%. Kategori tingkat pendidikan rendah yaitu responden saat mengisi kuesioner sedang menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau pendidikan terakhir hingga tamat SD atau SMP. Kategori tingkat pendidikan sedang yaitu responden saat mengisi kuesioner sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau pendidikan terakhir hingga SMA. Kategori tingkat pendidikan tinggi yaitu responden saat mengisi kuesioner sedang menempuh tingkat pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) atau pendidikan terakhir hingga PT. Sebaran responden berdasarkan pendidikan kemudian ditampilkan berdasarkan Gambar 3.

3,3% 2,5%

94,2%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Rendah (SD-SMP) Sedang (SMA) Tinggi (Perguruan Tinggi)

Gambar 3 Sebaran responden berdasarkan pendidikan

Berdasarkan Gambar 3, responden dengan kategori tingkat pendidikan tinggi memiliki sebaran terbesar yaitu 94.20% atau dengan jumlah responden sebanyak 113 orang. Jumlah dan sebaran responden berdasarkan pendidikan lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil sebaran responden didukung oleh data yang dilansir oleh iptek.net bahwa pengguna internet terbanyak di Indonesia berada pada tingkat pendidikan sarjana sebanyak 43%. KeSEMaT sebagai


(42)

organisasi unit kegiatan kampus dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya, sering melibatkan mahasiswa. Sehingga followers @KeSEMaT dari kalangan mahasiswa jumlahnya cukup banyak. Hal ini juga ditunjukkan pada pelaksanaan kegiatan Mangrove Cultivation 2013 mayoritas peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Hasil ini didukung dengan berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) bahwa penggunaan Twitter sebagai salah satu media komunikasi dan informasi dikalangan mahasiswa keberadaannya memang sedang populer saat ini dibandingkan media sosial lainnya. Beberapa alasan responden mahasiswa menggunakan Twitter berdasarkan hasil FGD adalah :

a. Paling mudah digunakan. b. Paling simple.

c. Paling up to date.

e. Sedang booming/naik daun. f. Akses cepat.

g. Lebih ‘gaul’.

h. Unik cara membacanya.

i. Lebih mudah terkoneksi dengan orang lain.

j. Salah satu cara untuk mencari informasi tentang orang lain. k. Media untuk mencurahkan isi hati.

l. Tanda hastag (#) sebagai trendsetter.

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan responden berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. Responden dengan tingkat pendapatan rendah yaitu dengan nilai pendapatan kurang dari Rp 498 437 per bulan, nilai pendapatan sedang yaitu dengan nilai lebih dari Rp 498 437 hingga kurang dari Rp 1 382 245 dan pendapatan tinggi dengan nilai lebih dari Rp 1 382 245. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan dijelaskan pada Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 4 sebaran responden dengan tingkat pendapat sedang dan tinggi memiliki jumlah yang cukup besar, sedangkan responden dengan tingkat pendapatan rendah memiliki persentase terkecil. Jumlah dan sebaran responden lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Banyaknya responden dengan kategori tingkat pendapatan sedang karena mayoritas responden merupakan mahasiswa. Jumlah pendapatan antara Rp 1 000 000-Rp 1 500 000 per-bulan dianggap sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


(43)

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

Tempat tinggal merupakan domisili dimana responden tinggal ketika mengisi kuesioner. Tempat tinggal dikategorikan berdasarkan domilisi di Pulau Jawa dan domisili luar Pulau Jawa. Responden tersebar di 30 kota di Indonesia, terdiri provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, kota di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Pulau Sulawesi, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal disajikan pada Gambar 5.

Sebesar 88.30% responden bertempat tinggal di Pulau Jawa dan 11.70% responden diluar Pulau Jawa. Jumlah dan sebaran lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Hal ini sesuai dengan hasil Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011, produksi tweet di dominasi oleh DKI Jakarta sebesar 16.33%, Bandung 13.79%, Yogyakarta 11.05%, Semarang 8.29%, dan dari Surabaya 8.21%. Sedangkan Palu hanya 0.71%, Ambon 0.35%, dan Jayapura 0.23% hal ini menunjukkan bahwa produksi tweet di dominasi oleh pengguna Twitter di Pulau Jawa. Jumlah responden yang bertempat tinggal di Semarang jumlahnya mencapai 60 responden. Semarang sebagai kota yang wilayahnya berdekatan dengan pantai memiliki keterkaitan dengan keberadaan hutan mangrove untuk mencegah adanya banjir rob. Dengan demikian KeSEMaT yang mengusung gerakan sosial pelestarian lingkungan mangrove dianggap relevan bagi masyarakat Semarang dan dengan mudah mengumpulkan followers

yang berdomisili di Semarang.


(44)

Gambar 5 Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran untuk Akses Internet

Pengeluaran untuk akses internet adalah biaya yang dikeluarkan oleh seseorang setiap bulannya untuk koneksi dengan internet. Pengeluaran untuk akses internet dibagi atas kategori tinggi, sedang, dan rendah. Nilai dari setiap kategori didasarkan dari data dilapangan dimana diperoleh hasil tinggi dengan nilai lebih dari Rp 129 922, sedang dengan nilai diatas Rp 54 738 hingga dibawah Rp 129 922, dan rendah dengan nilai dibawah Rp 54 738. Sebaran tingkat pengeluaran akses internet tergambar pada Gambar 6.

Gambar 6 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran akses internet

Responden dengan tingkat pengeluaran akses internet tinggi sebanyak 26.70% , sedang sebanyak 50.00% dan rendah sebanyak 23.30%. Perbedaan yang sangat jauh terdapat antara responden dengan tingkat pengeluaran akses internet rendah dan sedang. Responden dengan tingkat pengeluaran rendah dan tinggi


(45)

memiliki perbedaan yang kecil. Tingkat pengeluaran akses internet yang paling tinggi sebarannya terdapat pada tingkat sedang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, harga paket internet yang ditawarkan oleh berbagai provider dengan harga kisaran rata-rata Rp 50 000 hingga Rp 100 000 sudah dianggap memadai untuk memenuhi kebutuhan untuk akses terhadap media jejaring sosial dan mengunduh data keperluan tugas kuliah.

4.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Minat terhadap Pelestarian Mangrove

Minat terhadap pelestarian mangrove adalah ketertarikan responden dengan kegiatan yang berhubungan dengan mangrove. Responden diberikan pertanyaan mengenai minat terhadap pelestarian mangrove sebelum menjadi followers

@KeSEMaT. Jawaban berupa pertanyaan tertutup berupa “Berminat” atau “Tidak Berminat”. Sebaran responden berdasarkan minat terhadap pelestarian mangrove dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Sebaran responden berdasarkan minat terhadap pelestarian mangrove

Besarnya responden yang memiliki minat terhadap pelestarian mangrove mencapai 87.5%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah memiliki minat terhadap pelestarian mangrove sebelum menjadi followers


(46)

4.4 Kepemilikan Perangkat TIK Responden

Kepemilikan perangkat teknologi komunikasi dan komunikasi ( TIK ) adalah jenis dari perangkat elektronik TIK yang dipakai oleh responden untuk akses internet. Kepemilikan perangkat TIK dibagi atas kategori rendah, sedang, dan tinggi. Sebaran tingkat pengeluaran akses internet tergambar pada Gambar 8.

33,3%

46,7%

20,0%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50%

Rendah (skor <3) Sedang (skor 4-6) Tinggi (skor >7)

Gambar 8 Sebaran responden berdasarkan kepemilikan perangkat TIK

Responden dengan tingkat kepemilikan perangkat TIK sedang memiliki jumlah persentase terbanyak sebesar 46.7%, sedangkan responden dengan tingkat kepemilikan perangkat TIK rendah sebesar 33.3% dan tinggi sebesar 20.0%. Jumlah dan persentase responden lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data kuesioner dapat diketahui cukup banyak responden yang memiliki lebih dari satu perangkat TIK untuk akses internet. Hasil wawancara mendalam bahwa responden yang memiliki lebih dari satu perangkat TIK dikarenakan, salah satu perangkat TIK khusus digunakan untuk akses terhadap internet dan perangkat TIK lainnya hanya digunakan untuk berkomunikasi seperti telepon dan Short Message Service (SMS).


(47)

BAB V

KETERLIBATAN

FOLLOWERS

DALAM

MEDIA SOSIAL

5.1 Keterlibatan Followers

Keterlibatan followers dalam media sosial diukur berdasarkan frekuensi dan durasi responden akses Twitter dalam kurun waktu tertentu. Frekuensi adalah seringnya responden tersebut akses terhadap Twitter dan durasi adalah lamanya waktu yang dicurahkan responden untuk akses dengan Twitter.

5.1.1 Frekuensi Akses Twitter

Frekuensi akses Twitter adalah seringnya responden akses terhadap Twitter. Pertanyaan pada kuesioner yang berkaitan dengan frekuensi akses Twitter

berjumlah 4 pertanyaan. Frekuensi akses Twitter yang rendah berarti responden mengakses Twitter setidaknya hanya satu kali sehari atau tidak ada intensitas akses Twitter dalam satu hari. Sedangkan responden dengan tingkat frekuensi tinggi memiliki frekuensi akses Twitter lebih dari lima kali dalam satu hari. Sebaran responden berdasarkan tingkat frekuensi akses Twitter dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Sebaran responden berdasarkan frekuensi akses Twitter

Sebaran responden dengan tingkat frekuensi akses Twitter sedang memiliki jumlah persentase terbesar yaitu 58.3%. Frekuensi akses Twitter rendah salah satu alasan yang dikemukakan salah seorang responden karena tidak terlalu tertarik berinteraksi dengan orang lain melalui media sosial. Sedangkan salah satu alasan yang dikemukakan responden yang memiliki frekuensi akses Twitter yang tinggi karena seringnya responden berinteraksi dengan orang lain melalui Twitter


(48)

dengan berbalas mention. Berikut hasil wawancara dengan responden dengan frekuensi akses Twitter rendah dan tinggi.

“...saya tidak terlalu tertarik saja dengan Twitter jadinya jarang

buka akun Twitter, biasanya baru aktif di akun kalau misalkan mau

nge-tweet yang berhubungan dengan kegiatan dan organisasi...”

(GRE, 21 tahun)

“...dalam satu hari kayaknya kalau frekuensi buka Twitter bisa

dibilang sering banget, kegiatannya paling nge-tweet, mention, retweet, atau DM temen. Kalau untuk nge-tweet minimal sekitar 20 tweet sehari, tapi paling sering balas-balasan mention sama

temen...” (IPR, 21 tahun)

5.1.2 Durasi Akses Twitter

Keterlibatan Followers dalam media sosial selain diukur berdasarkan frekuensi diukur juga berdasarkan durasi. Durasi adalah lamanya waktu yang dicurahkan responden untuk akses terhadap Twitter. Sebaran responden berdasarkan durasi akses Twitter dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Sebaran responden berdasarkan durasi akses Twitter

Responden dengan tingkat durasi akses Twitter sedang berada pada persentase tertinggi yaitu 67.5%. Jumlah dan persentase lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Beberapa alasan responden memiliki durasi pada kategori sedang dan tinggi pada saat akses Twitter adalah:

a. Mengobrol dengan akun lain dengan cara balas mention.

b. Mengikuti kuliah Twitter (kultwit) yang rutin diberikan beberapa akun Twitter. c. Sedang ikut kuis di Twitter.


(49)

d. Mengikuti tips-tips yang sedang dibahas oleh akun Twitter lain. e. Sedang ingin tahu sesuatu hal (kepo).

f. Membaca akun Twitter artis yang diidolakan. g. Memiliki banyak waktu senggang.

h. Membaca berita

Alasan tersebut didukung dengan hasil wawancara mendalam dengan salah satu responden yang memiliki durasi akses Twitter tinggi dikarenakan menggunakan

Twitter sebagai salah satu media untuk mengobrol dengan teman. Berikut hasil wawancara dengan responden tersebut:

“...gue paling sering berkeliaran di Twitter kalau udah malem,

berhubung gue agak susah tidur jadi kalau malem biar ada temen, yah kerjaannya ngobrol sama temen di Twitter balas-balasan mention gitu. Kalau udah ngobrol gitu bisa berjam-jam kadang

sampai menjelang subuh...” (NLH, 22 tahun)

5.2 Hubungan Karakteristik Individu dan Kepemilikan Perangkat TIK dengan Keterlibatannya dalam Media Sosial

Pada subbab ini dijelaskan hubungan antara karakteristik Individu dengan keterlibatanya dalam media sosial. Karakteristik followers yang dihubungkan terdiri umur, pendidikan, pendapatan, biaya yang dikeluarkan untuk akses internet, tempat tinggal, dan jenis perangkat TIK yang digunakan. Keterlibatan dalam media sosial diukur dari frekuensi dan durasi akses Twitter.

5.2.1 Hubungan Umur dengan Frekuensi Akses Twitter

Hubungan antara usia responden dan frekuensi mengakses Twitter dapat diketahui melalui uji rank spearman. Uji rank spearman dimaksudkan untuk menganalisis hubungan antara tingkat usia yang berbeda dengan tingkat frekuensi akses Twitter yang berbeda juga.

Hasil Tabel 2 menunjukkan responden dengan tingkat umur sedang dengan frekuensi akses Twitter sedang memiliki persentase paling banyak sebesar 88.7%. Akan tetapi jumlah persentase antara responden dengan umur sedang dan frekuensi akses Twitter rendah, sedang, dan tinggi nilai persentasenya tidak terlalu jauh berbeda. Hal ini menunjukkan diduga bahwa pengaruh umur tidak terlalu terlihat pada frekuensi akses Twitter.


(50)

Tabel 2 Jumlah dan persentase responden menurut umur dan frekuensi

mengakses akun Twitter @KeSEMaT, 2013

Umur

Frekuensi Akses Twitter

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Rendah 3 12.5 2 2.9 1 3.9 6 5.0

Sedang 20 83.3 60 85.7 23 88.5 103 85.8

Tinggi 1 4.2 8 11.4 2 7.6 11 9.2

Jumlah 24 100.0 70 100.0 26 100.0 120 100.0

Hasil perhitungan melalui rank spearman antara umur dan frekuensi didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.144 dengan koefisien korelasi sebesar 0.098 hal itu menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara umur dan frekuensi keterlibatan dalam media sosial. Hasil yang tidak signifikan diduga terjadi karena responden mengelompok pada kategori umur sedang yang berjumlah 103 responden atau 85.8% dari total 120 responden.

5.2.2 Hubungan Umur dengan Durasi Akses Twitter

Hubungan umur dengan durasi akses Twitter dimaksudkan untuk menganalisis ada atau tidak hubungan antara tingkat usia berbeda dengan durasi akses Twitter pada tingkat yang berbeda juga. Responden dengan tingkat umur rendah yaitu umur kurang dari 17 tahun, tingkat umur sedang yaitu umur antara 18 tahun hingga 26 tahun, dan tingkat umur tinggi yaitu umur diatas 27 tahun. Pada Tabel 3 menyajikan data antara umur responden dengan durasi akses

Twitter responden.

Tabel 3 Jumlah dan persentase responden menurut umur dan durasi

mengakses akun Twitter @KeSEMaT, 2013

Umur

Durasi Akses Twitter

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Rendah 4 16.0 2 2.5 0 0.0 6 5.0

Sedang 19 76.0 71 87.7 13 92.9 103 85.8

Tinggi 2 8.0 8 9.8 1 7.1 11 9.2


(1)

(2)

(3)

(4)

69


(5)

(6)

71

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Dea Rizki Kapriani, lahir di Bogor 16 Januari 1991. Peneliti anak dari pasangan Suyana dan Hj Yuyun Yuliani, saudara (kakak) peneliti bernama Aries Munandar Sutisna. Peneliti menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Anggraini pada tahun 1995-1997, Sekolah Dasar di SDN Taman Pagelaran 1997-2003, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 14 Kota Bogor tahun 2003-2006 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Kornita 2006-2009. Pada tahun 2009, peneliti melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN dan diterima pada departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama di IPB peneliti pernah mendapatkan beasiswa PPA Ta. 2009-2010. Peneliti juga memiliki pengalaman organisasi kepanitiaan Indonesian Ecology Expo 2012 sebagai ketua divisi humas dan publikasi. Peneliti memiliki pengalaman bekerja di PT. Prima Exelan Saputra dan Cemara Event Organizer sebagai petugas lapang tahun 2013 hingga sekarang.