Straregi Komunikasi Persuasif Volunteer Earth Hour Tangerang Dalam Hemat Energi (Studi Kasus Masyarakat Di Kota Tangerang)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh :
BUSTOMI ARIPIN
NIM: 1111051000082
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
(2)
(3)
(4)
(5)
Gambar 4.1. Kegiatan School CampaignVolunteer Earth Hour Tangerang ... 75
Gambar 4.2. Kegiatan Rampok Plastik Earth Hour Tangerang ... 78
Gambar 4.3. Kegiatan Selebrasi Switch Off Earth Hour Tangerang ... 80
Gambar 4.4. Kegiatan Fun Tree Fanting Earth Hour Tangerang ... 82
(6)
vi
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya dan . Shalawat beserta salam tak luput kepada risalah-Nya Nabi Muhammad SAW yang telah menyempurnakan akhlak mulia manusia di dunia, sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF VOLUNTEER
EARTH HOUR TANGERANG DALAM HEMAT ENERGI (STUDI KASUS MASYARAKAT DI KOTA TANGERANG)”. Saya ucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moral maupun materi, khususnya pada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, SS, M.Si selaku Ketua dan Seketaris jurusan
komunikasi penyiaran islam.
3. Fita Fathurokhmah, SS, M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia memberi masukan dan nasihat yang bermanfaat serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
4. Segenap bapak/ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih telah mengajari penulis dalam memberikan ilmunya, mohon maaf bila dalam proses perkuliahan ada sikap penulis yang kurang berkenan di hati bapak/ ibu, penulis harapkan doa dari bapak/ ibu, semoga ilmu yang diberikan menuai keberkahan.
5. Earth Hour Tangerang yang bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan mengikuti kegiatan secara langsung.
(7)
vi
7. Bapak ustadz Murdani Syafei dan Ibu Siti Aminah yang telah menjadi orang tua yang sabar dan tabah dalam mendidik anakmu ini.
8. Kakak Bambang Hariadi, Nur Khoirul Bahri, Adik Muhammad Soleh Ainul Yaqin, Muhamad Imam Haqiqi, lima bersaudara yang seru, terima kasih telah menjadi bagian hidupku yang tak terpisahkan.
9. Nurul Hanani yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam hidupku ini.
10.Teman-teman kelasku KPI C, kawan-kawan KPI lainnya serta temanku diluar anak KPI yang telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hariku di kampus.
11.Semua teman, sahabat, keluarga dan orang-orang yang aku sayangi dan cintai yang telah menjadi bagian hidupku yang terpisahkan dan tak terpisahkan, terima kasih atas segalanya.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis miliki dalam menyajikan skripsi ini, mudah-mudahan dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian, sehingga apa yang penulis lakukan ini dapat menjadi suatu amalan kebaikan dalam bidang dakwah di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun sebagai amalan di sisi Allah SWT. Amin.
Jakarta, 10 Agustus 2016
(8)
v
Hemat Energi (Studi Kasus Masyarakat di Kota Tangerang)
Isu lingkungan hidup, kini bukan hanya menjadi isu lokal maupun nasional lagi, melainkan sudah menjadi tugas bagi seluruh negara di dunia untuk memperbaiki dan melestarikan lingkungan hidup. Earth Hour merupakan gerakan peduli lingkungan yang digawangin anak-anak muda. Dalam pelaksanaannya
yang sudah menyebar ke 33 kota ini mereka memiliki program kerja demi mengajak masyarakat luas untuk penghematan energi.
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian adalah bagaimana strategi komunikasi persuasif yang dilakukan volunteer Earth Hour Tangerang dalam memengaruhi hemat energi di masyarakat kota Tangerang? Mengapa Volunteer Earth Hour Tangerang memengaruhi masyarakat kota Tangerang dalam hemat energi?
Teori yang digunakan adalah teori komunikasi persuasif didalam teori Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Roceach terdiri dari psikodinamika, sosio
kultural, dan the meaning construction. Dengan pendekatan yang berbeda, psikodinamika lebih kepada pengetahuan yang ditanamkan dengan kedekatan emosional, sosio kultural mengenai faktor lingkungan memengaruhi perilaku, serta the meaning construction mengenai strategi pemahaman atas suatu hal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian studi kasus dengan menjabarkan data ke dalam tulisan yang mendalam dan terstruktur. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan penulis
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Dalam strategi psikodinamika strateginya adalah melibatkan emosi untuk melihat fenomena lingkungan. Strategi sosio kultural memanfaatkan faktor lingkungan, yaitu kedekatan volunteer dengan teman atau keluarganya untuk menyebarkan kesadaran penghematan energi. Strategi the meaning construction lebih kepada kampanye langsung yang dilakukan oleh volunteer demi tercapainya tujuan masyarakat hemat energi. Earth Hour Tangerang juga memiliki beberapa program kerja dengan tujuan menularkan kebiasaan hemat energi bagi orang banyak.
(9)
viii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 8
1. Paradigma Penelitian ... 8
2. Pendekatan Penulisan ... 9
3. Metode Penelitian ... 10
4. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11
5. Subjek dan Objek Penelitian ... 11
6. Sumber Data ... 11
(10)
ix
F. Tinjauan Pustaka ... 16
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II LANDASAN TEORI & KERANGKA KONSEPTUAL A. Teori Strategi Komunikasi Persuasif Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Roceach ... 20
1. Strategi Psikodinamika ... 20
2. Strategi Persuasi Sosio Kultural ... 23
3. Strategi The Meaning Construction ... 25
B. Volunteer Dalam Organisasi ... 26
C. Komunikasi Persuasif ... 30
D. Hemat Energi ... 32
BAB III GAMBARAN UMUM EARTH HOUR TANGERANG A. Sejarah Berdiri Earth Hour Tangerang ... 34
B. Logo ... 35
C. Visi dan Misi... 36
D. Kegiatan Earth Hour Tangerang ... 37
E. Struktur Kepengurusan Earth Hour Tangerang 2015-2016 ... 39
F. Gambaran Umum Earth Hour ... 41
G. Ilustrasi Mudah Earth Hour ... 42
H. Gambaran Earth Hour Solo... 43
(11)
x
J. Tujuan kampanye Earth Hour Indonesia ... 45
K. Tema Earth Hour ... 47
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN A. Strategi Komunikasi Persuasif Yang Digunakan Volunteer Earth Hour Tangerang. ... 50
B. Program Kerja Earth Hour Tangerang ... 73
C. Tujuan Volunteer Earth Hour Tangerang ... 90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA... 97
(12)
1 A. Latar Belakang Masalah
Dunia modern dengan meningkatnya penduduk tentu berdampak pada penggunaan energi yamg lebih besar sesuai dengan kebutuhan manusia. Penggunaan energi secara berlebihan memang sering dilakukan tanpa disadari oleh masyarakat modern ini.
Manusia ingin hidup tanpa bersusah payah, merupakan alasan yang paling susah dihilangkan dari masing-masing masyarakat modern, misalnya
dalam menggunakan eskalator atau lift yang membutuhkan energi listrik dengan sekala besar.
Isu lingkungan hidup kini bukan hanya menjadi isu lokal maupun nasional lagi, melainkan sudah menjadi tugas bagi seluruh negara di dunia untuk memperbaiki dan melestarikan lingkungan hidup. Penggunaan bahan bakar fosil, pemborosan energi, penebangan hutan, berbagai polusi merupakan sebagian hal yang menyebabkan bumi menjadi tidak sehat lagi keadaannya, hal ini menyebabkan berbagai kerusakan di bumi dan lingkungan, seperti timbulnya efek rumah kaca, pemanasan global, perubahan iklim, hujan asam, dan lain sebagainya.
Perilaku mengenai hemat energi mulai banyak didukung oleh kaum muda yang bergerak aktif dalam hemat energi, tenaga kaum muda diperlukan dalam mengajak masyarakat sadar dalam penggunaan energi,
(13)
diperlukan strategi yang potensial untuk memotivasi kaum muda dalam memberikan kontribusi pada gerakan hemat energi dan meningkatkan fokus pada membangun kesadaran atas hemat energi.
Komitmen dalam hemat energi banyak pihak yang berperan aktif untuk menjaga lingkungan hidup, seperti World Wide Found For Nature (WWF), Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) dan ada juga gerakan yang berbasis komunitas yang concern pada isu lingkungan hidup seperti Indonesia Berkebun, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, serta Earth Hour.
Gerakan lingkungan hidup dari beberapa banyak gerakan salah satunya adalah Earth Hour. Earth Hour adalah sebuah kegiatan global untuk melakukan penghematan energi dengan mematikan listrik selama 60 menit dibawah naungan WWF bidang perubahan iklim. Earth Hour sendiri merupakan sebuah gerakan yang berbasis volunteer.
Perkembangan Earth Hour sangat cepat, hingga saat ini ada 33 kota di Indonesia yang turut berpartisipasi dalam gerakan Earth Hour. Seperti Jakarta, Medan, Aceh, Solo, Jogjakarta, Tangerang dan lain sebagainya. Kelompok masyarakat, komunitas, media massa, korporasi, dan pemerintahan kota pun turut mendukung Earth Hour. Pertumbuhan Earth Hour di Indonesia didukung dengan adanya sosial media seperti twitter, blog, youtube, facebook sampai instagram. Selain itu, Earth Hour tak hanya concern pada kegiatan lingkungan hidup melainkan juga mengajak masyarakat untuk melakukan hemat energi.
(14)
Gerakan hemat energi Earth Hour di kota-kota besar Indonesia, salah
satunya adalah Earth Hour Tangerang. Earth Hour Tangerang adalah sebuah gerakan yang berperan aktif dalam mengajak masyrakat untuk hemat energi di Kota Tangerang, Earth Hour Tangerang mengajak masyarkat kota Tangerang untuk sadar akan pentingnya energi, dengan cara mempersuasi masyarakat dalam hemat energi dan membuat program serta menulis artikel
-artikel yang dimuat di situs resmi Earth Hour Tangerang serta sosial media yang bertujuan mengajak masyarakat untuk hemat energi.
Indonesia mengkonsumsi listrik sebesar 23% terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang. Penulis memilih Kota Tangerang karena kota Tangerang adalah kota industri dan kota perdagangan yang sedang berkembang. Earth Hour Tangerang memiliki perbedaan dengan Earth Hour kota-kota lainnya
yang berada di Indonesia, Earth Hour Tangerang memiliki program School Campaign yang membedakan dengan Earth Hour lainnya.
Setelah 5 tahun Earth Hour berjalan di kota Tangerang, setidaknya sudah ada 1000 volunteers yang mendaftarkan diri untuk turut mengajak masyarakat dalam hemat energi, selain melancarkan aksi kampanye melalui para volunteer dan acara 60+nya, Earth Hour Tangerang juga terus mengkampanyekan hemat energi melalui berbagai media dan cara. Seperti mengadakan talkshow yang bertemakan lingkungan dan pesan penghematan energi, kunjungan ke sekolah, mall, dan berbagai corporate, serta pembuatan merchandise dengan tema lingkungan.
(15)
energi melalui para volunteer, Earth Hour Tangerang menempatkan seluruh volunteernya menjadi tonggak komunikator dalam mengajak masyarakat hemat energi. Volunteer dikordinir oleh seorang kordinator dalam sebuah bidang. Jadi kordinator bidang membawahi beberapa volunteer dan para kordinator ini sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari Earth Hour Indonesia yang bernama KUMBANG (Kumpul Belajar Bareng). Volunteer Earth Hour Tangerang memiliki kompetensi yang cukup untuk menjadi seorang komunikator hemat energi.
Volunteer Earth Hour Tangerang telah mendapatkan pelatihan dan diskusi mengenai gerakan Earth Hour, pesan hemat energi, dan juga kemampuan public speaking. Tugas para volunteer salah satunya adalah dengan strategi komunikasi persuasif kepada masyarakat kota Tangerang agar masyakat sadar akan pentingnya hemat energi.
Dari berbagai macam komunikasi, salah satu yang sangat berpengaruh yaitu komunikasi persuasif yang di definisikan sebagai komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha keyakinan, nilai, atau sikap mereka.
Menurut Ronald L. Applbaum dan Karl W. E. Anathol, persuasi adalah komunikasi yang kompleks, ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui cara verbal atau nonverbal untuk memperoleh respon tertentu dari individu atau kelompok lain. Sedangkan Bettinghous mengartikan persuasif sebagai komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha keyakinan, nilai,
(16)
atau sikap mereka. Noyhstine membatasi persuasif sebagai sikap uasaha untuk mempengaruhi tindakan atau penilaian oranglain dengan cara berbicara atau menulis kepada orang lain. Jadi, komunikasi persuasif dapat dipahami sebagai suatu proses mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain secara verbal maupun non verbal.1
Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan, yakni mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang atau audiens.
Strategi yang dibuat, harus mencerminkan operasional taktis. Jadi, yang harus ditentukan adalah siapa sasaran kita, apa pesan yang akan disampaikan, mengapa harus disampaikan, dimana lokasi penyampaian, di mana lokasi penyampaian pesan tadi, serta apakah waktu yang digunakan cukup tepat.2
Kesadaran masyarakat untuk berhemat dalam pemakaian energi sangatlah penting untuk melindungi bumi dan melestarikannya, dalam firman Allah SWT surat Al An‟am surat ke-6 ayat 141.
نيفرْسمْلٱ بحي َ ۥهنإ ۚ ۟آوفرْست َو
Artinya: “Janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang berlebihan.” (QS Al An‟am [6]: 141).
Sikap berhemat energi merupakan perilaku yang sangat baik dalam kehidupan.
Membangun kesadaran masyarakat untuk berhemat energi memang
1 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 154 -155.
(17)
sulit, dengan melihat masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam melakukan hemat energi, hal inilah yang menjadi tantangan bagi setiap komunitas lingkungan hidup yang ada di Indonesia untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya berhemat energi, salah satu komunitas yang berperan aktif dalam konsentrasi hamat energi yaitu Earth Hour. Menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk menjadi bagian dari perubahan untuk dunia yang berkelanjutan, dimulai dengan langkah awal semudah mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan.3
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis meneliti mengenai: “Strategi Komunikasi Persuasif Volunteer Earth Hour
Tangerang Dalam Hemat Energi (Studi kasus Masyarakat di Kota Tangerang)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah pada strategi komunikasi persuasif volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi.
3 Earth Hour, “tentang Earth Hour”, diakses dari http://earthhour.wwf.or.id/f
-a-q/, pada tanggal 17 April 2015.
(18)
Indonesia mengkonsumsi listrik 23% terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang. Penulis memilih Kota Tangerang karena kota Tangerang adalah daerah penyangga (Buffer Zone) ibu kota Jakarta yang menjadi salah satu zona industri terpenting. Earth Hour Tangerang terkenal dengan street campaign, itu yang membedakan Earth Hour Tangerang dengan Earth Hour lainnya. Pembatasan ini dilakukan agar penelitian menjadi lebih fokus, terarah dan mempermudah dalam proses pencarian data, selain itu pembatasan masalah ini berguna untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang akan di teliti.
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi acuan dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana strategi komunikasi persuasif yang dilakukan volunteer
Earth Hour Tangerang dalam memengaruhi hemat energi di masyarakat kota Tangerang?
2. Apa Program Kerja Earth Hour Tangerang dalam memengaruhi hemat
energi di masyarakat kota Tangerang?
3. Mengapa Volunteer Earth Hour Tangerang memengaruhi masyrakat
kota Tangerang dalam hemat energi? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk memahami dan mengkaji Strategi komunikasi Persuasif
(19)
masyarakat Kota Tangerang.
2. Untuk mengetahui tujuan Volunteer Earth Hour Tangerang dalam
memengaruhi sebuah gerakan individu ataupun kelompok dengan menularkan kebiasaan Earth Hour Tangerang kepada masyarkat kota Tangerang.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur ilmiah ataupun bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian yang berkaitan dengan startegi komunikasi persuasif.
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan penulis maupun mahasiswa lainnya mengenai strategi komunikasi persuasif.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi Earth Hour Tangerang dalam menjalankan komunikasi yang efektif pada masyarakat di Kota Tangerang.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Volunteer Earth Hour Tangerang dan sekaligus Volunteer Earth Hour Indonesia dalam mempersuasi hemat energi di masyarakat Nusantara. E. Metodologi Penelitian
(20)
Penulis menggunakan paradigma kontruktivis, paradigma kontruktivis meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalu
berusaha memahami dunia dimana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman
mereka, makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda
-benda tertentu. Makna-makna ini pun cukup banyak dan beragam
sehingga penulis dituntut untuk lebih mencari kompleksitas pandangan
-pandangan ketimbang mempersempit makna-makna menjadi sejumlah
kategori dan gagasan. Penulis berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.4
Penelitian kontruktivis digunakan karena penulis ingin mengetahui dan mengamati secara mendalam pada subjek penulisan yakni Earth Hour Tangerang dan Volunteer Earth Hour Tangerang sebagai objek utama.
2. Pendekatan Penelitian
Menurut Arikunto pendekatan kualitatif pada data-data penelitian
yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan
wawancara. Pendekatan penelitian kualitatif ini adalah pendekatan yang datanya tidak menggunakan data statistik, namun lebih dalam bentuk narasi atau gambar-gambar.5 Penulisan ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif, pada penulisan ini digambarkan sebuah fenomena
4 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 11.
5 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV. Teruna Grafica, 2005), cet. Ke-3 h.16.
(21)
lapangan melalui pengamatan langsung dan dilakukan wawancara pada subyek yang telah ditentukan. Kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil untuk mendapatkan tujuan penelitian.
Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi & Suwandi, 2008), pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan
diuraikan pada latar dan individu tersebut secara utuh.6
Pendekatan kualitatif dipilih karena penulis ingin mendeskripsikan, memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi yang jelas mengenai strategi komunikasi persuasif yang dilakukan volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi di masyarkat Kota Tangerang.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Merupakan strategi penelitian di mana didalamnya penulis menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan penulis mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.7
Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang
6 Basrowi & Suwandi, Memahami penelitian kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.21. 7 John W. Creswell, Research Design Pendektana Kualitatif Kuantitatif, dan Mixed (California: SAGE Publications, 2009), h. 20.
(22)
berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi.8
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di seketariat Earth Hour Tangerang. Alamat lengkap Earth Hour Tangerang adalah Jl. Ahmad Yani, Cikokol 15142, Kota Tangerang, Banten, Indonesia. Penelitian ini mulai dilakukan pada 22 mei 2015 sampai dengan selesai.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah Earth Hour Tangerang. Objek penelitian ini yaitu volunteer Earth Hour Tangerang dalam mengkampanyekan hemat energi di Kota Tangerang.
6. Sumber Data a. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis yang langsung berkaitan dengan sumber objek penelitian. Untuk itu pengumpulan data primer dilakukan penulis terhadap divisi atau orang-orang terkait yang ada
hubungannya dengan pihak yang berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat berhemat energi di Kota Tangerang.
b. Data Sekunder
Pada umumnya data sekunder berbentuk catatan atau laporan
8 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kiantitatif (Malang: UIN
-Maliki Press, 2010), h. 175-176.
(23)
dokumentasi oleh lembaga tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu mencari, melihat, dan membuka dokumen, situs-situs, atau buku-buku ilmiah yang
berhubungan dengan penelitian.9
Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan masalah yang dialami saat ini. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara insentif seorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.10
7. Tahapan Penelitian
Tahap dalam penelitian ini adalah. Teknik Pengumpulan data, Teknik Analisis data.
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sangat menentukan baik tidaknya penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan penulis
untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
9 Rosady Ruslan, Metode Penelitian PR dan Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 138.
10 Juliansyah Noor, Metododlogi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011)h. 35.
(24)
penulis lakukan sebagai berikut:
1) Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah secara langsung terhadap tiga responden dengan menggunakan teknik “probing” oleh seorang pewancara yang ahli. Tujuannya adalah untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi mengenai responden
seperti motivasi, kepercayaan, perilaku, perasaan mengenai suatu topik tertentu. wawancara mendalam bisa berlangsung 30 menit sampai lebih dari 1 (satu) jam.11
Penelitian ini penulis melakukan kegiatan wawancara mendalam kepada Volunteer Earth Hour Tangerang, yakni Yoga Mulya Darmawan Selaku Wakil Koordinator Kota Tangerang, Robby Hardyansyah Selaku Ketua Earth Hour Tangerang, serta Affan Arisga Selaku Divisi Pemerintahan.
2) Observasi
Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang digunakan dalam penelitian, dan merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini melakukan pengamatan langsung ke salah satu Volunteer Earth Hour Tangerang dalam sebuah kegiatan
11 Freddy Rangkuti, Riset Pemasaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 39.
(25)
Earth Hour Tangerang. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistemik fenomena yang diselidiki. Pengamatan yang dilakukan yakni penulis langsung ikut serta dalam program Earth Hour Tangerang, guna memperoleh data-data yang akurat tentang
hal-hal yang menjadi objek penelituan. 3) Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Teknik dokumentasi yang penulis lakukan dengan cara menelaah buku-buku, artikel, maupun sumber-sumber
yang berkaitan dengan kajian penelitian.
Pedoman penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA (Center for quality Development and Assurance).
b. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data dan mengurutkannya kedalam pola dan pengelompokan data. Burhan Bungin dalam bukunya Analisis Data penelitian Kualitatif mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah
(26)
penelitian.12
Teknik analisis data pada mtode penelitian studi kasus kualitatif adalah:
- Description
Dunia modern dengan meningkatnya penduduk tentu berdampak pada penggunaan energi yamg lebih besar sesuai dengan kebutuhan manusia. Penggunaan energi secara berlebihan memang sering dilakukan tanpa disadari oleh masyarakat kota Tangerang ini. Pemakaian energi yang berlebihan akan timbul dampak negatif pada lingkungan kita. Seperti pemakaian AC secara berlebihan, menonton televisi berjam-jam didepan layar kaca, pemakain kantong plastik,
serta penggunaan kebutuhan hidup yang berdampak pada kerusakan lingkungan.
- Themes
Karena kebiasaan masyarakat kota Tangerang dalam menggunakan energi secara berlebihan, maka banyak sekali dampak yang timbul dari pemborosan energi. Salah satunya pemanasan global, perubahan iklim, efek rumah kaca, hujan asam dan lain sebagainya, hal ini menjadi perhatian para Volunteer Earth Hour Tangerang selaku komunitas lingkungan hidup yang bereperan aktif dalam hemat energi.
12 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), h. 131.
(27)
- Assertions
Dari semua kejadian diatas, hal yang harus dilakukan untuk menghindari pemakaian energi secara berlebihan yang dilakukan oleh masyrakat kota Tangerang adalah Volunteer Earth Hour Tangerang harus memberikan edukasi, mengajak dan merangkul masyrakat kota Tangerang untuk berperan aktif dalam penghematan energi, agar mereka sadar bahwa energi itu penting untuk kehidupan sekarang dan masa depan.
Kegiatan analisis data ini, akan dimulai pengumpulan data-data, kemudian menelaah semua data yang terkumpul
baik primer maupun data sekunder. Hasil data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data kemudian akan disusun akan dibagi menjadi data yang utama dan data penjelas.
Hasil penelitian kemudian disajikan di dalam pembahasan secara deskripsi yang didukung dengan teori dan kemudian akan dianalisis untuk mengetahui bagaimankah strategi komunikasi persuasif yang dilakukan volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi di Kota Tangerang selanjutnya akan ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian. F. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka dan mereview penelitian-penelitian sebelumnya yang
(28)
Wahyu Yuliastuti Widorini (2014), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta, mengangkat penulisan “ Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye Gaya Hidup Ramah Lingkungan (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi earth Hour dalam Kampanye gaya Hidup Ramah Lingkungan di Kota Solo Tahun 2013)” fokus dalam penulisan ini adalah ingin mengetahui startegi komunikasi Earth Hour Solo dalam kampanye gaya hidup ramah lingkungan, sementara penulisan ini menggambarkan bagaimana startegi komunikasi persuasif yang dilakukan Volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi (studi kasus masyarakat di kota Tangerang). Persamaan dari penulisan ini yaitu penggunaan analisis deskriptif kualitatif untuk memperoleh data penulisan.13
Lestari Nur Ekanti Putri (2015), Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, yang mengangkat penelitian “ Strategi Kampanye Hemat Energi dan Gaya Hidup Ramah Lingkungan oleh Komunitas Earth Hour Jogja” fokus dalam penulisan ini adalah ingin mengetahui bentuk strategi kampanye Earth Hour Jogja untuk menyebarluaskan aksi peduli lingkungan, sementara penulisan yang akan saya lakukan adalah menggambarkan bagaimana strategi komunikasi persuasif yang dilakukan Volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi (studi kasus)
13 Wahyu Yuliastuti Widorini (2014 “ Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye Gaya Hidup Ramah Lingkungan (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye gaya Hidup Ramah Lingkungan di Kota Solo Tahun 2013),” ( Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2014).
(29)
masyarakat di kota Tangerang. Persamaan dari penulisan ini yaitu penggunaan analisis deskriptif-kualitatif untuk memperoleh data
penelitian.14
Fahmi Maulana Zaini Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, yang mengangkat penelitian “ Strategi Kampanye Public Relations PT. PLN (PERSERO) APJ Banten Utara Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarkat Akan Penggunaan Energi Listrik” fokus dalam penelitian ini pada strategi kampanye public relations PT. PLN (PERSERO), sementara penelitian yang akan saya lakukan adalah menggambarkan bagaimana strategi komunikasi persuasif yang dilakukan Volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi (studi kasus) masyarakat kota Tangerang. Persamaan dari penelitian ini yaitu penggunaan analisis deskriptif-kualitatif untuk memperoleh data
penelitian.15
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu penulis menyusun dengan membagi menjadi 5 bab:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah penulisan, batasan dan rumusan masalah, tujuan penulisan,
14 Lestari Nur Ekanti Putri “ Strategi Kampanye Hemat Energi dan Gaya Hidup Ramah Lingkungan oleh Komunitas Earth Hour Jogja,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2015).
15 Fahmi Maulana Zaini “ Strategi Kampanye Public Relations PT. PLN (PERSERO) APJ Banten Utara Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarkat Akan Penggunaan Energi Listrik” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, 2011).
(30)
manfaat penulisan, metodologi penulisan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam bab ini membahas tentang teori strategi komunikasi persuasif Melvin L, DeFleur dan Sandra J. Ball-Roceach ,
volunteer dalam organisasi, ruang lingkup komunikasi persuasif, dan hemat energi.
BAB III PROFILE EARTH HOUR TANGERANG
Dalam bab 3 ini membahas tentang gambaran umum dari Komunitas Earth Hour Tangerang, Sejarah serta perkembangan Earth Hour, Motto Earth Hour, Visi dan Misi Earth Hour, Struktur Komunitas di Earth Hour Tangerang, Program-program Earth Hour serta alamat
Earth Hour, dan logo Earth Hour.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang strategi komunikasi persuasif Volunteer Earth Hour Tangerang dalam hemat energi (studi kasus) Masyarakat kota Tangerang serta tujuan Volunteer Earth Hour Tangerang mempengaruhi masyarakat kota Tangerang dalam hemat energi.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagai kesimpulan dari
(31)
jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat, kemudian ditambah dengan kritik dan saran.
(32)
21
A. Teori Strategi Komunikasi Persuasif Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Roceach
Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan, yakni memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang/audiens.
Oleh karena itu, dalam strategi yang dibuat, harus mencerminkan operasional taktis. Jadi, yang harus ditentukan adalah siapa sasaran kita, apa pesan yang akan disampaikan, mengapa harus disampaikan, dimana lokasi penyampaian, di mana lokasi penyampaian pesan tadi, serta apakah waktu yang digunakan cukup tepat.1
Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Roceach memberikan
beberapa Strategi komunikasi persuasif, antara lain:
1. Strategi Psikodinamika
Strategi psikodinamika didasari oleh asumsi bahwa ciri-ciri
biologis manusia itu merupakan hal yang diwariskan, terdapat sekumpulan faktor lain yang bersifat mendasari bagian dari biologis dan merupakan hasil belajar, seperti pernyataan dan kondisi emosioal, terdapat sekumpulan faktor yang diperoleh atau dipelajari yang membentuk struktur kongnitif individu.
(33)
Berasal dari Sigmund Freud, asal kata Psiche: pikiran, namun mencakup perasaan, pengalaman masa lalu, roh dan jiwa. Kata Dinamic: mengacu pada pandangan bahwa psikis individu bersifat dinamis, tidak statis. Teori dasar Freud menekankan pada dorongan insting dari individu untuk melakukan hubungan, baik internal maupun eksternal.
Strategi persuasi berdasarkan konsep psikodinamika. Oleh karenanya, harus dipusatkan pada faktor emosional dan faktor kognitif, dan rasanya sangat tidak mungkin untuk mengubah faktor-faktor
biologis (seperti tinggi, berat, sex, ras, dan lain-lain) dengan pesan
persuasif. Hal yang mungkin adalah menggunakan pesan persuasi untuk pernyataan emosional, seperti marah dan takut.
Asumsi berikutnya bahwa faktor-faktor kongnitif berpengaruh
besar pada perilaku manusia. Oleh karena itu, faktor-faktor kongnitif
dapat diubah maka tentunya perilaku pun dapat diubah.
Pandangan psikodinamika tentang perilaku menekankan pada aspek kekuatan pengaruh pada faktor-faktor perilaku, kondisi,
pernyataan, dan kekuatan dalam diri individu yang membentuk perilaku. Pendekatan kongnitif sebagai strategi persuasi menekankan struktur internal jiwa sebagai hasil dari belajar. Dalam penekanan ini memungkinkan menggunakan media massa untuk mengubah struktur tersebut, seperti perubahan perilaku.
(34)
yang efektif bersifat mampu mengubah fungsi psikologis individual dengan berbagai cara, dimana mereka akan merespons secara terbuka dengan bentuk perilaku, seperti yang diinginkan atau sesuai dengan yang dinyatakan persuader. Komunikasi persuasif yang efektif dapat dikatakan terletak dalam belajar hal yang baru, dengan dasar informasi yang diberikan oleh persuader. Asumsi tersebut akan mengubah struktur internal psikologis individu, seperti kebutuhan, rasa takut, sikap dan lain-lain hasilnya tampak pada perilaku yang tampak.
Strategi persuasi psikodinamika dipusatkan pada faktor emosional dan faktor kongnitif. Salah satu dasarnya bahwa faktor-faktor kongnitif
berpengaruh besar pada perilaku manusia. Esensinya bahwa pesan yang efektif mampu mengubah fungsi psikologis individu dengan berbagai cara, dimana sasaran akan merespons secara terbuka dengan bentuk perilaku seperti yang diinginkan persuader.2
Dalam perkembangan perkembangan kepribadian manusia, tercatat ada 3 hal, yaitu Id (insting dan dorongan kepuasan), Ego (daya nalar, proses mental, pikiran sehat, dan realitas), dan Super ego (nilai
-nilai sosial). Mekanisme pertahanan dalam seorang individu saat menerima stimulant dari luar adalah repression (penekanan) berkenaan dengan dorongan hati yang tidak pantas dikeluarkan sehingga didesak kedalam pikiran bawah sadar. Regression (kemunduran) kembali ke bentuk-bentuk perilaku awal perkembangan. Sublimation mengganti
(35)
perilaku yang tidak wajar dengan perilaku yang lebih baik. Displacement (penggantian) mengubah sasaran pelampiasan dari emosi kepada sebuah objek lain. Reaction formation (pembentukan reaksi) bertindak yang berlawanan dengan apa yang dirasakan atau diinginkan.3
2. Strategi Persuasi Sosiokultural
Asumsi pokok dari strategi persuasi sosiokultural bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar individu. Strategi sosiokultural yang efektif dibutuhkan karena pesan persuasi menegaskan terhadap individu aturan-aturan bagi pelaku sosial atau syarat-syarat kultur untuk
bertindak yang akan mengatur aktivitas, dimana komunikator mencoba untuk memperolehnya atau jika pengertian telah dicapai, tugas berikutnya adalah mendefinisikan kembali syarat tersebut.
Strategi persuasi sosiokultural sering sekali digunakan bersama dengan tekanan antarpesona untuk kompromi. Artinya, kombinasi antarpesan melalui media dan individu dapat ditukarkan. Strategi multitahap ini dapat diilustrasikan dalam penegrtian yang kongkret jika kita memeriksa taktik kampanye yang sangat sukses, dimana hampir setiap orang mengenalnya.
Strategi sosiokultural banyak digunakan dalam promosi produk komersial dengan cara melalui kesamaan situasi pengendalian pendanaan. Oleh karena itu, dalam strategi ini sering kali pengertian tentang kultur, pengharapan sosial, serta semua komponen organisasi
3 Yanie Pratiwi Firdaus, “Strategi Komunikasi Persuasif Personal Selling dalam Meningkatkan Nasabah pada Produk Asuransi Umum di PT. Jasaraharja Putera Cabang Pekanbaru,” JOM FISIP Vol. 3, No. 2 (Ruai: Universitas Negeri Riau, 2016): h. 9.
(36)
sosial ditetapkan sebagai dasar konseptual untuk merancang strategi yang efektif bagi penjualan barang-barang.
Strategi persuasif sosiokultural menjelaskan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar dari individu. Ini merupakan salah satu strategi yang digunakan persuader di dalam meningkatkan orang yang dipersuasif. Perilaku dari orang yang dipersuasi dipengaruhi faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sesama teman maupun lingkungan kerja. Faktor lingkungan seperti ini harus dapat diperhatikan pemasar sebelum mempersuasif calon orang yang dipersuasif tersebut. Strategi ini dapat dikatakan referensi, dimana biasanya pemasar mendapatkan referensi dari teman maupun keluarganya.4
Faktor lingkungan memang sangat membantu persuader untuk merubah perilaku persuadee, karena rata-rata persuader pasti mendekati
orang-orang yang memang dikenal. Seseorang dalam kategori ini pasti
akan lebih mudah dipersuasif selain itu kepercayaan telah ada di dalam hubungan keluarga. Kepercayaan merupakan produk yang dihasilkan di antara kedua pelaku dalam suatu pertukaran dengan lebih memperdulikan biaya dan manfaat dari perilaku tertentu sebagaimana diatur dalam kontrak. Dengan adanya kepercayaan antara dua pelaku akan mempermudah dalam mempersuasif seseorang untuk mengikuti apa yang diinginkan.
4 Firdaus, “Strategi Komunikasi Persuasif Personal Selling dalam Meningkatkan Nasabah pada Produk Asuransi Umum di PT. Jasaraharja Putera Cabang Pekanbaru,” h. 10.
(37)
Asumsi pokok dari strategi persuasi sosiokultural nahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar dirinya. Esensi strategi ini bahwa pesan harus ditentukan dalam keadaan konsensus bersama.5
3. Startegi The Meaning Construction
Strategi yang dikemukakan oleh Melvin I. Defluer dan Sandra J. Ball Rokeach adalah dengan memanipulasi pengertian. Hal ini berawal dari konsep bahwa hubungan antara pengetahuan dan perilaku dapat dicapai sejauh apa yang dapat diingat.
Berdasarkan pemikiran Defluer dan Rokeach tersebut, tampak bahwa yang menjadi asumsi utama strategi The Meaning Construction bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Apa yang luput merupakan elaborasi asumsi tentang predisposisi dan proses internal, seperti perubahan sikap, disonasi kognitif atau kejadian sosial yang rumit dan pengaharapan kultural.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa strategi ini dicirikan oleh “belajar-berbuat” (learn-do), seperti yang dilawankan dengan
belajar-merasa-berbuat (learn-feel-do) dan pendekatan belajar
-penyesuaian-diri.
Asumsi dasar strategi persuasi the meaning contruction adalah bahwa pengetahuan dapat membentuk perilaku. Strategi ini dicirikan oleh balajar berbuat (learn-do).6
Strategi ini berawal dari konsep di mana hubungan antara
5 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 8.31 -8.36. 6 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 8.36-8.38.
(38)
pengetahuan dan perilaku dapat dicapai sejauh apa yang dapat diingat. Persuader berupaya memberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai
suatu hal kepada calon orang yang dipersuasif. Selain itu dengan adanya pengetahuan yang diterima orang yang dipersuasif melalui lingkungan sekitar maupun berita-berita yang beredar menimbulkan
suatu pemahaman di benak masyarakat inilah harus diikuti, tentunya yang diinginkan oleh persuader.
Pada strategi ini persuader berupaya memanipulasi suatu makna, untuk lebih dapat memberikan pengertian yang mudah dimengerti dan dipahami orang yang dipersuasi. Persuader memberikan perumpamaan
-perumpamaan terhadap suatu makna tanpa mengurangi arti dari pengertian itu sendiri.
Dalam memperkenalkan suatu hal, persuader tidak melakukan media periklanan, persuader cukup menjelaskan dengan orang yang dipersuasi langsung pada saat memberikan suatu pemahaman, karena bagi persuader itu sangat efektif dan efisien, ditambah lagi lembaga/instansi cukup mengandalkan nama besar. Selain mengenalkan melalui nama besar instansi, persuader perlu melakukan pengenalan secara personal selling dengan yang dipersuasi, dengan kata lain dari mulut ke mulut saja.7
B. Volunteer Dalam Organisasi
Volunteer adalah orang orang yang terlibat atau sebagai pelaku
7 Firdaus, “Strategi Komunikasi Persuasif Personal Selling dalam Meningkatkan Nasabah pada Produk Asuransi Umum di PT. Jasaraharja Putera Cabang Pekanbaru,” h. 12.
(39)
gerakan sukarela dalam berbagai bidang kehidupan yang memiliki perilaku prososial. Menurut Turner, Morris volunteer are individuals who freely contribute their services, without remuneration, to public or voluntary organization enggaged in all types of social welfare activities. The fields of service include family and child welfare, education, health and mental health, recreation, community development, housing and urban renewal, and correction. Ditegaskan lebih lanjut oleh Morris bahwa terdapat empat peranan yang dapat dimainkan oleh tenaga sukarela sebagai agen perubahan, yaitu agen lapangan (the field agent) konsultan (the consultant), pelindung atau advocator (the advocate), dan perencanan sosial (planner).8
Volunteer diartikan dengan orang yang bekerja dengan dasar kerelawanan atau sukarelawan. Beradasrkan arti kata volunteer dapat dartikan sebagai orang yang berusaha untuk memberikan pelayanan secara sukarela. Volunteer didefinisikan sebagai orang-orang yang secara sukarela
memberikan sumbangan pikiran, keahlian, tenaga, waktu, uang, barang dan lain-lain, sebagai wujud kepedulian pada kemanusiaan, perubahan sosial
atau lingkungan tertentu.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia relawan adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan).9 Definisi lain bahwa relawan adalah orang
-orang biasa yang
memiliki hati luar biasa untuk menolong sesama, meski tak jarang nyawa
8 Iwan Setiawan, Agrbisnis Kreatif, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), Cet I, h. 323 9 Hasan Alwi Dkk, Tim Rdaksi “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga” (Jakarta: Balai Pustaka, 2007). h. 1099
(40)
menjadi taruhan.10 Mereka adalah figur
-figur yang menjadi panutan, mereka
relawan kemanusiaan yang tak kenal lelah, tanpa pamrih, tanpa disuruh. Relawan adalah seorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta) kepada masyrakat dan lingkungan sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan, kepentingan maupun karir.11
Relawan adalah orang atau sejumlah orang, baik terorganisir ataupun tidak yang mendedikasikan potensi yang dimilkinya untuk membantu mengatasi permasalahan orang lain tanpa mengharapkan pamrih, karakteristik dasar relawan adalah memiliki jiwa simpati dan empati, relawan juga memiliki jiwa peka dan peduli, semangat, pemberani dan bertanggung jawab. Mereka bekerja dengan prinsip keikhlasan, tanpa motivasi pamrih materi, relawan tak sama dengan buruh, karyawan, atau pegawai dan relawan lebih suka memberi bukan menerima, maka eksistensi relawan bermanfaat untuk orang lain. Kerelawanan adalah sifat dari orang
-orang peduli, ia adalah mata pisau dari kepedulian, sebagaimana kepedulian adalah solusi, maka kerelawanan adalah solusi. Kerelawanan harus terus dikembangkan menjadi kebudayaan dan peradaban, sebab secara fitrah manusia memiliki kepedulian, karena kepedulian adalah fitrah manusia maka kepedulian adalah kebutuhan manusia, dengan kepedulian inilah
10 Majalah Gatra, Relawan Kemanusiaan Edisi Khusus Akhir Tahun (29 Desember 2010- 5 Januari 2011), h.6
11 www.p2kp.org/pustaka/.../relawan/4ISIBOOKLETRELAWAN.doc data diakses pada 15 maret 2016
(41)
manusia mengeaskan eksistensinya sebagai mahluk sosial.12
Menurut Omoto dan Snyder ciri-ciri relawan adalah:
1. Selalu mencari kesempatan untuk membantu dalam waktu yang relatif
lama.
2. Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama.
3. Memberikan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, uang dan
sebagainya.
4. Tingkah laku yang dilakukan relawan adalah bukan keharusan. 5. Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu.13
Michel E Sheer menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
orang ingin menjadi relawan ialah terjalinya komunikasi yang harmonis dalam organisasi, jadwal kerja yang sesuai dengan tugas kerja yang menarik, kontribusi nyata relawan tehadap masyarakat, pelatihan dan dukungan emosional, dan kebersamaan kelompok.14
Volunteer dapat dikatakan seseorang yang mau menyediakan waktu dan tenaganya untuk mencapai tujuan sebuah organisasi, tanpa dibayar. Biasanya saat baru bergabung dengan sebuah organisasi, volunteer dalam bidang tertentu dibekali pelatihan, agar bisa menjadi tenaga professional.
Sikap seorang volunteer harus bisa punya rasa memiliki dan loyalitas tinggi, selain kontribusi dan dedikasi. Semua itu harus dilakukan dengan
12Ugi,/Relawan/Hamba/Tuhan/Yang/Baik,
http://actforhumanity.or.id/berita/detail/175/Relawan.Hamba.Tuhan.Terbaik. Data diakses pada 15 maret 2016
13 Tuti Alawiah, Hubungan Antara Persepsi Musiah Dengan Perilaku Prososial Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang Pernah Menjadi Relawan, 2007, h. 40
14 Michael E Sheer, The Five Factors, Why Pepole Still Volunteering Social Work With Volnteer, 2008, h. 23-25
(42)
penuh keikhlasan dan tanpa mengharapkan pamrih tidak ada motif lain selain ingin membantu. Menjadi Volunteer harus kaya ide, menjadi inspirasi dan dapat menularkan sikap positif serta pengaruh yang bisa menggerakan orang-orang disekitarnya untuk mau bergerak dan mencapai sesuatu yang
baik.
C. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah interaksi sosial dengan tujuan untuk memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain dengan tujuan memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain melalui kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal.15
Komunikasi persuasif menurut Dedy Iriantara adalah komunikasi yang bersifat memengaruhi tindakan, perilaku, pikiran dan pendapat tanpa dengan cara paksaan baik itu fisik, atau nonfisik. Menurutnya dalam melakukan komunikasi persuasif, argument komunikator haruslah argument yang masuk akal atau rasional, sehingga dapat meyakinkan lawan bicaranya atau komunikan, sehingga komunikan akhirnya mau berprilaku seperti apa yang diinginkan komunikator.16
Komunikasi persuasif sebagai suatu proses, yakni proses memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Proses itu sendiri adalah setiap gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu perubahan yang terus-menerus dalam konteks
waktu, setiap pelaksanaan atau perlakuan secara terus-menerus.
15 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.1.4 16 Dedy Djamalludin, dkk, Komunikasi persuasif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 243
(43)
Nothstine menjelaskan bahwa komunikasi persuasif bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar komunikan mau mengubah sikap, pendapat dan perilakunya.17
Komunikasi dilakukan karena adanya suatu tujuan, tujuan komunikasi persuasif adalah untuk memengaruhi sikap, pendapat, dan periaku audiens. Aspek mana yang akan kita pilih dalam komunikasi persuasif tersebut, apakah untuk mengubah sikap, pendapat, ataukah perilaku seseorang.18
Komunikasi persuasif merupakan kajian khusus dari ilmu komunikasi yang menekankan aspek tujuan. Tujuan komunikasi persuasif, sebagaimana dinyatakan oleh simons (1976) adalah untuk memengaruhi sikap, nilai-nilai,
pendapat dan perilaku seseorang.
Dengan demikian, ruang lingkup kajian komunikasi persuasif meliputi:
1. Sumber, yakni persuader
2. Pesan, yang dikemas secara sengaja untuk memengaruhi. 3. Saluran/ media.
4. Penerima, yakni orang yang akan dipengaruhi (persuader)
5. Efek, yakni adanya perubahan sikap, nilai-nilai, pendapat dan perilaku. 6. Umpan balik.
7. Konteks situasional.19
Hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi persuasif adalah untuk merubah sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Sikap adalah
17 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 1.27 18 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 1.27 19 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 1.29-1.30
(44)
kecenderungan bertindak, berpersepsi, kemarahannya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kehawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari dalam hati. D. Hemat Energi
Hemat energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan
melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan energi.
Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi.
(45)
bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat
diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan
energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.20
20
http://www.kompasiana.com/monic/pentingnya-menghemat-energi-kenapa_54f99110a3331123668b4998 diakses pada tanggal 10 agustus 2015.
(46)
35 A. Sejarah Berdiri Earth Hour Tangerang
Earth Hour Tangerang berawal dari sekumpulan pemuda dari komunitas Skateboard Tangerang yang ikut merayakan switch-off (acara
puncak Earth Hour seluruh dunia) yaitu mematikan lampu selama satu jam mulai dari pukul 20.30 hingga pukul 21.30 di minggu terakhir bulan maret. Mereka juga mulai melaksanakan street campaign dalam mengkampanyekan aksi ramah lingkungan. Inilah yang menyebabkan Kota Tangerang terkenal akan street campaignnya. Lalu pada tahun 2012, Gina Karina (Founder Earth Hour Tangerang), yang tadinya merupakan anggota Earth Hour Jakarta, mendirikan Earth Hour Tangerang. Gina sendiri merupakan warga Kota Tangerang dan pada waktu itu sedang berkuliah di Universitas Pelita Harapan. Awalnya Gina hanya merekrut anggota Earth Hour Tangerang dari mahasiswa Universitas Pelita Harapan. Kemudian Gina mulai mengajak beberapa anak skateboard, duta Kang Nong Kota Tangerang, dan beberapa komunitas lain untuk melaksanakan Selebrasi Earth Hour, dan terlaksanalah selebrasi switch-off pertama Earth Hour
Tangerang di tahun 2012.
Selebrasi pertama Earth Hour Tangerang dilaksanakan di pusat pemerintahan Kota Tangerang. Acara tersebut dihadiri oleh wakil walikota,
(47)
beberapa duta artis Tangerang, dan lebih dari 30 komunitas yang ada di Tangerang Raya.
Setelah selebrasi, Earth Hour Tangerang pun mulai mengadakan beberapa acara diantaranya yaitu Diet Kantong Plastik dan Earth Hour Berbagi (acara amal saat bulan Ramadhan). Kemudian selama beberapa waktu Earth Hour Tangerang bekerja sama dengan beberapa instansi seperti Aria Hotel dan Mall Living World
B. Logo
Gambar 3.1. Lambang Earth Hour Tangerang
Logo Earth Hour ‟60+‟ menunjukkan 60 menit mematikan lampu di Earth Hour sebagai awal AKSI gaya hidup hemat energi. Tanda „+‟ menunjukkan komitmen untuk bersama-sama mulai melakukan gaya hidup
(48)
Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk menjadi bagian dari perubahan untuk dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan langkah awal semudah mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk bumi, dan juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan.
C. Visi dan Misi
VISI MISI Earth Hour Tangerang Visi :
Menjadikan Earth Hour Tangerang bukan hanya sebagai komunitas hijau namun menjadi komunitas peduli lingkungan yang aktif memberikan edukasi bukan hanya kampanye.
Misi :
1. Menyolidkan/menyatukan pribadi setiap anggota Earth Hour Tangerang
agar tumbuh rasa saling memiliki.
2. Membangun sumber daya dari setiap anggota Earth Hour Tangerang
agar lebih berwawasan lingkungan.
3. Turut aktif dalam memajukan dan menjaga penghijauan yg ada di Kota
Tangerang bersama pemerintah dan masyarakat.
4. Menjalin kerjasama atau proyek penghijauan bersama komunitas
hijau/organisai/perusahaan/pemerintah/komunitas lain selama dalam hal yang positif.
(49)
D. Kegiatan Earth Hour Tangerang
Beberapa Kegiatan Earth Hour Tangerang
1. Selebrasi switch-off
Selebrasi adalah acara tahunan yang merupakan puncak dari kampanye Earth Hour global. Kegiatan utama dalam selebrasi ialah melaksanakan switch-off atau mematikan lampu selama satu jam dari
pukul 20.30 – 21.30 di minggu akhir bulan Maret. Kegiatan ini dilaksanakan secara serempak oleh Earth Hour di seluruh dunia. Selain switch-off, Earth Hour Tangerang mengundang komunitas lain sebagai
pengisi acara dalam selebrasi ini. Pejabat publik setempat, Kang Nong dari Tangerang Raya, dan duta-duta di seluruh Tangerang pun diundang
untuk turut berpartisipasi dalam acara ini.
2. Kumbang
Kumbang adalah Kumpul, Main dan Belajar Bareng yang dilaksanakan oleh Earth Hour Tangerang saat open recruitment. Dalam kegiatan ini, akan ada pengenalan tentang Earth Hour dan edukasi mengenai lingkungan. Pada acara Kumbang terakhir, Earth Hour bekerja sama dengan komunitas Hompimpah untuk mengedukasi mengenai pengolahan sampah.
3. Fun Tree Planting
Fun Tree Planting (FTP) adalah kegiatan penanaman mangrove disepanjang pesisir pantai di daerah Teluk Naga. Kegiatan ini
(50)
dilaksanakan sebagai peringatan hari pohon dan hari menanam pohon di bulan november. Peserta kegiatan adalah masyarakat umum dan komunitas di Tangerang. Peserta diajak berkeliling hutan mangrove dengan menggunakan perahu kemudian dipersilahkan untuk menanam sendiri bibit mangrove yang telah disediakan
4. School Campaign
School Campaign adalah kampanye pelestarian lingkungan yang dilakukan dengan menyambangi sekolah-sekolah di Tangerang. Disini
Earth Hour memberikan edukasi kepada siswa-siswi mengenai
berbagai isu lingkungan yang terjadi.
5. Earth Hour Berbagi
Earth Hour Berbagi adalah acara amal yang dilaksanakan setiap bulan Ramadhan. Anggota Earth Hour Tangerang mengumpulkan dana secara kolektif kemudian menyambangi panti asuhan untuk menyalurkan donasi yang telah dikumpulkan. Acara ini juga sekaligus menjadi ajang berbuka puasa bersama bagi anggota Earth Hour Tangerang.
6. Rampok Plastik
Rampok Plastik adalah kegiatan dimana Earth Hour Tangerang menyambangi keramaian tempat jual beli saat masyarakat banyak menggunakan plastik. Pihak Earth Hour Tangerang akan menyambangi satu persatu masyarakat yang telah selesai berbelanja dan menggunakan plastik, lalu meminta plastik yang mereka gunakan untuk diganti
(51)
dengan totebag yang lebih ramah lingkungan yang akan diberikan secara gratis. Acara ini pernah diadakan di Mall Living World dan Pasar Modern Paramount.1
E. Struktur Kepengurusan Earth Hour Tangerang 2015-2016
1. Struktur Keanggotaan Earth Hour Tangerang
Ketua : Robby Hardyansyah
Wakil 1 : Shandy Izabal Maula
Wakil 2 : Erwin Wijaya
Sekertaris 1 : Anissa Destiana
Sekertaris 2 : Nadya Dara W.
Bendahara : Hanisya Martina
Divisi Online
1. Rodhotul Jannah (Koor) 2. Oktada
3. Ruth
Divisi Offline
1. Dimartana Marga Kusuma (Koor) 2. Arnold
3. Danang P. Sasongko 4. Rey
5. Weni 6. Doni
1Earth Hour Tangerang Archievs- Earth Hour Indonesia diakses dari earthhour.wwf.or.id/earth-hour-tangerang/ pada tanggal 10 November 2015.
(52)
Divisi Pemerintahan
1. Ayu Pamanis 2. Affan
3. Tiara Intan
Divisi Multimedia
1. Rusydina (Koor) 2. Dhika
3. Dicky
Divisi Fundraising
1. Bima (Koor) 2. Tiwi Gustya 3. Bagust Rafy 4. Mella Sisca 5. Maudina 6. Alvin
Divisi Media Partner
1. Yudiokeu P. 2. Windu 3. Alpha Khairi
Divisi Koorporasi
1. Mia Priani (Koor) 2. Rena
(53)
4. Desy Iwanti
Divisi Komunitas
1. Nini Susilowati (Koor) 2. Syifa Fitriyanti
3. Nadya Syahidati 4. Didik Setiadji 5. Citra Indah 2
F. Gambaran Umum Earth Hour
Earth Hour merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Di tahun ke-7 di Indonesia, Earth Hour 2015
akan diselenggarakan pada tanggal 28 Maret 2015, pukul 20.30 - 21.30
waktu setempat.
Tujuannya mengajak publik melakukan perubahan gaya hidup. Dan, dianggap berhasil bila bisa dilakukan semua orang, kapan saja, dimana saja, sesering mungkin, tanpa menunggu orang lain atau momen tertentu.
Kita bisa dengan mudah menyalakan atau mematikan lampu dan alat elektronik dengan satu jari. Kampanye ini sengaja dibuat agar tiap individu dari berbagai usia dan status sosial ekonomi bisa berpartisipasi.
Perubahan iklim adalah ancaman kehidupan di Bumi akibat
2 Earth Hour Tangerang Archievs
- Earth Hour Indonesia diakses dari earthhour.wwf.or.id/earth-hour-tangerang/ pada tanggal 10 November 2015.
(54)
pemanasan global. Salah satu cara menunda pemanasan global dan krisis lingkungan lain yaitu dengan mengajak setiap individu untuk mengubah gaya hidup. Hemat energi mudah dan murah. Mulai dari diri sendiri. Dari sekarang.
Indonesia mengkonsumsi listrik 78% terfokus di Jawa, Bali karena 68% konsumennya berada di pulau tersebut. Bagian Indonesia yang lain mendapatkan porsi lebih kecil.
Indonesia mengkonsumsi listrik 23% terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang. Distribusinya terbagi menjadi:
1. Rumah tangga: 33%
2. Bisnis/perkantoran serta gedung komersial: 30%
3. Sektor industri: 30% (kebanyakan di wilayah Tangerang) 4. Gedung pemerintahan: 3%
5. Fasilitas publik dan sektor sosial: 4%
Angka “60” artinya 60 menit fokus pada tindakan positif mengurangi emisi CO2. Tanda “+” artinya kegiatan EARTH HOUR tidak hanya dilakukan selama 60 menit saja, tapi juga diikuti dengan perubahan gaya hidup setiap hari. Mulai dari menggunakan transportasi publik, bersepeda, hemat air, tidak buang sampah sembarangan, memilah dan daur ulang sampah, hemat kertas, hingga berkebun dan menanam pohon.
G. Ilustrasi Mudah Earth Hour
Earth Hour lebih dari kegiatan rutin tahunan. Selain momentum pelaksanaan Earth Hour, sepanjang tahun kami terus mengajak dan berbagi
(55)
informasi seputar gaya hidup hemat energi yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Pada pertengahan sampai dengan akhir bulan Maret, di beberapa belahan dunia mengalami transisi dari musim semi kemusim gugur sehingga cuaca tersebut paling kondusif bagi semua negara yang ingin berpartisipasi di Earth Hour, karena di beberapa negara tidak perlu menggunakan pendingin atau pemanas ruangan.
H. Gambaran Earth Hour Solo
Earth Hour Solo sudah mulai berkembang pada tahun 2012 yang ditandai dengan event 60+ mematikan lampu secara 60 menit pada tanggal 31 maret 2012. Event 60+ dipusatkan di daerah Ngarsopuro. Acara inti dari kegiatan ini yakni mematikan lampu penerangan jalan, gedung, serta reklame di sepanjang Jl Slamet Riyadi serta koridor Ngarsopuro pada pukul 22.30-21.30.
Event 60+ tahun kedua di kota solo bahkan disambut dengan pemadaman lampu di titik selama satu jam mulai pukul 20.20-21.30 pada
tanggal 23 maret 2013. Berbagai elemen seperti pemerintah Kota Solo, kantor-kantor BUMN dan swasta, serta masyarakat turut berpertisipasi
untuk mematikan lampu dan ini memenuhi target dari Earth Hour Solo itu sendiri.
Setelah dua tahun Earth Hour solo berjalan di kota Solo, setidaknya sudah ada 300 an volunteer yang mendaftarkan diri untuk turut mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Selain melancarkan aksi kampanye melalui para volunteer dan acara 60+ nya, Earth Hour Solo juga
(56)
terus mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan melalui berbagai media dan cara.
Selain berkampanye melalui kegiatan offline, Earth Hour Solo juga melancarkan aksinya melalui berbagai media online.
I. Hubungan Earth Hour dengan WWF
Pada tahun 2007, WWF merupakan salah satu inisiator Earth Hour di Sydney yang kemudian pada tahun-tahun berikutnya turut serta dalam
kampanye Earth Hour dengan menyebarkan kampanye ini di lebih dari 70 negara jaringan WWF di seluruh dunia.
Gambar 3.2. Logo WWF (World Wide fund For Nature)
Target utama kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu:
1. Untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di
kota-kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi,
2. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan
(57)
3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan
dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka.
J. Tujuan kampanye Earth Hour Indonesia
Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan
pemerintahan untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim. Mengajak dan mengedukasi masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi mereka.
Menjaring partisipasi korporasi untuk mengomunikasikan Earth Hour baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi. Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di berbagai kota di Indonesia.
Dukungan dari makin banyak pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia, Presiden, Menteri Lingkungan Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghematan energi.
“Bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di Earth Hour saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti: mengendalikan penggunaan listrik, hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi
(58)
transportasi publik, mengurangi potensi sampah/ melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain.”
Lebih dari 1 Juta penduduk Indonesia telah menjadi bagian dari kampanye Earth Hour Indonesia.
Pemimpin Daerah dan Kota yaitu Gubernur DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Kapolda NAD, Walikota 5 Wilayah di Jakarta, Walikota/Bupati dari kota: Banda Aceh, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Pontianak, Samarinda, Sidoarjo.
Komunitas pendukung Earth Hour selalu mengajak dengan memberi contoh. Oleh karena itu, tema Earth Hour Indonesia selalu berubah per tahun mengikuti prinsip “dialektika gerakan” dari tahun sebelumnya dan mencari relevansi yang dekat dengan isu lokal. “Pilih bumi selamat atau bumi sekarat?” kami pergunakan sebagai tema di tahun 2009, dilanjutkan dengan “Ubah dunia dalam 1 jam” di tahun 2010 untuk membuat mata publik Indonesia paham bahwa dukungan individu pun dapat berkontribusi pada perubahan dunia. Dengan perubahan tema menjadi “Setelah 1 jam jadikan gaya hidup” dan logo “60+” pada tahun 2011, diharapkan semangat Earth Hour dapat dilakukan tidak hanya setahun sekali dalam 1 hari dan 1 jam, namun bisa dilakukan setiap saat dalam kehidupan sehari-hari oleh
siapapun dan dimanapun.
Tahun 2012 sampai dengan 2014, “Ini Aksiku! Mana Aksimu?”, tema yang tujuannya adalah untuk meningkatkan partisipasi khalayak luas untuk
(59)
melakukan aksi yang positif untuk lingkungan.“Ini Aksiku! Mana Aksimu?” difokuskan pada aksi ramah lingkungan seperti: hemat energi (menggunakan listrik seperlunya saat di rumah dan tempat kerja), transportasi publik (beralih atau lebih sering menggunakan transportasi publik untuk mengurangi beban kendaraan pribadi), mengurangi sampah plastik (membawa tas belanja pakai ulang, membawa botol minum sendiri) dan mengurangi pemakaian kertas dan kertas tissue (pertimbangkan sebelum mencetak, daur ulang kertas, membawa sapu tangan pengganti kertas tissue).
Di Indonesia Earth Hour 2015 mengangkat tema : “Hijaukan Hutan, Birukan Laut” , dengan pesan yang lebih singkat yaitu, “Ini Aksiku”. Dengan tema dan pesan ini ditujukan untuk lebih berfokus kepada gerakan aktivasi dan konservasi untuk 7 isu utama secara nasional, yaitu :
1. Laut & pesisir 2. Deforestasi 3. Biodiversity 4. Sampah 5. Sungai & air 6. Transportasi 7. Energi
K. Tema Earth Hour
Melalui tema “Hijaukan Hutan, Birukan Laut”, Earth Hour 2015 meluncurkan 7 program konservasi yang tersebar di 7 region dan menjadi
(60)
bagian dari target crowd funding di Indonesia. Untuk 7 program konservasi tersebut berfokus pada tiga project adopsi, yaitu : mangrove, coral, dan penyu.
1. Save mangrove #BirukanLaut, Kabupaten Aceh Besar 2. Selamatkan Penyu, Selamatkan Kehidupan!, Padang 3. Beri ruang untuk Penyu Lekang, Jogjakarta
4. #Hijaukan Hutan Mangrove di Pesisir Surabaya 5. Adopsi coral #BirukanLaut, Denpasar
6. Mangrove for Love, Lestarikan dengan Cinta, Denpasar 7. Satria dan mangrove, Balikpapan
Pada dasarnya Earth Hour adalah kampanye bersama yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Di lebih dari 30 kota lainnya, Earth Hour terbentuk dari inisiasi anak muda di kota masing-masing yang ingin menjadi
bagian dari perubahan.
World Wide Fund for Nature (WWF) adalah sebuah organisasi non
-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang
konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan, dulunya bernama World Wildlife Fund dan masih menjadi nama resmi di Kanada dan Amerika Serikat. WWF adalah organisasi konservasi independen terbesar di dunia dengan lebih dari 5 juta pendukung di seluruh dunia yang bekerja di lebih dari 100 negara, mendukung sekitar 1.300 proyek konservasi dan lingkungan. WWF adalah sebuah yayasan yang pada tahun 2010 mendapatkan 57% pendanaannya dari pihak perorangan dan warisan, 17%
(61)
dari sumber-sumber internasional (seperti Bank Dunia, DFID, USAID) dan
11% dari berbagai perusahaan.
Grup ini memiliki misi "menghalangi dan memutarbalikkan penghancuran lingkungan kita". Saat ini, sebagian besar tugas mereka terfokus pada konservasi tiga bioma yang berisikan sebagian besar keragaman hayati dunia, yaitu hutan, ekosistem air tawar, dan samudera dan pantai. Selain itu, WWF juga menangani masalah spesies terancam punah, polusi dan perubahan iklim.
Gambaran profile Earth Hour Tangeranng dan Earth Hour Indonesia.3
Gambar 3.3. Logo Earth Hour Indonesia (Global)
3 Earth Hour, “Fokus Earth Hour”, diakses dari http://earthhour.wwf.or.id/f
-a-q/, pada tanggal 17 April 2015.
(62)
51
A. Strategi Komunikasi Persuasif Yang Digunakan VolunteerEarth Hour Tangerang.
Strategi komunikasi persuasif yang diterapkan Volunteer Earth Hour Tangerang sebagai upaya dalam memberikan solusi terhadap berbagai masalah di dalam aktivitas kehidupan masyarakat kota Tangerang, terkait dengan ketergantungan masyarakat dalam memakai energi yang berlebihan sehingga berdampak kepada hal negatif yang dapat merusak bumi dan lingkungan, seperti timbulnya efek rumah kaca, pemanasan global, perubahan iklim, hujan asam, dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu maka strategi komunikasi persuasif yang dilakukan untuk masyarakat kota Tangerang dalam menghemat energi harus sesuai dengan strategi komunikasi persuasif yang pas dan tepat.
Srategi komunikasi persuasif yang pas dan tepat Volunteer Earth Hour Tangerang dalam menghemat energi pada masyarakat kota Tangerang itu sendiri. Dari teori yang telah dijelaskan di bab dua, terdapat tiga strategi komunikasi persuasif didalam teori Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball
-Roceach memiliki tiga pendekatan strategi diantaranya Strategi Psikodinamika, Strategi Sosiokultural, dan Strategi Meaning Construction. Ketiga strategi ini diguakan sesuai dengan masyarakat kota Tangerang yang dihadapi oleh Volunteer Earth Hour Tangerang.
(63)
1. Strategi Psikodinamika
Pada pembentukan pengetahuan masyarakat mengenai penghematan energi. Mereka dihadapkan pada kondisi emosional tersendiri. Mekanisme pertahanan dalam seorang individu saat menerima stimulan dari luar adalah repression (penekanan) berkenaan dengan dorongan hati yang tidak pantas dikeluarkan sehingga didesak kedalam pikiran bawah sadar, jika mengacu pada kampanye penghematan energi, masyarakat akan menjadi terpengaruh untuk menghemat energi berdasarkan penekanan ini maka dorongan hatinya yang paling berpengaruh terhadap perubahan perilakunya.
Regression (kemunduran) kembali ke bentuk-bentuk perilaku
awal perkembangan. Sublimation mengganti perilaku yang tidak wajar dengan perilaku yang lebih baik. Displacement (penggantian) mengubah sasaran pelampiasan dari emosi kepada sebuah objek lain. Reaction formation (pembentukan reaksi) bertindak yang berlawanan dengan apa yang dirasakan atau diinginkan.
Salah satu strategi pokok dan utama yang digunakan volunteer Earth Hour disaat mengampanyekan masyarakat yaitu melalui pendekatan secara emosional maupun faktor-faktor kognitif. Volunteer
sebagai persuader harus dapat mengutarakan pesan persuasi baik secara rasional maupun menyentuh aspek emosional kepada masyarakat. Dengan cara rasional komponen kognitif pada diri masyarakat dapat dipengaruhi. Aspek kognitif ini dimana volunteer
(64)
memberikan ide-ide ataupun pemikiran yang baru kepada masyarakat
akan terbentuk suatu keyakinan bahwa mengikuti program program penghematan energi merupakan suatu kebutuhan dan penting untuk masa depan. Dengan memperlihatkan dampak lingkungan bagi manusia jika tidak dijaga dari sekarang maka akan sangat membahayakan bagi manusia ke depannya.
Tujuan pendekatan psikodinamika menurut Ivey (dalam Gurnarsa, 2007), yaitu membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang didasari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sinteis
baru dari konflik-konflik yang (masa lampau) menjadikan masyarakat
untuk lebih sadar akan penghematan energi. Biasanya mereka akan terbiasa dengan apa yang digambarkan oleh media sebagai bencana alam atau kerusakan alam yang disebabkan oleh pemborosan energi.
Esensi dari strategi psikodinamika untuk persuasi adalah pesan yang efektif bersifat mampu yang mengubah fungsi psikologis individual dengan berbagai cara di mana masyarakat akan merespon secara terbuka dengan bentuk perilaku seperti yang diinginkan atau sesuai dengan yang dinyatakan persuader. Dalam hal ini mengenai penggunaan plastic yang makin berkurang.
Dengan menjalin hubungan baik dan berteman kepada beberapa masyarakat sehingga masyarakat justru merasa nyaman pada hubungan yang baik dengan Earth Hour, berkomunikasi dua arah
(65)
antara perusuader dan persuadee yang searah sehingga dalam mempersuasif masyarakat untuk mengikuti program penghematan energi akan mudah. Karena tingkat emosional yang muncul pada saat komunikasi personal yang dilakukan menjadi indikator dalam mempersuasif masyarakat.
Selain dalam konteks hubungan emosional yang memengaruhi antara volunteer dan masyarakat perlu juga suatu unsur kepercayaan antara satu sama yang lain. Pentingnya komunikasi secara continue dan menjalin hubungan secara kognitif dengan tujuan utama memang untuk mengampanyekan penghematan energi tetapi di samping itu juga akan menimbulkan rasa percaya antara satu sama lain dengan volunteer, masyarakat dengan memanfaatkan akan situasi komunikasi secara langsung tidak formal dilakukan secara rutin sehingga menjadikan volunteer mudah untuk mempersuasi masyarakat untuk mengikuti program penghematan energi yang dilakukan oleh Earth Hour dengan situasi yang mendukung.
Komunikasi secara continue itu dilakukan oleh volunteer dengan cara melakukan kegiatan yang menjadi agenda rutin mereka. Dalam hal ini, program-program yang sudah berada pada program kerja yang
dirapatkan oleh pada pengurus Earth Hour. Seperti yang dilakukan dengan mengedukasi anak sekolah.
“Untuk pendekatan-pendekatan khusus kita lakukan dengan
mengadakan kampanye di sekolah, mengapa? Karena dilingkungan sekolah mereka lebih antusias dan para murid lebih cepat menangkap edukasi yang kita berikan, dan kita juga
(66)
melibatkan orang-orang penting untuk mendukung aksi kita
seperti walikota dan tokoh-tokoh masyarakat.”1
Jika kita melihat hal tersebut, ada penagruh lingkungan. Di sini adalah lingkungan sekolah yang sangat berpengaruh terhadap anak
-anak yang membuatnya mengingat hal itu hingga mereka besar nanti. Penanaman pengetahuan sejak dini dengan melakukan edukasi ini merupakan salah satu strategi ungulan yang dilakukan oleh volunteer. Baginya edukasi yang dilakukan di sekolah tentunya melibatkan Key Opinion Leader (KOL). KOL yang digunakan oleh para volunteer adalah mereka yang menjadi tokoh masyarakat juga walikota.
Hal tersebut tentunya akan sangat membekas bagi anak sekolah, bahkan jika sudah mengatakan tokoh masyarakat setempat, maka pengaruhnya bukan lagi kepada anak sekolah, namun masyarakat secara general juga ikut mengambil bagian dengan turut berpartisipasi menghemat energi, karena mereka melihat pemimpinnya langsung yang membertahu atau mengedukasi mereka.
Strategi semacam ini menjadi bagian penting, karena di sini lah aspek emosional masyarakat diuji, dilatih serta dipengaruhi. Jika sudah menyentuh aspek emosional ini, maka perjalanan pelaksanaan Earth Hour untuk kampanye penghematan energi bukan hal yang sulit lagi. Penguatan strategi yang dilakukan untuk ini adalah kepada siapa Earth Hour meminta bantuan yang memiliki otoritas atau charisma tinggi.
(67)
Berbicara mengenai kharisma, dalam kajian sosiologi kharisma adalah konsep yang mulai digunakan secara luas. Sering kali kharisma dimaknai sesuatu dengan kualitas luar biasa yang ada pada seseorang. Weber tidak berpatokan kepada bahwa pemimpin kharismatik dapat memiliki ciri menonjol, namun kharismanya lebih tergantung pada kelompok pengikut dan bagaimana mereka mendefinisikan kharisma. Jika para pengikut mendefinisikan pemimpin mereka sebagai seseorang yang berkharisma, maka dia cenderung sebagai pemimpin kharismatik, bisa saja seseorang tersebut biasa saja.2
Kemampuan yang luar biasa tersebut yang dimanfaatkan oleh para volunteer demi menggapai masyarakat secara emosional untuk merubah pola hidup mereka agar lebih memerhatikan penghematan energi. Dengan begitu, perilaku yang ditirukan oleh para KOL bisa menjadi bagian dari perilaku masyarakat dalam kesehariannya.
Definisi dari strategi Psikodinamika yaitu, strategi persuasi Psikodinamika dipusatkan pada faktor emosional dan faktor kongnitif. Salah satu asumsi dasarnya bahwa faktor-faktor kongnitif berpengaruh
besar pada perilaku manusia. Esensinya bahwa pesan yang efektif mampu mengubah fungsi psikologis individu dengan berbagai cara, di mana sasaran akan merespons secara terbuka dengan bentuk perilaku seperti yang diinginkan persuader.
Strategi ini dapat digunakan oleh para volunteer Earth Hour
2 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, penerjemah Nurhadi (Bantul: Kreasi Wacana, 2008), h. 145.
(68)
Tangerang dalam mengajak masyrakat untuk berhemat energi dengan cara memengaruhi masyrakat menggunakan pesan yang efektif melalui persuasi faktor emosional dan kongnitif, sehingga masyarakat dapat merespons secara terbuka dengan berbagai bentuk perilaku yang diinginkan oleh para Volunteer Earth Hour Tangerang yaitu hemat energi.
Strategi persuasi Sosiokultural bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar dirinya. Esensi strategi ini bahwa pesan harus ditentukan dalam keadaan konsensus bersama.
Strategi ini lebih banyak digunakan dalam promosi komersial dan untuk merancang strategi yang efektif bagi penjualan barang
-barang, Volunteer Earth Hour Tangerang meggunakan strategi ini karena sesuai dengan visi misi Earth Hour Tangerang dalam mempersuasi masyarakat untuk perilaku hemat energi.
Strategi persuasi The Meaning Contruction mengasumsikan bahwa pengetahuan dapat membentuk perilaku. Strategi ini dicirikan oleh belajar berbuat (learn-do), strategi ini menjelaskan bagaimana
manusia belajar dan berbuat untuk sebuah perubahan, pengetahuan yang dialami dari pengalaman dapat mempengaruhi perilaku, strategi ini digunakan oleh para Volunteer Earth Hour Tangerang karena strategi ini lebih mengedepankan periklanan untuk mempersuasi masyarakat.
(1)
FOTO WAWANCARA
Affan Arisga, Divisi Pemerintahan EARTH HOUR TANGERANG
(2)
FOTO KEGIATAN
(3)
(4)
(5)
(6)