Manajemen Panen Dan Pasca Panen Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Pt Pematang Agri Lestari Untuk Bahan Baku Industri Tapioka Pt Sinar Pematang Mulia I

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN
UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI
LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA
PT SINAR PEMATANG MULIA I

ELIZABET SAGALA
A24070076

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

ELIZABET SAGALA. Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz) PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku
Industri Tapioka PT Sinar Pematang Mulia I. (Dibimbing oleh SUWARTO).

Produksi ubi kayu sebagai bahan baku tapioka


masih menghadapi

berbagai kendala. Produksi ubi kayu yang masih rendah dan sifat ubi kayu yang
mudah busuk merupakan dua masalah yang perlu diatasi. Salah satu upaya dalam
mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan manajemen panen dan
pasca panen yang baik.
Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di PT PAL dan PT SPM I.
Kegiatan magang dimulai pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.
Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah untuk mengetahui manajemen
panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL dalam memasok bahan baku PT SPM I.
Magang ini juga bertujuan untuk mempelajari secara langsung teknik-teknik,
pemasalahan, dan solusi pasca panen ubi kayu.
Magang dilaksanakan dengan mengikuti pekerjaan teknis budidaya di
lapangan, manajerial kebun dan pengambilan data. Data yang dikumpulkan
meliputi data primer dan data sekunder. Kegiatan magang ini juga dilakukan
penulis secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di
lapangan. Kegiatan sebagai asisten mandor dilaksanakan selama empat minggu,
sebagai asisten kepala divisi selama lima minggu, sebagai quality control di
pabrik PT SPM I selama dua minggu, sebagai asisten pengawas lapang kurang
lebih empat minggu, dan mengikuti kegiatan tambahan dari perusahaan di

perkebunan kelapa sawit kurang lebih tiga minggu. Pengumpulan data selama
magang berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan panen dan pasca
panen. Data panen yang dikumpulkan berupa kriteria panen ubi kayu, persiapan
panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen,
pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen,
pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), pencapaian produksi, dan
kegiatan pasca panen di kebun. Pengamatan pasca panen di pabrik dilakukan

terhadap lama penyimpanan ubi kayu di lapangan, analisis bahan baku berupa
penentuan kadar aci dan rafaksi.
Berdasarkan hasil pengamatan selama magang dapat disimpulkan bahwa:
1) manajemen panen dan pasca panen ubi kayu yang baik diperlukan dalam
mengatasi masalah kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku, 2) masalah panen
dan pasca penen di kebun PT PAL adalah penundaan umur panen, terbatasnya
ketersediaan angkutan panen, selang waktu antara panen dan pelelesan yang
terlalu lama, pengawasan panen tidak maksimal dan kurangnya tenaga kerja.
Sedangkan masalah panen dan pasca panen di petani mitra adalah ubi kayu
dipanen terlalu muda, kondisi jalan yang buruk, dan pengawasan yang kurang
maksimal, 3) penundaan umur panen sampai 18 bulan tidak meningkatkan bobot
panen ubi kayu, 4) semakin lama ubi kayu dibiarkan di area maka semakin besar

kehilangan hasil, mencapai 5.90 %, 5) kehilangan hasil juga timbul akibat tidak
dilakukannya pelelesan di kebun petani mitra mencapai 5 % dari total hasil panen,
6) ubi kayu hasil panen dari kebun PT PAL dan petani mitra hanya mampu
memenuhi 22.49 % dari kebutuhan bahan baku minimum, 7) kekurangan bahan
baku dipenuhi dari pembelian umum (petani bukan mitra).

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN
UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI
LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA
PT SINAR PEMATANG MULIA I

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ELIZABET SAGALA
A24070076

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

JUDUL : MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI
KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG
AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI
TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I
NAMA : ELIZABET SAGALA
NIM

: A24070076

Menyetujui:
Pembimbing

(Dr. Ir. Suwarto, MSi)
NIP 19630212 198903 1 004

Mengetahui:
Ketua Departemen


(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr)
NIP 19611101 198703 1 003)

Tanggal Lulus:……………….

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal
18 September 1988. Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Penulis
merupakan anak dari Dirman Sagala dan Hiana Sinaga.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 035950 Silencer dan pada tahun yang
sama penulis diterima di SLTPN 1 Sidikalang. Penulis menjadi murid teladan
untuk tahun ajaran 2001/2002. Selain menjadi murid teladan, penulis juga pernah
meraih beberapa kejuaraan sains antar sekolah. Tahun 2004 penulis diterima di
SMAN 1 Sidikalang. Selama di SMA penulis

aktif dalam kegiatan ekstra

kurikuler, bahkan beberapa kali meraih juara dalam bidang olahraga volley puteri,

tolak peluru dan vocal group. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan jurusan
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti berbagai aktivitas baik di
dalam kampus maupun di luar kampus. Tahun 2007 penulis menjadi anggota Unit
kegiatan Mahasiswa (UKM) cabang volley. Pada tahun yang sama penulis juga
menjadi anggota paduan suara mahasiswa Kristen IPB. Pada tahun 2008 penulis
menjadi bendahara Perkumpulan Mahasiswa Dairi PERSADA selama dua periode
yaitu tahun 2008 dan tahun 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) di
PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku Industri Tapioka PT Sinar Pematang
Mulia I.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapan terima kasih kepada:
1.

Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2.

Dr. Ir. Maya Melati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen
Agronomi dan Hortikultura.

3.

Dr. Ir. Iskandar Lubis, MSi dan Ir. A. Pieter Lontoh, MSi selaku dosen
penguji.

4.

Orang tua, keluarga, dan teman-teman khususnya AGH 44 atas dukungan
dan bantuan selama penulisan skripsi.


5.

Seluruh direksi, manajemen, dan karyawan Lambang Jaya Group,
PT PAL, dan PT SPM I atas kesempatan magang yang telah diberikan
serta bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan magang.

6.

Pak Mustofa, Pak Erwin, Pak Dimin, Pak Posdin, Pak Wiro, Bu Eliz,
Hazzilil, Kusuma Ayu,

yang telah membantu penulis selama penulis

berada di Lampung.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Juli 2011

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xi

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan..............................................................................................


xi
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Manajemen Panen dan Pasca Panen ................................................
Sejarah dan Botani Ubi Kayu ..........................................................
Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu .................................................
Budidaya Ubi Kayu .........................................................................
Panen Ubi Kayu ..............................................................................
Pasca Panen Ubi Kayu ....................................................................
Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu .............................................
Pemanfaatan Ubi Kayu ....................................................................

3
3
5
5
6
9

10
11
11

METODOLOGI MAGANG ......................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Metode Pelaksanaan ........................................................................
Analisis Data dan Informasi ............................................................

16
16
16
18

KEADAAN UMUM ...................................................................................
Letak Geografis dan Administratif ..................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ....................................................
Keadaan Iklim dan Tanah ...............................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi .....................................................
Ubi Kayu .............................................................................
Kelapa Sawit ........................................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL .........................
Struktur Organisasi ..............................................................
Ketenagakerjaan ..................................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I ......................
Struktur Organisasi ..............................................................
Ketenagakerjaan ..................................................................

19
19
19
20
21
21
22
23
23
26
26
26
27

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ..............................................
Aspek Teknis ...................................................................................
Ubi Kayu .............................................................................
Kelapa Sawit ........................................................................
Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I....................................
Aspek Manajerial ............................................................................

31
31
31
41
46
50

Asisten Mandor ...................................................................
Asisten Kepala Divisi I ........................................................
Asisten Pengawas Lapangan ...............................................
Quality Control (QC) SPM I ...............................................

50
50
50
51

PEMBAHASAN .........................................................................................
Panen ...............................................................................................
Kriteria Panen ......................................................................
Persiapan Panen ...................................................................
Peralatan Panen ...................................................................
Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen .....................................
Organisasi dan Administrasi Penen .....................................
Pelaksanaan Panen...............................................................
Pemeriksaan Kualitas Panen................................................
Sistem Panen .......................................................................
Upah Panen ..........................................................................
Pengangkutan Hasil Panen ..................................................
Kehilangan Hasil (Losses) ...................................................
Pencapaian produksi ............................................................
Pasca Panen di Kebun .....................................................................
Pasca Panen di Pabrik .....................................................................

54
54
54
58
58
60
62
63
67
68
69
69
70
73
76
76

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran ................................................................................................

80
80
80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

81

LAMPIRAN ................................................................................................

84

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Halaman
Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011 ..................................

12

2.

Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL .................................................

22

3.

Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL .......................................

22

4.

Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu PT PAL..........................

54

5.

Rata-rata Bobot Ubi Kayu pada Umur Panen 16 dan 18 Bulan.......

55

6.

Hasil Ubi Segar dan Pati Ubi Kayu pada Umur Panen Berbeda .....

56

7.

Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu Petani Mitra ...................

57

8.

Ketersediaan Angkutan dan Alat Panen PT PAL ............................

59

9.

Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu
PT PAL ............................................................................................

61

10. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu
Petani Mitra ......................................................................................

62

11. Pelaksanaan Panen Ubi Kayu PT PAL ............................................

65

12. Penurunan Bobot Ubi Kayu .............................................................

71

13. Pelaksanaan Leles Petani Mitra .......................................................

73

14. Bobot Umbi Ubi Kayu .....................................................................

74

15. Lama Bahan Baku di Lapangan .......................................................

78

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Pohon Industri Ubi Kayu .................................................................

13

2.

Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun
PT PAL
Tahun 2006 - 2010 ...........................................................................
20

3.

Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger;
b. Dibentuk Menggunakan Furrow) ................................................

32

4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan Lubang;
b. Pemberian Pupuk). .......................................................................

35

5.

Pemupukan pada Petani Mitra .........................................................

36

6.

Cara Penyemprotan Herbisida .........................................................

38

7.

Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda ...............................

38

8.

Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA) .........

39

9.

Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim
Kemarau ...........................................................................................

41

10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka
PT SPM I..........................................................................................

49

11. Pelaksanaan Panen di PT PAL (a. Bajak Panen;
b. Penyecekan) .................................................................................

64

12. Perubahan Warna Ubi Kayu UJ-5 (a. 1 HSP; b. 2 HSP; c. 3 HSP;
d. 4 HSP; e. 5 HSP)..........................................................................

66

13. Ubi Kayu Hasil Pencurian yang Berhasil Ditemukan ......................

72

14. Busuk Umbi pada Blok B9 ..............................................................

75

15. Blok B9 yang Tergenang Air ...........................................................

75

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Varietas Ubi Kayu yang Telah Dilepas.............................................

85

2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL .............

86

3. Jurnal Harian Magang sebagai Quality control (QC) PT SPM I ......

88

4.

Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun
PT PAL ............................................................................................

89

Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Pengawas Kemitraan di
PT PAL ............................................................................................

91

6.

Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun Kelapa Sawit PT PAL

92

7.

Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL .............................................

93

8.

Curah Hujan di Kebun PT PAL .......................................................

97

9.

Struktur Organisasi PT PAL ...........................................................

98

10. Struktur Organisasi PT SPM I ........................................................

99

11. Skema Pengolahan Ubi Kayu PT SPM I ........................................

100

12. Debet Order Ubi Kayu PT PAL ......................................................

104

13. Upah panen pada Petani Mitra ........................................................

105

14. Pemasukan Ubi Kayu Petani Mitra .................................................

106

15. Kadar Aci pada Ubi Kayu yang Dibeli PT SPM I ..........................

107

5.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki
peranan cukup penting. Ubi kayu tidak hanya sebagai sumber bahan pangan tetapi
juga sebagai bahan baku industri, etanol, dan pakan temak (Kasim, 2009;
Puspitasari, 2009; Costa, 2010).
Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan akan
membusuk dalam 2 - 5 hari (Barrett dan Damardjati, 1984). Selain daya simpan
yang singkat, susut saat panen dan pasca panen yang tinggi menjadi masalah.
Diperkirakan susut pada saat panen ubi kayu sebesar 7 % dan susut pasca panen
lebih dari 24 % . Susut yang terjadi pada ubi kayu dapat disebabkan oleh faktor
fisik, fisiologis, hama dan penyakit. Susut fisik dapat terjadi akibat kerusakan
mekanis selama pemanenan dan penanganan, dan akibat perubahan suhu. Susut
fisiologis terutama disebabkan oleh air, enzim dan respirasi. Sedangkan faktor
hama dan penyakit mencakup mikro-organisme (jamur, bakteri, dan virus), insek,
tikus, dan hama (Barret dan Damardjati, 1984). Sistem panen juga menjadi
masalah, dimana kadang terdapat ubi kayu yang sangat melimpah di pasaran dan
kadang kebutuhan tidak tercukupi.
Kebutuhan ubi kayu setiap tahun selalu meningkat, baik untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Pada tahun 2004 sampai 2006 ekspor ubi
kayu Indonesian semakin meningkat dari 53 304 ton menjadi 139 096 ton
(Deptan, 2007). Tidak hanya ubi kayu, ekspor produk olahan ubi kayu seperti
tapioka dan gaplek juga tinggi yaitu 31 juta pada tahun 2007 (Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2011).
Ketersediaan bahan baku sangat diperlukan dalam industri tapioka (Bank
Indonesia, 2004). Apabila terjadi kelangkaan bahan baku maka produksi akan
terhambat. Kualitas bahan baku juga sangat penting dalam industri tapioka karena
kualitas bahan baku akan menentukan kualitas dari tepung tapioka yang
dihasilkan. Untuk menghasilkan bahan baku tapioka yang berkualitas dengan
kontinuitas yang terjamin dan dengan jumlah yang memadai diperlukan
manajemen panen dan pasca panen yang baik.

2
Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan
panen dapat dilaksanakan dengan pembentukan organisasi panen, penentuan
kebutuhan tenaga kerja, penetapan kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan
(Sulaiman, 2007).
PT Pematang Agri Lestari (PAL) dan PT Sinar Pematang Mulia I (SPM I)
merupakan dua perusahaan yang berada di bawah grup Lambang Jaya. PT PAL
memiliki perkebunan ubi kayu yang bekerja sama dengan petani dalam bentuk
kemitraan. Ubi kayu yang dihasilkan PT PAL diolah PT SPM I menjadi tapioka.
Untuk memenuhi bahan baku PT SPM, maka PT PAL memerlukan manajemen
panen dan pasca panen yang baik.

Tujuan
Tujuan umum magang di PT PAL dan PT SPM I adalah:
1.

Membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan
keadaan nyata di lapangan.

2.

Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih penulis untuk
mengikuti pekerjaan dalam proses kerja secara nyata, meningkatkan
kemampuan teknis, manajerial, serta analisis kegiatan di lapangan.

Tujuan khusus magang adalah :
1.

Untuk mempelajari manajemen panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL
untuk bahan baku tapioka PT SPM I.

2.

Mempelajari secara langsung teknik-teknik, pemasalahan panen dan pasca
panen ubi kayu, serta solusinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Panen dan Pasca Panen
Manajemen adalah rangkaian dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen dapat juga diartikan
sebagai perpaduan antara ilmu dan seni. Sebagai ilmu dapat dipelajari, dipahami,
diteliti, ditingkatkan, dan dibuktikan kebenarannya. Sebagai seni berupa kekuatan
pribadi yang kreatif ditambah dengan keterampilan (skill) yang timbul dari
pengalaman sebagai hasil pengamatan dalam pelaksaan pekerjaan (Wachjar,
2010).
Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan
panen dapat dilaksanakan dengan melakukan pembentukan organisasi panen,
penentuan jumlah kebutuhan tenaga kerja panen dan pasca panen, penetapan
kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan (Sulaiman, 2007).
Kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pasca panen, yaitu:
Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan. Fungsi perencanaan sudah termasuk di dalamnya penetapan
budget. Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai pada tahun
tertentu. Sebelum menetapkan budget, kebun akan memperkirakan terlebih dahulu
potensi produktivitas/ha tanaman ubi kayu terhadap kondisi yang ada. Oleh karena
itu lebih tepat bila perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan, kebijakan,
prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi.
Perencanaan panen dan pasca panen dilakukan sebelum pelaksanaan panen
dan pasca panen. Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keberhasilan panen dan
pasca panen. Persiapan panen dan pasca panen yang harus dilakukan mencakup
persiapan sarana dan prasarana panen dan pasca panen, perencanaan pengadaan
panen dan pasca panen, pengangkutan, serta kesediaan pabrik dalam menerima

4
hasil panen. Perencanaan panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik
untuk mencapai target produk ubi kayu yang berkualitas.
Pengorganisasian dan Administrasi
Pengorganisasian atau organizing dimaksud mengelompokkan kegiatan
yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi
dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat
hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian
dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam
mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta
tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang
berdayaguna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Kegiatan panen dan pasca panen harus terorganisasi dengan baik supaya
berjalan lancar dan mencapai target produksi yang diinginkan perusahaaan.
Mandor panen bertanggung jawab kepada mandor besar agar ubi kayu yang
dipanen sesuai dengan kriteria panen; mandor besar bertanggung jawab kepada
asisten divisi. Produksi umbi yang dihasilkan menjadi tanggung jawab asisten
divisi. Alat panen disiapkan oleh setiap pemanen.
Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen. Administrasi panen yang
dilakukan berupa pelaporan nota pengiriman ubi kayu dan buku-buku yang
bersangkutan dengan panen dan pasca panen.
Penggerakan
Penggerakan adalah tindakan menggerakan karyawan atau bawahan agar
dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien dalam
kondisi tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Misalnya, mandor
yang dipilih untuk mengawasi para karyawan harus memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang dapat menggerakkan, mempengaruhi dan memotivasi
karyawan.
Tenaga Panen
Tenaga kerja panen dan pasca panen sebaiknya tenaga kerja tetap agar
memiliki spesialisasi sebagai pemanen. Hal ini bertujuan agar dapat memanen
sesuai kriteria panen (tidak rusak). Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung

5
berdasarkan luas area yang akan dipanen, dengan memperhitungkan kapsitas ratarata pemanen.
Pengawasan
Pengawasan (controlling) sering juga disebut pengendalian adalah salah satu
fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang
benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah digariskan semula.
Pengangkutan
Pengangkutan tergantung pada faktor kondisi jalan, kapasitas pabrik,
ketersediaan truck pengangkut, jarak dengan pabrik.

Sejarah dan Botani Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) berasal dari Brazil, Amerika Selatan,
menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari
Meksiko
ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi
kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika (Isnanimurti, 2008).
Dalam sistematika tanaman, ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kelas

: Dicotyledoneae

Sub Kelas

: Arhichlamydeae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Sub Famili

: Manihotae

Genus

: Manihot

Spesies

: Manihot esculenta Crantz

(Direktorat budidaya kacang-kacangan dan umbi-umbian, 2007).

Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.

6
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia, dan mudah diolah.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu
berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia berpH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup
netral bagi suburnya tanaman ubi kayu (BPP IPTEK, 2000).
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu 10 - 700 m
dpl, sedangkan toleransinya 10 – 1 500 m dpl (BPP IPTEK, 2000). Pada ketinggian
sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi
tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu
dapat menghasilkan bunga dan biji (Prihandana et al., 2008). Curah hujan yang
sesuai untuk tanaman ubi kayu 1 500 – 2 500 mm/tahun (Bank Indonesia, 2004).
Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60 – 65 %, dengan
suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10 oC (Prihandana et al., 2008). Jika
suhunya di bawah 10 0C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu,
tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar
matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama
untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya (BPP IPTEK, 2000).

Budidaya Ubi Kayu
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah
yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau
gembur (BIP Irian Jaya, 1995), sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga
panen (Bank Indonesia, 2004; Roja, 2009). Pengolahan tanah juga bertujuan
untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak
bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air.
Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan
sistem konservasi tanah yaitu memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini
penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu
didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.
Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Stek berasal dari
batang bagian tengah yang sudah berkayu, panjang 15 - 20 cm, diameter 2 - 3 cm.

7
Pangkal stek dipotong rata atau runcing (BIP Irian Jaya, 1995; Roja. 2009).
Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang
tidak merata. Stek ditanam dalam posisi vertikal. Stek yang ditanam dalam posisi
lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume
akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat
diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Kedalaman tanam 15 cm,
pada musim hujan maupun musim kemarau (Onwueme, 1978; Prihandana et al.,
2008; Roja. 2009). Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga

kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab.
Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah
musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap
terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah,
waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan
(November – Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di
lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah
yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat
ditanam setiap waktu.
Permasalahan budi daya ubi kayu di Indonesia adalah saat tanam serentak,
yakni sebagian besar pada awal musim hujan. Hal ini mengakibatkan waktu panen
yang serentak pula. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengatur setiap wilayah
dengan menanam ubi kayu berdasarkan umur panen, yaitu genjah (7 - 9 bulan),
sedang (8 - 11 bulan), dan dalam (10 - 12 bulan). Petani tidak akan menderita
karena harga yang merosot karena panen raya ubi kayu. Cara lain adalah dengan
mengatur suatu wilayah dengan pembagian kelompok tanam, yakni kelompok
Oktober, kelompok November, kelompok Desember, kelompok Januari,
Kelompok Februari, dan seterusnya.
Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1 - 3 minggu
(Bank Indonesia, 2004). Bila penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu,
tanaman sulaman akan tumbuh tidak sempurna karena ternaungi tanaman
sekitarnya.
Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman
ubi kayu khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Penelitian menunjukkan

8
kompetisi dengan gulma menurunkan produktivitas ubi kayu hingga 7,5 % (Roja,
2009).
Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur
hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Berikut
adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :
- Pupuk Organik

: 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam

- Urea

: 150 – 200 kg/ha

- SP36

: 100 kg/ha

- KCl

: 100 – 150 kg/ha

Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, pupuk
organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan
guludan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat (BIP Irian Jaya,
1995; Roja, 2009).
Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas
campestris pv. manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB) (BIP
Irian Jaya, 1995). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8 % untuk
varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90 % untuk varietas yang agak
rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap
kedua penyakit ini.
Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae) (BIP
Irian Jaya, 1995; Roja. 2009). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau
dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan
tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil
akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53 %, tergantung umur tanaman
dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca, serangan
tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga
95 %. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara
mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil
panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering,
kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah.

9
Pengendalian tungau merah sebaiknya dilakukan dengan menanam ubi
kayu pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan
tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya
serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan semakin tinggi.
Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam
varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau,
sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 ditanam di
daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung)
sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus
ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang (Wargiono at
al., 2006).

Panen Ubi Kayu
Hasil panen bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kultivar
yang digunakan, cara budidaya, tingkat kesuburan, jenis tanah, jarak tanam, dan
iklim (Onwueme, 1978). Kriteria utama umur panen ubi kayu fleksibel. Ubi kayu
dapat dipanen pada saat tanaman berumur 7 - 9 bulan dimana kadar pati dalam
keadaan optimal (Prihandana et al., 2008). Ciri tanaman yang sudah bisa dipanen
yaitu saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai
menguning dan banyak yang rontok (BPP IPTEK, 2000).
Penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah
dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Di daerah beriklim basah, pemanenan
ubi kayu dapat ditunda sampai dengan 12 bulan, karena kadar pati cenderung
stabil pada umur 7 - 9 bulan (Prihandana et al., 2008). Hal ini disebabkan bobot
hasil panen ubi kayu tidak tergantung pada berapa umur tanaman, tapi lebih
tergantung pada berapa bulan pertumbuhan yang vigor berlangsung (Onwueme,
1978).
Panen ubi kayu dilakukan secara manual dengan cara mencabut. Jika
dalam mencabut tersebut dirasakan susah, maka sebelumnya tanah disekitar
batang ubi kayu sebagian terlebih dahulu digali dengan cangkul, baru setelah itu
batang dicabut sampai umbinya terangkat semuanya. Ubi kayu yang tertinggal,
karena patah/putus pada waktu pencabutan, maka sisa umbi tadi diambil dengan

10
digali dengan cangkul. Cara lain yaitu dengan menggunakan tali/tambang yang
dililitkan pada batang, lalu diungkit (Bank Indonesia, 2004 ; Sutrisno, 2007 ).

Pasca Panen Ubi Kayu
Penanganan pasca panen pada ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam usaha ubi kayu. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki daya simpan
yang pendek, sementara kebutuhan sangat mendesak.
Pada kegiatan pasca panen, hasil panen sebaiknya dikumpulkan di lokasi
yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Setelah itu perlu
dilakukan pemilahan dan penyortiran. Pemilihan atau penyortiran umbi ubi kayu
sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi
penyortiran ubi kayu dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung
dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna
bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari
ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di dalam tanah yang diberi
alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP IPTEK, 2000).
Pengemasan umbi ubi kayu bertujuan untuk melindungi umbi dari
kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri
dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari
bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000).
Penyimpanan ubi kayu jarang dilakukan dalam bentuk segar. Susut selama
penyimpanan cukup tinggi terutama disebabkan oleh jamur dan serangga (Tengah,
1996). Masalah utama yang dihadapi petani ubi kayu adalah kepoyongan, yang
akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna ubi kayu setelah panen. Pada
awal busuk ubi kayu akan berwarna biru dan lama kelamaan akan berubah
menjadi warna kecoklatan atau coklat kehitaman (Both and Wholley, 1978). Salah
satu penyebab reaksi pencoklatan ini di duga karena aktivitas enzim fenolase
(Winarno, 1980). Selama penyimpanan metabolisme dalam umbi ubi kayu masih
berlangsung terus sehingga perombakan karbohiadrat/pati menjadi senyawa gula
yang lebih sederhana tetap berlangsung. Hal ini mengakibatkan selama
penyimpanan, rendemen pati ubi kayu menurun. (Tengah at al., 1996).

11
Batang ubi kayu setelah panen sebagian disiapkan sebagai bibit untuk
penanaman selanjutnya, sedangkan batang ubi kayu yang tidak dijadikan bibit,
hendaknya dipotong- potong/dicincang untuk dikembalikan lagi ke dalam tanah/
dibenamkan agar lapuk dan terurai menjadi hara tanah dan memperbaiki struktur
tanah, sehingga kesuburan tanah relatif dapat dipertahankan. Karena ubi kayu
diambil hasilnya yang berupa umbi, maka dengan dicabutnya umbi tidak ada
bagian tanaman yang berupa bahan organik tertinggal di dalam tanah. Oleh karena
itu sangat dianjurkan diadakannya upaya mengembalikan sisa-sisa tanaman yang
ada ke dalam tanah dengan terlebih dahulu dicacah. Upaya lain dengan
menghentikan kegiatan tanam setelah lahan dipergunakan untuk tanaman ubi kayu
lebih dari dua kali, lahan bisa ditanami dengan tanaman kacang-kacangan atau
diberakan untuk memulihkan kesuburannya (Bank Indonesia, 2009).

Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu
Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13
300 000 ton) setelah Brazil (25 554 000 ton), dan Thailand (13 500 000 ton),
disusul negara-negara seperti Nigeria (11 000 000 ton), dan India (6 500 000 ton)
dari total produksi dunia sebesar 122 134 000 ton/tahun (Bigcassava, 2007).
Peningkatan produksi ubi kayu tahun 2005 – 2011 mencapai 4.42 %,
sedangkan sasaran indikatif produksi dan produktivitas ubi kayu pada tahun 2011
pada setiap wilayah tertera pada Tabel 1. Dimana sasaran rata-rata produktivitas
Indonesia adalah 185 ku/ha dengan luasan 1 264 900 ha.

Pemanfaatan Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi dan
jagung. Lebih kurang 60 % dari produksi ubi kayu di Indonesia digunakan sebagai
bahan makanan, sedangkan 32 % digunakan sebagai bahan industri dalam negeri,
dan 8 % diekspor dalam bentuk gaplek. Dibidang industri, ubi kayu menghasilkan
bioethanol, yang dapat dijadikan bahan bakar nabati karena ramah lingkungan.
Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai
tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu,
etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets

12
(Depperin, 2007). Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir.
Skema pohon industri ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011
No Provinsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

N. Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Sumatera
D.K.I. Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Jawa
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Bali dan NT
Kalimatan Barat
Kalimatan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Maluku dan Papua
Indonesia

Luas
tanam (ha)
3 954
44 029
5 877
6 411
2 992
14 158
7 480
338 729
1 923
1 282
426 836
53
119 677
205 161
68 387
243 628
12 823
649 729
12 609
9 083
90 826
112 518
17 417
9 296
9 189
8 548
44 451
6 625
4 808
32 270
14 319
4 488
1 603
64 113
11 754
11 754
2 671
4 274
30 454
1 328 100

Luas Produktivitas
panen (ha)
(ku/ha)
3 765
128
41 934
202
5 597
202
6 106
114
2 850
141
13 484
156
7 124
121
322 610
248
1 832
146
1 221
110
406 524
232
51
120
113 982
192
195 398
181
65 133
155
232 035
165
12 212
145
618 810
173
12 009
151
8 650
124
86 504
110
107 163
115
16 588
149
8 854
121
8 752
151
8 142
159
42 336
145
6 310
134
4 580
166
30 734
175
13 637
171
4 274
145
1 527
124
61 062
166
11 195
132
11 195
125
2544
117
4 071
120
29 004
126
1 264 900
185

Produksi
(ton)
48 256
845 105
112 803
69 417
40 052
210 440
86 141
7 987 217
26 694
13 379
9 439 504
610
2 185 809
3 527 670
1 009 709
3 830 583
176 699
10 731 079
181 201
107 282
947 654
1 236 136
246 874
107 061
132 061
129 579
615 575
84 773
76 201
536 807
232 549
61 845
18 932
1 011 108
148 091
139 992
29 713
48 803
366 598
23 400 000

13
BIBIT
PAPAN
BATANG

KERAJINAN
BRIKET
ARANG
MAKANAN

DAUN

FARMASI

UBI
PAKAN

BIJI

MINYAK
KULIT

GLUKOSA

PAKAN

TAPIOKA

TAPIOKA

FRUKTOSA

DEKSTRIN

ALKOHOL

MALTOSA

ASAM

PEREKAT

SORBITOL

UMBI

BAHAN
MAKANAN

SENYAWA

GAPLEK
PELLET

DAGING
TEPUNG UBI
KAYU

PAKAN

BAHAN
MAKANAN
PAKAN

ONGGOK
ASAM/Ca
MAKANAN
RINGAN

Gambar 1. Pohon Industri Ubi Kayu
Sumber: Depperin.go.id
Tapioka
Ubi Kayu yang digunakana sebagai bahan baku tapioka adalalah ubi kayu
yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan. Ubi kayu yang dipanen pada
umur 7 - 10 bulan akan menghasilkan tapioka berkualitas baik (Bank Indonesia,
2004). Selain itu, varietas ubi kayu yang dikembangkan untuk industri tapioka
biasanya memiliki kadar HCN (asam sianida) yang tinggi (Hafsah, 2003). Pada
Lampiran 1 ditunjukkan kadar HCN beberapa jenis ubi kayu yang telah dilepas di
Indonesia.

14
Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor (Menteri Negara
Riset dan Teknologi, 2009) yaitu :
1.

Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.

2.

Kandungan air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga
kandungan air nya rendah. Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya
mengandung kadar air 15 – 19 %.

3.

Banyaknya serat dan kotoran; ubi kayu yang digunakan harus yang berumur
kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat
patinya masih tinggi.

4.

Tingkat kekentalan; daya rekat tapioka diusahakan tetap tinggi dengan
menghindari penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi.
Adapun cara pembuatan tepung tapioka adalah sebagai berikut:

1.

Pengupasan; pengupasan dilakukan dengan cara manual, bertujuan untuk
memisahkan daging ubi kayu dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga
dilakukan untuk memilih ubi kayu berkualitas tinggi dari ubi kayu lainnya.
Ubi kayu yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka dan
dijadikan pakan ternak.

2.

Pencucian; pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremasremas ubi kayu di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan
kotoran pada ubi kayu.

3.

Pemarutan; parut yang digunakan ada dua jenis yaitu :
a.

Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan
tenaga manusia sepenuhnya.

b.
4.

Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator.

Pemerasan/ekstraksi; pemerasan dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.

Pemerasan bubur ubi kayu yang dilakukan dengan cara manual
menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan
air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di
dalam ember.

b.

Pemerasan bubur ubi kayu dengan saringan goyang (sintrik). Bubur
ubi kayu diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin.
Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air

15
melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak
pengendapan.
5.

Pengendapan; pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan
selama 4 jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan
endapan diambil dan dikeringkan.

6.

Pengeringan; sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan
dengan cara menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang
diletakkan di atas rak-rak bambu selama 1 - 2 hari (tergantung dari cuaca).
Dengan kualitas bahan baku yang baik, 1 ton ubi kayu dapat menghasilkan

200 - 250 kg tapioka. (Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan Umbi‐umbian,
2007).

METODOLOGI MAGANG

Tempat dan Waktu
Magang dilaksanakan di PT Pematang Agri Lestari dan PT Sinar
Pematang Mulia I, Lampung pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan selama mengikuti magang meliputi pekerjaan
teknis budidaya, manajerial kebun dan pengambilan data. Kegiatan dalam
pengumpulan data meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Kegiatan
magang ini juga dilakukan penulis secara langsung dengan mengikuti dan
mempelajari seluruh kegiatan di lapang. Kegiatan sebagai asisten mandor selama
empat minggu, asisten kepala divisi selama lima minggu, quality control selama
dua minggu, asisten pengawas lapang kurang lebih empat minggu,dan mengikuti
kegiatan tambahan dari perusahaan kurang lebih tiga minggu. Jurnal kegiatan
magang disampaikan pada Lampiran 2, 3, 4, 5, dan 6.
Kegiatan sebagai pendamping mandor adalah memotivasi, mengawasi dan
mengorganisir karyawan, melakukan kegiatan administratif dan berdiskusi dengan
mandor. Pada saat sebagai pendamping asisten kepala divisi I, pekerjaan yang
dilakukan adalah mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan
(kontrol lapangan), membantu asisten dalam membantu mandor tetap, dan
mempelajari laporan harian. Selama menjadi karyawan pabrik, penulis bertugas di
bagian quality control. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan kekentalan
aci, mengukur pH tepung tapioka, mengukur kadar air tepung, residu, memeriksa
kondisi tepung (keras ataupun basah) melakukan pengacaan tepung, membuat
analisis bahan baku, dan membuat laporan harian. Pada saat menjadi pendamping
pengawas

kemitraan,

penulis

mendampingi

pengawas

lapangan

ketika

mengunjungi petani-petani mitra, melakukan wawancara, dan diskusi dengan
petani mitra.

17
Penulis juga secara khusus melakukan kegiatan pengamatan yang
berhubungan dengan panen dan pasca panen, yang meliputi:
1.

Pengumpulan data panen berupa: kriteria panen ubi kayu, persiapan panen,
tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen,
pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen,
pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), dan pencapaian
produksi. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan mengamati
secara langsung di kebun PT PAL dan di kebun petani mitra. Pengamatan
terhadap kriteria panen ubi kayu, berupa umur panen ubi kayu dan pengaruh
penundaan umur panen terhadap bobot ubi kayu yang dipanen. Data diambil
dari empat blok dengan dua umur panen yang berbeda. Dua blok untuk satu
umur panen yang sama. Setiap blok diambil 1 ha, dalam satu hektar diambil
lima baris dan dalam baris diambil 3 batang ubi kayu secara acak.

2.

Pasca panen di kebun
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan mengamati
secara langsung kegiatan pasca panen di kebun PT PAL dan di kebun mitra.

3.

Pasca panen di Pabrik
a.

Sumber dan Kebutuhan bahan baku. Sumber bahan baku PT SPM I
saat ini tidak hanya berasal dari PT PAL. Kebutuhan bahan baku akan
dianalisis berdasarkan kebutuhan minimum pabrik.

a.

Lama penyimpanan ubi kayu di lapangan; pabrik akan mengolah ubi
kayu apabila tercapai bobot 700 ton. Lama penyimpanan ubi kayu
dicatat selama periode pengolahan 15 hari.

b.

Analisis bahan baku (pengukuran kadar aci dan rafaksi); pengukuran
kadar aci dilakukan untuk membantu menetukan besarnya potongan
bahan baku yang dibeli. Pengamatan terhadap pengukuran kadar aci
dilakukan selama 1 hari dengan mengambil sampel dari bahan baku
yang dibeli; rafaksi merupakan potongan bobot di pabrik karena
adanya kotoran dan materi lain yang terbawa saat panen. Untuk
analisis bahan baku yang diamati adalah persentasi rafaksi.

Data sekunder diperoleh dari literatur dan laporan manajemen mengenai
keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal

18
penanaman, produksi, struktur organisasi (kelompok-kelompok tenaga kerja,
deskripsi tugas, dan fungsi-fungsi manajemen), dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dinalisis dengan
menggunakan uji t dan secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentasi
hasil pengamatan. Data diuraikan secara deskriptif dan dibandingkan terhadap
norma baku yang berlaku pada perkebunan ubi kayu dan standar yang ditetapkan
oleh perusahaan. Selain itu, penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik
yang telah ditetapkan oleh kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun
aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan

mulai dari pendamping

mandor, asisten kepala kebun, karyawan pabrik, dan pendamping pengawas mitra.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Administratif
PT PAL dan PT SPM I terletak di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten
Mesuji, Lampung Timur. Lokasi kebun PT PAL dan PT SPM I berjarak 220 km
dari kota Bandar Lampung. Transportasi masuk ke wilayah PT PAL dan PT SPM
I dapat ditempuh dengan dengan kendaraan dalam waktu lima jam. Sedangkan
jarak dari ibu kota kabupaten yaitu 16 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan
dalam waktu satu jam.
Kantor Kebun PT PAL berada di wilayah Desa Suka Agung (SP3D).
Lokasi kebun PT PAL tersebar di beberapa desa yaitu Desa Rejo Mulyo, Desa
Suka Agung, Desa Hadi Mulyo (SP4D), dan Desa Agung Batin (SP5D). PT SPM I
berada di wilayah Desa Rejomulyo (SP2D). Kantor PT PAL dan PT SPM I
dibangun secara berdekatan.
PT SPM I didirikan pada tahun 1994. PT SPM I merupakan perusahan
yang bergerak dalam pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak
dalam pemasaran.
Kegiatan produksi di PT SPM I dilakukan selam 24 jam, yang dibagi
dalam tiga shift.