Pengelolaan bahan baku dan pengolahan ubikayu di perkebunan PT Pematang Agri Lestari dan pabrik tapioka PT Sinar Pematang Mulia I, Lampung

(1)

PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU

DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK

TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG

MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI

A.24063045

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

ABSTRACT

MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI.Management of Raw Materials and Processing of Cassava in PT Pematang Agro Lestari Plantation and Tapioca Factory of PT Sinar Mulia I, Lampung. (Taught by Suwarto).

This internship in general activities aimed at improving professional skills in students understand and work processes significantly, enhance technical capabilities, managerial, and analytical activities in the field (for a commodity with a commodity plus cassava and oil palm).

In particular, this internship activities aim to: (1) study the management of raw materials and processing of cassava in PT Pematang Agri Lestari (PT PAL) and PT Sinar Pematang Mulia I (PT SPM I), Lampung, (2) study the implementation of cassava cultivation techniques in company and the farmers, and (3) analyze the cassava farming.

The location of the implementation of an internship that is in PT PAL (plantation) and tapioca factory of PT SPM I, Sub Way Serdang, Mesuji District,

Lampung Province.Implementation of internships conducted from February 15th until June 18th 2010.During an internship at PT PAL, the authors

placed as a companion foreman, assistant superintendent partnerships, and co-head of the division I (cassava and palm).At the time of internship in PT SPM I, the author placed on the quality control (QC).

Primary data collected during the internship activities are all matters relating to: (1) management of raw materials (2) the cultivation techniques; (3) analysis of farming, and the (4) processing at the plant. The primary data collected through observation, interviews, and discussions. Sample cultivation techniques and analysis of data collected from 20 people farming farmer partners.

Secondary data collected from data held by the companies and literature studies.The data examined were: (1) geographical location and administrative (2) climatic and soil conditions, (3) organizational structure, and (4) employment.

Data management and processing of raw materials were analyzed using descriptive methods. Data were analyzed using the method of cultivation technique of simple statistics (mean and percentage) and descriptive methods.


(3)

Cassava farming is analyzed by using extreme conditions of both revenue and cost of issuance. To measure the feasibility to use revenue as the cost ratio (the ratio of R / C). Analysis divided by two, ie without any analysis of the land lease fees, and analyzed with land rental costs.

From my observation, the company and the majority of farmers adopting land management pattern twice and ridge.Of cassava varieties grown by farmers and companies namely Kasetsart varieties (UJ-5).

Cropping pattern is applied monoculture cropping, intercropping, and a combination of intercropping and monoculture.Plant spacing varies.Planting done during the rainy season. There are three common types of fertilizer applied in the company and nine types of fertilizers used by farmers. Weed control by chemical means alone and a combination of manual and chemical. Harvesting is done when the plant aged 9-14 BST.

On average the lowest productivity 15.50 tonnes / ha, cassava farming

feasible during the selling price of cassava at farm level not less than Rp 663.41/kg (land rent) and Rp 564.40/kg (their own).Processing cassava into

starch in PT SPM I've included into the modern processing, because all processing is using the machine.

Management by the company not been able to meet the need of raw material for tapioca processing factory. That is because a minimum land area or a minimum of crop productivity is still not achieved.

If productivity can be pursued up to 33.87 tons / ha, at a price of Rp 800/kg, farmers can gain admission into Rp 27 096 000.00/ha from the

previous Rp12 400 000.00/ha.Income earned farmers also increased to Rp 9 625 000.00/ha to Rp 16 882 900.00/ha from previous income of only Rp 3 008 570.83/ha to Rp 7143 570.83/ha. Thus, farmers can be excited to plant cassava, which needs and continuity of raw materials can be more assured.


(4)

PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU

DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK

TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI

A.24063045

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(5)

Judul

:

PENGELOLAAN

BAHAN

BAKU

DAN

PENGOLAHAN UBIKAYU DI PERKEBUNAN

PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK

TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I,

LAMPUNG

Nama

:

MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI

NIM

:

A24063045

Menyetujui: Pembimbing

(Dr. Ir. Suwarto, M.Si) NIP 19630212 198903 1 004

Mengetahui:

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.) NIP 19611101 198703 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 27 April 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Wawan Diasomantri dan Ibu Nannie Iryani Rahayu.

Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Sukasari Indah, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 13 Bandung. Selanjutnya, penulis lulus dari SMAN 8 Bandung pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melaui jalur SPMB. Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB (Kopma IPB) dan Paguyuban Mahasiswa Bandung IPB (Pamaung IPB). Di Kopma IPB penulis pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Unit Usaha Asrama Putra TPB IPB (2007-2008), Staf Departemen Usaha (2008-2009) dan Anggota Pengawas Kopma IPB (2009-2010). Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua Pamaung IPB pada periode 2007-2008.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus yang diridhoi oleh Allah SWT.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Suwarto, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Herdhata Agusta, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

3. Abah, Ambu, serta keluarga yang selalu memberikan dukungan. 4. Seluruh Direksi, Manajemen, dan Karyawan Lambang Jaya Group,

PT PAL, dan PT SPM I atas kesempatan magang yang telah diberikan serta bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

5. Mas Raga, Pak Posdin, Pak Tofa, Pak Kir, Om Dimin, Pak Bel, dan Iril yang telah membantu penulis selama penulis berada di Lampung. 6. Rekan-rekan Al-Kahfi, Mohabbat, LC, Supa-Q, Yordanov, AGH 43,

Kopma IPB, Pamaung IPB, KKP Sumbarang, anak Lampung AGH, serta rekan-rekan lain atas doa, dukungan, dan kebersamaannya

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Januari 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Syarat Tumbuh ... 3

Kultivar Unggul ... 4

Waktu Tanam ... 4

Pola Tanam ... 5

Populasi Tanaman ... 6

Pemupukan ... 7

Pengendalian Gulma ... 8

Pengendalian Hama dan Penyakit... 9

Panen ... 10

Pascapanen ... 11

Pengolahan Tapioka ... 11

METODE PELAKSANAAN ... 14

Tempat dan Waktu ... 14

Metode Pelaksanaan ... 14

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 15


(9)

KEADAAN UMUM ... 17

Letak Wilayah Administratif ... 17

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 17

Keadaan Iklim dan Tanah ... 18

Keadaan Iklim ... 18

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 19

Ubikayu ... 19

Kelapa Sawit ... 19

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL ... 21

Divisi Kebun ... 21

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I ... 25

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 28

Aspek Teknis ... 28

Ubikayu ... 28

Kelapa Sawit ... 34

Aspek Manajerial ... 39

Pendamping Mandor ... 39

Pendamping Kepala Wilayah... 40

PEMBAHASAN ... 42

Pelaksanaan Budidaya ... 42

Persiapan Lahan ... 42

Varietas ... 44

Penyiapan Bibit ... 45

Pola Tanam ... 46

Jarak Tanam ... 48

Waktu Tanam dan Penanaman... 49

Pemupukan ... 53

Pengendalian Gulma ... 57

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 60


(10)

Analisis Usahatani ... 62

Keadaan Umum... 62

Kelayakan Usahatani ... 64

Pengelolaan Bahan Baku ... 65

Pengelolaan di Pabrik ... 65

Kemitraan ... 67

Pengolahan Ubikayu ... 72

Kebutuhan Bahan Baku dan Luas Lahan Minimum ... 74

Upaya Peningkatan Produktivitas ... 74

KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

Kesimpulan ... 79

Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(11)

v

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tingkatan Teknologi Pengolahan Tapioka ... 12

2. Keadaan Tanaman dan Produksi ... 20

3. Produktivitas Varietas yang Pernah Ditanam ... 29

4. Prestasi Kerja ... 40

5. Efektivitas Pengolahan Tanah Konservasi dan Produktif ... 42

6. Pengolahan Lahan di Perusahaan dan di Petani Mitra ... 43

7. Karakteristik Varietas Unggul ... 44

8. Daya Tumbuh dan Hasil Ubikayu Berdasarkan Kondisi Bibit... 46

9. Tingkat Naungan dan Penurunan Hasil ... 47

10. Variasi Jarak Tanam Ubikayu di Tingkat Petani ... 48

11. Jarak Tanam dan Produktivitas Ubikayu... 49

12. Hasil Ubikayu Menurut Cara Tanam dan Pengolahan Tanah yang Berbeda ... 52

13. Pengaruh Jumlah Tunas dan Pemanenan Daun Tua Terhadap Hasil... 53

14. Penggunaan Pupuk ... 54

15. Dosis Rekomendasi dan Dosis yang Digunakan ... 56

16. Periode Bebas Gulma dan Produktivitas Ubikayu ... 59

17. Hasil Ubi Segar dan Pati pada Umur Berbeda... 62

18. Stratifikasi Perusahaan Mitra ... 67

19. Pola Kemitraan ... 68

20. Peningkatan Biaya, Penerimaan, dan Laba ... 77


(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pohon Industri Ubikayu... 12

2. Pembajakan tanah ... 28

3. Pemupukan ... 30

4. Penyemprotan Herbisida ... 31

5. Cara Penyemprotan Herbisida ... 32

6. Hama white scale ... 32

7. Pemanenan ... 33

8. Tumpang Sari dengan Karet atau Sawit ... 47

9. Curah Hujan di PT PAL ... 50

10. Kondisi Jalan yang Rusak ... 61

11. Proporsi Umur Petani Mitra PT PAL ... 62

12. Proporsi Tingkat Pendidikan Petani Mitra PT PAL ... 63

13. Pengalaman Bertani Petani Mitra PT PAL ... 63

14. Persentase Petani dan Luas Lahan yang Digarap ... 64

15. Washer ... 72


(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Varietas Ubikayu yang Telah Dilepas ... 85

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT PAL, Lampung ... 86

3. Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun PT PAL, Lampung ... 88

4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Pabrik di PT SPM I, Lampung ... 89

5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas Kemitraan di PT PAL, Lampung ... 90

6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Wilayah I Divisi Kebun PT PAL, Lampung ... 92

7. Hari Hujan dan Curah Hujan di PT PAL ... 94

8. Struktur Organisasi PT PAL ... 95

9. Struktur Organisasi PT SPM I ... 96

10. Analisis Usahatani tanpa Biaya Sewa Lahan ... 97

11. Analisis Usahatani dengan Biaya Sewa Lahan ... 97

12. Alur Pengolahan Ubikayu ... 98

13. Proses Pengolahan Ubikayu ... 99

14. Biaya Input untuk Peningkatan Produktivitas ... 102

15. Biaya Input Terendah ... 103


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman ubikayu merupakan tanaman pangan dan bahan baku industri. Sebagai tanaman pangan ubikayu merupakan sumber karbohidrat bagi 500 juta manusia di dunia. Sebagai bahan baku industri ubikayu menghasilkan pati, gaplek, etanol, sorbitol, tepung ubikayu, gula cair, monosodium glutamat, tepung aromatik, dan pellets (Prihandana et al., 2008).

Isu diversifikasi pangan dan isu konversi bahan bakar fosil menjadi bahan bakar nabati membuat permintaan ubikayu semakin meningkat. Rata-rata pertumbuhan permintaan ubikayu dalam negeri selama tahun 1993-2002 mengalami peningkatan. Permintaan untuk konsumsi meningkat sebesar 1.89 persen per tahun, industri meningkat sebesar 1.88 persen per tahun dan untuk pakan sebesar 0.11 persen per tahun. Sebaliknya jumlah yang tercecer (termasuk limbah) semakin menurun dengan rata-rata penurunan per tahun 3.25 persen (Hafsah, 2003).

Menurut Suryana (2006) kebutuhan ubi segar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang telah ada dan yang akan dikembangkan pada tahun 2025 sekitar 30 juta ton. Untuk ini diperlukan peningkatan produksi ubi segar sekitar 27%. Untuk mencapai target tersebut diperlukan upaya peningkatan produksi secara bertahap dengan pertumbuhan sekitar 5% per tahun.

Selain itu, Indonesia pun masih mengimpor kebutuhan tapioka, salah satu produk turunan dari ubikayu. Pada tahun 2009, Indonesia mengimpor tepung tapioka sebanyak 166 813.27 ton. Sedangkan produk tapioka yang diekspor hanya 13 196.55 ton (BPS, 2009).

Produksi ubikayu segar di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 22 375 949 ton dengan luas panen mencapai 1 199 504 ha dan rata-rata


(15)

2 sebanyak 35.02% berasal dari provinsi Lampung. Produksi ubikayu segar di Lampung pada tahun 2009 mencapai 7 835 180 ton dengan luas panen seluas 317 216 ha dan rata-rata produktivitasnya 24.70 ton/ha (BPS, 2009).

Pada industri tapioka, ubikayu yang diperlukan untuk bahan baku yaitu ubikayu yang memiliki kadar tepung tinggi yang dipanen setelah berumur lebih dari 7 bulan (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005). Pengolahan ubikayu menjadi tapioka memerlukan bahan baku dalam jumlah yang cukup, kontinu, dan kualitasnya sesuai dengan yang diinginkan oleh pabrik pengolahan. Oleh karena itu, diperlukan teknik budidaya yang tepat dan pengelolaan bahan baku ubikayu yang baik, agar bahan baku ubikayu dapat tersedia sesuai kriteria, jumlah, dan waktu yang telah ditentukan.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis, manajerial, serta analisis kegiatan di lapangan (untuk komoditas ubikayu ditambah dengan komoditas kelapa sawit). Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk:

1. mempelajari pengelolaan bahan baku dan pengolahan ubikayu di PT Pematang Agri Lestari (PT PAL) dan PT Sinar Pematang Mulia I (PT SPM I), Lampung;

2. mempelajari pelaksanaan teknik budidaya ubikayu di perusahaan dan di petani; dan


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz atau Manihot utilissima) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah anatara 30o Lintang Utara dan 30o Lintang Selatan, yakni daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 18o C (Prihandana et al., 2008). Suhu udara minimal sekitar 10o C . Suhu kurang dari 10o C dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat. Kelembaban udara optimal sekitar 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan ubinya (BPP IPTEK, 2000).

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubikayu antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1 500 m dpl. Jenis ubikayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal (BPP IPTEK, 2000). Di ketinggian sampai 300 m dpl tanaman ubikayu dapat menghasilkan ubi dengan baik, tetapi tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubikayu dapat menghasilkan bunga dan biji (Prihandana et al., 2008).

Tanah yang paling sesuai untuk ubikayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ubikayu yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya (BPP IPTEK, 2000).

Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubikayu berkisar antara 4.5-8.0 dengan pH ideal 5.8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam),


(17)

4 yaitu berkisar 4.0-5.5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubikayu (BPP IPTEK, 2000).

Kultivar Unggul

Varietas unggul merupakan salah satu komponen utama dalam berbagai program pembangunan pertanian tanaman pangan, baik dalam usaha peningkatan produktivitas, produksi, peningkatan kualitas hasil, maupun penanggulangan berbagai kendala seperti serangan hama penyakit serta cekaman lingkungan (Lingga et al. dalam Hafsah, 2003).

Penggunaan varietas unggul berpotensi hasil tinggi mutlak dilakukan guna peningkatan produksi/produktivitas ubi kayu. Selain varietas unggul lama seperti Valenca, Muara, Mangi, SPP yang telah lama berkembang terdapat pula varietas unggul baru yang potensi hasilnya lebih tinggi seperti Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah, UJ-3, UJ-5, Malang 4, dan Malang 6 (Hafsah, 2003). Varietas ubikayu yang telah dilepas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Cara lain untuk mendapatkan ubikayu yang berdaya hasil tinggi yaitu dengan menggunakan teknik mukibat. Prinsip dari teknik mukibat sangat sederhana, yaitu jumlah daun diperbanyak, sehingga proses fotosintesis bisa berlangsung lebih sempurna dan ubinya pun bisa berlipat ganda. Dengan prnsip ini, mukibat menyambungkan dua jenis ubikayu. Ubikayu karet (Manihot glaziovii) yang berdaun lebat dijadikan batang atas, sedangkan batang bawahnya menggunakan ubikayu biasa (Manihot esculenta) (Prihandana et al., 2008).

Waktu Tanam

Pada dasarnya tanaman ubikayu merupakan tanaman yang toleran terhadap kekeringan, terkecuali pada minggu-minggu pertama setelah penanaman.


(18)

5 Penanaman ubikayu harus ditanam pada saat ketersediaan dan suplai air cukup. Oleh karena itu, penanaman ubikayu sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan ( November-Desember dan Juni- Juli) (Onwueme, 1978; Prihandana

et al., 2008).

Penerapan waktu tanam ini menyebabkan waktu tanam dan waktu panen hampir serentak di seluruh daerah yang memproduksi ubikayu. Hal ini akan berakibat pada ketidakberlanjutan suplai ubikayu dan akan terjadi penurunan harga pada saat panen raya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menunda umur panen. Penundaan umur panen tidak akan menurunkan kadar pati dalam ubikayu. Penerapan strategi penundaan umur panen dapat dilakukan dengan cara menanam kultivar yang berbeda umur panennya (genjah, sedang, dan dalam) atau dengan mengatur wilayah penanaman sesuai dengan waktu penanaman (Prihandana et al., 2008).

Pola Tanam

Pola tanam yang biasa digunakan untuk ubikayu yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam tumpang sari. Masing-masing pola memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penanaman dengan pola tanam monokultur dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan populasi tanaman semakin banyak. Namun penanaman dengan pola ini meningkatkan erosi dan meningkatkan risiko serangan oleh hama dan penyakit tanaman (HPT).

Penanaman dengan pola tanam tumpang sari dapat mengurangi serangan hama (Thung dan Cock, 1978), mengurangi serangan penyakit (Moreno, 1978) mengurangi biaya input (Thung dan Cock, 1978; Leihner, 1978), dan limbah panen dapat digunakan sebagai pupuk (Effendi, 1978). Manfaat lain dari pola tanam secara tumpang sari yaitu untuk mengendalikan erosi, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, memperkecil risiko kegagalan, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, memenuhi kebutuhan pangan, dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kekurangan dari pola tanam secara tumpang sari yaitu


(19)

6 dapat menimbulkan efek persaingan dengan tanaman utama (ubikayu) dan biaya tenaga kerjanya pun menjadi lebih besar (Prihandana et al., 2008).

Populasi Tanaman

Populasi tanaman ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah dan tipe tanaman (Onwueme, 1978; Prihandana et al., 2008). Tanaman yang mempunyai kanopi yang lebih lebar mempunyai jarak tanam yang lebih lebar. Begitu pula pada daerah yang mempunyai kesuburan tanah dan curah hujan yang tinggi, jarak tanamnya harus lebih lebar, karena pada kondisi tersebut daun akan tumbuh sangat lebat (Onwueme, 1978).

Pada umumnya petani menggunakan jarak tanam segi empat (100 x 100 cm dan 100 x 80 cm). Namun, jarak tanam model antar barisan (90 x 74 cm) menghasilkan produktivitas 7-12% lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam segi empat (100 x 100 cm dan 100 x 80 cm). Hal ini disebabkan ruang antar barisan pada model barisan lebih meningkatkan intersepsi cahaya matahari. Pada pola tanam tumpangsari, jarak tanam yang digunakan yaitu 200 x 50 cm atau 250 x 50 cm (Prihandana et al., 2008).

Cara tanam yang lain yaitu cara tanam double row. Sistem atau cara tanam

double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm (160 x 80 x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis, sehingga pembentukan zat pati ubikayu di ubi lebih banyak dan ukuran ubi besar besar. Selain itu, diantara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam ubikayu

double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit yakni 11 700 tanaman dibandingkan dengan sistem tanam petani biasa dengan jumlah


(20)

7 Pemupukan

Ubikayu merupakan tanaman yang memiliki kemampuan menghasilkan ubi yang tinggi, sehingga ubikayu akan banyak menyerap hara dari tanah. Agar tanah tetap subur dan produktivitas ubikayu tetap tinggi, hara yang telah diambil dari dalam tanah harus dikembalikan dengan pemupukan (Prihandana et al., 2008). Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada keadaan tanah, sejarah lahan, kultivar yang digunakan, kerapatan tanam, dan beberapa faktor lainnya (Onwueme, 1978). Salah satu cara agar dapat menentukan dosis pupuk yang tepat yaitu dengan melakukan analisis tanah sebelum dilakukan pemupukan (Prihandana et al., 2008).

Berbeda dengan komoditas lainnya, ubikayu tidak memerlukan pupuk nitrogen terlalu banyak. Pemupukan nitrogen yang terlalu banyak dapat menghambat perkembangan ubi dan meningkatkan kandungan asam sianida. Unsur hara yang cukup banyak diperlukan ubikayu yaitu unsur kalium. Unsur ini berfungsi dalam pembentukan ubi (Onwueme, 1978).

Dosis pupuk Urea yang dianjurkan yaitu 200 kg/ha. Jika kandungan bahan organik (BO) rendah (kurang dari 1.5%), dosis pupuk SP-36 yang dianjurkan yaitu sebanyak 100kg/ha. Jika BO tinggi (lebih dari 2%), dosis pupuk SP-36 yang dianjurkan sebanyak 50 kg/ha. Pupuk KCl diberikan sesuai dengan jenis tanahnya. Untuk di daerah Jawa yang tanahnya berjenis regosol atau alfisol, pupuk KCl tidak mutlak dibutuhkan. Namun, untuk tanah-tanah di Sumatera yang berjenis ultisol, pupuk KCl mutlak diperlukan dengan dosis 100-150 kg/ha (Prihandana et al., 2008).

Waktu pemberian pupuk dibagi menjadi dua kali, yaitu pada saat tanam dan pada umur tanaman 2-3 bulan. Perbandingan dosis pupuk N:P: K pada saat penanaman yaitu 1/3:1:1/3. Perbandingan dosis pupuk pada umur 2-3 bulan yaitu 2/3:0:2/3 (BPP IPTEK, 2000).

Aplikasi BO sangat tergantung pada kandungan C organik tanah. Jika kandungan C organik dalam tanah tinggi (lebih dari 2%), penambahan BO tidak diperlukan. Namun pada tanah dengan BO rendah (kurang dari 1.5%),


(21)

8 penambahan BO diperlukan dengan dosis minimal 2 ton/ha. Aplikasi bahan organik harus dilakukan setiap kali musim tanam, terutama bila biomassa tanaman (limbah panen) tidak dikembalikan lagi ke tanah. Proses dekomposisi BO di daerah tropika sangat cepat dan mudah hilang karena terurai menjadi CO2

(Prihandana et al., 2008).

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan pesaing ubikayu, terutama dalam pengambilan unsur hara dan air. Keberadaan gulma dapat menurunkan produktivitas sebsesar 7.5% (Prihandana et al., 2008). Oleh karena itulah gulma di lahan ubikayu harus dikendalikan.

Waktu pengendalian gulma yang tepat yaitu pada saat tiga bulan pertama setelah penanaman dan 2-3 minggu sebelum panen. Pengendalian gulma dilakukan pada saat tiga bulan pertama disebabkan pada periode tersebut tanah belum tertutup sempurna oleh kanopi tanaman yang dapat menyebabkan gulma tumbuh lebat. Pengendalian gulma pada saat menjelang panen dilakukan agar pada saat panen menjadi mudah dan mempermudah pengolahan tanah dan mengurangi populasi gulma pada musim tanam berikutnya. Kemudahan pada saat panen diharapkan dapat mencegah terjadinya kehilangan hasil (Prihandana et al., 2008).

Gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat diberantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali per musim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2.4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati (BPP IPTEK, 2000).

Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (Digitaria ciliaris). Pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan


(22)

9 dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1.0-1.5 ml/liter (BPP IPTEK, 2000).

Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut BPP IPTEK (2000), berikut ini merupakan hama dan penyakit yang dapat menyerang ubikayu :

A. Hama

1. Uret (Xylenthropus)

Hama ini berada dalam akar tanaman. Gejalanya yaitu tanaman mati pada usia muda, karena akar batang dan ubi dirusak. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara membersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.

2. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)

Hama ini menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejalanya yaitu daun akan menjadi kering. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.

B. Penyakit

1. Bercak daun bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun

2. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)

Bakteri ini hidup di daun, akar dan batang. Gejala yang terlihat yaitu daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan ubi langsung membusuk. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara


(23)

10 melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

3. Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala yang terlihat yaitu daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

4. Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)

Penyebabnya adalah cendawan yang hidup pada daun. Gejala yang terlihat yaitu adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun, dan memangkas bagian tanaman yang sakit .

Pengendalian dapat juga dilakukan dengan memberikan pestisida. Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari.

Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit (BPP IPTEK, 2000).

Panen

Panen yang dihasilkan bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kultivar yang digunakan, cara budidaya, tingkat kesuburan, jenis tanah, jarak tanam, dan iklim (Onwueme, 1978). Umur panen ubikayu fleksibel. Ubikayu dapat dipanen pada saat tanaman berumur 7-9 bulan dimana kadar pati dalam keadaan optimal (Prihandana et al., 2008). Ciri tanaman yang sudah bisa dipanen yaitu saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok (BPP IPTEK, 2000).


(24)

11 Di daerah beriklim basah, pemanenan ubikayu dapat ditunda sampai dengan 12 bulan, karena kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan (Prihandana et al., 2008). Bobot hasil panen ubikayu tidak tergantung pada berapa umur tanaman, tapi lebih tergantung pada berapa bulan pertumbuhan yang vigor berlangsung (Onwueme, 1978).

Pascapanen

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi ubikayu sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi ubikayu dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih ubi yang berwarna bersih terlihat dari kulit ubi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya ubi serta bercak hitam atau garis-garis pada daging ubi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di dalam tanah yang diberi alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP IPTEK, 2000).

Pengemasan ubi ubikayu bertujuan untuk melindungi ubi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota atau dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000).

Pengolahan Tapioka

Ubikayu, selain dapat dimakan secara langsung, dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri (industri pangan dan pakan maupun industri kimia lainnya). Berbagai macam produk olahan ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada industri pengolahan tapioka, ada beberapa tingkatan teknologi yang digunakan. Tingkatan teknologi tersebut yaitu tradisional atau mekanik sederhana,


(25)

12 semi modern, dan full otomate. Perbedaan tingkatan teknologi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 1. Pohon Industri Ubikayu Sumber : depperin.go.id

Tabel 1. Tingkatan Teknologi Pengolahan Tapioka

Proses Tradisional Semi Modern Full Otomate

Pengupasan Manual Manual Mesin

Pencucian Manual Manual Mesin

Pemarutan Mesin Mesin Mesin

Pemerasan Mesin Mesin Mesin

Pengendapan Manual Manual Mesin

Pengeringan Sinar Matahari Oven Mesin

Sumber : Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005

Ubikayu Kulit Makanan

ternak Daging Onggok Makanan ternak Asam sitrat/ Kalsium sitrat Tapioka Tapioka pearl Dextrin Maltosa Glukosa Fruktosa Macam-macam alkohol Asam-asam organik Sorbitol Senyawa kimia lain Gaplek Bahan makanan Pellet (Manioc) Makanan ternak Tepung Ubikayu Bahan makanan Makanan ringan


(26)

13 Pengolahan tapioka terdiri dari lima tahap yaitu pembersihan, pencucian, pemarutan, penyaringan dan pengendapan, dan pengeringan (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005). Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan bagian-bagian ubi yang tidak berguna dan mengganggu proses pengolahan, misalnya kulit ari luar yang berwarna coklat dan bagian ubi yang keras yang akan menyebabkan parut cepat tumpul.

Pencucian dilakukan dengan mengalirkan air ke arah yang berlawanan dengan arah aliran ubi atau dilakukan dalam bak dimana air harus sering diganti (dibutuhkan banyak air). Proses penyaringan bertujuan untuk memecah dinding sel agar butir pati yang ada di dalamnya dapat keluar. Ubi yang telah terparut diaduk/dikocok ditambah air secukupnya sampai terbentuk bubur.

Penyaringan dilakukan menggunakan air yang cukup sampai air saringan jernih untuk memisahkan butir tepung pati dari ampas. Pati yang telah tersuspensi dalam air saringan selanjutnya diendapkan sesegera mungkin.

Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air sehingga diperoleh tapioka yang kering. Kadar air yang terlalu tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur/cendawan dan menimbulkan bau yang tidak disukai. Seyogyanya kadar air tapioka hasil pengeringan 13%, namun kisaran kadar air 14.5-17% masih dapat diterima dalam perdagangan. Standar mutu tapioka untuk faktor kadar air (maksimal) adalah 17 % (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005).


(27)

METODE PELAKSANAAN

Tempat dan Waktu

Lokasi pelaksanaan magang yaitu di PT PAL (perkebunan) dan pabrik tapioka PT SPM I, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Propinsi Lampung. Pelaksanaan magang dilakukan mulai tanggal 15 Februari sampai dengan 18 Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan penulis dilakukan di dua perusahaan yaitu perkebunan PT PAL dan pabrik tapioka PT SPM I. Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang tergabung dalam Grup Lambang Jaya.

Selama magang di PT PAL, penulis ditempatkan sebagai pendamping mandor, pendamping pengawas kemitraan, dan pendamping kepala divisi I (ubikayu dan sawit). Pada saat magang di PT SPM I, penulis ditempatkan di bagian quality control (QC).

Kegiatan sebagai pendamping mandor dilakukan selama dua bulan pertama. Kegiatan sebagai karyawan pabrik dilakukan selama satu minggu. Kegiatan sebagai pendamping pengawas kemitraan dilakukan selama lima minggu dan kegiatan sebagai pendamping kepala divisi dilakukan selama tiga minggu.

Pada saat menjadi mandor, penulis melakukan kegiatan pengawasan panen, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan pemupukan (Lampiran 2). Selain itu, penulis juga melakukan pemetaan kebun ubikayu menggunakan GPS dan mengaudit kelapa sawit (Lampiran 3). Selama menjadi karyawan pabrik, penulis bertugas di bagian quality control. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan kekentalan, pH, losses, kadar air, residu, dan kecerahan tapioka (Lampiran 4).


(28)

15 Kegiatan magang sebagai pendamping pengawas kemitraan, penulis mendampingi pengawas lapangan ketika mengunjungi petani-petani mitra. Penulis juga melakukan wawancara dan diskusi dengan petani mitra (Lampiran 5).

Tiga minggu terakhir, penulis ditempatkan sebagai pendamping Kepala Divisi I yang membawahi komoditas ubikayu dan kelapa sawit. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengawasan mandor harian, membantu mandor tetap, mempelajari laporan harian, dan mendampingi manajer dan asisten manajer kebun saat melakukan pengontrolan kebun (Lampiran 6).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang yaitu semua hal yang berhubungan dengan: (1) pengelolaan bahan baku seperti sumber bahan baku, sistem pengadaannya, kecukupan dan kontinuitas, dan ketepatan waktu suplai; (2) teknik budidaya (kultivar yang digunakan, waktu tanam, pola tanam, populasi tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta panen dan pascapanen); (3) analisis usaha tani; dan (4) proses pengolahan di pabrik (kapasitas produksi, kebutuhan bahan baku, proses produksi, dan rendemen).

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan diskusi. Sampel data teknik budidaya dan analisis usahatani dikumpulkan dari 20 orang petani mitra.

Data sekunder dikumpulkan dari data yang dimiliki oleh perusahaan dan studi literatur. Data yang dipelajari meliputi :

1. Letak Geografis dan Administratif 2. Keadaan iklim dan tanah

3. Struktur organisasi 4. Ketenagakerjaan


(29)

16 Analisis Data dan Informasi

Data pengelolaan bahan baku dan proses pengolahan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Data teknik budidaya dianalisis menggunakan metode statistik sederhana (rataan dan persentase) dan metode deskriptif.

Kelayakan usahatani dianalisis dengan menggunakan kondisi-kondisi ekstrim baik itu penerimaan maupun biaya yang dikeluarkannya. Tujuannya, untuk melihat sejauh mana tingkat laba rugi pada saat biaya tertinggi tetapi hasil minimum dan seberapa besar tingkat keuntungan maksimumnya pada saat biaya rendah tapi hasil maksimum. Untuk mengukur kelayakannya digunakan rasio

revenue per cost (rasio R/C). Analisis dibagi dua, yaitu analisis tanpa biaya sewa lahan dan analisis dengan biaya sewa lahan.


(30)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

PT PAL dan PT SPM I merupakan dua perusahaan yang berada dibawah Grup Lambang Jaya. PT PAL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan PT SPM I merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tapioka dan perdagangan umum.

PT PAL dan PT SPM I berada di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung. Lokasi PT PAL dan PT SPM I saling berdekatan, namun berada di wilayah adiministratif yang berbeda. PT SPM I berada di wilayah Desa Rejomulyo (SP2D) dan PT PAL berada di wilayah Desa Suka Agung (SP3D). Lokasi kebun PT PAL tersebar di beberapa desa seperti Desa Rejomulyo, Desa Suka Agung, Desa Hadi Mulyo (SP4D), dan Desa Agung Batin (SP5D).

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Tanaman yang ditanam oleh PT PAL yaitu tanaman ubikayu dan kelapa sawit. Pada awalnya, perusahaan hanya menanam tanaman ubikayu saja. Namun, karena produktivitas tanaman yang rendah dan biaya semakin meningkat, kondisi tersebut sudah kurang optimal lagi untuk ditanami ubikayu. Agar perusahaan dapat bertahan, sebanyak 1 803.37 ha lahan dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit. Sisa lahan yang tetap ditanami ubikayu yaitu sekitar 107.25 ha.

Pengurangan luas areal yang ditanami ubikayu berdampak pada pengurangan pasokan bahan baku ubikayu dari PT PAL ke pabrik (PT SPM I). Oleh karena itu, perusahaan melakukan pengembangan dengan menerapkan pola kemitraan dengan petani. Adanya pengembangan pola kemitraan tersebut dapat meningkatkan luas areal ubikayu yang dipanen. Dari para petani mitra di wilayah I, luas areal sampai dengan bulan April 2010 mencapai 8 176 ha.


(31)

18 Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, wilayah di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim C-2, dimana terdapat 6 bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan) dan tiga bulan kering (<100 mm/bulan) berturut-turut. Curah hujan rata-rata selama enam tahun (2004-2009) berkisar antara 55.42-324.97 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 2-15 hari/bulan (Lampiran 7).

Keadaan Tanah

Berdasarkan data yang dimiliki PT PAL, kedalaman efektif tanah secara umum di areal PT PAL > 100 cm. Struktur tanahnya terdiri dari liat (clay/C), liat berpasir (sandy clay/SC), dan lempung liat berpasir (sandy clay loam/SCL). Struktur dan konsistensi tanah pada umumnya remah dan sangat gembur atau gembur. Sehingga, kondisi tanah tersebut sesuai untuk tanaman ubikayu. Permeabilitas tanah bervariasi, mulai dari permeabilitas lambat, sedang, hingga cepat.

Warna tanah di PT PAL adalah kuning dan merah. Sebagian besar drainase tanah di areal PT PAL adalah baik, namun pada beberapa areal dijumpai tanah-tanah yang berdrainase buruk dengan warna tanah abu-abu atau grey.

Secara umum tingkat kesuburan tanah di PT PAL, terutama untuk tanah lapisan atas tergolong sangat rendah sampai rendah dengan jenis tanah Ultisol dan Inseptisol.

Kandungan bahan organik pada lapisan atas lahan PT PAL mengandung bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan yang terdapat dibawahnya, dan kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Namun pada profil ke-1 dan ke-3 kandungan bahan organik


(32)

19 tanah pada lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya. Kandungan karbon organik pada tanah lapisan atas (horizon A) berkisar antara 0.48-1.94%.. Derajat kemasaman (pH) berkisar antara 4.35-4.65.

Bahan induk penyusun tanah adalah batuan liat (clay stone) dan batuan pasir (sand stone). Topografi lahan bervariasi, mulai datar (flat) sampai berombak (undulating) dengan tingkat kemiringan 2-5%. Ketinggian tempat sekitar 30-50 m dpl. Ketinggian tersebut merupakan ketinggian yang ideal untuk tanaman ubikayu.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Ubikayu

Ubikayu yang ditanam di PT PAL merupakan ubikayu varietas Kasetsart (UJ-5). Selain varietas Kasetsart, terdapat beberapa petak ubikayu sambung (mukibat) sisa percobaan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 90 X 60 cm, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih 18 000 tanaman. Rata-rata produktivitas ubikayu Kasetsart di PT PAL dari tahun 2007-2009 yaitu 20.72 ton/ha.

Kelapa Sawit

Varietas kelapa sawit yang ditanam PT PAL yaitu DXP Marihat dan Socfin. Jarak tanam yang digunakan yaitu jarak tanam segitiga sama sisi dengan jarak 9 x 9 x 9 m, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih 143 tanaman.


(33)

20 Tanaman kelapa sawit yang ditanam di kebun PT PAL mempunyai tahun tanam yang berbeda-beda. Tahun tanam, luasan, produksi, rata-rata bobot satu tandan (RBT), dan produktivitas kelapa sawit di kebun PT PAL dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keadaan Tanaman dan Produksi Tahun

tanam

TM/TBM Luas

(ha) Produksi (ton) RBT (kg) Produktivitas (ton/ha) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2007 2009 TM 8 TM 7 TM 6 TM 5 TM 4 TM 3 TM 2 TBM 3 TBM 1 140.95 111.37 36.83 119.51 65.02 296.77 232.10 442.64 350.91 3 284.16 2 348.94 529.00 1 424.36 623.27 2 838.71 2 585.40 - - 15.02 12.47 9.46 6.72 5.37 4.49 4.04 - - 23.30 21.09 14.36 11.92 9.59 9.57 11.14 - -

Keterangan: Produksi, RBT, dan produktivitas berdasarkan rata-rata selama tiga tahun (2007-2009)


(34)

21 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL

PT PAL dipimpin oleh seorang General Manager (GM) yang membawahi tiga divisi yaitu Divisi Kebun, Divisi Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang manajer. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan keuangan, GM dibantu oleh dua orang staf administrasi dan keuangan. Struktur organisasi PT PAL dapat dilihat pada Lampiran 8.

Divisi Kebun

Manajer Kebun. Divisi Kebun dipimpin oleh seorang manajer kebun. Tugas dan tanggung jawab manajer kebun yaitu: 1) menyusun, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan operasional kebun secara periodik (tahunan, bulanan, mingguan, dan harian) setiap divisi, 2) mengkoordinasikan dan mengawasi departemen di bawahnya, 3) menetapkan standar kerja dan standar biaya operasional setiap departemen, 4) mendelegasikan dan mengkoordinasikan kepala divisi untuk melaksanakan poin 1, 5) mencari dan membeli bibit apabila kekurangan bibit, sesuai dengan kriteria yang ditentukan, 6) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, dan peralatan kebun, dan 7) menilai prestasi bawahan. Dalam pelaksanaan di lapangan, manajer kebun dibantu oleh asisten manajer kebun.

Kepala Wilayah / Divisi. Areal kebun di PT PAL dibagi menjadi dua wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang kepala divisi atau kepala wilayah. Untuk wilayah I, ada dua komoditas yang ditanam yaitu ubikayu dan kelapa sawit. Di wilayah II komoditas yang ditanam hanya satu, yaitu kelapa

sawit. Tugas dan tanggung jawab dari kepala wilayah yaitu: 1) mengkoordinasikan dan mengawasi bawahannya, 2) melaksanakan jadwal

tugas dari atasan, mendelegasikan, dan mengawasi mandor-mandor secara teratur, 3) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, peralatan kebun, serta penggantian upah harian sesuai dengan wilayah masing-masing, dan


(35)

22 4) mencari dan meberhentikan tenaga harian atau borongan dengan persetujuan manajer kebun.

Mandor. Tugas dan tanggung jawab mandor yaitu : 1) mengawasi dan memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan, 2) ikut aktif dalam upaya mencari tenaga kerja harian dan borongan, 3)

membuat laporan permintaan uang untuk upah harian dan borongan, dan 4) membuat laporan areal tanam, pupuk, dan laporan lain yang ditentukan oleh

kepala wilayah/divisi masing-masing.

Divisi Kemitraan

Divisi kemitraan dibentuk dengan fungsi sebagai penyelenggara peningkatan hasil usaha pertanian masyarakat khususnya tanaman ubikayu, kelangsungan industri tapioka khususnya industri tapioka milik Grup Lambang Jaya dan menjadi sasaran kelangsungan usaha PT PAL melalui program kemitraan.

Jabatan di divisi kemitraan terdiri atas manajer divisi kemitraan, advisor site kemitraan, legal, kepala wilayah, administrasi dan keuangan, pengawas lapangan kebun, pengawas lapangan pengolahan lahan, dan surveyor kredit.

Manajer Kemitraan. Manajer divisi kemitraan mempunyai fungsi pokok untuk menjalankan kebijakan perusahaan untuk mengembangkan tanaman ubikayu dengan pola kemitraan. Tugas dan tanggung jawab manajer kemitraan, yaitu: 1) menyusun dan mengevaluasi program kerja dan anggaran biaya tahunan, bulanan, mingguan maupun harian dan melaporkannya kepada manajer kebun, 2) melakukan koordinasi dengan pihak pabrik dalam hal kebijakan penjualan maupun pembayaran hutang, rafaksi, harga, dan lain-lain bagi anggota kemitraan, 3) monitoring pelaksanaan tugas bawahan dan mengevaluasi perkembangan anggota kemitraan, dan 4) bertanggung jawab terhadap pengembalian dana yang telah disalurkan kepada anggota mitra.


(36)

23 Manajer divisi kemitraan mempunyai wewenang untuk menandatangani setiap surat-surat perjanjian, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan lainnya yang diperlukan setiap anggota kemitraan, serta memberikan dan menetapkan sanksi kepada anggota kemitraan yang melanggar perjanjian.

Advisor Site. Tugas pokok dari advisor site kemitraan yaitu melakukan pembinaan terhadap kegiatan divisi kemitraan apakah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan. Advisor site juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengusulkan tindakan perbaikan kepada manajer kebun atau kepala divisi kemitraan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya belum memenuhi sistem dan prosedur yang berlaku. Advisor site mempunyai wewenang untuk memberi arahan dalam pelaksanaan sistem kemitraan yang baik.

Legal. Bagian legal di divisi kemitraan mempunyai tugas pokok untuk memberikan informasi mengenai legalitas data permohonan agar tidak timbul perselisihan atau kerugian perusahaan di kemudian hari. Wewenang dari bagian legal yaitu menandatangani surat perjanjian sebagai saksi.

Kepala Wilayah. Kepala wilayah mempunyai fungsi pokok untuk mengembangkan dan mengelola kemitraan sesuai dengan wilayah masing-masing. Kepala wilayah berwenang untuk menandatangani persetujuan berita acara hasil survey apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan perusahaan, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan yang diperlukan setiap anggota kemitraan, dan menentukan besarnya angsuran pinjaman anggota mitra.

Administrasi dan Keuangan. Fungsi pokok bagian administrasi dan keuangan yaitu membantu kepala wilayah untuk mengumpulkan data dan informasi seluruh kegiatan kemitraan. Administrasi dan keuangan mempunyai wewenang untuk menerima uang penjualan ubikayu anggota mitra dari bagian kasir pabrik untuk selanjutnya dilakukan pemotongan sebagai angsuran pinjaman berdasarkan persetujuan kepala wilayah.

Pengawas Lapangan. Pengawas lapangan kebun mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanya


(37)

24 sehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangan kebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan pemanenan.

Pengawas Lapangan Pengolahan Lahan. Tugas pokok pengawas lapangan pengolahan lahan yaitu melakukan pengawasan kegiatan pengolahan areal tanaman ubikayu anggota mitra. Wewenangnya yaitu mengatur operator dan mekanik untuk melaksanakan tugas dengan baik.

Surveyor Kredit. Surveyor kredit mempunyai tugas pokok melaksanakan survey terhadap personal, areal tanaman, dan agunan calon anggota mitra untuk proses persetujuan permohonan kredit. Surveyor kredit mempunyai wewenang untuk menandatangani surat berita acara hasil survei.

Ketenagakerjaan

PT PAL mempunyai dua golongan tenaga kerja, yaitu karyawan harian lepas (KHL) dan karyawan tetap (KT). Kedua golongan tersebut tersebar di tiga divisi yang terdiri dari Divisi Kebun, Divisi Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik.

Jumlah karyawan harian lepas (KHL) kurang lebih mencapai 300 orang. Jumlah tersebut tidak tetap, karena sewaktu-waktu karyawan bisa masuk maupun keluar. Upah KHL dihitung per hari dan diberikan setiap minggu.

Karyawan tetap di PT PAL berjumlah 79 orang. Jumlah tersebut terdiri dari satu orang pimpinan perusahaan (general manager), karyawan Divisi Kebun 53 orang, karyawan Divisi Kemitraan 19 orang, dan karyawan Divisi Pupuk Organik 6 orang. Gaji karyawan tetap diberikan setiap bulan.

Tingkat pendidikan di PT PAL berbeda-beda. Karyawan di bagian menajemen merupakan lulusan perguruan tinggi. Untuk karyawan lain, tingkat pendidikannya bervariasi, mulai dari SD sampai dengan SMA atau yang sederajat.


(38)

25 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I

Struktur Organisasi

Pabrik tapioka PT SPM I dipimpin oleh seorang manajer pabrik (factory manager) yang membawahi lima departemen. Kelima departemen tersebut yaitu Departemen Produksi, Personalia dan Umum, Administrasi dan Keuangan Site, Logistik, dan Purchasing. Secara struktur, tugas manajer pabrik dalam menangani empat departemen (selain Departemen Produksi) dibantu oleh seorang

office manager. Karena belum ada staf yang menempati posisi tersebut, manajer pabrik bertanggung jawab langsung terhadap kelima departemen di bawahnya. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 9.

Departemen produksi berfungsi sebagai penyelenggara pengelolaan proses produksi untuk mencapai visi, misi, nilai dasar dan tujuan perusahaan. Departemen Produksi dipimpin oleh kepala departemen produksi atau manajer produksi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang asisten.

Manajer Produksi. Manajer produksi mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan mengendalikan kegiatan operasional pabrik agar produktivitas dan efisiensi proses produksi dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.

Kepala Departemen Personalia dan Umum. Kepala Departemen Personalia dan Umum mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan pengendalian ketenagakerjaan atau hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan baik secara internal maupun eksternal demi terciptanya kenyamanan dan kelangsungan usaha. Untuk urusan administrasi, kepala Departemen Personalia dan Umum dibantu oleh staf Administrasi Personalia.

Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site. Fungsi pokok kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site yaitu mengelola keuangan dan administrasi site agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar. Untuk pembayaran biaya-biaya pembelian bahan dan biaya operasional pabrik, kepala


(39)

26 Bagian Keuangan dan Administrasi Site dibantu oleh kasir pabrik dan kasir lapak. Urusan administrasi dibantu oleh staf administrasi site.

Kepala Bagian Logistik. Fungsi pokok kepala Bagian Logistik yaitu mengatur ketersediaan barang kebutuhan operasional pabrik dan hasil produksi agar kegiatan dan distribusi barang berjalan dengan lancar.

Kepala Pembelian Bahan Baku (Purchasing). Fungsi pokok kepala Pembelian Bahan Baku yaitu memenuhi kebutuhan bahan baku yang berkuallitas agar produktivitas pabrik berjalan dengan stabil. Kepala Pembelian Bahan Baku berwenang untuk menetapkan potongan rafaksi dan menandatangani laporan harian pembelian.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di PT SPM I dikelompokkan menjadi tiga golongan karyawan. Ketiga golongan tersebut yaitu karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan tetap (KT).

Perbedaan gaji ketiga golongan tersebut yaitu terdapat pada sistem penghitungan, waktu pemberian, dan upah lembur. Sistem penghitungan gaji KHL yaitu gaji dihitung berdasarkan jumlah hari karyawan tersebut bekerja dan diberikan setiap minggu. Gaji KHT diberikan setiap bulan dan dilakukan pemotongan sebanyak jumlah hari karyawan tersebut tidak bekerja. Karyawan tetap diberikan gaji tetap, tidak dilakukan pemotongan, dan diberikan setiap bulan. Pada perhitungan upah lembur antara karyawan tetap (karyawan harian tetap dan karyawan tetap) dan karyawan lepas berbeda. Pada karyawan lepas upah lembur dihitung sama dengan upah harian, sedangkan karyawan tetap upah lembur dihitung menggunakan upah lembur.


(40)

27 Total karyawan PT SPM I adalah 162 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 60 orang KHT yang ditempatkan di bagian bagging dan sortir bonggol, 27 orang KHT yang bekerja di bagian operator, dan sisanya sebanyak 75 orang yang termasuk KT. Persyaratan pendidikan minimal untuk menjadi karyawan tetap (KHT maupun KT) yaitu pendidikannya minimal harus SMA atau yang sederajat, sedangkan untuk KHL tidak ada persyaratan pendidikan minimal.


(41)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Ubikayu

Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Selang waktu pembajakan dengan pembajakan berikutnya kurang lebih selama 2-3 minggu. Setelah dibajak, tanah kemudian dibentuk guludan. Guludan dibentuk dengan menggunakan bajak dengan alat yang disebut

furrow atau ridger. Jarak antar guludan yang terbentuk dengan furrow yaitu kurang lebih 90 cm (Gambar 2).

Gambar 2. Pembajakan tanah

Persiapan bahan tanam. Bahan yang digunakan yaitu stek bibit. Stek diambil dari batang ubikayu yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan panjang kurang lebih 1 meter. Dari satu batang ubikayu dipotong lagi menjadi lima bagian, sehingga panjang setiap stek kurang lebih sepanjang 20 cm.

Pada saat awal penanaman suatu varietas atau pada saat percobaan suatu varietas, bibit biasanya didapatkan dengan cara membeli dari perusahaan lain. Jika


(42)

29 bibit merupakan varietas yang sudah ditanam, bibit dapat diambil dari petakan yang sudah dipanen.

Varietas yang banyak ditanam dikebun PT PAL yaitu varietas Kasetsart. Alasan penggunaan varietas Kasetsart yaitu varietas ini relatif tahan hama dan penyakit, kadar air yang cukup rendah, kadar pati yang cukup tinggi, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yang pernah ditanam (Tabel 3). Varietas lain yang pernah ditanam di kebun PT PAL yaitu varietas Thailand, Umas (ubi kayu kuning), M31, M30, Mangu, dan Mukibat (ubikayu sambung).

Tabel 3. Produktivitas Varietas yang Pernah Ditanam

Varietas Produktivitas (ton/ha)

Kasetsart (UJ-5) Thailand (UJ-3) UMAS

Mukibat (sambung)

20.72 15.83 18.35 18.47 Sumber: PT PAL

Penanaman. Pola tanam yang digunakan yaitu monokultur dengan jarak tanam 90 X 60 cm, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih 18 000 tanaman. Penanaman dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan Maret, tergantung kesiapan lahan dan kondisi cuaca. Penanaman pada saat curah hujan cukup tinggi dapat menyebabkan biaya perawatan untuk pengendalian gulma menjadi tinggi, karena pada saat tersebut gulma akan cepat tumbuh dan dapat menyaingi tanaman ubikayu.

Penyulaman. Penyulaman tanaman dilakukan pada saat 15-30 hari setelah tanam. Jumlah tanaman yang disulam tidak tentu, biasanya sekitar 20%. Tanaman akan disulam jika persentase bibit tidak tumbuh lebih dari 10%. Bibit sulaman menggunakan bibit sisa penanaman yang biasanya disimpan di pinggiran petakan.

Pemupukan. Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari satu bulan, pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 3-6 bulan, dan pemupukan


(43)

30 ketiga pada saat tanaman berumur 7 bulan. Pemupukan ketiga jarang dilakukan, hanya dilakukan jika diperlukan saja.

Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl. Perbandingan dosis per hektar untuk pupuk I yaitu 100 kg : 100 kg : 50 kg, pupuk II 50 kg : 0 kg : 150 kg, dan pupuk III 0 kg : 0 kg : 100 kg atau 0 kg : 0 kg : 150 kg. Pupuk diaplikasikan dengan cara ditabur di lubang pupuk yang sudah dibuat (Gambar 3).

Gambar 3. Pemupukan

Selain pemupukan tanah, dilakukan juga pemupukan daun. Pupuk daun dilakukan sebanyak tiga kali pada saat tanaman berumur 2-4 bulan. Pupuk daun yang digunakan yaitu pupuk daun Saputra Nutrient yang berbentuk serbuk dan cair dengan dosis per hektar masing-masing 1 kg dan 2 liter. Pupuk daun serbuk mengandung unsur Nitrogen, Kalium, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan

trace mineral. Pupuk daun cair mengandung prekursor nutrisi esensial (80%), Oligosakarida (12%), trace mineral (2%), dan bahan lain (6%). Kedua pupuk tersebut dicampur dan dilarutkan menggunakan air sebanyak 200 liter. Pupuk diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer.

Pewiwilan. Pewiwilan dilakukan pada saat umur tanaman kurang dari tiga bulan. Jumlah tunas yang disisakan yaitu sebanyak dua buah.

Pengendalian Gulma. Gulma yang tumbuh di areal ubikayu bermacam-macam, mulai dari gulma berdaun lebar, berdaun sempit, dan teki. Contoh gulma


(44)

31 yang tumbuh di areal ubikayu yaitu Boreria sp., Chromolaena odorata, Phylantus niruri, Echinocloa colonum, Eleusine indica, Brachiaria mutica,.dll.

Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara manual (penyiangan dan cangkul) dan dengan menggunakan herbisida. Pengendalian dilakukan pada saat umur tanaman 0-3 bulan. Pengendalian terus dilakukan selama gulma masih tumbuh dan kanopi ubikayu belum menutup penuh. Pengendalian diawali dengan pengendalian manual kemudian diikuti dengan pengendalian menggunakan herbisida.

Selain pada tiga bulan pertama, pengendalian pun dilakukan ketika menjelang panen. Pengendalian tersebut dilakukan untuk memudahkan pemanenan dan mengurangi pertumbuhan gulma pada musim tanam berikutnya.

Herbisida yang digunakan yaitu herbisida dari golongan Glifosat dengan bahan aktif isopropilamina Glifosat 480 g/l atau setara dengan Glifosat 356 g/l. Dosis herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 2.5 l/ha.

Gambar 4. Penyemprotan Herbisida

Aplikasi herbisida dilakukan dengan cara disemprot menggunakan

knapsack sprayer (Gambar 4). Cara penyemprotan herbisida untuk tanaman muda dan tanaman dewasa berbeda. Pada tanaman muda, ujung alat semprot dilengkapi dengan mangkok. Penyemprotan dilakukan dengan posisi mangkok lebih rendah dari tanaman dan hanya menjangkau satu baris alur guludan. Pada tanaman dewasa, ujung alat semprot tidak dilengkapi mangkok. Ketinggian alat semprot diatur agar semprotan dapat menjangkau tiga baris alur guludan (Gambar 5). Hal


(45)

32 tersebut dilakukan agar herbisida tidak mengenai daun ubikayu. Jika herbisida mengenai daun ubikayu, tanaman tersebut akan mengalami stress (layu) selama beberapa saat.

Gambar 5. Cara Penyemprotan Herbisida

Pembubunan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit biasanya tidak dilakukan. Tanaman yang ditanam bisanya ditanam pada saat awal sampai akhir musim hujan, sehingga tidak diperlukan pengairan. Varietas yang digunakan (Kasetsart) merupakan verietas yang cukup tahan terhadap hama dan penyakit. Meskipun ada beberapa hama yang menyerang seperti ulat dan white scale

(Aonidomytillus albus), seranganyang terjadi tidak begitu signifikan (Gambar 6).

Gambar 6. Hama white scale

Panen. Panen dilakukan pada saat tanaman telah berumur lebih dari 9 bulan dan pada saat kondisi jalan mendukung. Meskipun tanaman telah cukup


(46)

33 umur, jika kondisi jalan tidak mendukung (rusak, berlumpur, lengket), pemanenan biasanya ditunda, bahkan sampai dengan umur tanaman lebih dari 12 bulan.

Pemanenan dilakukan dengan tiga cara yaitu cabut manual menggunakan tangan (Gambar 7), cabut cangkul, dan cabut mekanis (menggunakan traktor dan bajak). Pemanenan dengan cara cabut cangkul atau mekanis dilakukan jika panen dengan cabut manual sulit dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi jika ukuran ubi besar, kondisi tanah berat, dan kondisi tanah keras. Setelah panen biasanya masih ada ubi yang tertinggal di dalam tanah. Ubi yang tertinggal ini harus diambil secara menual dengan menggunakan cangkul dan tangan atau disebut dengan

leles.

Gambar 7. Pemanenan

Hasil panen biasanya dijajarkan untuk memudahkan pengangkutan. Hasil panen yang tidak bisa diangkut pada hari yang sama biasanya akan tetap dibiarkan di lahan untuk kemudian diangkut pada hari berikutnya. Jika kendaraan tidak bisa masuk ke dalam petakan, ubi hasil panen diangkut manual, dengan menggunakan karung, ke pinggir jalan atau dikenal dengan istilah langsir.


(47)

34 Pemanenan biasanya dilakukan dengan sistem borongan dan dihitung berdasarkan bobot hasil panen yang dapat dipanen oleh para pemanen. Biaya borongan biasanya antara Rp 35 000-Rp 150 000/ton, tergantung hasil panen dan kondisi lahan. Apabila hasil panen sedikit dan kondisi lahan banyak bergulma, harga borongan akan semakin mahal. Dari hasil pengamatan, satu hektar ubikayu memerlukan tenaga kerja pemanen sebanyak 105.46 HK. Dengan kata lain, kapasitas pemanen per orang per harinya yaitu 0.009 ha atau 90 m2.

Kelapa Sawit

Kondisi areal di PT PAL yang ditanami kelapa sawit, berdasarkan kondisi vegetasinya, termasuk areal konversi. Areal tersebut sebelumya merupakan areal yang ditanami ubikayu. Konversi lahan dilakukan segera setelah tanaman ubikayu dipanen. Proses konversi diawali dengan pengajiran untuk menandai titik-titik mana yang akan ditanami kelapa sawit.

Pengawetan tanah terdiri dari pengawetan tanah secara fisik dan pengawetan tanah secara biologis. Pengawetan tanah secara fisik disesuaikan dengan kondisi topografi areal. Topografi areal di PT PAL bervariasi, mulai dari datar hingga berombak dengan tingkat kemiringan 2-5%, sehingga pengawetan secara fisik tidak begitu banyak dilakukan. Pengawetan tanah secara fisik dilakukan dengan membuat parit jalan. Drainase di dalam blok hanya dibuat pada titik-titik dimana air banyak tergenang. Drainase di dalam blok juga sudah terbantu oleh guludan-guludan bekas pertanaman ubikayu.

Pengawetan secara biologis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crop (LCC). TPT yang digunakan yaitu

Peuraria javanica (PJ) dengan dosis 6 kg/ha. Pada saat penanaman, benih PJ dicampur dengan pupuk rock phosphat (RP) dengan perbandingan 1:1.

Pembibitan kelapa sawit di PT PAL dilakukan dengan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan ini terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan awal dilakukan


(48)

35 selama 2.5-3 bulan. Pada pembibitan awal di PT PAL, biasanya tanaman tidak diberi naungan. Setelah di pembibitan awal, tanaman dipindahkan ke pembibitan utama. Tanaman dipelihara di pembibitan utama sampai dengan umur 12 bulan.

Sebelum kecambah kelapa sawit ditanam di polibag di pembibitan awal, kecambah terlebih dahulu diseleksi dan diberi larutan fungisida. Fungisida yang digunakan yaitu Dithane (Mankozeb 80%) dengan konsentrasi 0.15%. Kecambah ditanam dengan posisi plumula menghadap ke atas. Kecambah yang diafkir yaitu kecambah yang plumula atau radikulanya rusak, bentuk plumula dan radikulanya belum jelas, dan kecambah yang ukuran benihnya kecil.

Pupuk yang diberikan yaitu pupuk majemuk untuk daun dan pupuk organik Essential. Pupuk majemuk yang diberikan yaitu pupuk dalam bentuk serbuk dan dalam bentuk cair. Kedua pupuk majemuk tersebut dicampur dengan campuran 22.5 ml pupuk cair dan 7.5 g pupuk serbuk. Pupuk tersebut dicampur dengan air sebanyak 15 l dan diaplikasikan dengan menggunakan knapsack sprayer. Pupuk organik Essential dilarutkan dengan air dengan konsentrasi 0.05%. Pupuk yang diberikan sebanyak 9 ml per tanaman. Frekuensi pemupukan pupuk majemuk yaitu satu minggu sekali, sedangkan pupuk organik Essential setiap satu bulan sekali.

Ketersediaan air di pembibitan utama merupakan faktor yang sangat penting, oleh karena itu letak pembibitan utama PT PAL berada di dekat sumber air. Sistem penyiraman yang digunakan yaitu sistem penyiraman menggunakan

sprinkler. Penyiraman dilakukan jika kondisi curah hujan kurang. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari

Pemupukan yang diberikan pada saat pembibitan utama yaitu pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Dosis pemupukan diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan PT PAL.

Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan biasanya yaitu kumbang Apogonia (penggerek daun), ulat, dan jangkrik. Pengendalian Apogonia biasanya menggunakan Bestox, sedangkan jangkrik dapat dikendalikan dengan menggunakan Furadan 3G.


(49)

36 Sebelum bibit ditanam, bibit diseleksi terlebih dahulu. Proses seleksi bibit sudah dimulai sejak di pembibitan awal. Bibit yang diseleksi yaitu bibit yang abnormal dan bibit yang terserang penyakit. Bibit yang abnormal yaitu bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit tumbuh lemah, dan bentuk anak daun tidak sempurna.

Pemeliharaan pada TBM terdiri dari konsolidasi tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan pohon, pemeliharaan tanaman penutup tanah, pemupukan, kastrasi, dan pengendalian hama dan penyakit. Pada TM pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, dan pemeliharaan jalan.

Pemeliharaan piringan pada TBM dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara kimia. Cara manual dilakukan dengan menggaruk kacangan dan gulma yang ada di piringan dengan menggunakan pacul dan atau penyiangan. Jari-jari piringan yang harus bersih minimal sepanjang jari-jari proyeksi daun.

Pengendalian piringan dengan cara kimia merupakan alternatif yang dipilih jika terjadi kesulitan tenaga kerja. Kesulitan tenaga kerja biasanya terjadi pada saat-saat musim penghujan. Herbisida yang dipakai biasanya herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Konsentrasi yang digunakan 100 ml/tangki semprot (15 l) atau sekitar 0.67%. Rotasi perawatan piringan dilakukan setiap 3-4 kali dalam setahun.

Pemeliharaan pada tanaman penutup tanah terdiri dari dongkel anak kayu dan aplikasi herbisida. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan dengan cara wiping

dan spot. Konsentrasi herbisida untuk spot yaitu sekitar 0.67%, sedangkan untuk

wiping menggunakan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0.1-0.2%.

Pada tanaman yang sudah berbunga tapi buahnya masih belum memenuhi kriteria panen perlu dilakukan kastrasi, agar pada saat tanaman memasuki TM buah yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria. Kriteria areal yang sudah bisa dipanen yaitu sebanyak 60% dari areal yang hidup sudah mencapai matang panen, sebagian buah sudah memberondol secara alamiah, dan bobot tandan rata-rata


(50)

37 sudah mencapai 3 kg. Selain itu, kastrasi juga perlu dilakukan untuk mencegah serangan penyakit busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot). Rotasi kastrasi yang dilakukan yaitu satu sampai dua bulan sekali dan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja. Kastrasi dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni. Setelah bulan Juni, bunga dipersiapkan untuk memasuki masa TM.

Hama menyerang TBM diantaranya yaitu ulat api, ulat kantung, tikus, dan belalang. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan sesuai dengan tingkat serangan. Jika tingkat serangan melebihi 20%, pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida. Dosis dan jenis insektisida disesuaikan dengan jenis hamanya. Pada ulat api, jika tingkat serangan kurang dari 20%, pengendalian dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan diambil menggunakan tangan atau handpicking. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memberikan racun tikus Klerat.

Penyakit yang menyerang TBM di PT PAL yaitu Crown Disease. Penyakit ini merupakan penyakit genetis. Tanaman yang terjangkit penyakit ini biasanya dibiarkan sampai tumbuh besar. Pada saat tanaman sudah besar biasanya tanaman akan normal kembali. Jika tanaman tetap tidak tumbuh normal, tanaman terpaksa harus dicabut.

Pada TM pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, dan pemeliharaan jalan.

Pengendalian gulma pada TM biasanya dilakukan di piringan dan di gawangan. Perawatan piringan pada TM biasanya dilakukan untuk mempermudah panen dan pengutipan brondolan. Diameter piringan yang harus bersih yaitu 1.5 m. Rotasi perawatan piringan TM yaitu 2-3 kali setahun. Cara perawatan sama dengan perawatan piringan pada TBM.

Salah satu tujuan perawatan gawangan yaitu untuk mengendalikan pesaing berat tanaman kelapa sawit seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dan gulma-gulma berkayu (Melastosoma malabatricum dan Lantana camara). Pengendalian dapat dilakukan secara kimia maupun manual. Pengendalian dengan cara manual biasanya dilakukan dengan mencampur herbisida Glifosat dan


(51)

38 Mesulfuron methyl dengan dosis masing-masing 1-2 l/ha dan 20 g/ha. Pengendalian dengan cara manual dengan cara dicabut atau didongkel. Rotasi perawatan gawangan yaitu dua kali setahun.

Penunasan atau pruning pada TM di PT PAL dilakukan setiap 8 bulan sekali. Jumlah daun yang disisakan yaitu songgo dua atau songgo tiga dengan jumlah pelepah antara 48-64 pelepah. Pada TM yang sudah besar biasanya digunakan songgo dua.

Hama yang menyerang TM di kebun PT PAL yaitu tikus. Jika gawangan bersih, biasanya pengendalian tikus jarang dilakukan. Jika dilakukan pengendalian, pengendalian dilakukan dengan memberikan rodentisida Klerat.

Pada kelapa sawit, pemupukan TBM dan TM berbeda. Pada TBM pemupukan dilihat dari jenis tanahnya, tanah mineral atau tanah gambut. Keadaan tanah di kebun PT PAL merupakan tanah mineral, sehingga dosis pemupukan yang diberikan disesuaikan dosis anjuran untuk TBM di tanah mineral. Pada TM, dosis pemupukan didasarkan hasil analisis daun. Hasil analisis daun digunakan sebagai dasar pemberian dosis pemupukan untuk satu tahun.

Tempat pemupukan pada TM disesuaikan dengan jenis pupuknya. Pupuk yang mudah larut seperti Urea diaplikasikan dengan cara disebar di dalam piringan. Pupuk yang tidak mudah larut seperti KCl disebar di sekitar gawangan mati.

Pengawetan tanah di PT PAL tidak banyak dilakukan, karena topografi areal PT PAL yang datar sampai berombak. Perbaikan jalan dilakukan pada titik-titik jalan yang rusak, terutama pada saat musim hujan. Perbaikan dilakukan dengan cara meratakan jalan dengan alat berat Grader.

Sistem panen kelapa sawit ada dua, yaitu ancak panen tetap dan giring. Penetapan sistem panen di PT PAL disesuaikan dengan kebijakan masing-masing mandor panen, karena pada dasarnya penentuan sistem panen didasarkan pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja.

Rotasi panen setiap 10-15 hari, tergantung keadaan cuaca dan ketersediaan tenaga kerja. Pada saat curah hujan cukup banyak, rotasi semakin cepat karena


(52)

39 proses pemasakan buah semakin cepat. Meskipun begitu, jika ketersediaan tenaga kerja panen tidak mencukupi, rotasi panen bisa terlambat.

Pada saat musim buah sedang banyak, panen dilakukan dengan sistem borongan. Harga setiap tandan berbeda tergantung dari umur tanaman. Pada saat musim buah sedang sedikit (trek) panen dilakukan dengan sistem target dan dibayar dengan upah harian.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Mandor mempunyai tugas dan tanggung jawab utama untuk mengawasi dan memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan. Tugas dan tanggung jawab lain dari seorang mandor yaitu membuat laporan kegiatan di lapangan, membantu mencari tenaga kerja harian, dan membuat pengajuan upah karyawan harian. Pelaksanaannya di lapangan, seorang mandor biasanya dibantu oleh ketua-ketua rombongan atau mandor-mandor harian.

Setelah kegiatan di lapangan selesai, para ketua rombongan atau harian membuat laporan hasil pekerjaan. Laporan hasil pekerjaan berisi jumlah tenaga kerja, jumlah HK, dan jumlah saprodi yang digunakan. Laporan ini diserahkan kepada mandor untuk direkap dan diserahkan kepada kepala wilayah untuk selanjutnya dilaporkan kepada manajer/asisten manajer kebun dan bagian administrasi dan keuangan.

Pada saat magang, penulis bekerja sebagai pendamping mandor selama dua bulan. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu membantu mengawasi tenaga kerja harian dan mempelajari pembuatan laporan. Selain itu, penulis juga mendapat tugas tambahan untuk mebuat peta kebun ubikayu menggunakan GPS dan membantu mengaudit kebun sawit.


(53)

40 Kegiatan yang diawasi selama menjadi pendamping mandor yaitu kegiatan panen, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan pemupukan. Hasil pengamatan pada saat pengawasan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Prestasi Kerja

Kegiatan Rata-rata prestasi kerja

(HK/ha) Standar (HK/ha)

Penyemprotan herbisida 1.66 1.07

Pemupukan II 3.73 4.11

Sumber: Data Primer

Kegiatan pemupukan mempunyai prestasi kerja rata-rata yang cukup bagus, karena HK yang dicapai di bawah standar HK perusahaan. Pada kegiatan penyemprotan herbisida, prestasi kerjanya kurang bagus. Rata-rata jumlah HK penyemprotan tidak dapat mencapai standar yang ditetapkan perusahaan. Hal ini akan berdampak pada membengkaknya anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Sistem upah penyemprotan herbisida biasanya dilakukan dengan harian target. Satu hari kerja dihitung jika pekerja telah mencapai target luasan tertentu. Berdasarkan pengamatan selama magang, target yang diberikan untuk satu orang pekerja dalam satu harinya berkisar antara 0.44-0.73 ha/orang, dengan rata-rata target 0.60 ha/orang. Agar standar HK dapat tercapai, sebaiknya target satu orang ditingkatkan menjadi 0.93 ha/orang.

Kegiatan penyiangan tidak bisa dilakukan pembandingan, karena pengawasan tidak dilakukan secara penuh. Untuk kegiatan panen, tidak ada standar dari perusahaan karena dilakukan dengan sistem borongan.

Pendamping Kepala Wilayah

Tugas dan tanggung jawab utama kepala wilayah yaitu melaksanakan jadwal tugas dari atasan untuk selanjutnya didelegasikan kepada mandor-mandor.


(54)

41 Selain itu, kepala wilayah juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi dan mengevaluasi kerja mandor-mandor. Pelaksanaan di lapangan, kepala wilayah tidak hanya bertanggung jawab langsung terhadap mandor-mandor yang ada di bawahnya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap ketua-ketua rombong karyawan harian lepas.

Penulis melakukan magang sebagai pendamping wilayah selama tiga minggu. Penulis ditempatkan di wilayah I yang membawahi kebun ubikayu dan kelapa sawit. Selama menjadi kepala wilayah, penulis juga diperbantukan untuk membantu mandor dan ikut mengontrol kebun bersama manajer kebun dan atau asisten manajer kebun.

Mandor yang diawasi selama menjadi kepala wilayah yaitu mandor perawatan piringan, mandor pupuk, mandor kastrasi, mandor kutip brondol, dan mandor aplikasi herbisida. Berikut ini hasil evaluasi pengawasan terhadap mandor selama kegiatan magang:

1) Kontrol mandor pada kegiatan perawatan piringan masih kurang, masih ada beberapa titik yang kebersihannya kurang.

2) Pengawasan mandor pada kegiatan pemupukan kurang begitu signifikan, karena mandor biasanya bertugas juga untuk mengecer pupuk. Meskipun begitu, para pekerja pemupukan pada umumnya sudah terampil. Hasil pemupukan pada umumnya cukup bagus, tersebar merata di dalam piringan.

3) Hasil kegiatan kastrasi cukup bagus, bunga yang sudah dikastrasi dibuang di luar piringan.

4) Pengawasan mandor terhadap kegiatan kutip brondol masih kurang, masih banyak brondolan yang tertinggal di kebun.

5) Wawasan mandor dan pekerja terhadap penggunaan herbisida masih kurang. Perlu dilakukan semacam pelatihan terhadap mador aplikasi herbisida agar aplikasi yang dilakukan dapat tepat cara, tepat sasaran, tepat dosis, dan aman bagi para pekerja maupun bagi tanaman.


(1)

Jembatan timbang

Bongkar muatan

Screwpeller

Hoper

Washer

Sortir bonggol

Lampiran 13. Proses Pengolahan Ubikayu

1

2

3

4

5

6


(2)

Rasper

Chopper

Extractor

Separator

Oven

Centerfuge

Lampiran 13. Proses Pengolahan Ubikayu (lanjutan)

7

8

9

10

11

12


(3)

Shifter bagger

Tapioka yang sudah dikemas

Lampiran 13. Proses Pengolahan Ubikayu (lanjutan)


(4)

Lampiran 14. Biaya Input untuk Peningkatan Produktivitas

Kegiatan Biaya Satuan Kebutuhan Satuan Total Biaya Pengolahan lahan

Bajak 500 000 per ha 1 kali per ha 500 000

Gulud 500 000 per ha 1 kali per ha 500 000

Penanaman

Bibit 600 000 per ha 1 ha 600 000

TK 500 000 per ha 1 kali per ha 500 000

Pemupukan

Urea 100 000 per zak (50 kg) 4 zak 400 000

TSP 350 000 per zak (50 kg) 1.56 zak 546 000

KCl 350 000 per zak (50 kg) 3 zak 1 050 000

Organik 400 per kg 1000 kg 400 000

TK 300 000 per ha 2 kali per ha 600 000

Pengendalian Gulma

Kored (1 BST) 600 000 per ha 1 kali per ha 600 000 Semprot I (2 BST)

Herbisida 70 000 per liter 3.75 liter/ha 262 500

TK 240 000 per ha 1 kali per ha 240 000

Semprot II (3 BST)

Herbisida 70 000 per liter 3.75 liter/ha 262 500

TK 240 000 per ha 1 kali per ha 240 000

Semprot III (< panen)

Herbisida 70 000 per liter 3.75 liter/ha 262 500

TK 240 000 per ha 1 kali per ha 240 000

Perempelan 250 000 per ha 1 kali per ha 250 000 Pemanenan daun tua 50 000 per ha 1 kali per ha 50 000

Jumlah 7 503 500


(5)

Lampiran 15. Biaya Input Terendah

Uraian Harga Satuan Kebutuhan Satuan Total biaya Biaya Saprodi

Bibit 162 500.00 per ha 0 -

Pupuk Urea 74 881.72 per zak (50 kg) 4.33 zak 324 484.96 Pupuk TSP 297 700.62 per zak (50 kg) 3.18 zak 945 993.32 Pupuk KCl 208 937.50 per zak (50 kg) 0.00 zak - Phonska 145 664.07 per zak (50 kg) 4.09 zak 595 401.88 Herbisida 34 459.56 per liter 6.00 liter 206 757.34 Sub Total 2 072 637.50 Biaya Tenaga Kerja

Bajak 443 401.24 per ha 1 kali 443 401.24

Gulud 331 250.00 per ha 0 kali -

Penanaman 305 213.74 per ha 1 kali 305 213.74

Penyulaman 108 192.91 per ha 1 kali 108 192.91

Pemupukan 136 746.58 per ha 2 kali 273 493.15

Kored 409 249.45 per ha 1 kali 409 249.45

Semprot 133 805.39 per ha 2 kali 267 610.77

Perempelan 136 630.41 per ha 1 kali 136 630.41

Sub Total 1 943 791.67 Total Biaya Saprodi dan Tenaga Kerja 4 016 429.17

Sumber: Data Primer


(6)

Lampiran 16. Perbandingan Usahatani

Biaya Panen dan Angkut

Termurah Termahal

Hasil lama*) Hasil baru**) Hasil lama*) Hasil baru*) Tanpa Sewa

Biaya TK&Saprodi 4 016 429.17 7 503 500.00 4 016 429.17 7 503 500.00 Biaya panen&angkut 1 240 000.00 2 709 600.00 3 875 000.00 8 467 500.00 Total Biaya 5 256 429.17 10 213 100.00 7 891 429.17 15 971 000.00 Pendapatan 12 400 000.00 27 096 000.00 12 400 000.00 27 096 000.00 L/R 7 143 570.83 16 882 900.00 4 508 570 83 11 125 000.00 R/C 2.36 2.65 1.57 1.70 Dengan Sewa

Termurah

Biaya TK&Saprodi 4 016 429.17 7 503 500.00 4 016 429.17 7 503 500.00 Biaya panen&angkut 1 240 000.00 2 709 600.00 3 875 000.00 8 467 500.00 Biaya Sewa 500 000.00 500 000.00 500 000.00 500 000.00 Total Biaya 5 756 429.17 10 713 100.00 8 391 429.17 16 471 000.00 Pendapatan 12 400 000.00 27 096 000.00 12 400 000.00 27 096 000.00 L/R 6 643 570.83 16 382 900.00 4 008 570.83 10 625 000.00 R/C 2.15 2.53 1.48 1.65 Dengan Sewa

Termahal

Biaya TK&Saprodi 4 016 429.17 7 503 500.00 4 016 429.17 7 503 500.00 Biaya panen&angkut 1 240 000.00 2 709 600.00 3 875 000.00 8 467 500.00 Biaya Sewa 1 500 000.00 1 500 000.00 1 500 000.00 1 500 000.00 Total Biaya 6 756 429.17 11 713 100.00 9 391 429.17 17 471 000.00 Pendapatan 12 400 000.00 27 096 000.00 12 400 000.00 27 096 000.00 L/R 5 643 570.83 15 382 900.00 3 008 570.83 9 625 000.00 R/C 1.84 2.31 1.32 1.55 Keterangan: *)Hasil lama: biaya input pada analisis usaha tani biaya terendah dan hasil terendah

(15.50 ton/ha)

**)Hasil baru: biaya input peningkatan produktivitas dengan hasil perkiraan 33.87 ton/ha