Pengantar Ilmu Pertanian
PENGANTAR
Upaya pembangunan pertanian Indonesia memerlukan
dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia, lebih-lebih
kalangan akademisinya. Upaya tersebut menjadi sangat urgen
bagi IPB sebagai satu-satunya lnstitut yang mengkhususkan
diri dalam bidang pertanian di Indonesia. Di lingkungan IPB
sendiri dapat dengan mudah dipahami, bahwa pertanian
mempunyai arti yang luas, namun bagi masyarakat umum,
pengertian pertanian dalam arti luas tersebut tidaklah
koheren, tunggal, dan tanpa bias. Karena itu, diperlukan
transfer ilmu pertanian tersebut kepada seluruh mahasiswa
IPB, yang pada saatnya akan memasuki departemen di
fakultas masing-masing dan akan terjun dalam masyarakat
sebagai alumni.
Pengantar llmu Pertanian (PIP), diberikan pada mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama sebagai mata kuliah yang
membentuk salah satu kompetensi dari kompetensi umum
seluruh mahasiswa IPB. Pada saat PIP masih mempunyai bobot
1 SKS, mahasiswa mendapatkan satu buku Pengantar ke Ilmullmu Pertanian yang ditulis Prof. Andi Hakim Nasoetion, dan
ditambahkan pengayaan dalam bentuk ilustrasi, makalah
pegangan (hand-out)dan data terbaru.
Dalam kurikulum sistem mayor-minor telah disepakati dalam
lokakarya akademik TPB untuk menambah bobot SKS PIP
menjadi 2 SKS. Dengan demikian, dirasakan sangat perlu
buku kedua yang berisi kumpulan makalah untuk mata kuliah
tersebut.
Kumpulan makalah ini hanya sebagai rujukan yang membantu
perkuliahan tatap muka di kelas yang telah dilengkapi dengan
sarana multi media serta beberapa peraga.
Semoga kumpulan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
dan kita semua, saran dan kritik sangat diharapkan.
Direktur Pendidikan
Tingkat Persiapan Bersama
lnstitut Pertanian Bogor
Dr. Ir. lbnul Qayim
1
!
I
!
B
E
8
1
DAFTAR IS1
1Peran lklim Dalam Praktik Pertanian
2Unsur-Unsur Cuaca Dan lklim
3
lklim Indonesia
4Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman
i
i!
1
5
Pertanian Non Pangan
C
1
i
7Sistem Agribisnis
9 V i s i Pertanian Abad 21
Disusun Oleh :
Tim Pengajar
Pengantar Ilmu Pertanian
\
: m &rn
I
Pengantar ke
ILmu-ilmu Pertanian
Kumpulan Makalah
Pengantar ke
Ilmu-ilmu Pertanian
Tim Pengajar
Penganta,r llmu Pertanian
VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBlS
da.n ED1 SANTOSO
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian - IPB
Pendahuluan
Menurut Yayasan lndonesia Forum (2007), Visi lndonesia
tahun 2030 adalah "Menjadi negara maju yang unggul dalam
pengelolaan kekayaan alam". Visi ini ditompang oleh empat
pencapaian utama, yaitu:
1. Masuknya lndonesia dalam 5 besar kekuatan ekonomi
dunia, dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 18 ribu
dan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa.
2. Terwujudnya pemanfaatan kekayaan alam yang
berkelanjutan, antara lain masuk dalam 10 besar tujuan
pariwisata dunia dan tercapainya kemandirian dalam
pemenuhan energi domestik.
3. Terwujudnya kualitas hidup moderen yang merata (shared
growth), antara lain ditandai oleh masuknya lndonesia
dalam 30 besar indeks pembanguan manusia (HDI) terbaik
di dunia.
4.
Masuknya paling sedikit 30 perusahaan lndonesia dalam
daftar Fortune 500 Companies.
Visi lndonesia 2030 diwujudkan melalui sinergi tiga modal
bangsa dengan misinya masing-masing, yaitu:
1. Modal Manusia: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang
berkualitas dan bebas dari kemiskinan.
2. Modal Alam dan Fisik:
1
Memanfaatkan kekayaan alam
secara optimal dan berkelanjutan.
3. Modal Sosial: Mewujudkan sinergi kelompok wirausaha,
birokrasi, dan pekerja menuju daya saing yang global.
Misi ini memiliki syarat utama dalam bentuk tiga lmperatif
dasar, yaitu:
1. Ekonomi berbasis keseimbangan pasar terbuka dengan
dukungan birokrasi yang efektif.
2. Pembanguan berbasis sumberdaya alam, manusia, modal,
dan teknologi yang berkualitas dan berkelanjutan.
3. Perekonomian yang terintegrasi dengan kawasan sekitar
dan global.
Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam
pencapaian Visi lndonesia 2030. Sektor ini akan berperan dalam
penyediaan pangan, bioenergi, bahan baku industri (pangan, pakan,
biofarmaka, biokimia, biomaterial), kesempatan usaha, penyedia
lapangan kerja, dan pengelolaan lingkungan hidup. Pangan harus
tersedia secara cukup dan merata bagi seluruh rakyat lndonesia
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif. Hal
ini harus diwujudkan melalui penciptaan ketahanan pangan yang
memerlukan tindakan nyata dari sisi produksi maupun konsumsi.
Dari sisi konsumsi, perlu dilakukan terus upaya diversifikasi.
Diversifikasi akan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat
dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya.
Sektor pertanian sebagai penyedia pangan memiliki peran yang
penting untuk mencapai lndonesia yang maju, moderen, dan
kompetitif pada tahun 2030. Pertanian memiliki dua demensi
penting, ialah penyedia pangan untuk konsumsi dan pangan untuk
input produksi.
Pertanian
Pertanian mempunyai arti yang strategis dalam
perekonomian nasional, karena menyediakan kebutuhan paling
esensial bagi kehidupan ialah bahan pangan, dan pada saat
ini menopang kehidupan lebih dari 63% masyarakat Indonesia.
Sektor ini juga menyediakan bahan baku industri, serta membuka
kesempatan usaha di bidang industri dan jasa. Keberhasilan
pembangunan pertanian akan berdampak langsungdalam ketahanan
dan keamanan pangan nasional.
Pada saat ini laju pembangunan sektor pertanian semakin
ketinggalan dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kontribusi sektor
pertanian dalam perekonomian nasional diprediksi memang akan
terus menurun sampai 2030. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
suatu visi yang tepat untuk menempatkan sektor pertanian dalam
perekonomian nasional. Pada tahun 2030 pertanian lndonesia
akan menjadi pertanian yang tangguh dan moderen berbasis pada
pengelolaan sumberdaya alam dan genetik secara berkelanjutan
yang menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan, penyediaan
bahan baku industri dan kesejahteraan petani, serta berdaya saing
global.
Untuk mencapai visi tersebut, dikembangkan strategi
untuk membangun pertanian dan mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi.
Masalah dalam pertanian saat ini antara lain adalah:
1. Ketersediaan lahan untuk pertanian, yaitu:
a.
Lahan pertanian terus menyempit. Total lahan sawah pada
tahun 2005 adalah 7,7 juta ha, sehingga luas lahan sawah
per kapita penduduk lndonesia hanya 340 m2 (BPS, 2006).
Konversi lahan sawah untuk penggunaan lain dalam kurun
5 tahun terakhir terjadi dengan kecepatan 110 ribu ha/
tahun. Pada kurun 10 tahun ke depan hingga 2017, luas
konversi lahan yang telah direncanakan akibat perbaikan
tata ruang seluruh kabupaten di lndonesia diprediksikan
mencapai 3 juta ha lahan produktif (Las e t al., 2007).
!
I
;
i
.
I
,
76
I
VISI PERTANIAN INDONESIA 2030
b. Luas pengusahaan lahan yang sempit per keluarga tani,
dengan rata-rata 0.37 ha di Pulau Jawa, dan 1.10 ha di
Pulau Sumatera (Deptan, 2005)
.
c.
Fragmentasi lahan pertanian terus terjadi karena pola
pewarisan.
d.
Daya dukung lahan pertanian menurun karena terjadinya
degradasi Lahan, alih fungsi sumberdaya air dan perubahan
ekologi termasuk bencana alam.
Produktivitas lahan yang masih rendah dan produksi tanaman
pangan yang mengalami levelling off, karena:
a.
Kurang berkembangnya
teknologi
budidaya moderen, terbatasnya alih
teknologi, serta rendahnya penggunaan
dan akses petani terhadap teknologi
maju.
c.
Belum optimalnya terobosan teknologi
untuk pemanfaatan lahan-lahan dengan
cekaman lingkungan abiotik tinggi pada
sekala luas.
d.
Rusaknya
infrastruktur
pertanian
seperti irigasi, jalan usahatani, sumber
energi (listrik), sarana komunikasi dan
lainnya.
e. Pemalsuan benih, pupuk dan pestisida, dan aplikasi sarana
produksi yang tidak sesuai dengan rekomendasi.
f.
Ramalan cuaca yang kurang efektif menjangkau user end
pertanian.
g.
Bencana alam baujir dan kekeringan yang menurunkan luas
panen.
3.
Lemahnya kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan petani.
4.
Sistem agribisnis yang belum berfungsi dengan baik:
I
ROEDHY POERWANTO, I S K A N D m LUBIS dm ED1 SANTOSO
I
a. Tidak terintegrasinya sistem agribisnis dari hulu-hilir.
b. Rantai tataniaga yang panjang, sistem pemasaran dan
pricing policy yang belum adil.
c.
5.
Keterbatasan akses terhadap layanan usaha, terutama
permodalan.
Kebijakan makro yang sering kurang memihak sektor pertanian
(fiskal, ekspor, impor, perpajakan, industri, perdagangan).
6. Akses petani dan sebagian besar pelaku usaha pertanian kecil
dan menengah dalam pemanfaatan IT (teknologi informasi),
dan terhadap pasar nasional, regional dan global masih sangat
terbatas.
7. Ketergantungan tinggi pada beras. Konsumsi beras per kapita
tinggi (139 kglkapitaltahun) dan usaha diversifikasi beras
masih belum berhasil (Probowo, 2007).
8. Pendapatan rata-rata petani lebih rendah dibandingkan
dengan masyarakat perkotaan. Rata-rata penduduk kota
memiliki pendapatan US$ 460-925ltahun (asumsi 1 US$ Rp
10.000). Petani dengan penguasaan lahan < 0,5 ha mempunyai
pendapatan US$ 163-168, dengan lahan 0,5-1,O ha mempunyai
pendapatan US$ 265-342, dan petani dengan lahan > 1 ha
mempunyai pendapatan US$ 465/tahun, Disisi lain, penduduk
desa bukan petani, pendapatannya Lebih tinggi yaitu US$ 3147301tahun (Deptan, 2005).
9. Jaminan penyediaan pangan dari produksi dalam negeri
menurun:
a.
lmpor beras, terigu dan gula cukup tinggi dan ada
kecenderungan meningkat.
b. Pada subsektor hortikultura, impor buah tropis seperti
durian dan Mangga cenderung meningkat, demikian juga
dengan buah subtropis seperti apel, pear, anggur juga
meningkat secara tajam.
77
i
L
10. Adanya masalah lingkungan karena aktivitas pertanian yang
tidak ramah lingkungan:
a.
Pencemaran tanah dan air oleh pestisida dan pupuk
anorganik yang digunakan secara berlebihan.
b. Emisi gas methan, dan pembakaran lahan.
c.
Erosi yang parah pada lahan pertanian terutama daerah
aliran sungai (DAS) curam akibat pengelolaan yang tidak
tepa t
.
Walaupun menghadapi berbagai
masalah tersebut, pertanian lndonesia
mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan (Box 2). Saat ini Lahan sawah
adalah 7,7 juta ha sawah beririgasi (Las e t al.,
2007). Selain daya dukung Lahan potensial,
kearifan dan teknologi lokal yang sudah dan
sedang dikembangkan juga merupakan modal
untuk pengembangan. Basis sosial-budaya
masyarakat lndonesia adalah pertanian, dan
saat ini sebagian besar penduduk bermata
pencaharian di bidang pertanian tanaman
pangan.
Visi pertanian lndonesia2030disusun dengan memanfaatkan
3 (tiga) modal yang dimiliki bangsa ini yaitu modal manusia, modal
alam dan fisik serta modal sosial. Tyjuannya adalah mewujudkan
masyarakat pertanian yang berkualitas dan bebas dari kemiskinan,
memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan,
mewujudkan sinergi wirausaha, birokrasi, dan pekerja menuju
daya-saing global.
Visi Pertanian 2030
Visi pertanian disusun dengan mengacu pada Visi lndonesia
2030 yaitu: "Negara maju yang unggul dalam pengelolaan Kekayaan
ROEDHY POERWANTO. ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
I
Alam". Dengan demikian kondisi pertanian pada tahun 2030 harus
dapat menopang situasi negara maju yang berbasis kekayaan alam,
yaitu swasembada pangan dalam situasi petani yang sejahtera.
Dengan dua kata kunci tersebut visi pertanian adalah:
"Pertanian tanaguti k n moderen 6er6& p a k pengelbhan suni6erkya ahm
kngenetiksecara 6er@hnjutan yang menjamin @talianan, @amanan k n mutu
pangan, penyediin 6 a h n 6aku industri k n @sejatiteraan petani, serta 6erkya
suing glb6aF
1. Pertanian Tangguh dan Moderen
Yaitu tangguh dari sisi produksi yang ditandai dengan
efisiensi tinggi, produktivitas tinggi, pengelolaan dengan padat
modal, sistem pertanian yang mandiri dan performa petani secara
individual yang mampu merespon secara cepat perubahan global.
Moderen menggambarkan petani berpengetahuan, berketerampilan
dan berbudaya industri yang mempunyai kelembagaan tani yang
kuat; sistem produksi bertanggung jawab terhadap lingkungan;
dicirikan dengan:
a.
Kemampuan menghasilkan produk pertanian yang bermutu,
efisien, dan aman bagi konsumen dengan harga wajar.
b. Petani cerdas, berpengetahuan, berketerampilan dan
berbudaya industri, dengan kelembagaan petani kuat,
sehingga posisi tawar petani kuat.
c.
Produktivitas persatuan luas yang tinggi, efisien dalam
menggunakan air.
d. Sistemnya bertanggung jawab mempertahankan potensi
sumberdaya lahan dan lingkungan, dan terhadap
keselamatan dan kesejahteraan petani dan pekerja, serta
mempunyai traceability.
2.
Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Berkelanjutan
Yaitu teknologi pertanian yang produktif dan lestari dengan
mengutamakan pemanfaatan sumberdaya air secara efisien, sistem
79
pertanian ramah lingkungan pada berbagai level skala usaha serta
mampu menekan degradasi sumberdaya lahan dan emisi pencemar,
pemanfaatan unsur-unsur daur ulang dari sistem pertanian (zero
waste), dicirikan dengan:
a.
Pengelolaan sumberdaya alam, menunjukkan pada
kemampuan lingkungan untuk menunjang kegiatankegiatan produktif yang dilakukan dan atau kemampuan
lingkungan untuk menyediakan masukan dan kondisi bagi
terlaksananya kegiatan produktif. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya daya dukung lahan, baik ketersediaan
air maupun lingkungan tumbuh untuk usaha pertanian
tanaman pangan yang intensif.
b. Lingkungan hidup lestari, menunjukkan kondisi lingkungan
yang terjaga fungsi-fungsi ekologisnya, sehingga dapat
memberikan daya dukung yang baik terhadap kehidupan
yang ada. Sebagai contoh terpeliharanya daerah aliran
sungai dan daerah tangkapan, sehingga ketersediaan air
tawar meningkat, intrusi air laut tertahan.
3. Ketahanan, Keamanan dan Mutu Pangan
Yaitu
terciptanya
sistem
ketahanan pangan rumah tangga berbasis
Padi dan sumber karbohidrat yang
lain, tercukupinya kebutuhan protein
ti minyak nabati, tersedianya bahan
pangan bermutu dan aman, terciptanya
sistem penyangga pangan yang tangguh.
Terciptanya stok pangan aman (30%lebih
besar dari kebutuhan), adanya wilayah
produksi yang tidak terkonsentrasi di
satu wilayah, jalur distribusi yang jelas
dan tepat waktu, dan tersedia. Kondisi
ini dicirikan dengan:
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan EDI SANTOSO
a.
1 8 1 I1
Petani mampu mengupayakan
ketahanan, keamanan, dan
mutu pangan rumah tangga dan
hasil produksinya.
b. Kebutuhan energi (karbohidrat)
dapat dipenuhi selain dari
beras, juga dari Jagung,
Singkong, Ubi jalar dan umbi
lain, Sukun, Pisang (plantain),
Sagu dan Palem lainnya,
sehingga
konsumsi
beras
menurunmenjadi 80 kglkapital
tahun.
Kebutuhan protein
nabati dapat dipenuhi dari
produksi kedelai, dan KacangKacangan lain.
Kebutuhan
minyak dan lemak nabati
dapat dipenuhi dari Kacang,
Kelapa dan Kelapa sawit.
Kebutuhan vitamin dan mineral
terpenuhi dari buah dan sayur
seperti Pisang, Jeruk, Mangga,
Pepaya, Wortel, Tomat, Kubis,
dan Bayam. Konsumsi buah
dan sayuran masing-masing
mencapai 90 kg1kapital tahun.
Kebutuhan pakan ternak dari
Jagung, Kedelai, dan rumput
dapat dipenuhi.
c. Walaupun Indonesia masih
mengimpor pangan, tetapi
bukan sebagai pemenuhan kebutuhan pokok, hanya
sebagai pemenuhan selera. Produk tersebut antara lain
meliputi terigu, minyak makan non palmae, buah-buahan
temperate, dan sub-tropika.
f
!
d.
4.
Keamanan dan mutu pangan terjamin, sesuai dengan SNI
(Standar Nasional Indonesia), Codex (Codex Alimentarius;
Badan PBB yang mengurusi masalah standar), maupun
standar lnternasional Lain.
Penyediaan Bahan Baku lndustri
Yaitu tersedianya produk pertanian bahan baku dan bahan
olahan primer industri pangan, pakan, bioenergi, pada jumlah yang
cukup, kualitas prima, harga kompetitif dan tepat waktu:
a.
Petani mampu menghasil produk tanaman pangan sebagai
bahan baku industri.
b. Di sentra-sentra produksi pertanian, dibangun industri
pengolahan antara yang memasok bahan baku ke industriindustri besar produk pertanian.
c.
lndustri berbasis pertanian tanaman pangan, pakan,
bioenergi, biofarmaka, biokimia dan biomaterial mendapat
pasokan bahan baku dari produksi dalam negeri secara
kontinu, kuantitasnya cukup, memenuhi standar keamanan
dan kualitas, dan harganya kompetitif.
d. Jalur informasi dan distribusi yang baik antar sentra
produksi primer, pengolahan produk antara dan industri
pengolah produk akhir.
5.
Kesejahteraan Petani
Yaitu terhapusnya kemiskinan petani dan menjadikan
pertanian sebagai sumber pertumbuhan. Maksimumgap pendapatan
rata-rata antara petani pedesaan dan perkotaan maksimum sebesar
30%, keluarga petani memiliki akses kepada fasilitas pelayanan
umum yang sejajar dengan keluarga non pertanian dan keluarga
di perkotaan:
a.
Pendapatan petani mencapai minimum USS13.000/ka~ita/
tahun (dengan asumsi satu rumah tangga terdiri atas
ROBDIIY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
I
empat orang) dari hasil produksi pertanian primer maupun
pengolahan hasil pertanian menjadi produk bahan baku
industri. Dengan pendapatan tersebut, petani memiliki
jaminan untuk pendidikan anak, kesehatan, air bersih, dan
listrik dari pemerintah. Sebagai insentif kepada keluarga
petani, Pemerintah memberikan subsidi berupa pendidikan
sekolah gratis (tidak ada pungutan biaya dalam bentuk
apapun) sampai SMA dan memberikan kesempatan yang
luas untuk bersekolah di Perguruan Tinggi dengan biaya
yang terjangkau.
b. Menjadikan pertanian sebagai sumber pertumbuhan
mengandung arti Lahirnya lapangan kerja dan usahausaha baru dalam bidang pertanian yang berbasis non
konvensional seperti bioteknologi, yang memiliki dayasaing tinggi.
6. Berdaya saing Global
Yaitu penyelenggaraan pertanian terintegrasi antar wilayah
di Indonesia yang didukung infrastruktur Lunak, mekanisasi,
auTomatisasi, dan pelaku yang berdaya saing dalam memproduksi
dan mengelola produk segar dan olahan untuk pangan, pakan,
biofarmaka dan bioenergi, menguasai pasar global dan menjadi
market leader di tingkat global:
a.
Indonesia menjadi produsen dan eksportir produk pertanian
tropika segar dan olahan terbesar ke-5 dunia. Komoditas
unggulan ekspor segar adalah Pisang, Mangga, Pepaya,
Manggis, Rambutan; sedangkan produk olahan adalah: mie
(dengan bahan baku non gandum), Kopi, Coklat, jus buah
tropika, Nenas dalam kaleng, flakes (Jagung, singkong,
Pisang), chip (ubi jalar, gadung), tepung (sagu, maizena,
casava), fitofarmaka (zingiberaceae, dll), fitokimia dan
biomaterial (degradable plastik, dsb), pakan ternak
(Jagung).
83
7
b. Petani mampu membentuk kelembagaan petani sebagai
enterprise yang secara ekonomi mampu bersaing secara
global (seperti Sunkist, koperasi petani Jeruk Amerika
Serikat).
I
I
i
I
t
ii
i
\
Misi Pertanian 2030
Misi untuk mewujudkan pertanian 2030 berpegang pada
Lima hall yaitu (1) Mewujudkan ketahanan pangan dan menjamin
keamanan dan mutu pangan, (2) Mewujudkan kehidupan petani
yang sejahtera, (3) Menyediakan bahan baku industri yang cukup,
waktu yang tepat, dengan kualitas yang prima untuk industri
pangan,fito-farmaka, fito-kimia dan biomaterial dan industri lain
seperti pakan dan bioenergi, (4) Menjadikan produk pertanian
pangan berdaya saing tinggi di tingkat global, dan (5) Mengelola
sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan.
1. Mencapai Pendapatan Petani US$ 52,0001rumah tanggal
tahun
Pendapatan ini dicapai melalui kepemilikan lahan petani
2 halkeluarga tani, peningkatan produktivitas pertanian dengan
perbaikan teknologi (varietas, pemanfaatan sarana produksi, air,
akses terhadap teknologi, modal, infrastruktur, aksesibilitas), harga
produk pertanian yang kompetitif karena infrastruktur, distribusi
produk yang lebih baik dan tarikan dari industri. Selain dari on
farm, petani mendapat penghasilan dari usaha pengolahan produk
dan usaha off farm, termasuk ekowisata berbasis pertanian.
2. Kemandirian Pangan
Indonesia mampu memproduksi bahan pangan yang
memadai pada komoditas beras dan sumber karbohidrat lain
(Jagung, Sorghum, Singkong, Ubi jalar, Sagu, Sukun, Pisang, umbi
lain), sumber protein nabati (Kedelai dan Kacang tanah), sumber
lemak & minyak nabati (Kacang tanah, Kelapa, sawit), sumber
vitamin dan mineral (terutama: Pisang, Jeruk, Pepaya, Mangga,
.
I
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
Tomat, Wortel, Kubis, dan Bayam). Kecenderungan penelitian
pemuliaan tanaman Kedelai dan perbaikan teknologi budidayanya
menimbulkan optimisme baru bahwa pada 2030 lndonesia akan
mampu memenuhi kebutuhan Kedelai untuk pangan dan pakan.
I
IS
;
,
;
i
i
i
1
I
1
#
1
1
i
i
1
f
1
Akan terjadi diversifikasi pangan pokok sumber energi dari
beras ke komoditas lain. Konsumsi beras turun dari 127 kglkapital
tahun menjadi 80 kglkapitaltahun. Produk pangan non beras
akan diolah menjadi pangan moderen yang bergizi, enak, mudah
pengolahan dan penyajiannya, mudah disimpan dan didistribusikan;
bukan sebagai pangan tradisional. Keamanan dan mutu pangan
yang baik, memenuhi SNI pangan, standar Codex, serta standarstandar keamanan pangan yang lain. Distribusi pangan lebih baik,
adil dan merata.
3. Menjadi Eksportir Produk Pertanian Tropika Terbesar Ke-5
Dunia
Produk yang diunggulkan meliputi buah dan sayuran segar:
Pisang, Mangga, Manggis, Rambutan, Jeruk, Lengkeng, Matoa,
Salak, Melon, Pepaya, Duku, Kubis, Asparagus, Bawang merah,
Cabai merah, Mentimun; Buah-buahan olahan: buah dalam kaleng,
jus, konsentrat: Nenas, Markisa, Jambu biji, Mangga, Jeruk, Sirsak,
Rambutan, Salak, Nangka, Tomat, Wortel, Jagung manis, Jagung
semi, Jamur, Asparagus, Kacang snowbean; hasil olahan Singkong,
Pisang, Sagu, dan Jagung; minyak nabati dan produk turunannya.
Daya-saing produk pertanian segar maupun olahan
meningkat, karena adanya peningkatan kuantitas, kualitas,
keamanan, kontinuitas pasokan, kompetitif harganya, dan adanya
traceability (dapat ditelusuri). Dengan demikian, industri pengolah
hasil pertanian tidak perlu lagi mengimpor bahan baku. lndonesia
juga tidak perlu lagi mengekspor bahan mentah untuk industri.
GoodManagement Practicesditerapkan baik dalam produksi primer
maupun dalam industri pengolahan dan jasa.
i1
J
Berkembangnya industri primer dan industri pengolahan
antara di sekitar sentra produksi di wilayah pertanian akan
meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya distribusi, mengurangi
volume sampah di kawasan industri dan membuka peluang kerja off
farm di perdesaan. Di daerah industri akan berkembang industri
pengolahan yang memanfaatkan produk pertanian dalam negeri.
4. Menciptakan Lingkungan Hidup Produktif Dan Lestari
Perbaikan tata ruang pertanian makro seperti perbaikan
daerah aliran sungai, daerah tangkapan hujan, waduk, saluran air
irigasi akan dilakukan sehingga ketersediaan air tawar meningkat,
intrusi air laut tertahan, pemanfaatan air tawar Lebih baik.
Perbaikan tata ruang bentang alam dan tata ruang mikro
pertanian dilakukan sehingga memungkinkan alam melakukan
netralisasi zat pencemar proses produksi pertanian, reduksi
gangguan ekologi seperti puting beliung, angin kencang dan banjir,
terselenggaranya jalur hijaulkoridor satwa yang menguntungkan
pertanian, terciptanya koridor dan habitat agen pengendali hayati
dan musuh alami hama-penyakit pertanian, mengurangi dampak
kekeringan, dan sebagainya.
Peningkatan teknologi reklamasi lahan dan penerapan
teknologi bioremediasi, biofertilizer, biopestisida, bioagent
(agensia biologi). Terjadi peningkatan pemanfaatan lahan-lahan
marginal secara berkelanjutan; minimalisasi pencemar lahan
melalui pemanfaatan limbah tanaman dan produk derifatnya
menjadi yang paling mudah terdegradasi oleh lingkungan. Dilakukan
pengelolaan tanaman atau fauna indikator kemunduran lingkungan
seperti kodok, burung dan ikan pada berbagai tingkatan zona-zona
spesifik areal pertanian. Precission farming dikembangkan untuk
mencegah pencemaran, keracunan pada petani dan konsumen,
serta peningkatan efisiensi penggunaan benih, pupuk, air, pestisida,
dan sarana produksi lainnya.
lmperatif Menjelang Pencapaian Visi 2030
1. Orientasi Kebijakan
Pertanian
Pembangunan
Nasional
Berbasis
Kebijakan pembangunan nasional yang berbasis pertanian
akan menentukan pencapaian target-target peningkatan
kesejahteraan petani di tahun 2030. Sumberdaya alam pertanian
dan kelautan adalah sumberdaya alam yang tersisa dan sebagian
besar merupakan sumberdaya alam terbaharui, yang merupakan
andalan untuk membangun lndonesia yang sejahtera. Disamping
itu, sebagian besar masyarakat lndonesia menggantungkan hidup
dari usaha pertanian dan kelautan, dan mereka merupakan bagian
terbesar dari masyarakat yang tergolong miskin dan terbelakang.
Sehingga kebijakan pembangunan yang berbasis pertanian dan
kelautan merupakan prasyarat menuju masyarakat lndonesia yang
sejahtera dimasa yang akan datang.
Kebijakan tersebut meliputi: Pengembangan industri
pendukungkegiatan pertanianhuluseperti pengembanganindustri
pupuk, pengembangan industri alat-alat pertanian, pengembangan
industri pestisida dan petrokimia; kebijakan usaha permodalan
seperti pengembangan bank pertanian, pengembangan asuransi
pertanian dan pengembangan insentif pajak; kebijakan industri
pengolahan seperti pemberian tax holiday, pembebasan pajak
pada tenggat tertentu; kebijakan pemasaran domestik dan ekspor
seperti subsidi ekspor, proteksi, penyederhanaan izin eksporimpor; kebijakan transportasi seperti pengembangan angkutan
masal, pengembangan pelabuhan, terminal agribisnis; kebijakan
teknologi informasi, sehingga setiap petani dapat berkomunikasi
secara real time terhadap harga komoditas; kebijakan penelitian
yang dapat secara Langsung memajukan pertanian.
Kebijakan berbasis pertanian diterapkan dengan
menjadikan pengembangan pertanian sebagai sentral kebijakan
pemerintah dalam merancang pembangunan secara keseluruhan
dan menjadikan pertanian sebagai sentra pertumbuhan, sehingga
sektor-sektor lain seperti industri, perdagangan dan lainnya harus
mengutamakan pengembangan industri dan perdagangan dan
kegiatan lainnya yang berbasis pada usaha pertanian. Rencana
pengembangan harus menyeluruh dan komprehensif dengan
target pencapaian berjenjang sesuai tahap perkembangan yang
diprediksikan.
2. Aksesibilitas terhadap Modal,
Teknologi lnformasi
Lahan, Teknologi,
dan
Pada kondisi 2030, situasi pertanian akan mengikuti
tuntutan global yang ditandai dengan efisiensi, berdaya saing,
padat modal, teknologi tinggi, dan memenuhi standar keamanan
lingkungan. Petani sebagai salah satu bagian dari mata rantai
sistem agribisnis perlu berubah baik secara kelembagaan, cara
pandang terhadap sistem bertani, cara pandang terhadap sistem
global sehingga mampu mengusai sistem padat modal dan padat
teknologi dan mempunyai akses yang tinggi terhadap informasi
global.
1i
I
4
I
I
1
4
j
Y
1
t
i
1
I
i
1
t
4
Kemudahan dalam aksesibilitas modal, lahan, teknologi
dan informasi, akan mempermudah petani dalam melakukan
perencanaan produksi maupun perencanaan keuangan keluarga.
Pada tahun 2030 produktivitas tanaman, khususnya Padi sawah
di Jawa dan luar Jawa sudah akan relatif sama besarnya, ha1 ini
disebabkan beberapa ha1 antara lain:
1. Penguasaan teknologi produksi sudah relatif merata antara
Jawa dan luar Jawa.
2. lnfrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang produksi
di Luar Jawa sudah tersedia dengan baik.
3.
Perkembangan kelembagaan, baik kelembagaan sosial
maupun kelembagaan ekonomi sudah mendukung usaha
produksi tanaman baik di Jawa maupun di luar Jawa.
4. Aksesibilitas ke pasar baik regional, nasional maupun
internasional sudah sama baiknya di Jawa ataupun di luar
Jawa.
i
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
1
5. Walaupun kesuburan tanah di Jawa jauh lebih baikdaripada
tanah-tanah di luar Jawa, namun karena adanya degradasi
Lahan, tekanan dampak pemanasan global seperti banjir
dan kekeringan, serta tekanan pertambahan penduduk
dan kebutuhan lahan, menyebabkan lahan di Jawa tidak
berbeda jauh daya dukung maupun ongkos produksinya
dibandingkan dengan luar Jawa.
Lembaga-Lembaga perbankan maupun lembaga keuangan
lainnya yang dapat diakses oleh petani harus dikembangkan.
Demikian juga dengan pengembangan teknologi pertanian yang
sesuai dengan kondisi lokal, penyempurnaan sistem sosialisasi dan
diseminasi teknologi yang dihasilkan serta peningkatan aksesibilitas
terhadap perangkat teknologi yang dibutuhkan harus ditingkatkan
agar petani dapat mengembangkan teknologi yang diterapkan
dalam usahataninya.
Pengembangan sistem informasi pertanian, dalam hal
ini sistem informasi lahan dan produksi perlu dilakukan agar
perencanaan dapat dilakukan berdasarkan data akurat kondisi
pertanian. Perlu diadakan pusat-pusat informasi agribisnis di kotakota kabupaten, kota kecamatan sampai desa, serta kawasankawasan sentra produksi agar petani dan investor dapat menentukan
pilihan-pilihan investasi dan produksi yang menguntungkan.
3. Pengembangan lnfrastruktur yang Mendukung Pertanian
lnfrastruktur pendukung pertanian seperti pengelolaan air
(irigasi, drainase, waduk), sarana transportasi produk pertanian
(jalan, jembatan, pelabuhan, terminal), fasilitas energi (listrik),
komunikasi (telpon, internet), dan fasilitas agribisnis (pasar) harus
dibangun sesuai kebutuhan saat yang diperlukan dan rencanajangka
panjang yang taktis. Ketiadaan infrastruktur yang dibutuhkan
termasuk ketersediaan dalam kondisi tidak memadai akan menjadi
penghambat perkembangan produksi, distribusi barang dan jasa,
pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian.
!
!
f
1
f
I
3
!
i
6
f
j
Pengembangan infrastruktur di suatu kawasan umumnya
memiliki beberapa pra kondisi: (1) mengacu pada aturan baku dan
rencana tata ruang yang sudah dilegalkan, (2) bertujuan untuk
meningkatkan dinamika perekonomian khususnya kawasan yang
dibangun serta kawasan sekitar, (3) dapat memberikan fasilitas
yang menunjang perikehidupan dasar masyarakatnya.
1
4. Berkembangnya Sektor lndustri dan Jasa
Sektor industri dan jasa harus berkembang dengan baik,
sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam bidang pertanian saat
ini mencapai 40% lebih dari tenaga kerja secara keseluruhan,
sehingga penyediaan lapangan kerja diluar on farm, baik bidang
yang masih berkaitan dengan bidang pertanian seperti pengolahan
hasil pertanian maupun bidang-bidang di luar pertanian sangat
diperlukan. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam bidang pertanian dapat berkurang dan lahan yang diusahakan
per petani lebih luas, sehingga pendapatan per keluarga petani
dapat meningkat secara signifikan.
5. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan
Pemberdayaan masyarakat perdesaan harus dilakukan
dengan baik agar masyarakat dapat melakukan usaha-usaha
mandiri, dan dapat menangkap peluang-peluang kerja di luar
usahatani on farm dengan baik, sehingga dapat meningkatkan baik
variasi pekerjaan maupun pendapatan masyarakat di perdesaan.
Balai-balai latihan kerja sebaiknya diperbanyak hingga ke kota-kota
kecil hingga menengah dan kota kecamatan, serta aksesibilitasnya
ditingkatkan untuk masyarakat perdesaan. Ketrampilan masyarakat
perdesaan akan memungkinkan pengiriman tenaga kerja yang
relatif terampil ke luar negeri. Akibatnya jumlah tenaga kerja
di bidang pertanian berkurang, dan luasan usahatani meningkat,
serta meningkatnya pendapatan dari usahatani yang dilakukan.
ROEDHY POERWANTO. ISKANDAR LUBlS dm ED1 SANTOSO
I 91
6 . Mitigasi Bencana
Pemerintah dan masyarakat harus mempertimbangkan
mitigasi bencana dengan baik dalam setiap pembangunan yang
dilakukan, baik bencana karena faktor alam maupun bencana
sebagai akibat ulah manusia.
Pencapaian
target-target
peningkatan
produksi,
produktivitas, dan pendapatan petani akan sangat terkoreksi
oleh adanya bencana alam seperti banjir, longsor dan kekeringan.
Sehingga pembenahan daerah-daerah aliran sungai dan daerah
dengan topografi curam sangat mendesak untuk segera dilakukan.
Disamping upaya-upaya untuk mengantisipasi dan meminimalisir
dampak bencana yang diakibatkan oleh faktor alam seperti gempa
dan Letusan gunung berapi, peran Lembaga mitigasi bencana dan
pemanfaatan informasi peramalan diharapkan dapat menjangkau
end user secara cepat dan akurat.
Strategi Pencapaian Visi
Dalam
mencapai
visi pertanian tanaman
pangan Indonesia 2030, dikembangkan Lima strategi,
ialah pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan produktivitas dan
efisiensi produksi, peningkatan nilai tambah, peningkatan kemandirian pangan,
dan pengelolaan lingkungan
yang produktif dan Lestari.
Visi yang dirumuskan, menjadi pelengkap dari profil
desa VlSl 2020 versi ADB
(2004) yang disajikan pada
Box 6.
!
3
!
2
1
1
1
1
1
Proporsi Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian diperoyeksikan meningkat secara stabil pada rentang 4,5% per tahun mulai
201 1 menjadi 6,5% pada 2015, kemudian meningkat setabil dengan
penambahan laju 1-2%setiap tahun menjadi 16,5% pada 2022 dan
kemudian laju penambahan turun sekitar 2%setiap tahun dan stabil pada proporsi PDB sekitar 5%pada tahun 2030 (Gambar 2). Peningkatan PDB tersebut didorong oleh peningkatan produktivitas,
peningkatan efisiensi, dan peningkatan luas penguasaan lahan dan
peningkatan harga komoditas.
1. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pengembangansumberdayamanusiadiarahkanagar masyarakat
petani dan pedesaan dapat mengikuti perkembangan dan
menerapkanteknologi pertanian baik on farm maupun off farm, dan
melakukan pengelolaan usahatani secara moderen, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya. Pengembangan
sumberdaya manusia ini dapat dilakukan melalui pengembangan
budaya industri dan peningkatan profesionalisme.
2. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Produksi
Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan penerimaan dan kesejahteraan petani,
dan dapat meningkatkan produksi secara total, sehingga dapat
mendukung kemandirian pangan dan pemenuhan kebutuhan
bahan baku industri yang berkualitas. Peningkatan produktivitas
dan efisiensi produksi dapat dicapai melalui pengembangan
infrastruktur pertanian dan perdesaan, kebijakan lahan pertanian,
penguatan kelembagaan dan peningkatan efisiensi produksi.
7
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR L m I S dan ED1 SANTOSO
ii
Gambar 1. Prediksi kontribusi PDB pertanian dalam rupiah pada
tahun 2030 (Sumber TIM PSP3 IPB)
3. Peningkatan Nilai Tambah
Peningkatan nilai tambah dibingkai dalam kerangka
menuju sistem pertanian industrial seperti yang dicanangkan
Deptan hingga 2025 (Deptan, 2005f). Peningkatan nilai tambah
diarahkan kepada peningkatan pendapatan masyarakat petani
dan perdesaan di luar kegiatan on farm, sekaligus mendukung
kebijakan lahan pertanian, dengan banyaknya peluang pendapatan
dari kegiatan off farm. Peningkatan nilai tambah dapat dicapai
melalui Pengembangan industri pertanian, pengembangan
infrastruktur pertanian dan perdesaan, penguatan kelembagaan,
profesionalisme tenaga kerja, kebijakan lahan pertanian, sistem
mutu produk pertanian, dan peningkatan daya saing produk dan
pemasaran.
93
7
,
4. Peningkatan Kemandirian Pangan
Strategi kemandirian pangan diarahkan pada pemenuhan
pangan nasional secara mandiri berdasarkan sumberdaya alam,
kemampuan produksi dan kreativitas masyarakat. Keanekaragaman
pangan ditingkatkan baik sumber maupun bentuk dan citarasa hasil
olahan dengan basis tepung sebagai produk antara bahan pangan.
Kemandirian pangan diupayakan melalui diversifikasi pangan,
kebijakan lahan pertanian, pengembangan infrastruktur pertanian
dan perdesaan dan pengembangan budaya industri di perdesaan.
Penerapan sistem pertanian yang terdiversifikasi dengan
tetap memiliki ciri tanaman pangan, dengan menyertakan pola-pola
pertanian terpadu dengan pengelolaan ternak dan perikanan darat
sehingga tercipta ketahanan rumah tangga untuk mengantisipasi
siklus ekologi seperti kekeringan, cuaca buruk dan bencana alam.
Prinsip zero waste, yang memanfaatkan bioteknologi secara unggul
dan berdaya saing.
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Produktif dan Lestari
Pengelolaan Lingkungan hidup yang produktif dan lestari
diarahkan untuk terpeliharanya daya dukung lingkungan untuk
produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan, keaneka ragaman
hayati serta keseimbangan interaksi antara semua unsur dan faktor
lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang produktif dan lestari
dilaksanakan melalui upaya pengembangan sumberdaya alam
secara lestari, pemberdayaan masyarakat, reklamasi lahan, dan
pengadaan lahan pertanian pangan abadi. Kerangka manajemen
lingkungan didesain dengan tetap mengakui kemandirian dan
inisitatif masyarakat dan petani pelaku.
6.
Kebijakan Makro yang Mendukung Pertanian
Visi Indonesia pada 2030 adalah menjadi negara maju yang
unggul dalam pengelolaan sumberdaya alam. Salah satu misinya
adalah memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
Denganpotensisumberdaya alam yang ada, nampaknyaperkonomian
di Indonesia akan ditopang oleh sektor pertanian, pariwisata dan
pertambangan. lndustri yang harus dikembangkan adalah industri
yang mendukung sektor-sektor tersebut. Kebijakan ekonomi makro
negara juga harus mendukung ketiga sektor tersebut, termasuk
sektor pertanian. Kebijakan berbasis pertanian diterapkan dengan
menjadikan pengembangan pertanian sebagai sentral kebijakan
pemerintah dalam merancang pembangunan secara keseluruhan
dan menjadikan pertanian sebagai sentra pertumbuhan, sehingga
sektor-sektor lain seperti industri, perdagangan dan lainnya
mengutamakan pengembangan industri dan perdagangan dan
kegiatan lainnya yang berbasis pada usaha pertanian.
i
i
iJ
i
I
a
\
!
1
.1I
3
i
i
i
i1
t
i
i
i8
i
I1
1
1
I
!
Seperti yang disampaikan pada imperatif, kebijakan
tersebut meliputi: pengembangan industri pendukung kegiatan
pertanian hulu seperti pengembangan industri pupuk,
pengembangan industri alat-alat pertanian, pengembangan
industri pestisida dan petrokimia; kebijakan usaha permodalan
seperti pengembangan bank pertanian, pengembangan asuransi
pertanian dan pengembangan insentif pajak; kebijakan industri
pengolahan seperti pemberian tax holiday, pembebasan pajak
pada tenggat tertentu; kebijakan pemasaran domestik dan ekspor
seperti subsidi ekspor, proteksi, penyederhanaan ijin eksporimpor; kebijakan transportasi seperti pengembangan angkutan
masal, pengembangan pelabuhan, terminal agribisnis; kebijakan
teknologi informasi sehingga setiap petani dapat berkomunikasi
secara real time terhadap harga komoditas; kebijakan penelitian
yang dapat secara langsung memajukan pertanian.
95
1
AGROINDUSTRI
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara
ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu
terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang
didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.
Hal ini berarti, bahwa antara sektor pertanian (dan kehutanan)
dan sektor pertanian diperlukan adanya keterkaitan yang kuat
baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang
dalam mencapai tujuan masing-masing sektor tersebut. Adanya
keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan pengolahan
hasil pertanian atau industri agro (agroindustry).
Di masa yang akan datang, cadangan minyak dan gas bumi
yang sekarang merupakan sumber devisa negara akan berangsur
menipis dan perannya di dalam perkembangan perekonomian
sudah diperkirakan akan semakin kecil. Pada saai ini agroindustri
diharapkan akan tampil ke depan bersama-sama industri yang Lain
mendukung perekonomian negara.
Agroindustri adalah suatu kegiatan lintas disiplin yang
memanfaatkan sumber daya alam (pertanian) untuk industri.
Tanpa agroindustri, perkembangan agroindustri hanya akan mencapai peningkatan produksi tanpa mampu menaikkan nilai tambah
komoditi tersebut. Agroindustri merupakan revolusi nilai tambah
produk hasil revolusi hijau.
i4
i
i
I
$
1
;
2
+
Revolusi hijau berhasil meningkat produksi berbagai
komoditi hasil pertanian dan kehutanan akan tetapi hasil tersebut
sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau
bahan setengah jadi. Kondisi tersebut mengakibatkan berbagai
kerugian, baik oleh karena daya simpan bahan masih rendah, rawan
kontaminasi jasad renik dan berbagai kerusakan fisik. lainnya, juga
nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini
hasil revolusi hijau ini belum berhasil mengembangkan pendapatan
petani atau wilayah tempat komoditi tersebut dihasilkan.
Untuk melanjutkan keberhasilan revolusi hijau tersebut,
maka agroindustri akan mampu meningkatkan keberhasilan
yang telah dicapai tersebut. Sebenarnya dalam skala terbatas
agroindustri sudah dilaksanakan di berbagai perkebunan seperti
perkebunan Tebu yang menghasilkan gula, molase, spiritus, kertas
dan sebagainya.
Sedangkan perkebunan Kelapa sawit sampai saat ini masih
menghasilkan bahan setengah jadi yaitu CPO (crude palm oil) dan
PKO (palm kernel oil). Selain itu, perkebunan Karet hanya mampu
menghasilkan Karet remah (crumb rubber) atau Karet lembaran
yang diasapi (proses hilir) dapat menghasilkan berbagai produk
baru yang bernilai ekonomis tinggi dan dengan manfaat yang lebih
luas lagi seperti minyak goreng, margarin, "oleo chemical" dari
CPO sebagai contoh.
Berdasarkan hasil Simposium Agro Nasional lndustri 11 1987
yang diikuti oleh berbagai pihak yang terlibat dalam Agroindustri
(Dep. pertanian, Dep. Perindustrian, Pengusaha dan Perguruan
Tinggi), disimpulkan bahwa agroindustri, dalam kegiatannya
mencakup bidang-bidang berikut:
1. lndustri peralatan dan mesin-mesin pertanian
2.
3.
lndustri pengolahan hasil pertanian (pangan, non pangan dan
perhutanan)
lndustri jasa sektor pertanian.
lndustri peralatan dan mesin-mesin pertanian meliputi:
-
Mesin budidaya pertanian
-
Mesin pengolahan hasil pertanian
lndustri pengolahan hasil pertanian meliputi:
-
Pengolahan panganlhasil tanaman pangan
-
Pengolahan hasil ternak
Pengolahan hasil tanaman perkebunan
Pengolahan hasil perikananlperairan
Pengolahan hasil perhutanan
Pengolahan limbah hasil pertanian
lndustri jasa sektor pertanian dibedakan atas:
-
-
-
Pengemasan hasil pertanian
Transportasi, distribusi dan informasi hasil pertanian
Perdagangan
Konsultasi
Jumlah rumah tangga yang berusaha di sektor pertanian
sangat besar dan luas areal lahan pertanian yang dikelola oleh
rumah tangga ini cukup has. Dari pengelolaan ini, industri kecil
dan kerajinan yang tumbuh dapat menampung tenaga kerja yang
cukup banyak, jauh lebih banyak dari jumlah tenaga kerja yang
dapat diserap oleh sektor manufakturing.
Pengembangan agroindustri membutuhkan bahan baku
yang cukup besar dan dapat disediakan di dalam negeri. Bahan
baku ini berupa komoditi hasil pertanian yang belakangan ini
jumlah produksinya terus meningkat. sebagai contoh bahan baku
agroindustri ini adalah Karet, Kelapa, Kopi, Kelapa sawit, Tebu,
Tembakau, Coklat, Padi, Jagung, hortikultura, Teh, Aren, Siwalan,
Pala, Cengkeh, dsb. Produk yang dihasilkan dalam skala besar
(pabrikasi) antara lain CPO (crude palm oil), Kopra, Teh hitaml
Teh oolong, rokok, atau produk yang siap untuk dikonsumsi seperti
minyak goreng, margarin, gula pasir, pati, dsb. Skala kecill
kerajinan menghasilkan Teh oolong, gula merah (Aren, Siwalan),
minyak goreng, kayu Lapis dsb. Rakyatlpetani menghasilkan produk
setengah jadi untuk beberapa komoditi seperti biji Coklat, biji Kopi,
Teh oolong, Cengkeh, Kelapa cungkil, Karet bongkah dsb. Berbagai
kerajinan rakyat yang tercakup dalam agroindustri antara lain
kerupuk udang, gula merah, tahu, tempe, emping, tepung tapioka,
kulit, ikan pindanglasap dsb. Sebagian produk antara (setengah
jadi), dan produk kerajinan selain dipergunakan untuk kebutuhan
setempat, juga mendapatkan pasar di luar negeri, sehingga mampu
menghasilkan devisa yang cukup besar.
Dengan berbagai contoh di atas terlihat, bahwa cakupan
agroindustri cukup luas dan memberikan dampak yang sangat
positif baik bagi perkembangan industri pedesaan skala kecil
maupun industri manufakturing yang memberikan peningkatan,
baik tingkat kehidupan masyarakat di pedesaan maupun terhadap
perkembangan perekonomian negara. Berbagai perkembangan
istilah yang bertujuan bagi peningkatan pendapatan petani seperti
agrobisnis, pertanian berbudaya industri, sebenarnya tidak akan
berhasil untuk mencapai tujuan tersebut sebelum agroindustri
disadari secara menyeluruh mutlak untuk dikembangkan.
Lembaga pendidikan tinggi yang menangani pengadaan
sumberdaya manusia yang ahli dalam bidang agroindustri adalah
adanya jurusan dan program studi Teknologi lndustri Pertanian
(agroindustri). Di IPB sebagai universitas pertanian tertua dan
terlengkap mempunyai jurusan Teknologi lndustri Pertanian (TIN1
TIP) baik untuk strata 1 (SI), 2 (S2) maupun 3(S3). Jurusan ini
merupakan pionir bagi pengadaan sumberdaya manusia dalam
bidang agroindustri. sebagai jurusan Agroindustri tertua di negara
ini, jurusan ini dibagi menjadi bidang proses, bidang manajemen
dan bidang penunjang. Bidang proses dinyatakan dengan adanya
laboratorium (keahlian)yang meliputi LaboratoriumTeknologi Kimia
dan Laboratorium Bioindustri/Bioteknologi. Bidang manajemen
dinyatakan dengan adanya laboratorium Teknik dan Manajemen
lndustri dan laboratorium Bisnis dan Aplikasi Industri. Sedangkan,
bidang penunjang meliputi laboratorium Kemasan, Transportasi
dan Distribusi, Laboratorium Pengawasan Mutu dan Laboratorium
Teknik dan Manajemen Lingkungan.
SISTEM AGRIBISNIS
SUMARDJO
Departemen SOSEK-Faperta IPB
1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem
Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai
rangkaian kegiatan dari beberapa sub-sistemyang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain. Setidaknya ada Lima sub-sistemyang
saling terkait tersebut (Krisnamurthi dan Saragih, 1992). Kelima
sub-sistem tersebut adalah (1) sub-sistem faktor input pertanian
(input factor sub-system), (2) sub-sistem produksi pertanian
(productionsub-system), (3) sub-sistem pengolahan hasil pertanian
(processing subsystem), (4) sub-sistem pemasaran (marketing subsystem), dan (5) sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting
institution sub-system).
Penjelasan atas masing-masingsub-sistem tersebut sebagai
berikut ini. Pertama, sub-sistem produksi pertanian sering disebut
sebagai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan
sarana produksi pertanian (saprotan). Kedua, sub-sistem produksi
pertanian disebut sebagai kegiatan budidaya pertanian, atau
karena umumnya dilaksanakan di tingkat unit usaha pertanian,
maka juga disebut sebagai kegiatan usaha tani. Bila diperhatikan,
pengertian "pertanian" yang selama ini digunakan juga cenderung
lebih banyak mengacu pada kegiatan-kegiatan dalam sub-sistem
produksi ini. Ketiga, sub-sistem pengolahan hasil pertanian sering
disebut sebagai kegiatan agroindustri hasil pertanian, Keempat,
sub-sistem pemasaran, baik untuk faktor produksi, hasil produksi
maupun hasil olahan nya. Kelima, sub-sistem kelembagaan
penunjang yang sering disebut sebagai sub-sistem jasa (servci e
sub-system).
Kegiatan pertanian atau budidaya dimasukkan ke dalam
kelompokkan kegiatan usaha tani (on-farm activities), sedangkan
pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran
dan jasa-jasa penunjang dikelompokkan ke dalam kegiatan luar
usaha tani (off-farm activities).
2. Apa Peran Agribisnis dalam Era Pembangunan?
Kegiatan-kegiatandalamsistemagribisnistelah memberikan
sumbangan yang nyata bagi perekonomian di Indonesia, yaitu dalam
bentuk : (1) hasil produksi pertanian, (2) pasar, (3) faktor produksi,
dan (4) kesempatan kerja. Sumbangan hasil produksi dapat dilihat
dari terwujudnya swasembada beras sejak tahun 1984.
Sumbangan pasar dapat dilihat dari demikian besarnya
pangsa pasar domestik di pedesaan bagi produk-produk industri
dan sektor lain, sehingga mendukung kemampuan atau daya beli
masyarakat di pedesaan. Sumbangan faktor produksi dapat dilihat
dari penyediaan tenaga kerja, modal dan bahan baku khususnya
bagi sektor industri. Kemudian sumbangan kesempatan kerja
ditunjukkan oleh daya serap tenaga kerja dalam kegiatan agribisnis
yang masih menempati urutan terbesar sampai saat ini.
Peranan agribisnis akan tetap penting di masa-masa
pembangunan yang akan datang. Peranan pertanian atau subsistem budidaya cukup nyata terhadap pendapatan nasional
maupun dalam penyedia lapangan kerja di masa pembangunan.
Hal ini telah mendorong berkembang nya sub-sistem lain, yaitu
agroindustri pengolahan hasil pertanian, pemasaran, dan sub-sistem
jasa penunjang, seperti lembaga keuangan dan penyuluhan atau
konsultansi. Pada akhir Pembangunan Jangka Panjang II diharapkan
akan terjadi transformasi struktural terjadi di Indonesia, yaitu
transformasi struktur agribinis, dari kegiatan pertanian di tingkat
usaha tani (on-farm activities) menjadi kegiatan di luar usaha tani
(off-farm activities).
Dengan demikian, transformasi ekonomi dari yang berbasis
pertanian ke ekonomi yang berbasis industri menempatkan
lndonesia menjadi negara yang bercorak agribisnis. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan yang terjadi pada industri-industri yang
bersifat pengolahan hasil pertanian (agro-base industry), misalnya
industri minyak sawit, industri kayu lapis, crumb rubber dan
sejenisnya.
3. Agribisnis Merupakan Kegiatan Produksi
Berbasis Sumberdaya
Pada era perekonomian global lndonesia menghadapi
persaingan dengan negara lain. Pada kondisi seperti itu dibutuhkan
pengembangan komoditas-komoditas andalan yang memiliki dayasaing tinggi, tetapi tetap dapat mempertahankan asas pemerataan
dalam setiap kegiatan ekonomi. Diperkirakan pada masa yang akan
datang kegiatan produksi yang berbasis sumberdaya (resource
base) berpeluang besar mempunyai keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif dibanding kegiatan produksi yang bersifat
berbasis teknologi atau technological. base maupun berbasis modal
atau capital base (Krisnamurthi dan Saragih, 1992).
Kegiatan produksi berbasis sumberdaya yang terbesar
adalah kegiatan agibisnis, yaitu pada sub-sistem budidaya dan subsistem pengolahannya (agroindustri). Kenyataan menunjukkan,
bahwa di lndonesia produk-produk yang berbasis sumberdaya
tersebut memiliki pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibanding
ekspor produk pertanian dalam bentuk bahan mentah, bahkan lebih
tinggi dari ekspor hasil industri secara keseluruhan. Pada tahun
1982-1987 misalnya, ekspor produk pertanian dalam bentuk bah
Upaya pembangunan pertanian Indonesia memerlukan
dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia, lebih-lebih
kalangan akademisinya. Upaya tersebut menjadi sangat urgen
bagi IPB sebagai satu-satunya lnstitut yang mengkhususkan
diri dalam bidang pertanian di Indonesia. Di lingkungan IPB
sendiri dapat dengan mudah dipahami, bahwa pertanian
mempunyai arti yang luas, namun bagi masyarakat umum,
pengertian pertanian dalam arti luas tersebut tidaklah
koheren, tunggal, dan tanpa bias. Karena itu, diperlukan
transfer ilmu pertanian tersebut kepada seluruh mahasiswa
IPB, yang pada saatnya akan memasuki departemen di
fakultas masing-masing dan akan terjun dalam masyarakat
sebagai alumni.
Pengantar llmu Pertanian (PIP), diberikan pada mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama sebagai mata kuliah yang
membentuk salah satu kompetensi dari kompetensi umum
seluruh mahasiswa IPB. Pada saat PIP masih mempunyai bobot
1 SKS, mahasiswa mendapatkan satu buku Pengantar ke Ilmullmu Pertanian yang ditulis Prof. Andi Hakim Nasoetion, dan
ditambahkan pengayaan dalam bentuk ilustrasi, makalah
pegangan (hand-out)dan data terbaru.
Dalam kurikulum sistem mayor-minor telah disepakati dalam
lokakarya akademik TPB untuk menambah bobot SKS PIP
menjadi 2 SKS. Dengan demikian, dirasakan sangat perlu
buku kedua yang berisi kumpulan makalah untuk mata kuliah
tersebut.
Kumpulan makalah ini hanya sebagai rujukan yang membantu
perkuliahan tatap muka di kelas yang telah dilengkapi dengan
sarana multi media serta beberapa peraga.
Semoga kumpulan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
dan kita semua, saran dan kritik sangat diharapkan.
Direktur Pendidikan
Tingkat Persiapan Bersama
lnstitut Pertanian Bogor
Dr. Ir. lbnul Qayim
1
!
I
!
B
E
8
1
DAFTAR IS1
1Peran lklim Dalam Praktik Pertanian
2Unsur-Unsur Cuaca Dan lklim
3
lklim Indonesia
4Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman
i
i!
1
5
Pertanian Non Pangan
C
1
i
7Sistem Agribisnis
9 V i s i Pertanian Abad 21
Disusun Oleh :
Tim Pengajar
Pengantar Ilmu Pertanian
\
: m &rn
I
Pengantar ke
ILmu-ilmu Pertanian
Kumpulan Makalah
Pengantar ke
Ilmu-ilmu Pertanian
Tim Pengajar
Penganta,r llmu Pertanian
VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBlS
da.n ED1 SANTOSO
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian - IPB
Pendahuluan
Menurut Yayasan lndonesia Forum (2007), Visi lndonesia
tahun 2030 adalah "Menjadi negara maju yang unggul dalam
pengelolaan kekayaan alam". Visi ini ditompang oleh empat
pencapaian utama, yaitu:
1. Masuknya lndonesia dalam 5 besar kekuatan ekonomi
dunia, dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 18 ribu
dan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa.
2. Terwujudnya pemanfaatan kekayaan alam yang
berkelanjutan, antara lain masuk dalam 10 besar tujuan
pariwisata dunia dan tercapainya kemandirian dalam
pemenuhan energi domestik.
3. Terwujudnya kualitas hidup moderen yang merata (shared
growth), antara lain ditandai oleh masuknya lndonesia
dalam 30 besar indeks pembanguan manusia (HDI) terbaik
di dunia.
4.
Masuknya paling sedikit 30 perusahaan lndonesia dalam
daftar Fortune 500 Companies.
Visi lndonesia 2030 diwujudkan melalui sinergi tiga modal
bangsa dengan misinya masing-masing, yaitu:
1. Modal Manusia: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang
berkualitas dan bebas dari kemiskinan.
2. Modal Alam dan Fisik:
1
Memanfaatkan kekayaan alam
secara optimal dan berkelanjutan.
3. Modal Sosial: Mewujudkan sinergi kelompok wirausaha,
birokrasi, dan pekerja menuju daya saing yang global.
Misi ini memiliki syarat utama dalam bentuk tiga lmperatif
dasar, yaitu:
1. Ekonomi berbasis keseimbangan pasar terbuka dengan
dukungan birokrasi yang efektif.
2. Pembanguan berbasis sumberdaya alam, manusia, modal,
dan teknologi yang berkualitas dan berkelanjutan.
3. Perekonomian yang terintegrasi dengan kawasan sekitar
dan global.
Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam
pencapaian Visi lndonesia 2030. Sektor ini akan berperan dalam
penyediaan pangan, bioenergi, bahan baku industri (pangan, pakan,
biofarmaka, biokimia, biomaterial), kesempatan usaha, penyedia
lapangan kerja, dan pengelolaan lingkungan hidup. Pangan harus
tersedia secara cukup dan merata bagi seluruh rakyat lndonesia
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif. Hal
ini harus diwujudkan melalui penciptaan ketahanan pangan yang
memerlukan tindakan nyata dari sisi produksi maupun konsumsi.
Dari sisi konsumsi, perlu dilakukan terus upaya diversifikasi.
Diversifikasi akan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat
dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya.
Sektor pertanian sebagai penyedia pangan memiliki peran yang
penting untuk mencapai lndonesia yang maju, moderen, dan
kompetitif pada tahun 2030. Pertanian memiliki dua demensi
penting, ialah penyedia pangan untuk konsumsi dan pangan untuk
input produksi.
Pertanian
Pertanian mempunyai arti yang strategis dalam
perekonomian nasional, karena menyediakan kebutuhan paling
esensial bagi kehidupan ialah bahan pangan, dan pada saat
ini menopang kehidupan lebih dari 63% masyarakat Indonesia.
Sektor ini juga menyediakan bahan baku industri, serta membuka
kesempatan usaha di bidang industri dan jasa. Keberhasilan
pembangunan pertanian akan berdampak langsungdalam ketahanan
dan keamanan pangan nasional.
Pada saat ini laju pembangunan sektor pertanian semakin
ketinggalan dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kontribusi sektor
pertanian dalam perekonomian nasional diprediksi memang akan
terus menurun sampai 2030. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
suatu visi yang tepat untuk menempatkan sektor pertanian dalam
perekonomian nasional. Pada tahun 2030 pertanian lndonesia
akan menjadi pertanian yang tangguh dan moderen berbasis pada
pengelolaan sumberdaya alam dan genetik secara berkelanjutan
yang menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan, penyediaan
bahan baku industri dan kesejahteraan petani, serta berdaya saing
global.
Untuk mencapai visi tersebut, dikembangkan strategi
untuk membangun pertanian dan mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi.
Masalah dalam pertanian saat ini antara lain adalah:
1. Ketersediaan lahan untuk pertanian, yaitu:
a.
Lahan pertanian terus menyempit. Total lahan sawah pada
tahun 2005 adalah 7,7 juta ha, sehingga luas lahan sawah
per kapita penduduk lndonesia hanya 340 m2 (BPS, 2006).
Konversi lahan sawah untuk penggunaan lain dalam kurun
5 tahun terakhir terjadi dengan kecepatan 110 ribu ha/
tahun. Pada kurun 10 tahun ke depan hingga 2017, luas
konversi lahan yang telah direncanakan akibat perbaikan
tata ruang seluruh kabupaten di lndonesia diprediksikan
mencapai 3 juta ha lahan produktif (Las e t al., 2007).
!
I
;
i
.
I
,
76
I
VISI PERTANIAN INDONESIA 2030
b. Luas pengusahaan lahan yang sempit per keluarga tani,
dengan rata-rata 0.37 ha di Pulau Jawa, dan 1.10 ha di
Pulau Sumatera (Deptan, 2005)
.
c.
Fragmentasi lahan pertanian terus terjadi karena pola
pewarisan.
d.
Daya dukung lahan pertanian menurun karena terjadinya
degradasi Lahan, alih fungsi sumberdaya air dan perubahan
ekologi termasuk bencana alam.
Produktivitas lahan yang masih rendah dan produksi tanaman
pangan yang mengalami levelling off, karena:
a.
Kurang berkembangnya
teknologi
budidaya moderen, terbatasnya alih
teknologi, serta rendahnya penggunaan
dan akses petani terhadap teknologi
maju.
c.
Belum optimalnya terobosan teknologi
untuk pemanfaatan lahan-lahan dengan
cekaman lingkungan abiotik tinggi pada
sekala luas.
d.
Rusaknya
infrastruktur
pertanian
seperti irigasi, jalan usahatani, sumber
energi (listrik), sarana komunikasi dan
lainnya.
e. Pemalsuan benih, pupuk dan pestisida, dan aplikasi sarana
produksi yang tidak sesuai dengan rekomendasi.
f.
Ramalan cuaca yang kurang efektif menjangkau user end
pertanian.
g.
Bencana alam baujir dan kekeringan yang menurunkan luas
panen.
3.
Lemahnya kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan petani.
4.
Sistem agribisnis yang belum berfungsi dengan baik:
I
ROEDHY POERWANTO, I S K A N D m LUBIS dm ED1 SANTOSO
I
a. Tidak terintegrasinya sistem agribisnis dari hulu-hilir.
b. Rantai tataniaga yang panjang, sistem pemasaran dan
pricing policy yang belum adil.
c.
5.
Keterbatasan akses terhadap layanan usaha, terutama
permodalan.
Kebijakan makro yang sering kurang memihak sektor pertanian
(fiskal, ekspor, impor, perpajakan, industri, perdagangan).
6. Akses petani dan sebagian besar pelaku usaha pertanian kecil
dan menengah dalam pemanfaatan IT (teknologi informasi),
dan terhadap pasar nasional, regional dan global masih sangat
terbatas.
7. Ketergantungan tinggi pada beras. Konsumsi beras per kapita
tinggi (139 kglkapitaltahun) dan usaha diversifikasi beras
masih belum berhasil (Probowo, 2007).
8. Pendapatan rata-rata petani lebih rendah dibandingkan
dengan masyarakat perkotaan. Rata-rata penduduk kota
memiliki pendapatan US$ 460-925ltahun (asumsi 1 US$ Rp
10.000). Petani dengan penguasaan lahan < 0,5 ha mempunyai
pendapatan US$ 163-168, dengan lahan 0,5-1,O ha mempunyai
pendapatan US$ 265-342, dan petani dengan lahan > 1 ha
mempunyai pendapatan US$ 465/tahun, Disisi lain, penduduk
desa bukan petani, pendapatannya Lebih tinggi yaitu US$ 3147301tahun (Deptan, 2005).
9. Jaminan penyediaan pangan dari produksi dalam negeri
menurun:
a.
lmpor beras, terigu dan gula cukup tinggi dan ada
kecenderungan meningkat.
b. Pada subsektor hortikultura, impor buah tropis seperti
durian dan Mangga cenderung meningkat, demikian juga
dengan buah subtropis seperti apel, pear, anggur juga
meningkat secara tajam.
77
i
L
10. Adanya masalah lingkungan karena aktivitas pertanian yang
tidak ramah lingkungan:
a.
Pencemaran tanah dan air oleh pestisida dan pupuk
anorganik yang digunakan secara berlebihan.
b. Emisi gas methan, dan pembakaran lahan.
c.
Erosi yang parah pada lahan pertanian terutama daerah
aliran sungai (DAS) curam akibat pengelolaan yang tidak
tepa t
.
Walaupun menghadapi berbagai
masalah tersebut, pertanian lndonesia
mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan (Box 2). Saat ini Lahan sawah
adalah 7,7 juta ha sawah beririgasi (Las e t al.,
2007). Selain daya dukung Lahan potensial,
kearifan dan teknologi lokal yang sudah dan
sedang dikembangkan juga merupakan modal
untuk pengembangan. Basis sosial-budaya
masyarakat lndonesia adalah pertanian, dan
saat ini sebagian besar penduduk bermata
pencaharian di bidang pertanian tanaman
pangan.
Visi pertanian lndonesia2030disusun dengan memanfaatkan
3 (tiga) modal yang dimiliki bangsa ini yaitu modal manusia, modal
alam dan fisik serta modal sosial. Tyjuannya adalah mewujudkan
masyarakat pertanian yang berkualitas dan bebas dari kemiskinan,
memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan,
mewujudkan sinergi wirausaha, birokrasi, dan pekerja menuju
daya-saing global.
Visi Pertanian 2030
Visi pertanian disusun dengan mengacu pada Visi lndonesia
2030 yaitu: "Negara maju yang unggul dalam pengelolaan Kekayaan
ROEDHY POERWANTO. ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
I
Alam". Dengan demikian kondisi pertanian pada tahun 2030 harus
dapat menopang situasi negara maju yang berbasis kekayaan alam,
yaitu swasembada pangan dalam situasi petani yang sejahtera.
Dengan dua kata kunci tersebut visi pertanian adalah:
"Pertanian tanaguti k n moderen 6er6& p a k pengelbhan suni6erkya ahm
kngenetiksecara 6er@hnjutan yang menjamin @talianan, @amanan k n mutu
pangan, penyediin 6 a h n 6aku industri k n @sejatiteraan petani, serta 6erkya
suing glb6aF
1. Pertanian Tangguh dan Moderen
Yaitu tangguh dari sisi produksi yang ditandai dengan
efisiensi tinggi, produktivitas tinggi, pengelolaan dengan padat
modal, sistem pertanian yang mandiri dan performa petani secara
individual yang mampu merespon secara cepat perubahan global.
Moderen menggambarkan petani berpengetahuan, berketerampilan
dan berbudaya industri yang mempunyai kelembagaan tani yang
kuat; sistem produksi bertanggung jawab terhadap lingkungan;
dicirikan dengan:
a.
Kemampuan menghasilkan produk pertanian yang bermutu,
efisien, dan aman bagi konsumen dengan harga wajar.
b. Petani cerdas, berpengetahuan, berketerampilan dan
berbudaya industri, dengan kelembagaan petani kuat,
sehingga posisi tawar petani kuat.
c.
Produktivitas persatuan luas yang tinggi, efisien dalam
menggunakan air.
d. Sistemnya bertanggung jawab mempertahankan potensi
sumberdaya lahan dan lingkungan, dan terhadap
keselamatan dan kesejahteraan petani dan pekerja, serta
mempunyai traceability.
2.
Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Berkelanjutan
Yaitu teknologi pertanian yang produktif dan lestari dengan
mengutamakan pemanfaatan sumberdaya air secara efisien, sistem
79
pertanian ramah lingkungan pada berbagai level skala usaha serta
mampu menekan degradasi sumberdaya lahan dan emisi pencemar,
pemanfaatan unsur-unsur daur ulang dari sistem pertanian (zero
waste), dicirikan dengan:
a.
Pengelolaan sumberdaya alam, menunjukkan pada
kemampuan lingkungan untuk menunjang kegiatankegiatan produktif yang dilakukan dan atau kemampuan
lingkungan untuk menyediakan masukan dan kondisi bagi
terlaksananya kegiatan produktif. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya daya dukung lahan, baik ketersediaan
air maupun lingkungan tumbuh untuk usaha pertanian
tanaman pangan yang intensif.
b. Lingkungan hidup lestari, menunjukkan kondisi lingkungan
yang terjaga fungsi-fungsi ekologisnya, sehingga dapat
memberikan daya dukung yang baik terhadap kehidupan
yang ada. Sebagai contoh terpeliharanya daerah aliran
sungai dan daerah tangkapan, sehingga ketersediaan air
tawar meningkat, intrusi air laut tertahan.
3. Ketahanan, Keamanan dan Mutu Pangan
Yaitu
terciptanya
sistem
ketahanan pangan rumah tangga berbasis
Padi dan sumber karbohidrat yang
lain, tercukupinya kebutuhan protein
ti minyak nabati, tersedianya bahan
pangan bermutu dan aman, terciptanya
sistem penyangga pangan yang tangguh.
Terciptanya stok pangan aman (30%lebih
besar dari kebutuhan), adanya wilayah
produksi yang tidak terkonsentrasi di
satu wilayah, jalur distribusi yang jelas
dan tepat waktu, dan tersedia. Kondisi
ini dicirikan dengan:
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan EDI SANTOSO
a.
1 8 1 I1
Petani mampu mengupayakan
ketahanan, keamanan, dan
mutu pangan rumah tangga dan
hasil produksinya.
b. Kebutuhan energi (karbohidrat)
dapat dipenuhi selain dari
beras, juga dari Jagung,
Singkong, Ubi jalar dan umbi
lain, Sukun, Pisang (plantain),
Sagu dan Palem lainnya,
sehingga
konsumsi
beras
menurunmenjadi 80 kglkapital
tahun.
Kebutuhan protein
nabati dapat dipenuhi dari
produksi kedelai, dan KacangKacangan lain.
Kebutuhan
minyak dan lemak nabati
dapat dipenuhi dari Kacang,
Kelapa dan Kelapa sawit.
Kebutuhan vitamin dan mineral
terpenuhi dari buah dan sayur
seperti Pisang, Jeruk, Mangga,
Pepaya, Wortel, Tomat, Kubis,
dan Bayam. Konsumsi buah
dan sayuran masing-masing
mencapai 90 kg1kapital tahun.
Kebutuhan pakan ternak dari
Jagung, Kedelai, dan rumput
dapat dipenuhi.
c. Walaupun Indonesia masih
mengimpor pangan, tetapi
bukan sebagai pemenuhan kebutuhan pokok, hanya
sebagai pemenuhan selera. Produk tersebut antara lain
meliputi terigu, minyak makan non palmae, buah-buahan
temperate, dan sub-tropika.
f
!
d.
4.
Keamanan dan mutu pangan terjamin, sesuai dengan SNI
(Standar Nasional Indonesia), Codex (Codex Alimentarius;
Badan PBB yang mengurusi masalah standar), maupun
standar lnternasional Lain.
Penyediaan Bahan Baku lndustri
Yaitu tersedianya produk pertanian bahan baku dan bahan
olahan primer industri pangan, pakan, bioenergi, pada jumlah yang
cukup, kualitas prima, harga kompetitif dan tepat waktu:
a.
Petani mampu menghasil produk tanaman pangan sebagai
bahan baku industri.
b. Di sentra-sentra produksi pertanian, dibangun industri
pengolahan antara yang memasok bahan baku ke industriindustri besar produk pertanian.
c.
lndustri berbasis pertanian tanaman pangan, pakan,
bioenergi, biofarmaka, biokimia dan biomaterial mendapat
pasokan bahan baku dari produksi dalam negeri secara
kontinu, kuantitasnya cukup, memenuhi standar keamanan
dan kualitas, dan harganya kompetitif.
d. Jalur informasi dan distribusi yang baik antar sentra
produksi primer, pengolahan produk antara dan industri
pengolah produk akhir.
5.
Kesejahteraan Petani
Yaitu terhapusnya kemiskinan petani dan menjadikan
pertanian sebagai sumber pertumbuhan. Maksimumgap pendapatan
rata-rata antara petani pedesaan dan perkotaan maksimum sebesar
30%, keluarga petani memiliki akses kepada fasilitas pelayanan
umum yang sejajar dengan keluarga non pertanian dan keluarga
di perkotaan:
a.
Pendapatan petani mencapai minimum USS13.000/ka~ita/
tahun (dengan asumsi satu rumah tangga terdiri atas
ROBDIIY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
I
empat orang) dari hasil produksi pertanian primer maupun
pengolahan hasil pertanian menjadi produk bahan baku
industri. Dengan pendapatan tersebut, petani memiliki
jaminan untuk pendidikan anak, kesehatan, air bersih, dan
listrik dari pemerintah. Sebagai insentif kepada keluarga
petani, Pemerintah memberikan subsidi berupa pendidikan
sekolah gratis (tidak ada pungutan biaya dalam bentuk
apapun) sampai SMA dan memberikan kesempatan yang
luas untuk bersekolah di Perguruan Tinggi dengan biaya
yang terjangkau.
b. Menjadikan pertanian sebagai sumber pertumbuhan
mengandung arti Lahirnya lapangan kerja dan usahausaha baru dalam bidang pertanian yang berbasis non
konvensional seperti bioteknologi, yang memiliki dayasaing tinggi.
6. Berdaya saing Global
Yaitu penyelenggaraan pertanian terintegrasi antar wilayah
di Indonesia yang didukung infrastruktur Lunak, mekanisasi,
auTomatisasi, dan pelaku yang berdaya saing dalam memproduksi
dan mengelola produk segar dan olahan untuk pangan, pakan,
biofarmaka dan bioenergi, menguasai pasar global dan menjadi
market leader di tingkat global:
a.
Indonesia menjadi produsen dan eksportir produk pertanian
tropika segar dan olahan terbesar ke-5 dunia. Komoditas
unggulan ekspor segar adalah Pisang, Mangga, Pepaya,
Manggis, Rambutan; sedangkan produk olahan adalah: mie
(dengan bahan baku non gandum), Kopi, Coklat, jus buah
tropika, Nenas dalam kaleng, flakes (Jagung, singkong,
Pisang), chip (ubi jalar, gadung), tepung (sagu, maizena,
casava), fitofarmaka (zingiberaceae, dll), fitokimia dan
biomaterial (degradable plastik, dsb), pakan ternak
(Jagung).
83
7
b. Petani mampu membentuk kelembagaan petani sebagai
enterprise yang secara ekonomi mampu bersaing secara
global (seperti Sunkist, koperasi petani Jeruk Amerika
Serikat).
I
I
i
I
t
ii
i
\
Misi Pertanian 2030
Misi untuk mewujudkan pertanian 2030 berpegang pada
Lima hall yaitu (1) Mewujudkan ketahanan pangan dan menjamin
keamanan dan mutu pangan, (2) Mewujudkan kehidupan petani
yang sejahtera, (3) Menyediakan bahan baku industri yang cukup,
waktu yang tepat, dengan kualitas yang prima untuk industri
pangan,fito-farmaka, fito-kimia dan biomaterial dan industri lain
seperti pakan dan bioenergi, (4) Menjadikan produk pertanian
pangan berdaya saing tinggi di tingkat global, dan (5) Mengelola
sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan.
1. Mencapai Pendapatan Petani US$ 52,0001rumah tanggal
tahun
Pendapatan ini dicapai melalui kepemilikan lahan petani
2 halkeluarga tani, peningkatan produktivitas pertanian dengan
perbaikan teknologi (varietas, pemanfaatan sarana produksi, air,
akses terhadap teknologi, modal, infrastruktur, aksesibilitas), harga
produk pertanian yang kompetitif karena infrastruktur, distribusi
produk yang lebih baik dan tarikan dari industri. Selain dari on
farm, petani mendapat penghasilan dari usaha pengolahan produk
dan usaha off farm, termasuk ekowisata berbasis pertanian.
2. Kemandirian Pangan
Indonesia mampu memproduksi bahan pangan yang
memadai pada komoditas beras dan sumber karbohidrat lain
(Jagung, Sorghum, Singkong, Ubi jalar, Sagu, Sukun, Pisang, umbi
lain), sumber protein nabati (Kedelai dan Kacang tanah), sumber
lemak & minyak nabati (Kacang tanah, Kelapa, sawit), sumber
vitamin dan mineral (terutama: Pisang, Jeruk, Pepaya, Mangga,
.
I
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
Tomat, Wortel, Kubis, dan Bayam). Kecenderungan penelitian
pemuliaan tanaman Kedelai dan perbaikan teknologi budidayanya
menimbulkan optimisme baru bahwa pada 2030 lndonesia akan
mampu memenuhi kebutuhan Kedelai untuk pangan dan pakan.
I
IS
;
,
;
i
i
i
1
I
1
#
1
1
i
i
1
f
1
Akan terjadi diversifikasi pangan pokok sumber energi dari
beras ke komoditas lain. Konsumsi beras turun dari 127 kglkapital
tahun menjadi 80 kglkapitaltahun. Produk pangan non beras
akan diolah menjadi pangan moderen yang bergizi, enak, mudah
pengolahan dan penyajiannya, mudah disimpan dan didistribusikan;
bukan sebagai pangan tradisional. Keamanan dan mutu pangan
yang baik, memenuhi SNI pangan, standar Codex, serta standarstandar keamanan pangan yang lain. Distribusi pangan lebih baik,
adil dan merata.
3. Menjadi Eksportir Produk Pertanian Tropika Terbesar Ke-5
Dunia
Produk yang diunggulkan meliputi buah dan sayuran segar:
Pisang, Mangga, Manggis, Rambutan, Jeruk, Lengkeng, Matoa,
Salak, Melon, Pepaya, Duku, Kubis, Asparagus, Bawang merah,
Cabai merah, Mentimun; Buah-buahan olahan: buah dalam kaleng,
jus, konsentrat: Nenas, Markisa, Jambu biji, Mangga, Jeruk, Sirsak,
Rambutan, Salak, Nangka, Tomat, Wortel, Jagung manis, Jagung
semi, Jamur, Asparagus, Kacang snowbean; hasil olahan Singkong,
Pisang, Sagu, dan Jagung; minyak nabati dan produk turunannya.
Daya-saing produk pertanian segar maupun olahan
meningkat, karena adanya peningkatan kuantitas, kualitas,
keamanan, kontinuitas pasokan, kompetitif harganya, dan adanya
traceability (dapat ditelusuri). Dengan demikian, industri pengolah
hasil pertanian tidak perlu lagi mengimpor bahan baku. lndonesia
juga tidak perlu lagi mengekspor bahan mentah untuk industri.
GoodManagement Practicesditerapkan baik dalam produksi primer
maupun dalam industri pengolahan dan jasa.
i1
J
Berkembangnya industri primer dan industri pengolahan
antara di sekitar sentra produksi di wilayah pertanian akan
meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya distribusi, mengurangi
volume sampah di kawasan industri dan membuka peluang kerja off
farm di perdesaan. Di daerah industri akan berkembang industri
pengolahan yang memanfaatkan produk pertanian dalam negeri.
4. Menciptakan Lingkungan Hidup Produktif Dan Lestari
Perbaikan tata ruang pertanian makro seperti perbaikan
daerah aliran sungai, daerah tangkapan hujan, waduk, saluran air
irigasi akan dilakukan sehingga ketersediaan air tawar meningkat,
intrusi air laut tertahan, pemanfaatan air tawar Lebih baik.
Perbaikan tata ruang bentang alam dan tata ruang mikro
pertanian dilakukan sehingga memungkinkan alam melakukan
netralisasi zat pencemar proses produksi pertanian, reduksi
gangguan ekologi seperti puting beliung, angin kencang dan banjir,
terselenggaranya jalur hijaulkoridor satwa yang menguntungkan
pertanian, terciptanya koridor dan habitat agen pengendali hayati
dan musuh alami hama-penyakit pertanian, mengurangi dampak
kekeringan, dan sebagainya.
Peningkatan teknologi reklamasi lahan dan penerapan
teknologi bioremediasi, biofertilizer, biopestisida, bioagent
(agensia biologi). Terjadi peningkatan pemanfaatan lahan-lahan
marginal secara berkelanjutan; minimalisasi pencemar lahan
melalui pemanfaatan limbah tanaman dan produk derifatnya
menjadi yang paling mudah terdegradasi oleh lingkungan. Dilakukan
pengelolaan tanaman atau fauna indikator kemunduran lingkungan
seperti kodok, burung dan ikan pada berbagai tingkatan zona-zona
spesifik areal pertanian. Precission farming dikembangkan untuk
mencegah pencemaran, keracunan pada petani dan konsumen,
serta peningkatan efisiensi penggunaan benih, pupuk, air, pestisida,
dan sarana produksi lainnya.
lmperatif Menjelang Pencapaian Visi 2030
1. Orientasi Kebijakan
Pertanian
Pembangunan
Nasional
Berbasis
Kebijakan pembangunan nasional yang berbasis pertanian
akan menentukan pencapaian target-target peningkatan
kesejahteraan petani di tahun 2030. Sumberdaya alam pertanian
dan kelautan adalah sumberdaya alam yang tersisa dan sebagian
besar merupakan sumberdaya alam terbaharui, yang merupakan
andalan untuk membangun lndonesia yang sejahtera. Disamping
itu, sebagian besar masyarakat lndonesia menggantungkan hidup
dari usaha pertanian dan kelautan, dan mereka merupakan bagian
terbesar dari masyarakat yang tergolong miskin dan terbelakang.
Sehingga kebijakan pembangunan yang berbasis pertanian dan
kelautan merupakan prasyarat menuju masyarakat lndonesia yang
sejahtera dimasa yang akan datang.
Kebijakan tersebut meliputi: Pengembangan industri
pendukungkegiatan pertanianhuluseperti pengembanganindustri
pupuk, pengembangan industri alat-alat pertanian, pengembangan
industri pestisida dan petrokimia; kebijakan usaha permodalan
seperti pengembangan bank pertanian, pengembangan asuransi
pertanian dan pengembangan insentif pajak; kebijakan industri
pengolahan seperti pemberian tax holiday, pembebasan pajak
pada tenggat tertentu; kebijakan pemasaran domestik dan ekspor
seperti subsidi ekspor, proteksi, penyederhanaan izin eksporimpor; kebijakan transportasi seperti pengembangan angkutan
masal, pengembangan pelabuhan, terminal agribisnis; kebijakan
teknologi informasi, sehingga setiap petani dapat berkomunikasi
secara real time terhadap harga komoditas; kebijakan penelitian
yang dapat secara Langsung memajukan pertanian.
Kebijakan berbasis pertanian diterapkan dengan
menjadikan pengembangan pertanian sebagai sentral kebijakan
pemerintah dalam merancang pembangunan secara keseluruhan
dan menjadikan pertanian sebagai sentra pertumbuhan, sehingga
sektor-sektor lain seperti industri, perdagangan dan lainnya harus
mengutamakan pengembangan industri dan perdagangan dan
kegiatan lainnya yang berbasis pada usaha pertanian. Rencana
pengembangan harus menyeluruh dan komprehensif dengan
target pencapaian berjenjang sesuai tahap perkembangan yang
diprediksikan.
2. Aksesibilitas terhadap Modal,
Teknologi lnformasi
Lahan, Teknologi,
dan
Pada kondisi 2030, situasi pertanian akan mengikuti
tuntutan global yang ditandai dengan efisiensi, berdaya saing,
padat modal, teknologi tinggi, dan memenuhi standar keamanan
lingkungan. Petani sebagai salah satu bagian dari mata rantai
sistem agribisnis perlu berubah baik secara kelembagaan, cara
pandang terhadap sistem bertani, cara pandang terhadap sistem
global sehingga mampu mengusai sistem padat modal dan padat
teknologi dan mempunyai akses yang tinggi terhadap informasi
global.
1i
I
4
I
I
1
4
j
Y
1
t
i
1
I
i
1
t
4
Kemudahan dalam aksesibilitas modal, lahan, teknologi
dan informasi, akan mempermudah petani dalam melakukan
perencanaan produksi maupun perencanaan keuangan keluarga.
Pada tahun 2030 produktivitas tanaman, khususnya Padi sawah
di Jawa dan luar Jawa sudah akan relatif sama besarnya, ha1 ini
disebabkan beberapa ha1 antara lain:
1. Penguasaan teknologi produksi sudah relatif merata antara
Jawa dan luar Jawa.
2. lnfrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang produksi
di Luar Jawa sudah tersedia dengan baik.
3.
Perkembangan kelembagaan, baik kelembagaan sosial
maupun kelembagaan ekonomi sudah mendukung usaha
produksi tanaman baik di Jawa maupun di luar Jawa.
4. Aksesibilitas ke pasar baik regional, nasional maupun
internasional sudah sama baiknya di Jawa ataupun di luar
Jawa.
i
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
1
5. Walaupun kesuburan tanah di Jawa jauh lebih baikdaripada
tanah-tanah di luar Jawa, namun karena adanya degradasi
Lahan, tekanan dampak pemanasan global seperti banjir
dan kekeringan, serta tekanan pertambahan penduduk
dan kebutuhan lahan, menyebabkan lahan di Jawa tidak
berbeda jauh daya dukung maupun ongkos produksinya
dibandingkan dengan luar Jawa.
Lembaga-Lembaga perbankan maupun lembaga keuangan
lainnya yang dapat diakses oleh petani harus dikembangkan.
Demikian juga dengan pengembangan teknologi pertanian yang
sesuai dengan kondisi lokal, penyempurnaan sistem sosialisasi dan
diseminasi teknologi yang dihasilkan serta peningkatan aksesibilitas
terhadap perangkat teknologi yang dibutuhkan harus ditingkatkan
agar petani dapat mengembangkan teknologi yang diterapkan
dalam usahataninya.
Pengembangan sistem informasi pertanian, dalam hal
ini sistem informasi lahan dan produksi perlu dilakukan agar
perencanaan dapat dilakukan berdasarkan data akurat kondisi
pertanian. Perlu diadakan pusat-pusat informasi agribisnis di kotakota kabupaten, kota kecamatan sampai desa, serta kawasankawasan sentra produksi agar petani dan investor dapat menentukan
pilihan-pilihan investasi dan produksi yang menguntungkan.
3. Pengembangan lnfrastruktur yang Mendukung Pertanian
lnfrastruktur pendukung pertanian seperti pengelolaan air
(irigasi, drainase, waduk), sarana transportasi produk pertanian
(jalan, jembatan, pelabuhan, terminal), fasilitas energi (listrik),
komunikasi (telpon, internet), dan fasilitas agribisnis (pasar) harus
dibangun sesuai kebutuhan saat yang diperlukan dan rencanajangka
panjang yang taktis. Ketiadaan infrastruktur yang dibutuhkan
termasuk ketersediaan dalam kondisi tidak memadai akan menjadi
penghambat perkembangan produksi, distribusi barang dan jasa,
pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian.
!
!
f
1
f
I
3
!
i
6
f
j
Pengembangan infrastruktur di suatu kawasan umumnya
memiliki beberapa pra kondisi: (1) mengacu pada aturan baku dan
rencana tata ruang yang sudah dilegalkan, (2) bertujuan untuk
meningkatkan dinamika perekonomian khususnya kawasan yang
dibangun serta kawasan sekitar, (3) dapat memberikan fasilitas
yang menunjang perikehidupan dasar masyarakatnya.
1
4. Berkembangnya Sektor lndustri dan Jasa
Sektor industri dan jasa harus berkembang dengan baik,
sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam bidang pertanian saat
ini mencapai 40% lebih dari tenaga kerja secara keseluruhan,
sehingga penyediaan lapangan kerja diluar on farm, baik bidang
yang masih berkaitan dengan bidang pertanian seperti pengolahan
hasil pertanian maupun bidang-bidang di luar pertanian sangat
diperlukan. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam bidang pertanian dapat berkurang dan lahan yang diusahakan
per petani lebih luas, sehingga pendapatan per keluarga petani
dapat meningkat secara signifikan.
5. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan
Pemberdayaan masyarakat perdesaan harus dilakukan
dengan baik agar masyarakat dapat melakukan usaha-usaha
mandiri, dan dapat menangkap peluang-peluang kerja di luar
usahatani on farm dengan baik, sehingga dapat meningkatkan baik
variasi pekerjaan maupun pendapatan masyarakat di perdesaan.
Balai-balai latihan kerja sebaiknya diperbanyak hingga ke kota-kota
kecil hingga menengah dan kota kecamatan, serta aksesibilitasnya
ditingkatkan untuk masyarakat perdesaan. Ketrampilan masyarakat
perdesaan akan memungkinkan pengiriman tenaga kerja yang
relatif terampil ke luar negeri. Akibatnya jumlah tenaga kerja
di bidang pertanian berkurang, dan luasan usahatani meningkat,
serta meningkatnya pendapatan dari usahatani yang dilakukan.
ROEDHY POERWANTO. ISKANDAR LUBlS dm ED1 SANTOSO
I 91
6 . Mitigasi Bencana
Pemerintah dan masyarakat harus mempertimbangkan
mitigasi bencana dengan baik dalam setiap pembangunan yang
dilakukan, baik bencana karena faktor alam maupun bencana
sebagai akibat ulah manusia.
Pencapaian
target-target
peningkatan
produksi,
produktivitas, dan pendapatan petani akan sangat terkoreksi
oleh adanya bencana alam seperti banjir, longsor dan kekeringan.
Sehingga pembenahan daerah-daerah aliran sungai dan daerah
dengan topografi curam sangat mendesak untuk segera dilakukan.
Disamping upaya-upaya untuk mengantisipasi dan meminimalisir
dampak bencana yang diakibatkan oleh faktor alam seperti gempa
dan Letusan gunung berapi, peran Lembaga mitigasi bencana dan
pemanfaatan informasi peramalan diharapkan dapat menjangkau
end user secara cepat dan akurat.
Strategi Pencapaian Visi
Dalam
mencapai
visi pertanian tanaman
pangan Indonesia 2030, dikembangkan Lima strategi,
ialah pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan produktivitas dan
efisiensi produksi, peningkatan nilai tambah, peningkatan kemandirian pangan,
dan pengelolaan lingkungan
yang produktif dan Lestari.
Visi yang dirumuskan, menjadi pelengkap dari profil
desa VlSl 2020 versi ADB
(2004) yang disajikan pada
Box 6.
!
3
!
2
1
1
1
1
1
Proporsi Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian diperoyeksikan meningkat secara stabil pada rentang 4,5% per tahun mulai
201 1 menjadi 6,5% pada 2015, kemudian meningkat setabil dengan
penambahan laju 1-2%setiap tahun menjadi 16,5% pada 2022 dan
kemudian laju penambahan turun sekitar 2%setiap tahun dan stabil pada proporsi PDB sekitar 5%pada tahun 2030 (Gambar 2). Peningkatan PDB tersebut didorong oleh peningkatan produktivitas,
peningkatan efisiensi, dan peningkatan luas penguasaan lahan dan
peningkatan harga komoditas.
1. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pengembangansumberdayamanusiadiarahkanagar masyarakat
petani dan pedesaan dapat mengikuti perkembangan dan
menerapkanteknologi pertanian baik on farm maupun off farm, dan
melakukan pengelolaan usahatani secara moderen, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya. Pengembangan
sumberdaya manusia ini dapat dilakukan melalui pengembangan
budaya industri dan peningkatan profesionalisme.
2. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Produksi
Peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan penerimaan dan kesejahteraan petani,
dan dapat meningkatkan produksi secara total, sehingga dapat
mendukung kemandirian pangan dan pemenuhan kebutuhan
bahan baku industri yang berkualitas. Peningkatan produktivitas
dan efisiensi produksi dapat dicapai melalui pengembangan
infrastruktur pertanian dan perdesaan, kebijakan lahan pertanian,
penguatan kelembagaan dan peningkatan efisiensi produksi.
7
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR L m I S dan ED1 SANTOSO
ii
Gambar 1. Prediksi kontribusi PDB pertanian dalam rupiah pada
tahun 2030 (Sumber TIM PSP3 IPB)
3. Peningkatan Nilai Tambah
Peningkatan nilai tambah dibingkai dalam kerangka
menuju sistem pertanian industrial seperti yang dicanangkan
Deptan hingga 2025 (Deptan, 2005f). Peningkatan nilai tambah
diarahkan kepada peningkatan pendapatan masyarakat petani
dan perdesaan di luar kegiatan on farm, sekaligus mendukung
kebijakan lahan pertanian, dengan banyaknya peluang pendapatan
dari kegiatan off farm. Peningkatan nilai tambah dapat dicapai
melalui Pengembangan industri pertanian, pengembangan
infrastruktur pertanian dan perdesaan, penguatan kelembagaan,
profesionalisme tenaga kerja, kebijakan lahan pertanian, sistem
mutu produk pertanian, dan peningkatan daya saing produk dan
pemasaran.
93
7
,
4. Peningkatan Kemandirian Pangan
Strategi kemandirian pangan diarahkan pada pemenuhan
pangan nasional secara mandiri berdasarkan sumberdaya alam,
kemampuan produksi dan kreativitas masyarakat. Keanekaragaman
pangan ditingkatkan baik sumber maupun bentuk dan citarasa hasil
olahan dengan basis tepung sebagai produk antara bahan pangan.
Kemandirian pangan diupayakan melalui diversifikasi pangan,
kebijakan lahan pertanian, pengembangan infrastruktur pertanian
dan perdesaan dan pengembangan budaya industri di perdesaan.
Penerapan sistem pertanian yang terdiversifikasi dengan
tetap memiliki ciri tanaman pangan, dengan menyertakan pola-pola
pertanian terpadu dengan pengelolaan ternak dan perikanan darat
sehingga tercipta ketahanan rumah tangga untuk mengantisipasi
siklus ekologi seperti kekeringan, cuaca buruk dan bencana alam.
Prinsip zero waste, yang memanfaatkan bioteknologi secara unggul
dan berdaya saing.
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Produktif dan Lestari
Pengelolaan Lingkungan hidup yang produktif dan lestari
diarahkan untuk terpeliharanya daya dukung lingkungan untuk
produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan, keaneka ragaman
hayati serta keseimbangan interaksi antara semua unsur dan faktor
lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang produktif dan lestari
dilaksanakan melalui upaya pengembangan sumberdaya alam
secara lestari, pemberdayaan masyarakat, reklamasi lahan, dan
pengadaan lahan pertanian pangan abadi. Kerangka manajemen
lingkungan didesain dengan tetap mengakui kemandirian dan
inisitatif masyarakat dan petani pelaku.
6.
Kebijakan Makro yang Mendukung Pertanian
Visi Indonesia pada 2030 adalah menjadi negara maju yang
unggul dalam pengelolaan sumberdaya alam. Salah satu misinya
adalah memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
ROEDHY POERWANTO, ISKANDAR LUBIS dan ED1 SANTOSO
Denganpotensisumberdaya alam yang ada, nampaknyaperkonomian
di Indonesia akan ditopang oleh sektor pertanian, pariwisata dan
pertambangan. lndustri yang harus dikembangkan adalah industri
yang mendukung sektor-sektor tersebut. Kebijakan ekonomi makro
negara juga harus mendukung ketiga sektor tersebut, termasuk
sektor pertanian. Kebijakan berbasis pertanian diterapkan dengan
menjadikan pengembangan pertanian sebagai sentral kebijakan
pemerintah dalam merancang pembangunan secara keseluruhan
dan menjadikan pertanian sebagai sentra pertumbuhan, sehingga
sektor-sektor lain seperti industri, perdagangan dan lainnya
mengutamakan pengembangan industri dan perdagangan dan
kegiatan lainnya yang berbasis pada usaha pertanian.
i
i
iJ
i
I
a
\
!
1
.1I
3
i
i
i
i1
t
i
i
i8
i
I1
1
1
I
!
Seperti yang disampaikan pada imperatif, kebijakan
tersebut meliputi: pengembangan industri pendukung kegiatan
pertanian hulu seperti pengembangan industri pupuk,
pengembangan industri alat-alat pertanian, pengembangan
industri pestisida dan petrokimia; kebijakan usaha permodalan
seperti pengembangan bank pertanian, pengembangan asuransi
pertanian dan pengembangan insentif pajak; kebijakan industri
pengolahan seperti pemberian tax holiday, pembebasan pajak
pada tenggat tertentu; kebijakan pemasaran domestik dan ekspor
seperti subsidi ekspor, proteksi, penyederhanaan ijin eksporimpor; kebijakan transportasi seperti pengembangan angkutan
masal, pengembangan pelabuhan, terminal agribisnis; kebijakan
teknologi informasi sehingga setiap petani dapat berkomunikasi
secara real time terhadap harga komoditas; kebijakan penelitian
yang dapat secara langsung memajukan pertanian.
95
1
AGROINDUSTRI
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara
ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu
terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang
didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.
Hal ini berarti, bahwa antara sektor pertanian (dan kehutanan)
dan sektor pertanian diperlukan adanya keterkaitan yang kuat
baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang
dalam mencapai tujuan masing-masing sektor tersebut. Adanya
keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan pengolahan
hasil pertanian atau industri agro (agroindustry).
Di masa yang akan datang, cadangan minyak dan gas bumi
yang sekarang merupakan sumber devisa negara akan berangsur
menipis dan perannya di dalam perkembangan perekonomian
sudah diperkirakan akan semakin kecil. Pada saai ini agroindustri
diharapkan akan tampil ke depan bersama-sama industri yang Lain
mendukung perekonomian negara.
Agroindustri adalah suatu kegiatan lintas disiplin yang
memanfaatkan sumber daya alam (pertanian) untuk industri.
Tanpa agroindustri, perkembangan agroindustri hanya akan mencapai peningkatan produksi tanpa mampu menaikkan nilai tambah
komoditi tersebut. Agroindustri merupakan revolusi nilai tambah
produk hasil revolusi hijau.
i4
i
i
I
$
1
;
2
+
Revolusi hijau berhasil meningkat produksi berbagai
komoditi hasil pertanian dan kehutanan akan tetapi hasil tersebut
sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau
bahan setengah jadi. Kondisi tersebut mengakibatkan berbagai
kerugian, baik oleh karena daya simpan bahan masih rendah, rawan
kontaminasi jasad renik dan berbagai kerusakan fisik. lainnya, juga
nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini
hasil revolusi hijau ini belum berhasil mengembangkan pendapatan
petani atau wilayah tempat komoditi tersebut dihasilkan.
Untuk melanjutkan keberhasilan revolusi hijau tersebut,
maka agroindustri akan mampu meningkatkan keberhasilan
yang telah dicapai tersebut. Sebenarnya dalam skala terbatas
agroindustri sudah dilaksanakan di berbagai perkebunan seperti
perkebunan Tebu yang menghasilkan gula, molase, spiritus, kertas
dan sebagainya.
Sedangkan perkebunan Kelapa sawit sampai saat ini masih
menghasilkan bahan setengah jadi yaitu CPO (crude palm oil) dan
PKO (palm kernel oil). Selain itu, perkebunan Karet hanya mampu
menghasilkan Karet remah (crumb rubber) atau Karet lembaran
yang diasapi (proses hilir) dapat menghasilkan berbagai produk
baru yang bernilai ekonomis tinggi dan dengan manfaat yang lebih
luas lagi seperti minyak goreng, margarin, "oleo chemical" dari
CPO sebagai contoh.
Berdasarkan hasil Simposium Agro Nasional lndustri 11 1987
yang diikuti oleh berbagai pihak yang terlibat dalam Agroindustri
(Dep. pertanian, Dep. Perindustrian, Pengusaha dan Perguruan
Tinggi), disimpulkan bahwa agroindustri, dalam kegiatannya
mencakup bidang-bidang berikut:
1. lndustri peralatan dan mesin-mesin pertanian
2.
3.
lndustri pengolahan hasil pertanian (pangan, non pangan dan
perhutanan)
lndustri jasa sektor pertanian.
lndustri peralatan dan mesin-mesin pertanian meliputi:
-
Mesin budidaya pertanian
-
Mesin pengolahan hasil pertanian
lndustri pengolahan hasil pertanian meliputi:
-
Pengolahan panganlhasil tanaman pangan
-
Pengolahan hasil ternak
Pengolahan hasil tanaman perkebunan
Pengolahan hasil perikananlperairan
Pengolahan hasil perhutanan
Pengolahan limbah hasil pertanian
lndustri jasa sektor pertanian dibedakan atas:
-
-
-
Pengemasan hasil pertanian
Transportasi, distribusi dan informasi hasil pertanian
Perdagangan
Konsultasi
Jumlah rumah tangga yang berusaha di sektor pertanian
sangat besar dan luas areal lahan pertanian yang dikelola oleh
rumah tangga ini cukup has. Dari pengelolaan ini, industri kecil
dan kerajinan yang tumbuh dapat menampung tenaga kerja yang
cukup banyak, jauh lebih banyak dari jumlah tenaga kerja yang
dapat diserap oleh sektor manufakturing.
Pengembangan agroindustri membutuhkan bahan baku
yang cukup besar dan dapat disediakan di dalam negeri. Bahan
baku ini berupa komoditi hasil pertanian yang belakangan ini
jumlah produksinya terus meningkat. sebagai contoh bahan baku
agroindustri ini adalah Karet, Kelapa, Kopi, Kelapa sawit, Tebu,
Tembakau, Coklat, Padi, Jagung, hortikultura, Teh, Aren, Siwalan,
Pala, Cengkeh, dsb. Produk yang dihasilkan dalam skala besar
(pabrikasi) antara lain CPO (crude palm oil), Kopra, Teh hitaml
Teh oolong, rokok, atau produk yang siap untuk dikonsumsi seperti
minyak goreng, margarin, gula pasir, pati, dsb. Skala kecill
kerajinan menghasilkan Teh oolong, gula merah (Aren, Siwalan),
minyak goreng, kayu Lapis dsb. Rakyatlpetani menghasilkan produk
setengah jadi untuk beberapa komoditi seperti biji Coklat, biji Kopi,
Teh oolong, Cengkeh, Kelapa cungkil, Karet bongkah dsb. Berbagai
kerajinan rakyat yang tercakup dalam agroindustri antara lain
kerupuk udang, gula merah, tahu, tempe, emping, tepung tapioka,
kulit, ikan pindanglasap dsb. Sebagian produk antara (setengah
jadi), dan produk kerajinan selain dipergunakan untuk kebutuhan
setempat, juga mendapatkan pasar di luar negeri, sehingga mampu
menghasilkan devisa yang cukup besar.
Dengan berbagai contoh di atas terlihat, bahwa cakupan
agroindustri cukup luas dan memberikan dampak yang sangat
positif baik bagi perkembangan industri pedesaan skala kecil
maupun industri manufakturing yang memberikan peningkatan,
baik tingkat kehidupan masyarakat di pedesaan maupun terhadap
perkembangan perekonomian negara. Berbagai perkembangan
istilah yang bertujuan bagi peningkatan pendapatan petani seperti
agrobisnis, pertanian berbudaya industri, sebenarnya tidak akan
berhasil untuk mencapai tujuan tersebut sebelum agroindustri
disadari secara menyeluruh mutlak untuk dikembangkan.
Lembaga pendidikan tinggi yang menangani pengadaan
sumberdaya manusia yang ahli dalam bidang agroindustri adalah
adanya jurusan dan program studi Teknologi lndustri Pertanian
(agroindustri). Di IPB sebagai universitas pertanian tertua dan
terlengkap mempunyai jurusan Teknologi lndustri Pertanian (TIN1
TIP) baik untuk strata 1 (SI), 2 (S2) maupun 3(S3). Jurusan ini
merupakan pionir bagi pengadaan sumberdaya manusia dalam
bidang agroindustri. sebagai jurusan Agroindustri tertua di negara
ini, jurusan ini dibagi menjadi bidang proses, bidang manajemen
dan bidang penunjang. Bidang proses dinyatakan dengan adanya
laboratorium (keahlian)yang meliputi LaboratoriumTeknologi Kimia
dan Laboratorium Bioindustri/Bioteknologi. Bidang manajemen
dinyatakan dengan adanya laboratorium Teknik dan Manajemen
lndustri dan laboratorium Bisnis dan Aplikasi Industri. Sedangkan,
bidang penunjang meliputi laboratorium Kemasan, Transportasi
dan Distribusi, Laboratorium Pengawasan Mutu dan Laboratorium
Teknik dan Manajemen Lingkungan.
SISTEM AGRIBISNIS
SUMARDJO
Departemen SOSEK-Faperta IPB
1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem
Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai
rangkaian kegiatan dari beberapa sub-sistemyang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain. Setidaknya ada Lima sub-sistemyang
saling terkait tersebut (Krisnamurthi dan Saragih, 1992). Kelima
sub-sistem tersebut adalah (1) sub-sistem faktor input pertanian
(input factor sub-system), (2) sub-sistem produksi pertanian
(productionsub-system), (3) sub-sistem pengolahan hasil pertanian
(processing subsystem), (4) sub-sistem pemasaran (marketing subsystem), dan (5) sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting
institution sub-system).
Penjelasan atas masing-masingsub-sistem tersebut sebagai
berikut ini. Pertama, sub-sistem produksi pertanian sering disebut
sebagai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan
sarana produksi pertanian (saprotan). Kedua, sub-sistem produksi
pertanian disebut sebagai kegiatan budidaya pertanian, atau
karena umumnya dilaksanakan di tingkat unit usaha pertanian,
maka juga disebut sebagai kegiatan usaha tani. Bila diperhatikan,
pengertian "pertanian" yang selama ini digunakan juga cenderung
lebih banyak mengacu pada kegiatan-kegiatan dalam sub-sistem
produksi ini. Ketiga, sub-sistem pengolahan hasil pertanian sering
disebut sebagai kegiatan agroindustri hasil pertanian, Keempat,
sub-sistem pemasaran, baik untuk faktor produksi, hasil produksi
maupun hasil olahan nya. Kelima, sub-sistem kelembagaan
penunjang yang sering disebut sebagai sub-sistem jasa (servci e
sub-system).
Kegiatan pertanian atau budidaya dimasukkan ke dalam
kelompokkan kegiatan usaha tani (on-farm activities), sedangkan
pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran
dan jasa-jasa penunjang dikelompokkan ke dalam kegiatan luar
usaha tani (off-farm activities).
2. Apa Peran Agribisnis dalam Era Pembangunan?
Kegiatan-kegiatandalamsistemagribisnistelah memberikan
sumbangan yang nyata bagi perekonomian di Indonesia, yaitu dalam
bentuk : (1) hasil produksi pertanian, (2) pasar, (3) faktor produksi,
dan (4) kesempatan kerja. Sumbangan hasil produksi dapat dilihat
dari terwujudnya swasembada beras sejak tahun 1984.
Sumbangan pasar dapat dilihat dari demikian besarnya
pangsa pasar domestik di pedesaan bagi produk-produk industri
dan sektor lain, sehingga mendukung kemampuan atau daya beli
masyarakat di pedesaan. Sumbangan faktor produksi dapat dilihat
dari penyediaan tenaga kerja, modal dan bahan baku khususnya
bagi sektor industri. Kemudian sumbangan kesempatan kerja
ditunjukkan oleh daya serap tenaga kerja dalam kegiatan agribisnis
yang masih menempati urutan terbesar sampai saat ini.
Peranan agribisnis akan tetap penting di masa-masa
pembangunan yang akan datang. Peranan pertanian atau subsistem budidaya cukup nyata terhadap pendapatan nasional
maupun dalam penyedia lapangan kerja di masa pembangunan.
Hal ini telah mendorong berkembang nya sub-sistem lain, yaitu
agroindustri pengolahan hasil pertanian, pemasaran, dan sub-sistem
jasa penunjang, seperti lembaga keuangan dan penyuluhan atau
konsultansi. Pada akhir Pembangunan Jangka Panjang II diharapkan
akan terjadi transformasi struktural terjadi di Indonesia, yaitu
transformasi struktur agribinis, dari kegiatan pertanian di tingkat
usaha tani (on-farm activities) menjadi kegiatan di luar usaha tani
(off-farm activities).
Dengan demikian, transformasi ekonomi dari yang berbasis
pertanian ke ekonomi yang berbasis industri menempatkan
lndonesia menjadi negara yang bercorak agribisnis. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan yang terjadi pada industri-industri yang
bersifat pengolahan hasil pertanian (agro-base industry), misalnya
industri minyak sawit, industri kayu lapis, crumb rubber dan
sejenisnya.
3. Agribisnis Merupakan Kegiatan Produksi
Berbasis Sumberdaya
Pada era perekonomian global lndonesia menghadapi
persaingan dengan negara lain. Pada kondisi seperti itu dibutuhkan
pengembangan komoditas-komoditas andalan yang memiliki dayasaing tinggi, tetapi tetap dapat mempertahankan asas pemerataan
dalam setiap kegiatan ekonomi. Diperkirakan pada masa yang akan
datang kegiatan produksi yang berbasis sumberdaya (resource
base) berpeluang besar mempunyai keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif dibanding kegiatan produksi yang bersifat
berbasis teknologi atau technological. base maupun berbasis modal
atau capital base (Krisnamurthi dan Saragih, 1992).
Kegiatan produksi berbasis sumberdaya yang terbesar
adalah kegiatan agibisnis, yaitu pada sub-sistem budidaya dan subsistem pengolahannya (agroindustri). Kenyataan menunjukkan,
bahwa di lndonesia produk-produk yang berbasis sumberdaya
tersebut memiliki pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibanding
ekspor produk pertanian dalam bentuk bahan mentah, bahkan lebih
tinggi dari ekspor hasil industri secara keseluruhan. Pada tahun
1982-1987 misalnya, ekspor produk pertanian dalam bentuk bah