Kadar Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Lima Aksesi Tanaman Kunyit (Curcuma domestica) pada Lokasi Budidaya Kecamatan Nagrak, Sukabumi.

i

KADAR FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN LIMA
AKSESI TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica) PADA
LOKASI BUDIDAYA KECAMATAN NAGRAK, SUKABUMI

JANUAR ANNISAS

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kadar fenolik dan

aktivitas antioksidan lima aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica) pada
lokasi budidaya kecamatan Nagrak, Sukabumi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Januar Annisas
NIM G84090055

iii

ABSTRAK
JANUAR ANNISAS. Kadar fenolik dan aktivitas antioksidan lima aksesi
tanaman kunyit (Curcuma domestica) pada lokasi budidaya kabupaten Nagrak.
Dibimbing oleh WARAS NURCHOLIS dan EDI DJAUHARI.
Kunyit telah diketahui memiliki kandungan fenolik yang berkhasiat

sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan senyawa
fenolik dan aktifitas antoksidan yang terkandung pada tanaman kunyit yang
berasal dari lima aksesi dan dua varietas yang ditanam di lokasi pertanian Nagrak.
Bioaktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1diphenyl-2-picryl-hydrazyl), sedangkan untuk total fenolik menggunakan metode
metode FCA (Folin-Ciocalteau assay). Kunyit yang berasal dari varietas Nagrak
memiliki kandungan fenolik dan aktifitas antioksidan tertinggi dibandingkan
dengan sampel lainnya yaitu sebesar 479.20 mg/g dan 39.36 µg/mL. Selain itu
kunyit varietas Nagrak merupakan kunyit terbaik dibandingkan dengan aksesi dari
6 lokasi lainnya. Berdasarkan parameter agrobiofisik kondisi lingkungan lokasi
pertanian Nagrak tidak baik untuk budidaya kunyit dikarenakan suhunya hanya
18-26oC, curah hujan ± 231.98 mm tahun-1, dan tanahnya tidak berpasir.
Kata kunci : antioksidan, kunyit, senyawa fenolik.

ABSTRACT
JANUAR ANNISAS. The Fenolik’s level and the antioxidant’s activity of
five promicing lines of turmeric (curcuma domestica) in cultivating location at
Nagrak regency. Under direction WARAS NURCHOLIS and EDI DJAUHARI.
Turmeric is well known have the fenolik content that can be as
antioxidant. The purpose of this research is for analyzing the fenolik’s compound
and the antioxidant’s activity of turmeric that comes from five promicing lines

and two varieties in Nagrak’s agricultural. The activity of antioxidant is depent on
DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl)’s method. Wereas for the total of fenolik
is used FCA (Folin-Ciocalteau assay)’s method. Nagrak’s promicing lines has the
highest fenolik’s level and the activity antioxidant’s level of all it is 479.20 mg/g
and 39.36 µg/mL. Turina’s 2 is a better tumeric than the other promicing lines
from six location. Besides the agrobiofisik’s parameter, the environment of
Nagrak is not good for the Tumeric because the temperature is only 18-26oC, the
rainfall is ± 231.98 mm year1 and the land has no sand
Keyword : antioxidant, fenolik’s compound, turmeric.

iv

KADAR FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN LIMA
AKSESI TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica) PADA
LOKASI BUDIDAYA KECAMATAN NAGRAK, SUKABUMI

JANUAR ANNISAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

v

BOGOR
2013

vi

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Kadar Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Lima Aksesi

Tanaman Kunyit (Curcuma domestica) pada Lokasi Budidaya
Kecamatan Nagrak, Sukabumi.
: Januar Annisas
: G84090055

Disetujui oleh

Waras Nurcholis, S.Si., M.Si
Ketua

Drs. Edi Djauhari P, M.Si
Anggota

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika. M.App.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


vii

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW dan para pengikutnya sampai akhir zaman sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Kadar fenolik dan
aktivitas antioksidan lima aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica) pada
lokasi budidaya kecamatan Nagrak, Sukabumi”. Kegiatan penelitian ini dilakukan
dari bulan November 2012 hingga Februari 2013, bertempat di Laboratorium
Pusat Studi Biofarmaka (PSB), Taman Kencana, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian ini, terutama kepada Waras Nurcholis, S.Si., M.Si.
selaku ketua pembimbing dan Edi Djauhari, S.Si., M.Si selaku anggota
pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya serta
mempercayai saya dalam mengerjakan penelitian ini. Terima kasih kepada orang
tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat
bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih pula kepada Mbak
ina, Ibu Nunuk, Antonio, Endi, Bapak taufik dan Bapak Zaim selaku peneliti di
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB), serta rekan-rekan yang membantu

selama penelitian ini yaitu Kartika, Febri, Syifa, Andin, Eko, Irma, teman teman
rumah kopi dan biokimia 46 yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran
bagi penulis. Semoga penelitian ini mampu memberikan informasi dan manfaat
bagi yang memerlukan.

Bogor, Juni 2013

Januar Annisas

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

IX

DAFTAR GAMBAR

IX


DAFTAR LAMPIRAN

IX

PENDAHULUAN

1

METODE

2

BAHAN
ALAT
PROSEDUR
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Ekstrak Rimpang Kunyit
Kadar Senyawa Fenolik Ekstrak Rimpang Kunyit

Aktivitas Antioksidan (IC50)Ekstrak Rimpang Kunyit
Hasil Analisis Agroklimat Lokasi Pertanian
PEMBAHASAN
Ekstrak Rimpang Kunyit
Korelasi Total Fenolik dan Aktifitas Antioksidan
Kondisi Agroklimat Lokasi Pertanian
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
SARAN

2
2
2
4
4
4
4
5
5
6

6
7
9
10
10
10

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

19

ix


viii

DAFTAR TABEL
1. Karakteristik agroklimat lokasi pertanian

5

DAFTAR GAMBAR
1. Rendemen ekstrak rimpang kunyit
2. Senyawa Fenolik Ekstrak Rimpang Kunyit
3. Aktifitas antioksidan ekstrak rimpang kunyit
4. Perubahan warna DPPH dalam micro plate
5. Hasil uji antioksidan ekstrak kunyit
6. Grafik korelasi antara total fenolik dengan IC50

4
4
5
8
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Rendemen hasil ekstraksi
2. Absorban standar asam tanat pada panjang gelombang ( ) 725 nm
3. Total fenolik kunyit pada panjang gelombang ( ) 725 nm
4. Data absorban dan nilai IC50 kunyit dari tujuh asal yang berbeda
5. Grafik pengaruh sampel terhadap % inhibisi
6. Hasil uji IC50 sampel kunyit

14
15
16
16
18
22

1

PENDAHULUAN
Tanaman kunyit merupakan jenis Curcuma yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu jenis
tanaman obat dari famili Zingiberaceae yang potensial untuk dikembangkan dan
merupakan salah satu dari sembilan jenis tanaman unggulan dari Ditjen POM
yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat (Hadipoentyanti & Syahid
2007). Rimpang Kunyit mempunyai berbagai komponen bioaktif seperti
kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, mineral serta berbagai
senyawa fenolik (Permadi 2008).
Rimpang kunyit mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai
obat yakni, senyawa kurkuminoid yang terdiri atas tiga senyawa yaitu: kurkumin,
demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Beberapa kandungan senyawa
lainnya dari rimpang kunyit adalah resin, oleoresin, dan minyak atsiri yang terdiri
atas senyawa monoterpen, dan sesquiterpen meliputi zingiberin, α-tumeron, βtumeron, tumerol, α-atlanton, dan linalool. Menurut Rustam et al. (2007),
kurkuminoid yang terkandung di dalam kunyit sebagai senyawa isolasi maupun
kurkuminnya mempunyai aktivitas yang sangat luas, diantaranya sebagai
antioksidan (Hudayani 2008).
Radikal bebas merupakan penyebab beberapa penyakit degeneratif
contohnya kanker dan antioksidan senantiasa dibutuhkan untuk melawan
keberadaan radikal bebas. Tumbuhan herbal seperti kunyit diketahui memiliki
aktifitas antioksidan terhadap radikal bebas. Namun untuk mengetahui aktivitas
komponen bioaktif kunyit dan kandungan antioksidan yang lebih baik, maka perlu
dilakukan uji mengenai kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dalam
kunyit, dalam hal ini kurkuminoid yang berpotensi sebagai antioksidan (Narlawar
2008).
Pada penelitian bertujuan untuk mengukur kemampuan aktifitas
antioksidan dan kandungan kadar fenolik yang terdapat pada tanaman kunyit.
Penentuan total fenolik ditentukan dengan menggunakan metode folin-ciocalteau
assay (FCA), sedangkan penentuan aktifitas antioksidan menggunakan metode 1,1
difenil-2-pikrihidrazil (DPPH). Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber
informasi mengenai keanekaragaman kunyit dan senyawa bioaktifnya, manakah
dari ketujuh sampel yang memiliki data yang terbaik.
Hipotesis pada penelitian ini, umumnya kunyit memiliki aktivitas
antioksidan. Aktifitas antioksidan pada tanaman kunyit disebabkan oleh senyawa
kurkumioid yang terdapat di kunyit. Kurkuminoid termasuk kedalam golongan
senyawa fenolik. Semakin banyak kadar fenolik yang dimiliki maka akan semakin
tinggi pula aktivitas antioksidan yang dimiliki.
Penelitian yang berjudul “Kadar fenolik dan aktivitas antioksidan lima
aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica) pada lokasi budidaya kecamatan
Nagrak.” dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Februari 2012.
Penelitian ini bertempat di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka dan lokasi
pertanian kabupaten Nagrak, untuk pengambilan sampel dan laboratorium ilmu
tanah untuk analisis kadar tanah.

2

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel rimpang tanaman kunyit (5 aksesi
dan 2 varietas (turina 1 dan turina 2) sebagai varietas pembanding), 96 well plate,
aqua tridestillata, DMSO (E. Merck), etanol absolut (E. Merck), alumunium foil,
metanol, reagen Folin-Ciocalteau 10%, Na2CO3 7.5%, asam tanat dan DPPH (2,2
difenil-1-pikril hidrazil).
Alat
Alat yang digunakan dalam penilitian diantaranya microplate reader (Lab
System Multiscan Ascent), mikro pipet (Socorex), neraca digital, shaker (Labnet
Orbit 1000), vortex, dan mikro plate, vial, labu takar, gelas ukur, tabung reaksi,
spatula, neraca digital, vorteks, oven, penggiling 100 mash, pipet tetes, pipet
volumetrik, pipet mikro, tip, pisau.
Prosedur
Persiapan Sampel
Kunyit diambil dari lokasi pertanian Nagrak, Sukabumi. Kunyit berasal
dari 5 aksesi (Nagrak, Ngawi, BPTO, Ciemas, Wonogiri) dan 2 varietas asal
Balitro (Turina 1 dan 2) yang digunakan sebagai kontrol positif pada penelitian
ini. Masing-masing kunyit dibersihkan dan dicuci menggunakan air mengalir
sampai semua tanah dan kotoran yang menempel pada kunyit hilang. Semua
kunyit yang telah bersih dipotong, selanjutnya dikeringkan di bawah sinar
matahari selama 5 hari. Setelah kunyit menjadi simplisia, masing-masing kunyit
digiling dengan ukuran 100 mesh. Selanjutnya dipilih simplisia yang kadar airnya
≤ 10 %.
Ekstraksi Rimpang Kunyit.
Simplisia dengan kadar air ≤ 10 % yang telah didapat diekstraksi
menggunakan metode maserasi. Proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol
70% dengan perbandingan simplisia dengan pelarut adalah 1: 10 yang
dimasukkan ke dalam maserator dan direndam selama 6 jam sambil sekali-kali
diaduk, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan, dan proses
diulang 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak
kental. Proses ekstraksi dilakukan dengan ulangan sebanyak 5 kali.
Penentuan Bilangan Total Fenolik
Berdasarkan penelitian Javanmardi et al. (2003), sebanyak 0.2 ml ekstrak
(tiga kali ulangan) konsentrasi 50 mg/L dilarutkan dalam tabung reaksi dan
ditambah 5 ml H20, ditambah 0.5 ml reagen Folin-Ciocalteau 50%, dan ditambah
1 ml Na2CO3 dan didiamkan selama 1 jam pada ruang gelap. Absorban larutan
diukur menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Sebagai
standar digunakan asam tanat pada berbagai konsentrasi (0, 10, 30, 50, 70 mg/L)
dilarutkan dalam etanol PA.

3

Analisis Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Berdasarkan penelitian Udenigwe et al. (2009), estrak kental sampel
kunyit yang berasal dari lima aksesi dan dua varietas hasil maserasi dilarutkan
dengan 3ethanol dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Modifikasi metode
dilakukan dengan mengubah konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk analisis
yaitu 12,5, 25, 50, 100, 200 ppm. Larutan induk untuk masing-masing sampel
kunyit Sukabumi yaitu 200 ppm dibuat dengan menimbang 1 mg sampel dan
ditambahkan dengan 5 ml 3ethanol. Pembuatan larutan DPPH dilakukan dengan
menimbang 1,23 mg DPPH kemudian diencerkan dengan 3ethanol hingga 25 ml
menggunakan labu takar. Larutan sampel dengan konsentrasi 12,5 ppm, 25 ppm,
50 ppm, 100 ppm dan 200 ppm dimasukkan ke dalam masing-masing sumur (well
plate) dan dilakukan masing-masing tiga kali ulangan sebanyak 100 L setiap
sampel dengan masing-masing konsentrasi tersebut.
Pada masing-masing sumur ditambahkan 100 L larutan DPPH 0,1 M
hingga volume akhir yang terdapat pada sumur yaitu 200 L. Selanjutnya,
diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit dan diukur serapannya menggunakan
Micro plate reader dengan panjang gelombang 517 nm. Nilai absorbansi yang
diperoleh selanjutnya digunakan untuk mendapatkan persen penangkapan radikal
bebas dan digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi linier dengan rumus
yaitu y = a + b ln x. Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan rumus persamaan
regresi tersebut (Lampiran 11). Nilai IC50 yang paling rendah menunjukkan
aktivitas antioksidan yang paling tinggi.
Penentuan IC50
Inhibition concentration 50 atau IC50 merupakan nilai konsentrasi minimal
ekstrak yang dapat menginhibisi enzim sampai 50%. Nilai IC50 diperoleh dari
masing-masing kurva ekstrak sampel dengan memasukkan nilai Y=50.
Y = a + bx (fungsi linier)
Y = ax2 + bx +c (fungsi kuadratik)
Y = a + b ln (x) (fungsi ln)
Keterangan:
a dan b = konstanta
x
= IC50
Langkah selanjutnya yaitu dipilih satu persamaan yang paling sesuai untuk
masing-masing sampel dengan melihat nilai r2 tertinggi yang diperoleh.
Analisis Kadar Tanah
Penentuan anlisis kadar tanah dilakukan di laboratorium ilmu tanah IPB,
menggunakan jasa analis untuk penentuan kadar tanah yang terdapat di lokasi
pertanian
Analisis Statitik
Data dianalisis menggunakan Statistical Package Social Science (SPSS)
versi 17.0 dengan metode One-way ANOVA. Hal ini digunakan untuk
menghubungan korelasi antar total fenolik dan aktifitas antioksidan yang ada.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Ekstrak Rimpang Kunyit
Hasil ekstraksi rimpang kunyit yang berasal dari tujuh sampel
menghasilkan data rendemen yang terkandung berkisar antara 16.97-21.37%
(Gambar 1). Kunyit yang berasal dari daerah Ngawi memiliki rendemen yang
lebih tinggi dibandingkan kunyit yang lain dengan nilai rendemen sebesar 21.37%
dan kunyit yang berasal dari wonogiri memiliki rendemen terkecil dengan nilai
rendemen sebesar 16.97%.

Gambar 1 Rendemen ekstrak rimpang kunyit

Kadar Senyawa Fenolik Ekstrak Rimpang Kunyit
Hasil pengukuran senyawa fenolik yang terdapat pada ekstrak rimpang
kunyit diperoleh senyawa fenolik yang terkandung berkisar antara 493.30-422.50
mg/g (Gambar 2). Kunyit yang berasal dari daerah Nagrak memiliki kadar
senyawa fenolik yang paling tinggi sebesar 479.20 mg/g, sedangkan kunyit yang
berasal dari daerah Wonogiri memiliki kadar total fenolik terkecil sebesar 422.50
mg/g. Varietas turina 1 dan turina 2 merupakan varietas pembanding pada
penelitian ini.

5

Gambar 2 Senyawa Fenolik Ekstrak Rimpang Kunyit

Aktivitas Antioksidan (IC50)Ekstrak Rimpang Kunyit
Hasil pengukuran senyawa antioksidan yang terdapat pada ekstrak
rimpang kunyit diperoleh hasil kadar IC50 berkisar antara 39.36-73.47 µg/mL
(Gambar 3). Kunyit yang berasal dari daerah Nagrak memiliki kadar IC50 yang
paling baik yaitu sebesar 44.09 µg/mL, sedangkan kunyit yang berasal dari daerah
Wonogiri memiliki kadar IC50 paling rendah yaitu sebesar 73.47 µg/mL. Varietas
turina 1 dan turina 2 merupakan varietas pembanding pada penelitian ini.

Gambar 3 Aktifitas antioksidan ekstrak rimpang kunyit

Hasil Analisis Agroklimat Lokasi Pertanian
Keadaan agroklimat lokasi pertanian Nagrak, Sukabumi memiliki suhu 1826, ketinggian 550-750 dpl, curah hujan 231,98 mm (tahun-1), sedangkan
kandungan senyawa kimia seperti C organik dan N bernilai 1.67 dan 0.17.
Analisis kadar tanah dilakukan di laboratorium departemen ilmu tanah, fakultas
pertanian IPB dengan menggunakan jasa analis.
Tabel 1. Karakteristik agroklimat lokasi pertanian
Agroklimat
Kondisi iklim
Suhu (oC)
Ketinggian tempat (m dpl)
Curah Hujan (mm tahun-1)
Sifat fisik atau kimia tanah :
Kandungan komponen (%) :
Pasir
Debu
Liat
pH H2O
C Organik (%)
N total (%)
C/N Rasio
P tersedia (ppm)
Basa yang dapat dipertukarkan (me 100 g-1)
Ca
Mg
K
Na
Total
Al dd (me 100 g-)

Lokasi Budidaya Nagrak (Sukabumi)
18-26
550-750
231.98

7.98
44.22
47.80
5.20
1.67
0.17
9.82
6.8
1.85
0.61
2.83
1.16
6.45
0.20

6

KTK (me 100 g-1)
Kejenuhan basa (%)

16.35
39.45

Pembahasan
Ekstrak Rimpang Kunyit
Ekstraksi dilakukan pada 7 sampel kunyit yang berasal dari 5 aksesi
(Nagrak, Ngawi, Tawamangu, Wonogiri, dan Ciemas) dan 2 varietas yang berasal
dari Bogor (Turina 1 & 2 )yang bertindak sebagai varietas pembanding.
Penanaman sampel dilakukan di tempat yang sama yaitu di Kabupaten Nagrak,
Sukabumi. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol 70 % dengan metode
maserasi. Penggunaan etanol sebagai pelarut disebabkan beberapa hal di
antaranya, kepolaran, toksisitas, dan mudah diperoleh. Sifat dari pelarut etanol
yang tidak beracun menyebabkan etanol ditetapkan standar sebagai pelarut yang
aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Etanol 70% digunakan karena memiliki dua gugus fungsi yang berbeda
tingkat kepolarannya, yaitu gugus hidroksil (OH) yang bersifat polar dan gugus
alkil (-R) yang bersifat non polar. Adanya kedua gugus tersebut diharapkan agar
senyawa-senyawa kimia dengan tingkat kepolaran yang berbeda dalam simplisia
sampel akan terekstrak ke dalam etanol (Khopkar 2003). Seperti halnya,
kurkuminoid merupakan senyawa yang bersifat polar, kepolarannya disebabkan
oleh gugus –OH yang terdapat pada struktur senyawa kurkuminoid. Kurkuminoid
larut dalam pelarut yang mempunyai kepolaran hampir sama. Etanol memiliki
kepolaran yang mirip dengan kurkuminoid sehingga cocok digunakan sebagai
pelarut dalam proses ekstraksi rimpang \ kunyit.
Metode maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan Suwiah (1991) rendemen yang dihasilkan dari suatu proses
ekstraksi akan meningkat seiring dengan peningkatan waktu ektraksi. Hal ini
disebabkan semakin lama waktu ekstraksi, semakin lama waktu kontak antara
pelarut dan bahan baku sehingga proses penetrasi pelarut ke dalam sel bahan
(sampel) akan semakin baik yang menyebabkan semakin banyaknya senyawa
yang berdifusi keluar sel. Perbedaan jumlah rendemen pada ekstrak kunyit
dikarenakan pada ekstrak dengan rendemen tertinggi mengandung lebih banyak
senyawa yang mudah larut dalam pelarut etanol 70%, sedangkan ekstrak dengan
rendemen yang lebih rendah mengandung sejumlah senyawa yang kurang larut
dalam pelarut etanol 70%.
Rendemen ekstrak rata-rata dari 3 kali ulangan yang dilakukan diperoleh
hasil dari penelitian ini yakni rendemen kunyit asal Ngawi memiliki nilai
rendemen yang paling tinggi dibandingkan dengan rendemen kunyit asal daerah
lain yaitu sebesar 21.37 % (Gambar 1). Rendemen ekstrak rimpang kunyit dari
hasil penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
Suwiah (1991), yakni sebesar 21.81-66.74%. Hal ini disebabkan karena beberapa
hal diantaranya ukuran serbuk, suhu, kecepatan pengadukan yang digunakan
berbeda dan pemilihan metode ekstraksi. Menurut Nurcholis (2008) metode
maserasi sangat ditentukan oleh ketebalan dinding sel dan membran sel. Hal
tersebut dikarenakan dalam maserasi dilakukan dengan merendam bahan tanaman
dalam pelarut tertentu, hal ini menyebabkan terjadi pemecahan dinding sel dan
membrane sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut etanol

7

yang digunakan. Hal inilah yang menentukan besar kecilnya rendemen yang
dihasilkan dalam suatu proses ekstraksi secara maserasi. Ketebalan dinding sel
sangat dipengaruhi faktor genetik dari ketujuh sampel tersebut.
Korelasi Total Fenolik dan Aktifitas Antioksidan
Senyawa kurkuminoid merupakan senyawa hasil dari metabolit sekunder
yang termasuk kedalam golongan senyawa fenolik umumnya terdapat pada
tanaman jenis Curcuma dan telah dilaporkan memiliki aktivitas biologis seperti
antioksidan dan antiinflamasi (Itokawa et al. 2008). Senyawa fenolik yang
terdapat pada kunyit diantaranya adalah kurkuminoid, kurkuminoid merupakan
senyawa hasil metabolit sekunder yang mempunyai fungsi sebagai antioksidan
dan antiinflamasi.
Penentuan total fenolik didasarkan pada prinsip kolorimetri menggunakan
metode Folin-Ciocalteau assay (FCA). Metode FCA yang digunakan untuk
menentukan jumlah total fenolik dinilai lebih baik dibandingkan beberapa metode
penentuan total fenolik lainnya seperti Folin-Denis assay (FDA). Prinsip
penentuan total fenolik menggunakan metode Folin-Ciocalteau assay yaitu adanya
transfer elektron dalam kondisi medium basa dari senyawa fenolik ke asam
fosfomolibdat (H3PMo12O40) atau fosfotungstat (H3PW12O40) yang terdapat di
dalam reagen Folin-Ciocalteau membentuk kompleks warna biru yang diukur nilai
absorbannya. Pembentukan kompleks warna biru ini sebanding dengan jumlah
senyawa fenolik yang terkandung dalam suatu sampel (Dai & Mumper 2010).
Kadar senyawa fenolik dari varietas Nagrak adalah 479.20 mg/g paling besar
dibandingkan dengan kadar senyawa fenolik dari sampel lainnya.
Pemilihan pelarut juga sangat mempengaruhi terhadap jumlah senyawa
fenolik yang terekstrak. Pelarut polar seperti air dan etanol sangat efektif untuk
mengekstraksi senyawa fenolik. Hal inilah yang menyebabkan total fenolik
terbesar ekstrak rimpang kunyit terdapat pada ekstrak dengan pelarut polar (air
dan etanol). Ekstraksi senyawa fenolik dengan pelarut etanol akan lebih efektif
karena tingkat kepolaran etanol lebih rendah dibandingkan air. Hal ini akan
mengakibatkan dinding sel tumbuhan yang bersifat kurang polar lebih mudah
didegradasi dan senyawa fenolik akan lebih mudah keluar dari sel tanaman
(Tiwari et al. 2011). Pelarut lainnya yang sering digunakan untuk mengekstraksi
senyawa fenolik diantaranya adalah metanol yang cocok digunakan untuk
mengekstraksi polifenol dengan berat molekul rendah dan aseton yang cocok
digunakan untuk mengekstraksi senyawa fenolik dengan berat molekul yang lebih
besar seperti flavanol (Dai & Mumper 2010)
Menurut Prahaditya (2012), perbedaan senyawa fenolik dalam hal ini
senyawa kurkuminoid yang terkandung didalam kunyit asal Nagrak dengan kunyit
lainnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik yang dimiliki pada setiap kunyit
dengan asal yang berbeda tersebut dan perbedaan faktor lingkungan seperti
kandungan tanah, ketersediaan cahaya dan senyawa kimia lainnya yang
membantu dalam proses metabolisme baik primer maupun sekunder dari tanaman
kunyit tersebut. Senyawa kurkuminoid merupakan golongan senyawa fenolik
sehingga kurkuminoid yang didapat akan berbanding lurus dengan total fenolik
yang ada, hal itu disebabkan pada tanaman kunyit kurkuminoid merupakan
senyawa penyusun terbesar dari total fenolik yang didapat (Jayaperkasha 2006).

8

Berdasarkan data yang diperoleh yakni kunyit asal Nagrak memiliki
aktifitas antioksidan tertinggi sebesar 44.09 µg/mL. Sesuai dengan hipotesis awal
yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar senyawa fenolik yang terkandung
maka semakin tinggi pula aktifitas antioksidannya (Nurcholis 2008). Cara
menentukan aktifitas antioksidan yang terbaik dilihat dari nilai IC 50 yang semakin
kecil, sesuai dengan kunyit asal Turina 2 yang mempunyai nilai IC50 yang kecil.
Sampel dapat dikatakan memiliki aktifitas antioksidan yang baik karena nilai IC50
yang didapat kurang dari 200 µg/mL (Blois 1985).
Pada pengujian aktivitas antioksidan terjadi perubahan warna pada larutan
DPPH yang awalnya berwarna ungu menjadi berubah kekuningan setelah
penambahan ekstrak kunyit (Gambar 5). Berdasarkan hasil pengukuran serapan
dengan micro plate reader diperoleh data absorban, semakin tinggi konsentrasi
sampel yaitu dimulai dari 12.5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm akan
menghasilkan nilai absorban yang semakin rendah (Gambar 5).

Gambar 4 Perubahan warna DPPH dalam micro plate

Gambar 5 Hasil uji antioksidan ekstrak kunyit

Berdasarkan gambar 5 diatas yaitu konsentrasi sampel yang semakin
tinggi memiliki aktivitas antioksidan yang semakin tinggi pula sehingga mampu

9

menghambat radikal bebas lebih banyak. Penghambatan radikal bebas ini ditandai
dengan peluruhan warna ungu. Penurunan nilai absorban karena yang diukur oleh
micro plate reader adalah warna ungu DPPH yang semakin pudar seiring dengan
meningkatnya konsentrasi sampel.
Hal ini disebabkan satu molekul dari senyawa antioksidan disumbangkan
kepada senyawa DPPH dan mekanisme ini dibuktikan dengan perubahan warna
DPPH (Naik et al. 2003). Perubahan warna DPPH diukur pada panjang
gelombang 517 nm dengan menggunakan micro plate reader. Pemilihan panjang
gelombang 517 nm disebabkan warna ungu larutan DPPH memiliki serapan yang
kuat pada panjang gelombang 517 nm dalam bentuk teroksidasi (Masuda et al.
1999).

Gambar 6 Grafik korelasi antara total fenolik dengan IC50

Hasil uji menunjukan bahwa senyawa fenolik yang dihasilkan berbanding
lurus dengan nilai IC50 yang didapat, yakni semakin tinggi kadar fenolik yang
didapat maka nilai IC50 akan semakin kecil, dengan kata lain aktifitas antioksidan
akan semakin tinggi dengan kadar fenolik yang semakin tinggi pula. Hal ini sesuai
dengan korelasi positif yang didapatkan berdasarkan analisis statistik
menggunakan perangkat komputer SPSS dengan metode one way ANOVA. Nilai
r2 yang didapat sebesar 0.962. Kunyit yang berasal dari Nagrak memiliki kadar
fenolik dan aktifitas anioksidan yang terbaik dibandingkan dengan kunyit lainnya.
Kondisi Agroklimat Lokasi Pertanian
Data agroklimat tiga lokasi penelitian dari kondisi iklim, sifat fisik dan
kimia tanah tersaji pada Tabel 1. Kondisi tanah pada lokasi penelitian akan
mempengaruhi produksi rimpang dan banyaknya jumlah rimpang. Kondisi tanah
kabupaten Nagrak Sukabumi memiliki kadar pasir yang tidak terlalu besar yaitu
7.98%, sehingga pertumbuhan kunyit kurang optimal. Kondisi yang berpasir
merupakan kondisi optimal untuk pertumbuhan kunyit dibandingkan dengan
kondisi tanah yang liat yang menyebabkan pertumbuhan tidak maksimal dan lebih
memperbanyak jumlah percabangan dibandingkan dengan besarnya rimpang
(Nurcholis 2008).
Menurut penelitian Wardiyati et al (2012) temulawak dan kunyit memiliki
kesamaan famili yaitu Zingiberaceae dan kesamaan senyawa bioaktif yaitu
kurkumin. Sebagai hasil metabolisme sekunder tanaman, produksi kurkumin
tentunya juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang sama (Kristina et.al.,
2007). Faktor-faktor lingkungan tersebut antara lain: iklim yang meliputi cahaya

10

matahari, suhu udara, lingkungan atmosfer (CO2, O2 dan kelembaban) dan
lingkungan perakaran (sifat kimia dan fisika tanah) serta ketersediaan air di dalam
tanah (Nitisapto dan Siradz, 2005)
Selain itu faktor penentu pembentukan senyawa metabolit sekunder
lainnya yaitu stimulasi faktor lingkungan biotik maupun abiotik, keseimbangan
nutrisi karbon, genotipe, dan ontogenesis (Kliebenstein 2004; Laitinen et al 2005;
Lerdau 2002; Lila 2006). Masing masing faktor memiliki suatu mekanisme
biokimiawi kompleks tertentu yang menyebabkan kunyit dari setiap daerah
memproduksi kurkuminoid yang berbeda-beda. Kondisi lingkungan yang ekstrim
dapat meningkatkan kandungan metabolit sekunder tanaman (Kirakosyan et al.,
2004; Zobayed et al., 2005; zobayed et al., 2007). Kondisi curah hujan (mm
tahun-1) di lokasi pertanian 231.98. Hal ini pula yang menyebabkan produksi
metabolit sekunder berbeda, cekaman kekeringan menyebabkan meningkatnya
kandungan metabolit sekunder jenis atsiri dalam kunyit. Unsur hara juga
dimungkinkan dapat meningkatkan cekaman lingkungan terutama unsur hara N.
Ketersediaan N yang rendah merupakan induksi transkripsi gen-gen yang
berkaitan dengan metabolisme fenolik (Peneulas dan Estiarte 1998).
Produksi suatu senyawa bioaktif dalam tanaman dipengaruhi oleh adanya
prekursor yang diperoleh dari hasil metabolisme primer (Tumova et al., 2006).
Metabolit primer akan tinggi jika terdapat CO2 sebagai sumber karbon untuk
fotosintesis yang melimpah dalam sesuatu lingkungan di tempat tanaman itu
tumbuh. Molekul CO2 merupakan molekul yang dapat meningkatkan suhu udara
(Soon et al., 1999). Suhu udara di lokasi pertanian Nagrak berkisar antara 18-26oC
berbeda dengan suhu yang terdapat pada daerah aksesi seperti di Wonogiri 24320C, Tawamangu 22-250C, Ngawi 26-380C, dan Ciemas 23-320C.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kunyit varietas Nagrak memiliki kadar total fenolik dan aktifitas
antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan rimpang kunyit lainnya yaitu
sebesar 493.3 mg/g dan 39.36 µg/mL. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi
kadar fenolik yang didapat maka kadar aktifitas antioksidannya juga semakin
tinggi, sehingga penentuan senyawa fenolik sudah dapat dijadikan senyawa
penciri dalam penentuan aktifitas antioksidan.

Saran
Perlu dilakukan penelititan lebih lanjut untuk mengetahui secara spesifik
kandungan senyawa fenolik yang terdapat pada tanaman kunyit. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik apa saja yang terdapat didalam
kunyit, sehingga kadar kurkuminoid yang akan dikorelasikan dengan aktivitas
antioksidan diketahui konsentrasinya.

11

DAFTAR PUSTAKA
Apak R. et al. 2007. Comparative Evaluation of Various Total Antioxidant
Capacity Assay Applied to Phenolic Compounds with the CUPRAC Assay.
Molecules 12: 1496-1547.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang
Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal
Terstandar, dan Fitofarmaka. BPOM, Jakarta.
Blois MS. 1958. Antioxidant determination by the use of stable free radical.
Nature 181: 1191-1200.
Dai J, Mumper RJ. 2010. Plant phenolic: extraction, analysis and their
antioxidant and anticancer properties. Molecules 15 : 7313-7352.
Hadipoentyanti E, Syahid SF. 2007. Respon Temulawak (Curcuma xanthorriza
Roxb.) Hasil Rimpang Kultur Jaringan Generasi Kedua Terhadap Pemupukan.
Jurnal Littri 13: 106-110
Itokawa H, Shi Q, Akiyama T, Morris-Natschke SL, Lee KH. 2008. Recent
advances in the investigation of curcuminoids. Chinese Medicine 3 (11): 13.
Javanmardi J, Stushnoff C, Locke E, Vivanco JM. 2003. Antioxidant activity and
total phenolic content of Iranian Ocimum accessions. J Food Chem 83: 547550.
Jayaprakasha GK. Rao LJM. Sakariah KK 2006. Antioxidant activities of
curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin. Food Chemistry.
98:720-724
Kirakosyan, A.P., Kaufman, S. Warber, S. Zick, K. Aaronson, S. Bolling, S.C.
Chang. 2004. Applied environmental stresses to enhance the levels of
polyphenolics in leaves of hawthorn plants. Physiol. Plant. 121:182-186.
Khaerana, M., Ghulamahdi, E.D., Purwakusumah. 2008. Pengaruh cekaman
kekeringan dan umur panen yang berbeda terhadap kandungan xanthorrhizol
tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Bul. Agron. 36:241-247.
Khopkar M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo A.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Analytical Chemistry
Basic Concept.
Kliebenstein, D.J. 2004. Secondary metabolites and plant environment
interactions: a view through Arabidopsis thaliana tinged glasses. Plant Cell.
Environ. 27: 675-684.
Kristina, N., N., R., Noveriza, S., F., Syahid dan M., Rizal. 2007. Peluang
peningkatan kadar kurkumin pada tanaman kunyit dan temulawak. Buletin
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. 18 (1) :1-12
Laitinen, M.L., R. Julkunen-Tiitto, J. Tahvanainen, J. Heinonen, M. Rousi. 2005.
Variation in birch (Betula pendula) shoot secondary chemistry due to
genotype, environment, and ontogeny. J. Chem. Ecol. 31:697-717.

12

Lerdau, M. 2002. Benefits of the carbon-nutrient balance hypothesis. OIKOS
98:534-536.
Lila, M.A. 2006. The nature-versus-nurture debate on bioactive phytochemicals:
the genome versus terroir. J. Sci. Food Agric. 86:2510-2515.
Masuda T, Isoke J, Jitoe A, Nakatani N. 1992. Antioxidative curcuminoids from
rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. Phytochemistry 31 (10): 3645-3647.
Naik GH, Priyadarsini K I, Satav JG, Banavalikar M M, Sohoni D P, Biyani, M
K, Mohan H. 2003. Comparative antioxidant activity of individual herbal
components used in ayurvedic medicine. Phytochemistry 63 (1): 97-104
Narlawar, J., et al. 2008. “Curcumin-derived Pyrazoles and Isoxazoles : Swiss
Army Knives or Blunt Tools for Alzheimer’s Disease”, Bioorganic &
Medicinal chemistry Letters Vol 3:165-172.
Nitisapto, M., dan S., A., Siradz. 2005. Evaluasi kesesuaian lahan untuk
pengembangan jahe pada beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 5 (2) : 15-19
Nurcholis W. 2008. Profil Senyawa Penciri Bioaktifitas Tanaman Kunyit pada
Agrobiofisik Berbeda [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Pahaditya D. 2012. Analisis Keragaman Genetika Tanaman Kunyit Dan
Temulawak Secara Random Amplified Polymorphic Dna-Polymerase Chain
Reaction (Rapd-Pcr) Menggunakan Primer Opa-Opd 6-10 [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Permadi A. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Bunda.
Penuelas, J., M. Estiarte. 1998. Can elevated CO2 affect secondary metabolism
and ecosystem function?. Tree 13:20-23.
Rahmat R. 1995. Temulawak : Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta: Kanisius
Rustam E., Atmasari I., Yanwirasti. 2007. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus putih Jantan Galur Wistar.
Jurnal sains dan Teknologi farmasi, Vol 12, No 2: 112-115.
Soon, W., S.L. Baliunas, A.B. Robinson, Z.W. Robinson. 1999. Environmental
effects of increased atmospheric carbon dioxide. Climate Res. 13:149-164.
Suwiah A. 1991. Pengaruh perlakuan bahan dan jenis pelarut yang digunakan
pada pembuatan temulawak instant terhadap rendemen dan mutunya [skripsi].
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tiwari P, Kumar B, Kaur G, Kaur H, Kaur M. 2011. Phytochemical screening and
extraction : A review. J Int Pharm Sci 1 : 98-106.
Tumova, L., J. Rimakova, J. Tuma, J. Dusck. 2006. Silybum marianum in vitroflavolignan production. Plant Cell Environ. 52:454-458.
Udenigwe et al. 2009. Flaxseed protein-derived peptide fractions: Antioxidant
properties and inhibition of lipopolysaccharide-induced nitric oxide
production in murine macrophages. Food Chem. 116(1): 277–284.

13

Wadiyati, et al. 2012. Koleksi dan identifikasi temulawak (curcuma xanthorrhiza,
roxb. ) dan kunyit (curcuma domestica) di jawa dan madura : 1. pengaruh
lingkungan terhadap bobot rimpang dan kadar kurkumin. Universitas
Brawijaya. Malang.
Zobayed, S.M.A., F. Afreen, T. Kozai. 2005. Temperature stress can alter the
photosynthetic efficiency and secondary metabolite concentrations in St.
John’s wort. Plant Physiol. Biochem. 43:977-984.
Zobayed, S.M.A., F. Afreen, T. Kozai. 2007. Phytochemical and physiological
changes in the leaves of St. John’s wort plants under a water stress condition.
Environ. Exp. Bot. 59:109-116.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Rendemen hasil ekstraksi
Tanaman

Varietas

Varietas
ulangan

bobot
sample (gr)

Kunyit

Ciemas

Ciemas ul 1

20

bobot
ekstrak
(gr)
4.0729

Ciemas ul 2

20

4.2638

21.319

Ciemas ul 3

20

2.2474

11.237

Nagrak ul 1

20

3.7302

18.651

Nagrak ul 2

20

3.2961

16.4805

Nagrak ul 3

20

3.6217

18.1085

Ngawi ul 1

20

5.1272

25.636

Ngawi ul 2

20

3.4277

17.1385

Ngawi ul 3

20

4.27

21.35

Turina 1 ul 1

20

3.4439

17.2195

Turina 1 ul 2

20

4.1337

20.6685

Turina 1 ul 3

20

3.4812

17.406

Turina 2 ul 1

20

3.6716

18.358

Turina 2 ul 2

20

3.903

19.515

Turina 2 ul 3

20

4.5651

22.8255

Wonogiri ul 1

20

3.1829

15.9145

Wonogiri ul 2

20

3.4698

17.349

Wonogiri ul 3

20

3.5324

17.662

BPTO ul 1

20

4.1599

20.7995

BPTO ul 2

20

3.26

16.3

BPTO ul 3

20

2.982

14.91

Nagrak

Ngawi

Turina 1

Turina 2

Wonogiri

BPTO

Contoh perhitungan:
Rendemen kunyit (%) =
=
= 20.3645 %

Rendemen rata-rata kunyit (%) =
=
= 17.64017 %

rendemen
(%)

rendemen rata
rata

20.3645
17.64017

17.74667

21.37483

18.43133

20.23283

16.97517

17.3365

19
15

Lampiran 2 Absorban standar asam tanat pada panjang gelombang ( ) 725 nm
Konsentrasi Tanat (mg/L)
10
30
50
70
100

Absorban
0.258
0.676
1.043
1.665
2.437

Lampiran 3 Total fenol kunyit pada panjang gelombang ( ) 725 nm
Ulangan
1
2
3
Rata-Rata
Bobot
Ekstrak(mg)
Total Fenol
(mg/L)
Total Fenolik
TAE (mg/g)

Absorban Kunyit
BPTO
Wonogiri
0.493
0.426
0.495
0.481
0.464
0.456
0.484
0.454

Ciemas
0.497
0.517
0.464
0.493

Ngawi
0.281
0.493
0.641
0.472

Turina 2
0.746
0.414
0.529
0.539

Nagrak
0.442
0.275
0.849
0.522

Turina 1
0.478
0.549
0.463
0.497

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

22.750

21.875

22.375

21.125

24.667

23.958

22.917

455

437.5

447.5

422.5

493.3

479.2

458.34

Contoh Perhitungan :
Persamaan garis kurva standar asam galat: Y = 0.024x-0.053
A rata-rata =
=
= 0.493
Y (Absorban) = 0.024 x (Total Fenol)-0.053
0.493 = 0.024(x)-0.053
0.024 (x) = 0.546
x = 22.75
Total Fenolik TAE (C)= c. (V/m)
C = konsentrasi total fenolik dari kurva standar,
V = volume ekstrak
M = berat ekstrak
C = 22.750 mg/L (0.0002 L/0.01 mg)

= 0.455 mg/mg TAE
= 455 mg/g TAE

16
Lampiran 4 Data absorban dan nilai IC50 kunyit dari tujuh asal yang berbeda
Sampel

Ulangan

1

Ciemas

2

3

1

Nagrak

2

3

1

Ngawi

2

3

1

Wonogiri

2

3

Konsentrasi
(ppm)
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5

Absorbansi
sampel
0.073
0.089
0.128
0.132
0.145
0.116
0.208
0.249
0.294
0.323
0.17
0.106
0.152
0.221
0.264
0.058
0.067
0.078
0.107
0.120
0.086
0.084
0.156
0.223
0.298
0.103
0.171
0.225
0.259
0.276
0.170
0.232
0.294
0.299
0.299
0.082
0.167
0.239
0.287
0.334
0.099
0.178
0.265
0.315
0.351
0.074
0.132
0.192
0.256
0.287
0.079
0.192
0.257
0.309
0.344
0.139
0.204
0.25
0.28
0.287

Absorbansi
blanko

0.04

0.039

0.039

0.040

0.038

0.038

0.045

0.044

0.04

0.041

0.038

0.037

% Inhibisi
76.32
59.65
25.44
22.81
13.16
80.89172
47.7707
34.3949
20.38217
11.46497
83.06709
93.61022
74.44089
53.67412
41.53355
91.84
87.76
79.59
42.86
29.59
98.09886
96.57795
68.44106
40.68441
12.1673
81.15385
56.92308
32.30769
19.23077
12.30769
63.96
45.95
26.43
25.23
25.53
93.75
71.35
53.39
40.36
28.39
89.13
65.76
42.12
28.80
19.02
102.63
72.18
49.62
25.56
12.78
91.11748
58.16619
39.82808
25.2149
14.89971
67.26619
43.88489
27.33813
16.18705
12.94964

IC50
(ppm)

IC50 ratarata (ppm)

78.32102

79.20003

58.140177

16.89948

25.65609

33.48545

44.096643

73.14839

122.1681

36.33564

70.185697

52.05335

46.23285

58.44364

115.7314

73.469297

19

1

Turina 1

2

3

1

Turina 2

2

3

1

BPTO

2

3

200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5
200
100
50
25
12.5

0.075
0.146
0.22
0.253
0.267
0.069
0.101
0.118
0.128
0.069
0.149
0.203
0.297
0.359
0.348
0.099
0.143
0.201
0.261
0.29
0.074
0.136
0.231
0.273
0.264
0.055
0.067
0.095
0.112
0.141
0.116
0.191
0.249
0.254
0.286
0.088
0.162
0.255
0.29
0.331
0.181
0.248
0.278
0.355
0.341

0.04

0.043

0.049

0.04

0.043

0.039

0.037

0.049

0.041

90.42
63.22
34.87
21.84
16.48
96.46018
90.26549
54.86726
40.70796
30.0885
72.29
58.29
31.71
14.57
23.71
88.61
66.55
45.91
25.62
14.95
95.56
76.04
48.22
35.21
38.17
95.79832
85.71429
60.5042
47.89916
23.52941
74.4186
58.16619
41.83381
40.40115
31.23209
92.4933
73.45845
48.52547
38.6059
27.07775
66.58
47.17
39.89
18.06
22.10

48.066717
59.28863

31.11352

53.798

53.16979

34.03516

39.364837

30.88956

52.75082

38.84837

60.342717

89.42896

Contoh perhitungan :
% Inhibisi =

x 100 %

=

x 100 %

= 81.4516129 %
Ket : As =Absorbansi sampel
Asb = Absorbansi sampel dengan blanko
Ac = Absorbansi blanko dengan DPPH
Acb
=
Absorbansi

Blanko

18

Lampiran 5 Grafik pengaruh sampel terhadap % inhibisi
Kunyit asal Nagrak

% Inhibisi

% Inhibisi

% Inhibisi
Ulangan 1

Ulangan 2

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi (ppm)

Kunyit asal Wonogiri

% Inhibisi

% Inhibisi

% Inhibisi
Ulangan 1

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 2

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

19
19

Kunyit asal Ciemas

% Inhibisi

% Inhibisi
% Inhibisi
Ulangan 1

Ulangan 2

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi (ppm)

Kunyit asal Ngawi

% Inhibisi

% Inhibisi
% Inhibisi
Ulangan 1

Ulangan 2
Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi (ppm)

20
Kunyit asal Bogor (Turina 1)

% Inhibisi
% Inhibisi

% Inhibisi
Ulangan 1

Ulangan 2

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi (ppm)

Kunyit asal Bogor (Turina 2)

% Inhibisi

% Inhibisi

% Inhibisi
Ulangan 1

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 2

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

21
21

Kunyit asal Tawamangu (BPTO)

% Inhibisi

% Inhibisi

Ulangan 1

Konsentrasi (ppm)

% Inhibisi

Ulangan 2

Konsentrasi (ppm)

Ulangan 3

Konsentrasi (ppm)

22
6
Lampiran 6 Hasil uji IC50 sampel kunyit
Sampel

Ulangan

Persamaan garis

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

y = 24.43ln(x) - 29.27
y = 32.85ln(x) - 65.34
y = 25.30ln(x) - 58.60
y = 32.65ln(x) - 66,13
y = 26.74ln(x) - 58.78
y = 19.66ln(x) - 43.41
y = 23.53ln(x) - 52.61
y = 24.50ln(x) - 60.44
y = 17.74ln(x) - 0.156
y = 14.08ln(x) - 17.66
y = 23.33ln(x) - 33.82
y = 25.56ln(x) - 51.02
y = 27.30ln(x) - 61.45
y = 26.30ln(x) - 40.41
y = 20.32ln(x) - 39.38
y = 27.16ln(x) - 57.92
y = 22.45ln(x) - 29.19
y = 26.30ln(x) - 40.22
y = 15.02ln(x) - 9.563
y = 23.90ln(x) - 37.47
y = 16.78ln(x) - 25.40

Nagrak

Wonogiri

Ciemas

Ngawi

Turina 1

Turina 2

BPTO

Nilai IC50
(ppm)
25.65609
33.48545
73.14839
46.23285
58.44364
115.7314
78.32102
79.20003
16.89948
36.33564
122.1681
52.05335
59.28863
31.11352
53.79800
53.16979
34.03516
30.88956
52.75082
38.84837
89.42896

Rataan IC50
(ppm)
44.0966

73.4693

58.1402

70.1857

48.0667

39.3648

60.3247

Contoh perhitungan:
y

= a + b ln x

50

= 24.43 ln x – 29.27

ln x =
x = 25.65609 ppm

Rataan IC50 =
=

44.0966

ppm

19
23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 14 Januari 1992 dari ayah
Abdur Rachman dan ibu Nina Rukuhati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dengan kakak perempuan bernama Lia Agturani Tudaryati dan adik
laki-laki bernama Maha fadillah Rachman. Pendidikan penulis dimulai dari SDN
CIBULUH I Kota Bogor, melanjutkan pendidikan ke SMPN 5 Kota Bogor dan
melanjutkan pendidikan ke SMAN 6 Kota Bogor. Penulis lulus tahun 2009 dari
SMAN 6 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan atau dahulu yang
lebih dikenal dengan nama PMDK. Penulis memilih mayor Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten responsi
Sosiologi Umum selama dua tahun (2011-2013). Penulis pernah melakukan
Praktik Lapangan (PL) di Balai Pusat Studi Biofarmaka, Taman Kencana, Bogor
selama periode Juli 2012 hingga Agustus 2012 dengan judul “Analisis Tanaman
Kunyit Asal Ngawi, Nagrak dan Tawamangu”.
Beberapa organisasi yang diikuti penulis selama perkuliahan yakni
Himpunan Profesi Mahasiswa Biokimia (CREBs) tahun 2010-2011 sebagai
anggota dan Badan Pengawas CREBs tahun 2011-2012 sebagai ketua. Penulis
juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Seminar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja tahun 2010, Lomba Karya Ilmiah Populer tahun 2010, Masa
Pengenalan Departemen tahun 2011, Masa Pengenalan Fakultas 2011, SPIRIT
2011, Gebyar Nusantara 2011, Biokimia Expo tahun 2010-2011, Seminar
Kesehatan Biokimia tahun 2011, Biochemistry Champions League tahun 2011 dll.
Penulis dalam bidang karya ilmiah pernah mendapat hibah dana bersaing
dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) untuk kategori Bidang Penelitian pada tahun 2011 untuk dua
buah proposal dengan judul “Identifikasi Bakteri Resisten Merkuri Pada Paerah
Penambangan Emas dan Biofiltrasi Dari Kulit Pisang Sebagai Solusi Penciptaan
Air Sehat dan Bersih ”. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan Good Laboratory
Practices (GLP) di departemen Ilmu dan Teknologi Pangan pada tahun 2010,
Pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diselenggarakan oleh
Merck pada tahun 2011, dan Pelatihan Wirausaha Muda pada tahun 2011 di
Cisarua, Bogor.