Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung

EFEK FORTIFIKASI VITAMIN E DAN MINERAL SE DALAM
PAKAN TERHADAP PROFIL DARAH, KADAR LEMAK
DAGING, DAN BERAT BULU AYAM KAMPUNG

WINDA AYU PANGESTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fortifikasi
Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak
Daging, dan Berat Bulu Ayam Kampung adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Winda Ayu Pangesti
NIM D24090048

ABSTRAK
WINDA AYU PANGESTI. Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam
Pakan Terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam
Kampung. Dibimbing oleh SUMIATI dan SRI SUHARTI.
Vitamin E dan selenium adalah antioksidan dan mikronutrien penting pada
unggas untuk kesehatan dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas pada
membran fosfolipid, enzim dan molekul penting lainnya. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh fortifikasi vitamin E dan atau Selenium
pada profil darah, kadar lemak dan berat bulu ayam kampung. Penelitian
dilakukan selama 5 minggu dengan memelihara ayam kampung sebanyak 160
ekor yang diberi pakan komersial BR-21E sebagai kontrol (T1), fortifikasi 0.2
ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU vitamin E + 0.2 ppm Se
organik (T4). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Data
dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians (ANOVA) dan setiap perbedaan

yang signifikan selanjutnya diuji menggunakan Contras F Ortogonal. Variabel
yang diamati adalah profil darah (hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit,
monosit, eosinofil, heterofil, limfosit dan rasio H/L), kadar lemak daging, dan
berat bulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikasi dengan 0.2 ppm Se
organik dan atau 200 IU vitamin E tidak mempengaruhi (p>0.05) profil darah,
kadar lemak daging dan berat bulu ayam Kampung.
Kata kunci: ayam kampung, bulu, darah, kadar lemak daging, Se, vitamin E

ABSTRACT

WINDA AYU PANGESTI. Effect of Vitamin E and Mineral Se Fortification in
The Diet on Blood Profile, Total Fat of Meat, and Feather Weight of Kampong
Chicken. Supervised by SUMIATI and SRI SUHARTI.
Vitamin E and selenium are antioxidant and essential micronutrients in poultry for
normal health and preventing free radical damage to phospholipid membranes,
enzymes and other important molecules. Objective of this study was to determine
the effects of vitamin E and /or Selenium fortification in the diet on blood profile,
fat content of meat and feather weight. The research was carried out for 5 weeks
using one-hundred-sixty Kampong chickens fed with commercial feed BR-21E as
control (T1), fortification 0.2 ppm selenium organic (T2), 200 IU vitamin E (T3)

and 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm selenium organic (T4). This experiment used a
Completely Randomized Design. The data were analyzed using Analysisof
Variances (ANOVA) and any significant differences were further tested using
Contras F Ortogonal. The variables observed were blood profile (haemoglobin,
pack cell volume, erythrocyte, leukocyte, monocyte, eosinophile, heterophile,
lymphocyte and ratio H/L), fat content of meat, and feather weight. The results
showed that fortification with 0.2 ppm selenium organic and or 200 IU vitamin E
did not affect (p>0.05) blood profile, fat content of meat and feather weight of
Kampong chickens.
Key words: blood, feather, fat content of meat, kampong chicken, Se, vitamin E

EFEK FORTIFIKASI VITAMIN E DAN MINERAL SE DALAM
PAKAN TERHADAP PROFIL DARAH, KADAR LEMAK
DAGING, DAN BERAT BULU AYAM KAMPUNG

WINDA AYU PANGESTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan

pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap
Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam
Kampung
Nama
: Winda Ayu Pangesti
NIM
: D24090048

Disetujui oleh




..

Dr Ir Sumiati, MSc
Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui oleh

u '" 0",rr '\ 13

Tanggal Lulus: '" セ@

)

Judul Skripsi: Efek Fortifikasi Vitamin E dan Mineral Se dalam Pakan Terhadap
Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan Berat Bulu Ayam
Kampung
Nama

: Winda Ayu Pangesti
NIM
: D24090048

Disetujui oleh

Dr Ir Sumiati, MSc
Pembimbing I

Dr Sri Suharti, SPt MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 hingga April 2013
ini ialah fortifikasi vitamin dan mineral, dengan judul Efek Fortifikasi Vitamin E
dan Mineral Se dalam Pakan terhadap Profil Darah, Kadar Lemak Daging, dan
Berat Bulu Ayam Kampung.
Vitamin E dan mineral Se bekerja secara sinergis sebagai antioksidan untuk
melindungi membran biologis dari degenerasi oksidatif, menghilangkan radikal
lemak, radikal bebas oksigen yang merupakan bagian terpenting dari fungsi sel,
memperbaiki stres dan daya tahan terhadap peyakit. Keunggulan dari adaya
kerjasama antara vitamin E dan Se tersebut dicobakan pada ternak ayam kampung
(Gallus gallus domesticus) yang merupakan ayam lokal indonesia yang hidup
pada suhu tropis dimana pada suhu ini besar kemungkinan ternak akan mengalami
stres panas yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan gangguan
lainnya. Oleh karena itu, diupayakan adanya pencegahan atas kemungkinan ternak
terkena dampak stres panas dari lingkungan tropis dengan adanya pemberian
vitamin E dan mineral Se dalam pakan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang berguna bagi
pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih.
Bogor, Oktober 2013
Winda Ayu Pangesti

DAFTAR ISI
JUDUL
PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
ABSTRAK
PRAKATA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu
Materi
Metode
Persiapan Kandang
Pemeliharaan
Pengambilan dan Analisa Sampel Darah
Analisa Kadar Lemak Daging
Pengukuran Persentase Berat Bulu Ayam Kampung
Rancangan Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian
Profil Darah
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Monosit
Eosinofil
Heterofil

Limfosit
Rasio H/L
Kadar Lemak Daging
Persentase Berat Bulu
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

i
iii
iv
vii
viii
ix
1
1
1

2
2
2
2
2
2
3
3
3
4
5
5
5
6
6
6
6
7
8
8
9
9
9
10
10
10
11
12
13
13
13
13
16
18

DAFTAR TABEL
1. Kandungan Nutrien Zat Pakan Ransum
3
2. Perlakuan fortifikasi vitamin E dan mineral Se
3
3. Rataan Suhu Kandang Selama 5 Minggu Penelitian
6
4. Rataan Profil Darah Ayam Kampung Umur 13 Minggu
7
5. Standar Normal RataanProfil Darah Gallus Domesticus
7
6. Rataan Kadar Lemak Daging Paha Atas Ayam Kampung Umur 13 Minggu 11
7. RataanKandungan Lemak Daging Dada dan Paha Berbagai Unggas Lokal 11
8. RataanPersentaseBerat Bulu Ayam Kampung Umur 13 Minggu
12

DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengolahan data persentase hemoglobin ayam kampung
2. Pengolahan data persentase hematokrit ayam kampung
3. Pengolahan data eritrosit total ayam kampung
4. Pengolahan data leukosit total ayam kampung
5. Pengolahan data persentase diferensiasi leukosit ayam kampung
6. Pengolahan data persentase kadar lemak daging ayam kampung
7. Pengolahan data persentase berat bulu ayam kampung

16
16
16
16
16
17
17

2

PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya pengetahuan akan pentingnya
kebutuhan protein hewani terhadap tubuh. Namun semakin banyaknya isu yang
berkembang mengenai pemberian antibiotik pada ayam broiler yang
menyebabkan residu, membuat masyarakat lebih melirik kepada ayam kampung
yang lebih alami karena lebih tahan terhadap penyakit dan tidak membutuhkan
antibiotik untuk pertahanan tubuhnya.
Beberapa penelitian terakhir mengindikasikan bahwa penyakit dapat
timbul dari faktor pemicu penyakit yang disebut stres oksidatif, yang terjadi
karena peningkatan jumlah radikal bebas sehingga kemampuan pertahanan tubuh
melalui sistem antioksidan berkurang. Antioksidan dapat dengan efektif menjaga
kualitas pakan sehingga pemanfaatan nutrisi oleh ternak semakin maksimal.
Salah satu jenis antioksidan yaitu vitamin E dan mineral selenium juga berfungsi
sebagai antioksidan bersama-sama dengan vitamin E.
Vitamin E (α-tokoferol) adalah senyawa α-tokoferol yang dapat
meningkatkan kemampuannya untuk menangkal radikal-radikal bebas dan
menghambat oksidasi lipid khususnya pada sel-sel matriks pembentukan jaringan
otot (daging). Peningkatan konsentrasi α-tokoferol di dalam darah akan semakin
menambah kemampuannya untuk menangkal radikal-radikal bebas (Lauridsen et
al. 1995).
Mineral Se memiliki fungsi sebagai komponen pembentuk enzim
glutathione peroksidase (GSH-Px), daya kebal tubuh (Dilaga 1992) dan
membantu melindungi membran sel dari proses autooksidasi (Cheeke 2005).
Dalam mekanisme reaksi enzim, Se sebagai komponen gluthathion peroksidase
(GSH-Px), merupakan garis pertahanan kedua untuk melindungi diri dari
kerusakan oksidatif (Dawn et al. 2000). Mineral selenium berfungsi sebagai
antioksidan bersama-sama dengan vitamin E. Kerja mineral Se berhubungan erat
dengan antioksidan lainnya terutama vitamin E. Keduanya berfungsi untuk
melindungi membran biologis dari degenerasi oksidatif. Mekanisme kerja antara
Se dan vitamin E, yaitu vitamin E mencegah penempelan radikal bebas pada
membran sel, sedangkan Se-GSH-Px mencegah terbentuknya OH- dari H2O2
(sebagai antioksidan) (Dilaga 1992). Vitamin E dan Se juga dilaporkan diperlukan
untuk fungsi kekebalan tubuh optimal pada ayam (McDowell 2003).
Fortifikasi yaitu penambahan zat gizi dalam jumlah yang cukup besar pada
suatu produk sedemikian rupa sehingga produk tersebut dapat berfungsi sebagai
sumber utama yang baik bagi zat gizi yang sudah secara alami ada pada produk
yang bersangkutan atau zat gizi baru yang secara alami tidak ada pada produk
tersebut sehingga bisa meningkatkan status atau mutu gizi (Hariyadi 2006).
Fortifikasi pada pakan diharapkan selain berfungsi sebagai antioksidan, juga akan
memperbaiki kualitas daya tahan tubuh dilihat dari pengaruhnya terhadap profil
darah. Selain itu, vitamin E dan Se bekerja untuk menghambat oksidasi lipid
khususnya pada sel-sel matriks pembentukan jaringan otot (daging), sehingga
perlu dilihat pengaruhnya terhadap kadar lemak daging.

2

Peran vitamin E dan selenium membersihkan radikal bebas sebelum
radikal bebas bereaksi dengan protein membran sel membentuk protein
peroksidasi, dimana protein ini merupakan komponen utama dalam penyusunan
dan pembentukan bulu unggas. Selain itu, vitamin E dan selenium membantu
melindungi kesehatan kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin
sehingga dapat meningkatkan tingkat metabolisme dan pertumbuhan bulu,
sehingga perlu untuk dilihat pengaruhnya terhadap berat bulu
Fortifikasi vitamin E dan mineral Se dalam pakan dapat mempertahankan
stabilitas jumlah profil darah, menghindari terjadinya lipid peroksidasi, dan
melindungi protein juga kelenjai tiroid sebagai komponen pembentuk bulu ayam
kampung umur 13 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
fortifikasi vitamin E dan mineral Se dalam pakan terhadap profil darah, kadar
lemak daging, dan berat bulu pada ayam kampung.

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2013
Pemeliharaan ayam kampung dilakukan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak
Unggas Fakultas Peternakan IPB, Darmaga Bogor. Analisis sel darah merah, sel
darah putih dan diferensiasi sel darah putih dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Fakultas Kedokteran Hewan dan analisis lemak kasar dilakukan di Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ternak yang digunakan sebanyak 160 ekor ayam kampung (Gallus gallus
domesticus) jantan dan betina (unsexed) berumur 8 minggu dengan bobot badan
±600-800 g. Kandungan nutrien pakan komersial BR-21E yang tercantum di label
dan hasil analisis disajikan pada Tabel 1. Perlakuan fortifikasi vitamin E dan
mineral Se disajikan pada Tabel 2. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ransum komersial ayam broiler BR-21E produksi PT. Shinta sebagai pakan
kontrol, vitamin E dan mineral Se sebagai bahan fortifikasi, dan sekam untuk alas
dalam kandang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer atau alat
pencampur pada pembuatan pakan yang dicampur dengan vitamin E dan atau
mineral Se, karung, plastik, termometer, timbangan, ember, spuit atau alat suntik
1 ml dengan jarum 26G x ½, EDTA tubes, tabung Sahli, warna standar
hemoglobinometer, pipa mikrokapiler, mikrohematokrit, aspirator, pipet, hand
counte, hemacytometer, mikroskop, kotak kamar hitung, gelas objek, kertas saring
bebas minyak, Sochlet, dan labu lemak.

3

Tabel 1 Kandungan nutrien pakan penelitian berdasarkan As fed
Komponen
Label PT. Shinta1)
Hasil Analisis2)
Berat kering (%)
88
87.85
Komponen berat kering
Abu (%)
8
4.96
Protein kasar (%)
20 – 22
21.78
Serat kasar (%)
4
5.89
Lemak kasar (%)
4–8
5.15
Beta-N (%)
50.07
Ca (%)
0.9 – 1.2
0.78
P (%)
0.7 – 1.0
0.74
Se3) (ppm)
0.00284
Vitamin E4) (IU)
624.9
Sumber :1)PT. Shinta Prima Feedmill
2)
Hasil Analisis Lab Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2013)
3)
Lab Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, IPB (2013)
4)
Hasil Analisis Balai Besar Pasca Panen Bogor (2013)

Perlakuan
T1
T2
T3
T4

Tabel 2 Perlakuan fortifikasi vitamin E dan mineral Se
Vitamin E (IU)
Se (ppm)
Total dalam
Total dalam
Fortifikasi
Fortifikasi
ransum
ransum
624.9
0.00284
624.9
0.2
0.20284
200
824.9
0.00284
200
824.9
0.2
0.20284

Keterangan : T1 = ransum tanpa fortifikasi; T2 = ransum dengan fortifikasi 200 IU vitamin E; T3
= ransum dengan fortifikasi 0.2 ppm Se organik; T4 = ransum dengan fortifikasi 200
IU vitamin E + 0.2 ppm Se organik

Metode
Persiapan Kandang
Hal yang dilakukan pertama kali ialah sanitasi dengan pemberian
desinfektan dan pengapuran kandang yang digunakan. Selanjutnya 2 unit kandang
dibuat 16 sekat. Sekat menggunakan kawat dan kayu yang dibentuk seperti kubus
berukuran 1 x 1 x 1 m dengan tutup atas agar ayam kampung tidak terbang.
Persiapan berikutnya dilakukan dengan menyiapkan tempat pakan dan tempat air
minum yang sudah bersih serta menaruh sekam secukupnya.
Pemeliharaan
Ayam kampung berjumlah 160 ekor dipelihara selama 5 minggu dari umur
8 - 13 minggu. Pemberian vitastress dilakukan untuk meminimalkan stres yang
terjadi pada ayam ketika ayam baru dimasukkan dan dilakukan pengacakan.
Pakan yang diberikan yaitu T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se
organik), T3 (ransum basal + 200 IU Vitamin E) dan T4 (ransum basal + 200 IU
Vitamin E + 0.2 ppm Se organik). Selama pemeliharaan sekam ditambahkan
setiap seminggu sekali. Piket dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Penimbangan ayam dilakukan seminggu sekali.

4

Pengambilan dan Analisis Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dari 16 ekor ayam kampung dilakukan diakhir
penelitian dengan menggunakan spuit atau alat suntik 1 ml dengan jarum 26G x
½. Sampel darah diambil melalui vena jugularis. Setelah darah ayam diambil,
langsung dimasukkan ke dalam EDTA (Ethylenediamin Tetra-acetic Acid) tubes
yang sudah diisi antikoagulan didalamnya.
a. Perhitungan Kadar Hemoglobin (Hb)
Perhitungan ini menggunakan metode Sahli. Larutan HCl 0.01 N
diteteskan pada tabung Sahli sampai tanda tera 0.1 dan ditunggu selama 3
menit atau hingga warna berubah menjadi coklat kehitaman. Setelah itu,
larutan ditambah dengan aquades hingga warna larutan sama dengan warna
standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin yaitu jumlah hemoglobin dalam
gram per 100 ml darah (g%) (Sastradipradja et al. 1989).
b. Perhitungan Hematokrit
Perhitungan dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah
dan antikoagulan. Campuran darah kemudian disentrifius sampai sel-sel darah
mengumpul di dasar. Pipa mikrokapiler diisikan darah sampai mencapai 4/5
bagian, kemudian ujung pipa disumbat dengan crestoseal, lalu disentrifius
selama 15 menit dengan kecepatan 2.500-4.000 rpm. Nilai hematokrit
ditentukan dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary
hematocrit reader) (Sastradipradja et al. 1989).
c. Perhitungan Jumlah Eritrosit
Pengukuran dilakukan dengan memasang aspirator pada pipet sel darah
merah. Darah dihisap sampai batas angka 0.5. Larutan Hayem dihisap sampai
tanda 101. Aspirator dilepas dari pipet darah merah, kemudian isi pipet
dikocok dengan pola gerakan angka 8 selama 3 menit. Cairan dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Butir-butir darah dibiarkan mengendap selama kurang
lebih 1 menit. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan hand counter.
Butir darah merah disimbolkan dengan a dan untuk mengetahui jumlah sel
darah merah dalam 1 mm3darah dihitung dengan menggunakan rumus a x 104
menurut Sastradipradja et al. (1989).
d. Perhitungan Jumlah Leukosit
Perhitungan dilakukan menggunakan pipet leukosit dengan bantuan
aspirator hingga batas 0.5. Larutan modifikasi Rees & Ecker dihisap hingga
tanda 11 pada pipet leukosit, kemudian dihomogenkan dengan gerakan angka
delapan. Sampel darah diteteskan dalam hemacytometer hingga mengendap
lalu jumlah leukosit dihitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.
Gunakan empat kotak yang terletak di empat sudut kamar hitung. Jumlah
leukosit yang terhitung disimbolkan dengan b dan untuk mengetahui jumlah
leukosit dalam 1 mm3 darah dihitung dengan rumus b x 50 menurut
Sastradipradja et al. (1989).

5

e. Perhitungan Differensiasi Leukosit
Differensiasi Leukosit diperoleh dengan menghitung 100 butir sel darah
putih pada ulas darah. Darah dibuat preparat ulas ± 2 cm dari ujung gelas
objek. Ulas difiksasi dengan metanol 75% selama 5 menit kemudian diangkat
sampai kering udara, kemudian direndam dengan larutan giemsa selama 30
menit. Preparat diamati dari pojok kiri atas sampai pojok kanan bawah dengan
mikroskop perbesaran 1.000 kali dan ditambahkan minyak imersi kemudian
dihitung limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan eosinofil sampai jumlah total
100 butir leukosit (Sastradipradja et al. 1989).
Analisis Kadar Lemak Daging
Lemak karkas dianalisis dari daging paha bagian kanan atas. Penentuan
kadar lemak daging dilakukan berdasarkan metode ekstraksi Sochlet (Association
of Official Analytical Chemist 1984), yaitu sampel kurang lebih sebanyak dua
gram (c gram) dibungkus dengan kertas saring bebas minyak lalu dimasukkan ke
dalam sochlet dan diekstraksi dengan pelarut organik (petroleum eter) pada suhu
60 0C selama 25 menit. Setelah ekstraksi selesai, kemudian pelarutnya disuling
kembali dan labu lemak yang sebelumnya telah ditimbang bobot awalnya (a
gram) diangkat kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C sampai berat
tetap kemudian ditimbang (b gram). Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

(%) =
× 100%
Pengukuran Persentase Berat Bulu Ayam
Berat bulu ayam diketahui setelah ayam kampung sebanyak 16 ekor yang
dipotong lalu dicabuti bulunya untuk menjadikan ayam sebagai karkas bersih.
Bulu ditimbang untuk diketahui beratnya. Setelah diketahui beratnya, lalu
dihitung nilai persentase nya.
%

=





( )

( )

× 100%

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan menggunakan 10 ekor ayam
kampung. Perlakuan :
T1 = ransum basal
T2 = ransum basal + 0.2 ppm Se organik
T3 = ransum basal + 200 IU vitamin E
T4 = ransum basal + 200 IU vitamin E + 0.2 ppm Se organik
Model Matematika yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Yij = μ + Pi + εij

6

Keterangan :
µ
= rataan umum
Pi
= pengaruh pemberian pakan kontrol, vitamin E, mineral Se, vitamin E +
mineral Se ke- i
εij
= pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Data diolah dengan analisis ragam (Analysis of Variance = ANOVA). Jika
berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Kontras F Ortogonal (Steel and Torrie
1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian
Hasil pengamatan pada suhu kandang selama 5 minggu penelitian
menunjukan bahwa suhu rata-rata kandang berkisar antara 24.03 oC - 28.29 oC,
dan data suhu tersebut berada diatas suhu nyaman bagi ayam menurut North dan
Bell (1990) adalah 18.3 oC - 23.9 oC. Namun ayam kampung pada penelitian ini
masih dapat mentoleransi keadaan pada suhu kandang tersebut sehingga tidak
berpengaruh negatif pada produktivitas ayam kampung sebagai mana menurut
Elboushy and Marle (1978) yaitu comfort zone untuk ternak ayam didaerah tropis
berkisar 15 oC - 25 oC. Data suhu kandang selama penelitian disajikan pada Tabel
2.

Pagi
Siang
Sore

Tabel 3 Rataan suhu kandang selama 5 minggu penelitian
Waktu
Suhu (oC)
24.03 ± 1.11
28.29 ± 2.78
25.92 ± 2.22
Profil Darah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
(T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4)
dalam ransum tidak mempengaruhi profil darah ayam yang diamati meliputi
hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, monosit, eosinofil, heterofil, limfosit
dan rasio H/L jika dibandingkan dengan kontrol (T1). Hasil pengamatan rataan
profil darah ayam kampung pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4 dan standar
normal rataan kisaran profil darah Gallus domesticus disajikan pada Tabel 5.
Fortifikasi vitamin E dan mineral Se pada pakan selain berfungsi sebagai
antioksidan, juga akan memperbaiki kualitas daya tahan tubuh dan membantu
mempertahankan daya kekebalan tubuh melalui imunitas dilihat dari pengaruhnya
terhadap profil darah.

7

Tabel 4 Rataan profil darah ayam kampung umur 13 minggu

Parameter Profil
Darah
Hemoglobin (g%)
Hematokrit (%)
Eritrosit(juta mm-3)
Leukosit(ribu mm-3)
Monosit (%)
Eosinofil (%)
Heterofil (%)
Limfosit (%)
H/L (%)

T1
8.59 ± 1.01
29.50 ± 3.51
3.32 ± 0.20
16.95 ± 1.01
6.00 ± 2.45
1.75 ± 1.71
47.50 ± 5.26
44.75 ± 7.04
1.09 ± 0.26

Perlakuan
T2
T3
8.78 ± 0.26
8.27 ± 0.27
28.69 ± 0.94
27.00 ± 2.51
3.14 ± 0.37
3.24 ± 0.60
16.80 ± 4.56
13.85 ± 4.96
7.75 ± 2.06
7.00 ± 2.00
1.50 ± 2.38
2.25 ± 1.89
40.00 ± 13.71 50.00 ± 9.31
45.75 ± 12.28 40.75 ± 9.43
0.96 ± 0.54
1.33 ± 0.59

T4
8.16 ± 0.68
26.81 ± 2.29
2.84 ± 0.22
14.15 ±2.41
6.25 ± 3.69
1.75 ± 0.50
50.75 ± 13.89
42.25 ± 13.57
1.40 ± 0.85

Keterangan :T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se organik), T3 (ransum basal + 200
IU Vitamin E), T4 (ransum basal + 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik)

Tabel 5 Standar normal rataan profil darah ayam Gallus domesticus
Parameter Profil Darah
Hemoglobin (g%)
Hematokrit (%)
Eritrosit (juta mm-3)
Leukosit (ribu mm-3)
Monosit (%)
Eosinofil (%)
Heterofil (%)
Limfosit (%)
Rasio H/L

Kisaran Normal
7.3 – 10.9
24 – 43
2.0 – 3.2
16 – 40
0 – 30
0–7
9 – 56
24 – 84
0.45 – 0.50*

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988), * Swenson (1984)

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qureshi et al.
(1993) dan Marsh et al. (1981) yang melaporkan bahwa pemberian vitamin E
dengan level 100 atau 250 IU kg-1 dalam pakan tidak mempengaruhi produksi
antibodi ayam. Qureshi et al. (1993) dan Marsh et al. (1981) menyimpulkan
bahwa penambahan vitamin E dengan level 25 sampai 50 IU kg-1 lebih
mempengaruhi respon imun dibandingkan dengan pemberian vitamin E dengan
level yang tingkatnya tinggi antara 100 sampai 200 IU kg-1. Hasil penelitian lain
yang diperoleh Leshchinsky et al. (2001) menunjukkan bahwa untuk kelompok
unggas dengan mengkonsumsi vitamin E pada level 65 mg kg-1 dapat
berkontribusi untuk reaksi pertahanan sel sehingga sel lebih tahan lama dan dapat
meningkatkan respon imun yang efektif mengenali sejumlah besar benda asing
intraseluler melalui T reseptor-sel, dibandingkan pemberian 30 mg kg-1 dan 100
mg kg-1 vitamin E.
Hemoglobin
Pada pengukuran profil darah ayam kampung umur 13 minggu didapatkan
data jumlah hemoglobin 8.16 g% – 8.78 g%, dan jumlah tersebut masih berada
pada kisaran normal yaitu 7.3 g% - 10.9 g% (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Hal ini menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik dan atau 200 IU
vitamin E tidak mengganggu jumlah hemoglobin dan mampu mempertahankan

8

jumlah hemogloblin di dalam tubuh ayam kampung tetap dalam kisaran
normalnya. Rataan jumlah sel hemoglobin berhubungan dengan rataan eritrosit,
tingginya rataan jumlah sel eritrosit akan diikuti rataan jumlah hemoglobin, dan
sebaliknya (Sturkie and Griminger 1976). Dikarenakan fortifikasi vitamin E dan
atau Se dapat mempertahankan jumlah normal eritrosit pada ayam kampung,
maka perolehan rataan jumlah hemoglobin pun berada pada rataan jumlah
normalnya. Ayam kampung tidak mengalami kekurangan kadar oksigen dalam
darah karena jumlah homoglobinnya yang tidak meningkat dari kisaran normal.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Swenson (1984) bahwa rendahnya oksigen
dalam darah menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan jumlah eritrosit
untuk mengikat lebih banyak oksigen dalam darah.
Hematokrit
Pada pengukuran hematokrit ayam kampung umur 13 minggu
mengindikasikan bahwa nilai hematokrit ayam kampung berada dalam keadaan
normal (fisiologis) yaitu 26.81% – 29.50%. Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
menyatakan kisaran normal hematokrit ayam berada pada 24% - 43%. Nilai
hematokrit akan bertambah jika terjadi keadaan hipoksia atau polisitemia yaitu
jumlah eritrosit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton dan
Hall 2010). Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat
mempertahankan jumlah normal erotrosit pada ayam kampung, maka data di atas
sejalan dengan pernyataan Widjajakusuma dan Sikar (1986) bahwa hematokrit
sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin.
Eritrosit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah eritrosit ayam kampung umur
13 minggu berada pada rataan kisaran normal yaitu 2.84 – 3.32 juta mm-3. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahwa kadar
normal sel eritrosit ayam berkisar antara 2.0 – 3.2 juta mm-3. Eritrosit dipengaruhi
oleh konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Produksi eritrosit juga dipengaruhi
oleh hormon eritropoetin yang dihasilkan oleh ginjal dan kadar oksigen jaringan.
Faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah dalam sirkulasi darah menurut
Meyer and Harvey (2004) yaitu hormon eritropoietin berfungsi merangsang
eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik
dalam sumsum tulang. Pemberian vitamin E hingga 80 IU terbukti meningkatkan
eritropoiesis (Rana et al. 1992). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
fortifikasi 200 IU vitamin E dapat menjaga jumlah produksi hormon eritropoietin
untuk merespon sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah tetap pada
kisaran jumlah normalnya. Normalnya jumlah sel darah merah yang diperoleh
menandakan bahwa proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh berlangsung
normal sehingga nutrisi yang dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah
sudah mencukupi kebutuhan ayam. Vitamin E merupakan substansi larut lemak
sebagai antioksidan utama yang terdapat pada eritrosit dan lipoprotein plasma
yang mampu mempertahankan integritas membran dan penting untuk melindungi
membran sel darah merah yang kaya akan asam lemak tidak jenuh ganda dari
kerusakan akibat oksidasi (Winarsi 2007). Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau
0.2 ppm Se organik dapat mempertahankan jumlah erotrosit pada ayam kampung.

9

Leukosit
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
dan atau 200 IU vitamin E dalam ransum tidak mempengaruhi leukosit darah
ayam. Pada penelitian jumlah rataan leukosit ayam kampung yang diperoleh
berada pada kisaran normal yaitu 13.85 – 16.95 ribu mm-3. Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa kisaran normal jumlah leukosit pada
ayam yaitu 16 – 40 ribu mm-3. Jumlah sel darah putih sangat tergantung pada
umur, jenis kelamin, stres, penyakit, dan pemberian pakan atau obat tertentu.
Leukosit merupakan sistem unit pertahanan tubuh. Vitamin E mempengaruhi
perkembangan sistem kekebalan tubuh pada ayam (Marsh et al. 1986) oleh
modulasi berbagai komponen, fungsi makrofag dan fagositosis, produksi antibodi
dan ketahanan terhadap penyakit (Franchini et al. 1986).
Glutathione disebut juga Glutathione Sulph Hydril (GSH) adalah protein
yang secara alami diproduksi dalam tubuh yang berperan penting dalam sistem
kekebalan tubuh dan regenerasi sel, bersifat antioksidan dan anti toksin. Se
sebagai komponen glutathione sangat diperlukan tubuh. Glutathione
meningkatkan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi (Surai 2003). Pada
penelitian ini, fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat
mempertahankan jumlah normal leukosit darah ayam kampung.
Monosit
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
(T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4)
dalam ransum tidak mempengaruhi monosit darah ayam. Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) kisaran normal jumlah monosit pada ayam yaitu 0% 30%. Pada penelitian ini, jumlah rataan monosit ayam kampung yang diperoleh
berada pada kisaran normal yaitu 6.00% – 7.75%. Pemberian vitamin E 50 IU kg-1
dapat efektif dalam respon imun dengan mempengaruhi proporsi darah (Akbari et
al. 2008). Keberadaan monosit dalam sistem pertahanan tubuh adalah untuk
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Sel monosit/makrofag sebagai garis
pertama pertahanan imunologi adalah target yang jelas untuk berbagai tekanan
lingkungan dan toksisitas. Persentase monosit yang normal dalam tubuh
menunjukkan bahwa fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik
mampu melindungi tubuh ayam kampung dari antigen yang akan memicu
terbentuknya sistem pertahanan spesifik.
Eosinofil
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
(T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4)
dalam ransum tidak mempengaruhi eosinofil darah ayam. Jumlah rataan eosinofil
ayam kampung penelitian berada pada kisaran normal yaitu 1.50% – 2.25%.
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) kisaran normal jumlah eosinofil pada
ayam yaitu 0% – 7%. Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik
mampu mempertahankan jumlah normal eosinofil yang diproduksi. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada ayam penelitian tidak menunjukkan adanya infeksi
atau alergi yang dapat merangsang pembentukan eosinofil sehingga mampu

10

mempertahankan kemampuan sistem kekebalan tubuh dengan memperpanjang
kehidupan fungsional fagosit mencegah aktivitas hidrogen peroksida berlebih.
Heterofil
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
(T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4)
dalam ransum tidak mempengaruhi heterofil darah ayam. Rataan heterofil ayam
kampung berumur 13 minggu pada penelitian ini sekitar 40.00% – 50.75% dan
jumlah ini berada pada kisaran normal menurut Smith dan Mangkoewidjojo
(1988) yaitu sejumlah 9% - 56%. Tubuh memfokuskan sistem imun pada sel
heterofil sesuai dengan fungsinya sebagai garis pertahanan pertama bagi tubuh
dan berperan sebagai fagositosit (Tizard 1988). Fungsi heterofil pada unggas
meliputi pelekatan, kemotaksis, fagositosis, dan pembunuh bakteri yang cukup
kuat efisiensinya untuk mempertahankan serangan bakteri (Schalm 2010).
Fortifikasi 200 IU vitamin E dan atau 0.2 ppm Se organik dapat membantu
heterofil dalam pertahanan tubuh dari kerentanan terhadap infeksi.
Limfosit
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
(T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4)
dalam ransum tidak mempengaruhi limfosit darah ayam kampung. Kisaran rataan
persentase limfosit pada penelitian ini berada dalam keadaan normal dari 24% –
84% (Smith dan Mangkoewidjojo 1988) yaitu berjumlah 42.75% – 45.75%.
Limfosit merupakan leukosit utama pada darah unggas yang mengandung sel T
dan konsentrasinya dalam darah digunakan sebagai ukuran tidak langsung dari
imunitas seluler. Limfosit akan membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam
darah apabila terdapat serangan dari antigen untuk mempertahankan kekebalan
tubuh (Frandson and Spurgeon 1992). Limfosit terlibat dalam berbagai fungsi
imunologi seperti produksi imunoglobulin dan modulasi kekebalan pertahanan
(Campbell 1996). Vitamin E telah dilaporkan dapat melindungi sel-sel yang
terlibat dalam respon imun seperti limfosit terhadap kerusakan oksidatif
(Puthpongsiriporn et al. 2001). Glutathione meningkatkan produksi T-sel yang
disebut limfosit. Tanpa Se sebagai komponen glutathione maka limfosit tidak
dapat menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi bakteri dan virus dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Surai 2003). Fortifikasi 200 IU vitamin E
dan atau 0.2 ppm Se organik dapat membantu limfosit dalam membentuk
antibodi sebagai pertahanan tubuh.
Rasio Heterofil/Limfosit (H/L)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fortifikasi mineral Se (T1),
vitamin E (T2), dan campuran vitamin E dan mineral Se (T3) dalam ransum tidak
memiliki perbedaan yang nyata terhadap rasio antara heterofil dan leukosit darah
ayam kampung. Pada penelitian ini diperoleh rasio H/L pada ayam kampung
berkisar antara 0.96 – 1.40. Menurut Swenson (1984) jumlah kisaran rasio H/L
yang normal untuk unggas sebesar 0.45 – 0.50. Rasio heterofil/limfosit pada
penelitian ini berada di luar kisaran normal tersebut, dimana menurut Gross dan
Siegel (1993) rasio heterophil : limfosit dari 0.2, 0.5, dan 0.8 masing-masing
merupakan karakteristik rendah, optimal, dan tingkat stres yang tinggi. Apabila

11

dilihat dari performa ayam kampung pada penelitian Nurhadi (2013) yang
menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3)
dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum tidak
mempengaruhi performa ayam kampung. Performa ayam kampung pada
penelitian tersebut tergolong dalam keadaan baik. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa rasio H/L ayam kampung yang diperoleh pada penelitian ini
masih belum dapat menunjukkan adanya stres panas yang dialami oleh ayam
kampung akibat suhu lingkungan, walaupun rasio heterofil/limfosit itu sendiri
merupakan sebuah ukuran yang sangat cepat untuk menunjukkan tingkatan
cekaman yang dialami ayam pada lingkungan (heat stress) (Gross dan Siegel
1983). Hal ini menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU
vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4) dalam ransum
dapat mempertahankan rasio heterofil/limfosit ayam kampung berada pada
kondisi yang menggambarkan performa ayam kampung yang masih tergolong
berperforma normal.
Kadar Lemak Daging
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se organik
(T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik (T4)
dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kadar lemak daging
ayam kampung (Tabel 6). Data kandungan kadar lemak daging dada dan paha
pada berbagai unggas lokal disajikan pada Tabel 7. Kadar lemak daging pada
ayam kampung penelitian umur 13 minggu berada pada kisaran 1.03% – 2.17%.
Kisaran tersebut mendekati data kadar lemak daging ayam kampung pada paha
bagian atas yang diperoleh pada penelitian Ismoyowati dan Widiyastuti (2003)
yaitu sebesar 2.76%.
Tabel 6 Rataan kadar lemak daging paha atas ayam kampung umur 13 minggu
Perlakuan
T1
T2
T3
T4
Kadar
Lemak 1.28 ± 0.57
2.17 ± 1.27
1.03 ± 0.13
1.37 ± 0.61
Daging(%)

Keterangan :T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se organik), T3 (ransum basal + 200
IU Vitamin E), T4 (ransum basal + 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik)

Tabel 7 Rataan kandungan lemak daging dada dan paha berbagai unggas lokal
Jenis Unggas
Daging Bagian
Ayam Kampung
Itik Tegal
Entok
--------------------------------%--------------------------------------Dada
1.18
4.55
1.41
Paha
2.76
4.77
2.72

Sumber : Ismoyowati dan Widiyastuti (2003)

Kadar lemak tergantung pada spesies hewan, umur, jenis kelamin,
makanan serta letak dan fungsi bagian daging tersebut didalam tubuh (Romans
and Ziegler 1974). Ayam pedaging memiliki kadar lemak lebih tinggi dari pada
ayam kampung, terutama di bagian bawah kulitnya. Leenstra (1989) menyatakan
bahwa deposisi lemak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor genetika, dan

12

sebagian besar dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi. Faktor lingkungan
diantaranya sistem perkandangan, suhu lingkungan, pencahayaan dan sebagainya.
Respon penurunan kadar lemak daging secara umum diduga disebabkan oleh
keberadaan zat-zat dalam ransum yang dapat menghambat penyerapan lemak ke
dalam tubuh.
Vitamin E merupakan pertahanan baris pertama terhadap kerusakan sel
hasil dari peroksidasi membran fosfolipid dengan melindungi terhadap kerusakan
dengan mencegah pembentukan hidroperoksida lipid. Se sebagai komponen GSHPx, bertindak sebagai garis pertahanan kedua terhadap kerusakan peroksida
seluler dengan melindungi organisme dari kerusakan oksidatif membran sel dan
menghancurkan H2O2 (McDowell 1992; Combs 1981). Diduga bahwa fortifikasi
0.2 ppm Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm
Se organik (T4) dalam ransum yang tidak mempengaruhi persentase kadar lemak
daging, mampu mempertahankan jumlah persentase khususnya pada bagian paha
atas ayam kampung tetap dalam persentase normalnya. Adanya deposit vitamin E
dan Se pada lemak dan daging ayam kampung pada penelitian ini akan
mempertahankan kemampuan penyimpanan daging dari kemingkinan resiko
peroksidasi lipid.
Persentase Berat Bulu
Bulu digunakan tidak hanya untuk terbang, tapi sangat penting untuk
pengaturan suhu. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm Se
organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik
(T4) dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap presentasi berat bulu ayam
kampung umur 13 minggu. Pada penelitian ini, jumlah persentase berat bulu ayam
kampung berada pada kisaran 14.39% – 16.43%. Rataan persentase berat bulu
ayam kampung umur 13 minggu disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Rataan persentase berat bulu ayam kampung umur 13 minggu
Perlakuan
T1
T2
T3
T4
Bulu (g)
192.25 ± 20.52 207 ± 24.99
168 ± 48.30
190 ± 25,47
Bulu (%)
15.43 ± 3.80
16.43 ± 2.53 14.68 ± 4.95 14.39 ± 1.58

Keterangan :T1 (ransum basal), T2 (ransum basal + 0.2 ppm Se organik), T3 (ransum basal + 200
IU Vitamin E), T4 (ransum basal + 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se organik)

Kisaran tersebut jauh dari pernyataan Packham (1982) yang menyatakan
bahwa dari hasil pemotongan setiap ekor ternak unggas akan diperoleh bulu
sebanyak ± 6% dari bobot hidup (bobot potong ± 1.5 kg). Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan bangsa ayam, dimana produksi bulu ayam broiler tidak
sebanyak bulu ayam kampung dan bobot ayam kampung tidak seberat ayam
broiler, sehingga dalam perhitungan persentasenya menjadi lebih besar pada ayam
kampung. Ayam kampung hanya nampak lebih besar bila dilihat, namun
sesungguhnya bulu yang menutupinya yang membuat ayam lebih besar sedangkan
daging ayam kampung sendiri lebih kecil dari yang dilihat jika masih tertutup
bulu. Hasil penelitian tidak mendekati data rataan persentase berat bulu ayam
kampung umur 12 minggu yang diperoleh pada penelitian Deasy (2000) yaitu
sebesar 3.04% – 7.03%. Adanya indikasi bahwa kandungan protein sebesar 20% –

13

22% dalam pakan membuat persentase bulu ayam kampung pada penelitian ini
menjadi lebih tinggi dibandingkan pada hasil penelitian Deasy (2000).
Vitamin E tidak berperan dalam lingkup bulu unggas, melainkan hanya
sebagai pencegah protein peroksidasi dimana protein merupakan komponen utama
dari pembentukan bulu unggas. Lain halnya dengan Se, bertambah baiknya bulubulu ayam yang diberi pakan dilengkapi dengan Se, khususnya selama kondisi
stres (Edens 1996; 2001). Efek Se dapat menyebabkan perubahan dalam
metabolisme hormon tiroksin atau perubahan pada bulu ayam. Pertumbuhan bulu
dipengaruhi oleh fungsi kelenjar tiroid. Peran vitamin E dan selenium dalam
melindungi dan menjamin kesehatan tiroid, membantu pertahanan terhadap stres
yang tak terelakkan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa fortifikasi 0.2 ppm
Se organik (T2), 200 IU vitamin E (T3) dan 200 IU Vitamin E + 0.2 ppm Se
organik (T4) dalam ransum tidak meningkatkan produksi bulu karena nutrisi zat
makanan yang tidak berbeda pada setiap perlakuan, sehingga pertumbuhan bulu
hanya dalam keadaan standar (normal).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fortifikasi 0.2 ppm Se organik, vitamin E 200 IU, dan campuran keduanya
dalam ransum tidak mempengaruhi profil darah, kandungan kadar lemak daging,
dan persentase berat bulu ayam kampung umur 13 minggu.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai fortifikasi vitamin E dan/
mineral Se dengan kadar yang berbeda dari rendah hingga tinggi dengan
menggunakan ransum yang diformulasi sendiri sehingga dapat memperoleh kadar
yang efisien dan baik untuk kebutuhan ayam kampung.

DAFTAR PUSTAKA
Akbari MR, Kermanshahi H, Moghaddam HN, Heravi AR, Afshari JT. 2008.
Effect of Wheat-Soybean Meal Based Diet Supplementation with Vitamin A,
Vitamin E and Zinc on Blood Cells, Organ Weight and Humoral Immune
Response in Broiler Chickens. J of Anim and Vet Adv. 7(3): 291-298.
Campbell IL. 1996. Exacerbation of lymphocytic choriomeningitis in mice treated
with the inducible nitric oxide synthase inhibitor aminoguanidine. Journal of
Neuroimmunology. 71:31-36.
Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. 3rd Ed. New
Jersey (US): Pearson and Prentice Hall.
Combs GF Jr. 1992. The Vitamins: Fundamental Aspects in Nutrition and Health.
New York (US): Academic Press.

14

Dawn BM, Allan DM, Smith CM. 2000. Biokimia kedokteran dasar: sebuah
pendekatan klinis. Jakarta (ID): EGC.
Deasy AA. 2000. Evaluasi Ransum yang Menggunakan Kombinasi Pollard dan
Duckweed terhadap Persentase Berat Karkas, Bulu, Organ Dalam, Lemak
Abdominal, Panjang Usus dan Sekum Ayam Kampung [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Dilaga SH. 1992. Nutrisi Mineral pada Ternak. Edisi Pertama. Jakarta (ID):
Akademika Pressindo.
Edens FW. 1996. Organic selenium: from feathers to muscle integrity to drip loss:
five years onward: no more selenite, Biotechnology in the Feed Industry. In:
Proceedings of Alltech’s 12th Annual Symposium. Nottingham (US):
Nottingham United Pr.
Edens FW, Parkhurst CR, Havenstein GB, Sefton AE. 2001. Housing and
selenium influences on feathering in broilers. J Appl Poult Res. 10:128–134.
Elboushy AR, Morle ALV. 1978. The effect of climate on poultry physiology in
the tropic and their improvement. World’s Poultry Sci 34 : 155-169.
Franchini A, Miyan JA, Ottaviani E. 1986. Induction of ACTH and TNF-α-like
molecules in the hemocytes of Calliphora vomitoria (Insecta, Diptera). Tissue
and Cell. 28: 587-592.
Frandson RD and Spurgeon TL. 1992. Anatomy and Physiology of Farm
Animals. 5th Ed. Philadelphia (US): Lea and Febiger.
Gross WB, Siegel HS. 1983. Evaluation of the heterophil/lymphocyte ratio as a
measure of stress in chickens. Avian Dis. 27:972-979.
Guyton AC, John EH. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irawati S,
Ken AT, Alex S, penerjemah; Irawati S, editor. EGC: Penerbit Buku
Kedokteran. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiologi.
Hariyadi P. 2006. Teknologi Fortifikasi. Majalah Food Review. 3(1):35‐39.
Ismoyowati I, Widyastuti T. 2003. Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging
Bagian Dada dan Paha Berbagai Unggas Lokal. Anim Prod. 5(2):79-82.
Lauridsen C, Jakobsen K, Hansen TK. 1995. The influence of dietary ethoxyquin
on the vitamin E status in broilers. Archives of Anim Nutr. 47: 245-254.
Leenstra FR. 1989. Influence of Diet and Genotype on carcass Quality in Poultry
and Their Consequences for Selection. Di dalam: Cole DJA, Haresign W,
editor. Recent Developments in Poultry Nutrition. Great Britain (GB): Anchor
Pr.
Leshchinsky TV, Klasing KC. 2001. Relationship Between the Level of Dietary
Vitamin E and the Immune Response of Broiler Chickens. Poult Sci. 80:1590–
1599.
McDowell LR. 2000. Vitamins in Animal and Human Nutrition. 2nd Ed. Ames
(US): Iowa State University Press.
Marsh JA, Dietert RR, Combs GF. 1981. Influence ofdietary selenium and
vitamin E on the humoral immuneresponse of chicks. Proc Soc Exp Biol Med.
166:228–236.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Madicine : Interpretation
and Diagnosis. 3rd Ed. Saunders, USA.
North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4.
New York (US): Chapman and Hall.

15

Packham RG. 1982. Feed Composition, Formulation and Poultry Nutrition and
Growth Mammal. Melbourne (AU): Australian Universities International
Development Program (AUIDP).
Puthpongsiriporn U, Scheideler SE, Sell JL, Beck MM. 2001. Effects of vitamin E
and C fortification on performance, in vitro lymphocyte proliferation,
antioxidant status of laying hens during heat stress. Poult Sci. 80:1190-1200.
Qureshi MA, Ferket PR, Garlich JD. 1993. Effect ofdietary fortification of
vitamin E on the immune function of turkey poults. Poult Sci. 72(Suppl.1):56.
Rana K, Malhotra N, Malhotra RK. 1992. Effect of radiation onsome
haematological parameters and its modification byvitamin E in chicks. Indian J
Exp Biol. 30:60–61.
Sastradipradja D. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): IPB
Pr.
Schalm. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas J, Weiss
K, Jane W. Oxford (US): Blackwell Publishing Ltd.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakkan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.
Sturkie PD, Griminger P. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed
Elements, Hemoglobin and Coagulation. Dalam: Sturkie PD (Editor). Avian
Physiology. 3rd Ed. Heidelberg (GM): Springer Verlag Inc.
Surai PF. 2003. Natural Antioksidants in Avian Nutrition and Reproduction.
Nottingham (US): Nottingham University Pr
Swenson MJ. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animals. 10th Ed. New York
(US): Publishing Assocattes a Division of Cornell University.
Tizard I. 1982. Veterinary Immunology. An Introduction. Ed ke-3. Saunders WB
co Masduki Partodiredjo, penerjemah. 1988. Surabaya (ID): Airlangga
University Press.
Widjajakusuma R, Sikar H. 1986. Fisiologi Hewan Laboratorium. Fisiologi dan
Farmakologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil pengolahan data persentase hemoglobin ayam kampung umur
13 minggu
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
.977
3
.326
.801
.517
Galat
4.876
12
.406
Total
5.825
15

Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; F = Faktor hitung;
Sig. = Signifikansi

Lampiran 2 Hasil pengolahan data persentase hematokrit ayam kampung umur 13
minggu
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
20.531
3
6.844
1.107 .385
Galat
74.219
12
6.185
Total
94.750
15
Lampiran 3 Hasil pengolahan data eritrosit total ayam kampung umur 13 minggu
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
.541
3
.180
1.228 .342
Galat
1.762
12
.147
Total
2.303
15
Lampiran 4 Hasil pengolahan data leukosit total ayam kampung umur 13 minggu
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
33.288
3
11.096 .850
.493
Galat
156.570
12
13.048
Total
189.858
15
Lampiran 5 Hasil pengolahan data persentase diferensiasi leukosit ayam kampung
umur 13 minggu
ANOVA persentase monosit
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
7.500
3
2.500
.359
.783
Galat
83.500
12
6.958
Total
91.000
15
ANOVA persentase eosinofil
JK
db
Perlakuan
1.188
3
Galat
37.250
12
Total
38.438
15

KT
.396
3.104

F
.128

Sig.
.942

17

ANOVA persentase heterofil
JK
db
Perlakuan
289.188
3
Galat
1485.750
12
Total
1774.938
15

KT
F
96.396 .779
123.812

Sig.
.528

ANOVA persentase limfosit
JK
Perlakuan
67.750
Galat
1421.000
Total
1483.750

KT
F
20.917 .177
118.417

Sig.
.910

db
3
12
15

Lampiran 6 Hasil pengolahan data persentase kadar lemak daging ayam kampung
umur 13 minggu
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
2.903
3
.968
1.670 .226
Galat
6.956
12
.580
Total
9.859
15
Lampiran 7 Hasil pengolahan data persentase berat bulu ayam kampung umur 13
minggu
JK
db
KT
F
Sig.
Perlakuan
3104.688
3
1034.896 1.028 .415
Galat
12080.750 12
1006.729
Total
15185.438 15

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 bulan
Januari tahun 1991 dan diberi nama Winda Ayu Pangesti.
Penulis merupakan anak kedua dari bapak Djumono dan
Ibu Sudarmi. Penulis menyelesaikan sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 8 Bogor pada tahun 2003-2006
kemudian sekolah menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor
pada tahun 2006-2009 dan diterima di Institut Pertanian
Bogor pada bulan Juni 2009 departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Selama menjadi
mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Ketua Departemen INTERNAL periode
2010-2011 dan Bendahara Umum BEM periode 2011-2012, Ikatan Senat
Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) sebagai Majelis Pekerja Nasional
(MPNas) periode 2010-2012, dan South East Asia Animal Science Student
Networking (SEAASS-Net). Selain kegiatan keorganisasian, penulis juga sempat
mengikuti kegiatan magang di Citra Agro Buana Semesta (CABS) Malangbong,
Garut pada tahun 2012. Penulis merupakan penerima beasiswa bahan bantuan
mahasiswa (BBM) tahun 2009-2013 dan melaksanakan Progaram Kreativitas
Mahasiswa bidang penelitian dengan judul “Pengamatan Pengaruh