Fortifikasi Vitamin E dan Se sebagai Antioksidan terhadap Performa dan Kandungan Se Daging Ayam Kampung

FORTIFIKASI VITAMIN E DAN SE SEBAGAI ANTIOKSIDAN
TERHADAP PERFORMA DAN KANDUNGAN SE
DAGING AYAM KAMPUNG

ALI NURHADI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fortifikasi Vitamin E
dan Se sebagai Antioksidan terhadap Performa dan Kandungan Se daging Ayam
Kampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Ali Nurhadi
NIM D24090073

ABSTRAK
ALI NURHADI. Fortifikasi Vitamin E dan Se sebagai Antioksidan terhadap
Performa dan Kandungan Se Daging Ayam Kampung. Dibimbing oleh SUMIATI
dan WIDYA HERMANA.
Vitamin E dan Se adalah antioksidan dan mikronutrien penting untuk
kesehatan unggas. Fortifikasi vitamin E dan Se diperlukan untuk mencegah
kerusakan akibat radikal bebas pada membran fosfolipid, enzim dan molekul
penting lainnya. Seratus enam puluh ekor ayam kampung digunakan dengan
tujuan untuk melihat efek dari fortifikasi vitamin E, Se, maupun kombinasinya
terhadap kinerja ayam kampung umur 8-13 minggu. Ternak diberi pakan kontrol
(P0), pakan kontrol difortifikasi dengan vitamin E (200 ppm) (P1), selenium
organik (0.2 ppm) (P2), dan kombinasi vitamin E dan Se organik (200 ppm
vitamin E + 0.2 ppm Se) (P3). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Peubah
yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan,
bobot badan akhir dan kandungan Se dalam daging. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa fortifikasi vitamin E dan selenium, maupun kombinasi keduanya tidak
mempengaruhi terhadap performa ayam kampung. Kandungan Se daging
meningkat 717.24% dengan fortifikasi 0.2 ppm Se dalam pakan.
Kata kunci: ayam kampung, performa, Se daging, Se organik, vitamin E.

ABSTRACT
ALI NURHADI. Fortification of Vitamin E and Se as Antioxidants on
Performance and Se Content of Meat of Kampong Chicken. Supervised by
SUMIATI and WIDYA HERMANA.
Vitamin E and Se are antioxidant and essential micronutrient in poultry for
normal health. The fortification of them was necessary to prevent the damage of
phospholipid membranes, enzymes and other important molecules due to free
radicals. One hundred and sixty Kampong chickens were used to evaluate the
effects of dietary fortification of vitamin E, Se, and its combination on the
performance of kampong chicken aged 8-13 weeks and Se content of the meat.
The birds were fed control diet (P0); P0 + vitamin E 200 ppm (P1); P0 + Se
organic 0.2 ppm (P2); and P0 + combination of vitamin E 200 ppm and Se organic

0.2 ppm (P3). This experiment used a Completely Randomized Design (CRD).
The data were analyzed using Analysis of Variances (ANOVA). The parameters
observed were feed consumption, body weight gain, feed conversion, final body
weight, and Se content of the meat. The results showed that vitamin E and
selenium fortification, or its combination did not affect (P> 0.05) the performance
of kampong chickens, Se content of the meat increased 717.24% due to
fortification of 0.2 ppm Se.
Keywords: kampong chicken, performance, Se in meat, Se organic, vitamin E.

FORTIFIKASI VITAMIN E DAN SE SEBAGAI ANTIOKSIDAN
TERHADAP PERFORMA DAN KANDUNGAN SE
DAGING AYAM KAMPUNG

ALI NURHADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Fortifikasi Vitamin E dan Se sebagai Antioksidan terhadap
Performa dan Kandungan Se Daging Ayam Kampung
Nama
: Ali N urhadi
: D24090073
NIM

Disetujui oleh


Dr Ir Swniati, MSc
Pembimbing I


Dr Ir Widya Hermana, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: (

N@

2

)

Judul Skripsi : Fortifikasi Vitamin E dan Se sebagai Antioksidan terhadap
Performa dan Kandungan Se Daging Ayam Kampung
Nama
: Ali Nurhadi
NIM
: D24090073


Disetujui oleh

Dr Ir Sumiati, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Widya Hermana, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini adalah
Fortifikasi Vitamin E dan Se sebagai Antioksidan terhadap Performa dan
Kandungan Se Daging Ayam Kampung.
Tingginya suhu dan kelembaban yang menyebabkan cekaman panas di
daerah tropis menjadi salah satu alasan rendahnya produktivis ternak. Salah
satunya ayam kampung. Hal tersebut menjadi salah satu alasan penulis untuk
mencari upaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan fortifikasi vitamin E dan
Se sebagai antioksidan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi, wawasan
maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan
semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan
selanjutnya.
Bogor, September 2013
Ali Nurhadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan


2
Ternak

2

Pakan

2

Alat

3

Lokasi dan Waktu

3

Prosedur

3


Pembuatan Kandang dan Pemeliharaan Ternak
Rancangan Percobaan dan Analisis Data

3
3

Model Matematika

3

Peubah

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Suhu kadang pemeliharaan


4

Pengaruh perlakuan terhadap performa ayam kampung

5

Konsumsi pakan

5

Pertambahan bobot badan

7

Konversi pakan

7

Bobot badan akhir

8

Pengaruh Perlakuan terhadapKandungan Se Daging Ayam Kampung
SIMPULAN DAN SARAN

8
10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP

13

UCAPAN TERIMA KASIH

13

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Kandungan nutrien dalam pakan
Fortifikasi vitamin E dan mineral Se dalam pakan
Rataan suhu kandang selama 5 minggu penelitian
Performa ayam kampung yang diperlihara selama 5 minggu penelitian
(umur 8-13 minggu)

2
3
5
5

DAFTAR GAMBAR
1 Konsumsi pakan setiap minggu selama 5 minggu penelitian umur 8-13
minggu
2 Kandungan Se dalam daging ayam kampung
3 Hubungan Se yang dikonsumsi dengan Se dalam jaringan

6
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

ANOVA terhadap bobot badan ayam kampung
ANOVA terhadap konversi pakan ayam
ANOVA terhadap konsumsi pakan ayam kampung umur 8-13 minggu
ANOVA terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung

12
12
12
12

1

PENDAHULUAN
Ayam kampung adalah ayam lokal yang mempunyai peranan penting dalam
pembangunan peternakan, terutama untuk penyediaan daging karena memiliki
rasa dan tekstur yang khas. Ayam kampung memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan ayam ras, diantaranya daya adaptasi tinggi karena mampu
menyesuaikan dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan perubahan iklim
serta cuaca setempat, apresiasi dari konsumen terhadap harga ayam kampung pun
lebih baik dari pada harga ayam ras. Permintaan akan produk asal ayam kampung
(daging dan telur) dari konsumen yang tinggi tidak dapat terpenuhi sepenuhnya
oleh peternak ayam kampung yang ada, hal ini disebabkan karena kelangkaan
bibit di kalangan peternak ayam lokal dan rendahnya produktivitas (daging dan
telur) ayam lokal (Hidayat 2012). Sistem pemeliharaan ayam kampung meliputi:
pembibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit (Ningrum
2012). Permasalahan yang menghambat laju produksi peternakan unggas di
negara tropis seperti di Indonesia adalah tingginya suhu dan kelembaban
lingkungan. Hal ini dapat menjadi beban bagi ternak unggas dalam
mempertahankan pertumbuhan dan produksinya. Suhu rata-rata di daerah tropis
adalah 29.8 – 36.9°C pada siang hari dan 12.4 – 24.2°C pada malam hari (BPS
2001). Suhu yang tinggi pada siang hari tersebut dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi panas dalam tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman
panas.
Selama mengalami cekaman panas, ayam akan mengurangi konsumsi
pakannya dan meningkatkan konsumsi air minum (May et al. 2000). Cekaman
panas akibat tingginya suhu lingkungan yang melebihi kisaran zona suhu normal
dapat menyebabkan stres oksidatif pada ayam kampung. Menurut Mujahid et al.
(2007) stres oksidatif adalah kondisi aktitivitas radikal bebas yang melebihi
antioksidan. Radikal bebas adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih elektron
tidak berpasangan, membuat mereka sangat reaktif (Surai 2013). Radikal bebas
secara alami sudah terbentuk di dalam tubuh melalui berbagai proses kimiawi
yang kompleks. Kondisi ini merupakan hasil sampingan dari proses oksidasi atau
pembakaran di dalam sel. Antioksidan berfungsi merubah senyawa berbahaya
dalam tubuh menjadi tidak berbahaya.
Vitamin E memiliki peran sebagai antioksidan di dalam tubuh, vitamin E
dapat bertindak sebagai scavenger (penangkap) radikal-radikal bebas yang masuk
ke dalam tubuh atau terbentuk di dalam tubuh dari proses metabolisme normal.
Pengkayaan vitamin E 250 ppm secara nyata dapat meningkatkan status
antioksidan pada puyuh yang terkena cekaman panas (Sahin dan Kucuk 2001).
MacPherson (1994) menjelaskan bahwa selenium merupakan trace mineral yang
sangat efektif sebagai antioksidan yang penting untuk ternak.
Vitamin E dan selenium bekerja sama sebagai antioksidan dalam
menstabilkan radikal bebas melalui reaksi kimiawi, yaitu superoksidasi (O2-) yang
merupakan hasil oksidasi berlebih akibat heat stress, di dalam sel (mitokondria)
dirombak menjadi hydrogen peroksida (H2O2) oleh vitamin E (tokoferol) lalu
distabilkan oleh Glutation peroksidase menjadi bentuk yang stabil yaitu H2O + O2
dengan bantuan selenium (Surai 2003). Mengkonsumsi antioksidan dapat
memelihara status antioksidan alami ternak (Surai 2003). Mengkonsumsi produk

2

ternak kaya selenium melalui pakan dapat menjadi langkah efektif untuk
meningkatkan konsumsi selenium pada manusia, sehingga diharapkan
memperbaiki keseimbangan antioksidan dalam tubuh manusia. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan vitamin E dan selenium sebagai
antioksidan terhadap performa dan kandungan selenium dalam daging ayam
kampung.

METODE
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 160 ekor ayam
kampung (Gallus gallus domesticus) jantan dan betina (unsexed) umur 8 minggu
dengan rata-rata bobot badan awal 602.13 ± 80.32 g ekor-1. Ayam tersebut
dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan secara acak, dan setiap
ulangan terdiri atas 10 ekor ayam.
Pakan
Pakan yang digunakan merupakan pakan komersial ayam broiler BR21E.
Sumber Vitamin E yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vitamin E 50
(kandungan vitamin E 50%) dan sumber mineral Se organik dari Se optimin 15
(kandungan Se 15%). Vitamin E dan mineral Se yang digunakan adalah produk
komersil berbentuk bubuk sehingga langsung dapat dicampurkan dengan pakan
menggunakan mixer. Kandungan nutrien pakan penelitian disajikan pada Tabel 1,
sedangkan perlakuan fortifikasi vitamin E dan mineral Se diperlihatkan pada
Tabel 2.
Tabel 1 Kandungan nutrien dalam pakan
Komponen
Berat Kering (%)1)
Komponen Berat Kering
Abu (%)
Protein Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Beta-N (%)
Ca (%)
P (%)
Se2) (ppm)
Vitamin E3) (ppm)
1)

Hasil Analisis1)
87.85
4.96
21.78
5.89
5.15
50.07
0.78
0.74
0.00284
624.9

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fapet, IPB (2013); 2) Hasil analisis Laborotium Pengujian Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian (2013); 3) Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB (2013); Beta-N : bahan
ekstrak tanpa nitrogen; P0 = pakan kontrol, P1 = pakan kontrol + 02 ppm Se, P2 = pakan kontrol
+ 200 ppm Vitamin E, P3 = pakan kontrol 0.2 ppm Se + 200 ppm Vitamin E.

3

Tabel 2 Fortifikasi vitamin E dan mineral Se dalam pakan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3

Vitamin E (ppm)
Total dalam
Fortifikasi
ransum
200
200

624.9
624.9
824.9
824.9

Se (ppm)
Total dalam
Fortifikasi
ransum
0.2
0.2

0.00284
0.20284
0.00284
0.20284

P0 = pakan kontrol, P1 = pakan kontrol + 02 ppm Se, P2 = pakan kontrol + 200 ppm Vitamin E,
P3 = pakan kontrol 0.2 ppm Se + 200 ppm Vitamin E.

Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kandang, tempat
pakan dan minum serta peralatan penunjang lain seperti lampu sebagai alat
penerangan, timbangan, plastik pakan, termometer ruang, dan ember plastik.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas
Blok C, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2013.
Prosedur
Pembuatan Kandang dan Pemeliharaan Ternak
Persiapan kandang dimulai dengan pembuatan 16 petak kandang dengan
ukuran 1 m2. Sebelum ayam masuk ke dalam kandang, dilakukan pengapuran dan
sterilisasi kandang menggunakan disinfektan terlebih dahulu. Ayam kampung
sebanyak 160 ekor dibagi dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan, masing-masing
ulangan terdiri dari 10 ekor. Ayam-ayam tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui bobot badan awal sebelum masuk pada perlakuan kemudian
dilakukan pengacakan.
Selama penelitian pakan diberikan sesuai kebutuhannya yaitu 80 g ekor-1
hari-1dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dilakukan sebanyak
dua kali dalam sehari yaitu pada saat pagi dan sore hari sedangkan air minum
diberikan setiap pagi. Pengukuran suhu lingkungan kandang penelitian dilakukan
sebanyak tiga kali, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Penimbangan bobot
badan dan penghitungan sisa pakan yang dikonsumsi dilakukan setiap minggu
penelitian.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Model matematik
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel and Torrie 1993) dengan 4 perlakuan
yaitu P0= pakan kontrol; P1= pakan kontrol + 0.2 ppm Se; P2= pakan kontrol +

4

200 ppm vitamin E dan P3= pakan kontrol + 0.2 ppm Se + 200 ppm vitamin E
serta 4 ulangan. Model matematika dari rancangan ini adalah :
Yij = µ + τi + ε ij
Keterangan:
Yij
: Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
: Rataan umum
τi
: Efek perlakuan ke-i
ε ij
: Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Peubah
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, bobot
badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan kandungan Se daging.
Konsumsi pakan (g ekor-1)
Konsumsi pakan diperoleh dari selisih jumlah pakan yang diberikan pada
awal minggu dengan sisa pakan pada akhir minggu.
Pertambahan bobot badan (g ekor-1)
Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara menimbang bobot badan
ayam setiap minggu dan dikurangi bobot badan pada minggu sebelumnya.
Penimbangan bobot badan dilakukan setiap satu minggu sekali.
Konversi pakan
Konversi pakan dihitung dengan cara membagi jumlah pakan yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan setiap minggu selama
pemeliharaan.
Bobot badan akhir (g ekor-1)
Bobot badan akhir didapatkan dari pengukuran bobot badan pada hari
terakhir pemeliharaan ternak pada umur 13 minggu.
Kandungan Se daging (ppb)
Kandungan Se daging diperoleh menggunakan metode AOAC (2005) di
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknogi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA).
kandungan Se daging dijelaskan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu Kandang Pemeliharaan
Hasil pengamatan suhu kandang selama penelitian berlangsung
menunjukkan bahwa suhu rata-rata siang hari adalah 28.29oC (Tabel 3). Merujuk
pada hasil penelitian Sumanto et al. (1990) meski suhu selama penelitian berada
diatas suhu nyaman ternak untuk berproduksi, namun ayam buras masih dapat
mentolerir sehingga tidak berpengaruh negatif pada produktivitas ayam kampung.

5

Tabel 3 Rataan suhu kandang selama 5 minggu penelitian
Waktu

Suhu (oC)

Pagi
Siang

24.03 ± 1.11
28.29 ± 2.78

Sore

25.92 ± 2.22

Suhu nyaman untuk ternak ayam buras menurut Gunawan dan Sihombing
(2004) belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan antara 18-25oC
pertumbuhan ayam buras masih tergolong baik. Penelitian yang dilakukan oleh
Sumanto et al. (1990) mendapatkan suhu ideal untuk Ayam Sentul adalah 1927oC.
Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Kampung
Penilaian pakan yang diberikan pada ternak dapat dilihat dari performa
produksi yang dihasilkan. Pakan dapat dikatakan memiliki kualitas baik apabila
ternak dapat berproduksi dengan normal dan memiliki performa yang baik pula.
Performa ayam kampung pada penelitian ini diamati untuk menguji pengaruh
fortifikasi vitamin E dan Se dalam pakan. Data rataan performa ayam kampung
yang meliputi konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, dan
konversi pakan masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Performa ayam kampung yang diperlihara selama 5 minggu penelitian
(umur 8-13 minggu)
Peubah
P0
P1
P2
P3
Konsumsi pakan
kumulatif
2448.50 ± 171.13 2327.65 ± 111.08 2473.33 ± 50.38 2466.03 ± 161.10
(g ekor-1)
Rataan konsumsi
pakan
69.96 ± 4.89
66.50 ± 3.17
70.67 ± 1.44
70.46 ± 4.60
(g ekor-1 hari-1)
Bobot badan awal
602.13 ± 16.52
606.08 ± 12.61
599.50 ± 10.09
600.83 ± 6.70
(g ekor-1)
Bobot badan
1308.65 ± 51.97
1306.30 ± 78.47
1303.65± 41.05 1305.61 ± 27.23
akhir (g ekor-1)
Pertambahan
bobot badan (g
706.53 ± 38.22
700.23 ± 67.20
704.15 ± 40.09
704.78 ± 27.50
ekor-1)
Konversi pakan
3.49 ± 0.10
3.42 ± 0.38
3.61 ± 0.31
3.60 ± 0.12
P0 = pakan kontrol, P1 = pakan kontrol + 0.2 ppm Se, P2 = pakan kontrol + 200 ppm Vitamin E,
P3 = pakan kontrol + 200 ppm Vitamin E + 0.2 ppm Se.

Konsumsi pakan
Konsumsi pakan masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Konsumsi pakan kumulatif tertinggi dicapai oleh perlakuan fortifikasi vitamin E
200 ppm (P2) sebesar 2473.33 ± 50.38 g ekor-1, sedangkan konsumsi kumulatif
terendah diperoleh dari perlakuan fortifikasi Se 0.2 ppm (P1) sebesar 2327.65 ±
111.08 g ekor-1. Adapun konsumsi kumulatif untuk P0 dan P3 masing-masing
adalah 2448.50 ± 171.13 g ekor-1dan 2466.03 ± 161.10 g ekor-1. Perlakuan yang
diberikan tidak mempengaruhi konsumsi pakan. Selama penelitian dilaksanakan,

6

ternak tidak menunjukkan gejala stress akibat cekaman panas. Fortifikasi vitamin
E, Se maupun kombinasinya akan bekerja sebagai antioksidan dan menunjukkan
hasil yang optimal pada saat ternak dalam kondisi stress oksidatif atau cekaman
panas.
Cheeke (1998) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi
pakan adalah palatabilitas, taraf energi, taraf protein dan temperatur lingkungan.
Suhu diurnal hasil pengamatan selama penelitian berkisar 28oC, pada suhu
tersebut diperkirakan ayam kampung masih dapat mentolerirnya sehingga
perlakuan fortifikasi vitamin E maupun Se tidak terlihat berpengaruh pada
konsumsi pakan. Penelitian Wahyuni et al. (2011) pada ayam Kedu dan Cemani
menunjukkan pemberian vitamin E tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi
dan konversi pakan.
Konsumsi pakan yang tidak berbeda pada setiap perlakuan dapat
dikarenakan komposisi zat-zat makanan dari pakan yang diberikan pada ternakternak penelitian sama, dengan palatabilitas pakan yang relatif sama sehingga
tidak mempengaruhi selera makan dari ternak-ternak tersebut. Blakely and Bade
(1992) menyatakan bahwa konsumsi pakan pada ayam dipengaruhi oleh
kandungan energi dan protein pada pakan. Kandungan zat makanannya yang
terkandung di dalamnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
produksi ternak tersebut (Tillman et al. 1998).
Konsumsi pakan mingguan masing-masing perlakuan selama penelitian
disajikan pada Gambar 1. Jumlah pakan yang dikonsumsi ayam kampung setiap
minggunya tidak menunjukkan perbedaan dengan rata-rata konsumsi berkisar
427.7-536.65 g ekor-1 minggu-1.
600

Konsumsi pakan (g ekor-1)

500

400

300

200

100

0
1

2

3

4

5

minggu ke-

Gambar 1 Konsumsi pakan setiap minggu selama 5 minggu penelitian (8-13 minggu).
P0

P1

P2

P3

7

Pertambahan bobot badan
Pengaruh fortifikasi vitamin E dan mineral Se terhadap pertambahan bobot
badan (PBB) ayam kampung selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil
rataan data pertambahan bobot badan semua perlakuan selama penelitian berkisar
antara 700.23-706.53 g ekor-1, dengan nilai rataan PBB tertinggi adalah 706.53 ±
33.22 g ekor-1 didapat dari perlakuan kontrol (P0) dan PBB terendah dihasilkan
oleh perlakuan fortifikasi mineral Se 0.2 ppm (P1) sebesar 700.23 ± 67.20 g
ekor-1, PBB perlakuan fortifikasi vitamin E 200 ppm (P2) dan fortifikasi
kombinasi vitamin E dan mineral Se (P3) secara berturut-turut adalah 704.15 ±
40.09 g ekor-1 dan 704.78 ± 27.50 g ekor-1. Rata-rata pertambahan bobot badan
mingguan (PBBM) dari masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut: P0
(141.31 g ekor-1 minggu-1) P1(140.05 g ekor-1 minggu-1), P2 (140.83 g ekor-1
minggu-1) dan P3 (140.96 g ekor-1 minggu-1)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pemberian pakan perlakuan tidak
mempengaruhi (P>0.05) pertambahan bobot badan ayam kampung selama
penelitian, hal ini diduga karena kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi
sama sehingga menghasilkan pertambahan bobot badan yang sama pula. Hasil
penelitian terhadap performa ayam persilangan Pelung-Kampung dan KampungKampung selama 12 minggu yang dilakukan oleh Gunawan dan Sartika (2001)
diperoleh pertambahan bobot badan ayam kampung sebesar 898,10 g ekor-1
dengan PBB mingguan 74.84 g ekor-1 minggu-1. nilai PBBM yang diperoleh dari
penelitian ini menunjukan nilai yang lebih baik dari penelitian yang dilakukan
oleh Gunawan dan Sartika (2001), hal ini diduga pengaruh kualitas pakan yang
digunakan selama penelitian. Gunawan dan Sartika (2001) menggunakan pakan
yang diformulasi sendiri dengan kandungan EM 2900 kkal dan PK 17 % untuk
ayam umur 43-84 hari sedangkan penelitian ini menggunakan pakan komersil
yang kandungan dan keseimbangan kandungan nutrisinya lebih baik.
Fortifikasi vitamin E dan mineral Se maupun kombinasi keduanya yang
diberikan melebihi kebutuhan standarnya yaitu 50 ppm untuk vitamin E dan 0.15
ppm mineral Se (NRC 1994) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05)
pada pertambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian. Hal ini diduga
karena kondisi lingkungan selama pemeliharaan yang masih dapat ditolerir oleh
ayam kampung yaitu 19-27oC (Sumanto et al. 1990). Tillman et al. (1991)
menyatakan bahwa pertambahan bobot badan (PBB) diartikan sebagai
kemampuan untuk mengubah zat-zat nutrisi yang ada dalam pakan menjadi
daging. Pertambahan bobot badan menunjukan bahwa pakan yang dikonsumsi
oleh ayam cukup efisien dan banyak digunakan untuk pertumbuhan. Faktor
pendukung pertumbuhan ayam adalah kualitas dan kuantitas makanan, temperatur
dan pemeliharaan (Rasyaf 1999).
Konversi Pakan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pakan perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap nilai konversi pakan. Nilai konversi tersebut tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata karena jumlah konsumsi pakan dan PBB dari setiap
perlakuan hampir sama pula. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
kualitas yang sama kecuali kandungan vitamin E dan mineral Se sehingga tidak
menghasilkan nilai konversi pakan yang berbeda nyata. Hal tersebut sesuai

8

dengan pernyataan Anggorodi (1997) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah kualitas pakan.
Rataan konversi pakan dari penelitian ini pada masing-masing perlakuan
adalah 3.49 (P0), 3.42 (P1), 3.61 (P2) dan 3.60 (P3). Nilai rataan konversi pakan
pada penelitian ini memiliki nilai yang lebih baik daripada penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan dan Sartika (2001) selama 12 minggu penelitian yang
menggunakan pakan dengan kandungan PK 17% dan EM 2900 kkal kg-1 ME yang
memperoleh konversi pakan sebesar 3.49.
Iskandar et al. (1998) yang
menghasilkan nilai konversi pakan sebesar 4.79 dengan lama penelitian yang
sama. Hasil yang lebih baik ini disebabkan oleh fortifikasi 200 ppm vitamin E dan
0.2 ppm Se memberikan pengkayaan nutrien pada pakan perlakuan, dibandingkan
dengan pakan yang tidak diberikan fortifikasi. Konversi pakan merupakan
perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan. Konversi
pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satuan unit
pertambahan bobot badan, semakin besar ukuran dan tua ternak maka nilai
konversi pakan akan semakin tinggi (Wahju 2004).
Bobot badan akhir
Bobot badan akhir pada penelitian ini berkisar antara 1303.65-1308.65 g
-1
ekor , dengan masing-masing perlakuan 1308.65 g ekor-1 (P0), 1306.30 g ekor-1
(P1), 1303.65 g ekor-1 (P2) dan 1305.61 g ekor-1 (P3). Bobot badan ayam
kampung yang diberi pakan kontrol dan yang difortifikasi vitamin E, Se serta
kombinasi keduanya tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hasil tersebut
diduga karena kandungan vitamin E dan Se dalam pakan kontrol sudah
mencukupi kebutuhan ayam kampung. Kandungan vitamin E dalam pakan kontrol
adalah 634.9 ppm dan mineral Se 0.00284 ppm. Menurut Lesson dan Summer
(2005), kebutuhan Vitamin E dan Se untuk ayam adalah 50 ppm dan Se 0.3 ppm.
Kondisi lingkungan selama penelitian yang masih termasuk nyaman untuk
ayam kampung dapat tumbuh secara normal menyebabkan fungsi fortifikasi
vitamin E, selenium dan kombinasi keduanya sebagai antioksidan tidak terlihat
terhadap bobot badan ayam penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurjanah
(2013) (data belum dipublikasikan) yang menyebutkan bahwa pemberian
fortifikasi vitamin E (250 ppm) dan selenium (0.2 ppm) tidak berpengaruh nyata
jika pada kondisi lingkungan yang sama. Namun pertumbuhan ternak akan
mengalami penurunan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan cekaman
panas.
Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Se dalam Daging Ayam
Kampung
Fortifikasi Se meningkatkan kandungan Se dalam daging (paha atas).
Konsentrasi Se daging paha atas dalam penelitian ini secara deskriptif berkisar
antara 0.029-0.237 ppb. Kandungan Se dalam daging ayam kampung penelitian
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan bahwa kandungan Se dalam daging bagian paha
atas tertinggi diperoleh perlakuan P1 (fortifikasi 0.2 ppm Se) yaitu 0.237 ppb
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kandungan Se dalam daging untuk P0,
P2 dan P3 secara berturut-turut adalah sebesar 0.029, 0.046 dan 0.097 ppb.

9

Gambar 2 Kandungan Se dalam daging ayam kampung
Nilai kandungan Se daging P1 memiliki nilai 717.24% dibandingkan dengan
kontrol (P0). Penelitian ini menggunakan Se organik (selenomethionine), yang
absopsinya berlangsung secara aktif melalui suatu mekanisme transport aktif
terikat bersama asam amino metionin kemudian dideposisi ke jaringan (otot).
Mineral Se adalah antiokidan alami yang terdapat dalam setiap sel manusia,
Mineral Se banyak ditemukan dalam hati, testis, pankreas dan limpa. Dengan
mengkonsumsi pangan produk ternak kaya mineral Se diduga dapat meningkatkan
status antioksidan dalam tubuh manusia. Mineral Se terlibat dalam perlindungan
jaringan tubuh terhadap stres oksidatif, pemeliharaan pertahanan terhadap infeksi,
dan modulasi pertumbuhan dan perkembangan.
(Se yang dikonsumsi)

(Se dalam jaringan)

Gambar 3 Hubungan Se yang dikonsumsi dengan Se dalam jaringan (Burk 1986).
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara Se yang dikonsumsi dengan Se
yang dideposit dalam jaringan (Burk 1986). Penyebaran deposit Se dalam tubuh
manusia tersebar pada beberapa bagian organ manusia, yaitu 30% Se jaringan

10

terkandung dalam hati, 15% pada ginjal, 30% pada otot, dan 10% dalam plasma
darah (FAO 2001).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fortifikasi vitamin E 200 ppm dan mineral Se 0.2 ppm tidak mempengaruhi
performa ayam kampung meskipun diberikan berlebih dari kebutuhan standar
yaitu 50 ppm vitamin E dan 0.15 ppm mineral Se (NRC 1994). Fortifikasi 0.2
ppm Se menghasilkan daging ayam kampung tinggi mineral Se.
Saran
Fortifikasi mineral Se 0.2 ppm disankan untuk memproduksi daging ayam
kampung tinggi antioksidan (Se).

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis 17th Ed. Washington DC (US): AOAC International.
Anggorodi R. 1997. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Indonesia 2001. [Internet]. 2013.
[diunduh tahun 2013 September 1]. Bogor. Tersedia pada
http://www.bps.go.id/.
Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu Peternakan Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada Univ Pr.
Burk RF.1986. Selenium and cancer: Meaning of serum selenium levels. J Nutr.
116:1584-1586.
Cheeke PR. 1998. Applied Animal Nutrition. Volume ke-2, Feed and Feeding.
New Jersey (GB): Prentice Hall, Upper Saddle River.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Human Vitamin and Mineral
Requirements. Bangkok (TH): FAO.
Gunawan B, Sartika T. 2001. Persilangan Ayam Pelung jantan x Kampung betina
hasil seleksi generasi kedua (G2). JITV. 6(1):21-27.
Gunawan B, Sihombing DTH. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap
kondisi fisiologis dan produktifitas Ayam Buras [Internet]. [ diunduh 2013
Maret 20]; tersedia pada http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/
wartazoa/ wazo141-4.pdf
Hidayat C. 2012. Pengembangan produksi ayam lokal berbasis bahan pakan lokal.
Wartazoa. 22 (2): 85-98.
Iskandar S, Desmayanti Z, Sastrodihardjo S, Swastika T, Setiadi P, Susanti T.
1998. Respon pertumbuhan ayam kampung silangan pelung terhadap
ransum berbeda kandungan protein. JITV. 3(1):8-14.

11

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition 3rd Ed. Ontarion,
Canada (CA): University Books, Guelph.
MacPherson A. 1994. Selenitun, Vitamin E and Biological Oxidation. Di dalam:
PC Garnsworthy, DJA Cole, editor. In Recent Advances In Animal
Nutrition. Notthingham (GB): Nottingham University Pr.
May JD, Lott BD, Simmons JD. 2000. The effect of air velocity on broiler
performance and feed and water consumption. Poult Sci. 79:1396-1400
Mujahid A, Akiba Y, Toyomizu Y. 2007. Acute heat stress induces oxidative
stress and decreases adaption in young white leg-horn cockerels by down
regulation of avian uncoupling protein. Poult Sci. 86: 364-371.
Ningrum DL. 2012. Mengenal secara sederhana ternak ayam buras. [diunduh
2013 Maret 20]. Bogor. Tersedia pada http://ditjennak.deptan.go.id/
index.php?page=berita&action=detail&idberita=359.
[NRC]. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry.
Washington DC (US): National Academy Pr.
Nurjanah S. 2013. Performance and physiological status of broiler offered diet
supplemented antioxidants and exposed to high envinronmental
temperature. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siap terbit.
Rasyaf M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-14. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Sahin K, Kucuk O. 2001. Effects of vitamin C and vitamin E on performance
digestion of nutrients, and carcass characteristics of Japanese quail reared
under chronic heat stress (34oC). J Anim Physiol Anim Nutr. 85: 335-342.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekata
Biometrik. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumanto, Juarini E, Iskandar S, Wibowo B, Santoso. 1990. Pengaruh perbaikan
dan tata laksana terhadap penampilan usaha ternak ayam buras di Desa
Pangradin. JI Pet. 4(3): 322-328.
Surai PF. 2003. Natural Antioxidants in Avian Nutrition and Reproduction.
Nottingham (GB): Nottingham University Pr.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Lebdosoekojo L. 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr.
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Pr.
Wahyuni HI, Suthama N, Mangisah I, Sarjana TA. 2011. Egg quality and
hatchability of in situ reared kedu and cemani suplemented with vitamin E.
J Indo Trop Anim Agric. 36: 61-68.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 ANOVA terhadap bobot badan ayam kampung
Derajat
Rataan
Jumlah kuadrat
Fhit
bebas
kuadrat
Antar Kelompok
51.113
3
17.038
.006
Dalam Kelompok
33855.355
12
2821.280
Total
33906.468
15

Signifikansi
.999

Lampiran 2 ANOVA terhadap konversi pakan ayam kampung
Jumlah kuadrat
Antar Kelompok
Dalam Kelompok
Total

.193
.696
.890

Derajat
bebas
3
12
15

Rataan
kuadrat
.064
.058

Fhit

Signifikansi

1.110

.383

Lampiran 3 ANOVA terhadap konsumsi pakan ayam kampung umur 8-13 minggu
Jumlah kuadrat
Antar Kelompok
Dalam Kelompok
Total

1351.372
9300.153
10651.525

Derajat
bebas
3
12
15

Rataan
kuadrat
450.457
775.013

Fhit

Signifikansi

.581

.639

Lampiran 4 ANOVA terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung
Derajat
Rataan
Jumlah kuadrat
Fhit Signifikansi
bebas
kuadrat
Antar Kelompok
49.613
3
16.538
.208
.889
Dalam Kelompok
954.659
12
79.555
Total
1004.273
15
Keterangan: anova diuji dengan menggunakan spss 16

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada Tanggal 6 Juli
1991 dari ayah (alm) Drs. Kusnadi dan ibu Dra. Amilah
Solihat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di SMP Negeri 1
Tanjungsari dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan
pendidikannya di SMA Negeri Tanjungsari dan lulus pada
tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan. Selama menjalani
pendidikan akademik di Institut Pertanian Bogor Penulis aktif dalam organisasi
Warga Pelajar dan Mahasiswa Lingga (WAPEMALA) Sumedang periode 20092013, Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2010-2011,
Forum Aktifis Mahasiswa Muslim (FAMM) Al Anam, Fakultas Peternakan
periode 2010-2011. Tahun 2010, penulis melakukan kegiatan Program Kreatifitas
Mahasiswa dengan judul Formulasi Suplemen Pakan Kambing Pemacu Laju
Metabolisme dalam Produksi Susu Kaya Antioksidan sebagai Bahan Konsumsi
Masyarakat Usia Produktif. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah
Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis
merupakan salah satu penerima beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa)
pada tahun 2011-2013.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sumiati, MSc dan Ir Widya
Hermana, MSi selaku dosen dosen pembimbing skripsi serta pembimbing
akademik atas bimbingannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS selaku dosen pembahas seminar hasil
penelitian penulis pada tanggal 23 Juli 2013. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada staf Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas dan Laboratorium
Lapang Nutrisi Unggas Blok C, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
yang telah membantu selama penelitian dilaksanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih terbesar kepada Bapak (alm) Kusnadi,
Ibu Amilah dan kakak Asri serta adik Eri atas doa, dukungan yang terus diberikan
kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman – teman
seperjuangan (Aryani, Murni, Winda, Misbah dan Bella), tidak lupa kepada para
sahabat Tutik, Syaiful, Nuril, Jody, Lita dan Fajrin serta teman-teman Nutritiousz
46 dan kosan Jamparing (Taufik, Andry, Iwan, Kak Giri, Kak Asep, Kak Hendra,
Sobandi, dan Ade) yang terus memberikan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.