The Estimation Of Demography Parameter And Use Spatial Pattern Of Surili (Presbytis comata) In Ciremai Mount National Park

PENDUGAAN PARAMETER DEMOGRAFI DAN POLA
PENGGUNAAN RUANG SURILI (Presbytis comata)
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

RAHMAT HIDAYAT

PROGRAM MAYOR KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pendugaan Parameter Demografi dan
Pola Penggunaan Ruang Surili (Presbytis comata) di Taman Nasional Gunung
Ciremai adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Rahmat Hidayat
NIM E351110181

RINGKASAN
RAHMAT HIDAYAT. Pendugaan Parameter Demografi dan Pola Penggunaan
Ruang Surili (Presbytis comata) di Taman Nasional Gunung Ciremai. Dibimbing
oleh YANTO SANTOSA dan NOVIANTO BAMBANG W.
Surili merupakan primata endemik Jawa Barat (Kool, 1992). Statusnya masuk
dalam kategori satwa dilindungi (PP No. 7 Tahun 1999), endangered species
(IUCN) serta masuk dalam kategori Appendiks II (CITES). Data tentang parameter
demografi dan pola penggunaan ruang surili di Taman Nasional Gunung Ciremai
(TNGC) diperlukan sebagai salah satu dasar dalam pengelolaan kawasan,
diantaranya untuk pengelolaan spesies, pembinaan habitat, penyusunan atau revisi
zonasi dan Rencana Pengelolaan Taman Nasional.
Penelitian bertujuan untuk menduga parameter demografi surili di kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai yang meliputi ukuran populasi, natalitas,

mortalitas, sex ratio dan komposisi umur dan mengidentifikasi pola penggunaan
ruang surili pada pada kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Penelitian
dilaksanakan di kawasan TNGC selama lima bulan yaitu mulai bulan Oktober
2012 sampai Februari 2013. Sebanyak 28 titik pengamatan yang dilakukan
pengambilan data parameter demografi, serta 4 titik untuk pengamatan pola
penggunaan ruang hariannya. Data parameter demografi dikumpulkan dengan
metode konsentrasi dan data pola penggunaan ruang dikumpulkan dengan metode
focal animal sampling.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah individu total dari 28 titik pengamatan
yaitu 164 individu, dengan sebaran 48 individu pada habitat hutan dataran rendah
dengan kisaran ukuran kelompok (8,00 ± 4,50), 56 individu di habitat hutan sub
pegunungan dengan kisaran ukuran kelompok (5,6 ± 2,49) dan 60 individu di
habitat hutan pegunungan dengan kisaran ukuran kelompok (5,00 ± 2,07). Sex
rasio total dari 28 titik pengamatan adalah 1 : 2, dengan struktur umur tahunan
Dewasa : Muda : Anak 7 : 10 : 11. Nilai natalitas total dari 28 titik pengamatan
yaitu 0,125 dengan nilai mortalitas tertinggi yaitu dari muda menuju dewasa
sebesar 0,34.
Rata-rata luas wilayah jelajah harian surili di Blok Haur Cucuk sebagai
perwakilan tipe habitat hutan dataran rendah yaitu 1,13 ha, dengan rata-rata
panjang lintasan hariannya yaitu 516,80 m. Blok Kalawija dan Blok Saninten

sebagai perwakilan tipe habitat hutan sub pegunungan memiliki rata-rata luas
wilayah jelajah hariannya berturut-turut yaitu sebesar 2,08 ha dan 3,32 ha, dengan
rata-rata panjang lintasan hariannya yaitu 935,25 m dan 1092,29 m. Selanjutnya di
Blok Cigowong sebagai perwakilan tipe habitat hutan pegunungan memiliki ratarata wilayah jelajah hariannya sebesar 5,48 ha, dengan rata-rata panjang lintasan
hariannya aalah 1188,3 m.

Kata kunci : Parameter Demografi, Pola penggunaan Ruang, Surili (Presbytis
comata)

SUMMARY
RAHMAT HIDAYAT. The Estimation Of Demography Parameter And Use
Spatial Pattern Of Surili (Presbytis comata) In Ciremai Mount National Park.
Under direction of YANTO SANTOSA and NOVIANTO BAMBANG W.
Surili is an endemic primates of West Java. Its status is protected species
based on PP. 7 of 1999, endangered species (IUCN) as well as classified in to
Appendix II category, CITES. Data about demography parameter and use space
pattern of Surili in Ciremai Mount National Park is necessary as one of the basic
case in area management, including for species management, habitat
development, drafting or revision zoning and the national park management plan.
The research aimed to observation estimate of demography parameter of

Surili in Ciremai Mount National Park Area which includes population size,
natality, mortality, sex ratio and age composition and to identify use spatial
pattern of surili there. Research was conducted at the Ciremai Mount National
Park area for five months from Oktober 2012 to Februari 2013. As many as 28
observation points of demography parameter, and 4 points observation of its daily
use space pattern. Data of demography parameter taken by concentration count
method and data of use spatial pattern taken by focal animal sampling method.
Total number of individuals from 28 points observation as many as 164
individuals, with the distribution of 48 individuals in the lowland forest with an
average group size (8.00 ± 4.50), 56 individuals in the sub-montane forest with an
average group size (5.6 ± 2.49) and 60 individuals in the mountain forest with an
average group size (5.00 ± 2.07). Sex ratio total at 28 observation points was 1 : 2,
with annual age (Adult : Adult Hood : Kid) 7 : 10 : 11. Value of total natality at
28 observation points was 0.125, with highest mortality value from adult hood to
adult was 0,34 .
Average of Surili daily cruising area in block Haurcucuk (representative
type of lowland forest) was 1.13 ha, with an average daily track length of 516.80
m. Block Kalawija and Saninten (representative type of sub-montane forest), their
average daily ranges in series were 2.08 ha and 3.32 ha, with an average daily
track length of 935.25 m and 1092.29 m. Next on the block Cigowong

(representative type of mountain forests), its average daily cruising area was 5.48
ha, with average daily track length was 1188,3m.

Keywords: Demography Parameter, Use Spatial Pattern, Surili (Presbytis
comata)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENDUGAAN PARAMETER DEMOGRAFI DAN POLA
PENGGUNAAN RUANG SURILI (Presbytis comata)
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI


RAHMAT HIDAYAT

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Nyoto Santoso, MS

Judul Tesis : Pendugaan Parameter Demografi dan Pola Penggunaan Ruang
Surili (Presby tis comata) di Taman Nasional Gunung Ciremai
Nama
: Rahmat Hidayat
NIM

: E3 511 10 181

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

L'""

Dr Ir Yanto Santosa, DEA
Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas Tropika

,..

! . ::1•

... ::.

l,.zJ

セ@

U'-

セ@ I ""' ·;·
セL@

ᄋ セ N@ セ@

ᄋセ@

セ@

Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS

Tanggal Ujian:
g IBGセ@


20 \'\

Tanggal Lulus:

3 1 JUL 2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Alloh S.W.T atas segala segala
limpahan karunia dan nikmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012
sampai bulan Februari 2013 ini dengan judul Pendugaan Parameter Demografi
dan Pola Penggunaan Ruang Surili (Presbytis comata) di Taman Nasional
Gunung Ciremai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yanto Santosa, DEA dan
Bapak Dr Ir Novianto Bambang W, MSI selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Balai dan seluruh staf/pegawai
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai serta Mang Ojo di Babakan Kaler yang
telah memberikan izin, waktu dan bantuan selama pengambilan data. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, istriku Anis Kurniawati,SPd,
anak-anakku ( Sina Hafidh Rimbawan Hidayat dan Ilman Sulthon Hidayat), adikadikku serta seluruh keluarga atas segala do’a dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Rahmat Hidayat

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bioekologi Surili
Parameter Demografi
Pola Penggunaan Ruang.

1
1
3
3
3
5
5
6
7

3 METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan
Data Yang Dikumpulkan
Metode Pengambilan Data
Metode Analisa Data.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Demografi
Penggunaan Ruang Harian
Faktor Dominan Habitat
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

9
9
9
9
10
14
17
17
26
39
42
42
42
43

\

DAFTAR TABEL
1 Pembagian kelas lereng
13
2 Komposisi kelompok surili di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai 18
3 Jumlah jenis dan kerapatan tumbuhan pada setiap tipe habitat
pengamatan surili di TNGC
20
4 Jumlah jenis dan kerapatan pakan surili pada setiap tipe habitat
pengamatan surili di TNGC
21
5 Kelas lereng pada tiap tipe habitat lokasi penelitian surili di TNGC
21
6 Struktur umur tahunan surili di tiga tipe habitat lokasi penelitian di
Kawasan TNGC
24
7 Peluang hidup dan mortalitas surili di tiga tipe habitat lokasi
penelitian di Kawasan TNGC
26
8 Luas wilayah jelajah harian serta panjang lintasan harian surili pada
empat blok pengamatan di kawasan TNGC
26
9 Jumlah jenis pakan tiang dan jumlah jenis pohon pada empat blok
pengamatan penggunaan ruang
34
10 Jumlah jenis vegetasi pakan, satwa pesaing dan ketinggian tempat
serta kelas lereng pada empat blok pengamatan di kawasan TNGC
35

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
2 Bentuk dan ukuran petak ganda untuk pengamatan vegetasi
3 Sebaran pengamatan/penemuan kelompok surili di Kawasan TNGC
4 Model luas wilayah jelajah harian surili di Blok Haur Cucuk
5 Model panjang lintasan harian surili di Blok Haur Cucuk
6 Model luas wilayah jelajah harian surili di Blok Kalawija
7 Model panjang lintasan harian surili di Blok Kalawija
8 Model luas wilayah jelajah harian surili di Blok Saninten
9 Model panjang lintasan harian surili di Blok Saninten
10 Model luas wilayah jelajah harian surili di Blok Cigowong
11 Model panjang lintasan harian surili di Blok Cigowong
12 Diagram proporsi waktu aktifitas pada setiap ketinggian berdasarkan
waktu pengamatan
13 Diagram proporsi waktu aktifitas pada setiap ketinggian berdasarkan
jenis aktifitas
14 Surili jantan dan betina dewasa sedang beristirahat
15 Surili melakukan perpindahan antar pohon

4
13
19
27
28
29
29
30
31
32
32
37
38
38
39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji korelasi ukuran kelompok dengan parameter demografi
2 Rekapitulasi hasil uji t parameter demografi antar tipe habitat
3 Hasil uji korelasi panjang lintasan harian dan luas wilayah jelajah
harian dengan jumlah satwa predator dan jumlah satwa pesaing
4 Hasil uji korelasi panjang lintasan harian dan luas wilayah jelajah
harian dengan ketinggian tempat dan kelerengan
5 Hasil uji korelasi panjang lintasan harian dan luas wilayah jelajah
harian dengan faktor vegetasi dan pakan
6 Kerapatan dan keanekaragaman jenis pancang di habitat hutan
dataran rendah
7 Kerapatan dan keanekaragaman jenis tiang di habitat hutan dataran
rendah
8 Kerapatan dan keanekaragaman jenis pohon di habitat hutan dataran
rendah
9 Kerapatan dan keanekaragaman jenis pancang di habitat hutan sub
pegunungan
10 Kerapatan dan keanekaragaman jenis tiang di habitat hutan sub
pegunungan
11 Kerapatan dan keanekaragaman jenis pohon di habitat hutan sub
pegunungan
12 Kerapatan dan keanekaragaman jenis pancang di habitat hutan
pegunungan
13 Kerapatan dan keanekaragaman jenis tiang di habitat hutan
pegunungan
14 Kerapatan dan keanekaragaman jenis pohon di habitat hutan
pegunungan
15 Daftar jenis pakan surili yang ditemukan pada lokasi penelitian
15 Hasil uji Regresi Partial Least Square
16 Jumlah satwa predator, pesaing dan kelas lereng pada titik
pengamatan surili

49
50
51
52
53
55
57
59
61
64
66
69
71
73
75
77
78

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Surili (Presbytis comata) Desmarest, 1822 merupakan primata endemik
Pulau Jawa bagian Barat (Kool 1992). Pemerintah RI menetapkan status surili
sebagai satwa dilindungi melalui SK Mentan No. 247/Kpts/Um/1979, SK Menhut
No. 301/Kpts-II/1991, PP No 7 Tahun 1999, dan UU No. 5 Tahun 1990. CITES
menggolongkan surili ke dalam Appendiks II dan IUCN mengkategorikan surili
sebagai endangered species. Selanjutnya berdasarkan Permenhut No:
P.57/Menhut-II/2008, surili termasuk dalam salah satu daftar spesies kelompok
primata yang perlu mendapatkan aksi konservasi prioritas tinggi.
Surili umumnya dapat dijumpai pada hutan primer maupun sekunder, mulai
dari hutan pantai, hutan bakau, sampai hutan pegunungan dengan ketinggian
sekitar 2000 mdpl. Berdasarkan Putra (1993), Supriatna dan Wahyono (2000) di
Jawa Barat habitat surili ditemukan diantaranya di Taman Nasional (TN) Gunung
Gede Pangrango, TN Gunung Halimun-Salak, TN Ujung Kulon, Cagar Alam
(CA) Kawah Kamojang, CA Rawa Danau, CA Gunung Papandayan, CA Gunung
Patuha, CA Situ Patenggang, dan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung
Tampomas.
Surili dengan melihat status konservasi dan perannya di ekosistem,
merupakan salah satu satwa yang termasuk dalam keystone species (spesies
kunci). Keystone species merupakan spesies yang memainkan peranan yang
penting di dalam struktur, fungsi atau produktifitas dari habitat atau ekosistem
(habitat, tanah, dan pemencar biji). Hilangnya jenis ini akan mengakibatkan
perubahan yang hebat terhadap populasi jenis lain atau proses ekosistem; serta
yang memiliki fungsi yang vital dalam komunitasnya (Roberge, J. & Angelstam
2004).
Ancaman terbesar terhadap kelestarian populasi surili adalah karena
rusaknya habitat alami dari spesies surili tersebut, yang diakibatkan oleh
eksploitasi dan konversi hutan alam di Jawa Barat. Pada tahun 1986 diperkirakan
terdapat 8.040 ekor surili (Kool 1992) namun pada tahun 1999 jumlahnya tersisa
2.500 ekor saja (IUCN). Surili seperti halnya satwa primata lainnya merupakan
satwa sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitar habitatnya
(Prasanai et al., 2008). Hal ini berarti satwa ini akan terancam punah dalam waktu
dekat apabila tempat yang menjadi habitatnya rusak dan tidak segera dilakukan
sistem pengelolaan yang baik terhadap habitatnya maupun spesies dari surili
tersebut. Selain tingkat gangguan habitat, permasalahan lainnya yang menjadi
ancaman bagi kelestarian surili adalah penelitian-penelitian yang terkait surili
masih sedikit dilakukan, sehingga informasi yang menyangkut surili masih
terbatas, hal ini tentunya akan memberikan keterbatasan dalam menentukan
strategi konservasi bagi satwa surili tersebut ke depannya.
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan salah satu kawasan
konservasi yang ditunjuk dengan SK Menhut No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19
Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kelompok hutan lindung pada kelompok
hutan Gunung Ciremai seluas ± 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten
Kuningan dan Majalengka, Propinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional. Taman

2
Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu lokasi penyebaran habitat surili
di Jawa Barat (Gunawan H dan Bismark M. 2007).
Seperti halnya di wilayah penyebaran surili pada umumnya, populasi surili
di kawasan TNGC sama mengalami ancaman kelestarian, yang diakibatkan oleh
rusaknya habitat dan juga kegiatan penelitian yang terkait surili yang masih
kurang. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan habitat surili di TNGC
adalah aktifitas perambahan dan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman serta
kebakaran hutan yang menjadi ancaman tahunan. Selanjutnya penelitian terkait
surili di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang sudah dilakukan yaitu
baru penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) tentang keanekaragaman
jenis mamalia besar berdasarkan komposisi vegetasi dan ketinggian tempat di
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan penelitian yang dilakukan oleh
Supartono (2010) yang mengkaji karakteristik habitat dan distribusi surili. Padahal
menurut Permenhut No: P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis
Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 menyebutkan bahwa penelitian yang
diperlukan untuk konservasi surili adalah distribusi, populasi, habitat, ekologi, dan
genetik.
Surili di Taman Nasional Gunung Ciremai, merupakan salah satu satwa
yang mendapat perhatian tinggi atau dipertimbangkan dalam pengelolaan
kawasan, disamping macan kumbang dan burung elang jawa. Hal ini dikarenakan
atau terkait dengan status dan juga peran dari surili dalam sebuah eksositem hutan
seperti yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya. Sebagai satwa yang
dipertimbangkan dalam pengelolaan kawasan maka keberadaan data yang
lengkap, benar dan terkini terkait spesies surili perlu segera dimiliki oleh
pengelola kawasan. Salah satu data dasar penting yang perlu segera diteliti dan
belum dikaji adalah data tentang parameter demografi dan pola penggunaan ruang
surili. Data tentang parameter demografi dan pola penggunaan ruang merupakan
data yang penting sebagai dasar dalam menyusun maupun merevisi zonasi serta
Rencana Pengelolaan Taman Nasional.
Parameter demografi adalah variabel atau faktor yang berpengaruh terhadap
dinamika populasi spesies kunci. Faktor-faktor tersebut yaitu, ukuran/jumlah
populasi, natalitas (angka kelahiran), mortalitas (angka kematian), sex ratio dan
struktur umur populasi. Perubahan pada parameter demografi akan menjadi
gambaran terhadap ukuran kondisi habitatnya. Selanjutnya Santosa (1990)
menyebutkan bahwa pola penggunaan/pemanfaatan ruang merupakan suatu
keseluruhan interaksi antara satwa dengan habitatnya. Pola penggunaan ruang
satwa speies kunci akan menggambarkan lokasi habitat yang sesuai atau
preferensi bagi satwa spesies kunci, sehingga lokasi tersebut adalah salah satu
lokasi yang harus mendapat prioritas tinggi dalam pengelolaan kawasan
konservasi. Dengan melihat pentingnya data parameter demografi dan pola
penggunaan ruang dalam pengelolaan kawasan maka penelitian yang menyangkut
parameter demografi dan pola penggunaan ruang surili penting untuk dilakukan di
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.

3
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Menduga parameter demografi surili pada kawasan Taman Nasional Gunung
Ciremai yang meliputi ukuran populasi, natalitas, mortalitas, sex rasio dan
komposisi umur.
2. Mengidentifikasi pola penggunaan ruang surili pada kawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola (Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai) dalam menyusun atau merevisi rencana pengelolaan
kawasan khususnya yang terkait dengan pengelolaan habitat dan spesies
surili.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola (Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai) dalam penyusunan maupun revisi zonasi.

Kerangka Pemikiran
Surili sebagai salah satu satwa endemik Jawa Barat dengan status dilindungi
oleh Undang-undang, endangered species berdasarkan IUCN dan apendik II
menurut CITES memerlukan strategi khusus untuk penyelamatan dan pelestarian
populasinya di alam. Untuk dapat membuat strategi dan arah pengelolaan spesies
dan populasi surili yang tepat diperlukan pemahaman terhadap permasalahan
terkini dan juga data yang cukup. Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC)
merupakan salah satu titik tempat sebaran habitat surili di Jawa Barat.
Permasalahan yang menjadi ancaman bagi kelestarian populasi surili khususnya di
TNGC yaitu rusaknya habitat akibat konversi hutan alam menjadi areal pertanian
dan hutan tanaman, kebakaran hutan dan karakteristik Gunung Ciremai sebagai
salah satu gunung api soliter yang menyebabkan isolasi habitat. Selanjutnya datadata dasar yang dibutuhkan untuk penyusunan strategi dan rencana pengelolaan
spesies surili diantaranya yaitu data karakteristik habitat, distribusi, parameter
demografi dan pola penggunaan ruang. Diharapkan dengan diketahuinya data-data
dasar tadi maka strategi konservasi surili bisa tepat sasaran sesuai karakteristik
spesies surili dan permasalahan lapangan, sehingga kelestarian populasi surili
dapat tercapai. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

4

TNGC

Surili




Primata Endemik Jawa Barat
Satwa Dilindungi (PP No 7 Th 1999)
Endangered Spesies (IUCN)



Apendix II (CITES)

P.57/Menhut-II/2008
(Primata Prioritas
Tinggi)

Penelitian surili
masih kurang

Habitat surili

Ancaman terhadap
Habitat&populasi

Perambahan

Kebakaran Hutan

Parameter demografi

Pola penggunaan ruang

Pengelolaan
(

Isolasi Habitat

i

h bi )

Kelestarian
Populasi surili

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian

5

2 TINJAUAN PUSTAKA

Bioekologi Surili
Klasifikasi dan Taksonomi
Surili secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam dunia animalia, filum
chordata, subvilum vertebrata, kelas mamalia, ordo primata, subordo
Anthropoidae, superfamili Cercopithecidae, famili Cercopithecidae, subfamili
colobinae, genus presbytis, species presbytis comata Desmarest, 1822, subspecies
P. comata comata Desmarest, 1822, dan P. comata fredericae (Ankel-Simons
2007).
Selanjutnya Napier & Napier (1967) mengklasifikasikan surili sebagai
berikut: kingdom Animalia, phylum Chordata, subphylum Vertebrata, kelas
Mammalia, ordo Primates, subordo Anthropoidea, superfamili Cercopithecoidea,
famili Cercopithecidae, subfamili Colobinae, genus Presbytis, dan spesies
Presbytis aygula Linnaeus, 1758. Presbytis aygula memiliki nama asli
Semnopithecus comatus Desmarest, 1822, dan memiliki sinonim S. fulvogriseus
Desmoulins, 1825 dan S. nigrimanus Geoffroy, 1843 (Maryanto et al. 2008). P.
aygula juga pernah dikenal dengan nama Simia fascicularis Raffles, 1821 dan P.
mitrata Eschscholtz, 1821 (Brandon-Jones et al. 2004). Nama P. aygula pada
tahun 1983 diubah menjadi P.comata Desmarest, 1822 (Groves 1993, BrandonJones et al. 2004).
Morfologi
Secara morfologi, tubuh surili hampir sama dengan monyet, namun surili
memiliki bentuk kepala yang bulat, hidung yang pesek dan perut yang besar.
Rambut yang menutupi tubuh cukup panjang dan tebal, rambut di kepala memiliki
jambul berujung runcing, alis meremang kaku mengarah ke depan (Napier &
Napier 1967). Surili memiliki ukuran tungkai yang kecil dan ramping serta ekor
yang lebih panjang dibanding ukuran kepala-badan ( Legakul dan McNeely 1977)
dengan tebal ekor seragam dari pangkal sampai ujungnya (Napier & Napier
1967).
Warna tubuh surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung
umumnya hitam atau cokelat dan keabuan, dan jambul serta rambut kepala
berwarna hitam. Rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral),
bagian dalam lengan, kaki dan ekor, berwarna putih (Napier 1985, Supriatna
&Wahyono 2000). Rambut alis kaku tumbuh mengarah ke depan. Kulit muka
dan telinga berwarna hitam pekat agak kemerahan. Surili memiliki iris mata
cokelat gelap. Menurut Napier & Napier (1967), anak yang baru lahir berwarna
putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala hingga bagian ujung ekor,
meluas pada bahu membentuk sebuah persilangan. Dengan bertambahnya umur,
bagian tubuh yang gelap berangsur-angsur meluas tetapi rambut pada tubuh
bagian bawah dan bagian dalam paha tetap berwarna putih.
Menurut Napier (1985), individu jantan memiliki panjang kepala sampai
badan berkisar 430–595 mm dan panjang ekor berkisar 560–724 mm, sedangkan
individu betina memiliki panjang kepala sampai badan berkisar 475–570 mm dan

6
panjang ekor berkisar 590–720 mm. Berat badan individu jantan sekitar 6,40 kg,
dan individu betina sekitar 6,70 kg (Fleagle 1988).
Habitat dan Penyebaran
Surili memiliki lokasi penyebaran yang sangat terbatas, yakni hanya di
Pulau Jawa bagian barat, sehingga merupakan spesies endemik Jawa Barat (Kool
1992, Supriatna et al. 1994, Supriatna & Wahyono 2000). Surili menempati hutan
primer, sekunder, bakau, mulai dari pinggir pantai hingga ketinggian 250 m – di
atas 2500 mdpl dan seringkali dijumpai di hutan yang berbatasan dengan kebun
(Supriatna dan Wahyono 2000).
Odum (1971) mendefiniskan habitat suatu organisme sebagai tempat
hidup, atau tempat seseorang harus pergi untuk menemukan organisme tersebut.
Habitat dapat juga digunakan untuk menunjukkan sebuah tempat yang didiami
oleh seluruh komunitas (Odum 1971). Pringgoseputro & Srigandono (1990)
mendefinisikan habitat sebagai tempat terbentuknya organisme, baik secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi organisme tersebut.
Surili umumnya hidup pada habitat hutan primer (Napier & Napier 1985).
Surili juga dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di hutan sekunder
maupun perkebunan sekitar pemukiman, misalnya di perkebunan dan hutan
tanaman Perhutani, Bandung Selatan. Berbeda dengan hasil penelitian Wibisono
(1995) di Gunung Honje, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), surili tidak
pernah ditemukan di kawasan hutan sekunder maupun bekas ladang penduduk.
Parameter Demografi
Populasi
Odum 1971, mendefinisikan populasi sebagai individu suatu jenis makhluk
hidup yang tergolong dalam satu spesies (atau kelompok lain yang dapat
melangsungkan interaksi genetik dalam individu yang bersangkutan), pada waktu
tertentu menghuni suatu wilayah atau ruang tertentu. Suatu populasi dapat
menempati wilayahnya yang sempit sampai luas, tergantung daya dukung habitat
dan karakteristik spesies tersebut. Populasi dapat dijumpai pada suatu wilayah
yang dapat memenuhi segala kebutuhannya.
Menurut Krebs (1989), populasi dapat dikelompokkan ke dalam deme-deme
atau populasi lokal yang dapat melakukan perkawinan antara organisme. Setiap
populasi meiliki karakteristik yang beragam. Karakteristik populasi yang paling
mendasar adalah ukuran atau kepadatan.
Odum (1971) menyatakan bahwa sifat-sifat khas yang dimiliki oleh suatu
populasi adalah kerapatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian
(mortalitas), sebaran (distribusi) umur dan jenis kelamin, potensi biotik, sifat
genetik, perilaku dan pemencaran. Karektersistik terakhir adalah karakteristik
yang dimiliki secara individual. Populasi juga memiliki sifat genetik secara
langsung berkaitan dengan ekologisnya, misalnya sifat adaftif, sifat keserasian
refroduktif dan ketahanan (yakni peluang meninggalkan keturunannya selama
jangka waktu yang panjang.

7
Ukuran Populasi
Ukuran populasi adalah suatu ukuran yang memberikan informasi mengenai
jumlah total individu satwa liar dalam suatu kawasan tertentu. Kepadatan populasi
merupakan besaran populasi dalam suatu unit ruang, pada umumnya dinyatakan
sebagai jumlah individu di dalam satu unit luas atau volume. nilai kepadatan
diperlukan karena dapat menunjukkan daya dukung habitat (Alikodra 2002).
Natalitas
Menurut Odum (1971) Natalitas merupakan jumlah individu yang lahir
dalam suatu populasi yang dapat dinyatakan dalam beberapa cara yaitu produksi
individu baru (anak) dalam suatu populasi, laju kelahiran per satuan waktu atau
laju kelahiran per satuan waktu per individu. Santosa (1993) menyatakan, tingkat
kelahiran adalah suatu perbandingan antara jumlah total kelahiran dan jumlah
total induk (potensial untuk berefroduksi) yang terlihat pada akhir periode
kelahiran.
Mortalitas
Mortalitas didefiniskan sebagai jumlah individu yang mati dalam suatu
populasi. Mortalitas dapat dinyatakan dalam angka mortalitas kasar yaitu
perbandingan antara jumlah kematian dari semua sebab dengan jumlah total
populasi selama satu periode waktu, ataupun dalam angka kematian spesifik yang
merupakan perbandingan antara jumlah individu yang mati dari kelas umur
tertentu dengan jumlah individu kelas umur tertentu sela periode waktu tertentu
(Alikodra 2002).
Sex ratio
Sex ratio adalah perbandingan antara jumlah individu jantan dengan jumlah
individu betina dari suatu populasi, biasanya dinyatakan sebagai jumlah jantan
dalam 100 ekor betina (Alikodra 2002, Caughley 1977). Menurut Santosa (1993)
sex ratio adalah suatu perbandingan antara jumlah jantan potensial refroduksi
terhadap banyaknya betina yang potensial refroduksi.
Struktur Umur
Struktur umur adalah perbandingan jumlah individu di dalam setiap kelas
umur dari suatu populasi (Alikodra 2002). Struktur umur adalah komposisi jumlah
individu dalam populasi menurut sebaran umur. Struktur umur dapat digunakan
untuk mencapai keberhasilan perkembangan populasi satwa liar, sehingga dapat
menilai suatu prospek kelestarian satwa liar.
Pola Penggunaan Ruang
Batasan
Daerah jelajah merupakan daerah pergerakan normal satwa dalam
melakukan aktifitasnya. Core area merupakan bagian dari wilayah jelajah yang
sering dipergunakan dengan keteraturan yang lebih besar dibanding bagian
lainnya. Teritori adalah daerah yang dipertahankan terhadap serangan dari luar,
sedangkan wilayah jelajah (home range) itu sendiri adalah daerah pergerakan
normal satwa dalam melakukan aktivitas-aktivitas rutin (Chalmers 1980).

8
Perpindahan menurut Fryxell dan Sinclair (1988) cenderung dipengaruhi oleh
ketersediaan makanan dan juga dipengaruhi oleh predator.
Parameter Indikator
Menurut Santosa (1990) aspek pola pemanfaatan ruang menggambarkan
interaksi antara satwa dengan habitatnya. Dalam hal ini mobilitas dan daerah
jelajah merupakan parameter yang lebih banyak digunakan sebagai indikator dari
strategi pemanfaatan ruang oleh satwaliar. Sama halnya dengan Santosa (1990),
Wahyu (1995) menyebutkan mobilitas, luas dan komposisi daerah jelajah
merupakan parameter yang lebih banyak digunakan sebagai indikator dan strategi
pemanfaatan ruang oleh satwa liar.
Ada beberapa metode untuk mengukur homerange dari satwaliar,
diantaranya adalah metode poligon, metode pusat aktifitas, metode nonparametrik. Metode paling tua dan yang umum digunakan adalah metode area
minimum (MAM) atau metode convex-polygon Pada metode ini seluruh lokasi
satwa digambarkan secara grafis dan point/titik terluar dihubungkan dalam bentuk
convex polygon (Mohr, 1974 dalam Nugraha, 2007).

9
3 METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, yang
meliputi dua Seksi Wilayah Pengelolaan yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah I Kuningan dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II
Majalengka, dengan wilayah studi penelitian mencakup pada tiga tipe habitat,
yaitu hutan dataran rendah (< 1000 mdpl), hutan Pegunungan (1000 – 1500 mdpl),
dan hutan sub alpin (1500 – 2400 mdpl) (van Steenis 2006). Waktu penelitian
dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu mulai Bulan Oktober 2012 – Februari 2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Peta Kawasan
(Citra Landsat, Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta Kontur), GPS, Teropong
Binokuler, Kamera Digital SLR, Handycam, kompas, Pita Meter, Laser pengukur
jarak lapang, perlengkapan pembuatan herbarium, Alat Tulis, dan Tally Sheet.
Software yang digunakan untuk analisis data spasial adalah Minitab 14, DNR
Garmin, ArcGIS ver 3.3.
Data Yang Dikumpulkan
Data Primer
Data-data primer yang dikumpulkan yaitu :
1. Data parameter demografi, yang terdiri dari data : ukuran populasi, natalitas,
mortalitas, sex ratio dan struktur umur.
2. Data pola penggunaan ruang yang terdiri dari :
- Pola penggunaan ruang horizontal yang meliputi bentuk dan
panjang/lintasan harian, serta bentuk dan luas wilayah jelajah
- Pola penggunaan ruang vertikal yang meliputi data posisi ketinggian satwa
pada strata pohon, serta jenis dan lama aktifitas yang dilakukan.
3. Data karakteristik habitat yang terdiri dari : data komponen biotik yang
meliputi data vegetasi dan keberadaan satwa lainnya serta data komponen fisik
yang terdiri dari data : ketinggian tempat, kelerengan, jarak terhadap jalan,
jarak terhadap mata air/sungai/sumber air, jarak terhadap pemukiman, dan
jarak terhadap perkebunan/pertanian.
Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari data kondisi umum lokasi
penelitian, peta kawasan, bioekologi surili, dan hasil-hasil penelitian tentang surili
sebelumnya, yang diperoleh dengan mempelajari dokumen-dokumen laporan serta
karya ilmiah (skripsi, tesis, desertasi dan jurnal).

10
Metode Pengambilan Data
Studi literatur
Dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen laporan, buku, karya
ilmiah serta rencana pengelolaan yang ada atau yang telah disusun. Studi literatur
dilakukan terutama untuk memperoleh data sekunder.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan masyarakat sekitar kawasan dan juga
dengan pengelola kawasan terkait dengan informasi keberadaan surili yang biasa
sering ditemukan, sejarah kawasan, dan kondisi sosial budaya masyarakat sekitar
kawasan.
Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data parameter
demografi, pola penggunaan ruang dan karakteristik habitat.
1 Parameter Demografi
a Populasi Surili
Pengumpulan data populasi surili menggunakan metode terkonsentrasi/
concentration count. Studi pendahuluan secara mendalam dilakukan sebelum
melakukan inventarisasi dengan menggunakan metode terkonsentrasi. Untuk
memastikan titik-titik dimana surili berada/berkumpul. Penggunaan metode ini
didasarkan atas pertimbangan karakteristik dan distribusi spesies surili, dan
kondisi lapangan wilayah penelitian. Terkait karakteristik spesies surili, menurut
(Kool 1992), disebutkan bahwa surili merupakan spesies penakut dan sensitif,
sehingga akan cepat menghindari manusia. Sehingga untuk pengamatan ukuran
populasi dan juga parameter demografi surili lainnya (sex ratio, natalitas,
mortalitas, komposisi umur), maka teknik pengamatan dengan teknik pengamat
diam salah satunya concentration count lebih tepat dilakukan. Terkait dengan
distribusi surili, berdasarkan hasil penelitian surili yang telah dilakukan di TNGC
oleh Supartono (2010), dinyatakan bahwa surili terdistribusi pada lokasi-lokasi
tertentu. Selanjutnya terkait dengan kondisi lapangan, kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai memiliki kondisi topografi yang terjal.
Pengambilan data ukuran populasi, dilakukan pada 28 titik pengamatan,
yang tersebar di seluruh tipe habitat yang merupakan wilayah studi penelitian.
Pengamatan atau perhitungan ukuran populasi di satu titik dilakukan sebanyak
tiga kali yaitu perhitungan pada pagi hari (Jam 06.00 – 08.00), siang hari (12.00 –
14.00) dan sore hari (16.00 – 18.00), dan sebanyak tiga ulangan.
b Natalitas
Nilai natalitas yang diukur di lapangan adalah nilai natalitas kasar.
Dilakukan dengan melihat jumlah bayi yang ditemukan di titik lokasi pengamatan.
Pengambilan data natalitas bersamaan dengan pengambilan data ukuran populasi.
c Struktur umur
Data struktur umur diperoleh dengan pengamatan lapangan berbarengan
dengan kegiatan penghitungan populasi dan natalitas. Pembedaan struktur umur
yang digunakan dalam identifikasi di lapangan yaitu berdasarkan ciri-ciri yang

11
digunakan oleh siahaan (2002) dan juga berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
Anak

Muda

Dewasa

: berumur 0-4 tahun, ukuran badan kecil, masih dipelihara oleh
induk sampai mencapai usia kematangan seksual dan sangat
tergantung pada induk
: berumur 4 – 7 tahun, ukuran badan sedang, sudah mencapai
kematangan seksual sampai mencapai usia refroduktif optimum.
Jantan ; Skrotum mulai terlihat dan sering memisahkan diri dari
kelompok
Betina : Kelenjar susu masih kecil, sering berada dalam
kelompok
: berumur 7 – 20 tahun, ukuran tubuh besar, usia refroduktif
optimum sampai usia tertua
Jantan : Ukuran tubuh lebih besar dari betina
Betina : Sering dekat dengan individu anak (aktif memelihara
anak)

d Sex rasio
Diperoleh dengan pengamatan lapangan yaitu dengan mengamati jumlah
jantan dan betina. Untuk pengamatan sex rasio hanya dilakukan pada kelas umur
muda dan dewasa, karena untuk anak, sulit untuk dilakukan. Pengambilan data
sex rasio bersamaan dengan pengambilan data ukuran populasi
2 Pola Penggunaan Ruang
a Pola Penggunaan Ruang Vertikal.
Dilakukan dengan metode Focal Animal Sampling. Metode ini merupakan
metode pengamatan perilaku satwa primata dengan cara mengikuti satu individu /
satu pasang individu primata dan dianggap individu/pasangan tersebut mewakili
kelompoknya. Data penggunaan ruang secara vertikal dikumpulkan dengan cara
mengukur posisi ketinggian aktivitas surili pada strata pohon yang ditempatinya.
Selanjutnya dicatat lamanya surili di suatu tempat berikut aktifitas yang
dilakukan. Penggolongan strata tajuk pohon yang digunakan adalah sebagai
berikut : strata A yaitu pepohonan yang ketinggiannya lebih dari 30 meter, strata
B yaitu pepohonan yang mempunyai tinggi 18-30 meter, strata C yaitu pepohonan
yang mempunyai tinggi 4-18 meter, strata D yaitu terdiri dari lapisan perdu dan
semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter termasuk anakan pohon, palma, herba
serta paku-pakuan dan strata E yaitu terdiri dari lapisan tumbuhan penutup tanah
atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter (Soerianegara &
Indrawan 2005).
Aktivitas satwa yang akan dicatat atau diambil datanya dibedakan menjadi
aktivitas berpindah, makan, istirahat dan sosial (social grooming/menelisik).
Aktivitas berpindah meliputi berjalan quadropedal, berlari kecil, berpindah
bipedal, meloncat, bergelantungan, berenang, memanjat dan menuruni pohon.
Aktivitas yang termasuk dalam aktivitas makan meliputi makan, minum dan
foraging. Selanjutnya, aktivitas istirahat yang diamati meliputi istirahat, selfgrooming dan tidur. Sedangkan aktivitas sosial yang diamati meliputi social
grooming, kawin, bermain, berkelahi, belajar berkelahi dan belajar kawin.
Pengamatan aktivitas surili dilakukan mulai dari pukul 06.00-18.00 yang dibagi

12
dalam tiga kategori yaitu Jam 06.00 – 10.00 (pagi hari), jam 10.00 – 14.00 (siang
hari), jam 14.00 – 18.00 (sore hari).
b Pola Penggunaan ruang horizontal.
Data penggunaan ruang secara horizontal yang diambil adalah data
bentuk/panjang lintasan harian dan wilayah jelajah harian. Teknik pengambilan
data adalah dengan focal animal sampling, yaitu dengan cara mencatat titik
koordinat setiap pergerakan atau perpindahan individu surili terpilih dari satu
pohon/tempat ke tempat/pohon lainnya. Pengamatan atau pengambilan data pola
pergerakan harian ini dilakukan mulai dari jam 06.00 sampai jam 18.00, atau
mulai dari lokasi tidur hingga kembali ke pohon tempat tidurnya pada saat yang
lain. Waktu pengamatan dibagi dalam tiga kategori yaitu Jam 06.00 – 10.00, jam
10.00 – 14.00, jam 14.00 – 18.00.
3 Karakteristik Habitat
a Komponen Biotik
Komponen Biotik yang diamati yaitu data vegetasi dan data keberadaan
satwa lainnya.
Vegetasi
Data vegetasi dikumpulkan melalui analisis vegetasi. Analisis vegetasi
dilakukan untuk mengetahui komposisi dan dominansi suatu jenis vegetasi, baik
vegetasi secara keseluruhan maupun sebagai pakan surili. Data vegetasi yang
diamati berupa tingkat pancang, tiang, dan pohon. Pengambilan data tingkat
pancang, tiang, dan pohon dilakukan karena menurut Gunawan et al. (2008), surili
banyak memanfaatkan strata B (20–30 m) dan C (4–20 m) untuk berbagai
aktivitasnya, dan tidak pernah terlihat pada strata D (ketinggian 1-4 m) dan E
(ketinggian 2400
mdpl) (van Steenis 2006).
Di tipe habitat hutan dataran rendah dengan jumlah kelompok surili yang
berhasil ditemukan sebanyak 6 kelompok, memiliki jumlah total individu (ukuran
populasi) surili sebanyak 48 individu. Di tipe habitat hutan sub pegunungan dari
10 kelompok surili yang berhasil ditemukan memiliki jumlah total individu
(ukuran populasi) sebanyak 56 individu dan di tipe hutan pegunungan dari 12
kelompok surili yang berhasil ditemukan memiliki jumlah total individu (ukuran
populasi) surili sebanyak 60 individu. Sehingga jumlah total individu (ukuran
populasi) surili di tiga tipe habitat adalah 164 individu. Data parameter demografi
ukuran populasi dan komposisi kelompok dua puluh delapan kelompok surili di
kawasan TNGC seperti terlihat pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa diantara tiga tipe
habitat, yang memiliki rata-rata ukuran kelompok surili terbesar adalah di habitat
hutan dataran rendah yaitu sebesar 8 individu/kelompok, dengan kisaran ukuran
kelompok sebesar 8,00 ± 4,50. Sedangkan di habitat hutan sub pegunungan dari
10 kelompok surili, diperoleh nilai rata-rata ukuran kelompok sebesar 5,6
individu/kelompok dengan kisaran ukuran kelompok sebesar 5,6 ± 2,49.
Selanjutnya di tipe habitat hutan pegunungan dari 12 kelompok diperoleh nilai
rata-rata ukuran kelompok sebesar 5 individu/kelompok dengan kisaran ukuran
kelompok yaitu 5 ± 2,07. Sehingga rata-rata jumlah individu di ketiga tipe habitat
adalah 5,86 individu/kelompok, dengan kisaran ukuran kelompok sebesar 5,86 ±
1,31.
Hasil penelitian sedikit berbeda dengan hasil penelitian Supartono (2010) di
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, yang menemukan total individu surili
sebanyak 186 individu dengan ukuran rata-rata 7 individu/kelompok dari 26
kelompok surili yang berhasil ditemukan. Hasil penelitian Siahaan (2002) di
kawasan UGI Gunung Salak dengan kondisi kawasan berada pada ketinggian 900
– 1500 mdpl, menemu