Beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di daerah rawan pangan kabupaten Banjarnegara, provinsi Jawa Tengah

BEBAN KERJA IBU, DUKUNGAN SOSIAL, SERTA HUBUNGANNYA
DENGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN DI DAERAH RAWAN PANGAN
KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

ENDAH PUJI LESTARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRAK
ENDAH PUJI LESTARI. Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan
Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi
Jawa Tengah. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja ibu, dukungan sosial, serta
hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di daerah rawan pangan Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan contoh dilakukan di dua kecamatan
yang dipilih secara purposive, yaitu Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Punggelan.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2009. Total contoh dalam
penelitian ini adalah 300 ibu yang mempunyai anak usia 24-60 bulan. Analisis data

menggunakan statistik deskriptif, uji beda, uji Chi-square, dan uji korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata beban kerja obyektif waktu contoh paling besar
adalah waktu untuk kegiatan pribadi (10,0 jam/hari), diikuti oleh kegiatan pengasuhan
(3,5 jam/hari), dan kegiatan domestik (3,3 jam/hari). Sementara itu, berdasarkan
pengkategorian beban kerja subyektif menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh
(92,3%) memiliki beban kerja subyektif yang ringan. Bila dikategorikan maka dukungan
sosial yang paling banyak diterima contoh berada pada kategori kuat (42,3%) dan sangat
kuat (32,7%). Hasil itu untuk variabel alokasi waktu pengasuhan menunjukkan bahwa
lebih dari separuh contoh (55,3%) berada pada kategori rendah. Penelitiaan ini juga
menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan
anak adalah status kerja contoh, usia contoh, lama pendidikan contoh, usia anak contoh
dan beban kerja subyektif.
Kata kunci: beban kerja ibu, dukungan sosial, alokasi waktu pengasuhan

ABSTRACT
ENDAH PUJI LESTARI. Mother’s work-load, social support, and its correlation to time
allocation child care in the food insecurity areas at Banjarnegara District, Jawa Tengah
Province. Suvervised by DWI HASTUTI.
Objectives of this study were to analyze mother’s work-load, social support, and
its correlation to time allocation for child care in the food insecurity areas at Banjarnegara

District, Jawa Tengah Province. Pejawaran and Punggelan were chosen as location of
the study. Data were collected from February until March 2009. Total samples of this
study were three hundreds mother with children within age range of 24-60 months,
selected using simple random sampling technique. Descriptive statistics, Independent
sample’s T-test, Chi-square, and Spearman correlation are used for data analyzing.
Result showed that the highest time allocation were allocated to personal activity (10,0
hours/day), followed by time allocation for child care (3,5 hours/day), and time for
domestic activity (3,3 hours/day). Meanwhile, based on subjective work-load category, it
is showed that almost all sample (92,3%) have a low subjective’s work-load. Social
support received by sample was classified as strong (42,3%) and very strong (32,7%).
Meanwhile, time allocation for child care at more than half samples (55,3%) were at low
category. Result also showed that factors related to time allocation for child care are
mothers’s work status, mothers’s age, mothers’s educational level, age of children and
subjective work-load.
Key Words: mother’s work-load, social support, time allocation for child care

RINGKASAN
ENDAH PUJI LESTARI. Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya
dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Di bawah bimbingan DWI HASTUTI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis beban kerja ibu,
dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan anak di
daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi beban kerja ibu, (2)
mengidentifikasi dukungan sosial yang diterima ibu, (3) mengidentifikasi alokasi
waktu pengasuhan, dan (4) menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik

anak, beban kerja ibu, dan dukungan sosial yang berhubungan dengan
alokasi waktu pengasuhan.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
“Household Food Security, Family Resource Allocation and It’s Impact to Child
Development of Families Living in Rural Food Insecure Area in BanjarnegaraCentral Java Province, Indonesia”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan
bahwa daerah Banjarnegara merupakan daerah yang rawan pangan pada peta
kerawanan pangan Indonesia. Di Kabupaten Banjarnegara dipilih dua kecamatan
secara purposive yaitu Kecamatan Pejawaran dan Punggelan berdasarkan
jumlah penduduk miskin. Dari setiap kecamatan, dipilih tiga desa secara
purposive, yaitu Desa Pejawaran, Desa Giritirta, dan Desa Sidengok untuk di
Kecamatan Pejawaran, kemudian di Kecamatan Punggelan desa yang dipilih

adalah Desa Karangsari, Desa Punggelan, dan Desa Kecepit. Selanjutnya, dari
setiap desa diambil contoh sebanyak 50 ibu dengan menggunakan teknik simple
random sampling, sehingga total contoh dalam penelitian ini adalah 300 ibu.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer berupa data karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja (objektif
dan subjektif), dukungan sosial, dan alokasi waktu pengasuhan. Data
karakteristik keluarga karakteristik anak, beban kerja subjektif, dan dukungan
sosial diperoleh dengan wawancara langsung kepada contoh. Data beban kerja
objektif dan alokasi waktu pengasuhan diukur melalui recall 1 x 24 jam. Data
yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, dan entry data ke
komputer, cleaning data, dan analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian, persentase terbesar keluarga (59,3%)
merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama
dengan empat orang. Mayoritas usia suami contoh (81,4%) maupun contoh
(86,0%) berada pada kategori dewasa awal (21 sampai 40 tahun). Persentase
terbesar pendidikan suami contoh (60,3%) dan contoh (62,0%) adalah tamat SD.
Pekerjaan yang paling banyak (52,9%) dilakukan suami adalah petani. Lebih dari
separuh contoh berstatus ibu bekerja (54,3%) dengan persentase pekerjaan
terbesar sebagai petani (32,7%). Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian
besar responden (85,7%) berada pada kelompok kategori miskin. Rata-rata usia

anak contoh dalam penelitian ini adalah 41,1 bulan dan lebih dari separuh anak
contoh (55%) berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan beban kerja objektif rata-rata waktu contoh untuk kegiatan
produktif adalah 2,9 jam/hari, kegiatan domestik 3,3 jam/hari, kegiatan pribadi
10,0 jam/hari, kegiatan istirahat 2,7 jam/hari, kegiatan sosial pendidikan 0,8
jam/hari, kegiatan antara 0,7 jam/hari, dan kegiatan pengasuhan adalah 3,5

jam/hari. Beban kerja secara subjektif diukur menggunakan persepsi contoh
terhadap beban kerja. Berdasarkan persepsi terhadap beban kerja, pekerjaan
yang dianggap paling berat adalah perawatan anak sakit (38,7%), diikuti
pekerjaan mencari nafkah (30,7%), dan mencuci pakaian (17,7%). Hasil
pengkategorian beban kerja subyektif menunjukkan bahwa hampir seluruh
contoh (92,3%) merasa memiliki beban kerja dengan kategori ringan.
Dukungan sosial dari suami, kerabat/keluarga luas, tetangga/masyarakat
menggambarkan bantuan baik dalam bentuk dukungan emosional, dukungan
instrumental maupun dukungan informasi yang diberikan kepada contoh.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persentase terbesar contoh (42,3%)
memiliki dukungan sosial kuat. Dukungan sosial diperoleh paling besar dari
suami dalam bentuk tindakan yang menunjukkan perasaan cintanya (85,1%).
Sementara itu, dukungan sosial yang sering diberikan kerabat/keluarga luas

kepada contoh adalah bergotong royong/saling tolong menolong (82,7%), dan
dukungan tetangga/masyarakat berupa dukungan emosi saat tertimpa kesulitan
(77,0%).
Berdasarkan alokasi waktu contoh untuk pengasuhan anak, rata-rata
alokasi waktu paling besar adalah waktu untuk kegiatan bermain dengan anak
(1,5 jam/hari), diikuti oleh kegiatan menidurkan anak (0,5 jam/hari). Kegiatan
memberi makan anak, keluar rumah bersama anak, dan kegiatan personal anak
(memandikan, keramas, gunting kuku, dan mendandani) memiliki alokasi waktu
masing-masing 0,4 jam/hari. Kegiatan menemani anak belajar dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga sabil mengawasi anak memiliki proporsi waktu yang
lebih sedikit (0,1 jam/hari) dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Hasil
pengkategorian alokasi waktu contoh untuk pengasuhan menunjukkan bahwa
lebih dari separuh contoh (55,3%) berada pada waktu pengasuhan kategori
rendah.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan anak
antara lain status kerja contoh, lama sekolah contoh, usia contoh, usia anak
contoh, dan beban kerja subyektif. Berdasarkan uji Chi Square terlihat hubungan
yang signifikan antara status kerja contoh dengan alokasi waktu pengasuhan,
artinya banyaknya waktu yang dicurahkan contoh pada kegiatan pengasuhan
sangat ditentukan oleh bekerjanya contoh di luar rumah. Berdasarkan hasil uji

korelasi menunjukkan bahwa lama sekolah contoh berhubungan positif dan
signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan anak. Semakin tinggi pendidikan
contoh maka semakin tinggi pula alokasi waktu pengasuhan. Sementara itu, usia
contoh, usia anak contoh, dan beban kerja subyektif berhubungan negatif dan
siginifikan dengan alokasi waktu pengasuhan anak. Hal ini berarti semakin
bertambah usia contoh dan usia anak contoh, serta semakin berat beban kerja
subyektif maka alokasi waktu pengasuhan akan semakin rendah. Faktor usia
anak merupakan faktor yang berhubungan paling kuat dengan alokasi waktu
pengasuhan anak.
Alokasi waktu pengasuhan anak yang dilakukan oleh contoh termasuk
dalam kategori rendah, sehingga perlu adanya pemberian informasi kepada para
ibu tentang bagaimana mengelola waktu pengasuhan dengan baik. Informasi ini
bisa disampaikan melalui program posyandu dengan menggalakkan kembali
program Bina Keluarga Balita. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
penggunaan metode pengamatan langsung (direct observation) untuk mengukur
alokasi waktu pengasuhan.
Kata kunci: beban kerja, dukungan sosial, alokasi waktu pengasuhan

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Beban Kerja Ibu, Dukungan
Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah
Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah adalah karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Juli 2011

Endah Puji Lestari
NIM I24050187

BEBAN KERJA IBU, DUKUNGAN SOSIAL, SERTA HUBUNGANNYA
DENGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN DI DAERAH RAWAN PANGAN
KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

ENDAH PUJI LESTARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul Skripsi : Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan

Alokasi

Waktu

Pengasuhan

di

Daerah

Rawan

Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
Nama

: Endah Puji Lestari

NIM

: I24050187


Disetujui,

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc
Dosen Pembimbing

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal lulus :

Pangan

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Beban Kerja Ibu, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan Alokasi Waktu
Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa
Tengah”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang begitu besar kepada semua pihak yang turut membantu
penulis selama kuliah hingga selesainya skripsi ini, yaitu kepada :
1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasehat, kesabaran dan saran
dari awal pembuatan proposal hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih
atas perhatian dan pelajaran yang begitu berharga selama ini.
2. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan Alfiasari SP, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan koreksi, saran, dan masukan yang
berharga untuk penulisan skripsi ini.
3. Neti Hermawati, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar.
4. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku pembimbing akademik selama peneliti
menjadi mahasiswa IKK.
5. Seluruh staf pengajar IKK yang telah memberikan bekal pendidikan dan
pengetahuan kepada penulis.
6. Keluarga tercinta. Bapak dan Mamah tercinta yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan, doa, pengorbanan, perhatian dan kesabarannya
yang begitu besar kepada penulis. Semoga Allah kelak membalas
dengan surga Nya. Teteh, Aa, dan adikku, terimakasih atas kasih sayang
dan perhatiannya.
7. Teman-teman sepenelitianku (Dinda, Chandri, Nuy, Rama, Risma, Dede
dan Esta) dan kakak-kakakku (Mas Aris, Teh Medina, Mbak Yuli, Mba
Aqsa dan Mbak Ira) atas kerjasama, semangat dan pengalamannya
selama penelitian.
8. Teman-temanku di IKK’42 : Anne, Sri, Tika, Dini, Asro, Ari, WL, Shely.
Terima kasih atas waktunya menemaniku di kala suka dan duka.
9. Anak-anak Asrama Pocut Baren atas keceriaan, candaan dan semangat
yang membuatku betah dengan kalian.
10. Mba Sulis Sulistiowati terima kasih atas dukungan, kesabaran, bantuan
yang telah diberikan.

11. Direktur Neysvan Hogrtraten, Belanda yang telah memberikan dukungan
keuangan untuk penelitian payung “Household Food Security, Family
Resource Allocation, And It’s Impact To Child Development Of Families
Living In Rural Food Insecure Area In Banjarnegara-Central Java
Province, Indonesia”.
12. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya namun telah
banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi.
Penulis memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi
ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaikinya. Sebagai
akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2011
Penulis

xi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................
Tujuan .................................................................................................
Kegunaan Penelitian ..........................................................................

1
2
4
4

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
Peran Keluarga ..................................................................................
Peran Ibu dalam Pengasuhan ..........................................................
Karakteristik Keluarga .......................................................................
Karaketristik Anak ..............................................................................
Beban Kerja Ibu ..................................................................................
Dukungan Sosial ................................................................................
Alokasi Waktu Pengasuhan ................................................................

5
8
9
11
12
13
15

KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 17
METODE PENELITIAN ................................................................................... 19
Desain, Tempat, dan Waktu ..............................................................
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh ................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................
Pengolahan dan Analisis Data ...........................................................
Definisi Operasional ..........................................................................

19
19
20
22
24

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 26
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................
Karakteristik Keluarga ..........................................................................
Karakteristik Anak ...............................................................................
Beban Kerja Ibu ..................................................................................
Dukungan Sosial .................................................................................
Alokasi Waktu Pengasuhan ................................................................
Hubungan Antar Variabel ...................................................................
Pembahasan Umum ............................................................................

26
31
38
39
44
46
50
59

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 67
Kesimpulan .......................................................................................... 67
Saran ................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69
LAMPIRAN ...................................................................................................... 72

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Varibel, data dan cara pengumpulan data ................................................ 21

2

Banyaknya penduduk Kecamatan Pejawaran menurut mata
pencaharian ............................................................................................. 27

3

Jenis lahan di Kecamatan Pejawaran ..................................................... 27

4

Banyaknya produksi sayur-sayuran di Kecamatan Pejawaran ............... 28

5

Banyaknya produksi buah-buahan di Kecamatan Pejawaran ................ 28

6

Banyaknya penduduk Kecamatan Punggelan menurut mata
pencaharian ............................................................................................. 30

7

Produktivitas lahan di Kecamatan Punggelan ......................................... 30

8

Banyaknya produksi sayur-sayuran di Kecamatan Punggelan .............. 31

9

Banyaknya produksi buah-buahan di Kecamamatan Punggelan ........... 31

10 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga ..................................... 32
11 Sebaran suami contoh berdasakan usia ................................................ 33
12 Sebaran contoh berdasarkan usia .......................................................... 33
13 Sebaran suami contoh berdasarkan tingkat pendidikan ....................... 35
14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ................................... 35
15 Sebaran suami contoh berdasarkan pekerjaan ..................................... 36
16 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ................................................ 37
17 Sebaran anak contoh berdasarkan usia ................................................. 38
18 Statistik deskriptif alokasi waktu contoh .................................................. 38
19 Sebaran contoh berdasarkan kategori persepsi terhadap beban kerja .. 39
20 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan yang paling memberatkan ...... 41
21 Sebaran contoh berdasarkan alasan pekerjaan yang paling
memberatkan ........................................................................................... 42
22 Sebaran contoh berdasarkan kategori dukungan sosial .......................... 43
23 Statistik dasar kegiatan pengasuhan dalam sehari ................................. 44
24 Sebaran contoh berdasarkan kategori alokasi waktu pengasuhan ......... 46

xiii

25 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan beban kerja
subjektif ................................................................................................... 48
26 Sebaran contoh berdasarkan usia dan beban kerja subjektif ................. 50
27 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan beban
kerja subjektif ........................................................................................... 50
28 Sebaran contoh berdasarkan status kerja dan beban
kerja subjektif ........................................................................................... 51
29 Sebaran contoh berdasarkan status ekonomi keluarga dan beban
kerja subjektif ........................................................................................... 52
30 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan beban kerja
subjektif .................................................................................................... 52
31 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan beban kerja
subjektif .................................................................................................... 53
32 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................. 53
33 Sebaran contoh berdasarkan usia dan alokasi waktu pengasuhan ....... 54
34 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................. 55
35 Sebaran contoh berdasarkan status kerja dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................. 55
36 Sebaran contoh berdasarkan status ekonomi keluarga dan
alokasi waktu pengasuhan ...................................................................... 56
37 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................. 56
38 Sebaran contoh berdasarkan beban kerja subjektif dan alokasi
waktu pengasuhan ................................................................................... 57
39 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................. 58
40 Sebaran contoh berdasarkan beban kerja subyektif dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................ 58
41 Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial dan alokasi waktu
pengasuhan ............................................................................................ 59

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Beban kerja ibu, dukungan sosial, serta hubungannya dengan
alokasi waktu pengasuhan .................................................................. 18
2. Cara penarikan contoh ....................................................................... 20

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta wilayah Kecamatan Pejawaran ................................................

73

2. Peta wilayah Kecamatan Punggelan ................................................. 73
3. Statistik deskriptif variabel karakteristik keluarga dan anak .............. 74
4. Sebaran jawaban contoh pada instrumen beban kerja subyektif ..... 75
5. Sebaran jawaban contoh pada instrumen dukungan sosial ............. 76
6. Hasil Uji Korelasi Spearman karakteristk keluarga, karakteristik anak,
dan dukungan sosial dengan beban kerja subyektif ........................... 77
7. Hasil Uji Korelasi Spearman karakteristik keluarga, karakteristik anak,
dukungan sosial, dan beban kerja subyektif dengan alokasi waktu
pengasuhan ........................................................................................ 77
8. Hasil Uji Korelasi Spearman ............................................................ 78

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keadaan ekonomi Bangsa Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997
berdampak pada bertambahnya penduduk miskin di Indonesia. Jumlah
penduduk miskin selama pada periode 1996-2006 berfluktuasi dari tahun ke
tahun, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun
1999. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk tercatat dari 38,70 juta pada
tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006,
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta
orang pada tahun 2005 menjadi 39,30 juta pada tahun 20061.
Tingginya jumlah penduduk miskin di Indonesia memicu terjadinya
penurunan daya beli, diantaranya daya beli bahan makanan, kesehatan,
pendidikan, dan kebutuhan lainnya. Pada kondisi keluarga miskin, pekerjaan
yang relatif tidak tetap menyebabkan pendapatan keluarga relatif rendah atau
tidak stabil. Ini artinya, kemampuan keluarga untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan pun relatif rendah. Kondisi kesulitan dalam beradaptasi
ini, memungkinkan terjadinya kondisi rawan pangan.
Pada kondisi rawan pangan, keluarga miskin cukup tidak berdaya untuk
mempertahankan keluarga. Hal ini akan yang mendorong wanita untuk bekerja di
sektor publik sebagai bukti tanggung jawabnya atas kelangsungan ekonomi
keluarga. Dengan demikian jelas bahwa wanita di pedesaan berperan ganda,
disamping sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pencari nafkah. Hal ini
senada dengan pernyataan Mugniesyah, Wigna & Husaini (2002), bahwa
semakin miskin suatu keluarga maka akan semakin berat beban kerja wanita
dalam keluarga. Dengan demikian, semakin beratnya beban kerja wanita maka
akan berdampak pada proses pengasuhan anak dalam keluarga.
Dalam keluarga patriarki, umumnya yang menjadi pengasuh utama anak
dalam keluarga adalah wanita. Wanita sebagai ibu rumah tangga tidak terlepas
dan berkaitan dengan perkembangan anak dalam proses pertumbuhan menuju
1

PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Banjarnegara. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009.
http://pnpmbanjarnegara.blogspot.com.html [20 Juni 2010]

2

dewasa yang mandiri. Hal tersebut karena wanita sebagai ibu rumah tangga
merupakan anggota keluarga yang paling dekat dengan anak dan memegang
peranan penting dalam keberhasilan tumbuh kembang anak karena peran wanita
sebagai pengasuh utama anak tidak dapat digantikan. Keberhasilan tumbuh
kembang anak pada masa kanak-kanak akan menentukan kualitas sumberdaya
manusia pada masa yang akan datang. Tahun-tahun pertama kehidupan anak
merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis. Pada masa tersebut,
perkembangan fisik, mental, dan psikososial berjalan sangat cepat sehingga
keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa
depan anak (Hurlock, 1980). Lebih lanjut, Unicef (1990) dalam Engel et al. (1997)
menekankan pentingnya pengasuhan dan perawatan anak yang akan berperan
penting dalam merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Interaksi anggota keluarga yang terdiri laki-laki sebagai suami, wanita
sebagai istri, dan anak sangat berpengaruh terhadap keutuhan hubungan antara
anggota keluarga satu dengan lainnya. Terbatasnya waktu kehadiran suami atau
istri atau keduanya dalam satu keluarga di rumah, sehingga anak terpaksa
dititipkan dan diasuh oleh orang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak yang selanjutnya akan berdampak pada
kesejahteraan anak.
Konflik antara kebutuhan anak dengan kebutuhan ekonomi keluarga
untuk kelangsungan hidup keluarganya itu menyebabkan kurangnya perhatian
orang tua terhadap kesejahteraan anaknya. Dengan demikian, sangat menarik
untuk diteliti mengenai bagaimana beban kerja wanita sebagai seorang ibu di
daerah rawan pangan dan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan
kepada ibu serta bagaimana dampaknya terhadap pengasuhan anak.
Perumusan Masalah
Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten termiskin di Provinsi
Jawa Tengah. Fakta menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Banjarnegara meningkat 7,62 persen dalam kurun waktu lima tahun. Keluarga
miskin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2001 sebanyak 89 912 kepala keluarga
(31,05 %) dan terjadi peningkatan pada tahun 2005 menjadi 95 357 kepala
keluarga (38,67 %). Tingginya jumlah keluarga miskin ini mengakibatkan puluhan
ribu penduduk di 89 desa di Kabupaten Banjarnegara mengalami rawan pangan
(Kompas Cyber Media 2006). Lebih jelasnya lagi, peta Kerawanan Pangan

3

menunjukkan bahwa Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori wilayah
yang memiliki resiko tinggi terhadap rawan pangan (2007).
Dalam kondisi rawan pangan, anak-anak tidak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya asupan gizi yang
sehat dan berimbang. Lain halnya dengan pendapat Zeitlin et al. (1990) bahwa
di dalam lingkungan masyarakat atau keluarga yang miskin dapat terjadi
penyimpangan positif (positive deviance) yang berkaitan dengan kesehatan,
pertumbuhan, dan perkembangan anak yang berbeda diantara anak-anak yang
lain. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah pengasuhan. Ini artinya,
anak-anak keluarga miskin yang hidup didalam kondisi rawan pangan pun dapat
tumbuh secara normal jika anak mendapatkan pengasuhan yang baik.
Dalam proses pengasuhan, peran pengasuh dalam tugas pengasuhan
sangat penting, terutama bagi balita. Hal ini mengingat pada usia ini seorang
anak masih tergantung, baik secara fisik maupun emosi kepada orang dewasa,
terutama ibu. Sesuai dengan pernyataan Mudzhar et al. (2001), bahwa peran
yang paling wajar bagi wanita adalah peran menjadi ibu atau isteri di lingkungan
rumah tangga. Namun demikian, kebutuhan rumah tangga yang begitu besar
dan mendesak pada saat ini membuat wanita harus bekerja untuk bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dengan adanya fungsi ganda tersebut maka waktu yang dimiliki oleh
wanita untuk melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga akan berkurang karena
sisa waktunya diisi untuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian, kesempatan
untuk mengasuh anak balitanya menjadi berkurang sehingga berdampak pada
pengasuhan. Menurut Engel et al. (1997), alokasi waktu pengasuhan anak
merupakan salah satu indikator dari pengasuhan untuk menghasilkan anak yang
berkualitas baik fisik maupun mental.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang ingin diperoleh
jawabannya lebih lanjut yaitu (1) Bagaimana beban kerja ibu? (2) Bagaimana
dukungan sosial yang diterima ibu sebagai pengasuh? (3) Bagaimana alokasi
waktu pengasuhan anak? Faktor apa saja yang berhubungan dengan alokasi
waktu pengasuhan anak?

4

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui beban kerja ibu,
dukungan sosial, serta hubungannya dengan alokasi waktu pengasuhan di
daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi beban kerja ibu
2. Mengidentifikasi dukungan sosial yang diterima ibu
3. Mengidentifikasi alokasi waktu pengasuhan ibu untuk anak usia 24-60 bulan
4. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik anak, beban kerja ibu, dan
dukungan sosial yang berhubungan dengan alokasi waktu pengasuhan

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran bagi keluarga yang memiliki anak khususnya usia 24 sampai 60 bulan
dalam mengembangkan sumberdaya yang terkait dan kemampuan alamiah
dalam

praktek pengasuhan anak. Informasi tersebut diharapkan dapat

menyadarkan masyarakat akan arti penting proses pengasuhan anak. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
ilmu dan menjadi landasan bagi pengembangan penelitian sejenis di masa yang
akan datang.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Peran Keluarga
Teori Struktural-Fungsional
Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons
mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga
pada abad ke-20. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam
kehidupan sosial dan masing-masing akan memiliki fungsinya sendiri. Perbedaan
fungsi tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi
untuk mencapai tujuan bersama. Struktur dan fungsi yang terbentuk tidak akan
pernah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai sosial yang melandasi
sistem masyarakat (Megawangi 1999).
Menurut Megawangi (1999), ada tiga elemen utama dalam struktur
internal keluarga, yaitu mengacu pada:
1. Status sosial; keluarga inti terdiri dari tiga unsur utama yaitu bapak/suami
(pencari nafkah), ibu/istri (ibu rumah tangga) dan anak-anak (anak balita, anak
sekolah, remaja, dewasa) serta hubungan timbal balik antar individu dengan
status sosial berbeda.
2.

Konsep peran sosial; menggambarkan peran dari masing-masing individu

atau kelompok menurut status sosialnya dalam sebuah sistem sosial.
Diferensiasi peran ini diharapkan dapat menuju suatu sistem keseimbangan
(equilibrium tendency).
3. Norma sosial; peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya
seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya. Norma sosial berasal dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan bagian dari kebudayaan. Akan tetapi
setiap keluarga dapat mempunyai norma sosial yang spesifik untuk keluarga
tersebut, misalnya norma sosial dalam pembagian tugas rumah tangga, yang
merupakan bagian struktur keluarga untuk mengatur tingkah laku setiap anggota
keluarganya.
Levy (Megawangi 1999) mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas
yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi
keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang
lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi bila ada satu posisi yang peranannya tidak
dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena adanya kesempatan siapa yang
akan memerankan tugas apa. Apabila terjadi, maka keberadaan institusi

6

keluarga tidak akan berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus
dipenuhi agar struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi antara lain:
1. Diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan
dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor dalam
keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender,
generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor.
2. Alokasi solidaritas yang berkaitan dengan distribusi relasi antar anggota
keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau
kepuasan menggambarkan hubungan antar anggota, misalnya keterikatan
emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada
keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Misalnya hubungan
antara bapak dan anak lelaki mungkin lebih utama daripada hubungan suami
dan istri pada suatu budaya tertentu. Intensitas adalah kedalaman relasi antar
anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.
3. Alokasi ekonomi yang berkaitan dengan distribusi barang-barang dan jasa
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas juga ada dalam
hal ini terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan
jasa dalam keluarga.
4. Alokasi politik yang berkaitan dengan distribusi kekuasaan dalam keluarga
dan siapa yang bertanggungjawab atas tindakan anggota keluarga. Agar
keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu
diperlukan.
5. Alokasi integrasi dan ekspresi yang berkaitan dengan distribusi teknik atau
cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku
yang memenuhi tuntunan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.
Keluarga mempunyai berbagai fungsi peran yang menetukan kualitas
kehidupan baik kehidupan individu, keluarga, bahkan kehidupan sosial
(kemasyarakatan). Fungsi keluarga dapat dibagi menjadi fungsi ekspresif dan
instrumental. Fungsi ekspresif keluarga berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan emosi dan perkembangan, termasuk moral, loyalitas, dan
sosialisasi anak. Sementara itu, fungsi instrumental berkaitan dengan
manajemen sumberdaya untuk mencapai berbagai tujuan keluarga (Sunarti,
2004).
Salah satu teori yang digunakan dalam menjelaskan fungsi keluarga
adalah teori AGIL (Adaptation, Goal, Attainment, Integration, dan Latency).

7

Berdasarkan teori AGIL bahwa empat masalah fungsional utama dalam
keberlangsungan sistem yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan
pemeliharaan sistem yang berada pada tingkatan sistem kepribadian, sosial,
dan budaya. Keluarga sebagai unit sosial terkecil merupakan tulang punggung
pelaksanaan

fungsi-fungsi

tersebut

yang

selanjutnya

menentukan

keberlangsungan serta keseimbangan sistem sosial yang lebih luas (Sunarti
2001).
1.

Fungsi Adaptasi. Fungsi ini mengacu pada perolehan sumberdaya atau

fasilitas

yang

cukup

dari

lingkungan

luar

sistem

dan

kemudian

mendistribusikannya di dalam sistem. Adaptasi adalah suatu pilihan tindakan
yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial
ekonomi, serta ekologi dimana penduduk tersebut tinggal. Pemilihan tindakan
yang bersifat kontekstual tersebut dimaksudkan untuk mengalokasikan
sumberdaya yang tersedia di lingkungan guna mengatasi tekanan-tekanan
sosial ekonomi.
2.

Fungsi pencapaian tujuan. Setiap keluarga mempunyai tujuan atau

rencana yang akan dicapai (output), dengan syarat adanya sumberdaya
keluarga (input) baik materi, energi, dan informasi. Dengan demikian keluarga
dapat mencapai tujuannya, dan dapat menjalankan menjalankan fungsi-fungsi
keluarga dengan menggunakan sumberdaya keluarga, maka perlu adanya
proses (throughput) yang harus ditempuh (Deacon & Firebaught 1988).
3.

Fungsi integrasi. Fungsi ini mengacu pada pemeliharaan ikatan dan

solidaritas. Elemen tersebut digunakan untuk mengontrol, memelihara
subsistem, dan mencegah gangguan utama dalam sistem.
4.

Fungsi pemeliharaan sistem. Fungsi ini mengacu kepada proses dimana

energi dorongan disimpan dan didistribusikan di dalam sistem, melibatkan dua
masalah saling berkaitan yaitu pola pemeliharaan dan pengelolaan masalah
atau ketegangan.
Teori Sistem (Ecological Framework)
Teori ini didasarkan pada konsep ekologi yang melihat bahwa manusia
adalah bagian dari sitem lingkungan dimana ia hidup dan tinggal. Teori ini
menekankan bahwa setiap sistem terdiri atas unsur-unsur. Unsur dalam sistem
bersifat saling terhubung satu sama lain dan saling mempengaruhi, dimana
perubahan pada satu elemen akan berpengaruh pada elemen lainnya di dalam

8

sistem yang sama. Sementara itu, sistem terdiri atas unsur input, proses dan
output. Lebih lanjut disebutkan bahwa input merupakan unsur yang terdiri dari
sumberdaya, nilai, tuntutan, tujuan, sedangkan proses terdiri atas perencanaan
dan pelaksanaan. Sementara itu output terdiri atas pencapaian tujuan,
kepuasaan, dan kesejahteraan (Deacon & Firebaught 1988). Bronfenbrenner
memberikan penekanan bahwa seorang anak adalah bagian yang akan
dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh sistem lingkungan mikro,
messo, exo, dan makro diseputar kehidupan anak.
Peran Ibu dalam Pengasuhan
Rutter (1984) dalam Karyadi (1985) mengemukakan bahwa supaya anak
dapat tumbuh dan berkembang dengan normal, dibutuhkan kualitas dan
kuantitas pengasuhan ibu. Ada beberapa ciri yang diperlukan untuk melakukan
pengasuhan ibu dengan cukup baik, diantaranya (1) hubungan kasih sayang, (2)
kelekatan atau keeratan hubungan, (3) hubungan yang tidak terputus (4)
interaksi yang memberikan rangsangan. Dari ciri-ciri tersebut kasih sayang
merupakan unsur yang penting dalam hubungan yang terjalin antara keluarga.
Hurlock (1999) mengatakan bahwa rasa aman, pemenuhan kebutuhan
fisik dan psikologis, kasih sayang, pola perilaku yang disetujui, bimbingan dan
bantuan dalam mempelajari berbagai kecakapan yang sangat dibutuhkan anak,
pertama diperoleh dari keluarga. Pengasuhan anak mencakup seluruh bentuk
interaksi antara orangtua dengan anak untuk perkembangan seluruh potensi
anak yaitu fisik, akal, mental, rohani, dan moral.
Menurut Myers (1992) pada kenyataanya pemberian pengasuhan
tergantung pada ketersediaan sumberdaya, pendidikan, pengetahuan, kondisi
kesehatan pengasuh, alokasi waktu, dukungan sosial dan sumberdaya ekonomi
yang dimiliki keluarga. Pada umumnya di negara-negara berkembang, pelaku
utama pengasuhan bagi bayi dan anak balita dalam rumah tangga adalah ibu.
Akan tetapi pada keluarga tipe extended family, nenek, bibi, ayah dan anggota
keluarga lainnya bahkan tetangga di sekitar keluarga tersebut pun membeikan
kontribusi dalam pengasuhan anak. Hasil penelitian Rogers dan Youssef (1988)
dalam Masithah (2002) menunjukan bahwa ibu memberikan alokasi waktu yang
lebih banyak dalam pengasuhan anak, selanjutnya adalah wanita lainnya dalam
keluarga tersebut misalnya nenek, bibi dan kakak perempuan. Praktek
pemberian pengasuhan yang sangat memadai sangat penting tidak hanya bagi
daya tahan anak tetapi juga untuk mengoptimalkan perkembangan fisik dan

9

mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak. Pengasuhan juga
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup
yang baik bagi anak secara keseluruhan.
Karakteristik Keluarga
Keluarga adalahi unit terkecil dalam masyarakat yang terikat oleh
hubungan perkawinan dan hubungan darah serta tinggal dalam satu rumah
dengan menjalankan fungsi dan peran tertentu untuk mencapai tujuan yang
sama (Guhardja, Hartoyo, Puspitawati, Hastuti 1992). Keluarga mempunyai
peran penting dalam pembentukan sumberdaya manusia. Hal ini karena tempat
pertama bagi manusia untuk berinteraksi dimulai dari keluarga. Oleh karena itu,
maka sudah selayaknya keluarga dijadikan tempat pendidikan pertama dan
utama bagi anak-anaknya.
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. Besar keluarga turut mempengaruhi pola pengasuhan yang
diberikan kepada anak. Makin besar jumlah anggota keluarga diduga semakin
sedikit waktu dan perhatian ibu terhadap anak, karena harus berbagi dengan
anggota keluarga lainnya. Menurut Cahyaningsih (1999) diacu dalam Akmal
(2004), besar keluarga akan mempengaruhi pembentukan tingkah laku anak.
Semakin besar suatu keluarga maka semakin sedikit perhatian yang diperoleh
anak dari orangtua. Menurut Sa’diyyah (1998) semakin besar keluarga maka
semakin sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya. Jika jarak anak
pertama dengan yang kedua kurang dari satu tahun maka perhatian ibu terhadap
pengasuhan kepada anak yang pertama akan berkurang setelah kedatangan
anak berikutnya, padahal anak tersebut masih memerlukan perawatan khusus
(Sukarni 1994).
Usia Orangtua
Usia orangtua terutama ibu yang relatif masih muda, cenderung kurang
memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak. Umumnya
mereka mengasuh dan merawat anak berdasarkan pada pengalaman orangtua
terdahulu. Ibu yang masih muda cenderung untuk mendahulukan dan
memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga
kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih

10

berumur cenderung menerima perannya sepenuh hati sebagai ibu, sehingga
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pengasuhan anak. (Hurlock 1999).
Pendidikan orangtua
Hastuti (2007) mengemukakan bahwa pendidikan dapat membentuk
kematangan berfikir seseorang, baik pendidikan formal maupun non formal,
pegalaman berorganisasi, akses kepada buku dan media massa yang dapat
membentuk kematangan berfikir seseorang yang akan membentuk perilakunya
saat berinteraksi dengan anak. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh orangtua
akan menentukan cara, pola dan kerangka berfikir, persepsi, pemahaman, serta
kepribadiannya. Rendahnya pendidikan orangtua menyebabkan orangtua tidak
dapat mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengasuhan anak
(Engel et al. 1997).
Hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) di Kabupaten Indramayu
memperlihatkan perbedaan cara pengasuhan yang diberikan keluarga nelayan
berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi. Mereka yang
berpendidikan lebih tinggi memiliki alokasi waktu yang relatif lebih banyak
dengan anak dan berinteraksi lebih sering.
Pengeluaran Keluarga
Pengeluaran keluarga diasumsikan mampu menggambarkan kemampuan
ekonomi dari keluarga, sehingga tinggi rendahnya pengeluaran dapat memberi
petunjuk akan tingginya rendahnya ekonomi dari suatu keluarga (Anonim 1993).
Keadaan ekonomi adalah salah satu faktor penting yang akan berpengaruh pada
kehidupan mental dan fisik individu yang berada dalam keluarga. Dengan
keadaan ekonomi yang baik, sebuah keluarga tidak perlu lagi merasa
bermasalah dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Gunarsa & Gunarsa (1995)
menyatakan bahwa orangtua dengan pendapatan yang cukup tinggi mempunyai
waktu yang lebih banyak untuk memperhatikan dan membimbing perkembangan
anaknya. Sebaliknya keluarga dengan tingkat ekonomi rendah akan kurang
memperhatikan perkembangan anak, tidak ada pengahargaan dan pujian
terhadap perbuatan baik anak serta kurangnya pelatihan dan pemahaman nilainilai moral.

11

Pekerjaan Orangtua
Pada masyarakat tradisional, biasanya ibu tidak bekerja diluar rumah,
melainkan hanya sebagai ibu rumahtangga. Menurut Satoto (1990), ibu rumah
tangga yang tidak bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah secara otomatis
memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasuh dan merawat anak.
Karakteristik Anak
Umur
Menurut Hurlock (1999) umur anak akan mempengaruhi alokasi waktu ibu
untuk pengasuhan. Pada anak dibawah umur dua tahun perhatian dan kasih
sayang ibu lebih banyak tercurah kepada anak tersebut karena anak belum
mandiri dan masih sangat membutuhkan bantuan ibu sebagai pengasuh utama.
Anak dengan umur diatas dua tahun akan semakin mandiri dan mempunyai
jaringan sosial lebih luas sehingga ketergantungan dengan sosok pengasuh
utama yaitu ibu akan mulai berkurang.
Menurut Sa’diyyah (1998) bahwa umur anak berpengaruh negatif
terhadap jumlah waktu ibu untuk anaknya. Semakin besar umur anak semakin
sedikit waktu yang dicurahkan ibu untuk mereka. Keadaan ini dapat dimengerti
karena semakin besar anak, ketergantungan terhadap pengasuhnya akan
semakin berkurang. Anak yang lebih kecil memerlukan bimbingan dan
pengawasan yang lebih banyak dari pengasuhnya. Karena ibu sebagai
pengasuh utama, maka semakin muda usia anak semakin banyak waktu yang
dicurahkan ibu untuk anaknya.
Jenis Kelamin
Ada

tiga

alasan

mengapa

jenis

kelamin

individu

penting

bagi

perkembangan selama hidupnya. Pertama, setiap tahun anak-anak mengalami
peningkatan takanan budaya dari para orang tua, guru, kelompok sebaya
mereka dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola-pola sikap dan
perilaku yang dipandang sesuai bagi kelompok jenis kelamin mereka. Kedua,
pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah
dan di dalam kelompok bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas
untuk jenis kelamin mereka. Ketiga adalah sikap orang tua mereka dan anggota
keluarga penting lainnya terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin,
mereka seperti anak laki-laki lebih diharapkan daripada anak wanita (Hurlock
1999).

12

Beban Kerja Ibu
Konsep yang sudah umum dalam masyarakat Indonesia tradisional
menyatakan bahwa peran yang paling wajar bagi wanita adalah peran menjadi
ibu atau isteri di lingkungan rumah tangga dan apabila pada masa sekarang ini,
mereka bekerja di luar rumah tangga dan menghasilkan uang semata-mata itu
karena terpaksa akibat dari tekanan ekonomi (Mudzhar et al. 2001). Sajogyo
(1981) diacu dalam Rezeki (2006) mengungkapkan bahwa dalam keluarga dan
rumah tangga, wanita pada dasarnya seringkali berperan ganda. Hal ini
dicerminkan pertama-tama oleh perannya sebagai ibu rumah tangga yang
melakukan

pekerjaan

rumah

tangga

(memasak,

mengasuh

anak

dan

sebagainya), suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan, karena pekerjaan itu memungkinkan anggota keluarga lainnya
untuk mendapatkan penghasilan secara langsung. Lestari (1984) diacu dalam
Rezeki (2006) menyatakan hal yang serupa yaitu terdapat beberapa penelitian
mengenai keluarga inti yang pernah dilakukan bahwa dalam keluarga dan rumah
tangga wanita pada dasarnya sering berperan ganda. Hal ini dicerminkan
pertama oleh perannya sebagai ibu rumah tangga dan yang kedua adalah
sebagai pencari nafkah. Meskipun ada ibu yang berperan sebagai pekerja untuk
mencari tambahan penghasilan, seorang ibu tetap dituntut untuk menjadi ibu
rumah tangga yang baik di tengah keluarganya
Perbedaan pekerjaan rumah tangga (pekerjaan domestik) dan pekerjaan
di luar rumah tangga (pekerjaan produktif) tampak jelas dalam hal ekonomi.
Perbedannya yaitu pada pekerjaan rumah tangga tidak memiliki nilai ekonomi
bagi anggota keluarga sedangkan untuk pekerjaan di luar rumah tangga yaitu
sebaliknya