Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Indah Royhan Lubis Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 07 Januari 1995 Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. dr. Mansyur Gg.Berkat No.5 Medan Nomer Handphone : 087867365545

Email : indahroyhan@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Qur’an Iqra’ Pematang Siantar (2000 – 2001) 2. SD N 122340 Pematang Siantar (2001 – 2007) 3. SMP N 2 Pematang Siantar (2007 – 2009) 4. SMA N 4 Pematang Siantar (2009 – 2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012 – sekarang) Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012


(2)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Ibu Yang Terhormat,

Saya adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai syarat akhir menyelesaikan pendidikan S1 saya dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik”.

Dalam penelitian ini saya memerlukan data yang berhubungan dengan judul saya tersebut. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar kuesioner. Tidak ada jawaban benar atau salah. Saya berharap Ibu memilih jawaban yang paling sesuai dengan apa yang Ibu rasakan. Sebelum mengisi kuesioner ini, Ibu diminta untuk mengisi identitas diri sebagai kelengkapan data penelitian ini. Sebagai peneliti saya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data Ibu dan hanya menggunakan data tersebut dalam penelitian ini.

Partisipasi Ibu sangat berharga bagi penelitian yang sedang saya lakukan pada khusunya, dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran pada umumnya. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas untuk menerima atau menolak menjadi responden. Jika Ibu bersedia untuk turut serta dalam penelitian ini, saya mengharapkan Ibu untuk menandatangani surat persetujuan pada lembar yang telah disediakan. Atas bantuan dan kerjasama yang Ibu berikan, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK (INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiwa Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yaitu Indah Royhan Lubis dengan judul penelitian “Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autistik”.

Saya memahami bahwa penelitian ini akan menjaga kerahasiaan data saya dan partisipasi saya dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, masyarakat, maupun ilmu pengetahuan.

Medan, 2015


(4)

KUESIONER DEMOGRAFI

Keterangan: Beri tanda checklist (√ ) pada salah satu kotak dan isilah kolom yang kosong sesuai dengan kondisi Ibu.

1. Data Ibu

Nama ibu (inisial) :

Usia ibu :

Pendidikan terakhir : SMP SMA Diploma Sarjana

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta

Pegawai negeri / swasta Profesional, sebutkan

Pendapatan keluarga/bln : < Rp 1.000.000

Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000

Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 > Rp. 10.000.000

Suku : Batak Minangkabau

Jawa Melayu Sunda Tionghoa Aceh

Status Pernikahan : Menikah Janda


(5)

Hubungan dengan anak autistik : Ibu kandung Ibu tiri Ibu angkat

Apakah Ibu memiliki suatu penyakit kronis? Jika ya, sebutkan penyakit dan berapa lama

Apakah ibu ada mengunjungi puskesmas atau rumah sakit untuk memeriksa kesehatan jiwa?

2. Data Anak

Usia anak :

Jenis Kelamin :

Status kesehatan fisik anak: Buruk Baik Cukup baik

Didiagnosis gangguan autistik umur: tahun


(6)

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai kondisi Ibu dalam mengasuh anak autistik. Ibu diminta untuk memberi jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang Ibu alami.

2. Ibu diharapkan menyatakan jawaban terhadap pernyataan dengan memberi tanda (√ ) pada huruf :

SS : bila Sangat Setuju dengan pernyataan yang tersedia S : bila Setuju dengan pernyataan yang tersedia.

TS : bila Tidak Setuju dengan pernyataan yang tersedia

STS : bila Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan yang tersedia

3. Periksa kembali jawaban Ibu, diharapkan seluruh pertanyaan sudah terjawab. 4. Dalam kuesioner ini tidak terdapat penilaian benar atau salah, sehingga tidak

terdapat jawaban yang salah. Semua jawaban dianggap benar jika Ibu memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Ibu yang sebenarnya.


(7)

SELAMAT MENGERJAKAN

LEMBAR PERNYATAAN STRES PENGASUHAN

Ibu diminta untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perasaan Ibu mengenai pengalaman sebagai orang tua dalam berhubungan dengan anak Ibu yang mengalami gangguan autistik. Penilaian dengan empat skala, Ibu diminta mengisi kolom yang sesuai dengan kondisi Ibu dengan tanda checklist

(). Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa kecewa dengan keadaan anak

saya

Pernyataan:

No Pernyataan mengenai hubungan Ibu dengan anak

Sejauh mana pernyatan ini Ibu rasakan

SS S TS STS

1 Saya bahagia dengan peran saya sebagai orang tua

2 Saya akan melakukan apapun untuk anak saya jika itu penting

3 Mengasuh anak menghabiskan waktu dan tenaga lebih besar daripada yang seharusnya saya berikan

4 Saya merasa dekat dengan anak saya

5 Saya menikmati menghabiskan waktu bersama anak saya

6 Anak saya adalah sumber penting kasih sayang bagi saya

7 Memiliki anak memberikan saya pandangan yang lebih pasti dan optimis tentang masa depan


(8)

9 Memiliki anak mengurangi waktu dan fleksibilitas dalam hidup saya

10 Memiliki anak merupakan beban keuangan 11 Sulit untuk menyeimbangkan berbagai

tanggung jawab yang berbeda karena kehadiran anak saya

12 Tingkah laku anak saya membuat saya merasa malu dan stres

13 Jika dapat kembali ke masa lalu, saya memutuskan untuk tidak memiliki anak. 14 Saya merasa dibebani tanggung jawab

sebagai orang tua

15 Memiliki anak berarti memiliki pilihan dan kontrol yang terlalu sedikit terhadap hidup saya

16 Saya merasa puas sebagai orang tua


(9)

LEMBAR PERNYATAAN DUKUNGAN SOSIAL

Berilah tanda checklist (√ ) pada jawaban yang paling mendekati kehidupan Ibu sebenarnya.

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya sering mendapat bantuan dari

teman-teman saya

Pernyataan:

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Ketika saya sedih dengan kondisi anak saya yang mengalami autistik, teman-teman justru tidak peduli

2 Saya menjadi bahan ejekan karena memiliki anak autistik

3 Tidak ada yang peduli pada saya saat saya membutuhkan biaya untuk mengasuh anak saya

4 Teman-teman memberi saya semangat ketika saya lelah dengan kondisi anak saya

5 Meskipun saya memiliki anak autistik, tetapi saya masih diterima dengan baik oleh lingkungan

6 Teman-teman memberikan saya buku tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan anak saya yang mengalami gangguan autistik 7 Keluarga saya sering membanding-bandingkan keadaan anak saya dengan anak lain yang tidak mengalami anak autistik 8 Saya merasa orang lain menilai negatif


(10)

9 Saya merasa kesulitan mendapatkan bantuan uang dari orang lain karena keadaan anak saya yang mengalami gangguan autistik 10 Ketika saya sedih, pasti ada teman yang

mendengarkan keluh kesah saya

11 Saya merasa tetap dihargai oleh orang lain 12 Saya mendapatkan bantuan dari lembaga

yang menangani anak autistik untuk kemajuan perkembangan anak saya

13 Keluarga cuek saat saya ajak bicara dengan baik tentang kondisi anak saya

14 Bila saya sedang bingung dengan keadaan anak saya yang mengalami autisme, tidak ada yang memberikan saya informasi untuk membantu kemajuan perkembangan anak saya

15 Sewaktu saya menceritakan masalah anak saya, keluarga mendengarkan dengan penuh perhatian

16 Teman-teman mau menyertakan saya dalam acara yang mereka adakan di lingkungan

17 Ketika saya membutuhkan biaya untuk anak saya, keluarga atau kerabat membantu saya

18 Teman-teman sering memberi saya pengarahan saat saya menghadapi masalah tentang anak saya yang mengalami gangguan autistik

19 Semua masa bodoh ketika saya mengalami berbagai masalah dalam mengasuh anak saya yang mengalami gangguan autistik

20 Keluarga tidak mengerti sarana apa saja yang saya butuhkan untuk kemajuan perkembangan anak saya yang mengalami gangguan autistik

21 Tidak ada seorangpun yang memberi pengarahan pada saya dalam mengasuh anak saya yang mengalami gangguan autistik

Mohon diperiksa kelengkapan jawaban, jangan sampai ada yang terlewati. Terima kasih atas kesediaan Ibu untuk melengkapi kuesioner ini.


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

DATA INDUK N o m or Rentang Usia Ibu (Tahun) Pend idika n Ibu Peke rjaa n Ibu Peng hasil an Ibu Suk u Rentang Usia Anak (Tahun) Jenis Kelam in Anak Usia Didiagnosis Autistik (Tahun) 1 26 - 35 Sarja

na

IRT 5 – 10 juta

Mel ayu

3 – 5 LK 2

2 36 - 45 SMA IRT 1 – 5 juta

Tion gho

a

12 -16 LK 2

3 26 - 35 Sarja na

IRT 5 – 10 juta

Tion gho

a

6 - 11 LK 2

4 26 - 35 Sarja na

Prof esion

al

5 – 10 juta

Mel ayu

3 – 5 LK 3

5 36 - 45 Sarja na PNS/ S >10 juta Bata k

6 - 11 LK 3

6 26 - 35 Sarja na

IRT 5 – 10 juta

Mel ayu

3 – 5 LK 2

7 36 - 45 Sarja na Prof esion al >10 juta Mel ayu

3 – 5 PR 2

8 36 - 45 Sarja na

IRT >10 juta

Jaw a

6 - 11 LK 3

9 36 - 45 Sarja na Prof esion al >10 juta Bata k

6 - 11 LK 2

10 36 - 45 Sarja na

PNS/ S

5 – 10 juta

Tion gho

a

6 - 11 PR 3

11 26 - 35 Sarja na PNS/ S >10 juta Jaw a

3 – 5 LK 3

12 26 - 35 Sarja na

IRT >10 juta

Tion gho

a

3 – 5 LK 3

13 36 - 45 Sarja na

PNS/ S

5 – 10 juta

Bata k

6 - 11 PR 3

14 26 - 35 SMA PNS/ S

1 – 5 juta

Jaw a

3 – 5 LK 2

15 36 - 45 Sarja na

PNS/ S

5 – 10

Bata k


(17)

juta 16 36 - 45 Diplo

ma

PNS/ S

5 – 10 juta

Bata k

6 - 11 LK 4

17 36 - 45 SMA IRT 1 – 5 juta

Bata k

17 - 21 LK 3

18 36 - 45 Diplo ma

Wira swas ta

1 – 5 juta

Jaw a

6 - 11 LK 4

19 36 - 45 Sarja na

IRT >10 juta

Min ang kaba

u

3 – 5 LK 4

20 36 - 45 Sarja na

IRT >10 juta

Min ang kaba

u

3 – 5 LK 2

21 26 - 35 SMA Wira swas ta

5 – 10 juta

Tion gho

a

3 – 5 LK 4

22 36 - 45 Sarja na PNS/ S >10 juta Bata k

6 - 11 LK 3

23 36 - 45 Sarja na

IRT >10 juta

Jaw a

6 - 11 LK 2

24 26 - 35 SMA IRT 5 – 10 juta

Bata k

6 - 11 LK 3

25 26 - 35 SMA IRT 5 – 10 juta

Jaw a

3 – 5 LK 2

26 36 - 45 SMA IRT 5 – 10 juta

Bata k

6 - 11 LK 2

27 26 - 35 Sarja na

PNS/ S

5 – 10 juta

Bata k

3 – 5 LK 2

28 46 - 55 Sarja na

PNS/ S

5 – 10 juta

Ace h

17 - 21 LK 2

29 26 - 35 Sarja na

PNS/ S

5 – 10 juta

Bata k

6 - 11 LK 3

30 26 - 35 Sarja na Prof esion >10 juta Bata k


(18)

31 36 - 45 Sarja na PNS/ S >10 juta Jaw a

6 - 11 LK 2

32 26 - 35 Sarja na

PNS/ S

1 – 5 juta

Bata k

6 - 11 LK 2

33 26 - 35 Sarja na

IRT 1 – 5 juta

Jaw a

6 - 11 LK 3

34 36 - 45 Sarja na

IRT 1 – 5 juta

Ace h

6 - 11 PR 3

35 36 - 45 SMA IRT 5 – 10 juta

Jaw a

12 -16 LK 4

36 36 - 45 SMA IRT 1 – 5 juta

Jaw a

6 - 11 PR 2

37 36 - 45 Sarja na

IRT 5 – 10 juta

Jaw a

3 – 5 LK 4

38 46 - 55 Sarja na PNS/ S >10 juta Jaw a

12 -16 LK 2

39 46 - 55 SMA PNS/ S

5 – 10 juta

Bata k


(19)

LAMPIRAN PENILAIAN STRES PENGASUHAN n o P S 1 P S 2 P S 3 P S 4 P S 5 P S 6 P S 7 P S 8 P S 9 P S 10 P S 11 P S 12 P S 13 P S 14 P S 15 P S 16 P S 17 T ot al 1 3 4 1 4 3 4 2 2 2 4 2 4 3 2 1 2 3 46 2 3 4 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 57 3 4 4 1 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 52 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 58 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 64 6 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 47 7 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 56 8 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 63 9 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 54 1

0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 1

1 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 63 1

2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 54 1

3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 60 1

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 63 1

5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 48 1

6 3 4 1 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 49 1

7 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 59 1

8 4 4 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4 4 3 3 3 53 1

9 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 54 2

0 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 51 2

1 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 54 2

2 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 49 2

3 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 49 2


(20)

2

5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 60 2

6 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 52 2

7 3 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 2

8 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 54 2

9 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 45 3

0 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 57 3

1 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 49 3

2 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 58 3

3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 54 3

4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 63 3

5 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 55 3

6 3 3 2 4 3 4 2 4 2 3 3 4 4 4 2 3 3 53 3

7 4 4 1 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 61 3

8 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65 3

9 4 4 1 4 4 4 4 1 2 2 3 4 4 4 2 4 4 55 Skor total tingkat stres pengasuhan

 Tinggi = < 34  Sedang = 34 - 51  Rendah = > 51


(21)

LEMBAR PENILAIAN DUKUNGAN SOSIAL N o P D S 1 P D S 2 P D S 3 P D S 4 P D S 5 P D S 6 P D S 7 P D S 8 P D S 9 P D S 1 0 P D S 1 1 P D S 1 2 P D S 1 3 P D S 1 4 P D S 1 5 P D S 1 6 P D S 1 7 P D S 1 8 P D S 1 9 P D S 2 0 P D S 2 1 T o t a l 1 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3

5 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2

6 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 1 3 2 3 4 3 2 2 1 3

5 7 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4 9 5 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4

7 2 6 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3

6 1 7 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3

5 9 8 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4

7 0 9 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

5 9 1

0 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 7 4 1

1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 7 7 1

2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 9 1

3 2 3 3 3 3 1 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 2 3 6 5 1

4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 2 3 4 3 6 4 1

5 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 6 0 1

6 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 6 0 1

7 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 6 5 1

8 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6 0


(22)

2

0 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 9 2

1 2 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 0 2

2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 9 2

3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 9 2

4 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 8 2

5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 2 2

6 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6 0 2

7 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 8 2

8 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 8 2

9 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 6 3

0 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 9 3

1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 9 3

2 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 7 7 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 6 7 3

4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 7 3 3

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 1 3

6 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 4 6 5 3

7 3 3 3 4 4 4 1 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 4 3

8 3 4 4 4 4 3 1 1 1 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 6 8 3

9 3 4 2 3 3 2 4 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0


(23)

Skor Dukungan Sosial  Tinggi = > 63  Sedang = 42-63  Rendah = < 42


(24)

LAMPIRAN HASIL PENGOLAHAN SPSS

1. Deskriptif SPSS Gambaran Responden Berdasarkan Demografi

Berdasarkan Usia Usia Ibu Berdasarkan Rentang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dewasa Awal = 26-35 tahun 15 38.5 38.5 38.5

dewasa Akhir = 36-45 tahun 21 53.8 53.8 92.3

Lansia Awal = 46-55 tahun 3 7.7 7.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMA 10 25.6 25.6 25.6

Diploma 2 5.1 5.1 30.8

Sarjana 27 69.2 69.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 18 46.2 46.2 46.2

Wiraswasta 2 5.1 5.1 51.3

Pegawai Negeri / Swasta 15 38.5 38.5 89.7

Profesional 4 10.3 10.3 100.0


(25)

Berdasarkan Pendapatan Keluarga per Bulan Pendapatan Keluarga per Bulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 juta - 5 juta 8 20.5 20.5 20.5

5juta - 10 juta 18 46.2 46.2 66.7

> 10 juta 13 33.3 33.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Suku Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 14 35.9 35.9 35.9

Jawa 12 30.8 30.8 66.7

Aceh 2 5.1 5.1 71.8

Minangkabau 2 5.1 5.1 76.9

Melayu 4 10.3 10.3 87.2

Tionghoa 5 12.8 12.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Usia Anak Usia Anak Berdasarkan Rentang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Balita = 3-5 tahun 14 35.9 35.9 35.9

Kanak-kanak= 6-11 tahun 19 48.7 48.7 84.6

Remaja Awal = 12-16 tahun 3 7.7 7.7 92.3

Remaja Akhir = 17-21 tahun 3 7.7 7.7 100.0

Total 39 100.0 100.0


(26)

Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Jenis Kelamin Anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 33 84.6 84.6 84.6

Perempuan 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Berdasarkan Usia Didiagnosis Autistik Usia Diagnosis Autistik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 tahun 17 43.6 43.6 43.6

3 tahun 16 41.0 41.0 84.6

4 tahun 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

2. Deskripsi SPSS Gambaran Tingkat Stres Pengasuhan dan Dukungan Sosial

Tingkat Stres Pengasuhan Tingkatan Stress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 10 25.6 25.6 25.6

Rendah 29 74.4 74.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Dukungan Sosial Total DUkungan Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dukungan Sosial Sedang 25 64.1 64.1 64.1

Dukungan Sosial Tinggi 14 35.9 35.9 100.0


(27)

3. Uji Asumsi

Uji Normalitas Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Dukungan Sosial .189 39 .001 .918 39 .007

Total Nilai Skor Stres .127 39 .112 .972 39 .439

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Linearitas ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Total Nilai Skor Stres * Total Dukungan Sosial

Between Groups

(Combined) 1031.556 19 54.292 4.999 .000

Linearity 569.121 1 569.121 52.405 .000

Deviation from

Linearity 462.435 18 25.691 2.366 .035

Within Groups 206.342 19 10.860

Total 1237.897 38

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Total Nilai Skor Stres * Total

Dukungan Sosial .678 .460 .913 .833

4. Uji Hipotesa

Correlations

Total Nilai Skor Stres

Total Dukungan Sosial

Spearman's rho Total Nilai Skor Stres Correlation Coefficient 1.000 .634**

Sig. (2-tailed) . .000

N 39 39

Total Dukungan Sosial Correlation Coefficient .634** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 39 39


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, R., 2011. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kesepian pada Janda Yang di Tinggal Mati Pasanganya. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/23067 [Diakses 12 Mei 2015].

Aisha, S.S., 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Retardasi Mental Dan Penerimaan Orangtua. Diunduh dari: http://digilib.uin-suka.ac.id/7416/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf [Diakses 23 Maret 2015].

Astriamitha., 2012. Hubungan Antara Parenting Stress Dan Parenting Self Efficacy Pada Ibu Yang Memiliki Anak Dengan Tunagrahita Taraf Ringan Dan Sedang Usia Kanak-Kanak Madya. Diunduh dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20354966-S-Astriamitha.pdf [Diakses 22 Mei 2015].

Bishop, S.L., Richler J., Cain, A.C., Lord C .2007. Predictors Of Perceived Negative Impact In Mothers Of Children With Autism Spectrum Disorder.

American Journal of Mental Retardation 112:450–461

Boyd, B.A. 2002. Examining The Relationship Between Stress And Lack Of Social Support In Mothers Of Children. A journal of the Hammil Institute on Disabilities 17(4): 208.

Centres for Disease Control and Prevention, 2014. Autism Spectrum Diosder (ASD): Data & Statistic. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/data.html [Diakses 17 April 2015]. Chairini, N., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Pengasuhan

Pada Ibu Dengan Anak Usia Prasekolah Di Posyandu Kemiri Muka.

Diunduh dari:

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25632/1/Nurul% 20Chairini%20-%20fkik.pdf [Diakses 12 Mei 2015]


(29)

Davidson, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M., 2006. Psikologi Abnormal.

Terjemahan Oleh: Fajar, N.M. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Davis, N. O., Carter, A. S., 2008. Parenting Stress In Mothers And Fathers Of Toddlers With Autism Spectrum Disorders: Associations with child characteristics. Journal of Autism and Developmental Disorders

38(7):1278–1291.

Donatelle, R.J., 2009. My Health: An Outcomes Approach. Diunduh dari: http://childstudycenter.yale.edu/autism/class/339_63244_chapter2_volkma r_wiesner.pdf. [Diakses 15 Mei 2015]

Dunn, M.E., Burbine, T., Bowers, C.A., Tantleff-Dunn, S .2001. Moderators Of Stress In Parents Of Children With Autism. Community Mental Health Journal 37:39–52.

Goodlin-Jones, B. L., Tang, K., Liu, J., Anders, T. F., 2008. Sleep Patterns In Preschool-Age Children With Autism, Developmental Delay, And Typical Development. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry 47(8): 930-938.

Hall, H.R., 2008. The Relationships Among Adaptive Behaviors Of Children With Autism Spectrum Disorder, Their Family Support Networks, Parental Stress, And Parental Coping. Diunduh dari: http://etd.uthsc.edu/WORLD-ACCESS/Hall/2008-037-Hall.pdf [Diakses 23 Mei 2015].

Hasan, K., Inam, A., 2013. Factors Contributing to Stress among Parents of Children with Autism. Research Journal of Pakistan Home Economics Association 7(1): 1-8.

Hoffman, Charles D., et al., 2008. Children With Autism: Sleep Problems and Mothers' Stress. A journal of the Hammil Institute on Disabilities 23(3): 155-165.

Kahayani, M., Wahyuningsih, H., 2008. Hubungan antara Dukungan Suami dan Stres Pengasuhan pada Ibu yang Memiliki Anak Usia Prasekolah.


(30)

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-04320356.pdf [Diakses 22 Mei 2015]

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Terjemahan Oleh: Kusuma, W. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Koesoemo, R.P.P., 2009. Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anak Dengan Autisme Di Sekolah Kebutuhan Khusus Bangun Bangsa Surabaya. Diunduh dari: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125281-TESIS0595+Riz+N09p-Pengalaman+Keluarga-Literatur.pdf. [Diakses 05 April 2015].

Konstantareas, M.M., Papageorgiou, V., 2006. Effects Of Temperament, Symptom Severity And Level Of Functioning On Maternal Stress In Greek Children And Youth With ASD. Autism 10(6):593-607.

Liza, 2010. Otak Manusia, Neurotransmiter, Dan Stress. Diunduh dari: https://adiwarsito.files.wordpress.com/2010/03/6224830-otak-manusia-neurotransmiter-dan-stress-by-dr-liza-pasca-sarjana-stain-cirebon.pdf. [Diakses 03 Mei 2015].

Lubis, A.J., 2006. Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal Yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1920/1/06010311.pdf [Diakses 3 Mei 2015].

Mahmud, M., 2010. Anak Autis. Diunduh dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707041 981031-MUHDAR_MAHMUD/Artikel/ANAK_AUTIS.pdf. [Diakses 17 April 2015].

Masyithah, D., 2012. Hubungan Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri pada Penderita Pasca Stroke. Diunduh dari: http://digilib.uinsby.ac.id/9770/1/jiptiain--dewimasyit-10330-1-hubungan-e.pdf. [Diakses 22 Mei 2015]


(31)

Meadan, H., Halle, J.W., Ebata, A.T., 2010. Families With Children Who Have Autism Spectrum Disorders: Stress and Support. Exceptional Children

77(1): 7-36.

Mufadhilah, 2014. Studi Pengasuhan Orangtua Pada Anak Autis. Jurnal Online Psikologi 2(2): 256-269.

Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A,Y.M., Betty., Zahara, D. 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Edisi ke-1. Medan: USU

Muninggar, K.D., 2008. Hubungan Parenting Stress Dengan Persepsi Terhadap Pelayanan Family-Centered Care Pada Orang Tua Anak

Tunaganda-Netra. Diunduh dari:

http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=125956&lokasi=lokal [Diakses 23 Maret 2015].

Mutiah, R. 2014. Efektivitas Solution Focused Family Therapi Untuk Meningkatkan Dukungan Sosial Keluarga Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down Syndrome. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40287/4/Chapter%20II.pd f. [Diakses 12 Mei2015].

National Institute of Mental Health., 2011. A Parent’s Guide to Autism Spectrum Disorder. Diunduh dari http://www.autism-watch.org/general/nimh.pdf. [Diakses 15 April 2015]

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Permana, C.A., 2013. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Andropause Di Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Diunduh dari: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3170?show=full [Diakses 19 Mei 2015].


(32)

http://www.psychog.strony.ug.edu.pl/Parenting_stress_in_mothers_and_fa thers_of_children_with_autism_spectrum_disorders.pdf [Diakses 16 April 2015]

Rahman, P.L., 2012. Gambaran Pola Asuh Orangtua Pada Masyarakat Pesisir

Pantai. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pd f. [Diakses 15 Mei 2015].

Rahmawati, N.A., Machmuroch., Nugroho, A.A., 2013. Hubungan antara Penermiaan Diri dan Dukungan Sosial dengan Stres pada Ibu yang Memiliki Anak Autis di SLB Autis di Surakarta. Diunduh dari: http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/ 50 [Diakses 23 Maret 2015].

Ratajczak, H.V., 2011. Theoretical Aspects Of Autism: Causes—A Review. Journal of Immunotoxicology 8(11): 68-79. Ratnaningrum, C., 2012.

Tingkat Stres Perawat Di Ruang Psikiatri Intensif Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Diunduh dari:

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307980-S42326-Cilik%20Ratnaningrum.pdf [Diakses 4 Mei 2015].

Sabih, F., Sajid, W.B., 2008. There is Significant Stress among Parents Having Children with Autism. Rawal Medical Journal 33(2): 214-216.

Sartika, D., 2009. Karakteristik Anak Autis di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14268/1/10E00036.pdf [Diakses 09 Juni 2015]

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: CV. Agung Seto.

Schieve, L.A., et al., 2007. The Relationship Between Autism and Parenting Stress. PEDIATRICS 119(1): 114-121

Serrata, C.A., 2012. Psychosocial Aspects of Parenting a Child with Autism.


(33)

Shaffer, C.M., 2012. Parenting Stress in Mothers of Preschool Children Recently Diagnosed with Autism Spectrum Disorder. Diunduh dari: https://rucore.libraries.rutgers.edu/rutgers-lib/37334/pdf/1/. [Diakses 15 Mei 2015].

Suraiya, M., Astuti, Y.D., 2008. Faktor-faktor Stres pada Orangtua Anak Autis.

Diunduh dari

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-04320128.pdf [Diakses 06 April 2015]

Sutandi, A., 2011. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Coping Stres Homoseksual Di Jakarta. Diunduh dari: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4461/1/ANDI% 20SUTANDI-FPS.pdf [Diakses 12 Mei 2015]

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Grasindo

Tarastin, D.M., Haniman, F., 2013. Correlation Between Social Support And Caregiver Burden Among Mothers Of Children With Autism. Media Jurnal Psikiatri Surabaya 1(2)

Tay, G.L., 2013. Caring for an Individual with Autism Spectrum Disorder in New Zealand: Caregiver Coping and Caregiver Stress. Diunduh dari: http://www.autismnz.org.nz/__data/assets/pdf_file/0018/42930/ASD_Care giver_Report_2013.pdf [Diakses 8 April 2015]

Tomanik, S., Harris, G. E., &Hawkins, J., 2004. The Relationship Between Behaviors Exhibited By Children With Autism And Maternal Stress.

Journal of Intellectual and Developmental Disability 29:16-26.

Wang, Ji., et al., 2013. Parenting Stress In Chinese Mothers Of Children With Autism Spectrum Disorders. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol 48:575-582.

Weiss, M.J., 2002. Hardiness and Social Support as Predictors of Stress in Mothers of Typical Children, Children with Autism and Children with Mental Retardation. Autism 6(1):115–130.


(34)

nasional.org/download/BUKU%20PENANGANAN%20dan%20Pendidik an%20Autis%20di%20YPAC%207April.pdf [Diakses 10 April 2015] Zahrokh, N., 2014. Perbedaan Tingkat Depresi antara Ibu dari Anak Gangguan

Autistik Di Slb Autis Harmony dengan Ibu dari Anak Retardasi Mental Ringan di SLB-C Kerten Surakarta. Diunduh dari: http://eprints.ums.ac.id/28121/ [Diakses 06 April 2015]

Zulistianah., 2009. Studi Kasus Stress dan Perilaku Coping pada Caleg yang Gagal Menjadi Anggota Dewan pada Pemilu 2009. Diunduh dari: http://digilib.uinsby.ac.id/8084/4/bab%202.pdf [Diakses 03 Mei 2015].m


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek lainnya dalam grup (populasi) yang terbatas. Jadi, merupakan variasi karakteristik yang didapat dari sampel (Mukhtar, dkk, 2011).

a. Variabel independen (variabel bebas) pada penelitian ini adalah dukungan sosial.

b. Variabel dependen (variabel tergantung) dalam penelitian ini adalah stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.

DUKUNGAN SOSIAL IBU DARI ANAK STRES PENGASUHAN

AUTISTIK

Variabel Dependen Variabel Independen


(36)

3.3 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1 Stres

Pengasuhan Merupakan suatu keadaan psikologis yang dialami ibu dalam mengasuh anak autistik.

Kuesioner Kuesioner

Parental Stress Scale  Stres ringan (>51)  Stres sedang (35–51)  Stres berat

(<34)

Ordinal

2 Dukungan Sosial Adalah sumber daya berupa perhatian, informasi, kenyamanan, maupun bantuan yang berasal dari pasangan, keluarga, teman, dan lainnya yang dapat mengurangi tingkat stres dalam mengasuh anak autistik.

Kuesioner Kuesioner Dukungan Sosial  Dukungan sosial rendah (<42)  Dukungan sosial sedang (42–63)  Dukungan sosial tinggi (>63) Ordinal 3.4 Hipotesis

Ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik untuk menilai hubungan antara dukungan sosial dengan stres yang dialami ibu dari anak autistik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional. Pada penelitian cross sectional analitik, variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi lalu dilakukan pengukuran secara serentak atau sekaligus hanya 1 kali saja dengan waktu dapat berbeda, tanpa adanya tindak lanjut atau pengukuran ulang (Mukhtar, 2011).

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lembaga yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dari anak autistik yang mengikuti program khusus di beberapa lembaga yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Medan.


(38)

0,5In [(1 + r) / (1 - r)]

Zα + Zβ 2

0,5In [(1 + 0,591) / (1 – 0,591)]

1,64 + 1,28 2

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu dari anak autistik yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Ibu dipilih sebagai partisipan karena ibu merupakan pengasuh utama bagi anak.

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus analitik korelatif sebagai berikut:

n =

{

}

+ 3

n =

{

}

+ 3 n = 21,49

Keterangan : n = Besar sampel

Zα = Deviat baku normal untuk α 5% = 1,64 Zβ = Deviat baku normal untuk β 10% = 1,28 r = Koefisien korelasi (literatur) = 0,591

Dari perhitungan di atas, besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 22 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2013).

Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang dikehendaki oleh peneliti. Kriteria subjek penelitian terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.


(39)

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu kandung dari anak autistik berusia 3 hingga 21 tahun yang telah didiagnosis oleh psikiater, psikolog berdasarkan DSM-IV TR

2. Pendidikan ibu terakhir minimal SMP

3. Ibu mampu untuk memahami konsep-konsep dari penelitian ini dan memberikan persetujuan untuk berpartisipasi

B. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu dengan kondisi medis kronik yang dapat mengganggu penelitian 2. Ibu dengan kondisi gangguan mental emosional

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Metode Pengumpulan Data

Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, maka peneliti memperoleh data dari data primer yaitu data yang langsung diambil dari obyek penelitian. Data primer pada penelitian ini adalah jawaban dari kuesioner yang sudah diisi oleh responden dan sebelumnya telah diberikan informasi tentang gambaran isi kuesioner.

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari alat ukur berupa kuesioner. Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berisikan beberapa pertanyaan tertulis. Penggunaan metode ini dikarenakan kuesioner mempunyai beberapa keuntungan, antara lain administrasinya mudah, tidak memakan banyak biaya dan keahlian khusus, dapat diberikan secara serentak pada banyak individu serta lebih cepat dan mudah dianalisis. Kuesioner diisi oleh responden, setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

Dalam kuesioner yang akan dibagikan kepada responden terdapat dua skala yaitu skala parenting stress dan skala dukungan sosial. Kedua skala ini


(40)

mempunyai distribusi yang baik, yang dipilih dari hal-hal yang ingin diketahui. Skala model Likert menggunakan ukuran ordinal, karenanya hanya dapat membuat rangking tetapi tidak diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnnya di dalam skala.

Pola dasar pengukuran skala ini mengikuti pola metode skala Likert. Skala Likert mempunyai lima macam alternatif respon yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Namun, untuk lebih memperjelas bahwa subjek merasakan stres pengasuhan dan dukungan sosial dan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban Netral, maka dalam penelitian ini alternatif respon hanya dibuat empat yaitu dengan menghilangkan jawaban Netral (N), dengan demikian skala memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

Skoring yang digunakan untuk setiap kategori pada setiap item dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Bobot Nilai Skala

Skala Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

4.4.2. Alat Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. 1. Kuesioner Demografi

Bentuk Demografi dikembangkan untuk memperoleh data demografis dan informasi tentang responden dan anak yang didiagnosis dengan gangguan autistik.

2. Alat ukur parenting stress

Untuk menilai tingkat parenting stress, peneliti menggunakan skala yaitu Parental Stress Scale yang dikembangkan oleh Berry dan Jones (1995) sebagai alternatif untuk 101-item Parenting Stress Index.


(41)

Skala ini merupakan sebuah self report yang berisikan 18 item kuesioner yang diciptakan secara khusus untuk mengukur stres yang dialami orangtua karena kehadiran anak. PSS dapat digunakan untuk penilaian parenting stress pada berbagai karakteristik orangtua, baik pada ibu maupun ayah, dan juga untuk orangtua dengan anak yang memiliki maupun tidak memiliki masalah klinis.

Skala PSS ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Karnia Dnimartianda Muninggar (2008) dengan judul “Hubungan

parenting stress dengan persepsi terhadap pelayanan family-centered care pada orang tua anak tunaganda-netra” dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas..

Alat ukur parental stress scale terdiri dari dua komponen, yaitu:

1. Komponen positif (pleasure) yang menimbulkan keuntungan secara emosional (emotional benefits), serta self-enrichment dan pengembangan diri.

2. Komponen negatif (strain) yang melibatkan tuntutan terhadap berbagai sumber stres, antara lain biaya, waktu, tenaga serta adanya larangan, perasaan malu dan kontrol.

Tabel 4.2 Nomor-nomor item pada tiap dimensi PSS

Dimensi No.item

Pleasure (favorable) 1,2,4,5,6,7,16,17

Strain (unfavorable) 3,8,9,10,11,12,13,14,15 Keterangan: nomor-nomor ini adalah nomor iem yang telah divalidasi

3. Alat ukur dukungan sosial

Untuk memperoleh data dukungan sosial yang diterima ibu dari anak autistik, maka peneliti menggunakan Skala Dukungan Sosial. Skala ini merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amalia Ismail (2008) dengan judul “Hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri ibu dari anak autis” dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.


(42)

1. Dukungan emosional, maksudnya apakah subjek memperoleh dukungan berupa perhatian, simpati, keprihatinan

2. Dukungan penghargaan, maksudnya apakah subjek memperoleh dukungan berupa ungkapan maupun penilaian yang positif. 3. Dukungan instrumental, maksudnya apakah subjek memperoleh

dukungan berupa materi maupun peralatan.

4. Dukungan informasional, maksudnya apakah subjek memperoleh dukungan berupa nasehat, bimbingan, saran, komentar, maupun pengetahuan berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya. Tabel 4.3 Rancangan Jumlah Item Skala Dukungan Sosial

Jenis-jenis dukungan sosial

Jumlah item

Total

favorable unfavorable

Dukungan emosional

4,10,15 1,7,13,19 7

Dukungan penghargaan

5,11,16 2,8, 5

Dukungan instrumental

6,12,17 3,9,20 6

Dukungan informatif

18 14,21 3

Total 10 11 21

Keterangan: nomor-nomor ini adalah nomor item yang telah divalidasi

4.4.3. Prosedur Pengambilan Data

Rincian mengenai bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Mendatangi lembaga-lembaga yang akan dijadikan tempat penelitian.

b. Meminta izin kepada pihak lembaga untuk kesediannya menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian.

c. Kemudian mencari responden atau sampel penelitian yaitu ibu dari anak autistik yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan peneliti.

d. Menjelaskan kepada responden tujuan penelitian yang akan dilakukan untuk meminta persetujuan responden dan meminta responden membaca


(43)

e. Jika setuju, responden diminta menandatangani informed consent.

f. Menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

g. Apabila responden sudah memahami cara pengisian kuesioner, responden diminta mengisi kuesioner tersebut.

h. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, lalu kuesioner dikumpulkan kepada peneliti langsung.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah kuesioner yang dibagikan kepada partisipan dikumpulkan kembali oleh peneliti, maka dilakukan pengolahan data dan analisis data.

4.5.1. Pengolahan Data

1. Editting

Editting merupakan proses memeriksa kelengkapan jawaban dan kebenaran data dalam kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan oleh partisipan. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera akan dapat dilengkapi.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan coding atau pengkodean, yakni mengubah data berbentuk huruf atau kalimat menjadi data angka dan bilangan. Misalnya jenis kelamin: 1=laki-laki, 2=perempuan. Coding ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

3. Entry Data/Processing data

Data, yakni jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software

komputer yaitu paket program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi bias,

meskipun hanya memasukkan data saja.


(44)

Tahap ini merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang telah di

entry, untuk melihat kemungkinaan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan perbaikan. 4.5.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah sesuai atau tidak dengan tujuan penelitian.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. 2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Teknik analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu dukungan sosial dan variabel terikat yaitu stres pengasuhan pada ibu dari anak penderita autistik. Masing-masing variabel menggunakan skala data ordinal yang termasuk data non parametrik sehingga analisis yang digunakan adalah Korelasi Spearman Rank. Korelasi Spearman Rank sendiri digunakan untuk menghubungkan dua variabel atau digunakan karena skala pada definisi operasionalnya menggunakan ordinal.

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi/ uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah sebaran dari variabel-variabel penelitian sudah mengikuti distribusi kurva normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi skor variabel dengan melihat seberapa jauh terjadi penyimpangan. Adapun untuk mengetahui apakah data sampel tersebut berdistribusi normal atau tidak peneliti menggunakan teknik uji Shaphiro Wilk (n < 50). Uji


(45)

normalitas dilakukan dengan bantuan program Statistical Package For Social Science (SPSS) for windows versi 22, dengan kaidah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal b) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi adalah normal. b. Uji Linieritas Hubungan

Uji Linieritas hubungan ini dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam melakukan uji linieritas hubungan, digunakan teknik statistik Compare Means

dengan bantuan program komputer Statistical Package For Social Sciene (SPSS) for windows versi 22. Kaidah yang digunakan untuk menguji linieritas hubungan adalah jika signifikansi < 0.05 maka hubungannya adalah linier, dan sebaliknya jika signifikansi > 0.05 maka hubungannya tidak linier.

Setelah uji asumsi dilakukan, selanjutnya melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian yang diajukan dengan teknik korelasi

product moment. Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel yaitu dukungan sosial dan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.


(46)

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015 sampai November 2015 di 3 lokasi berbeda yaitu Yakita School, Anak Mandiri Centre, dan SLB Swasta Al-Azhar Medan. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yang berbeda dikarenakan jumlah sampel tidak dapat terpenuhi hanya di satu lokasi saja.

Yakita (Yayasan Anak Kita) didirikan di Medan tahun 2000 oleh Bapak Syahrial Tambunan dan Ibu Rani Tampubolon yang beralamat di Gedung HMC (Hayam Wuruk Medical Centre), Lantai 2, Jalan Hayam Wuruk No.11B, Medan. Yakita adalah suatu yayasan yang bergerak di dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), serta mengedukasikan masyarakat agar lebih dekat dan memahami serta menerima apapun kondisi anak ABK. Visi yayasan ini adalah mewujudkan pendidikan ABK yang humanis, aktif, kreatif, kritis, dan mandiri serta mengedepankan interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan sehat, menyenangkan, demokratis dan mampu memberikan manfaat dan keterampilan yang berguna bagi ABK. Aktivitas dalam pembelajaran di Yakita meliputi terapi, belajar, renang, seni rupa/kerajinan tangan, ekstrakurikuler, dan karya wisata/outing.

Anak Mandiri Centre (AMC) adalah pusat belajar anak berkebutuhan khusus yang didirikan pada tanggal 3 September 2012 oleh Bapak Faisal Raja Batubara dan Ibu Mutia Hermina Nasution karena kepedulian terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan minimnya pusat terapi yang mumpuni berkualitas di Medan. AMC berada di Jalan Setia Budi No.1/190, seberang sekolah Shafiyyatul Amaliyyah. Visi AMC adalah membantu anak menjadi mandiri sesuai dengan potensinya. AMC melayani Anak Berkebutuhan Khusus antara lain Gangguan Autistik, Kesulitan Belajar, Hiperaktif, Down Syndrome, dan Kesulitan Belajar dengan metode terapi berupa Sensori Integrasi (SI),


(48)

Sekolah Luar Biasa (SLB) Al-Azhar didirikan pada tanggal 15 Juli 2007, sebagai wujud amanah Almarhumah Hj. Rachman Nasution dalam melengkapi satuan pendidikan mulai dari PG, TK, SLB sampai Universitas. SLB Al-Azhar berada di Jalan Pintu Air IV No.214 Kuala Berkala, Padang Bulan Medan. SLB Al-Azhar Medan berupaya mendidik dan membimbing anak berkebutuhan khusus dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang mereka miliki, agar mandiri dalam hidupnya. Tujuan dari SLB AL-Azhar Medan melahirkan anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki pengetahuan, keterampilan, teknologi, mandiri dan berbudi pekerti sebagai wujud insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaklaqul karimah dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia, dan lingkungannya. Program pendidikan SLB Al-Azhar terdiri dari jurusan B (Tuna Wicara), Jurusan C (Tuna Grahita), dan Jurusan M

(Autisme).

5.1.2 Dekripsi Karakteristik Demografi

Reponden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu dari anak autistik yang telah memenuhi kriteri inklusi dan ekslusi. Jumlah responden dalam penelitian ini pada awalnya adalah 42 orang, namun 3 orang harus dieklusikan. Akhirnya diperoleh 39 orang yang memenuhi kriteria inklusi serta setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini untuk dilakukan penelitian dan analisis selanjutnya. Responden tersebut yaitu, 19 orang dari Yakita, 15 orang dari Yayasan Anak Mandiri, dan 5 orang dari SLB Al-Azhar.


(49)

5.1.2.1 Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik ibu dari anak autistik dalam penelitian ini yaitu: Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Usia Ibu Dewasa Awal (26-35 tahun) 15 38,5%

Dewasa Akhir (36-45 tahun) 21 53,8%

Lansia Awal (46-55 tahun) 3 7,7%

Pendidikan SMA 10 25,6%

Diploma 2 5,1%

Sarjana 27 69,2%

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 18 46,2%

Wiraswasta 2 5,1%

Pegawai negeri/swasta 15 38,5%

Profesional 4 10,3%

Pendapatan 1 juta - 5 juta 8 20,5%

5juta - 10 juta 18 46,2%

> 10 juta 13 33,3%

Suku Batak 14 35,9%

Jawa 12 30,8%

Aceh 2 5,1%

Minangkabau 2 5,1%

Melayu 4 10,3%

Tionghoa 5 12,8%


(50)

sebanyak 21 orang (53,8%), pendidikan terakhir paling banyak adalah Sarjana sebanyak 27 orang (69,2%), pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (46,2%), pendapatan keluarga per bulan terbanyak yaitu 5 juta - 10 juta sebanyak 18 orang (46,2%), dan suku yang paling banyak adalah suku

Batak dengan jumlah 14 orang (35,9%).

5.1.2.2 Gambaran Karakteristik Anak Autistik

Karakteristik anak autistik dalam penelitian ini yaitu: Tabel 5.2 Karakteristik Anak Autistik

Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%)

Usia Anak Balita (3-5 tahun) 14 35,9%

Kanak-kanak (6-11 tahun) 19 48,7%

Remaja Awal (12-16 tahun) 3 7,7%

Remaja Akhir (17-21 tahun) 3 7,7%

Jenis Kelamin Laki-Laki 33 84,6%

Perempuan 6 15,4%

Usia

Didiagnosis

2 tahun 17 84,6%

3 tahun 16 41,0%

4 tahun 6 15,4%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa karakteristik anak berdasarkan usia paling banyak yaitu anak dalam masa kanak-kanak yaitu berumur 6-11 tahun sebanyak 19 orang (48,7%), jenis kelamin didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (84,6%), dan anak autistik pada penelitian ini mayoritas didiagnosis dengan gangguan autistik pada umur 2 dan 3 tahun yaitu sebanyak 17 orang (43,6%) dan 16 orang (41,0%).


(51)

5.1.3 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data terdiri dari uraian mengenai gambaran stres pengasuhan dan dukungan sosial, serta hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan.

5.1.3.1 Kategorisasi dan Gambaran Stres Pengasuhan dan Dukungan Sosial Tabel 5.3 Kategorisasi dan Gambaran Stres Pengasuhan dan Dukungan

Sosial

Variabel Kategori Rentang Skor

Frekuensi (n)

Persentase(%)

Stres Pengasuhan

Tinggi < 34 0 0%

Sedang 34 - 51 10 25,6%

Rendah > 51 29 74,4%

Dukungan Sosial

Tinggi > 63 14 64,1%

Sedang 42 - 63 25 35,9%

Rendah < 42 0 0%

Berdasarkan gambaran stres pengasuhan, diketahui bahwa dari 39 responden, 29 orang (74,4%) diantaranya memiliki stres pengasuhan yang rendah, 10 orang (25,6%) memiliki stres pengasuhan yang sedang, dan tidak ada yang memiliki stres pengasuhan tinggi.

Berdasarkan gambaran dukungan sosial, diketahui bahwa dari 39 responden, 14 orang (64,1%) memiliki skor dukungan sosial tinggi, 25 orang (35,9%) memiliki skor dukungan sosial sedang, dan tidak ada responden yang memiliki skor dukungan sosial yang rendah.


(52)

5.1.3.2 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan

Untuk menilai hubungan dukungan sosial dengan stres pengasuhan, maka telebih dahulu memenuhi syarat uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Berikut adalah hasil analisa uji asumsi dan uji hipotesa yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan.

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan

Signifikansi (p) Uji Asumsi

Uji Normalitas

Dukungan Sosial 0,007

Stres Pengasuhan 0,439

Uji Linieritas 0,035 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan 0,0001

Berdasarkan uji normalitas, variabel dukungan sosial diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,007 < 0,05, berarti variabel berdistribusi tidak normal. Pada variabel stres pengasuhan nilai signifikansi sebesar 0,439 > 0,05, berarti vaiabel berdistribusi normal.

Berdasarkan uji linieritas, dapat dijelaskan hubungan antara dukungan sosial terhadap stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,035 < 0,05 berarti hubungan antarvariabel linier. Pada uji ini juga didapatkan nilai R-Square = 0,460.

Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh nilai korelasi dukungan sosial dengan stres pengasuhan berada dalam taraf signifikansi (p) = 0.0001 < 0.001. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Dari hasil statistik juga didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.634 menunjukkan kekuatan korelasi yang kuat.


(53)

5.2. Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi

Proporsi usia ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah ibu dewasa akhir dengan rentang usia 36-45 tahun yaitu 53,8%. Sedangkan proporsi terendah yaitu ibu dalam masa lansia awal dengan rentang usia 46-55 tahun yaitu 7,7%. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zahrokh (2014) di Surakarta, dimana proporsi usia ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah usia dengan rentang 36-40 tahun sebesar 59,4%.

Proporsi pendidikan terakhir pada ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah sarjana yaitu 69,2% sedangkan proporsi terendah yaitu diploma sebesar 5,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sartika terhadap anak autistik di Medan (2009) dimana proporsi tertinggi pada pendidikan orang tua dari anak penderita autistik adalah Sarjana yaitu 72,4%. Terlihat bahwa kebanyakan anak-anak autistik terlahir dari orang tua dengan tingkat pendidikan yang baik.

Proporsi pekerjaan pada ibu dari anak autistik yang paling tertinggi yaitu Ibu Rumah Tangga sebesar 46,2% dan proporsi terendah yaitu wiraswasta sebesar 5,1%. Ibu dari anak autistik cenderung menerima peran dalam pengasuhan anak saat ayah harus bekerja. Ibu melaporkan bahwa merawat anak dengan gangguan autistik memerlukan tanggung jawab penuh. Hal ini dikarenakan anak autistik cenderung tidak mampu bersosialisasi dan memiliki masalah tingkah laku sehingga dibutuhkan tenaga dan waktu yang besar untuk mengawasi mereka untuk mengendalikan maslah anak tersebut. Akibatnya, ibu harus menyesuaikan jadwal kerja mereka. Beberapa ibu percaya bahwa mereka tidak dapat bekerja lagi, dan yang lainnya percaya mereka dapat melanjutkan bekerja tetapi hanya jika pekerjaan itu memberikan mereka jadwal yang lebih fleksibel. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ibu dari anak autistik mengalami pembatasan karir karena tidak memiliki jam kerja yang sesuai sehingga terpaksa meninggalkan pekerjaan mereka untuk merawat anak mereka, yang kemudian akan menimbulkan lebih banyak masalah keuangan karena ibu tidak bekerja (Montes &Halterman, 2008., Jorgensen, dkk, 2010 dalam Tay,


(54)

Proporsi pendapatan keluarga per bulan pada ibu dari anak autistik yang paling tinggi adalah 5 juta-10 juta sebesar 46,2% sedangkan proporsi terendah yaitu 1 juta-5 juta sebesar 20,5%. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ibu sebagian besar berasal dari keluarga dengan kondisi finansial yang baik. Menurut peneliti hal ini disebabkan penelitian ini dilakukan di tempat terapi autis. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, biaya sekolah di tempat terapi autis terbilang cukup mahal. Mahalnya terapi autis inilah yang menyebabkan hanya anak dari keluarga dengan kondisi finansial baik yang mampu mengikuti terapi ini. Ini dibenarkan oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa membesarkan anak dengan gangguan autistik adalah tiga kali lebih mahal dibanding membesarkan anak dengan perkembangan normal karena orang tua harus mengeluarkan uang untuk terapi (Sawyer, dkk, 2009., Ludlow, dkk., 2011., Sharpe & Barke, 2007., Jorgensen, dkk, 2010 dalam Tay, 2013).

Proporsi suku terbanyak pada ibu dari anak autistik adalah suku Batak sebesar 35,9% dan suku Jawa sebesar 30,8% sedangkan proporsi terendah adalah suku Aceh dan Minangkabau dengan proporsi yang sama yaitu 5,1%. Menurut peneliti hal ini dikarenakan lokasi penelitian berada dalam wilayah Sumatera Utara dimana mayoritas suku nya adalah suku Batak (gosumatra.com). Banyaknya penduduk suku Jawa di Medan dikarenakan adanya program transmigrasi dari pulau Jawa ke Medan dalam rangka pemerataan penduduk (ceritamedan.com). Belum ada penelitian sebelumnya yang menilai pengaruh suku terhadap kejadian autistik. Hasilnya akan beragam sesuai tempat dan lokasi penelitian.

Proporsi usia pada anak autistik yang paling besar adalah pada kelompok kanak-kanak (6-11 tahun) sebesar 48,7% sedangkan proporsi terkecil yaitu pada kelompok remaja awal (12-16 tahun) dan remaja akhir (17-21 tahun) dengan proporsi yang sama sebesar 7,7%. Hal ini bertentangan dengan penelitian Sartika (2009) di Medan, dimana proporsi anak autistik yang paling tinggi adalah kelompok usia 2-5 tahun sebesar 34,2%. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan bahwa kegiatan terapi yang dijalani anak autistik umumnya tidak memikat dan memaksa sehingga banyak anak autistik yang menghentikan


(55)

kegiatan terapinya dan berganti tempat terapi dengan berbagai alasan. Sehingga proporsi umur tidak merata.

Proporsi jenis kelamin anak yang paling tinggi adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 84,6% sedangkan perempuan hanya sebesar 15,4%. Hal ini sesuai dengan penelitian Tarabek (2011) dimana proporsi jenis kelamin terbesar adalah laki-laki sebesar 83,6%. Hal ini menguatkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2014 yang menyatakan bahwa anak laki-laki 5 kali lebih mungkin didiagnosis autistik dibanding anak perempuan. Hal ini juga sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada penelitian Zahrokh, 2014 ; Sartika, 2009 ; Hall, 2008 ; Wang, dkk, 2013 ; Schieve dkk, 2007.

Proporsi terbesar usia saat anak pertama kali didiagnosis autistik yaitu pada usia 2 tahun sebesar 43,6% dan 3 tahun sebesar 41,0% sedangkan proporsi terkecil yaitu pada usia 4 tahun sebesar 15,4%. Hal ini konsisten dengan teori gangguan autistik menurut Kaplan dimana gejala-gejala gangguan autistik baru ditemukan sebelum usia 3 tahun (Kaplan, 2010). Dari data yang didapat peneliti, Saat anak menunjukkan gejala-gejala autistik, ibu langsung memeriksakannya ke dokter anak maupun ke psikolog.

5.2.2 Stres Pengasuhan

Tantangan dalam membesarkan anak dengan gangguan autistik telah dilaporkan dalam beberapa dekade terakhir. Orang tua dari anak dengan gangguan autistik dilaporkan memiliki tingkat stres tinggi dibandingkan dengan orang tua dari anak dengan perkembangan normal (Davis, 2008). Penelitian menyebutkan bahwa menjadi orang tua dari anak dengan gangguan autistik menunjukkan proses yang dinamik dan kompleks. Hal ini disebabkan ada banyak faktor (psikososial, sosial, pendidikan, keuangan, dan kekhawatiran akan masa depan) yang menyebabkan stres pada orang tua yang memiliki anak autistik). Lebih jauh lagi disimpulkan bahwa kekhawatiran akan masa depan anak adalah faktor yang membuat orang tua menjadi lebih stres. Orang tua berpikir bahwa mereka harus


(56)

saat membayangkan hidup anak mereka tanpa mereka. Hal ini menjadi sumber stres untuk mereka bahwa siapa yang akan merawat anak mereka setelah mereka meninggal (Hassan & Inam, 2013).

Stres pengasuhan pada ibu berhubungan dengan kesulitan anak dalam kemampuan pengaturan diri (Wang, dkk, 2013). Permasalahan ini mempengaruhi beberapa area, termasuk pengaturan emosi dan irama sirkadian. Penelitian menunjukkan bahwa menurut orang tua, anak dengan gangguan autistik memperlihatkan emosi yang lebih negatif daripada anak dengan cacat mental dan anak dengan perkembangan normal (Capps, dkk, 1993 dalam Pisula, 2011). Tomanik dkk (2004) melaporkan bahwa ibu dari anak autistik mengalami stres yang lebih hebat ketika anak mereka mudah marah, suka menyendiri, hiperaktif/tidak bisa diam, tidak dapat mengurus diri sendiri, dan tidak dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Pada penelitian Konstantareas dan Papageorgiou (2006) faktor yang paling mempengaruhi stres pada ibu adalah temperamen anak, terbatasnya kegiatan anak, kurangnya fleksibilitas, dan suasana hati yang buruk. Salah satu sumber masalah yang dialami orang tua adalah gangguan irama sirkadian anak. Sejumlah anak dengan gangguan autistik memiliki masalah tidur, seperti waktu tidur yang terlalu singkat, sulitnya untuk tertidur, terbangun berulang-ulang di waktu malam, susahnya beranjak turun dari tempat tidur di pagi hari, dan mengantuk sepanjang hari (Goodlin-Jones,dkk, 2008).

Dalam penelitian ini, responden memiliki proporsi stres pengasuhan yang rendah (74%) dan sedang (25,6%) dan tidak ada yang memiliki stres pengasuhan yang tinggi. Hal ini bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dimana stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik cenderung tinggi (Davis, 2008., Wang, dkk, 2013., Hassan & Inam, 2013., Schieve, dkk, 2006., Sabih & Sajid, 2006). Stres pengasuhan yang rendah ini menunjukkan bahwa sebagian responden mampu mengatasi situasi stres yang dialaminya dengan baik. Gill dan Haris (1991) dalam Boyd (2002) menyatakan bahwa kepribadian yang kuat (tetap sehat secara fisik dan emosional) dan dukungan sosial adalah faktor dalam menentukan kemampuan untuk tetap sehat secara emosional menghadapi stres dalam


(57)

pengasuhan anak. Menurut Marslow (1994) dalam Rahwawati, dkk (2013) mengatakan penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, dapat menerima keadaan diri dan segala kelebihan dan kekurangan. Sikap positif ini akan membuat ibu dari anak autistik merasa percaya diri sehingga tidak merasa malu dan bersalah memiliki anak yang berbeda dengan anak yang terlahir normal.

5.2.3 Dukungan Sosial

Secara teori dukungan sosial diartikan sebagai bantuan emosional, psikososial, informasi, ataupun material yang diberikan kepada orang-orang untuk memelihara kesehatan atau meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai peristiwa hidup. Dukungan sosial selanjutnya dibagi dalam dua kategori yaitu: dukungan formal dan informal. Pasangan dari individu, anak, keluarga jauh, teman, maupun tetangga merupakan sumber dari dukungan informal. Sedangkan dukungan formal berupa dukungan yang berasal dari layanan profesional, kegiatan rutin, dan agensi (Shaffer, 2012). Dukungan sosial menurut House (Smet, 1994) mencakup 4 aspek: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dengan bantuan empat aspek yang diperoleh dari orang lain, seseorang dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Dukungan seperti informasi, uang, tenaga, penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang diperlukan oleh para orang tua dari anak autistik.

Dalam penelitian ini, responden memiliki skor dukungan sosial yang tinggi (64,1%) dan sedang (35,9%) serta tidak ada responden yang memiliki dukungan sosial yang rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat dukungan sosial berada pada kategori tinggi. Dalam penelitian ini, ibu dari anak autistik berstatus menikah dan bukan single parent sehingga dukungan sosial yang tinggi kemungkinan disebabkan karena ibu yang memiliki anak autistik merasakan dukungan terbesar berasal dari suami. Hal ini sesuai dengan penelitian Tarastin & Haniman (2013) terhadap ibu dari anak autistik di Surabaya, yang menyatakan bahwa suami adalah sumber utama dukungan sosial bagi ibu. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati terhadap


(58)

dukungan sosial yang diperoleh ibu berada pada kategori tinggi, yang berasal dari suami dan guru atau terapis di SLB. Konseling dari pihak sekolah kepada ibu dari anak autistik dipercaya dapat membantu ibu untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan perilaku anak dan cara menangani anak autistik.

5.2.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan Pada Ibu dari Anak Autistik

Stres dan depresi adalah dua faktor utama yang menyebabkan ibu dari anak autistik untuk mencari dukungan sosial. Akibat dari beberapa stres yang dialami, ibu pertama sekali mencari dukungan sosial dari keluarganya (khususnya, pasangan mereka). Pada umumnya, dukungan informal lebih efektif mengurangi stres pada ibu daripada dukungan formal. Sumber paling penting pada dukungan formal untuk ibu yaitu menjadi bagian dari kelompok dukungan orang tua (parent support group), dimana mereka bebas untuk menyampaikan kekhawatiran mereka membesarkan anak autistik (Krauss dkk, 1993 dalam Boyd, 2002). engan memiliki sumber dukungan ini, orang tua akan memiliki kesempatan untuk mengungkapkan kecemasan mereka mengenai gangguan autistik, proses diagnostik, dan pengobatan yang tersedia. Oleh sebab itu, dukungan-dukungan ini membantu orang tua dalam mengatasi dan menyesuaikan diri dengan anak autistik mereka (Ahman & Dokken, 2009., Davis & Carter, 2008 dalam Serrata, 2012).

Dukungan sosial dalam beberapa teori telah diketahui bermanfaat dalam pengasuhan. Ahli teori berasumsi bahwa dukungan sosial secara aktif mempengaruhi tingkah laku, sikap, nilai, dan harapan orang tua. Secara lebih luas dipercaya bahwa dukungan sosial yang cukup dapat mengurangi intensitas stres pengasuhan pada orang tua, dan jika kurang, maka dapat meningkatkan stres. Dukungan sosial berfungsi menyanggah (buffer) efek negatif dari stres dan dampak terhadap peristiwa stres adalah dengan menurunkan tuntutan pengasuhan pada anak. Dukungan sosial mungkin mengubah persepsi orang tua terhadap karakteristik anak mereka dan meningkatkan hubungan orang tua dan anak. Dukungan sosial dapat juga berfungsi sebagai sumber informasi, bantuan finansial, atau menyebarkan pesan penguatan diri. Hal ini dapat meningkatkan


(59)

kesejahteraan, ketahanan, dan keterampilan pada orang tua. Sikap positif pada orang tua dapat dipertahankan walaupun dengan stresor yang berlangsung terus menerus, bahkan ketika stresor tersebut adalah tingkah laku anak mereka yang bermasalah. Kesimpulannya adalah dukungan sosial dapat mengurangi tekanan subjektif dari keluarga, dan juga mendorong pribadi lebih positif, keluarga, dan anak menjadi lebih aktif. Dukungan sosial memungkinkan orang tua untuk membiasakan diri hidup normal meskipun membesarkan anak cacat (Shaffer, 2012).

Setelah melalui analisis pengolahan data diperoleh hasil bahwa nilai korelasi dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak autistik adalah sebesar 0,634 dengan p= 0,0001 < 0,001. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Maka hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima yaitu adanya hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik. Nilai R-Square pada penelitian ini sebesar 0,460 jadi nilai koefisien determinasi (KD) 46%. Hal ini menunjukkan variabel X yaitu dukungan sosial mempengaruhi variabel Y yaitu stres pengasuhan yaitu sebesar 46% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.

Penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Hadadian (1994) dalam Boyd (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan. Artinya, ketika dukungan nyata dari keluarga dan teman berkurang maka tingkat stres akan meningkat. Pada penelitiannya didapatkan bahwa ibu yang menerima dukungan dari pasangannya terlihat lebih baik secara emosional terhadap anaknya. Penelitian yang dilakukan Dunst, dkk (1986) dalam Boyd (2002) menemukan bahwa kepuasan orang tua terhadap dukungan sosial berhubungan dengan kepribadian yang lebih baik, sikap yang lebih positif terhadap anak, hubungan positif antara anak dan orang tua, dan skor tinggi pada tes perkembangan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Suraiya & Astuti (2008) di Yogyakarta, menemukan dukungan sosial untuk beberapa responden dapat membantu, tetapi


(60)

mengurangi perasaan stres secara tidak langsung dan tergantung lingkungan atau individu mana yang memberikan dukungan sosial.

5.2.5 Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini hanya melihat stres pengasuhan pada ibu. Orang lain yang biasa mengasuh anak autistik seharusnya juga perlu dinilai stres yang dialaminya seperti ayah, nenek atau kakek, saudara, pengasuh, dan guru terapis anak.

2. Penelitian ini tidak menilai sumber dukungan sosial yang paling mempengaruhi stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.

3. Penelitian ini tidak menilai keparahan gejala autistik pada anak yang dilaporkan dapat meningkatkan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik

4. Responden banyak yang tidak bersedia mengisi kuesioner dengan alasan malas untuk membacanya, menganggap peneliti hanya menyita waktu dan menghambat waktu reponden saat melakukan aktivitas, maupun responden tidak ingin orang lain tahu bahwa dia memiliki anak autistik.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada responden dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Responden pada penelitian ini paling banyak berusia 36-45 tahun (53,8%), pendidikan terakhir sarjana (69,2%), berprofesi sebagai ibu rumah tangga (46,2%), berasal dari keluarga dengan penghasilan keluarga per bulan 5 juta -10 juta (46,2%), mayoritas suku Batak (35,9%). Sedangkan anak autistik dalam penelitian ini paling banyak berusia 6-11 tahun (48,7%), mayoritas berjenis kelamin laki-laki (84,6%) dan sebagian besar anak didiagnosis autistik pada umur 2 tahun (43,6%)

2. Responden penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki dukungan sosial yang tinggi (64,1%)

3. Responden penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki stres yang rendah (74,4%)

4. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik (r=0.634 ; p=0,0001)

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Ibu Dari Anak Autistik

1. Untuk ibu dengan dukungan sosial dan tingkat stres dalam kategori sedang, diharapkan dapat menerima kondisi anak dan dapat membuka diri untuk menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengurangi ataupun menghindari stres pengasuhan yang dialami. 2. Ibu sebaiknya lebih sering mengikuti kegiatan atau perkumpulan dari

orang tua yang mempunyai anak autistik, sehingga selain ibu mendapatkan ilmu dan informasi mengenai gangguan autistik, ibu juga dapat berbagi cerita dan saran dengan orang tua dari anak autistik lainnya sehingga dapat


(62)

6.2.2 Untuk Pihak Keluarga dan Teman

Diharapkan dapat memberikan dukungan sosial untuk mengurangi stres pada ibu yang memiliki anak autistik dengan cara bersikap lebih empati dan peduli, memberikan dorongan untuk maju, memberikan masukan kepada individu, menolong individu saat membutuhkan bantuan, dan melakukan kegiatan bersama.

6.2.3 Untuk Pihak Yayasan Terapi dan SLB

Diharapkan pihak yayasan terapi ataupun pihak sekolah SLB untuk dapat bekerjasama dengan ibu dari anak autistik dalam perkembangan anaknya dengan memberikan informasi dan masukan mengenai gangguan autististik sehingga ibu dapat menerima keadaan anaknya.

6.2.4 Untuk Masyarakat

Diharapkan meningkatkan sosialisasi mengenai gejala autistik baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga masyarakat dapat mendeteksi gejala autistik yang terjadi pada anak lebih awal sehingga anak dapat ditangani lebih baik. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai gangguan autistik sehingga dapat mengurangi pandangan buruk terhadap ibu dan diharapkan masyarakat dapat memberikan dukungan kepada ibu.

6.2.5 Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya menilai sumber dukungan sosial yang paling mempengaruhi stres pengasuhan pada ibu dan juga menilai keparahan gejala autistik pada anak yang dapat mempengaruhi stres pengasuhan pada ibu dari anak autistik.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2.Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres ... 6

2.1.1. Definisi Stres ... 6

2.1.2. Tahap-Tahap Stres... 7

2.1.3. Sumber Stres ... 8

2.2. Stres Pengasuhan ... 9

2.3.1. Pengertian Stres Pengasuhan... 9

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Stres Pengasuhan... 10


(2)

2.4.2. Sumber Dukungan Sosial ... 12

2.4.3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial ... 12

2.4. Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres ... 14

2.5. Gangguan Autistik ... 15

2.6.1. Pengertian Gangguan Autistik... 15

2.6.2. Kriteria Diagnostik Gangguan Autistik... 16

2.6.3. Gejala Klinis ... 17

2.6.3. Etiologi ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 23

3.2. Variabel Penelitian... 23

3.3. Definisi Operasional…... 24

3.4. Hipotesis ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian ... 25

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 25

4.2.2. Waktu Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.3.1. Populasi Penelitian ... 25

4.3.2. Sampel Penelitian ... 25

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4.4.1. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.4.2. Alat Pengumpulan Data... 28

4.4.3. Prosedur Pengambilan Data... 30


(3)

BAB 5 HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian... 34

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 34

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Demografi Responden... 35

5.1.2.1 Gambaran Karakteristik Responden... 36

5.1.2.2 Gambaran Karakteristik Anak Responden... 37

5.1.3 Hasil Analisis Data... 38

5.1.3.1 Kategorisasi dan Gambaran Stres Pengasuhan dan Dukungan Sosial... 38

5.1.3.2 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan 39 5.2 Pembahasan... 40

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi... 40

5.2.2 Stres Pengasuhan... . 42

5.2.3 Dukungan Sosial... 44

5.2.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan.. 45

5.2.5 Keterbatasan Penelitian... 47

BAB 6 KESIMPULAN & SARAN 6.1 Kesimpulan... 48

6.2 Saran... 48

6.2.1 Untuk Ibu dari Anak Autistik... 48

6.2.2 Untuk Pihak Keluarga & Teman... 49

6.2.3 Untuk Pihak Yayasan Terapi dan SLB... 49

6.2.4 Untuk Masyarakat... 49

6.2.5 Untuk Peneliti Selanjutnya... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Autistik ... 16

Tabel 2.2 Area otak yang kemungkinan terlibat pada Gangguan Autistik . 20 Tabel 2.3 Neurokimiawi pada Gangguan Autistik ... 21

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 24

Tabel 4.1 Bobot Nilai Skala ... 28

Tabel 4.2 Nomor-nomor item pada tiap dimensi PSS... 29

Tabel 4.3 Rancangan Jumlah Item Skala Dukungan Sosial ... 30

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 36

Tabel 5.2 Karakteristik Anak Autistik ... 37

Tabel 5.3 Karakteristik dan Gambaran Stres Pengasuhan dan Dukungan Sosial ... 38


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The General Adaptation Syndrome (GAS) ... 8 Gambar 3.1 Kerangka Konsep. ... 23


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lembar Persetujuan Subjek (Informed Consent) Kuesioner Demografi

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Lembar Pernyataan Tingkat Stres Ibu dalam Pengasuhan Lembar Pernyataan Dukungan Sosial

Ethical Clearance

Surat Izin Penelitian Data Induk