HUBUNGAN INFESTASI PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN X TELUK BETUNG UTARA, BANDAR LAMPUNG

ABSTRACT
CORRELATIONS OF PEDICULOSIS CAPITIS INFESTATION TO
STUDENT ACADEMIC ACHIEVEMENT IN X ISLAMIC
BOARDING SCHOOL NORTH TELUK BETUNG,
BANDAR LAMPUNG

BY

DESTIKA SARI

Background: Pediculosis capitis is a scalp disease, commonly attack school-age
children who live in the dorm because of many contributing infestations factors,
negative effect from this disease is anemia, negative social stigma, lack quality of
sleep andproblem in the concentration of learning which will influence academic
achievement children.
Objective: To determine the correlations of pediculosis capitis infestation with
learning achievement at X Islamic Boarding School North Teluk Betung, Bandar
Lampung
Methods: This study is an observational analytic with cross-sectional, samples
used is 60 people, used primary data form of history taking, examination and
concentration level test, secondary data which is from mid semesters examination

data.
Results: The results of this study is there are 46.7% who have a strong learning
concentration, 53.3% had a weak learning concentration. Then from there are 35%
with poor learning outcomes and 65% are good learning outcomes. In the analysis
chi square correlations of pediculosis capitis infestation with the concentration of
learning obtained p value of 1,025, and the analysis of the concentration level
relations pediculosis capitis infested students with learning achievements obtained
p values of 1,001
Conclusion: The statistical analysis showe that is no correlation between
pediculosis capitis infestation with academic students achievement at X Islamic
Boarding School, North Teluk Betung, Bandar Lampung

Keywords: Academic students achievement, concentration level, pediculosis
capitis

ABSTRAK
HUBUNGAN INFESTASI PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN X TELUK BETUNG
UTARA, BANDAR LAMPUNG


OLEH

DESTIKA SARI

Latar Belakang : Pedikulosis kapitis merupakan penyakit kulit kepala yang
banyak menyerang anak usia sekolah yang tinggal di asrama karena banyaknya
faktor pendukung infestasi, beberapa dampak negatif dari penyakit ini adalah
Anemia, stigma sosial yang negatif, kurangnya kualitas tidur, dan gangguan
konsentrasi belajar hingga dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan infestasi pedikulosis kapitis dengan
prestasi belajar pada santri Pondok Pesantren X Teluk Betung Utara, Bandar
Lampung
Metode : penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan crosssectional, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang, data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa anamnesis, pemeriksaan
untuk menegakakkan diagnosis, pengisian soal tes tingkat konsentrasi santri serta
data sekunder berupa salinan nilai mid semester.
Hasil : Hasil penelitian ini adalah sebanyak 46,7% yang memiliki konsentrasi
belajar yang kuat sedangkan 53,3% memiliki konsentrasi belajar yang lemah. Lalu
dari sebanyak 35% dengan hasil belajar yang kurang baik dan 65% hasil belajar
yang baik. Pada analisis chi square hubungan infestasi pedikulosis kapitis dengan

konsentrasi belajar didapatkan nilai p =1,025, dan pada analisis Hubungan tingkat
konsentrasi santri yang terinfestasi pedikulosis kapitis dengan prestasi belajar
didapatkan nilai p = 1,001
Simpulan : Analisis statistik menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan
antara infestasi pedikulosis kapitis terhadap prestasi belajar santri Pondok
Pesantren X, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung.

Kata kunci : Konsentrasi belajar, pedikulosis kapitis, prestasi belajar,

HUBUNGAN INFESTASI PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN X TELUK BETUNG
UTARA, BANDAR LAMPUNG

Oleh
DESTIKA SARI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS LAMPUNG
2017


HUBUNGAN INFESTASI PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN X TELUK BETUNG
UTARA, BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh
DESTIKA SARI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN

PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

ABSTRACT
CORRELATIONS OF PEDICULOSIS CAPITIS INFESTATION TO

STUDENT ACADEMIC ACHIEVEMENT IN X ISLAMIC
BOARDING SCHOOL NORTH TELUK BETUNG,
BANDAR LAMPUNG

BY

DESTIKA SARI

Background: Pediculosis capitis is a scalp disease, commonly attack school-age
children who live in the dorm because of many contributing infestations factors,
negative effect from this disease is anemia, negative social stigma, lack quality of
sleep andproblem in the concentration of learning which will influence academic
achievement children.
Objective: To determine the correlations of pediculosis capitis infestation with
learning achievement at X Islamic Boarding School North Teluk Betung, Bandar
Lampung
Methods: This study is an observational analytic with cross-sectional, samples
used is 60 people, used primary data form of history taking, examination and
concentration level test, secondary data which is from mid semesters examination
data.

Results: The results of this study is there are 46.7% who have a strong learning
concentration, 53.3% had a weak learning concentration. Then from there are 35%
with poor learning outcomes and 65% are good learning outcomes. In the analysis
chi square correlations of pediculosis capitis infestation with the concentration of
learning obtained p value of 1,025, and the analysis of the concentration level
relations pediculosis capitis infested students with learning achievements obtained
p values of 1,001
Conclusion: The statistical analysis showe that is no correlation between
pediculosis capitis infestation with academic students achievement at X Islamic
Boarding School, North Teluk Betung, Bandar Lampung

Keywords: Academic students achievement, concentration level, pediculosis
capitis

ABSTRAK
HUBUNGAN INFESTASI PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN X TELUK BETUNG
UTARA, BANDAR LAMPUNG

OLEH


DESTIKA SARI

Latar Belakang : Pedikulosis kapitis merupakan penyakit kulit kepala yang
banyak menyerang anak usia sekolah yang tinggal di asrama karena banyaknya
faktor pendukung infestasi, beberapa dampak negatif dari penyakit ini adalah
Anemia, stigma sosial yang negatif, kurangnya kualitas tidur, dan gangguan
konsentrasi belajar hingga dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan infestasi pedikulosis kapitis dengan
prestasi belajar pada santri Pondok Pesantren X Teluk Betung Utara, Bandar
Lampung
Metode : penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan crosssectional, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang, data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa anamnesis, pemeriksaan
untuk menegakakkan diagnosis, pengisian soal tes tingkat konsentrasi santri serta
data sekunder berupa salinan nilai mid semester.
Hasil : Hasil penelitian ini adalah sebanyak 46,7% yang memiliki konsentrasi
belajar yang kuat sedangkan 53,3% memiliki konsentrasi belajar yang lemah. Lalu
dari sebanyak 35% dengan hasil belajar yang kurang baik dan 65% hasil belajar
yang baik. Pada analisis chi square hubungan infestasi pedikulosis kapitis dengan
konsentrasi belajar didapatkan nilai p =1,025, dan pada analisis Hubungan tingkat

konsentrasi santri yang terinfestasi pedikulosis kapitis dengan prestasi belajar
didapatkan nilai p = 1,001
Simpulan : Analisis statistik menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan
antara infestasi pedikulosis kapitis terhadap prestasi belajar santri Pondok
Pesantren X, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung.

Kata kunci : Konsentrasi belajar, pedikulosis kapitis, prestasi belajar,

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi
1. Nama
2. Tempat, Tanggal Lahir
3. Nama Orang tua
Ayah
Ibu
3. Agama
4. Alamat

5. Nomor Telepon

II. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2001-2007
2. Tahun 2007-2010
3. Tahun 2010-2013
III. Riwayat Organisasi
1. Tahun 2008 – 2009
2. Tahun 2011 – 2012
3. Tahun 2013-2015
4. Tahun 2013-2016
5. Tahun 2014-2015

6. Tahun 2015-2016

: Destika Sari
: Peranap Riau, 23 Desember 1995
: Syahril
: Kasiah
: Islam
: Jl. Sultan Jamil, Kossan Putri Laila, Kelurahan
Gedong Meneng, Kecamatan Raja Basa, Bandar

Lampung, Lampung.
: 085377078996

: SD Negeri 010 Semelinang Darat
: Mts Miftahul Jannah YPI Peranap
: MA Miftahul Jannah Peranap

: Ketua OSIS Mts Miftahul Jannah YPI Peranap
: Bendahara OSIS MA Miftahul Jannah Peranap
: Anggota divisi Kaderisasi FSI Ibnu Sina FK
UNILA
: Anggota tetap PMPATD PAKIS Rescue Team
: Anggota Staff Informasi dan Komunikasi
PTBMMKI (Perhimpunan Tim Bantuan Medis
Mahasiswa Kedokteran Indonesia)
: Ketua Staff Informasi dan Komunikasi
PTBMMKI (Perhimpunan Tim Bantuan Medis
Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Artinya: “Wahai Dzat yang

membolak-balikkan hati, teguhkanlah
hati ku di atas agama-Mu.”

[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat
Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]

SANWACANA

Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun
sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan
terima
kasih
yang
sebesar-besarnya
kepada
Dr.dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp. PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung,
dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.kes selaku dosen
pembimbing satu
dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc selaku dosen pembimbing
dua, dr. Betta Kurniawan, S.Ked., M. Kes selaku dosen penguji
dr. Ade Yonata, S.Ked., Sp.Pd selaku dosen pembimbing akademik beserta
Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung atas bimbingan selama proses belajar dan penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
Lalu kepada Keluarga kecil ananda, khususnya kedua orang tua, ayahanda
Syahril dan ibunda Kasiah, serta adik penulis, Meiriska Syahputri dan Muhammad
Ibnu Ramadhani ini adalah hadiah kecil atas doa dan usaha yang telah dihaturkan,
atas segala jerih payah dan kantuk ayah bunda saat mendoakan ananda dalam
sholat malamnya.
Kepada sahabat penulis yang selalu membantu dikala sulit, mengingatkan
dikala khilaf Azrie Izzatul Jannah, selalu bersama dikala suka dan duka dan
kepada sahabat – sahabat Lingkaran Surga Simas, Laras, Eka, Desi, dan Oci. Juga
teruntuk Dita Ayu, Fijay, Indah iswara, varera, Sindah, Ulima, yang selalu
mengingatkan dan memberi semangat

Kepada keluarga besar di kampung halaman. Keluarga besar ayah, alm kakek
dan alm datuk, Mak uo yus dan pak uo Jamil, pak dan mak Ocik, tuk Ingah, om
dan ante Tatik dan lainnya, kepada Kak Era, Bang Eri, Bang Dedi, Bang Septa,
Bang Robby, dan abang kakak sepupu dari keluarga ayah lainya. Kepada
Keluarga besar ibu terkhusus keluarga Sp Koto Medan, pak Dan Mak Uo Sabar,
Moman Dan Alm Amai, Alm Mak Ngah, Mak Andak, Mak Udo, Etek, Usu, Kak
Ipit, Bang Dolai, Bang Rajiz, abang dan kakak sepupu dari keluarga ibu lainnya.
Serta kepada Pak uo Isman dan Mak uo Ita. Terimakasih atas segala dukungan
dan doa yang selalu diberikan untuk ananda.
Kepada keluarga angkat di Lampung Pak de Bandi, Buk de Sulis, Mbak Lely,
Mas Boy, Om dan tante beserta keluarga serta Kak Iyen, Bang Yopi dan Mbak
Nindi yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
Kepada Guru – guru ananda sejak dari sekolah dasar sampai Madrasah
Aliyah, terimakasih atas ilmu bermanfaaat yang telah diajarkan.
Rekan-rekan mahasiswa FK UNILA Cerebellum 2013, keluarga besar Pakis
SC 08 dan kakak adik SC Pakis yang telah memberikan pengalaman dan
dukungan selama penulis kuliah dan melakukan penilitian ini.
Dan kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis
ilmiah ini.

Bandar Lampung, 2017
Penulis

Destika Sari

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................

1
1
3
4
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6
2.1.1 Pedikulosis Kapitis............................................................................ 6
2.1.1.1 Definisi dan Etiologi ............................................................ 6
2.1.1.2 Epidemiologi......................................................................... 6
2.1.1.3 Morfologi.............................................................................. 7
2.1.1.4 Faktor Resiko................................................. ...................... 10
2.1.1.5 Gambaran Klinis.................................................................. 11
2.1.1.6 Diagnosis.............................................................................. 13
2.1.1.7 Penatalaksanaan................................................................. 14
2.1.1.8 Pencegahan.......................................................................... 17
2.1.2 Pondok Pesantren.............................................................................. 18
2.1.2.1 Definisi................................................................................. 18
2.1.2.2 Faktor – Faktor Penyebab Pedikulosis di Pesantren............. 18
2.1.3 Prestasi Belajar .................................................................................. 19
2.1.3.1 Definisi................................................................................... 19
2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar......................... 20
2.1.3.3 Pengukuran Prestasi Belajar.................................................. 21
2.1.3.4 Pengaruh Pedikulosis Kapitis Terhadap Prestasi
Belajar.................................................................................... 21
2.1.4 Konsentrasi Belajar............................................................................ 24

ii

2.1.4.1 Definisi................................................................................
2.1.4.2 Pengukuran Konsentrasi.......................................................
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................
2.2.1 Kerangka Teori........................................................................
2.2.2 Kerangka Konsep....................................................................
2.2.3 Hipotesis...................................................................................

24
24
28
28
29
29

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................
3.2 Waktu Dan Tempat Pengambilan Sampel..............................................
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian .............................................................
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi.....................................................................
3.5 Identifikasi Variabel................................................................................
3.6 Definisi Operasional................................................................................
3.7 Prosedur Penelitian................................................................................
3.8 Pengumpulan Data.................................................................................
3.9 Pengolahan Data......................................................................................
3.10 Analisis Data ..........................................................................................
3.11 Etika Penelitian.......................................................................................

30
30
30
30
31
32
33
34
35
36
36
37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 38
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 38
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian.............................................................. 39
4.1.2 Analisis Univariat .............................................................................. 41
4.1.3 Analisis Bivariat................................................................................. 42
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 44
4.2.1 Kondisi Pondok Pesantren X ............................................................. 44
4.2.2 Infestasi Pedikulosis Kapitis .............................................................. 44
4.2.3 Univariat............................................................................................. 45
4.2.3.1 Prevalensi Infestasi Pedikulosis Kapitis ……………….... 45
4.2.3.2 Konsentrasi Belajar Responden ………………………… 46
4.2.3.3 Prestasi Belajar Responden …………………………….. 47
4.2.4 Bivariat............................................................................................... 47
4.2.4.1 Deskriptif ………………………………………………… 47
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 53
5.2 Saran ......................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 55
LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Definisi Operasional Penelitian ....................................................................... 33
2. Prevalensi Pedikulosis Kapitis ....................................................................... 38
3. Karakteristik Jenis Kelamin........................................................................... 39
4. Persepsi Responden terhadap faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Karakteristik jenis kelamin.............................................................................. 40
5. Frekuensi hasil diagnosis sampel.................................................................... 41
6. Frekuensi hasil tes tingkat konsentrasi santri.................................................. 41
7. Frekuensi prestasi belajar santri ...................................................................... 42
8. Analisis Hubungan Pedikulosis Kapitis terhadap tingkat konsentrasi............. 42
9. Analisis Hubungan tingkat konsentrasi santri yang
terinfestasi pedikulosis kapitis dengan prestasi belajar.................................. 43
.

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Gambar Pediculus Capitis Dewasa. Betina................................................. 8
2. Gambar Telur Pediculus Capitis................................................................. 10
3. Gambar Siklus Hidup Pediculus Capitis................... ................................. 11
4. Gambar Telur Pediculus Capitis Yang Menempel Pada Bagian Rambut... 13
5. Gambar Plica Polonica dengan Dermoscope ............................................. 14
6. Gambar bentuk Plica Polonica (Plica Neuropathica)................................. 14
7. Kerangka teori penelitian ............................................................................ 29
8. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pedikulosis kapitis adalah salah satu penyakit kulit kepala yang tersebar di
seluruh dunia dan menjadi endemik baik di negara maju maupun
berkembang, prevalensinya cukup tinggi di beberapa negara seperti di Turki
69,5% (Bartosik, 2015) Libya 78,6%, Israel 55% dan Amerika Serikat 3,661,4% (Moradi, 2009).

Di negara berkembang, contohnya Malaysia dan

Thailand, prevalensinya masing-masing 35% dan 23,48% (Rassami, 2012).
Sementara di Indonesia diperkirakan 15% anak Indonesia mengalami
masalah kutu rambut ini (Eliska, 2015).
Angka kejadian infestasi pedikulosis kapitis cukup tinggi, namun masih
sering diabaikan, karena kelainan ini dianggap ringan dan mortalitasnya yang
rendah, terutama pada negara dimana ada prioritas - prioritas kesehatan lain
yang lebih serius.

Walaupun demikian penyakit ini telah menyebabkan

morbiditas yang signifikan di antara anak-anak sekolah di seluruh dunia.
Pedikulosis kapitis akan memberikan gejala klinis gatal, kelainan kulit kepala
akan bertambah parah bila digaruk dan dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Pedikulosis kapitis di antara anak sekolah dapat menyebabkan anemia yang
mengakibatkan

anak-anak

menjadi

lesu,

mengantuk

di

kelas

dan

mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi kognitif, selain itu anak-anak yang

2

terinfestasi juga mengalami gangguan tidur di malam hari karena rasa gatal
dan sering menggaruk. Dari sisi psikologis, infestasi kutu kepala membuat
anak merasa malu karena diisolasi dari anak lain (Stone, 2012).
Pedikulosis kapitis banyak menyerang anak sekolah yang tinggal di
asrama karena banyaknya faktor pendukung infestasi penyakit ini seperti
kebersihan yang kurang dan kebiasaan pinjam meminjam barang. Salah satu
sekolah asrama terbanyak di Indonesia berupa pesantren. Pondok pesantren
adalah salah satu lembaga pendidikan Indonesia yang membentuk komunitas
sendiri yang anggotanya terdiri dari para santri, ustadz/guru dan keluarga
pengasuh pesantren.

Mengingat banyaknya santri tentu tidak mustahil

sebagian dari mereka ada yang tidak menyadari pentingnya kesehatan, tidak
mengherankan bila suatu penyakit akan cepat menular pada anggota
masyarakat pesantren (Sulistio, 2004).
Penelitian tentang penyakit pedikulosis kapitis di Pondok Pesantren X
yang berlokasi di Teluk Betung Utara, Bandar Lampung belum pernah
dilakukan. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti, pada bulan
Juli 2016, menurut keterangan kepala sekolah Madrasah tsanawiyah Pondok
Pesantren X, memang banyak santri yang menderita penyakit kulit, terutama
pedikulosis kapitis dan belum ada data tertulis mengenai jumlah santri yang
menderita pedikulosis kapitis, hal ini dikarenakan pondok pesantren padat
huni, hygiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik mendukung
terjadinya infestasi tungau ini.

Meskipun banyak santri yang tinggal di

pondok pesantren tersebut mengalami gejala seperti pada pedikulosis kapitis,
penanganan lebih lanjut untuk mengobati pedikulosis kapitis belum pernah

3

dilakukan, karena penyakit tersebut dianggap penyakit yang wajar dan sering
terjadi pada setiap santri yang tinggal di pondok pesantren. Penyakit ini
mengikibatkan rasa gatal terutama pada malam hari dapat mengurangi
kenyamanan tidur yang dapat mengganggu konsentrasi belajar.

Melihat

dampak negatif yang diakibatkan oleh infestasi parasit ini yaitu mulai dari
berkurangnya rasa percaya diri, stigma sosial yang negatif, kurangnya
kualitas tidur, dan gangguan konsentrasi belajar, oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kejadian pedikulosis
kapitis dengan prestasi belajar santri dan diharapkan dapat menghindari
faktor-faktor penyebab tersebut agar bisa mencegah terjadinya infestasi
pedikulosis kapitis serta meningkatnya kualitas belajar santri.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas disusun permasalahan penelitian sebagai
berikut :
1. Berapakah angka kejadian pedikulosis kapitis di Pondok Pesantren X,
Teluk Betung Utara, Bandar Lampung ?
2. Bagaimanakah gambaran hasil prestasi belajar santri yang terinfestasi
pedikulosis kapitis Pondok Pesantren X, Teluk Betung Utara, Bandar
Lampung ?
3. Apakah terdapat hubungan infestasi pedikulosis kapitis dengan prestasi
belajar santri Pondok Pesantren X, Teluk Betung Utara, Bandar
Lampung?

4

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prevalensi pedikulosis kapitis di Pondok Pesantren
X, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui gambaran hasil prestasi belajar santri yang
terinfestasi pedikulosis kapitis di Pondok Pesantren X, Teluk Betung
Utara, Bandar Lampung
3. Untuk mengetahui hubungan infestasi pedikulosis kapitis dengan
prestasi belajar santri Pondok Pesantren X, Teluk Betung Utara, Bandar
Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengetahuan
Manfaat untuk ilmu pengetahuan adalah memberikan tambahan informasi
ilmu kesehatan bagian parasitologi mengenai dampak yang diakibatkan
oleh infestasi pedikulosis kapitis agar dapat dicegah dan ditatalaksana
dengan baik.
2. Manfaat bagi pelayanan kesehatan
Manfaat untuk pelayanan kesehatan adalah meningkatkan pemahaman
tentang dampak yang diakibatkan oleh infestasi pedikulosis kapitis
sehingga dapat lebih diperhatikan lagi pengelolaannya.
3. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi dan edukasi kesehatan bagi warga Pondok
Pesantren X, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung.

5

4. Manfaat bagi peneliti
Manfaat untuk penelitian adalah hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya mengenai pedikulosis kapitis
di lingkungan Ponpes tersebut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pedikulosis Kapitis
2.1.1.1 Definisi dan Etiologi
Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit kepala akibat
infestasi ektoparasit obligat (tungau/lice) spesies Pediculus
Humanus Var. Capitis yang termasuk famili Pediculidae. Parasit
ini termasuk parasit yang menghisap darah (hemophagydea) dan
menghabiskan seluruh siklus hidupnya di manusia (natadisastra,
2005) .
2.1.1.2 Epidemiologi
Pada penelitian yang dilakukan dalam beberapa negara
didapatkan prevalensi kejadian infestasi pediculosis kapitis di
Turki 13,1% (Gulgun, 2013), Eropa 22,0% (Bartosik, 2015),
Libya 78,6%, Israel 55%, dan Yordania 26,6% (Moradi, 2009),
di negara berkembang seperti India 16,59 %, Taiwan 40%,
Malaysia 35% dan Thailand 23,48% (Rassami, 2012).

Di

Indonesia belum ada angka pasti mengenai kejadian infestasi
pedikulosis kapitis.

Beberapa penelitian yang dilakukan di

Indonesia menunjukan bahwa sebanyak 71,3% santri di sebuah
pesantren di Yogyakarta (Restiana, 2010) dan sebanyak 70,2%

7

santri di sebuah pesantren di Surakarta positif terinfestasi
pedikulosis kapitis (Achmad, 2013). Sementara menurut Eliska
(2015) diperkirakan 15% anak indonesia mengalami masalah
pedikulosis kapitis ini.
Pedikulosis kapitis sering menginfestasi anak-anak, terutama
usia 3-11 tahun dan paling sering terjadi pada anak perempuan
(Moradi, 2009). Anak perempuan lebih sering terserang penyakit
ini dikarenakan memiliki rambut

yang

panjang dan sering

memakai aksesoris rambut. Selain itu kondisi hygiene yang tidak
baik seperti jarang membersihkan rambut juga merupakan salah
satu faktor risiko penyakit ini.

Penularan penyakit ini dapat

melalui kontak langsung yaitu rambut dengan rambut atau melalui
kontak tidak langsung yaitu perantara seperti topi, bantal, kasur,
sisir, dan kerudung (Rachman, 2014).
2.1.1.3 Morfologi
Pediculus capitis memiliki panjang 1 - 3mm, warnanya
bervariasi berdasarkan warna rambut hospesnya bisa berwarna
putih, keabu-abuan sampai gelap, Pediculus Capitis dapat
bertahan selama kurang lebih 30 hari di kulit manusia sedangkan
tanpa host kutu akan mati dalam waktu 1 - 2 hari (Bohl, 2015).
Berikut adalah pemaparan Morfologi dari Pediculus Capitis :
a. Kutu Rambut Dewasa
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna
abu-abu dan menjadi kemerahan jika sudah menghisap darah.

8

Terdapat 2 jenis kelamin jantan dan betina, yang betina ukuran
panjang 1,2 - 3,2 mm dan lebarnya lebih kurang setengah dari
panjangnya, sedangkan ukuran pedikulosis jantan bekisar 2mm.
Pediculus Capitis jantan lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit
dibanding betina. Pediculus Capitis memiliki tubuh yang pipih
dorsoventral, memiliki tipe mulut tusuk hisap untuk menghisap
darah manusia, badannya bersegmen - segmen, memiliki 3 pasang
kaki dan berwarna kuning kecoklatan atau putih ke abu-abuan
sampai berwarna lebih gelap serta tidak memiliki sayap, (Weems,
2007).

Morfologi Pediculus Capitis betina dapat dilihat pada

Gambar 1 (Gunning, 2012)

Gambar 1. Pediculus Capitis dewasa betina
(Gunning, 2012)

b.

Nimfa
Setelah menetas, nimfa/kutu muda akan segera mencari

makan.

Jika dalam 24 jam tidak makan, nimfa tidak akan

9

bertahan hidup.

Nimfa perlu waktu 10 sampai 12 hari untuk

menjadi kutu dewasa dengan ukuran 1,8 inci (Rushton, 2003).
c. Telur
Telur kutu yang disebut nits, berbentuk silinder putih oval
(panjang 1/16 inci). Telur kutu biasanya menempel pada rambut
dekat kulit kepala. Daerah favorit bagi betina untuk meletakkan
telur mereka adalah di dekat telinga dan belakang kepala. Kutu
betina dapat memproduksi 6 – 7 telur (nits) per hari dan total 50
sampai 100 telur selama hidup mereka, normalnya telur akan
menetas dalam 7 sampai 11 hari (Weems, 2007). Bentuk dan
ukuran telur dapat dilihat pada Gambar 3 (Weems, 2007).

Gambar 2. Telur/nits Pediculus Capitis (Weems, 2007)

d. Siklus Hidup
Siklus hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak
sempurna yaitu telur – nimfa - dewasa. Telur akan menetas
menjadi nimfa dalam waktu 5 – 10 hari sesudah dikeluarkan

10

oleh induknya. Setelah mengalami tiga kali pergantian kulit,
nimfa akan mejadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7 – 12
hari, dalam keadaan cukup makanan parasit ini dapat bertahan
hidup 27 – 30 hari (Weems, 2007).

Siklus hidup Pediculus

Capitis dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Siklus hidup Pediculus Capitis
( CDC, 2013)

2.1.1.4 Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
pedikulosis kapitis adalah sebagai berikut:
1. Usia, terutama pada kelompok umur 3-11 tahun

11

2. Jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena penyakit
pedikulosis kapitis

karena perempuan

hampir semuanya

memiliki rambut yang lebih panjang dari pada laki – laki
3. Menggunakan tempat tidur atau bantal bersama
4. Menggunakan sisir atau aksesoris rambut bersama, pada
keadaan menggunakan sisir secara bersamaan akan membuat
telur bahkan tungau dewasa menempel pada sisir maka akan
tertular, begitu juga dengan aksesoris rambut seperti
kerudung, bando dan pita
5. Panjang rambut, orang yang memiliki rambut yang lebih
panjang sulit untuk membersihkannya dibanding orang
rambut pendek
6. Frekuensi cuci rambut yang kurang
7. Ekonomi, tingkat sosial ekonomi yang rendah merupakan
risiko yang signifikan dengan adanya infestasi tungau, selain
itu juga dikarenakan ketidakmampuan untuk mengobati
infestas secara efektif
8. Bentuk rambut, pada orang afrika atau negro afrika-amerika
yang mempunyai rambut keriting jarang yang terinfestasi kutu
kepala karena tungau dewasa betina sulit meletakkan telurnya
pada jenis rambut tersebut (Nuqsah, 2010).
2.1.1.5 Gambaran Klinis
Pediculus capitis adalah salah satu ektoparasit penghisap
darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat

12

menetap, dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah
yang ditimbulkan pada manusia adalah gatal akibat saliva dan
fesesnya. Rasa gatal akan mengakibatkan orang yang
terinfestasi untuk menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk
yang intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi
sekunder (Natadisastra, 2005).

Gambar 4. Tampak telur kutu yang menempel pada bagian
rambut (Hilma, 2014)

Garukan

pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya

erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder berupa pus dan krusta.
Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal
akibat banyaknya pus dan krusta. Keadaan ini disebut plica
polonica yang dapat ditumbuhi jamur. Tungau kepala adalah
penyebab utama penyakit pioderma sekunder di kulit kepala di
seluruh dunia (Stone, 2012).

13

Gambar 5. Rambut plica polonica dengan pemeriksaan
dermoscopic tampak terjalinnya batang rambut
seperti

anyaman sarang burung dan kusut

(Nishant, 2013)

Gambar 6. Plica polonica (Plica neuropathica)
(Bhushan, 2012)

2.1.1.6 Diagnosis
Diagnosis pasti pada penyakit ini adalah ditemukannya
parasit Pediculus Capitis dewasa, nimfa, atau telur di kulit dan

14

rambut

kepala

(Bohl,

2015).

Adanya

tungau

dewasa

merupakan tanda bahwa sedang mengalami infeksi aktif. Cara
untuk menemukan tungau dewasa maupun nimfa dapat
dilakukan dengan penyisiran serit yang merupakan metode
yang lebih efektif dari pada inspeksi visual (Gunning, 2012).
Menurut devore (2015) Berikut cara melakukan pemeriksaan
dengan menggunakan sisir bergigi halus :
1. Basahi rambut
2.

Letakkan selembar kertas polos berwarna putih atau
handuk putih dibawah kepala .

3.

Sisir rambut dengan sisir bergigi halus ( jarak 0,2 mm) .

4.

Amati kutu yang jatuh .

5.

Penggunaan kaca pembesar dapat membantu .

6.

Gunakan pencahayaan yang baik untuk mempermudah
melihat parasit dengan ukuran kecil ini .
Untuk menegakkan diagnosis, harus menemukan langsung

kutu dewasa hidup. Biasanya penemuan telur kutu sulit
dibedakan dengan ketombe, sisa hair spray atau partikel
kotoran lainnya (Gunning, 2012).

2.1.1.7 Penatalaksanaan
Metode pengobatan pedikulosis kapitis dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode yang mencakup metode
fisik dan metode kimiawi.

Metode secara kimiawi, yaitu

15

penggunaan insektisida atau pedikulisida, secara luas telah
dipakai diseluruh dunia. Insektisida mudah dan nyaman untuk
digunakan serta hasilnya sangat efektif. Akan tetapi, terdapat
adanya efek samping yang potensial dan juga banyak
ditemukan terjadinya resistensi tungau terhadap beberapa
insektisida. Metode fisik yang dapat digunakan adalah dengan
mencukur rambut untuk mencegah infestasi dan membantu
agar obat topikal bekerja lebih baik dan tidak terhalang rambut
(Burns, 2004).

Macam – macam obat yang dapat digunakan

dalam pengobatan infeksi parasit ini adalah sebagai berikut :
a.

Piretrin
Piretri merupakan bahan yang berasal dari ekstrak alami

bunga Chryantheum cineraria efolium tetapi pada orang yang
alergi terhadap tanaman chryantheums atau sari tanaman yang
terkait akan mengalami sesak nafas dan dispnea. Di Amerika
Serikat, piretrin adalah satu-satunya pedikulisida yang tersedia
dipasaran dan dijual bebas yang diizinkan oleh Food and
Drug Administration (FDA). Insektisida ini tersedia dalam
bentuk lotion, shampoo, foam mousse dan krim.

Produk

piretrin dioleskan pada kepala selama 10 menit lalu dibilas.
Walaupun efektifitas pediculisidae mendekati 100% pada
pertengahan tahun 1980, terdapat juga kegagalan pengobatan
sebesar 88% karena resistensi yang baru-baru ini dilaporkan
( Meinking, 2004).

16

b. Lindane
Chlorinatedhydro carbon, seperti DDT, dan kelas ini
adalah senyawa yang pada umumnya lambat membunuh.
Tersedia dalam sediaan shampoo 1% yang diaplikasikan
selama 4 menit. Para peneliti sebelumnya tidak menyarankan
menggunakan Lindane karena resistensi, efek sampingnya
yaitu bisa terjadi gangguan pada sistem saraf pusat. Obat ini
hanya dianjurkan untuk pasien yang gagal untuk respon terapi
tungau (Burns, 2004).
c.

Carbaril
Carbaril Merupakan inhibitor cholinesterase. Di Inggris
dan di negara - negara lain carbaril tersedia dalam bentuk
lotion dan shampoo 0,5%.

Produk ini tidak tersedia di

Amerika Serikat dan mungkin tidak disetujui FDA karena
Carbaril

toksisitasnya.

lebih

beracun

dan

bersifat

karsinogenik pada pasien dan kurang mematikan tungau
(Stone, 2012).
d. Malathion
Malathion

adalah

inhibitor

cholinesterase

dan

telah

digunakan selama 20 tahun untuk mengobati tungau.
Pengobatan

secara topikal diantaranya dengan pemberian

malathion yang memberikan efek pedikulosid dengan cara
digunakan pada malam hari sebelum tidur setelah rambut
dicuci dengan sabun, kemudian kepala ditutup dengan kain.

17

Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun dan disisir
menggunakan sisir rapat atau serit. Pengobatan dapat diulangi
satu minggu kemudian

jika masih terdapat telur (Stone,

2012).
2.1.1.7 Pencegahan
Terdapat dua metode pencegahan yaitu mencegah
penularan

langsung

dan

tidak

langsung.

Pencegahan

langsung adalah dengan cara menghindari adanya kontak
langsung rambut dengan rambut ketika bermain dan
beraktivitas dirumah, sekolah, dan dimanapun. Sedangkan
metode pencegahan penularan tidak langsung adalah sebagai
berikut :
a. Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket,
kerudung, kostum olahraga, ikat rambut secara bersamaan
b. Tidak

menggunakan

sisir,

sikat,

handuk

secara

bersamaan. Apabila ingin memakai sisir atau sikat dari
orang yang terinfestasi dapat melakukan desinfeksi sisir
dan sikat dengan cara direndam di air panas sekitar 130F
selama 5-10 menit
c. Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapan tempat
tidur, karpet, dan barang-barang lain. Menyapu dan
membersihkan lantai dan perabotan lainnya (Bohl 2015)

18

2.1.2 Pondok Pesantren
2.1.2.1 Definisi
Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang
mendapat imbuhan awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang menunjukkan
tempat, maka artinya adalah tempat para santri.

Terkadang pula

pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata ”santri” (manusia
baik) dengan suku kata ”tra” (suka menolong) sehingga kata pesantren
dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik (Zarkasy, 1998).
Pengertian lain dari Pesantren, pondok pesantren, atau sering
disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan
tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar
di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan
mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut
berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya
(Rachman, 2014).
2.1.2.2 Faktor – Faktor Penyebab Pedikulosis Kapitis Di Pesantren
Faktor penyebab terjadinya infestasi pedikulosis kapitis adalah
usia 3 - 11 tahun, jenis kelamin perempuan, menggunakan tempat
tidur atau bantal bersama, menggunakan sisir atau aksesoris rambut
bersama, rambut yang panjang, frekuensi cuci rambut dan ekonomi
rendah (Nuqsah 2010). Biasanya pesantren menyediakan pondok atau
tempat tinggal yang murah biayanya bahkan gratis, biasanya para

19

santri harus tinggal bersama dalam satu kamar dengan 10-15 santri,
ada yang satu tempat tidur dan ada yang terpisah (Zarkasy, 1998).
Keadaan

kamar

dengan

penghuni

yang

banyak

dapat

mempermudah terjadinya penularan pedikulosis kapitis atau penyakit
kulit menular lainnya (Rachman, 2014).

Ada beberapa budaya

tradisional bahwa para santri harus saling bertukar makanan, tempat
tidur, dan ilmu. Kondisi seperti ini sangat menunjang kelangsungan
daur hidup tungau dan infestasi parasit lainnya serta jamur (Ansyah,
2013).
Faktor lingkungan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
penyebaran pedikulosis kapitis, pada lingkungan yang serba terbatas
seperti di pesantren atau asrama, penyebaran pedikulosis kapitis dapat
terjadi secara cepat dan mudah meluas. Pedikulosis kapitis dan
skabiesis merupakan penyakit tersering yang khas terjadi di pesantren,
hal ini berkaitan erat dengan lingkungan di pesantren yang padat serta
kebersihan yang biasanya kurang terjaga (Nuqsah, 2010).

2.1.3 Prestasi Belajar
2.1.3.1 Definisi
Belajar merupakan sebuah proses yang terdiri atas masukan
(input), proses (process), dan keluaran (output). Masukan (input)
berupa perilaku individu sebelum belajar, proses (process) berupa
kegiatan belajar yang terdiri dari pengalaman, praktik, dan latihan

20

sedangkan keluaran (output) berupa perubahan perilaku yang
dihasilkan setelah proses belajar dilaksanakan (Susanto, 2006)
2.1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Hidayat (2014) secara garis besar ada 3 faktor yang
mempengaruhi proses belajar, prestasi atau hasil belajar yang
dikelompokkan dalam 3 masalah, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor internal,
Faktor interna yang dimaksudkan disini adalah semua faktor yang
ada pada pribadi peserta didik baik jasmaniah (fisik) maupun
rohaniah (psikis). Aspek psikis yang meliputi IQ (tinggi
kecerdasan, pembawaan, keadaan emosi, kemauan, daya fantasi,
logika). Sedangkan aspek fisik meliputi keadaan alat indera,
keadaan kesehatan jasmani, keadaan anggota tubuh. Untuk dapat
belajar dengan baik, sehingga prestasi belajar akan tinggi, maka
semua bagian dari kedua aspek tersebut harus dalam kondisi baik
dan prima.
b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang dimaksudkan disini adalah semua faktor,
keadaan, kondisi, situasi diluar diri pribadi peserta didik, antara lain
cahaya atau penerangan, suara atau bunyi-bunyian, temperatur atau
iklim, situasi atau kondisi, tempat peserta didik belajar, bau-bauan,
orang orang atau benda benda disekeliling kita, situasi dan kondisi
sekitar. Kalau bagian faktor ekstern tersebut tidak berada dalam
kondisi yang menunjang belajar, maka pastilah hasil belajar tidak

21

akan baik, karena konsentrasi pikiran peserta didik tidak ditunjang
oleh situasi dan kondisi yang baik.
c) Faktor tehnik atau pendekatan belajar
Menggunakan tehnik - tehnik, metode belajar yang tepat, seperti
metode bagian, metode keseluruhan, batu loncatan, menggunakan
sistem belajar sistimatis.

Metode bagian yaitu bahan pelajaran

dipelajari bagian demi bagian. Metode keseluruhan yang berarti
dipelajari

secara

keseluruhan.

Metode

gabungan

yaitu

menggabungkan metode bagian dan keseluruhan.
2.1.3.3 Pengukuran Prestasi Belajar
Cara mengukur prestasi belajar yang selama ini digunakan adalah
dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan. Tes
dibagi dua yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah tes
yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung, sedangkan
tes sumatif (ujian akhir semester) adalah tes yang diadakan pada saat
keseluruhan kegiatan belajar mengajar.

Prestasi belajar dapat

dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport,
indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan
semacamnya (Sudarsono, 2011).
2.1.3.4 Pengaruh Infestasi Pedikulosis Kapitis Terhadap Prestasi
Belajar
Ada banyak dampak yang dapat ditimbulkan oleh infestasi
pedikulosis kapitis ini, baik dampak kesehatan dan juga psikososial
yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Cohen, 2013).

22

Selain mengakibatkan efek pada kulit, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Speare (2006) menyebutkan bahwa penderita
pedikulosis kapitis dapat mengalami anemia, rata-rata anak dengan
pedikulosis aktif akan kehilangan 0.008 ml darah per hari atau
20,8ml/bulan, gejalanya mungkin tidak terlalu terlihat pada anak
dengan asupan gizi yang baik, namun secara siginifikan terlihat pada
anak yang kurang asupan gizi atau zat besi, frekuensi pola makan kutu
pun mempengaruhi potensi anemia yang dialami oleh penderita
pedikulosis capitis (Speare, 2006).
Infestasi berat pedikulosis kapitis yang menyebabkan anemia
akan membuat anak- anak lesu, mengantuk, serta mempengaruhi
kinerja belajar dan fungsi kognitif. Pedikulosis kapitis menimbulkan
gejala klinis utama berupa rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal ini
disebabkan injeksi saliva kutu ke dalam kulit kepala dan
menyebabkan reaksi alergi. Saliva Pediculus Capitis mengandung
enzim

hyaluronidase

yang

merupakan

enzim

pendegradasi

hyaluronan (HA) dan bahan-bahan glikosaminoglikan lain dari
matriks ekstraseluler.

Enzim ini bekerja untuk memperluas lesi

gigitan sehingga mempermudah kutu untuk menghisap darah.
Komponen lain yang terdapat dalam saliva parasit ini antara lain
antitromboksan, antiserotonin, antitrombin, penghambat faktor Xa,
enzim aphyrase, dan prostaglandin yang menghambat vasokonstriksi
pembuluh darah dan mencegah agregasi platelet dan sebagai
antikoagulan.

Aktivitas

komponen-komponen

tersebut

23

mengakibatkan koagulasi darah terhambat sehingga memudahkan
Pediculus Capitis menghisap darah (Seblova, 2013).

Aktivitas

berbagai enzim tersebut menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat dan menyebabkan reaksi gatal pada kulit kepala (Patel, 2007).
Reaksi alergi ini biasanya muncul setelah empat sampai enam minggu
setelah infestasi berkembang, rasa gatal yang berlebihan menyebabkan
gangguan tidur akibat aktivitas Pediculus Capitis yang meningkat di
malam hari (Cohen, 2013). Rasa gatal mengakibatkan gangguan tidur,
gangguan tidur yang persisten akan menimbulkan dampak negatif
berupa menurunnya daya konsentrasi, penurunan ketajaman memori,
sensorik, motorik, dan kognitif (Patel, 2007).
Hal yang sama juga terdapat pada penelitian yang dlakukan oleh
Heukelbach (2004) yang menunjukkan bahwa rasa gatal yang intens
menyebabkan gangguan tidur dan menyebabkan gangguan konsentrasi
sehingga performa pasien dalam kegiatan sehari-hari terganggu.
Misalnya, terhambatnya pencapaian prestasi yang maksimal bagi
seorang pelajar (Heukelbach, 2006)
Dari sisi psikologis, infestasi Pediculus Capitis membuat anak
merasa malu karena diisolasi dari anak lain (Stone, 2012). Anak-anak
yang menderita penyakit ini cenderung mengalami masalah psikis
yaitu merasa malu, rendah diri, merasa terisolasi, takut, bahkan
frustasi akibat stigma masyarakat yang menganggap pedikulosis
kapitis identik dengan higienitas yang buruk, kemiskinan, dan
kurangnya perhatian dari orangtua penderita (Cohen, 2013). Dampak

24

psiskis yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat mempengaruhi
konsentrasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2003)
bahwa salah satu faktor yang berperan penting pada daya konsentrasi
seseorang adalah fakor internal. Faktor internal terdiri dari faktor
jasmaniah dan rohaniah (psikis).

Seseorang yang mengalami

gangguan dari salah satu atau kedua faktor tersebut akan mengalami
gangguan konsentrasi (Hakim, 2003).

2.1.4 Konsentrasi Belajar
2.1.4.1 Definisi
Konsentrasi

belajar

merupakan

kemampuan

memusatkan

perhatian pada sesuatu yang berkaitan dengan memori (ingatan) dan
merupakan suatu proses sentral dalam perkembangan kognitif.
Ingatan meliputi penyimpanan informasi yang terus menerus,
kecepatan dan efesiensi, pemrosesan informasi khususnya kecepatan
untuk mengidentifikasi masing-masing item.

Ingatan merupakan

peramal yang sangat akurat dan merupakan aspek penting dari
kemampuan kognitif (Hakim, 2003).

2.1.4.2 Pengukuran Konsentrasi
Menurut Suwarhani (2013) ada beberapa alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi, antara lain :

25

a. Digit Symbol Test berupa test yang terdiri atas kotak-kotak dan
bidang-bidang yang terbagi-bagi, dalam kotak atas terdapat angka
dan kotak bawahnya terdapat simbol (Suwardhani, 2013)
b. Army Alpha adalah soal psikotes yang pertama kali dikembangkan
oleh ahli psikolog asal Amerika yaitu Arthur Sinton Otis, Ph.D
pada tahun 1917 yang tujuan awalnya untuk didedikasikan kepada
US Army dan pernah dipakai untuk merekrut 1.7 juta tentara US
pada Perang Dunia I. Sesuai dengan namanya psikotes Army Alpha
benar-benar mirip dengan kondisi tentara yaitu tes daya tangkap
dan daya konsentrasi dengan menterjemahkan perintah, yang
menjadi penilaian dalam tes army alpha intelegence ini adalah
kemampuan

daya

serap

dalam

menerima

informasi

dan

melaksanakan instruksi dengan cepat dan tepat (Carson, 1993).
d. Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat tes inteligensi yang
dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt Main Jerman
pada tahun 1953 dan telah diadaptasi di Indonesia. Intelligenz
Struktur Test (IST) berdasarkan pada teori inteligensi (Mangestuti,
2007) yang menyatakan bahwa inteligensi merupakan suatu gestalt
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara
bermakna. Intelligenz Struktur Test (IST) memuat 9 subtes antara
lain
1. SE (Melengkapi Kalimat). Kemampuan yang diukur pada
aspek ini adalah 1) Pembentukan keputusan, mengukur
pembentukan keputusan; 2) Rasa realitas atau menilai yang

26

mendekati realitas; 3) Common sense; 4) Berpikir konkrit
praktis dalam kehidupan sehari-hari.
2. WA (Melengkapi Kata-Kata). Kemampuan yang diukur pada
aspek ini adalah 1) Intelektual, rasa bahasa, kemampaun
menghayati masalah bahasa, perasaan empati; 2) Berpikir
induktif dengan menggunakan bahasa, memahami pengertian;
3) Pada remaja, komponen intuisi; 4) Pada orang dewasa,
komponen bahasa untuk mengetahui motif tertentu; 5) Bila
skor tinggi, dapat menangkap pengertian dari suatu isi melalui/
dengan bahasa
3. AN (Persamaan Kata). Kemampuan yang diukur pada aspek ini
adalah 1) Kemampuan mengkombinasi; 2) Fleksibilitas
berpikir; 3) Berpikir logis/menggunakan pikiran sebagai dasar
berpikir (kedalaman berpikir);
4. GE (Sifat yang dimiliki bersama). Kemampuan yang diukur
pada aspek ini 1) Kemampuan abstraksi, pembentukan
pengertian; 2) Kemampuan untuk menyatakan/ pengertian
dalam bahasa; 3) Membentuk suatu pengertian atau mencari
inti persoalan; 4) Pada remaja menunjukkan kemampuan
rohaniah (gestig).
5. RA (Berhitung). Kemampuan yang diukur pada aspek ini
adalah: 1) Berpikir induktif praktis hitungan; 2) Kemampua

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN Pedikulosis kapitis PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN PPAI AN-NAHDLIYAH DESA KEPUHARJO KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

10 35 31

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRI PADA MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI PONDOK PESANTREN

0 6 8

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SEHAT DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN DARUL ‘ULUM JOMBANG

1 8 12

POLA PEMBINAAN SANTRI REMAJA DALAM UPAYA PENGENDALIAN TINDAK PENYIMPANGAN PRILAKU (Studi kasus di Pondok Pesantren Darul Falah, Batu Putuk, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung)

0 13 103

POLA PEMBINAAN SANTRI REMAJA DALAM UPAYA PENGENDALIAN TINDAK PENYIMPANGAN PRILAKU (Studi kasus di Pondok Pesantren Darul Falah, Batu Putuk, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung)

0 18 18

HUBUNGAN SKABIES DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN DI BANDAR LAMPUNG

0 18 56

Perbedaan Metode Ceramah dan Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Santriwati Tentang Pedikulosis Kapitis di Pondok Pesantren Al-Mimbar Sambongdukuh Jombang

0 16 104

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA (SANTRI) PONDOK PESANTREN Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada Siswa (Santri) Pondok Pesantren.

2 6 16

Pembelajaran qawa'id dengan menggunakan kitab amhiati di Pondok Pesantren Madanjul'ulum Teluk Betung Barat Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 140

BUDAYA ORGANISASI DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 124