Hukum pinjam meminjam dalam syariat Islam dibagi menjadi 4 empat bagian, yaitu :
a. Mubah, artinya boleh, ini merupakan hukum asal dari pinjam
meminjam. b. Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukan merupakan suatu
kebutuhan akan hajatnya, lantaran dirinya tidak punya, misalnya meminjam sepeda untuk mengantarkan tamu, meminjam uang untuk
bayar sekolah anaknya dan sebagainya.
c. Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan kalau tidak meminjam akan menemukan suatu
kerugian misalnya : ada seseorang yang tidak punya kain lantaran hilang atau kecurian semuanya, maka apabil atidak pinjam kain pada
orang lain akan telanjang, hal ini wajib pinjam dan yang punya kainjuga wajib meminjami.
d. Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan atau untuk berbuat jahat, misalnya seseorang meminjam
pisau untuk membunuh, hal ini dilarang oleh agama. Contoh lain, pinjam tempat rumah untuk berbuat maksiat.
3. Rukun dan Syarat Pinjam meminjam
Rukun meminjam berarti bagian pokok dari pinjam meminjam itu sendiri. Apabila ada bagian dari rukun itu tidak ada, maka dianggap batal.
Demikian juga syarat berarti hal-hal yang harus dipenuhi. Rukun pinjam meminjam ada empat macam dengan syaratnya masing-
masing sebagai berikut: a. Adanya Mu’iir
رليدعنمق yaitu, orang yang meminjami - Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang yang
dipaksa anak kecil tidak sah meminjamkan.
-
Barang yang dipinjamkan itu milik sendiri atau menjadi tanggung jawab orang yang meminjamkannya.
b. Adanya Musta’iir رليدعنتوس
د مق yaitu, orang yang meminjam
-
Mampu berbuat kebaikan. Oleh sebab itu, orang gila atau anak kecil tidak sah meminjam.
- Mampu menjaga barang yang dipinjamnya dengan baik agar tidak rusak.
-
Hanya mengambil manfaat dari barang dari barang yang dipinjam. c. Adanya Musta’aar
رلاعوتوس د مق yaitu, barang yang akan dipinjam
- Barang yang akan dipinjam benar-benar miliknya, - Ada manfaatnya
-
Barang itu kekal tidak habis setelah diambil manfaatnya. Oleh karena itu, maka yang setelah dimanfaatkan menjadi habis atau
berkurang zatnya tidak sah dipinjamkan.
d. Dengan perjanjian waktu untuk mengembalikan. Ada pendapat lain bahwa waktu tidak menjadi syarat perjanjian dalam pinjam
meminjam, sebab pada hakekatnya pinjam meminjam adalah tanggung jawab bersama dan saling percaya, sehingga apabila terjadi
suatu kerusakan atau keadaan yang harus mengeluarkan biaya menjadi tanggung jawab peminjam. Hadits Nabi Saw. :
ملرناـغو مقيدعنرتلاوو ةلدوؤومق ةقيورناعولداو
Artinya : “Pinjaman itu wajib dikembalikan dan orang-orang yang menanggung sesuatu harus membayar.” HR. Abu
Daud dan Turmudzi e. Adanya lafadz ijab dan qabul, yaitu ucapan rela dan suka atas barang
yang dipinjam.
4. Hak dan Kewajiban Pemberi Pinjaman dan Peminjam
Antara pemberi pinjaman dan peminjam harus selalu menjaga hak dan kewajiban dalam pinjam meminjam antara lain :
a. Hak dan Kewajiban Pemberi Pinjaman
1
Menyerahkan atau memberikan benda yang dipinjam dengan ikhlas dan suka rela
2 Barang yang dipinjam harus barang yang bersifat tetap dan memberikan manfaat yang halal
3 Tidak didasarkan atas riba b. Hak dan Kewajiban Peminjam
1 Harus memelihara benda pinjaman dengan rasa tanggung
jawab 2
Dapat mengembalikan barang pinjaman dengan tepat 3
Biaya ditanggung peminjam, jika harus mengeluarkan biaya
4
Selama barang itu ada pada peminjam, tanggung jawab berada padanya.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pinjam meminjam