Latar Belakang Pedoman Umum Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori Tahun 2013

PETUNJUK PENGAWASAN Dalam bab ini diberikan penjelasan mengenai proses pemeriksaan bagi petugas pengawas. Tujuan pengawasan adalah untuk menghindari kesalahan pengisian pada kuesioner serta menjaga konsistensi isian antar blok yang berkaitan, agar data yang diperoleh lebih konsisten, teliti dan wajar. Dengan demikian kuesioner Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2012 yang akan dikirim ke Badan Pusat Statistik BPS diharapkan sudah dalam keadaan terisi dengan benar. Uraian dalam bab ini juga diharapkan dapat digunakan oleh pengawas untuk memudahkan pelaksanaan tugasnya. Secara umum yang harus dilakukan oleh pengawas adalah: 1. Meneliti apakah isian mudah dibaca dan diletakkan pada kolom yang benar dan juga apakah isian masing-masing blok terkait sudah konsisten. 2. Meneliti apakah seluruh rincian dari masing-masing blok yang harus diisi sudah ditanyakan. 3. Periksa isian dari masing-masing rincian tersebut apakah sudah sesuai dan wajar. 4. Memeriksa kembali apakah isian nilai sudah dalam satuan yang tepat. 5. Hitung kembali apakah rincian sudah diisi dengan benar. Bila ternyata ditemukan isian jawaban yang meragukan, tanyakan ke pencacah; jika perlu lakukan pencacahan ulang. BLOK I. KETERANGAN TEMPAT 1. Periksa apakah nama propinsi, nama perusahaan dan alamat perusahaan sudah diisi dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. 2. Nomor urut perusahaan NUS tidak perlu diisi. Kolom tersebut akan diisi di BPS. BLOK II. KETERANGAN PETUGAS 1. Apakah nama dan tanda tangan pencacah sudah diisi dan sesuai. 2. Periksa juga, apakah keterangan petugas pencacah dan pemeriksa sudah diisi dengan sesuai. 14 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Persediaaninventori secara mikro biasanya merupakan aktiva lancar terbesar dari suatu perusahaan, sehingga diperlukan pengukuran yang tepat untuk menjamin laporan keuangan yang akurat. Jika persediaan tidak dihitung secara tepat, pengeluaran dan penerimaan tidak dapat dicocokkan secara benar. Jika persediaan akhir tidak benar, maka hasilnya adalah saldo-saldo dari neraca berikut ini juga tidak akan benar, seperti: persediaan barang dagangan, total aktiva, dan ekuitas pemilik modal. Ketika persediaan akhir tidak benar, harga pokok penjualan barang dagangan dan laba bersih juga akan tidak benar di dalam laporan laba rugi. Sedangkan secara makro, didalam statistik neraca nasional inventori dicakup sebagai bagian dari pembentukan modal atau dikenal sebagai inventasi fisik di satu wilayah. Tepatnya inventori tersebut menjelaskan tentang porsi dari investasi yang telah direalisasikan dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi pada berbagai kegiatan ekonomi produksi. Karena nyatanya sebagian dari investasi tersebut memang direalisasikan untuk pengadaan berbagai keperluan bahan baku maupun bahan penolongpembantu. Dengan demikian maka tersedianya data tentang inventori akan menjadi informasi yang cukup penting bagi analisis investasi khususnya bagi komponen pembentukan modal, meskipun kontribusinya dalam perekonomian tidaklah terlalu besar. Kaitan inventori dengan perilaku ‘’pembentukan modal’’ dalam statistik neraca nasional terjadi bila inventori dimasukkan sebagai bagian dari pembentukan modal maka komponen ini disebut sebagai ‘’pembentukan modal bruto’’, tetapi bila tidak dimasukan, disebut sebagai ‘’pembentukan modal tetap bruto’’. Dengan demikian maka pembentukan modal bruto yang merupakan realisasi dari sebagian proses investasi mencakup pula komponen persediaan atau inventori. Dalam inventori ini termasuk juga barang dalam pengerjaan karena belum selesai diproses work in progress . Disebut ‘’modal tetap’’ karena hanya mencakup barang modal tetap fixed asset yang akan digunakan dalam proses produksi secara terus menerus dan berkesinambungan. 3 Output inventori disajikan sebagai bagian dari konsumsi akhir final demand, tepatnya terletak pada kuadran II dalam Tabel I-O. Selama ini pada kedua perangkat tersebut inventori diperlukan sebagai komponen residual yang didalamnya termasuk pula perbedaan statistik. Kondisi ini menyebabkan informasi tentang inventori sulit untuk dipahami dan dianalisis lebih jauh. Secara konsep, inventori yang berbentuk persediaan barang tersebut menggambarkan tentang bagian dari output domestik maupun impor yang belum digunakan, baik untuk diproses lebih lanjut, dikonsumsi ataupun untuk tujuan dijual tanpa mengalami proses lebih lanjut. Inventori terserbut dapat berbentuk barang jadi maupun barang setengah jadi atau bahan baku raw material. Dilihat dari sisi yang negatif, proses pengadaan inventori ini lebih dimaksudkan sebagai upaya spekulasi upaya dilakukan oleh pedagang atau bahkan produsen, dengan harapan untuk memperoleh keuntungan lebih, terutama jika diperkirakan akan terjadi kelangkaan produk di pasar. Meskipun di sisi lain inventori juga bisa menggambarkan tentang proses akumulasi produk yang berada pada pihak produsen karena produknya belum terserap oleh pasar. Dalam prakteknya produsen ataupun pedagang akan selalu berupaya untuk melakukan penumpukan barang-barang tertentu yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat karena barang tersebut menjadi langka di pasar. Bertolak dari pemikiran betapa pentingnya penghitungan perubahan inventori sebagai tolok ukur penghitungan produktivitas ekonomi suatu negara, maka diperlukan informasi yang lebih akurat dan lebih rinci mengenai besarnya nilai posisi barang inventori tersebut. 4 Adapun kode tersebut:

2. KODE SATUAN VOLUME