22 Kelas XII SMASMK
B. Belajar Tentang HAM melalui Cerita Kehidupan
Keruntuhan pemerintahan Orde Baru diwarnai pula oleh berbagai konlik di berbagai wilayah Indonesia seperti di Ambon, Poso, Kalimantan
Tengah, Timor, Papua, dan lain-lain. Di Aceh, pemberontakan rakyat Aceh akhirnya dapat diselesaikan dengan perdamaian. Namun, di Papua rakyat
masih terus bergolak menuntut hak-haknya. Kamu dapat mempelajari dua tokoh perempuan yang memperjuangkan HAM. Mereka mempersembahkan
dirinya bagi penegakan HAM meskipun untuk itu mereka harus menderita.
1. Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi baca: Aung San Su Ci adalah seorang perempuan yang
tak pernah lelah memperjuangkan terwujudnya demokrasi di Myanmar
Burma. Ayahnya adalah Aung San, tokoh perjuangan Burma yang diakui
sebagai bapak pendiri bangsa. Ibunya, Daw Khin Kyi, memainkan peranan
penting sebagai tokoh politik dalam pemerintahan Burma, negara yang
baru merdeka pada tahun 1948. Pada tahun 1950 Khin Kyi diangkat menjadi
duta besar untuk India dan Nepal. Aung San Suu Kyi ikut bersamanya,
dan lulus dalam bidang ilmu Politik dari Lady Shri Ram College di New Delhi pada tahun 1964. Ia melanjutkan studinya di Oxford dan memperoleh gelar BA
dalam Filsafat, Politik, dan Ekonomi pada tahun 1969. Setelah lulus ia tinggal di New York City dan bekerja di PBB. Pada tahun 1972 ia menikah dengan
Dr. Michael Aris. Pada tahun 1985 ia memperoleh gelar Ph.D. dari School of Oriental and African Studies, Univesitas London.
Pada tahun 1988 Suu Kyi pulang ke Burma untuk membantu ibunya yang sedang sakit, namun kemudian ia terjun ke dalam gerakan pro-demokrasi. Suu
Kyi tinggal di Burma. Suaminya berkunjung ke Burma pada hari Natal 1995, dan ternyata itu adalah perjumpaan mereka yang terakhir karena belakangan
pemerintah diktator Burma menolak permohonan visa Dr. Aris, suaminya.
Pada tahun 1997 suaminya menderita kanker prostat yang mengancam jiwanya. Meskipun tokoh-tokoh terkemuka dunia, seperti Sekjen PBB Koi
Annan dan Paus Yohanes Paulus II memohon agar pemerintah Burma
Sumber: http:asiasociety.orgblogasia
Gambar 3.1 Aung San Suu Kyi
23
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri
memberikan visa kepada Aris, namun tetap ditolak dengan alasan Burma tidak mempunyai fasilitas untuk merawat sakitnya. Sebaliknya, pemerintah
Burma menyarankan agar Suu Kyi saja yang pergi mengunjungi Aris di Inggris. Hal ini ditolak Suu Kyi, karena ia tahu bahwa bila ia meninggalkan
Burma, pemerintah negara itu tidak akan mengizinkannya masuk kembali ke negaranya. Saat itu Suu Kyi sendiri berada dalam tahanan rumah di bawah
pemerintahan junta militer yang tidak dipercayainya.
Keterlibatan Politik
Aung San Suu Kyi tidak pernah berencana untuk terjun dalam pergerakan politik di negaranya. Ketika ia kembali ke Burma pada tahun 1988, negara itu
sedang dilanda demonstrasi besar-besaran menuntut dipulihkannya demokrasi. Pada September tahun itu, junta militer yang baru merebut kekuasaan. Pada
bulan yang sama, terbentuklah Liga Nasional untuk Demokrasi dengan Suu Kyi sebagai sekretaris jenderalnya.
Suu Kyi banyak dipengaruhi oleh Mahatma Gandhi, khususnya ilsafat ahimsa yang menolak penggunaan kekerasan. Selain itu, sebagai seorang
Buddhis, Suu Kyi pun sangat kuat dipengaruhi oleh agamanya yang menolak kekerasan.
Sejak 20 Juli 1989 Suu Kyi dikenai tahanan rumah karena aktivitas politiknya. Ia ditawari kebebasan apabila ia mau meninggalkan Burma, tetapi
ia menolak tawaran itu. Salah satu pidato Suu Kyi yang terkenal adalah “Kemerdekaan dari
Ketakutan”. Ia mengatakan, “Bukan kekuasaan yang merusak, melainkan rasa takut. Takut akan kehilangan kekuasaan merusakkan mereka yang
menggunakan kekuasaan, dan rasa takut akan hukuman oleh kekuasaan merusakkan mereka yang takluk kepadanya.”
Ia juga percaya bahwa rasa takut telah menyebabkan banyak pemimpin dunia kehilangan tujuan mereka sebenarnya.
Penghargaan dunia terhadap komitmennya membela demokrasi dan hak asasi manusia, tercermin dalam beberapa penghargaan internasional yang ia
raih dalam kurun waktu 1990-2000, antara lain meraih hadiah horolf untuk perjuangan membela hak asasi dari pemerintah Norwegia 1990, hadiah
Sakharov untuk perjuangan ke arah kemerdekaan berpikir dari Masyarakat Ekonomi Eropa 1990, hadiah Nobel Perdamaian 1991, Gandhi Award
dari Universitas Simon Fraser, Kanada 1995, dan US Presidential Medal of Freedom, AS 2000.
24 Kelas XII SMASMK
Menurut Viva News.com tanggal 10 November 2010, Junta militer Myanmar atau disebut juga Burma telah melepaskan Aung San Suu Kyi,
tokoh pro-demokrasi, dari tahanan rumah.
BBC
melaporkan, Suu Kyi muncul menemui pendukungnya di rumahnya di Rangoon di mana barikade militer
di sekitar rumahnya telah disingkirkan, pada Sabtu, 13 November 2010 sore waktu setempat.
Peraih Nobel Perdamaian ini telah ditahan selama 15 tahun. Junta membatasi perjalanan dan kemerdekaannya berkumpul dan memintanya
berhenti berpolitik. Suu Kyi seharusnya dibebaskan dari rumahnya tahun lalu. Namun, gara-gara sebuah kasus di mana seorang warga Amerika
Serikat menyelinap masuk ke rumahnya, penahanannya diperpanjang. Pada hari Minggu 7 November lalu, Myanmar menggelar Pemilu untuk pertama
kalinya dalam 20 tahun. Pemilu yang dikecam banyak pihak itu menghasilkan kemenangan partai politik yang disokong junta militer.
Selama 15 tahun, dunia bagi Suu Kyi adalah sebuah rumah bergaya kolonial di University Avenue, Yangon, Myanmar. Hidup selama itu dalam penjagaan
ketat militer, merampas hampir segalanya dari hidup Suu Kyi. Saat suaminya, seorang akademisi Inggris, Michael Aris meninggal dunia pada 1999 karena
kanker, ia tak bisa melayat. Lebih dari satu dekade ia bahkan tak bisa menatap wajah dua anak lelakinya, apalagi bertemu dengan cucu. Viva News.com, 10
November 2010, diunduh tanggal 09 Mei 2014.
2. Rachel Aline Corrie