Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

n n Netto Penerimaa n Pertumb uhan penerim aan Pengelua ran Pertumb uhan pengelua ran 2004 14,063,926, 120 2,756,851, 489 11.307.074.6 30 2005 26,065,010, 539 85.332 5,634,345, 883 104.376 20.430.664.6 55 2006 53,260,889, 567 104.339 9,316,242, 977 65.347 43.944.646.5 90 2007 72,081,917, 242 35.337 26,516,21 5,957 184.623 45.565.701.2 85 2008 116.293.76 6.831 36.364 28,307,71 5,073 6.756 87.986.051.7 58 Rata-rata per Tahun 21.781 3.611 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bogor Tahun 2004 sd 2008

3.2. ARAH KEBIJAKAN APBD

3.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta lebih teknis mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 III-9 2007, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 satu tahun anggaran terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Kebijakan Pendapatan Daerah senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran; b. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, dalam pengertian bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan danatau dikurangi dengan bagi hasil; c. Pendapatan daerah adalah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Kebijakan pendapatan daerah disesuaikan dengan kewenangannya, struktur pendapatan daerah dan asal sumber penerimaannya, dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain- lain Pendapatan yang Sah. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan hasil penerimaan dari sumber-sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 III-10 dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerahnya, yang terdiri dari a. Pajak Daerah : 1 Pajak Hotel 2 Pajak Restoran 3 Pajak Hiburan 4 Pajak Reklame 5 Pajak Penerangan Jalan 6 Pajak Parkir b. Retribusi Daerah : 1 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2 Retribusi Penyelenggaraan Kesehatan 3 Retribusi di bidang lalu lintas dan angkutan jalan 4 Retribusi Pelayanan Persampahan 5 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat 6 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 7 Retribusi Izin Usaha Jasa dan Konstruksi 8 Retribusi Penyedotan Kakus 9 Retribusi Pengolahan Limbah Cair 10 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 11 Retribusi Izin Gangguan 12 Retribusi Perizinan dan Pendaftaran di Bidang Perdagangan 13 Retribusi Pelayanan Administrasi Kependudukan 14 Retribusi Rumah Pemotongan Hewan 15 Retribusi Pelayanan Pasar 16 Retribusi Pemanfaatan Ruang RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 III-11 17 Retribusi Pemeriksanaan Susu Murni 18 Retribusi Penggunaan Sarana Gelanggang Olah raga dan Remaja c. Bagian Laba Usaha Daerah 1 Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor 2 Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Kota Bogor 3 Perusahaan Daerah Jasa Transportasi Kota Bogor 4 Bagian Laba dari PT. Bank Jawa Barat dan Banten d. Lain – Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1 Pelepasan Hak Atas TanahBangunan 2 Penerimaan Jasa Giro 3 Pengembalian Pajak Penghasilan Pasal 21 4 Pengembalian lainnya 5 Pengembalian dari kelebihan pembayaran Askes 6 Jasa Pihak Ketiga Lainnya 7 Sewa Rusunawa Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan PAD adalah melalui proses intensifikasi dan ekstensifikasi, yakni : a. Meningkatkan kemampuan aparatur dalam mengkajimenganalisa transaksilaporan keuangan obyek Pajak serta metoda perhitungan target b. Pemantapan kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah; RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 III-12 c. Optimalisasi pemanfaatan dan Penggunausahaan Aset daerah sehingga lebih bernilai guna d. Optimalisasi Penerapan Perda tentang Pajak dan perda tentang retribusi e. Mengkaji dan meninjau kembali Perda-perda untuk disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan ketentuan yang baru. f. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan SKPD penghasil; g. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah; h. Penerapan sanksi yang tegas bagi penunggak pajak. i. Peningkatan pelayanan publik Dana Perimbangan yaitu merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN bertujuan untuk menutup celah fiscal fiscal gap sebagai akibat selisih kebutuhan fiskal fiscal need dengan kapasitas fiskal fiscal capacity. Kebijakan yang akan ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut: a. Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri PPh OPDN, PPh Pasal 21 dan BPHTB; b. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan Dana Perimbangan. RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014 III-13 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah pendapatan yang berasal dari Hibah, Dana Bagi hasil Pajak dari Pemerintah Propinsi, Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemerintah Daerah lainnya. Untuk mendorong pendapatan dari Hibah baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun yang berasal dari luar negeri dilakukan melalui koordinasi maupun pengajuan proposal baik itu ke kementrian maupun ke DPR-RI terkait program pembangunan di kota Bogor yang memerlukan pendanaan cukup besar. Adapun upaya untuk mendorong peningkatan pendapatan yang bersumber dari kelompok Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Propinsi dan Bantuan Keuangan dari Propinsi dilakukan dengan cara melakukan kooordinasi dengan Pemerintah Propinsi untuk mendapatkan sumber pendanaan pembangunan dari propinsi terutama untuk sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

3.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah