6e02afc1da779a6c5f344033447f4886 3. BAB III RPJMD 2016 2021

BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN

Keuangan daerah adalah

hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

otonomi daerah sesuai dengan ketentuan perundangan dan merupakan faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan pembangunan karena terkait dengan upaya
pemenuhan pendanaan bagi pembiayaan program-program pembangunan. Salah
satu

hambatan

pembangunan

selama

ini


adalah

ketidaksesuain

antara

permasalahan pembangunan yang harus ditangani dengan ketersediaan sumbersumber pendanaan yang memadai, sehingga belum semua permasalahan
pembangunan bisa ditangani.
3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
Asumsi pendapatan dibangun berdasarkan kondisi Belanja daerah dari
tahun ke tahun, dimana APBD tetap memberikan kontribusi yang besar bagi upaya
menggerakan seluruh sektor pembangunan. Karena besarnya peran belanja daerah
tersebut, maka pemahaman terhadap perkembangan APBD dari tahun ke tahun
sangat penting, guna

memberikan arah proyeksi belanja untuk sektor-sektor

pembangunan di tahun 2016 s/d tahun 2021..Kebijakan pengelolaan keuangan
daerah tahun 2016-2021 tetap dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah yang

efisien dan efektif, yang berpedoman pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali dirubah, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Dalam Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
keuangan Daerah dan Peraturan-Peraturan lainnya.
Dari aspek pendapatan daerah, kemandirian keuangan kita masih rendah,
yang ditunjukkan oleh komposisi pendapatan daerah yang masih didominasi dana
transfer,

baik

dari

Pemerintah

Pusat


maupun

Pemerintah

Propinsi.

Data

menunjukkan bahwa realisasi total pendapatan daerah cenderung meningkat dalam
tahun 2011-2015, dari Rp. 1.166.580.278.614

menjadi Rp. 1.962.118.790.955.

Komponen Pendapatan daerah, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah menunjukkan
peningkatan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah meningkat dari Rp. 77.141.691.388
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 1

tahun 2011 menjadi Rp. 211.122.853.427 pada tahun 2015. Dana Perimbangan
meningkat


dari

Rp.803.583.007.863

Rp.1.146.100.682.063

pada

tahun

2011,

menjadi

pada tahun 2015. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

meningkat dari Rp.285.855.579.363 pada tahun 2011 mejadi Rp. 604.895.255.465
pada tahun 2015. Data selengkapnya sebagaimana Tabel 3.1.
Tabel 3.1

Pendapatan Daerah Tahun 2010-2015 ( Rupiah)
N0.

Uraian

1.

PENDAPATAN

1.1.

2011

2012

2013

2014

RataRata

Pertumb
uhan

2015

1.166.580.278.614

1.339.809.192.399

1.489.302.468.177

1.712.184.966.496

1.962.118.790.955

13,88

77.141.691.388

100.037.192.306


111.587.522.903

182.149.063.108

211.122.853.427

28,62

1.1.1.

Pendapatan
Asli Daerah
Pajak Daerah

10.867.383.001

12.028.974.635

14.589.776.248


29.524.863.665

31.486.086.953

30,47

1.1.2.

Retribusi Daerah

14.586.598.343

21.221.138.494

21.211.387.177

26.800.055.832

18.593.204.602


6,26

1.1.3.

5.233.063.429

5.926.134.429

7.914.076.474

10.102.729.033

10.839.243.455

19,97

46.454.646.615

60.860.944.748


67.872.283.004

115.721.414.578

150.204.318.417

34,10

803.583.007.863

948.633.440.487

1.039.362.677.425

1.088.639.228.342

1.146.100.682.063

9,28


43.718.146.863

45.101.812.487

46.180.230.425

27.868.669.342

28.589.690.063

(10,07)

682.033.161.000

828.479.528.000

917.476.557.000

1.001.378.439.000

1.031.393.472.000

10,89

77.831.700.000

75.052.100.000

75.705.890.000

59.392.120.000

86.117.520.000

2,56

285.855.579.363

291.138.559.606

338.352.267.849

441.396.675.046

604.895.255.465

20,61

1.3.1.

Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Yang
Dipisahkan
Lain-Lain
Pendapatan Asli
Daerah Yang
sah
Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana Alokasi
Umum
Dana Alokasi
Khusus
Lain-Lain
Pendapatan
Daerah Yang
Syah
Hibah

4.317.280.500

274.965.960

620.260.400

2.850.867.500

1.098.871.150

(28,97)

1.3.2.

Dana Darurat

-

-

1.3.3.

Dana Bagi Pajak
Dari Provinsi
dan Pemerintah
Daerah Lainnya

42.520.993.248

52.123.160.215

61.818.959.046

78.970.083.000

102.295.243.670

24,54

1.3.4.

Dana
Penyesuaian
otonomi Khusus
Bantuan
Keuangan dari
Provinsi atau
Pemerintah
Daerah Lainnya

212.692.777.080

183.826.480.000

243.523.976.630

308.494.252.000

437.896.092.000

19,79

26.324.528.535

54.913.953.431

32.389.071.773

51.081.472.546

63.605.048.645

24,68

1.1.4.

1.2.
1.2.1.

1.2.2.
1.2.3.
1.3.

1.3.5.

Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015

Dari aspek kontribusi sumber-sumber pendapatan daerah, sebagaimana
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa dalam tahun 2011-2015, secara rata-rata sekitar
66,29% realisasi pendapatan daerah berasal dari Dana Perimbangan, kemudian
25,11% berasal dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan 8,59 % berasal
dari Pendapatan Asli Daerah. Gambar 3.1, juga menginformasikan dengan jelas
bahwa kemandirian daerah dalam pembiayaan pembangunan masih rendah, karena
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi yang sangat rendah,
dibanding sumber-sumber pendapatan daerah lainnya.

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 2

24,50

21,73

22,72

25,78

30,83

25,11

68,88

70,80

69,79

63,58

58,41

66,29

6,61

7,47

7,49

10,63

10,76

8,59

2011

PAD

2012

2013

2014

Dana Perimbangan

2015

RATA-RATA

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Syah

Gambar 3.1. Komposisi Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 (%)
Sumber :Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015.

Pertumbuhan

sumber-sumber

pendapatan

daerah

juga

cenderung

fluktuatif. Dana perimbangan yang merupakan sumber utama pendapatan daerah
memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 9,28% pertahun,
komponen pendapatan daerah lainnya, dengan pola

terendah diantara

menunjukkan kecenderungan

menurun mulai tahun 2012 s/d tahun 2015. Hal lain yang perlu dipahami bahwa DAU
sebagai komponen utama Dana Perimbangan pertumbuhannya cenderung menurun,
dan pada tahun 2015 hanya meningkat sebesar 3% dibanding tahun sebelumnya.
Lain-Lain Pendapatan Daerah memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 20,61%.
Pertumbuhan yang sangat tinggi ini terutama didongkrak oleh pertumbuhan Bantuan
Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya yang tumbuh rata-rata
sebesar 24,68% dan Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainyya yang tumbuh rata-rata 24,54% per tahun. Pendapatan
Asli Daerah memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 28,62%, dan pertumbuhan yang
cukup tinggi ini terutama didongkrak oleh pertumbuhan Pajak Daerah yang pada
tahun 2014 tumbuh sebesar 68,08% karena munculnya jenis pendapatan baru dari
PBB akibat kebijakan pendaerahan PBB Perdeesaan dan Perkotaan.

Kondisi

kenaikan dana perimbangan yang fluktuatif ini perlu diantisipasi dan disikapi,
sehingga kedepan tidak menggangu kondisi keuangan daerah mengingat ini
merupakan sumber utama pendapatan daerah. Secara lengkap pertumbuhan
sumber-sumber pendapatan daerah, sebagaimana Gambar 3.2 di bawah ini.

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 3

70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2012

2013

2014

2015

RATA-RATA

PAD

29,68

11,55

63,16

15,91

28,62

Dana Perimbangan

18,05

9,56

4,74

5,28

9,28

Lain-Lain Pendapatan Daerah

1,85

16,22

30,45

37,04

20,61

Total Pendapatan

14,85

11,16

14,96

14,60

13,88

Gambar 3.2. Pertumbuhan Sumber-sumber Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015
Sumber : Data diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri
Tahun 2011-2015.

Realisasi Belanja Daerah menunjukkan peningkatan dalam periode tahun
2011-2015, dari Rp.

1.110.643.920.205,-

menjadi Rp.

1.877.830.486.893,-

dengan rata-rata pertumbuhan belanja sebesar 13,03% per tahun. Belanja Tidak
langsung meningkat dari
1.292.465.986.782

Rp.829.951.001.576

pada tahun 2011 menjadi Rp.

pada tahun 2015 atau tumbuh rata-rata sebesar 11,71% per

tahun, terutama didongkrak oleh pertumbuhan Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Pemerintah Desa yang tumbuh rata-rata sebesar 56,01% per tahun. . Belanja
Langsung meningkat dari Rp.280.692.918.629

pada tahun 2011 menjadi

Rp.585.364.500.111, atau tumbuh rata-rata sebesar 20,17% per tahun yang utama
berasal dari pertumbuhan Belanja Modal yang tumbuh sebesar 29,39% per tahun.

Tabel 3.2.
Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015

Belanja Tidak Langsung

2011
829.951.001.576

2012
965.323.437.371

2013
1.027.942.348.142

2014
1.159.533.183.849

2015
1.292.465.986.782

RataRata
Pertum
buhan
(%)
11,71

Belanja Pegawai

759.116.812.300

860.211.381.442

904.174.085.497

1.034.526.490.204

1.082.573.762.737

9,28

159.052.500

86.994.000

80.271.000

83.124.000

56.648.000

(22,75)

16.375.487.000

25.695.730.000

18.525.438.500

14.792.611.000

29.397.894.645

15,75

1.804.500.000

4.340.000.000

4.278.000.000

6.763.000.000

617.500.000

(23,52)

Tahun
No

1

Uraian

Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 4

0

RataRata
Pertum
buhan
(%)
22,65

179.764.181.400

56,01

Tahun
No

Uraian

Belanja Bagi Hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
Belanja bantuan Keuangan
Kepada Provinsi /
kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa

2011
18.945.075.786

2012
23.016.940.860

2013
24.488.456.385

2014
34.955.684.595

30.346.176.800

49.806.746.469

72.922.989.800

68.412.274.050

Belanja Tidak Terduga
2

3.203.897.190

2.165.644.600

3.473.106.960

0

56.000.000

(63,64)

280.692.918.629

359.872.149.526

421.303.099.525

493.046.680.545

585.364.500.111

20,17

35.227.165.296

39.054.371.088

38.613.344.137

47.258.568.170

81.158.978.796

23,20

Belanja Barang dan Jasa

134.145.320.275

135.003.339.197

190.640.953.092

221.900.555.840

192.214.694.144

9,41

Belanja Modal

111.320.433.058

185.814.439.241

192.048.802.296

223.887.556.535

311.990.827.171

29,39

Total Belanja

1.110.643.920.205

1.325.195.586.897

1.449.245.447.667

1.652.579.864.394

1.877.830.486.893

14,03

Belanja Langsung
Belanja Pegawai

3.

2015

Sumber :Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015.

Dilihat dari komposisi Belanja, Kelompok Belanja Tidak Langsung masih
mendominasi Belanja daerah, rata-rata sebesar 71,50% per tahun dari total belanja.
Sementara Belanja Langsung rata-rata sebesar 28,50%

terhadap Total Belanja.

Belanja Tidak Langsung yang masih sangat besar penyerapannya, terutama untuk
Belanja Pegawai yang rata-rata menyerap sebesar 63,18% dari total belanja daerah
setiap tahunnya. Sementara untuk Belanja Langsung, terbesar untuk membiayai
Belanja Modal yang setiap tahun menyerap sekitar 13,49% dari total belanja dengan
kecenderungan yang meningkat.
Tabel 3.3
Proporsi Belanja Daerah Tahun 2011-2015 (%)
No
1

2

Tahun

Uraian
2012
72,8

2013
70,9

2014
70,2

2015
68,8

71,50

68,3

64,9

62,4

62,6

57,7

63,18

Belanja Subsidi

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,01

Belanja Hibah

1,5

1,9

1,3

0,9

1,6

1,43

Belanja Bantuan Sosial

0,2

0,3

0,3

0,4

0,0

0,25

Belanja
Bagi
Hasil
kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
Belanja
bantuan
Keuangan
Kepada
Provinsi
/
kabupaten/Kota
dan
Pemerintah Desa
Belanja Tidak Terduga

1,7

1,7

1,7

2,1

-

1,45

2,7

3,8

5,0

4,1

9,6

5,05

0,3

0,2

0,2

-

0,0

0,14

25,3

27,2

29,1

29,8

31,2

28,50

Belanja
Tidak
Langsung
Belanja Pegawai

Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Jasa
Belanja Modal

3.

Rata-Rata

2011
74,7

Total Belanja

dan

3,2

2,9

2,7

2,9

4,3

3,19

12,1

10,2

13,2

13,4

10,2

11,82

10,0

14,0

13,3

13,5

16,6

13,49

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,00

Sumber : Diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015.

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 5

Dilihat dari pengelompokan belanja menurut jenis Belanja Operasi, Belanja
Modal, Belanja Tak terduga dan Belanja Transfer dalam periode 2011-2014, Belanja
Operasi meningkat dari Rp. 977.174.514.171

menjadi Rp. 1.393.736.623.264,

terbesar digunakan untuk belanja pegawai yang mencapai Rp. 1.081.785.058.374,
pada tahun 2014. Belanja Modal meningkat dari Rp. 111.320.433.058 pada tahun
2011 menjadi Rp. 223.887.556.535 pada tahun 2014, sementara belanja Transfer
meningkat dari Rp. 18.945.075.786 pada tahun 2011 menjadi Rp. 34.955.684.000.
Tabel 3.4
Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja Tahun 2011-2014
NO.
2
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
2.1.5.
2.1.6

URAIAN
BELANJA
BELANJA OPERASI

2011

2012

2013

2014

1.110.643.920.205

1.325.195.586.897

1.449.245.447.557

1.652.579.863.799

977.174.514.171

1.114.198.562.196

1.229.235.082.026

1.393.736.623.264

794.343.977.596

899.265.752.530

942.787.429.634

1.081.785.058.374

134.145.320.275

135.003.339.197

190.640.953.092

221.900.555.840

0

0

0

0

159.052.500

86.994.000

80.271.000

83.124.000

1.804.500.000

25.695.730.000

18.525.438.500

14.792.611.000

16.375.487.000

4.340.000.000

4.278.000.000

6.763.000.000

30.346.176.800

49.806.746.469

72.922.989.800

68.412.274.050

111.320.433.058

185.814.439.241

192.048.802.186

223.887.556.535

4.735.156.150

3.608.521.420

4.376.295.500

5.238.152.249

36.398.024.374

43.914.628.092

52.940.798.054

45.724.870.420

15.244.555.750

79.612.579.449

72.850.122.166

70.695.964.342

50.544.505.968

43.497.499.150

55.506.252.376

100.794.956.524

4.071.285.816

15.001.224.880

5.823.934.090

396.702.000

326.905.000

179.986.250

551.400.000

1.036.911.000

3.203.897.190

2.165.644.600

3.473.106.960

0

3.203.897.190

2.165.644.600

3.473.106.960

0

18.945.075.786

23.016.940.860

24.488.456.385

34.955.684.000

18.945.075.786

23.016.940.860

24.488.456.385

34.955.684.000

1.547.814.010

3.834.629.360

0

0

2.4.3.
17.397.261.776
19.182.311.500
24.488.456.385
Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014,

34.955.684.000

Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Pemerintah Desa

2.1.7
2.2.
2.2.1

Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin

2.2.2.
Belanja Gedung dan Bangunan

2.2.3
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

2.2.4.
Belanja Asset Tetap Lainnya

2.2.5.
2.2.6
2.3.
2.3.1
2.4.
2.4.1.
2.4.2.

Belanja Asset lainnya
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer Bagi Hasil
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Dalam periode tersebut, rata-rata 85,3% total belanja digunakan untuk belanja
operasi, dimana 79,1% dari belanja operasi tersebut digunakan untuk Belanja Pegawai.
Belanja Modal rata-rata sebesar 12,7%, BelanjaTak terduga sebesar 0,23% dan Belanja
Transfer sebesar 1,81%.

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 6

Tabel 3.5.
Proporsi Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja Tahun 2011-2014(%)
RataNO.

URAIAN

2

BELANJA

2.1.

2011

2012

2013

2014

Rata

100

100

100

100

100

BELANJA OPERASI

87,98

84,08

84,82

84,34

85,30

2.1.1.

Belanja Pegawai

81,29

80,71

76,70

77,62

79,08

2.1.2.

Belanja Barang dan

13,73

12,12

15,51

15,92

14,32

Jasa
2.1.3.

Belanja Bunga

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

2.1.4.

Belanja Subsidi

0,02

0,01

0,01

0,01

0,01

2.1.5.

Belanja Hibah

0,18

2,31

1,51

1,06

1,26

2.1.6

Belanja Bantuan

1,68

0,39

0,35

0,49

0,72

3,11

4,47

5,93

4,91

4,60

Sosial
2.1.7

Belanja Bantuan
Keuangan Kepada
Pemerintah Desa

2.2.

Belanja Modal

10,02

14,02

13,25

13,55

12,71

2.2.1

Belanja Tanah

4,25

1,94

2,28

2,34

2,70

2.2.2.

Belanja Peralatan dan

32,70

23,63

27,57

20,42

26,08

13,69

42,85

37,93

31,58

31,51

45,40

23,41

28,90

45,02

35,68

3,66

8,07

3,03

0,18

3,74

Mesin
2.2.3

Belanja Gedung dan
Bangunan

2.2.4.

Belanja Jalan, Irigasi
dan Jaringan

2.2.5.

Belanja Asset Tetap
Lainnya

2.2.6

Belanja Asset lainnya

0,29

0,10

0,29

0,46

0,29

2.3.

Belanja Tak Terduga

0,29

0,16

0,24

0,00

0,23

2.3.1

Belanja Tak Terduga

100,00

100,00

100,00

2.4.

Transfer

1,71

1,74

1,69

2,12

1,81

2.4.1.

Transfer Bagi Hasil

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

2.4.1.1. Bagi Hasil Retribusi

8,17

16,66

0,00

0,00

6,21

91,83

83,34

100,00

100,00

93,79

2.4.1.2

Bagi Hasil Pendapatan
Lainnya

Sumber : Diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014,

Dari aspek kenaikan realisasi belanja, dalam tahun 2011-2014, kenaikan rata-rata
tertinggi adalah Belanja Modal sebesar 28,95% per tahun, dengan kenaikan tertinggi pada
tahun 2012 sebesar 66,92%. Belanja transfer juga memiliki rata-rata kenaikan yang tinggi

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 7

sebesar 23,5% per tahun, dan kenaikan tertinggi tahun 2014 sebesar 42,7%. Sementara
untuk Belanja Operasi rata-rata kenaikan sebesar 12,58% per tahun.
Tabel 3.6.
Kenaikan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Tahun 2011-2014 (%)
2012

Uraian

2013

2014

Rata-Rata

Total Belanja

19,32

9,36

14,03

14,24

Belanja Operasi

14,02

10,32

13,38

12,58

Belanja Modal

66,92

3,36

16,58

28,95

Belanja Tak Terduga

(32,4)

60,4

(100,0)

(24,0)

21,5

6,4

42,7

23,5

Transfer

Sumber : Diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kab. Wonogiri Tahun 2011-2014
Indikator lain yang menggambarkan keterbatasan keuangan daerah adalah Ruang
Fiskal,

yang

menggambarkan

kondisi

keleluasaan/fleksibilatas

daerah

untuk

mengalokasikan anggaran yang ada. Formulasi Ruang Fiskal ini berasal dari Pendapatan
Daerah dikurangi pendapatan-pendapatan yang mengikat (ear market income), seperti DAK,
Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Otonomi dan Penyesuaian Khusus dan Gaji Pegawai dari
Belanja Tidak Langsung. Semakin besar ruang fiskal, menandakan tersedianya lebih banyak
dana yang bisa direncanakan untuk dialokasikan bagi program-program prioritas daerah.
Secara Absolut, dalam periode tahun 2010-2015 ruang fiskal tertinggi terjadi pada tahun
2013 sebesar Rp. 194,331 milyar dan terendah tahun 2015 sebesar 109,690 milyar. Secara
prosentase ruang fiskal tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 14,84% dan terendah
tahun 2015 sebesar 6,07%. Semakin membaiknya Ruang Fiskal daerah, memberi harapan
bagi upaya pengelolaan anggaran berdasarkan prioritas daerah yang semakin besar, namun
sebaliknya semakin rendahnya ruang fiskal daerah, semakin terbatasnya daerah untuk bisa
mengalokasikan anggaran untuk program dan kegiatan prioritas daerah.

14,84
13,05
10,39

10,17

9,66
6,07

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Gambar 3.3. Ruang Fiskal Daerah Tahun 2009-2015 (%)
Sumber : Data Diolah dari Buku APBD Tahun 2010-2015

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 8

3.1.2. Neraca Daerah
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas (perusahaan, pemerintah
atau lembaga) yang meliputi Asset, kewajiban dan equitas dana pada saat tertentu. Neraca
daerah akan memberikan informasi kepada share holder (legislatif, eksekutif, masyarakat)
terkait kekayaan dan kuwajiban Pemerintah Daerah, serta asset-asset yang potensial
dikembangkan. Secara umum neraca daerah akan memberikan gambaran kemampuan
keuangan daerah melalui perhitungan likuiditas, solvabilitas serta rasio efektivitas.

a. Asset
Asset merupakan sumberdaya ekonomi yang dimiliki oleh pemerintah daerah
yang memberi manfaat

ekonomi maupun sosial kepada pemerintah dan

masyarakat sebagai akibat dari masa lalu serta dapat diukur dalam satuan
moneter.Asset terdiri dari Asset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Asset Tetap
dan Asset Lainnya. Asset Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam periode 20112014

menunjukan

kecenderungan

Rp.2.763.947.669.134 menjadi Rp.

meningkat

dari

sebesar

3.289.682.423.460 atau meningkat rata-

rata 7.5% per tahun. Komponen Asset Pemerintah Kabupaten Wonogiri terbesar
adalah Asset tetap yang meningkat dari Rp.

2.486.611.571.140 tahun 2011

menjadi Rp.2.870.175.214.903 tahun 2014 . Komposisi Asset tetap terhadap
total Asset dalam periode 2011-2014 sebesar 89,6%. Asset Lancar berupa Kas,
Piutang dan Persediaan.
periode

2011-2015

Kontribusi asset lancar terhadap total asset dalam

sebesar

6,2%.

Asset

lancer

meningkat

dari

Rp.

164.565.204.962 tahun 2011 menjadi Rp 253.122.855.274 pada tahun 2014,
Komponen terbesar dari asset lancar adalah Uang Kas, yang mencapai rata-rata
88,8% terhadap asset lancar.Investasi jangka panjang merupakan asset
produktiv, yang diharapkan mampu memberikan hasil/income di masa-masa
yang akan datang. Investasi Jangka Panjang meningkat dari Rp. 96.593.031.875
pada tahun 2011 menjadi Rp. 125.400.509.403 pada tahun 2014.Asset tetap
adalah asset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun
anggaran yang digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau digunakan oleh
masyarakat umum. Asset tetap meningkat dari Rp 2.486.611.571.140
2011 menjadi Rp. 2.870.175.214.903

tahun

tahun 2014. Asset tetap ini terutama

berupa jalan, irigasi dan jaringannya, tanah, gedung dan bangunan, mesin dan
aset tetap lainya.
b. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul

dari perisitiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran sumberdaya

ekonomi pemerintah.

Kewajiban memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak
ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 9

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka panjang dan kewajiban
jangka pendek. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Wonogiri meningkat dari Rp.
430.113.668 menjadi Rp. 2.618.032.732

pada tahun 2014, dengan proporsi

terbesar berupa utang jangka pendek yang meningkat dari Rp. 215.056.834
pada tahun 2011 menjadi
perhitungan pihak ke III

2.618.032.732

tahun 2014. Sementara utang

menurun dari Rp.

18.881.834 pada tahun 2011

menjadi Rp. 7.676.865 tahun 2014.

c. Equitas
Equitas dana adalah

kekayaan bersih pemerintah daerah, yang merupakan

selisih antara Asset dan Kuwajiban Pemerintah Daerah. Equitas dana meliputi
Equitas dana lancar dan equitas dana investasi. Equitas dana lancar merupakan
selisih antara Asset Lancar

dan Kuwajiban Jangka Pendek. Equitas dana

investasi merupakan selisih antara jumlah investasi permanent, asset tetap dan
asset lainnya (tidak termasuk dana cadangan)

dengan nilai utang jangka

panjang. Nilai dana equitas Pemerintah Kabupaten Wonogiri meningkat dari
Rp.2.763.732.612.301 tahun 2011 menjadi Rp. 3.287.064.390.728 tahun 2014.,
terbesar

berupa

equitas

dana

investasi

yang

meningkat

dari

Rp.2.599.382.464.173 pada tahun 2011 menjadi Rp.3.036.559.568.186

tahun

2014. Neraca secara lengkap sebagaimana Tabel 3.7 .di bawah ini.
Tabel 3.7.
Perkembangan Neraca Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014
NO.

2014

2013

2012

3.289.682.423.460

3.815.167.723.144

2.937.724.847.074

2.763.947.669.134

Aset Lancar

253.122.855.274

203.929.168.978

168.934.022.366

164.565.204.962

1.1.1.

Kas

225.473.873.312

177.321.994.034

149.493.505.168

149.393.657.798

1.1.2.

Piutang

16.738.139.803

13.221.307.712

5.100.146.042

3.756.845.146

1.1.3

Persediaan

10.910.842.159

13.385.867.232

14.340.371.156

11.414.702.018

1
1.1.

URAIAN
ASET

2011

1.2

Investasi Jangka Panjang

125.400.509.403

116.043.605.288

101.648.098.249

96.593.031.875

1..2.1

Investasi Non Permanen

14.013.950.000

15.690.321.000

15.727.785.750

33.329.630.325

1.2.1.1.

14.013.950.000

15.690.321.000

15.727.785.750

33.329.630.325

1.2.2.

Investasi Dana Bergulir
Investasi Permanen

111.386.559.403

100.353.284.288

85.920.312.499

63.263.401.550

1.2.2.1

Penyertaan modal Perusahaan
Daerah

111.386.559.403

100.353.284.288

85.920.312.499

63.263.401.550

2.870.175.214.903

3.473.361.036.202

2.650.134.236.329

2.486.611.571.140

1.3.

Aset Tetap

1.3.1

Tanah

933.365.407.402

896.521.154.184

249.875.157.134

232.482.182.044

1.3.2.

Peralatan dan Mesin

352.064.902.943

298.492.037.257

263.106.574.759

224.121.118.413

1.3.2.

Gedung dan Bangunan

814.536.729.041

742.885.075.520

683.089.833.935

625.625.042.312

1.3.3.

Jalan, Irigasi dan Jaringan

697.150.688.101

1.458.422.697.052

1.394.651.410.385

1.360.621.283.980

1.3.4.

Aset Tetap Lainnya

72.847.254.233

67.040.007.233

55.499.766.066

40.846.382.341

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 10

NO.

URAIAN

1.3.5

Konstruksi Dalam Pengerjaan

1.4.

Aset Lainnya

2014

2013

2012

2011

210.233.183

10.000.064.956

3.911.494.050

2.915.562.050

17.008.490.130

16.177.861.157

40.983.843.880

21.833.912.677

1.4.1.

Tagihan Penjualan Angsuran

-

-

1.4.2.

Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Kerugian Daerah
Tagihan Tuntutan Kerugian
Daerah Lainnya

199.035.880

207.435.880

215.835.880

224.235.880

1.078.383.044

1.078.383.044

1.078.383.044

1.094.270.494

-

-

-

4.668.092.369

4.182.481.740

3.026.056.147

2.629.238.997

1.4.3
1.4.4.

Kemitraan Dengan Pihak Ketiga

1.4.5.

Aset Tak Berwujud

1.4.6.

Aset Lain-lain

35.038.332.587

16.365.612.013

12.688.215.059

12.230.115.786

2

KEWAJIBAN

2.618.032.732

4.444.018.196

4.411.112.905

430.113.668

Kewajiban Jangka Pendek

2.618.032.732

4.444.018.196

4.411.112.905

215.056.834

7.676.865

4.677.899

19.964.260

18.881.834

2.1
2.1.1.

Utang Perhitungan Pihak Ketiga

2.1.2.

Utang Pajak

-

-

2.1.3.

Utang Bunga

-

-

2.1.4

Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang DN

-

-

2.1.5.

Pendapatan diterima muka

-

-

2.1.6.

Utang Jangka Pendek Lainnya

3
3.1.

EKUITAS DANA

2.610.355.867

4.439.340.297

4.391.148.645

196.175.000

3.287.064.390.728

3.810.723.704.948

2.933.313.734.169

2.763.732.612.301

Ekuitas Dana Lancar

250.504.822.542

199.485.150.782

164.522.909.461

164.350.148.128

3.1.1.

SILPA

224.956.707.456

176.551.799.935

149.018.004.213

149.374.775.964

3.1.2.

Pendapatan Yang
Ditangguhkan

509.488.991

765.516.200

455.536.695

-

3.1.3

Cadangan Piutang

16.738.139.803

13.221.307.712

5.100.146.042

3.756.845.146

3.1.4.

Cadangan Persediaan

10.910.842.159

13.385.867.232

14.340.371.156

11.414.702.018

3.1.5

Utang Jengka Pendek

(2.610.355.867)

(4.439.340.297)

(4.391.148.645)

(196.175.000)

3.2.

Ekuitas Dana Investasi

3.036.559.568.186

3.611.238.554.167

2.768.790.824.708

2.599.382.464.173

3.2.1

Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang

125.400.509.403

116.043.605.288

101.648.098.249

96.593.031.876

3.2.2

Diinvestasikan Dalam Asset
tetap

2.870.175.214.903

3.473.361.036.202

2.650.134.236.329

2.486.611.571.140

3.2.3.

Diinvestasikan Dalam Asset
Lainnya

40.983.843.880

21.833.912.677

17.008.490.130

16.177.861.157

4

JUMLAH KUWAJIBAN DAN
EKUITAS

3.289.682.423.460

3.815.167.723.144

2.937.724.847.074

2.764.162.725.969

Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014,

Untuk mengetahui kemampuan keuangan Pemerintah

Kabupaten Wonogiri

dilakukan melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta
kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana embangunan daerah. Analisis data
neraca daerah sekurang-kurangnya dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas, digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jenis rasio likuiditas yang
digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain:
a. Rasio lancar = aktiva lancar : kewajiban jangka pendek
b. Rasio quick = (aktiva lancar – persediaan ) : kewajiban jangka pendek
Rasio Lancar digunakan kemampuan Pemerintah Kabupaten Wonogiri
dalam membayar kuwajiban jangka pendeknya. Berdasarkan perhitungan nilai
rasio lancar sebesar 765 pada tahun 2011, menurun menjadi 38,29 tahun 2012,
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 11

meningkat menjadi 45,88 tahun 2013 dan 96,68 tahun 2014. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan

bahwa Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan utang jangka pendeknya.

Nilai rasio lancar

yang semakin besar menunjukkan semakin besarnya kemampuan untuk
membayar kuwajibannya.
Rasio Quick lebih akurat dibandingkan dengan rasio lancar karena telah
mempertimbangkan persediaan dalam perhitungannya. Sebaiknya rasio ini tidak
kurang dari 1. Berdasarkan perhitungan nilai Rasio Quick sebesar 712 pada
tahun 2011, 35 pada tahun 2012, meningkat menjadi 43 tahun 2013 dan 93 pada
tahun 2014. Berdasarkan perhitungan tersebut, setelah dikurangi dengan
persediaan Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki kemampuan yang baik
untuk melunasi kuwajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Solvabilitas, digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah

Daerah

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Jenis rasio solvabilitas
yang digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain:
a. Rasio total hutang terhadap total aset = total hutang : total aset
b. Rasio hutang terhadap modal = total hutang : total ekuitas.
Rasio

Solvabilitas

adalah

rasio

yang

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan pemerintah daerah dalam membayar kuwajiban jangka panjangnya.
Berdasarkan perhitungan, nilai rasio hutang terhadap asset sebesar 0,000156
pada tahun 2011, 0,00050 pada tahun 2012, 0,0011 pada tahun 2013 dan
0,000795 pada tahun 2014. Semakin kecil rasio ini menunjukkan kemampuan
yang lebih baik bagi pemerintah daerah untuk menyelesaikan hutang jangka
panjangnya. Berdasarkan data tersebut bisa dikatakan bahwa Pemerintah
Kabupaten Wonogiri memiliki kemampuan membayar hutang jangka panjang
apabila akan melakukan pinjaman.
Rasio kuwajiban terhadap equitas membandingkan

secara langsung

kuwajiban terhadap equitas. Berdasarkan perhitungan nilai rasio hutang terhadap
modal adalah 0,000155 tahun 2011, 0,000150 tahun 2012, 0,00116 tahun 2013
dan 0,000796 tahun 2014. Semakin kecil rasio ini semakin baik, yang
menunjukkan kemampuan yang semakin baik bagi Pemerintah Daerah untuk
membayar hutang jangka panjangnya.
3. Rasio Aktivitas, digunakan untuk melihat tingkat aktivitas tertentu pada kegiatan
pelayanan Pemerintah Daerah. Jenis rasio aktivitas yang digunakan untuk
Pemerintah Daerah antara lain:
a. Rata-rata umur piutang, yaitu rasio untuk melihat berapa lama, hari yang
diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas), dihitung
dengan formula sebagai berikut.
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 12

Rata-rata umur piutang = 365 : Perputaran Piutang Dimana: Perputaran
Piutang = pendapatan daerah / rata-rata piutang pendapatan daerah.
Sedangkan, rata-rata piutang pendapatan daerah = (saldo awal piutang+ saldo
akhir piutang) : 212. Berdasarkan tabel 3.6 rasio aktivitas cenderung menurun,
yang berdampak pada menurunnya pendapatan daerah.
b. Rata-rata umur persediaan, yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana
tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi
pelayanan publik), dihitung dengan formula sebagai berikut.Rata-rata umur
persediaan = 365 : perputaran persediaan
Dimana:Perputaran persediaan = nilai persediaan yang digunakan dalam satu
tahun : rata-rata nilai persediaan.Sedangkan, rata-rata nilai persediaan = (saldo
awal persediaan + saldo). Rata-rata umur persediaan menunjukkan semakin
menurun dari 406,39 pada tahun 2011 menjadi 182,5 tahun 2014, dan
menunjukkan bahwa

kemampuan daerah dalam mencukupi input berupa

persediaan yang dimasukkan untuk menghasilkan output pelayanan publik
relatif baik.
Tabel 3.8.
Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Tahun 2011-2014
NO.
1

Rasio Likuiditas

2

- Rasio Lancar
- Rasio Quick
Rasio Solvabilitas
- Rasio Total Hutang
terhadap total Asset
- Rasio Hutang terhadap
Modal

3

TAHUN

URAIAN

2014

2013

2012

2011

96,6843
93

45,8884
43

38,2973
35

765,2172
712

0,0007958

0,0011648

0,0015015

0,0001556

0,00079647

0,00116619

0,00150380

0,00015563

2,7849

1,9528

1,0853

0,5117

406,3984612

378,0134987

327,7670294

182,5

Rasio Aktivitas

- Rata-Rata Umur Piutang
- Rata-Rata Umur
Persediaan
Sumber: Data Diolah

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah
Kebijakan pengelolaan keuangan meliputi kebijakan pengelolaan pendapatan
dan kebijakan pengelolaan belanja daerah.

Kebijakan pendapatan daerah yang

dilaksanakan tetap dalam upaya optimalisasi seluruh potensi pendapatan dan
menekan sekecil mungkin kebocoran pendapatan, sehingga kebijakan yang
diarahkan dalam upaya tersebut adalah :
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 13

a. Perencanaan target PAD didasarkan pada potensi, terukur secara rasional tidak
semata-mata didasarkan dari capaian tahun sebelumnya.
b. Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pendapatan Asli Daerah.
c. Penerapan rewards dan punishment.
d. Peningkatan sarana prasarana dan sumber daya manusia.
e. Penguatan dan peningkatan kinerja BUMD.
f. Peningkatan koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah pengelola
pendapatan.
g. Pendelegasian sebagian kewenangan kepada camat.
h. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi.
i. Peningakatan kerjasama dengan pihak ketiga.
j. Pemenuhan ketentuan-ketentuan teknis yang dipersyaratkan dalam memperolah
dana dari pemerintah pusat dan pemerintah propinsi maupun sumber lainnya.
Kebijakan

belanja daerah tetap diarahkan dalam upaya penyelesaian

permasalahan daerah, dan pemberian prioritas pada belanja-belanja pelayanan
masyarakat. Kebijakan pengelolaan belanja daerah dalam periode 2011-2015 adalah
sebagai berikut :
a. Belanja non urusan atau program di setiap SKPD digunakan untuk mencukupi
kebutuhan pelaksanaan pemerintahan untuk mendukung pelaksanaan urusan
wajib dan urusan pilihan.
b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, sarana dan prasarana
infrastruktur jalan dan jembatan, serta penyediaan fasilitas umum lainnya yang
layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan
kemiskinan dan pengurangan pengangguran.
c.

Belanja dalam rangka peningkatan sarana prasarana infrastruktur jalan dan
jembatan membutuhkan anggaran yang cukup besar. Hal ini disebabkan kondisi
jalan di Kabupaten Wonogiri dalam kondisi rusak berat (darurat infrastruktur).

d. Menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD
Kabupaten sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.
e. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah
memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 14

daerah, termasuk investasi bidang pendidikan dan pembangunan sarana dan
prasarana ekonomi masyarakat seperti pasar tradisional.
f. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
g. Penyusunan

belanja

daerah

diprioritaskan

untuk

menunjang

efektivitas

pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
h. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut :
1) Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan
lingkungan pemukiman di perkotaan dan di perdesaan, pembangunan irigasi,
jaringan jalan dan jembatan;
2) Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya
untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan
penyediaan fasilitas umum, sosial,pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk
tercapainya standarpelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang undangan;
3) Dana alokasi umum ditujukan untuk mendanai kebutuhan belanja pegawai
negeri sipil daerah dan urusan wajib dalam rangkapeningkatan pelayanan
dasar dan pelayanan umum beserta

tunjangan-tunjangan yang mengacu

pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta kinerja pegawai;
4) Dana alokasi khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan
daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatandan lain-lain
sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan olehmenteri teknis terkait
sesuai dengan peraturan perundang - undangan;
5) Pemerintah daerah menyediakan dana pendamping/cost sharing pada
program/kegiatan yang berasal dari pusat maupun provinsi sesuaidengan
peraturan perundangan yang berlaku.
i.

Belanja Pegawai.
1) Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah
(PNSD)

mempedomani

ketentuan

yang

ditetapkan

dalam

Peraturan

Pemerintah tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 15

2) Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas PNSD,
struktural/fungsional,

dan

Tunjangan

Perbaikan

berdasarklan beban kerja dan mengacu pada

tunjangan jabatan

Penghasilan

(TPP)

ketentuan peraturan

perundang-undangan;
3) Untuk mengantisipasi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah
(CPNSD), pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD sesuai dengan
jumlah CPNSD dan formasi pegawai yang direncanakan;
4) Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas PNSD, diberikan
tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja dengan tetap mengacu pada
ketentuan perundangan yang berlaku;
5) Dalam merencanakan belanja pegawai diperhitungkan "accres" gaji paling
tinggi 2,5% yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya
kenaikan

gaji

berkala,

kenaikan

pangkat,

tunjangan

keluarga,

dan

penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi;
6) Pemberian honorarium bagi PNSD dibatasi dengan mempertimbangkan asas
efisiensi,

kepatutan

dan

kewajaran

serta

pemerataan

penerimaan

penghasilan, yang besarannya ditetapkan dalam keputusan kepala daerah.
j.

Hibah dan Bantuan Sosial
1) Penganggaran,

pelaksanaan

dan

penatausahaan,

pelaporan

dan

pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan
bantuan sosial yang bersumber dari APBD agar mempedomani peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu Permendagri Nomor 39 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Rekomendasi Kepala SKPD dan
pertimbangan TAPD menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran hibah dan
alokasi anggaran Bantuan Sosial dalam KUA PPAS.
2) Untuk optimalisasi fungsi APBD sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
Pasal 16 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pengalokasian
bantuan sosial tahun demi tahun diupayakan semakin berkurang agar APBD
berfungsi sebagai instrumen pemerataan dan keadilan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial
bertujuan agar dana APBD dapat dialokasikan mendanai program dan
kegiatan pemerintahan daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 16

perekonomian.

Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminasi

pengalokasian dana APBD yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat
tertentu saja.
k. Belanja Bantuan Keuangan
1) Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten, pemerintah desa dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari
pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa atau pemerintah daerah
lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan bagi daerah dan/atau desa penerima bantuan.
2) Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya
diserahkan

sepenuhnya

kepada

pemerintah

daerah/pemerintah

desa

penerima bantuan, sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus
peruntukan

dan

pengelolaannya

diarahkan/ditetapkan

oleh

pemerintah/pemerintah daerah pemberi bantuan. Untuk pemberi bantuan
bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dari APBD
atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.
3) Dalam rangka menghindari duplikasi penganggaran, dalam APBD kabupaten,
urusan pemerintahan daerah yang bukan merupakan kewenangan kabupaten
tidak dapat dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD
Kabupaten, namun dapat dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan, baik
yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Bantuan keuangan tersebut
disalurkan ke kas penerima bantuan.
4) Untuk penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan
Kepada Partai Politik.
l.

Belanja Tidak Terduga
Penganggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi tahun-tahun sebelumnya, dan kemungkinan
adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar
kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja Tidak Terduga merupakan
belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial yang tidak tertampung dalam bentuk program dan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan, termasuk pengembalian atas
kelebihanpenerimaan

daerah

tahun-tahun

sebelumnya

yang

didukung

denganbukti-bukti yang sah.

RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 17

Belanja Daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, dengan menetapkan target
capaian baik dalam kontek daerah, satuan kerja dan kegiatan sejalan dengan
urusan yang menjadi kewenangannya. Tujuan penggunaan anggaran berbasis
kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta
menjamin

efektivitas

program/kegiatan.

dan

efisiensi

Kebijakan

Umum

penggunaan
Anggaran

anggaran

Belanja

ke

Daerah,

dalam
dengan

mempertimbangkan antara lain :
a) Mengutamakan belanja yang bersifat wajib (fix-cost) yaitu belanja pegawai.
b) Menganggarkan belanja lainnya pada setiap perencanaan belanja yaitu
belanja program di setiap SKPD, belanja urusan wajib dan urusan pilihan;
c) Hemat, tidak mewah, efisien, sesuai kebutuhan yang disyaratkan;
d) Kualitas anggaran, dalam alokasi belanja

tidak hanya berorientasi pada

pemenuhan ketentuan peraturan terkait jumlah alokasi untuk bidang tertentu,
namun juga harus memperhatikan kualitas program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
e) Terarah, terkendali sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan dana yang
tersedia;
f) Wajib menyediakan anggaran pendamping dan anggaran bantuan operasional
bagi pelaksanaan bantuan program, baik yang berasal dari Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Pusat maupun pihak lainnya sesuai ketentuan yang
dipersyaratkan sepanjang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, baik kegiatan yang pelaksanaannya hanya 1 (satu) tahun anggaran
maupun kegiatan yang pelaksanaannya lebih dari 1 (satu) tahun anggaran
(multiyears);
g) Selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan pengelolaan keuangan negara
yang diwajibkan, yang dibatasi maupun yang dilarang;
h) Kegiatan-kegiatan skala Desa maupun kegiatan skala Dusun akan dibiayai
melalui Alokasi Dana Desa Kabupaten, Dana Desa dari APBN dan Bantuan
Keuangan.
i) Kegiatan-kegiatan skala Kelurahan maupun kegiatan skala Lingkungan akan
dibiayai melalui Bantuan Operasional Kelurahandan program infrastruktur
kelurahan;
j) Pengalokasian belanja kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat serta
prasarana infrastruktur jalan dan jembatan harus memperhatikan aspek
pemerataan,

keseimbangan

antar

wilayah

dan

keterpaduan

dengan

program/kegiatan dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat yang
tengah dilaksanakan;
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 18

k) Penggunaan Anggaran dari Dana Alokasi Umum, diutamakan untuk
mencukupi belanja wajib daerah utamanya pembayaran Gaji Pegawai Negeri
Sipil dan tunjangan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kebijakan anggaran untuk belanja daerah terbagi kedalam dua

bagian

belanja yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung adalah
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan, diupayakan agar Belanja Langsung mendapat porsi alokasi yang lebih
besar dari Belanja Tidak Langsung. Dalam Kebijakan Umum APBD Tahun 2016
kebijakannya diarahkan antara lain :
1. Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, kebijakan untuk
belanja ini adalah :
a) Mengalokasikan belanja yang wajib/mengikat meliputi belanja pegawai daerah
yang telah memperhitungkan tunjangan keluarga, gaji berkala, mutasi, tambahan
penghasilan PNS dan penambahan CPNSD serta acress, serta belanja bagi
hasil dan belanja bunga;
b) Mengalokasikan belanja subsidi kepada perusahaan/lembaga.
c) Mengalokasikan Belanja Hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan
Daerah antara lain :
1. Belanja Hibah kepada Kelompok/Anggota Masyarakat.
2. Belanja Hibah kepada Sekolah.
d) Mengalokasikan belanja bantuan sosial kepada Kelompok Masyarakat.
1. Belanja Bantuan Sosial peningkatan kualitas rumah KK miskin.
2. Belanja bantuan sosial kepada panti asuhan.
e) Mengalokasikan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa, antara
lain :
1. Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa.
2. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa
lainnya.
3. Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik.
2. Kebijakan Belanja Langsung
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan dengan kebijakan belanja adalah :
a)

Mengalokasikan belanja program penunjang untuk menjalankan tugas
pokok fungsi SKPD yang didasarkan pada pencapaian misi pembangunan
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 19

jangka panjang daerah tahap ketiga Kabupaten Wonogiri melalui program
non urusan, urusan wajib dan urusan pilihan.
b)

Mengalokasikan
peningkatan

belanja

operasional,

pemeliharaan

kantor

dan

kualitas sumberdaya aparatur melalui program di setiap

SKPD.
c)

Mengusahakan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20%.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional setelah Keputusan Mahkamah konstitusi pada pasal 49 yang
menyatakan bahwa dana pendidikan termasuk gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan 20% dari APBN dan APBD. Alokasi
anggaran tersebut akan dialokasikan untuk a) peningkatan pemerataan
dan perluasan akses pendidikan; b) peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing; c) peningkatan

tata

kelola, akuntabilitas dan

pencitraan

publik.
d)

Mengupayakan pencapaian SPM Bidang Kesehatan dengan alokasi
anggaran belanja kesehatan secara bertahap mencapai 15%, yang
diutamakan untuk pelayanan kesehatan dasar, pemenuhan obat dan
perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat melalui pos pelayanan
terpadu (posyandu), poliklinik kesehatan desa (PKD)

dan peningkatan

sarana dan prasarana pelayanan dasar.
e)

Mengupayakan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur jalan dan
jembatan menjadi prioritas, dengan tetap memperhatikan ketersediaan
sumber pembiayaan yang ada.

f)

Belanja modal secara bertahap akan diusahakan sekurang-kurangnya
mencapai 30 % dari belanja daerah. Perlunya memberikan jaminan bagi
pembiayaan program kesehatan bagi rakyat miskin dalam Program
Kemitraan Pelayanan Kesehatan

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Dalam hal belanja daerah, khususnya Belanja Langsung, dalam periode
2011-2015 sekitar 82,2% anggaran Belanja Langsung untuk membiayai Urusan
Pendidikan, Urusan Kesehatan, Urusan Pekerjaan Umum dan Urusan Pemerintahan
Umum dan Otonomi Daerah, sementara sisanya digunakan untuk membiayai 30
urusan lainnya. Gambar 3.6 memberi penjelasan bahwa dalam tahun 2014-2015,
secara rata-rata Urusan Pendidikan menyerap 14,52% anggaran Belanja Langsung,
Urusan Kesehatan 25,1%, Urusan Pekerjaan Umum 27,9%, Urusan Pemerintahan
Umum dan Otda menyerap 14,6% dan 30 Urusan Pemerintahan lainnya menyerap
17,8%.
RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 20

Urusan Pendidikan

14,5

17,8

Urusan Kesehatan

14,6

25,1
Urusan Pekerjaan Umum

27,9

Urusan Otda, Pemerintahan
Umum
Urusan Lainnya

Gambar 3.4. Proporsi Alokasi Belanja Langsung Tahun 2006-2015.
Sumber : Data Diolah

Dalam tahun 2011-2015 Belanja Tidak Langsung masih mendominasi belanja
daerah, dengan rata-rata sebesar 71,50% terhadap total belanja daerah, sementara
dalam periode yang sama proporsi Belanja Langsung terhadap belanja daerah ratarata sebesar 28,59%. Proporsi Belanja Tidak Langsung menunjukan kecenderungan
menurun dalam periode tersebut, disebabkan penurunan proporsi Belanja Pegawai,
Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial, sementara untuk proporsi Belanja
Bantuan keuangan Kepada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa menunjukkan peningkatan. Belanja Tidak Langsung masih dodominasi Belanja
Pegawai yang mencapai rata-rata 63,18% dari total belanja daerah, sementara
Belanja Langsung terbesar masih untuk Belanja Barang dan Jasa dengan rata-rata
sebesar 11,82%. Proporsi Belanja Modal terhadap total belanja relatif kecil, dalam
periode 2011-2015 rata-rata sebesar 13,49% dengan kecenderungan meningkat..
Tabel 3.9.
Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tahun 2011-2014
dan Rencana Tahun 2015 (Juta Rupiah)
2011
NO.

BELANJA

Realisasi

2012
%

Realisasi

2013

2014

2015

%

Realisasi

%

Realisasi

%

Re