Release 8, Air interface untuk LTE menggabungkan OFDMA-based dan skema akses multiple untuk downlink, dan SC-FDMA Single Carrier FDMA untuk
uplink. Hasil dari fitur Air interface ini adalah peningkatan kinerja radio secara signifikan, dapat menghasilkan sampai lima kali rata-rata throughput HSPA.
Kecepatan data puncak pada downlink diperluas hingga maksimum secara teoretis 300 Mbits per 20 MHz dari spektrum. Demikian juga, tingkat uplink
LTE teoretis dapat mencapai 75 Mbits per 20 MHz dari spectrum. b.
Efisiensi spektrum yang tinggi: efisiensi spektrum LTE yang lebih besar memungkinkan operator untuk mendukung peningkatan jumlah pelanggan di
dalam alokasi existing dan spektrum alokasi yang akan datang, dengan suatu pengurangan biaya pengiriman per bit nya.
c. Perencanaan radio yang fleksibel: jangkauan cell LTE dapat mencapai performa
yang optimum hingga 5 km. Hal tersebut, masih mampu untuk mengirimkan hingga capaian efektif di dalam ukuran sel hingga radius 30 km, dengan capaian
maksimal batasan sel hingga radius 100 km. d.
Mengurangi Latency: Dengan mengurangi waktu round-trip ke 10ms atau bahkan lebih dibandingkan dengan 40
–50ms untuk HSPA, LTE dapat memberikan kepada user sesuatu yang lebih responsif. Hal ini memungkinkan,
layanan secara real-time seperti high-quality konferensi audiovideo dan permainan multi-player.
e. Lingkungan All-IP : salah satu fitur yang paling signifikan adalah transisi LTE
menuju flat, jaringan inti berbasis all-IP dengan arsitektur yang disederhanakan dan open interfaces.
2.2.4 Parameter performansi LTE
Pengukuran Radio Frequency RF pada LTE ditentukan oleh 3GPP yaitu RSRP Reference Signal Received Power dan RSRQ Reference Signal
Received Quality. Namun ada satu parameter lagi untuk memudahkan dalam pengukuran performan terbaik modem saat menggunkana antenna yakni RSSI
Received Signal strength Indicator.
2.2.4.1 RSRP Reference Signal Received Power
RSRP adalah power rata-rata pada resource element yang membawa reference signal dalam subcarrier. UE User Equipment mengukur power dari
banyak resource element yang digunakan untuk membawa reference signal kemudian dihitung rata-rata-nya dalam satu bandwidth. Berikut adalah ilustrasi
tentang RSRP:
Gambar 2.8 RSRP Pada Bandwidth 5 MHz
Dari ganbar diatas, rata-rata power yang dikirimkan per-subcarrier adalah 20 W 300 = 66.7 mW = 18.2 dBm. Jika jarak UE dengan eNode B sekitar 2 km,
maka RSRP yang diterima oleh UE adalah seperti yg di ilustrasikan pada gambar berikut:
Gambar 2.9 Perhitungan RSRP
2.2.4.2 RSRQ Reference Signal Received Quality
RSRQ didefinisikan sebagai rasio antara jumlah N RSRP terhadap RSSI Received Signal strength Indication. Atau biasa ditulis RSRQ = N x RSRP RSSI.
RSSI mengukur power bandwidth termasuk serving cell power, noise, dan interference power. Berikut ilustrasinya untuk mempermudah pemahaman:
Gambar 2.10 Konsep RSRQ
Dapat diambil contoh jika tidak ada trafik pada cell A yang sedang serving ke UE, maka perhitungan RSRQ-nya adalah : N x RSRP RSSI = 25 RSRP 2 x
25 RSRP = 12 = -3 dB. N adalah jumlah resource block pada badwidth, utk contoh ini menggunakan 5 MHz sehingga jumlah resource blocknya 25.
2.2.4.3 RSSI Received Signal strength Indicator
RSSI merupakan parameter yang menunjukan daya terima dari seluruh sinyal pada band frequency channel pilot yang diukur. Dalam artian semua daya
sinyal yang terukur oleh penerima pada satu band frequency wcdma di gabungkan menggunakan proses rake receiver. Parameter ini diukur pada arah downlink
dengan acuan pengukuran pada konektor antenna pada penerima MS. Dalam proses CDMA dijelaskan bahwa pengguna lain pada jaringan yang sama
merupakan interferensi , atau disebut dengan istilah self interference dimana hal itu dapat memperkuat daya terima, begitu juga dengan sinyal dari sector lain yang
notabene satu band frequency dengan yang melayani MS pada saat itu.