Perancangan Informasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak Melalui Buku Ilustrasi

(1)

(2)

(3)

(4)

57

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : Denny Ismanto

b. Kelas : DKV-2

c. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 2 Desember 1993 d. Agama : Islam

e. Alamat : Perum. Bumi Abdinegara F5/5 RT: 02 RW: 14 Kelurahan: Desa Rancaekek

Wetan, Kecamatan: Rancaekek f. Kontak : 083821232365

g. Email : Dennyfishman@yahoo.co.id

2. Data Keluarga a. Nama orang tua

Ayah : Kamali Amaludin Ibu : Niswati

b. Agama orang tua Ayah : Islam

Ibu : Islam

c. Pekerjaan orang tua

Ayah : Wiraswasta

Ibu : Ibu Rumah Tangga h. Anak ke : 1 ( pertama )

i. Alamat : Perum. Bumi Abdinegara F5/5 RT: 02 RW: 14 Kelurahan: Desa Rancaekek Wetan, Kecamatan: Rancaekek

3. Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SDN Rancaekek IV b. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Rancaekek c. Sekolah Menengah Kejuruan : SMAN 6 Bandung


(5)

(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK MELALUI BUKU ILUSTRASI

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Denny Ismanto NIM. 51912016

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan perancangan tugas akhir yang berjudul “Perancangan Informasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak Melalui Buku Ilustrasi” ini dapat di selesaikan. Perancangan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu prasyarat kelulusan mahasiswa pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain di Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membatu, sehingga perancangan tugas akhir ini dapat selesai dengan tepat waktu, terutama kepada pembimbing Bapak Wira Mahardika Putra, S.DS., MM lalu dosen wali yang selalu memberikan arahan maupun nasehat Ibu Dina Fatimah, S.Ds.,M.Ds beserta dosen DKV lainnya. Tidak lupa juga kedua orang tua yang selalu mendukung baik moril dan materil, serta penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman DKV-2 UNIKOM 2012 yang selalu memberikan masukan, saran dan dukungannya agar tetap semangat.

Akhir kata, semoga perancangan ini bermanfaat, kuhusnya penulis sendiri, dan umumnya bagi pembaca, dan memohon maaf bila adanya kekurangan dalam perancangan ini.

Bandung, Agustus 2016 Penulis,


(8)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

GLOSARIUM ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Dan Manfaat Perancangan ... 3

BAB II. SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK ... 4

II.1 Pengertian Sindrom ... 4

II.1.1 Sindrom Yang Berkaitan Dengan Kematian ... 4

II.1.2 Definisi Kematian Mendadak ... 5

II.2 Sindrom Kematian Bayi Mendadak ... 6

II.2.1 Faktor Penyebab Menurut Para Ahli ... 6

II.2.2 Pemicu Pada Saat Masa Postnatal ... 8

II.2.3 Upaya Mengurangi Terjadinya SIDS ... 9

II.3 Analisa ... 11

II.3.1 Hasil Kuesioner ... 11

II.4 Khalayak Umum ... 14


(9)

vii BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan ... 15

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan ... 15

III.1.1.1 Khalayak Sasaran ... 16

III.1.1.2 Consumer Insight ... 17

III.1.1.3 Consumer Journey ... 18

III.1.1.4 Indikator Konsumen ... 19

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 20

III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 20

III.1.3.1 Pendekatan Visual ... 21

III.1.3.2 Pendekatan Verbal ... 21

III 1.4 Materi Pesan ... 21

III.1.5 Gaya Bahasa ... 22

III.1.6 Pemberi Mandat ... 22

III.1.7 Strategi Kreatif ... 22

III.1.8 Strategi Media ... 25

III.1.9 Strategi Distribusi ... 28

III.2 Konsep Visual ... 29

III.2.1 Formain Desain ... 29

III.2.2 Tata Letak (layout ) ... 29

III.2.3 Tipografi ... 30

III.2.4 Gaya Ilustrasi ... 31

III.2.5 Studi Karakter ... 33

III.2.6 Warna ... 34

BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI IV.1 Media Utama ... 36

IV.1.2 Teknis Produksi Media Utama ... 41

IV.2 Media Pendukung ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(10)

52 DAFTAR PUSTAKA

Hoppenbrouwers, T.,& Hodgman, J.(2004). SIDS. Los Angeles, United States of America: Monte Nido Press

U.S. Department of Health and Human Services. (2014). Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) and Other Sleep-RelatedCauses of Infant Death: Questions and Answers for Health Care Providers. Rockville, United States of America:

National Institute of Child Health and Human Development.

Kusrianto, Adi. (2007). PengantarDesainKomunikasi Visual.Yogyakarta: Andi Offset

Hariyanto. (2010). Batas UsiaRemaja. Tersedia di:

http://belajarpsikologi.com/batasan-usia-remaja/ [19Juni 2016]

Gustri, Yulfi. 2013 (13 April). Karya Tulis Ilmiah. Tersedia di:

https://yulfigustri.wordpress.com/2013/04/13/karya-tulis-ilmiah/ [24 Januari 2016]

Sukanta, P.O. (2007). Terapi Pijat Tangan. Tersedia di:

https://books.google.com/books?isbn=9793927259 [24 Januari 2014]

Guarneri, Mimi. (2007). The Heart Speaks. Tersedia di:

https://books.google.com/books?isbn=9791275092 [12 April 2016]

Tapan, Erik. (2005). Penyakit Degeneratif. Tersedia di:

https://books.google.com/books?isbn=9792065393 [12 April 2016]

Simkin, Penny. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan & Bayi. Tersedia di: https://books.google.com/books?isbn=9794314633 [12 April 2016]

Irwienny. 2012 (5 September). Kematian Mendadak. Tersedia di:

https://id.scribd.com/doc/36945361/KEMATIAN-MENDADAK. [13 April 2016]


(11)

53 Kota Medan Tahun 2008-2010. Tersedia di:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31673/4/Chapter%20II.pdf [24 Januari 2016]

Noer, R.I. 2014 (4 Maret). Jurnal SIDS. Tersedia di:

https://www.scribd.com/doc/210427217/Jurnal-SIDS [25 Januari 2016]

Shamsuddin, N.S. 2015 (22 Juli). Sudden Infant Death Syndrome. Tersedia di:

http://dokumen.tips/documents/sudden-infant-death-syndrome-55b0893f6ef12.html [12April 2016]

Pitriani, R., & Andriyani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal. Tersedia di: https://books.google.com/books?isbn=6022806887 [12 April 2016]

Rustan, Surianto. (2008). Layout, Dasar&Penerapannya. Jakarta: GramediaPustakaUtama


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Setiap orang tua tentu menginginkan bayinya lahir dalam keadaan sehat dan terhindar dari segala macam gangguan, baik yang menghambat kesehatan maupun perkembangan bayi tersebut. Berbagai macam gangguan dapat selalu menyerang kesehatan dan perkembangan bayi kapan saja, hingga yang paling serius adalah kematian. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh bayi yang masih belum cukup kuat sehingga rentan terhadap kondisi lingkungan sekitar. Bayi yang baru lahir belum dapat bergerak maupun mengontrol tubuhnya dengan baik sehingga tidak dapat melakukan proteksi terhadap dirinya sendiri, berbagai pengaruh lingkungan yang buruk sekecil apapun dapat berpengaruh terhadap bayi tersebut.

Kematian dapat terjadi tanpa diduga yang terjadi secara tiba-tiba dan dengan cara yang terkadang tampak tidak wajar. Noer (2014) dalam jurnalnya berpendapat bahwa Sindrom Kematian Bayi Mendadak merupakan suatu gejala yang menyebabkan kematian secara mendadak dan tidak terduga pada bayi dibawah umur 1 tahun yang relatif sehat. Kematiannya tidak dapat dijelaskan meski telah dilakukan pemeriksaan post-mortem secara lengkap, termasuk pemeriksaan toksikologi dan genetik, investigasi TKP menyeluruh hingga peninjauan rekam medik bayi dan ibu.

Riset Kesehatan Dasar 2010 (seperti dikutip Gustri, 2013) mengemukakan bahwa hasil data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, kematian bayi secara mendadak memiliki persentase sebanyak 2,6% dari Angka Kematian Neonatal (AKN) 23/1000 kelahiran hidup, yang terjadi pada bayi berusia 0-12 bulan, namun sebagian besar kasus ini dialami pada bayi berusia dibawah 6 bulan.

Sindrom ini juga dikenal dengan nama Crib Death atau Cot Death, karena secara umum kematiannya terjadi di tempat tidur bayi ketika bayi sedang tidur. Meski demikian, bukan berarti tempat tidur tersebut yang menjadi penyebabnya, namun


(13)

2

ada faktor lain yang menjadi pemicunya. Pemicu terjadinya sindrom ini juga bisa disebabkan ketika ibu tengah dalam masa prenatal dan postnatal, contohnya seperti ibu perokok, pecandu alkohol dan obat-obatan, serta posisi tidur bayi yang salah ketika bayi telah lahir. Selain itu, faktor lingkungan juga ikut mempengaruhinya seperti suhu ruangan yang pengap dan banyaknya paparan asap rokok.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan, sebanyak 77% masyarakat khususnya para orang tua kekurangan bahkan cenderung belum mengetahui informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak, ini disebabkan karena belum tersedianya informasi secara lengkap mengenai masalah tersebut, baik dari buku, posyandu maupun rumah sakit, sehingga hal ini menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat khusunya bagi pasangan yang baru menjadi orang tua.

Kemungkinan terjadinya Sindrom Kematian Bayi Mendadak memang relatif kecil di Indonesia, karena Indonesia memiliki budaya yang berbeda dengan budaya luar, dimana bayi selalu di tempatkan di ruangan yang sama dengan orang tuanya, salah satunya ketika bayi sedang tidur sehingga aktivitasnya dapat diawasi dengan mudah. Meski demikian, perlu adanya suatu informasi agar para orang tua mengetahui mengenai masalah tersebut secara jelas, selain itu pengetahuan lebih dini akan sindrom ini juga sangat penting, dengan harapan sebagai langkah preventif agar calon orang tua dapat lebih waspada terhadap tindakan apa saja yang dapat mengancam jiwa bayinya kelak.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah seperti berikut:

 Adanya faktor pemicu yang menyebabkan terjadinya Sindrom Kematian Bayi Mendadak pada masa prenatal dan postnatal.

 Belum tersedianya informasi secara lengkap mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak, baik dari buku, posyandu maupun rumah sakit, sehingga


(14)

3

menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat khusunya bagi pasangan yang baru menjadi orang tua.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan Indentifikasi Masalah diatas, dapat disimpulkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

 Bagaimana merancang sebuah informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak yang mampu menarik perhatian serta mudah diterima oleh khalayak.

I.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari permasalahan yang ada, maka permasalahan di batasi hanya pada masa postnatal, karena pada masa tersebut resiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak paling sering dialami.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

 Tujuan dari perancangan ini adalah untuk memberikan informasi seputar Sindrom Kematian Bayi Mendadak dan memberikan pemahaman akan masa postnatal sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya sindrom tersebut terutama pada pasangan yang baru menjadi orang tua.

 manfaat dari perancangan ini yaitu agar masyarakat mengetahui dampak serta hal apa saja yang dapat memicu terjadinya Sindrom Kematian Bayi Mendadak tersebut, sehingga dapat dijadikan sebagai langkah pencegahan.


(15)

4

BAB II

SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK

II.1 Pengertian Sindrom

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sindrom adalah “himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu, hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi”. Sedangkan

menurut Sukanta (2007,12) menyatakan “sindrom adalah sekumpulan gejala

penyakit. Gejala penyakit akut, dadakan dan kuat”.

Dari dua penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sindrom merupakan sebuah gejala pada tubuh yang terjadi secara serentak dan mendadak yang menandai ketidaknormalan tertentu. Istilah sindrom sering digunakan untuk menyatakan suatu penyakit yang belum diketahui penyebabnya, ada beberapa sindrom yang dinamakan berdasarkan nama para ahli yang menemukan gejala tersebut. Selain itu dapat diambil juga berdasarkan nama lokasi, sejarah dan lainnya.

II.1.1 Sindrom yang berkaitan dengan kematian

Bila diperhatikan, banyak sekali jenis sindrom yang dapat terjadi pada manusia, baik yang berupa cacat fisik, mental maupun yang berujung pada kematian. Berikut ini adalah beberapa contoh sindrom yang dapat menyebabkan kematian: a) Broken Heart Syndrome

Sindrom yang terjadi akibat stres emosional yang kuat karena suatu peristiwa mendadak, seperti kematian orang tercinta. Kondisi ini menunjukkan semua gejala serangan jantung, seperti rasa sakit pada dada, napas yang pendek dan melemahnya otot jantung (Mimi Guarneri, 2007, h.184).

b) Sindrom Koroner Akut

Sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah pembuluh darah koroner jantung secara akut. Umumnya terjadi karena penyempitan pembuluh darah koroner akibat kerak aterosklerosis mengalami perobekan yang memicu terjadinya gumpalan-gumpalan darah (Erik Tapan, 2005, h.39).


(16)

5 c) Sindrom Kematian Bayi Mendadak

Kematian yang tidak terduga dan tidak dapat dijelaskan pada bayi yang baru lahir dan tampak sehat. Sindrom ini biasanya terjadi ketika bayi sedang tidur atau berbaring di tempat tidur (Penny Simkin, 2007, h.370).

II.1.2 Definisi Kematian Mendadak

Kematian sering terjadi tanpa diduga yang terjadi secara tiba-tiba dan dengan cara yang terkadang tampak tidak wajar, sehingga mengharuskan keluarga maupun penyidik membawa korban untuk diperiksa secara kedokteran. Penyebab dari kematian secara mendadak tersebut menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diketahui. Perlu dilakukan otopsi sebagai solusi ketika berhadapan dengan suatu kematian mendadak. Namun, harus diketahui pula bahwa tidak setiap kematian dapat diketahui penyebabnya meskipun telah dilakukannya otopsi kepada korban. (Irwieny, 2010)

Gresham, 1975 (seperti dikutip Wulansari, 2012) mengungkapkan bahwa definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada catatan forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun sering keduanya terjadi secara bersamaan pada suatu kasus.

Perdanakusuma, 1984 (seperti dikutip Wulansari, 2012) menjelaskan definisi mendadak merupakan kata yang berkaitan dengan waktu yang cepat atau seketika terhadap munculnya suatu kejadian atau peristiwa. Kaitannya mendadak dengan kematian dapat bersifat mutlak ataupun relatif. Seiring berjalannya waktu kata mendadak dapat diartikan seketika atau saat itu juga

Simpson (1985) dalam bukunya “Forensic Medicine” menulis dua alternatif definisi, yaitu:


(17)

6

1) Sudden death adalah kematian yang tidak terduga, non traumatis, non self inflicted fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak timbulnya gejala.

2) Definisi yang lebih tegas adalah kematian yang terjadi dalam satu jam sejak timbulnya gejala.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa mati mendadak merupakan kematian yang tidak terduga, tidak ada unsur trauma dan keracunan, tidak ada tindakan yang dilakukan sendiri yang dapat menyebabkan kematian, dan kematian tersebut disebabkan oleh penyakit dengan gejala yang tidak jelas atau gejalanya muncul dalam waktu yang mendadak kemudian korban meninggal.

II.2 Sindrom Kematian Bayi Mendadak

Istilah SIDS pertama kali digunakan pada tahun 1969. Pada tahun 1989, National Institute of Child Health and Human Development (seperti dikutip Noer, 2014) mendefinisikan SIDS sebagai kematian mendadak dan tidak terduga dari seorang bayi di bawah umur satu tahun yang relatif sehat, kematiannya tidak dapat dijelaskan bahkan setelah dilakukan pemeriksaan post-mortem secara lengkap, termasuk pemeriksaan toksikologi dan genetik, investigasi TKP menyeluruh hingga peninjauan rekam medik bayi dan ibu. SIDS juga dikenal dengan sebutan crib death atau kematian ranjang, karena kematiannya secara umum terjadi di tempat tidur bayi. Meski demikian, bukan berarti tempat tidur tersebut yang menjadi penyebab kematian bayi secara mendadak, namun ada hal lain yang memicu terjadinya sindrom kematian mendadak ini.

II.2.1 Faktor Penyebab menurut para ahli

Sindrom Kematian Bayi Mendadak merupakan sindrom yang terjadi ketika orang tua menidurkan bayi yang tampak sehat lalu ditemukan dalam keadaan sudah meninggal ketika tidur tanpa alasan yang jelas. Sindrom ini adalah penyebab utama dari kematian disaat tahun pertama bayi yang tidak dapat diketahui penyebabnya, umumnya terjadi pada bayi berusia di bawah 6 bulan. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya SIDS menurut Toke Hoppenbrouwers dan Joan Hodgmandalam bukunya yang berjudul SIDS :


(18)

7 1) Asfiksia atau mati lemas

Asfiksia atau mati lemas disebabkan oleh ketidakmampuan untuk bernapas. Kondisi ini menyebabkan kurangnya oksigen dalam tubuh, yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan menyebabkan kematian. Asfiksia dapat disebabkan oleh tersedak, penyempitan daerah dada atau perut, tercekik, penyempitan saluran napas dan menghirup gas beracun. Biasanya benda-benda yang terkait dengan asfiksia adalah seperti kantong plastik, bantal lembut, dan bahan yang lembut seperti boneka binatang. Benda- benda ini dapat menyumbat mulut dan lubang hidung sehingga menyebabkan sesak napas. Penyebab yang paling sering dilaporkan dari asfiksia pada bayi adalah sesak napas yang tidak disengaja dan tercekik ketika di tempat tidur.

2) Obstruksi jalan napas

Obstruksi atau sumbatan jalan napas dapat terjadi jika napas yang normal menyempit secara otomatis saat tidur. Penyempitan ini dapat menyebabkan jeda singkat dalam bernapas disebut obstruktif apnea. Apnea ini sering terjadi pada bayi yang sehat. Mekanisme lain yang menjadi penyebab obstruksi adalah spasme laring, yang mengacu pada kontraksi tiba-tiba otot laring. Ketika ini terjadi, oksigen terhambat memasuki paru-paru dan ini dapat mengakibatkan tidak cukupnya oksigen untuk jantung dan otak, sehingga bisa berakibat fatal.

Gambar 2.1. normal laring (kiri) & laringospasme (kanan) Sumber : http://www.acuclinic.com.au


(19)

8

I.2.2 Pemicu pada masa postnatal

Perilaku ibu ketika mengandung maupun setelah melahirkan juga turut mengambil andil dalam kesehatan bayi yang masih dalam kandungan maupun yang telah lahir. Kesehatan dan kondisi bayi yang sehat akan ditentukan oleh perilaku ibu sebelum bayi itu dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dialami oleh wanita yang mempengaruhi masa postnatal sehingga dapat memicu terjadinya SIDS pada bayi yang baru lahir.

Ambarwati (seperti dikutip Pitriani, 2014) menjelaskan bahwa “Masa setelah melahirkan adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu”. Menurut Toke Hoppenbrouwers dan Joan Hodgman dalam bukunya yang berjudul SIDS masalah yang dapat memicu terjadinya SIDS saat masa postnatal adalah sebagai berikut:

a) Bayi Lahir Prematur atau BBLR.

Bayi yang lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS. Tingginya risiko bayi prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ tubuhnya terutama paru-parunya belum mencapai tahap pematangan yang cukup, sehingga belum siap berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu. Bayi dengan kondisi seperti ini sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke dokter anak untuk memantau perkembangan fungsi organ-organnya.

b) Posisi Tidur Tengkurap

Memiliki persentase terbesar penyebab bayi di tahun pertamanya yang meninggal secara mendadak. Menurut penelitian, bayi yang mengalami SIDS akibat tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi berusia kurang dari 6 bulan, karena sistem pernapasannya belum matang atau bekerja dengan sempurna.

c) Asap Rokok

Bayi yang memiliki orang tua perokok juga memiliki resiko tinggi untuk mengalami SIDS dibandingkan bayi yang orang tuanya bukan perokok. Banyaknya volume karbondioksida yang dihisap oleh bayi perokok pasif ini


(20)

9

menjadi faktor penyebab meningkatnya gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan bayi meninggal mendadak.

d) Suhu yang meningkat

Penting untuk selalu memperhatikan suhu ruangan/kamar bayi ketika tidur agar tidak kepanasan. Sementara untuk ruangan pendingin (AC), pengaturan suhu yang tepat di antara 25-27 derajat Celcius, serta selalu sesuaikan pemakaian baju bayi dengan suhu kamar.

e) Tidur bersama orang tua

menjelaskan bahwa “Resiko SIDS bisa berkurang jika bayi tidur sekamar dengan orang tuanya, namun jika bayi tidur pada tempat tidur yang sama dengan orang tuanya, maka resiko terjadinya SIDS dapat meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya lebih banyak permukaan yang empuk atau lunak sehingga dapat mengganggu bayi dalam bernafas yang dapat meningkatkan resiko terjadinya SIDS”.

II.2.3 Upaya mengurangi terjadinya SIDS

U.S. Department of Health and Human Services menjelaskan bahwa Penyedia layanan kesehatan harus mendorong orang tua dan pengasuh lain untuk mengurangi resiko SIDS dan penyebab kematian bayi lainnya terkait dengan tidur dengan cara berikut:

a) Posisikan tidur bayi secara terlentang

Selalu posisikan tidur bayi dengan cara terlentang ketika tidur siang ataupun malam, karena posisi terlentang merupakan posisi paling aman untuk semua bayi termasuk bayi prematur. Posisikan bayi tengkurap hanya ketika bayi sedang terjaga dan dalam pengawasan orang tua, karena posisi tengkurap dibutuhkan untuk menguatkan otot leher dan otot bahu nya.

b) Gunakan permukaan yang tidak terlalu empuk

Selalu tempatkan bayi dalam permukaan yang tidak terlalu empuk ketika tidur, sebaiknya gunakanlah tempat tidur khusus bayi. Jangan meletakkan bantal, boneka atau selimut secara berlebihan ti dalam tempat tidur bayi.


(21)

10

Gambar 2.2. Tempat Tidur bayi Sumber: https://www.nichd.nih.gov

(Diakses pada 7/04/2016)

c) Room sharing

Orang tua tidak dianjurkan untuk tidur bersama bayi dalam tempat tidur yang sama, bawalah bayi bersama orang tua ketika hendak tidur dan pastikan bayi memiliki tempat tidur sendiri namun tetap dekat dengan bersama orang tua.

Gambar 2.3. Room Sharing

Sumber: https://www.nichd.nih.gov (Diakses pada 7/04/2016)


(22)

11 d) Perhatikan suhu ruangan

Suhu juga harus diperhatikan untuk kenyamanan bayi. Berikan bayi pakaian yang cukup dan jangan dibedong secara berlebihan. Disarankan agar suhu ruangan tidak lebih dari 70 derajat fahrenheit.

e) Berikan ASI eksklusif

Menyusui memiliki manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi. Pastikan menempatkan kembali bayi di tempat tidurnya atau boks bayi ketika ibu telah selesai menyusui.

f) Jauhkan bayi dari asap rokok

Orangtua tidak diperkenankan merokok di dekat bayi. Keracunan asap nikotin sangat berbahaya bagi kondisi paru -paru dan jantung bayi.

II.3 Analisa

kasus Sindrom Kematian Bayi Mendadak merupakan masalah yang perlu diperhatikan mengingat sindrom ini berhubungan dengan kehidupan bayi. Analisis yang dilakukan terkait masalah Sindrom Kematian Bayi Mendadak melalui berbagai cara yaitu kuesioner dan observasi.

II.3.1 Hasil Kuesioner

Berbagai kesimpulan didapatkan dari data hasil kuesioner, hasil tersebut dijelaskan dalam bentuk diagram, pertanyaan kuesioner yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah responden sebanyak 33 orang. Penyebaran kuesioner dilakukan secara online pada tanggal 7 april 2016 di beberapa daerah Kota Bandung. Beberapa pertanyaan yang dijawab terkait Sindrom Kematian Bayi Mendadak adalah sebagai berikut:


(23)

12

Gambar 3.1. Diagram pengetahuan masyarakat tentang SIDS. Sumber: Pribadi.

Dari data diatas diketahui bahwa responden cenderung belum mengetahui tentang Sindrom Kematian Bayi Mendadak, hal ini di buktikan berdasarkan jawaban responden dengan memilih kurang tahu yang memiliki persentase tertinggi sebanyak (42%), lalu responden yang memilih tidak tahu sebanyak (35%), sedangkan yang memilih cukup tahu sebanyak (15%) dan sisanya (8%) menjawab tahu.

Gambar 3.2. Diagram perasaan masyarakat terhadap SIDS. Sumber: Pribadi.

8%

15%

42%

35% Tahu

Cukup Tahu

Kurang Tahu

Tidak Tahu

35%

61%

4% 0% 0%

Sangat Takut

Takut

Biasa Saja

Sangat Takut


(24)

13

Dari data diatas diketahui bahwa responden merasa takut terhadap Sindrom Kematian Bayi Mendadak, hal ini di buktikan berdasarkan jawaban responden dengan memilih sangat takut sebanyak (35%), lalu persentase tertinggi sebanyak (61%) dipilih oleh responden yang merasa takut terhadap sindrom ini. Sedangkan (4%) dipilih oleh responden dengan menjawab biasa saja. Untuk pilihan tidak takut dan sangat tidak takut, tidak dipilih oleh responden.

Gambar 3.3. Diagram informasi dari rumah sakit & posyandu. Sumber: Pribadi.

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa responden responden cenderung belum pernah mendapatkan informasi sebelumnya, baik dari rumah sakit maupun posyandu. Hal ini dibuktikan dengan jawaban responden yang memilih belum pernah dengan persentase terbesar sebanyak (65%), lalu berikutnya responden yang memilih jarang sebanyak (23%) dan sisanya yang menjawab kadang-kadang sebanyak (12%).

0%

12%

23%

65%

Sering

Kadang-kadang

Jarang


(25)

14

Gambar 3.4. Diagram informasi perlu untuk di beritahukan. Sumber: Pribadi.

Dari data diagram diatas diketahui jumlah responden yang berpendapat bahwa informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak perlu untuk diinformasikan. Hal ini di nyatakan oleh pilihan responden yang menjawab sangat perlu sebanyak (65%), lalu sebanyak (35%) dipilih oleh responden yang mengatakan perlu untuk diinformasikan.

II.4 Khalayak Umum

Kondisi khalayak saat ini tidak banyak yang mengetahui mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak. Masyarakat juga cenderung tidak tahu bahkan seperti tidak mau tahu akan sindrom tersebut, karena masyarakat tidak pernah diberitahukan sebelumnya mengenai sindrom ini sehingga masyarakat cenderung apatis.

65% 35%

0% 0%

Sangat Perlu

Perlu

Tidak Perlu


(26)

15

II.5 Resume

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa masyarakat belum mengetahui mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak, hal ini mengingat minimnya sumber informasi yang ada. Selain itu masyarakat juga cenderung merasa takut terhadap sindrom tersebut, sehingga perlu adanya sebuah media informasi sebagai solusi perancangan yang dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi masyarakat sebagai langkah pencegahan, khususnya bagi pasangan yang baru pertama kali melahirkan dan memiliki seorang bayi.


(27)

16

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena bertujuan untuk menyampaikan suatu informasi terhadap khalayak sasaran sehingga perlu mempunyai strategi perancangan yang tepat untuk disampaikan. Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan pada bab II, dalam merancang sebuah informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak kepada pasangan muda, gagasan-gagasan yang akan disampaikan haruslah mudah dipahami agar penyampaian pesan atau informasi dapat diterima dengan baik oleh target audience. Oleh sebab itu, untuk memecahkan permasalahan mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak terhadap pasangan muda yaitu dengan dibuatnya perancangan informasi melalui buku meliputi penjelasan, faktor penyebab hingga antisipasi untuk mengurangi dampak Sindrom Kematian Bayi Mendadak yang dikemas dalam bentuk cerita bergambar. Dengan demikian strategi perancangan informasi ini dilakukan dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan target audience akan informasi tentang Sindrom Kematian Bayi Mendadak.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang dilakukan dalam perancangan informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak, antara lain:

 Memberikan pemahaman terhadap pasangan yang baru menikah baik yang belum memiliki maupun telah memiliki anak mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak.

 Agar para orang tua mengetahui hal apa saja yang dapat memicu terjadinya Sindrom Kematian Bayi Mendadak serta langkah apa yang dapat dilakukan guna mengurangi dampak Sindrom tersebut.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi dalam perancangan ini meliputi pendekatan verbal dan pendekatan non verbal (visual) yang disesuaikan dengan target audiens.


(28)

17

Pendekatan secara verbal adalah penggunaan bahasa yang digunakan oleh sebagian besar target audiens, sedangkan pendekatan secara visual adalah penggunaan ilustrasi visual yang disesuaikan dengan target audiens. Demi tercapainya komunikasi yang efektif keduanya saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan, sehingga diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap target audience.

III.1.2.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual adalah faktor yang penting dalam perancangan sebuah informasi untuk mencapai daya tarik target audience. Pendekatan visual yang digunakan adalah dalam bentuk gambar vektor, karena dalam penyampaian pesan tentang Sindrom Kematian Bayi Mendadak ini adalah melalui buku ilustrasi. Konten atau materi pesan yang akan disajikan mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak ini yaitu menggambarkan keseharian sebuah keluarga yang baru memiliki bayi yang dibuat dalam bentuk cerita bergambar, sehingga akan lebih jelas dan dipahami oleh target audience.

III.1.2.2 Pendekatan Verbal

Dalam menyampaikan informasi ini, bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan untuk menyampaikan pesan agar lebih efektif dan dimengerti karena sebagai bahasa nasional. Semua data yang didapat akan dirangkum menjadi sebuah informasi yang praktis dan menarik sehingga dapat tercapai maksud dan tujuannya, serta dapat memperkuat visual yang ditampilkan. Menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal sehingga diharapkan dapat mempengaruhi minat target audience untuk membacanya.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang akan ditampikan adalah mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak. Pada awalnya target audience akan ditampilkan sebuah cerita keseharian sebuah keluarga yang baru memiliki bayi, namun dalam pertengahan cerita tersebut informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak mulai dijelaskan, namun tanpa keluar dari konteks cerita tersebut. Informasi mengenai


(29)

18

Sindrom ini akan dipaparkan satu persatu menggunakan gambar dan teks, sehingga target audience tidak mudah bosan ketika membacanya.

III.1.4 Gaya Bahasa

Dalam perancangan ini gaya bahasa yang digunakan disesuaikan dengan target audience, agar pesan yang disampaikan mudah diterima dengan baik. Gaya bahasa yang digunakan yaitu gaya bahasa Indonesia yang tidak terlalu baku dan santai, selain itu juga menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan, hal ini disesuaikan dengan target audience yaitu para orang tua muda sehingga informasi dan pesan yang ingin disampaikan tidak sulit dipahami.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

Khalayak sasaran perancangan ini meliputi seluruh masyarakat Kota Bandung mulai dari gender, usia, status sosial dan lain-lain. Sedangkan untuk target audience pada perancangan ini adalah pasangan dengan rentang usia antara 20-30 tahun yang baru menikah, namun tidak menutup kemungkinan informasi ini dapat mempengaruhi masyarakat selain target audience. Khalayak sasaran pada perancangan ini menggunakan beberapa cara, yaitu dengan cara melihat target audience, consumer insight dan consumer journey agar memberikan gambaran untuk perancangan media yang akan dibuat.

III.1.5.1 Target Audience A. Demografis

Dilihat dari segi demografis, sasaran dari perancangan informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak adalah:

 Sasaran : Remaja dan dewasa awal

 Usia : 20-30 tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

 Kelas Ekonomi : Mengah kebawah

 Pendididkan : SMA, Perguruan Tinggi

 Status : Sudah Menikah


(30)

19

B. Psikografis

Secara psikografis yaitu masyarakat dengan rentang usia 20-30 tahun yang dapat dikatakan dewasa awal, yang telah memiliki sifat mandiri dan tidak ketergantungan kepada orangtua. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004, 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak anak menjadi masa dewasa dimana masa ini mengalamin perkembangan dalam semua aspek untuk masuk ke masa dewasa. Menurut Kartono (1990) Remaja dikategorikan menajadi 3 kelompok, yaitu:

 Remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini remaja mengalami perubahan pada fisik dan perkembangan daya intelektual sehingga berdampak pada rasa ingin tahuan yang besar pada dunia luar. Pada masa ini remaja cenderung tidak lagi menganggap dirinya kanak namun masih memiliki kebiasaan pada masa kanak-kanak. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

 Remaja pertengahan (15-18 tahun)

Pada masa ini remaja masih memiliki sifat kanak-kanak akan tetapi ada hal baru yang muncul pada remaja di usia ini, yaitu kesadaran akan kepribadian. Maka perasaan ragu-ragu yang ada pada masa remaja awal mulai hilang dan timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Rasa percaya diri ini menimbulkan penilaian kepada prilaku yang dilakukannya, selain itu remaja pada masa ini mulai mencari dan menemukan jati dirinya.

 Remaja akhir (18-21 tahun)

Pada masa ini remaja sudah bisa berfikir secara benar dan mengenali dirinya, pada fase ini remaja sudah mulai menggariskan bagaimana pola hidup dan tujuan yang akan dijalankannya. Pada fase ini remaja sudah mencapai titik kedewasaan dimana sudah mengambil keputusan untuk bagaimana membawa dirinya mencapai tujuannya.

 Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Dariyo (2003) mengemukakan bahwa secara umum orang yang tergolong dewasa awal ialah antara 20-40 tahun. Sebagai seorang individu yang sudan tergolong dewasa, peran dan tanggun jawabnya tentu semakin bertambah besar.


(31)

20

Individu tersebut tidak harus lagi bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003).

C. Geografis

 Primer : Masyarakat Kota Bandung

 Sekunder : Masyarakat Indonesia

III.1.5.2 Consumer Insight

Pemahaman dan tanggapan mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak, yaitu:

 Masyarakat Cenderung belum mengetahui mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak karena tidak adanya informasi yang diberikan secara langsung.

 Tidak adanya inisiatif dari masyarakat untuk mencari tahu langsung mengenai informasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak.

III.1.5.3 Consumer Journey

Target audience dari perancangan ini adalah remaja akhir dan dewasa awal, untuk menentukan media yang akan digunakan dapat dilihat dari aktivitas target audiens dengan point of contact sebagai berikut :

Tabel III.1. Consumer Journey Sumber: Dokumen Pribadi

waktu Aktivitas Tempat Point Of Contact

05:00 Bangun tidur, wudhu, shalat

Kamar tidur Handphone, Poster, Kasur, Handuk, Sajadah

05:30 Beres-beres kamar, senam

hamil, , mandi.

Kamar tidur, kamar mandi

kaos, Bantal, selimut, handuk.

06:30 Sarapan, Minum susu, Minum

Meja makan, Ruang tengah,

Piring, mug, kalender, jam dinding, gantungan kunci,


(32)

21 obat, Jalan-jalan

pagi, mengobrol

Halaman rumah

televisi, banner, stiker.

07:00 –

10:00 Bersih-bersih rumah, memasak, bersantai Dapur, Ruang tengah, ruang tamu, halaman depan

Poster, Kalender, Gantungan kunci, sapu. 10:00-13:00 Makan siang, bersantai, ngemil Ruang tengah, Halaman rumah

Meja, kursi, televisi, mug, gantungan kunci, buku.

13:00-15:30

Minum obat, shalat, tidur siang

Ruang tengah, kamar

Peralatan shalat, jam dinding, mug, kalender, smartphone, poster, pin.

15:30 Bangun tidur, Shalat, Mandi

Kamar, Kamar mandi

Poster, handuk, gayung, baju, peralatan shalat. 15:30-18:00 Jalan-jalan, mengobrol, minum teh, memasak Halaman depan, supermarket, ruang tengah, dapur

Piring, sendok, sofa, mug, Poster, Kalender, banner, stiker. 18:00-19:00 Makan malam, bersantai, mengobrol Dapur, Ruang tengah

Buku, jam dinding , kalender, gantungan kunci, televisi, mug. 19:00-21:00 Minum obat, Senam peregangan, shalat, tidur Ruang tengah, Kamar tidur.

Kalender, mug, gantungan kunci, peralatan shalat, bantal.

III.1.5.4 Indikator Konsumen

Indikator konsumen ialah menjelaskan bagaimana ciri-ciri tampilan fisik target audience secara umum. Berikut adalah tampilan fisik sebagian besar masyarakat di Kota Bandung:


(33)

22

Gambar III.1. Indikator Konsumen 1

Sumber:https://www.facebook.com/photo.php?fbid=932936760049753&set= t.100000003131702&type=3&theater

Diakses pada (14/06/2016)

Gambar III.2. Indikator Konsumen 2

Sumber:https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203285033273342&set= t.100000220754607&type=3&theater


(34)

23

III.1.6 Pemberi Mandat

Perancangan informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak bekerja sama dengan beberapa pihak. Pihak-pihak tersebut mendukung perancangan ini. Pihak yang berwenang dalam perancangan informasi ini adalah Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Gambar III.3. Logo Kemenkes

Sumber: http://www.aidsdigital.net/wp-content/uploads/2013/10/logo-kemenkes-2503.jpg Diakses pada (14/06/2016)

III.1.7 Strategi Kreatif

Strategi kreatif digunakan untuk membantu dalam menyampaikan informasi kepada target audience agar mampu tersampaikan dengan baik. Dalam perancangan informasi ini untuk menarik minat para orangtua agar mengetahui informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak. Adapun strategi kereatif yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Copywriting

Copywriting akan digunakan untuk menentukan judul buku, headline dan body text. Copywriting akan digunakan pada media utaman maupun pendukung lainnya. Untung Copywriting judul buku akan bersumber dari kata S.I.D.S (Sudden Infant Death Syndrome) yang berarti Sindrom Kematian Bayi Mendadak


(35)

24

Headline

Headline yang digunakan pada buku ilustrasi ini adalah “Ciptakan

lingkungan tidur yang aman untuk bayi”. Dengan harapan dapat

menarik perhatian target audience.

Body Copy

Merupakan isi konten dari buku ilustrasi, diantaranya berisi informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak melalui cerita. Body copy ini berupa visual dan text yang saling mendukung agar target audience mudah memahaminya.

Storyline

Storyline juga diperlukan dalam merancang suatu media informasi yang akan dibuat. Dengan adanya Storyline, penentuan jumlah halaman juga akan lebih mudah, khusunya pada media buku. Berikut ini adalah Storyline yang telah dibuat sebagai konten dari buku ilustrasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak.

Tabel III.2. Tabel Storyline Sumber: Dokumen Pribadi

Halaman Lokasi Keterangan

1 Di rumah Menggambarkan keadaan dan

suasana rumah keluarga Pak Ari dan Ibu Lia.

2 Di rumah Menggambarkan kegiatan

keseharian Ibu Lia sebagai seorang ibu rumah tangga yang baru

menikah

3 Di rumah Menggambarkan Ibu Lia yang

kelelahan karena kegiatan

kesehariannya, sehingga ia tertidur di sofa rumahnya.

4 Di rumah Ibu Lia terbangun karena

mendengar anaknya tiba-tiba menangis

5 Di rumah Ibu Lia memeriksa keadaan

anaknya yang menangis di kamarnya


(36)

25

yang terkejut karena anaknya mengalami demam

7 Di rumah Ibu Lia yang panik segera

menelepon suaminya untuk segera pulang ke rumah

8 Di rumah Pak Ari yang tiba dirumah langsung memeriksa kondisi anaknya dan mengajak Ibu Lia ke klinik terdekat. 9 Di klinik Pak Ari dan Ibu Lia tengah berada

di bagian resepsionis untuk

menanyakan prosedur pemeriksaan. 10 Di klinik Pak Ari dan Ibu Lia tengah berada

di ruang tunggu untuk menunggu di periksa.

11 Di klinik Menggambarkan Ibu Lia yang

secara tidak sengaja pandangannya teralihkan oleh sebuah poster SIDS. 12 Di klinik Ibu Lia dipanggil untuk gilirannya

diperiksa.

13 Di klinik Pak Ari dan Ibu Lia sedang

berbincang dengan Dokter Ira untuk menjelaskan kondisi anaknya yang demam.

14 Di klinik Menggambarkan Dokter Ira yang sedang memeriksa anak Ibu Lia. 15 Di klinik Setelah pemeriksaan selesai, Ibu

Lia menanyakan seputar informasi mengenai SIDS.

16 Di klinik Dokter Ira menjelaskan apa itu SIDS.

17 Di klinik Dokter Ira menjelaskan tentang bayi prematur.

18 Di klinik Dokter Ira menjelaskan tentang posisi bayo yang tidur tengkurap. 19 Di klinik Dokter Ira menjelaskan tentang

bahaya asap rokok.

20 Di klinik Dokter menjelaskan tentang suhu ruangan yang tepat untuk bayi. 21 Di klinik Dokter menjelaskan tentang bayi

yang berbagi tempat tidur dengan orangtuanya.

22 Di klinik Dokter menjelaskan langkah apa saja yang dapat mengurangi dampak SIDS.

23 Di klinik Dokter menyarankan agar posisikan tidur bayi secara terlentang.


(37)

26

24 Di klinik Dokter Ira menyarankan untuk selalu memperhatikan tempat tidur bayi.

25 Di klinik Dokter Ira menjelaskan tentang Room Sharing.

26 Di klinik Dokter Ira menyarankan untuk selalu memberikan ASI eksklusif. 27 Di klinik Dokter Ira memberi saran kepada orangtua untuk selalu teliti dalam memperhatikan kondisi bayinya. 28 Di rumah Kini keluarga Pak Ari dan Ibu Lia

mendapatkan pengetahuan baru mengenai kesehatan bayi mereka. Pak Ari dan Ibu Lia akan lebih menjaga kesehatan bayinya agar ia dapat tumbuh dengan sehat.

III.1.8 Strategi Media

Strategi media dalam perancangan buku ilustrasi ini berupa media yang dalam pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan target audience, media tersebut terbagi kedalam media utama dan media pendukung. Media merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Hafied Cangara, 2006, h.119).

Dilihat dari permasalah yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab permasalahan. Strategi media yang akan digunakan untuk perancangan informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak adalah sebagai berikut:

1. Media Utama

Pemilihan media utama yang digunakan sebagai media informasi ini adalah media yang dengan mudah diakses sesuai dengan karakteristik target audience. Buku merupakan media informasi yang sesuai dengan target audience karena tidak membutuhkan media lain. Disamping itu buku masih dibutuhkan hingga saat ini dan bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui informasi yang lebih informatif.


(38)

27

Dengan demikian dipilihlah buku ilustrasi sebagai media utama karena lebih memperlihatkan visual, dengan harapan target audience akan menyukainya. Tidak lupa media pendukung lainnya yang dapat menunjang media utama sebagai media informasi.

2. Media Pendukung

Media pendukung mempunyai peran yang penting sebagai penguat media utama dengan tujuan untuk memperkenalkan dan mengingatkan. Pemilihan media pendukung berdasarkan target audience untuk memudahkan penyampain informasi. Media pendukung untuk buku ilustrasi ini meliputi:

a. Tahap Informasi

 Poster

Poster merupakan sebuah sarana penyampaian informasi yang sudah lama dipergunakan karena sifatnya jelas, sederhana dan menarik perhatian. Poster ini berisi informasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak secara singkat namun mudah dipahami.

 X-Banner

X-Banner ini berisi sekilas informasi yang akan disampaikan dan akan digunakan ketika adanya suatu event yang bersangkutan dengan kesehatan bayi.

 Sosial Media

Berfungsi sebagai media informasi berbasis digital yang dapat diakses melalui jaringan internet dimanapun dan kapanpun, peran sosial media pada saat ini sangatlah dibutuhkan agar penyebaran informasi yang dilakukan dapat tersampaikan lebih cepat.

b. Tahap pengingat

Ditahap ini akan digunakan media-media yang sangat dekat dengan target audiens pada kesehariannya. Sehingga target audiens bisa selalu mengingat. Gimmick yang akan diberikan akan memberikan kesan tersendiri untuk target audiens. Media sebagai gimmick ini akan diberikan sebagai hadiah bersamaan dengan diberikannya media utama. Media yang akan digunakan adalah:


(39)

28

 T-Shirt

Berfungsi sebagai media pengingat yang diberikan sebagai souvenir yang akan diberikan bersama media utama.

 Mug

Media ini digunakan sebagai media pendukung sekaligus sebagai media pengingat serta bagian dari souvenir yang akan diberikan bersama dengan media utama.

 Gantungan Kunci

digunakan sebagai media pendukung sekaligus sebagai media pengingat yang dapat digantungkan serta dapat dibawa kemana-mana, sehingga saat konsumen melihat gantungan kunci tersebut akan selalu ingat dengan media utama.

Paper Bag

Digunakan sebagai packaging saat semua media dibagikan kepada konsumen, selain itu paper bag juga memiliki kelebihan yaitu dapat dilipat sehingga dapat menghemat tempat dan dapat dibawa kemanapun.

 Kalender

Berfungsi sebagai media pengingat yang berperan cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana audience dapat melihat agenda di setiap bulannya, sehingga pada saat melihat kalender, audience akan ingat dengan media utama.

 Stiker

Stiker sebagai media pendukung lainnya, stiker bisa ditempel dimanapun dan dapat dibawa kemanapun. Biasanya sticker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa, sehingga konsumen akan selalu ingat dengan media utama.


(40)

29

III.1.9 Strategi Distribusi

Tabel III.3. Tabel Strategi Penyebaran Sumber: Dokumen Pribadi

Media dengan tahap nformasi yang meliputi buku ilustrasi, fanpage akan terus dilakukan selama bulan Agustus hingga Desember, sedangkan untuk x-banner dan poster haya 3 bulan saja terhitung dari bulan Agustus hingga Oktober 2016. Untuk persebaran media dengan tahap pengingat yagn meliputi t-shirt, stiker, mug, kalender, gantungan kunci dan paper bag akan terus diberikan bersamaan dengan buku ilustrasi dari bulai Agustus hingga bulan Desember 2016.


(41)

30

III.2 Konsep Visual

Konsep visual dalam perancangan buku ilustrasi ini adalah menggunakan visual berbasis vektor yang sederhana namun dengan tambahan gradasi warna sehingga memberikan kesan 3D yang cukup baik dan tidak terkesan datar. Penggunaan unsur visual seperti warna, tata letak, tipografi yang akan digunakan dalam perancangan buku ilustrasi ini juga akan menyesuaikan dengan ilustrasi yang telah dibuat. Berikut adalah beberapa konsep visual yang digunakan dalam perancangan informasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak.

III.2.1 Format Desain

Format desain pada buku ilustrasi tentang sindrom kematian bayi mendadak ini adalah dengan menggunakan teknik digital berbasis vektor yang kemudian teknik pewarnaannya menggunakan Software Adobe Photoshop. Kemudian untuk kertas, menggunakan art paper berukuran A5 dengan format Portrait, sehingga memudahkan target audience dalam membacanya.

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-layout itu sama dengan mendesain (Surianto Rustan, 2008). Maka Untuk layout, peletakkan tata visual lebih ditonjolkan untuk menjadikannya sebagai pusat perhatian. Hal ini bertujuan agar target audiens langsung terfokus pada visualnya ketika membaca buku tersebut.


(42)

31

Gambar III.4. Referensi layout

Sumber: https://farm3.static.flickr.com/2195/2219470996_6766d286ff.jpg Diakses pada (14/06/2016)

Berikut merupakan contoh tata letak yang digunakan pada perancangan media utama buku ilustrasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak, berdasarkan konsep dan referensi yang telah ditentukan:

Gambar III.5. Layout buku ilustrasi Sumber: Dokumen Pribadi

III.2.3 Tipografi

Huruf merupakan unsur yang mempunyai peranan penting dalam penyampaian pesan, pemilihan jenis huruf yang digunakan untuk membantu memberikan kesan pada komunikasi pesan yang ingin disampaikan. Huruf yang baik adalah huruf yang mudah dibaca dan nyaman baik dari segi proporsi, spasi, ukuran maupun penempatannya. Menurut Rustan (2011, 80) “pada umumnya kategori serif dan sans serif paling baik untuk text type karena ditujukan untuk itu, sedangkan dekoratif dan script untuk display”. Pada perancangan buku ilustrasi ini jenis huruf yang digunakan sebagai display adalah “Blue Highway”. Sedangkan jenis


(43)

32

huruf “calibri” digunakan untuk headline, dan “Bookworm” digunakan sebagai body text pada buku ilustrasi tersebut.

BlueHighway

THE QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG

the quick brown fox jumps over the lazy dog

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

! @ # $ % & * ( ) _ + { } :

<> ? , . / ;

[ ]

Calibri

THE QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG

the quick brown fox jumps over the lazy dog

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

! @ # $ % & * _ + : “<> ? , . / ; ‘

Bookworm

THE QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG the quick brown fox jumps overthe lazy dog

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

! @ # $ % & * ( ) _ + { } : “<> ? , . / ; ‘ [ ]

Gambar III.6 Tipografi Sumber: Dokumen Pribadi, 2016.

III.2.4 Gaya Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan dalam buku ilustrasi ini adalah dengan gaya kartun (cartoon), kartun adalah penggambaran tentang sesuatu secara sederhana, atau dengan cara yang dilebih-lebihkan (Marianto dalam Indarto,1999, h.11). Perancangan buku ilustrasi ini lebih menekankan pada ilustrasinya, sehingga dipilihlah gaya ilustrasi tersebut, namun dengan tidak mengesampingkan konten yang dibuat.


(44)

33

Gambar III.7. Referensi visual 1

Sumber: http://www.zengrenade.com/wp-site/wp-content/uploads/2013/06/illo.jpg Diakses pada: (15/06/2016)

Gambar III.8. Referensi visual 2 Sumber: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com /736x/fc/8c/c6/fc8cc6dbf268fa2ffdbf27f2c5836b97.jpg


(45)

34

Gambar III.9. Referensi Karakter Sumber:

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/d5/7d/ba/d57dbadfe379e51ef999932552fcb109.jpg Diakses pada (15/06/2016)

Dengan mengadaptasi gaya ilustrasi kartun yang sederhana, diharapkan dapat menarik minat target audience, karena gaya ilustrasi kartun merupakan gaya ilustrasi yang paling sering dijumpai dalam media cetak maupun elektronik.

III.2.5 Studi Karakter

Dalam perancangan buku ilustrasi ini, karakter menjadi unsur yang sangat penting. Karakter dapat dimaknai sebagai tokoh yang hadir dalam sebuah cerita yang memiliki kualitas moral, intelektual dan emosional tertentu(sifat-sifat/ciri-ciri) yang tercermin dari ucapan dan tingkah lakunya (Ari Nurhayati, 2004). Adapun hasil dari studi karakter tersebut, yaitu:


(46)

35

III.2.6 Warna

Warna yang akan dipakai untuk perancangan buku ilustrasi ini adalah warna dengan mode CMYK karena hasil dari perancangan buku ini akan dicetak, berikut ini adalah contoh pemakaian warna yang akan digunakan:

Gambar III.10. referensi warna

Sumber: http://www.maaillustrations.com/services/images/illustrations/book-illustration-03.jpg Diakses pada (20/06/2016)

Menurut Surianto Rustan (2009), beberapa kesan yang ditimbulkan dari warna dibawah ini adalah:


(47)

36

Hijau : Masa muda, islam, alam, dingin, keseimbangan, tenang, harmoni, stabil, kreatif.

Biru : Damai, kesatuan, tenang, harmoni, sejuk, teknologi,

keagamaan, bumi.

Kuning : Gembira, bahagia, sinar matahari, harapan, persahabatan.

Coklat : Tenang, alam, makhluk hidup, stabil, tanah.

Merah : Suci, tulus, energy, kuat, gairah, gembira, panas.

Orange : Kebahagian, energi, keseimbangan, panas, kesenangan.

Hitam : Baru, modern, misteri, elegan, serius, kesatuan.

Putih : Suci, netral, masa muda, damai, simpel, kehidupan.

Setelah melakukan studi warna dari referensi warna yang ada, maka buku ilustrasi mengenai Sindrom Kematian Bayi Mendadak menggunakan warna-warna sebagai berikut:

Gambar III.11. Warna yang dipilih Sumber: Dokumen Pribadi


(48)

37

BAB IV

MEDIA & TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Sesuai dengan perancangan dan konsep visual yang telah dibuat, maka media utama yang dibuat dalam perancangan informasi Sindrom Kematian Bayi Mendadak adalah berupa buku ilustrasi. Buku ini menggunakan ukuran A5 atau 148 x 210 mm dengan isi buku tersebut menggunakan art paper dan menggunakan softcover.

Gambar IV.1. Sampul depan dan belakang buku Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar IV.2. Tampilan cover buku yang sudah dicetak Sumber: Dokumen Pribadi


(49)

38

Gambar IV.3. Isi buku bagian 1 Sumber: Dokumen Pribadi


(50)

39

Gambar IV.4. Isi buku bagian 2 Sumber: Dokumen Pribadi


(51)

40

Gambar IV.5. Isi buku bagian 3 Sumber: Dokumen Pribadi


(52)

41

Gambar IV.6. Isi buku bagian 4 Sumber: Dokumen Pribadi


(53)

42

IV.1.2 Teknis Produksi Media Utama

Teknis Produksi adalah tahapan terakhir dari proses yang sudah disusun. Tahapan ini berisi seluruh dari gagasan dan materi yang telah dikumpulkan sebelumnya serta Suatu proses untuk membuat sebuah tampilan yang diharapkan. Pada tahap awal produksi ini dimulai dengan pembuatan sketsa secara digital menggunakan software adobe illustrator CS6. Penggunaan software Adobe Illustrator hanya digunakan untuk proses pembuatan Outline saja.

Gambar IV.7. Sketsa Digital Sumber: Dokume Pribadi

Dalam proses pembuatan sketsa digital diatas tidak menggunakan sketsa manual, namun berdasarkan hasil redesign dari referensi yang ada, maka dibuatlah sketsa digital tersebut sehingga menghasilkan visual yang baru. Setelah Outline selesai dibuat, sketsa digital tadi kemudian ditarik menuju Adobe Photoshop untuk dilakukan proses berikutnya yaitu proses coloring.


(54)

43

Gambar IV.8. Proses Coloring Sumber: Dokumen Pribadi

Setelah selesai proses coloring, berikutnya yaitu masuk ke tahap layout dan memasukkan teks cerita ke dalam gambar. Teks yang berupa pesan ataupun narasi dibuat dan disusun di area kosong pada gambar agar teks dapat terbaca secara jelas, dan setelah selesai maka gambar kemudian diberi nomor halaman lalu di save dengan format .JPG

.

Gambar IV.9. Proses layout. Sumber: Dokumen Pribadi.


(55)

44

IV.2 Media Pendukung A. Poster

Berfungsi sebagai sarana informasi kepada target audience, konten dalam poster berisi informasi mengenai isi yang ada dalam buku ilustrasi secara singkat dan jelas. Poster ini dapat diletakkan di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, posyandu dan puskesmas.

Gambar IV.10. Poster digital dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi:

Ukuran : A3 (29,7x42 cm) Material : Art Paper 150gr Teknis Cetak : Cetak Offset

B. X-Banner

Berfungsi sebagai penanda keberadaan media utama dalam suatu lokasi. X-Banner dibuat secara sederhana agar mudah ditangkap oleh mata audience, sehingga isi ataupun materi dari x-banner dapat tersampaikan.


(56)

45

Gambar IV.11. Desain x-banner dan setelah di print Sumber: Dokumen Pribadi.

Teknis Produksi:

Ukuran : 60 x 160cm Material : Flexi Korea Teknis Cetak : Digital Printing

C. T-Shirt

shirt dengan desain dan gambar yang menampilkan ilustrasi sebuah keluarga. T-shirt digunakan sebagai merchandise yang akan diberikan bersamaan dengan media utama.


(57)

46

Gambar IV.12. Desain T-shirt dan setelah di print

Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi:

Bahan : Cotton combed Ukuran Baju : S,M,L,XL Teknis Cetak : Print DTG

D. Gantungan Kunci

Media ini digunakan sebagai media pendukung sekaligus sebagai media pengingat yang dapat digantungkan serta dapat dibawa kemana-mana, sehingga saat konsumen melihat gantungan kunci tersebut akan selalu ingat dengan media utama.


(58)

47

Gambar IV.13. Desain gantungan kunci dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis produksi:

Ukuran : 5cm x 5cm

Material : Plastik dan laminasi glossy Teknis cetak : cetak offset

E. Mug

Menggunakan visual yang telah dibuat semenarik mungkin, lalu di letakkan di sebuah media yaitu mug. Mug dipilih karena seringkali digunakan sehingga penyampaian informasi diharapkan akan dengan mudah tersampaikan.


(59)

48

Gambar IV.14. Desain mug dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi: Ukuran : Disesuaikan Material : Coating putih Teknis Cetak : Digital printing.

F. Paper Bag

Digunakan sebagai packaging saat semua media dibagikan kepada konsumen, selain itu paper bag juga memiliki kelebihan yaitu dapat dilipat sehingga dapat menghemat tempat dan dapat dibawa kemanapun.

Gambar IV.15. Desain paper bag dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi


(60)

49

Teknis Produksi:

Ukuran : 21cm x 25cm Material : Trisolve

Teknis Cetak : Digital printing

G. Kalender

Berfungsi sebagai media pengingat yang berperan cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana audience dapat melihat agenda di setiap bulannya, sehingga pada saat melihat kalender, audience akan ingat dengan media utama

Gambar IV.16. Desain kalender dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi :

Ukuran : A3 (29,7cm x 42cm) Material : Art Paper


(61)

50

H. Stiker

Stiker sebagai media pendukung lainnya, stiker bisa ditempel dimanapun dan dapat dibawa kemanapun. Biasanya sticker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa, sehingga konsumen akan selalu ingat dengan media utama.

Gambar IV.17. Desain stiker dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi :

Ukuran : Variatif Material : Vinyl

Teknis Produksi : Cetak Offset

I. Sosial Media

Berfungsi sebagai media informasi berbasis digital yang dapat diakses melaluii jaringan internet dimanapun dan kapanpun, peran sosial media pada saat ini sangatlah dibutuhkan agar penyebaran informasi yang dilakukan dapat tersampaikan lebih cepat. Media sosial yang digunakan adalah facebook, karena situs tersebut adalah situs yang sudah diketahui oleh masyarakat dari semua golongan dari kalangan bawah hingga kalangan atas.


(62)

51

Gambar IV.18. Tampilan halaman facebook Sumber: Dokumen Pribadi


(1)

46

Gambar IV.12. Desain T-shirt dan setelah di print

Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi: Bahan : Cotton combed Ukuran Baju : S,M,L,XL Teknis Cetak : Print DTG

D. Gantungan Kunci

Media ini digunakan sebagai media pendukung sekaligus sebagai media pengingat yang dapat digantungkan serta dapat dibawa kemana-mana, sehingga saat konsumen melihat gantungan kunci tersebut akan selalu ingat dengan media utama.


(2)

47

Gambar IV.13. Desain gantungan kunci dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis produksi: Ukuran : 5cm x 5cm

Material : Plastik dan laminasi glossy Teknis cetak : cetak offset

E. Mug

Menggunakan visual yang telah dibuat semenarik mungkin, lalu di letakkan di sebuah media yaitu mug. Mug dipilih karena seringkali digunakan sehingga penyampaian informasi diharapkan akan dengan mudah tersampaikan.


(3)

48

Gambar IV.14. Desain mug dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi: Ukuran : Disesuaikan Material : Coating putih Teknis Cetak : Digital printing.

F. Paper Bag

Digunakan sebagai packaging saat semua media dibagikan kepada konsumen, selain itu paper bag juga memiliki kelebihan yaitu dapat dilipat sehingga dapat menghemat tempat dan dapat dibawa kemanapun.

Gambar IV.15. Desain paper bag dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi


(4)

49 Teknis Produksi:

Ukuran : 21cm x 25cm Material : Trisolve

Teknis Cetak : Digital printing

G. Kalender

Berfungsi sebagai media pengingat yang berperan cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana audience dapat melihat agenda di setiap bulannya, sehingga pada saat melihat kalender, audience akan ingat dengan media utama

Gambar IV.16. Desain kalender dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi :

Ukuran : A3 (29,7cm x 42cm) Material : Art Paper


(5)

50 H. Stiker

Stiker sebagai media pendukung lainnya, stiker bisa ditempel dimanapun dan dapat dibawa kemanapun. Biasanya sticker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa, sehingga konsumen akan selalu ingat dengan media utama.

Gambar IV.17. Desain stiker dan hasil cetak Sumber: Dokumen Pribadi

Teknis Produksi : Ukuran : Variatif Material : Vinyl

Teknis Produksi : Cetak Offset

I. Sosial Media

Berfungsi sebagai media informasi berbasis digital yang dapat diakses melaluii jaringan internet dimanapun dan kapanpun, peran sosial media pada saat ini sangatlah dibutuhkan agar penyebaran informasi yang dilakukan dapat tersampaikan lebih cepat. Media sosial yang digunakan adalah facebook, karena situs tersebut adalah situs yang sudah diketahui oleh masyarakat dari semua golongan dari kalangan bawah hingga kalangan atas.


(6)

51

Gambar IV.18. Tampilan halaman facebook Sumber: Dokumen Pribadi