Perancangan Media Informasi Sejarah Kepahlawanan Sultan Hasanudin Melalui Buku Ilustrasi

(1)

(2)

(3)

(4)

65 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulinda Karisman

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 27 Juli 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI (Indonesia) Alamat : Jalan Inhoftank

RT/04, RW/06

BANDUNG 40243

Telepon : 083821306498

e-Mail : Indakarisman@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

1. SDN LEUWIPANJANG 6, BANDUNG 2000-2006 2. SMPN GANESHA, BANDUNG 2006 -2009 3. SMK MEDIKACOM, BANDUNG 2009 - 2012

4. UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) / DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (S1), BANDUNG 2012-SEKARANG


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SEJARAH KEPAHLAWANAN SULTAN HASANUDIN MELALUI BUKU ILUSTRASI

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Yulinda Karisman NIM. 51912243

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SEJARAH KEPAHLAWANAN SULTAN HASANUDIN MELALUI BUKU ILUSTRASI”. Laporan ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir.

Dalam pengerjaannya, banyak sekali pihak yang mendukung, memberikan bimbingan. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta rahmat-Nya 2. Orang tua yang selalu mendukung baik moril dan materil

3. Wira Mahardika Putra, S.ds. MM. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan, sehingga penulis dapat terus belajar untuk memberikan manfaat dan menjadi lebih baik.

Bandung, 28 Juli 2016 Penulis,


(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 2

I.2 Identifikasi Masalah. ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan... 3

BAB II SEJARAH KEPAHLAWANAN SULTAN HASANUDIN ... 4

II.1 Sultan Hasanudin ... 4

II.1.2 Pahlawan... 4

II.1.2.1 Pengertian Pahlawan ... 4

II.1.2.2 Pengertian Pahlawan Nasional ... 4

II.1.2.3 Pentingnya Mengetahui Sejarah Pahlawan Nasional ... 4

II.1.2.4 Sikap Kepahlawanan ... 5

II.1.2.5 Sultan Hasanudin sebagai Raja Goa Ke 16 ... 6

II.1.2.6 Berperang Melawan Sesama Bangsa Indonesia ... 8

II.1.2.7 Perjanjian Bungaya ... 10

II.1.2.8 Jatuhnya Benteng Sumbaopu ... 12

II.1.2.9 Sultan Hasanudin Sebagai Pahlawan Nasional ... 14

II.2 Data Lapangan ... 14


(8)

vii

II.3 Analisis ... 15

II.3.1 Informasi Sultan Hasanudin pada Buku Sekolah ... 15

II.3.2 Usia yang Tepat Mengenal Sejarah ... 16

II.3.Media yang Telah Ada Sebelumnya... 17

II.4 Khalayak Saat Ini ... 19

II.5 Resume ... 20

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 22

III.1 Strategi Perancangan ... 22

III.1.1 Khalayak Sasaran ... 22

III.1.2 Strategi Komunikasi ... 24

III.1.3 Mandatory ... 26

III.1.3.1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Makassar ... 26

III.1.4. Strategi Kreatif ... 26

III.1.5 Strategi Media ... 30

III.1.6 Strategi Distribusi dan Tahap Penyebaran Media ... 31

III.2 Konsep Desain ... 31

III.2.1 Format Desain ... 31

III.2.2 Tata Letak... 32

III.2.3 Huruf ... 33

III.2.4 Warna ... 37

III.2.5 Ilustrasi ... 38

BAB IV. MEDIA & TEKHNIS PRODUKSI ... 48

IV.1 Media Utama ... 48

IV.2 Penulisan Kisah Deskripsi Ilustrasi. ... 48

IV.3 Perancangan Ilustrasi ... 49

IV.4 Perancangan Layout ... 50


(9)

viii DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN ... 60


(10)

59 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Kutoyo, Safwan. (2010). Sultan Hasanudin. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Kusrianto. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi

offset.

Russel, V. (1986). Otto Klepprer's Advertising Procedure. USA: Prentice Hall Rustandie. (2009). Sultan Hasanudin. Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa. Rustan. (2008). Layout Dasar & Penerapannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Rustan. (2011). Huruf, Font, dan Tipografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sagimun. (1985). Sultan Hasanudin Menentang VOC. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Sutoyo, Leo. (2009). IPS 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Zulkifly. (1986). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Karya.

Sumber Jurnal

Hamid. (2013). Sultan Hasanudin Dan Arung Palaka: Masa Lalu Yang (Masih) Aktual. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Sumber Artikel Internet

Edwyn Jardhy. (2014). Ternyata Baju Bodo Lain Warna Lain Makna. Diambil dari: www.makassarterkini.com/ternyata-baju-bodo-lain-warna-lain-makna/


(11)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perjuangan panjang bangsa Indonesia hingga menjadi sebuah negara yang merdeka, erat kaitannya dengan perjuangan para pahlawan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun (2011), "pahlawan" adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Di Indonesia, Pahlawan memiliki banyak kategori, yakni pahlawan perang, pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan, Pahlawan Revolusi, Pahlawan Proklamasi. Salah satu kategori pahlawan yang paling banyak adalah Pahlawan Nasional. Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia, Pahlawan Nasional ialah pemberian gelar terhadap salah satu penduduk Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa bagi kepentingan bangsa dan Negara. Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden sejak dilakukan pemberian gelar ini pada tahun 1959 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009.

Indonesia memiliki banyak Pahlawan Nasional yang dapat diteladani nilai-nilai sejarah kepahlawanannya, salah satunya sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin yang berasal dari Sulawesi Selatan. Sultan Hasanudin merupakan satu-satunya pejuang di Sulawesi Selatan yang dijuluki Sang Ayam Jantan dari timur oleh penjajah Belanda. Sultan Hasanudin, tercatat sebagai Pahlawan Nasional sejak 6 November 1973. Dengan karakter tegas, berani, rendah hati, dan kepintarannya dalam berniaga, Kerajaan Goa mengalami masa-masa kejayaan di bawah pimpinannya. (Sagimun, 1985:119).

Penjelasan tentang Sultan Hasanudin begitu sedikit pada buku pelajaran SD,. Hal ini dikeluhkan oleh Herusubroto seorang guru SD di Sulawesi Selatan. Dalam sebuah wawancara pada tanggal 15 Juni 2016. Ia pun mengeluhkan, belum ada media khusus anak-anak yang membahas Sultan Hasanudin secara detail. Merujuk


(12)

2 pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan dikenalkan sejak kelas 4 SD. Menurut Zulkifli, ada dua tahap perkembangan yang mulai terbangun dan tepat untuk memahami sejarah kepahlawanan. Usia 8-12 tahun anak mengalami masa robinson crusoe, pada masa ini anak menerima semua bahan bacaan tanpa bertanya, kemudian memasuki masa realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita dongeng yang fantastis (tidak masuk akal). Pada masa ini anak lebih menyukai cerita yang sebenarnya, cerita yang masuk akal contohnya cerita perjalanan. Selain hal tersebut pada usia 8-12 tahun, ingatan anak mencapai intensitas tinggi, daya menghafal(memorisasi) paling kuat. Hal tersebut membuat apa yang dipelajari di masa tersebut diingat dengan baik. Kemudian usia 12-15 tahun, anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar pernah terjadi salah satunya sejarah kepahlawanan. (Zulkifli, 2006: 58-59) Masa fantasi 12-15 tahun tersebut disebut masa pahlawan. Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan memang dikenalkan sejak kelas 4 SD, yakni saat anak-anak berada di umur 10 atau 11 tahun pada masa robinson crusoe. Jadi, target audience yang penulis tentukan adalah anak SD kelas 4-6.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah yang terdapat pada penelitian ini diantaranya adalah:

 Sedikitnya pembahasan mengenai Sultan Hasanudin pada buku pelajaran SD.

 Tidak ada buku khusus anak-anak SD yang lengkap membahas Sultan Hasanudin.

I.3 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang media komunikasi visual mengenai sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin untuk siswa kelas 4-6 SD.


(13)

3 I.4 Batasan Masalah

Perancangan dibatasi pada nilai-nilai kepahlawanan sejak Sultan Hasanudin naik tahta dan lengser dari tahta Kerajaan Goa. Media komunikasi visual ini ditujukan untuk untuk siswa kelas 4-6 SD di Sulawesi Selatan.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah menciptakan media komunikasi visual mengenai sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin untuk siswa kelas 4-6 SD. Agar siswa mengenal dan memiliki sikap kepahlawanan sejak dini. Manfaat dari perancangan ini, di antaranya sebagi berikut:

Bagi siswa SD

Dapat menumbuhkan sikap nasionlisme dari sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin.

Bagi Kalangan Akademis

Menjadi bahan referensi dalam membuat karya/tema yang serupa.

Bagi Penulis

Mendapat banyak pengalaman mengenai perancangan tokoh pahlawan nasional menjadi karakter yang mudah disukai siswa SD, serta pengalaman menganalisa masalah, dan merancang solusinya.


(14)

4 BAB II. SEJARAH KEPAHLAWANAN SULTAN HASANUDIN

II.1 Objek Penelitian II.1.2 Pahlawan

II.1.2.1 Pengertian Pahlawan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "pahlawan" adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "Pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden sejak dilakukan pemberian gelar ini pada tahun 1959 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009.

Macam-macam pahlawan di Indonesia;

 Pahlawan Kemanusiaan

 Pahlawan Nasional

 Pahlawan Perang

 Pahlawan Kemerdekaan

 Pahlawan Revolusi

 Pahlawan Proklamasi

II.1.2.2 Pengertian Pahlawan Nasional

Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia, Pahlawan Nasional ialah pemberian gelar terhadap salah satu penduduk Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa bagi kepentingan bangsa dan Negara.

II.1.2.3 Pentingnya Mengetahui Sejarah Pahlawan Nasional

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa pahlawannya. Kalimat tersebut disampaikan Ir. Soekarno saat berpidato pada Hari Pahlawan 10 November 1961. Sejak dulu, untuk membakar


(15)

5 semangat patriotisme kaum muda, pemerintah memang telah mengelu-elukan untuk selalu mengingat jasa-jasa para pahlawan, istilah “Jas Merah” pun pernah dilontarkan oleh Bung Karno,. Jas Merah, alias jangan sekali-kali melupakan sejarah, menjadi sebuah filosofi bangsa untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. Mengetahui bagaimana susahnya para pahlawan memperebutkam kemerdekaan dapat meningkatkan sikap patriotisme kaum muda, seperti disampaikan Ny. Laksmi Pandit (seperti dikutip Sagimun, 1985) Suatu bangsa dapat hidup di dunia ini, jikalau bangsa itu dapat menarik pelajaran dari masa lampau dan menggunakan masa lampau itu sebagai dasar untuk terus membangun masa depan. Dari kata-kata kedua tokoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa bangsa yang mengenal bagaimana gigihnya seorang pahlawanan mempertahankan kemerdekan di masa lampau dapat digunakan sebagai semangat untuk membangun sikap patriotisme di masa depan.

II.1.2.4 Sikap Kepahlawanan

Sikap kepahlawanan diwujudkan dengan sikap jujur, tanggung jawab, rela berkorban, berjuang dengan ikhlas, berani membela keadilan, dan kebenaran, serta tidak mudah putus asa. Setiap orang dapat menjadi pahlawan bagi dirinya, orang tuanya, temannya, lingkungan sekitarnya serta bagi bangsa dan negaranya. Menjadi pahlawan bagi dirinya berarti melakukan hal-hal yang terbaik bagi diri sendiri, seperti rajin belajar, taat beribadah, giat bekerja, dan suka membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Di lingkungan sekitar rumah yang paling terdekat misalnya, sikap kepahlawanan diwujudkan dengan menjadi pahlawan bagi orang tua berarti berbuat yang terbaik kepada orang tua, seperti menghormatinya, berbicara penuh rasa sopan santun, membantu meringankan pekerjaannya, dan menaati perintahnya dengan mengerjakan perintah baik apapun apapun yang diperintahkan orang tua tanpa ingin mengeluh dan menggerutu. (Sutoyo & Leo, 2009, h. 93)


(16)

6 II.1.2.5 Sultan Hasanudin sebagai Raja Goa ke 16

Sultan Hasanudin lahir pada tanggal 12 Januari 1631, beliau merupakan Raja Goa ke 16. Ayahnya adalah Sultan Muhammad Said Raja Goa ke 15. Semasa kecil Sultan Hasanudin diberi nama I Malambasi oleh orang tuanya. Waktu itu, Ayahnya belum menjadi Raja Goa, Baru setelah I Mallambasi berumur delapan tahun, Ayahnya diangkat menjadi Raja Goa. I Mallambasi belajar Al-Qur’an pada umur 8 tahun. Setelah mulai mengaji, namanya diganti menjadi Muhammad Bakir. Muhammad Bakir mempunyai otak yang cerdas, kemauan yang keras dan pantang menyerah. Pada waktu itu pendidikan untuk anak-anak raja dan bangsawan dipisahkan dari rakyat biasa, Walaupun mendapat pendidikan yang terpisah Muhammad Bakir tetap bergaul bersama teman-temannya yang berasal dari golongan rakyat biasa, Bahkan Muhammad Bakir sangat marah jika ada anak bangsawan yang sombong terhadap rakyat. Di samping pendidikan agama, pengetahuan umum juga diberikan kepada Muhammad Bakir. (Kutoyo, 2010, h. 15-21) Dalam pergaulan sehari-hari, Muhammad Bakir termasuk anak yang berani, Bukan karena Muhammad Bakir anak seorang raja, tetapi sifat pemberani sudah merupakan wataknya Muhammad Bakir. Muhammad Bakir selalu membela kebenaran. Dalam pergaulan di lingkungan istana, Muhammad Bakir juga menunjukan kecakapannya, Muhammad Bakir hormat kepada kedua orang tuanya, baik sebagai orang tua maupun sebagai Raja dan permaisuri. Terhadap keluarga istana seperti menteri dan pembesar istana lainnya, Muhammad Bakir selalu menaruh hormat. Orang tua harus dihormati, yang lebih tua disayangi, dan yang lebih kecil dikasihi. Demikianlah menurut ajaran agama yang dipatuhi Muhammad Bakir. Pada umur 15 tahun Muhammad bakir tumbuh menjadi pemuda yang gagah perkasa. Badannya kuat, perawakannya tinggi besar, suaranya lantang, jalannya gagah seperti panglima perang. Muhammad Bakir mempunyai wibawa yang besar dan juga rasa kemanusiaan yang luhur. Setelah berumur 20 tahun, Muhammad Bakir diikutkan oleh ayahnya dalam soal-soal negara. Sultan Muhammad Said telah menetapkan bahwa Muhammad Bakir kelak akan memangku jabatan Raja. Saat Muhammad Bakir berusia 22 tahun,


(17)

7 Sultan Muhammad Said wafat, Muhammad Bakir lalu naik tahta sebagai Raja Goa ke 16, jika mengikuti adat kebiasaan, Muhammad Bakir tidak berhak menduduki tahta karena lahir sebelum ayahnya menjadi Raja. Walaupun begitu, putra mahkota yakni Daeng Matawang bersedia menyerahkan tahta kepada Muhammad Bakir, beserta permaisuri dan keluarga bangsawan menyetujui pengangkatan Muhammad Bakir sebagai Raja Goa ke 16 dengan gelar Sultan Hasanudin. (Kutoyo, 2010, h. 15-21) Kerajaan Goa yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi, Kerajaan Goa dan ibukotanya yang terkenal yakni Sumbaopu terletak di pantai Selat Makassar, selat yang memisahkan Pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan. Kerajaan Goa menjadi penghubung antara Pulau Jawa, Pulau Kalimantan bahkan Pulau Sumatera dan semenanjung Malaka di sebelahbarat dengan Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara di sebelah timur. (Sagimun, 1985, h. 1-2)

Setelah Sultan Hasanudin menduduki tahta Kerajaan Goa, keadaan tidak seperti yang diharapkan oleh para pembesar VOC di Batavia (Jakarta), maka hubungan antara Kerajaan Goa dan VOC tidak dapat dielakkan.

Gambar II.1 Sultan Hasanudin

Sumber: http:// www.pusakaindonesia.org/ Sultan-Hasanuddin.jpg (Diakses pada 15/11/2015)


(18)

8 Ketegangan yang sering disertai pertempuran yang seru antara Kerajaan Goa dengan VOC sesungguhnya sudah berlangsung jauh sebelum Sultan Hasanudin menduduki tahta Kerajaan Goa. Kerajaan Goa selalu menolak bahkan menentang dengan keras hak monopoli yang hendak dijalankan oleh VOC terutama di Indonesia bagian timur. Kerajaan Goa berpendirian: “Tuhan Yang Maha kuasa telah menciptakan bumi dan lautan. Bumi telah dibagikan di antara manusia, begitu pula lautan telah diberikan untuk umum. Tidak pernah terdengar bahwa pelayaran di lautan dilarang bagi seseorang. Jika Belanda melarang hal itu, maka berarti Belanda seolah-oleh mengambil nasi dari mulut orang lain”. Demikianlah pendirian dari Sultan Alaudin maupun sultan Muhammad Said bahkan juga Sultan Hasanudin yang selalu berpendirian bahwa tuhan menciptakan bumi dan lautan untuk digunakan bersama oleh semua umat manusia. Bukan hanya untuk VOC atau orang-orang Belanda. Itulah sebabnya mengapa Kerajaan Goa dengan keras menentang usaha monopoli VOC. Sebaliknya VOC berusaha dengan keras pula menghancurkan dan menyingkirkan Kerajaan Goa. (Sagimun, 1985, h. 71)

II.1.2.6 Berperang melawan sesama bangsa Indonesia

Arung Palaka merupakan keturunan Kerajaan Bone, yakni kerajaan yang berhasil ditundukkan oleh Kerajaan Goa.

Andaya (seperti dikutip Hamid, 2013) pada umur sebelas tahun, Arung Palakka mengikuti orang tuanya sebagai tawanan ke Goa. Arung Palaka diperlakukan sebagai anak dalam keluarga Karaeng Patingaloang. Dibesarkan menurut tata cara seorang putra keraton. Arung Palaka menghabiskan sebagian waktunya di istana Goa. seiring pergantian waktu, pada masa pembentukan dirinya itu, Arung Palakka menyaksikan tindakan yang tidak berkemanusiaan terhadap keluarga dan bangsanya, terutama ketika mangkubumi Kerajaan Goa dijabat oleh Karaeng Karunrung yakni putra dari Karaeng Patingaloang. (Patunru at all 1989: 124-125; Andaya 2004:64) Pada tahun 1660, Karaeng Karunrung mengeluarkan perintah


(19)

9 kepada regent Bone, Tobala, untuk membawa 10.000 orang dari Bone untuk menggali parit di sepanjang garis pertahanan di pantai pelabuhan Makassar, dari benteng paling selatan Barombong hingga ke benteng paling utara Ujung Tanah. Para pekerja diseret dari daerahnya di Bone, berjalan melintasi gunung-gunung menuju Makassar. Pekerjaan itu tidak hanya dilakukan oleh rakyat biasa, tetapi juga bangsawan Bone dan Soppeng. Bagi orang Bugis, tindakan itu telah melecahkan harga diri (Andaya, 2004, h. 65).

Di antara pekerja terdapat Arung Palakka. Dengan bantuan para pemimpin Bugis lainnya, Arung Palakka melakukan perlawanan dan membebaskan rakyatnya dari kekuasaan Kerajaan Goa-Tallo. Tindakan itu menimbulkan kemarahan besar dari Raja Goa-Tallo, sehingga dilakukanlah pengejaran. Dalam pengejaran itu, Arung Palakka berhasil meloloskan diri dan berlayar ke Buton. Di sana, dia mendapat perlindungan dari Sultan Buton, sembari memperkuat posisinya dan selanjutnya ke Batavia meminta bantuan Belanda yang saat itu sedang berupaya menguasai perdagangan maritim di kawasan timur Nusantara. Salah satu kekuatan politik yang dihadapinya adalah Kerajaan Goa-Tallo. Dengan demikian, kedatangan Arung Palakka merupakan kekuatan baru yang dapat mendukung usahanya. (Hamid, 2013, h. 11-12).

Pada tanggal 31 Desember 1666 sampailah armada VOC di bawah pimpinan Laksamana Speelman di Kerajaan Buton. Pada waktu itu Kerajaan Buton sedang dalam keaadaan sangat gawat karena dikurung rapat oleh pasukan-pasukan dan armada Kerajaan Goa untuk menghukum Sultan Buton yang memberi perlindungan kepada Arung Palaka dan sekutunya. Saat itu pasukan-pasukan Kerajaan Goa berkekuatan kurang lebih 15000 orang. Sebagian besar terdiri dari orang-orang Makassar, Bugis dan Mandar. (Sagimun, 1985, h. 162)

Dalam armada Kerajaan Goa terdapat beribu-ribu orang Bugis yang negerinya ditaklukan oleh Kerajaan Goa. Saat orang-orang Bugis mendengar bahwa Arung Palaka datang, orang-orang Bugis begitu senang


(20)

10 dan menganggap Arung Palaka sebagai pahlawan yang akan membebaskan orang-orang Bugis dari kekuasaan Kerajaan Goa. Orang-orang Bugis lalu berbalik menyerang Kerajaan Goa ditambah dengan kegoncangan orang-orang Mandar yang merasa tidak berkewajiban untuk membela panji-panji Kerajaan Goa. Armada Goa kacau balau karenanya. Berkat pengaruh Arung Palaka, maka armada Kerajaan Goa dapat dilumpuhkan dengan mudah. Ini bukan karena kehebatan admiral Speelman dan orang-orang Belanda, kekalahan armada Goa karena armada dan pasukan-pasukannya tidak terdiri dari satu kesatuan yang kompak. (Sagimun, 1985, h. 165)

Setelah mengadakan pertempuran-pertempuran yang sengit dan merebut daerah Goa setapak demi setapak, maka pada tanggal 26 oktober 1667 sampailah pasukan-pasukan Belanda serta sekutu-sekutunya di dektat Benteng Sumbaopu yang menjadi tempat kediaman Sultan Hasanudin. (Sagimun, 1985, h. 213)

Belanda yang memang sangat licik dan pandai memilih serta mempergunakan saat yang sebaik-baiknya menganggap sekarang sudah tibalah saatnya untuk mengadakan perundingan dan membicarakan soal perdamaian.

II.1.2.7 Perjanjian Bungaya

Pada tanggal 18 November 1667 ditanda-tanganilah sebuah perjanjian di sebuah desa atau tempat di sebelah selatan kota Makassar atau ujung pandang sekarang. Desa ini terletak di dekat barombong yang kini terkenal sebagai tempat pemandian di tepi pantai yang sangat indah. Tempat atau desa dimana perjanjian itu ditanda tangani disebut “Bungaya”’ Oleh karena itu perjanjian ini kemudian terkenal dengan nama het bongaais verdrag yakni perjanjian bungaya oleh orang-orang Belanda. Di dalam perundingan-perundingan sebelum perjanjian itu di tandatangani. Speelman dan orang-orang Belanda sangat terkesan oleh sikap Pahlawan Hasanudin, terhadap Arung Palaka dan Arung Kaju Sultan Hasanudin bersikap ramah. akan


(21)

11 tetapi terhadap para petinggi yang berbalik seperti Karaeng Laiya dan Karaeng bangkala Sultan Hasanudin bersikap Lain. (Sagimun, 1985, h. 221) Bangsawan dan pemimpin Goa tidak setuju diadakan perundingan atau perjanjian perdamaian. Namun sebagai seorang Raja, Sultan Hasanudin bertanggung jawab tentang nasib rakyat Kerajaan Goa yang telah semakin menyedihkan, Sultan Hasanudin harus mempertimbangkan hal tersebut meskipun ingin terus berperang. Sultan Hasanudin begitu mengerti parahnya keadaan rakyat Kerajaan Goa. Kerajaan Goa betul-betul diserang oleh musuh yang datang dari selatan, timur, utara, dan barat. Kini pasukan VOC semakin hari semakin bertambah jumlahnya sedangkan pasukan Goa semakin lemah. Tanah Goa sendiri sudah sangat parah keadaannya karena tempat tinggal rakyat selalu dijadikan medan pertempuran. Bahkan banyak ladang yang, diinjak-injak atau dihancurkan dengan dibakar oleh pihak Belanda dan sekutu-sekutunya. Melanjutkan peperangan dalam kondisi atau keadaan yang demikian berrti bunuh diri dan kehancuran serta malapetaka bagi rakyat Goa. Atas hal tersebut Sultan Hasnudin merasa lebih bijaksana untuk mengadakan perdamaian dengan Belanda. Demikianlah pada tanggal 18 November 1667, di sebuah desa yang dinamakan Bungaya diadakan perundingan. Perundingan inilah yang kemudian menghasilkan sebuah perjanjian yang terkenal di dalam sejarah Indonesia dengan nama “Perjanjian Bungaya” orang-orang Belanda menyebutnya Het bongaais verdrag. Orang-orang Makassar menyebutnya Cappaya ri Bungaya. Jadi nama y ng benar ini ialah perjanjian bungaya. Banyak penulis dan sejarahwan Indonesia yang salah menulisnya karena mengikuti kesalahan orang-orang Belanda, kesalahan-kesalahan yang tersebut di atas bersumber pada kesalahan yang diperbuat oleh orang-orang Belanda yang salah menyebut kata bungya menjadi bongaya. Kata bungaya berasal dari Bahasa Indonesia asli, yakni bunga. Kata ini mendapat imbuhan ya lalu menjadi bungaya artinya de bloem, the flower. Imbuhan dalam kata Makassar ini sama artinya dengan kata dalam bhasa Indonesia: si, sang atau yang. Bungaya ialah Sang Bunga. Sampai sekarang desa ini masih ada, sekarang


(22)

12 Bungaya merupakan sebuah kampung atau desa yang tidak berarti lagi kalau dibandingkan kedudukannya di abad ke-17. (Sagimun, 1985, h. 214-227) Perjanjian Bungaya terdiri dari 30 pasal, dan isi-isi pokok dari perjanjian bungaya ini kurang lebih adalah sebagai berikut:

 Kerajaan Goa harus melepaskan haknya atas daerah Kerajaan Bone dan lain-lainnya.

 Kerajaan Goa mengakui hak monopoli perdagangan kompeni di Maluku.

 Semua orang asing kecuali Belanda dilarang berdagang di Makassar. Demikianlah Perjanjian Bungaya yang sangat memberatkan Kerajaan Goa. (Kutoyo, 2010, h. 38)

II.1.2.8 Jatuhnya Benteng Sumbaopu

Pada akhirnya perang memang kembali berlanjut, perlawanan terhadap VOC dipelopori Karaeng Karunrung yang sudah sejak awal sangat membenci VOC dengan terus mendesak Sultan Hasanudin meneruskan peperangan dengan Belanda. 12 April 1668 pecahlah untuk kesekian kalinya peperangan antara VOC yang dipimpin Speelman dan Goa yang dipimpin Sultan Hasanudin. Bahkan peperangan yang pecah setelah perjanjian Bungaya lebih hebat. Diantara kedua belah pihak jatuh korban yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan Arung Palaka sendiri terluka dalam pertempuran ini. Dalam laporan yang dikirim Speelman ke pemerintah VOC di Batavia, Sultan Hasanudin menggunakan peluru yang beracun. Luka-luka ringan yang diderita pasukannya bahkan sulit di sembuhkan. Bahkan Speelman yang selalu disanjung-sanjung gagah berani di dalam laporannya itu menyatakan kecemasan dan kejengkelan hatinya. (Sagimun, 1985, h. 243-246)

Dari sekian banyaknya pasukan-pasukan VOC yang bersama-sama Speelman berangkat dari Batavia pada tanggal 24 November 1667 boleh


(23)

13 dikatakan tidak ada lagi yang turut bertempur pada saat-saat pertempuran yang terakhir ini. Dalam salah satu surat Speelman pada pemimpin VOC di Batavia meminta agar pimpinan VOC di Batavia segera mengirimkan balabantuan yang cukup untuk dapat memberi pukulan terakhir kepada Kerajaan Goa dan menjamin suatu perdamaian yang mutlak, bahkan dalam suratnya itu Speelman menegaskan agar pimpinan VOC lebih memperhatikan Kerajaan Goa di Sulawesi selatan sebagai suatu pusat kekuatan di wilayah timur dari pada srilangka dan Malabar, Speelman tahu betul keadaan kedua wilayah itu karena Speelman sebelumnya adalah gubernur di wilayah tersebut. Setelah mendapat balabantuan dari Batavia dan merasa kuat, VOC bertindak keras. Bulan april 1669 pasukan-pasukan Belanda mengadakan serangan-serangan yang teratur dan bertubi-tubi. Makin lama Belanda makin mendekati Benteng Sumbaopu, Suasana pertempura makin meningkat (Sagimun, 1985, h. 249-251)

24 Juni 1669, benteng utama dan benteng tangguh Kerajaan Goa itu jatuh ke tangan Blanda. Benteng Sumbaopu jatuh terhormat setelah pahlawan-pahlawan Goa di bawah pimpinan Sultan Hasanudin memberikan perlawanan dengan begitu gigih (Sagimun, 1985, h. 258)

Karena takut kerjaan Goa bangkit kembali, maka Belanda menghancurkan Benteng Sumbaopu sampai rata dengan tanah. Benteng Sumbaopu merupakan benteng yang bersaf-saf atau berlapis-lapis tembok lingkarnya, karena istana Raja yang ada di dalamnya juga dilindungi pula oleh tembok-lingkar yang berselekoh dua buah. Demikian pula rumah-rumah dan bangunan dilindungi oleh dinding atau tembok lingkar yang dalam keadaan darurat bisa digunakan sebagai benteng pertahanan. (Sagimun, 1985, h. 276) Speelman tidak berani langsung menyerang Benteng Goa. Speelman lalu menawarkan pengampunan kepada pihak yang bersedia bekerja sama dengan Belanda. Pada tanggal 29 Juni 1669, Sultan Hasanudin mengundurkan diri dari pemerintahan, Tahta kerajaan diserahkan kepada putranya, Amir Hamzah. Sultan Hasanudin wafat pada tanggal 12 Juni 1670


(24)

14 setelah menderita penyakit ari-ari, dalam usia 39 tahun. (Kutoyo, 2010, h. 43)

Gambar II.2 Benteng Sumbaopu Sumber: http://pengenliburan.com/sumbaopu

(Diakses pada 15/01/2016) II.1.2.9 Sultan Hasanudin sebagai Pahlawan Nasional

Sebagaimana disampaikan Kementerian Sosial Republik Indonesia, Pahlawan Nasional ialah pemberian gelar terhadap salah satu penduduk Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa bagi kepentingan bangsa dan Negara.

Pemerintahpun menganugrahkan gelar Pahlwan Nasional kepada Sultan Hasanudin dengan SK Presiden RI No. 087/TK/1973.

II.2 Data Lapangan

II.2.1 Perbedaan Informasi Sejarah Pada Etnis Goa dan Bugis

Hal ini disampaikan keturunan dari Paccallayya Kerajan Goa, Fariansyah Rahadi pada 18 Mei 2016 dalam sebuah wawancara. Sedikitnya pemaparan sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin di Buku Pelajaran sekolah membuat guru mengembangkan ceritanya sesuai dengan versi etnisnya masing-masing. Pada etnis Bugis beredar cerita mengenai para budak penggali parit di bawah Kerajaan Goa pernah diberi pilihan, bersedia pindah dari Etnis Bugis menjadi Goa, atau tetap menjadi Etnis Bugis tapi menjadi budak. Hal-hal seperti itu


(25)

15 seakaan membuat pembicaraan tentang Arung Palaka dan Sultan Hasanudin semakin keruh. Hamid (2013) berpendapat bahwa “Pembicaraan mengenai Sultan Hasanudin dan Arung Palaka selalu diwarnai dengan polemik kepahlawanan. Hal itu mungkin tidak akan terjadi bila salah satu dari Sultan Hasanudin dan Arung Palaka tidak mendapat gelar pahlawan nasional, atau gelar itu disematkan untuk keduanya, ataupun keduanya tidak mendapatkan gelar pahlwan.” (h. 1) Jangan sampai dengan beredarnya cerita yang tidak terbukti dalam sejarah ini, generasi muda melupakan kesalahan yang patut dipelajari dari sejarah tersebut. Yakni kekalahan dan penjajahan terdahulu akibat terpisahnya setiap golongan masyarakat. Keterbatasan buku inipun dibenarkan oleh Herusubroto seorang guru SD di Sulawesi Selatan. Dalam sebuah wawancara pada tanggal 15 Juni 2016. Ia pun mengeluhkan, belum ada media khusus anak-anak yang membahas Sultan Hasanudin secara detail.

II.3 Analisis

II.3.1 Informasi Sejarah Kepahlawanan Sultan Hasanudin Pada Buku Sekolah

Gambar II.3 Sultan Hasanudin Pada Buku Pelajaran Sumber: http:// slidesharecdn.com/pahlawan


(26)

16 Sejarah Kepahlawanan Sultan Hasanudin dikenalkan bersama pahlawan-pahlawan Indonesia yang lainnya saat SD maupun SMP dalam buku sekolah namun, informasinya sangat sedikit. Hal ini dikeluhkan Herusubroto, seorang guru di Bone saat wawancara pada tanggal 15 Juni 2016. Selain itu,

Herusubroto menjelaskan bahwa di Bone, belum ada media khusus anak-anak yang membahas Sultan Hasanudin secara detail. Hal ini juga dibenarkan oleh Yahya Syamsuddin, seorang guru di Paropo Makassar.

II.3.2 Usia yang Tepat Mengenal Sejarah

Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan dikenalkan sejak kelas 4 SD. Menurut Zulkifli, ada dua tahap perkembangan fantasi yang mulai terbangun dan tepat untuk memahami sejarah kepahlawanan. Usia 8-12 tahun anak mengalami masa robinson crusoe, pada masa ini anak mengalami realisme naif, dengan menerima semua bahan bacaan tanpa bertanya, kemudian memasuki masa realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita dongeng yang fantastis (tidak masuk akal). Pada masa ini anak lebih menyukai cerita yang sebenarnya, cerita yang masuk akal contohnya cerita perjalanan. Selain hal tersebut pada usia 8-12 tahun, ingatan anak mencapai intensitas tinggi, daya menghafal(memorisasi) paling kuat. Hal tersebut membuat apa yang dipelajari di masa tersebut diingat dengan baik. Kemudian usia 12-15 tahun,anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar pernah terjadi salah satunya sejarah kepahlawanan. (Zulkifli, 2006: 58-59) Masa fantasi 12-15 tahun tersebut disebut masa pahlawan. Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan memang dikenalkan sejak kelas 4 SD, yakni saat anak-anak mulai berada di umur 10 atau 11 tahun pada masa robinson crusoe. Jadi, target audience yang penulis tentukan adalah anak SD kelas 4-6.


(27)

17 II.3.3 Media yang Telah ada Sebelumnya

Gambar II.4 Buku Sultan Hasanudin Cetakan 1985 Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Kurang lebih, ada 6 buku Sulan Hasanudin yang telah beredar sejak tahun 1975, dua di antaranya telah sulit didapatkan karena sudah jarang. Dan berikut buku-buku mengenai Sultan Hasanudin yang berhasil penulis dapatkan lalu diteliti secara langsung.

Buku yang ditulis oleh Sagimun pada tahun 1985 ini benar-benar minim akan gambar, selain itu bahasanyapun terlalu deskriptif dan tidak komunikatif untuk anak-anak.

Gambar II.5 Buku Sultan Hasanudin Cetakan 1985 Bagian Dalam Sumber: Dokumen Pribadi


(28)

18 Tidak jauh dengan buku Sultan Hsanudin yang diterbitkan pada tahun 2010, buku Sultan Hasanudin yang ditulis oleh Kutoyo dan Safwan ini pun masih sarat akan gambar. Hanya saja jauh lebih tipis, yakni 50 halaman.

Gambar II.6 Buku Sultan Hasanudin Cetakan 2010 Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Pada buku terbitan tahun 2010 ini, mulai terdapat gambar pada setiap judul bab, hanya saja gambar yang ada pada setiap judul bab adalah gambar yang sama.

Gambar II.7 Buku Sultan Hasanudin Cetakan 2010 Bagian Dalam Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Yang terakhir, buku Sultan Hasanudin yang diterbikan tahun 2009, buku ini jauh lebih baik dari pada yang lainnya karena pada setiap bab mulai terdapat gambar, sayangnya gambar-gambar tersebut masih hitam putih.


(29)

19 Gambar II.8 Buku Sultan Hasanudin Cetakan 2009

Sumber: Dokumen Pribadi (16/05/2016)

Gambar II.9 Buku Sultan Hasanudin Cetakan 2009 Bagian Dalam Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

II.4 Khalayak Saat Ini

Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan dikenalkan sejak kelas 4 SD. Menurut Zulkifli, ada dua tahap perkembangan fantasi yang mulai terbangun dan tepat untuk anak memahami sejarah kepahlawanan. Usia 8-12 tahun anak


(30)

20 mengalami masa robinson crusoe, pada masa ini anak mengalami realisme naif, dengan menerima semua bahan bacaan tanpa bertanya, kemudian memasuki masa realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita dongeng yang fantastis (tidak masuk akal). Pada masa ini anak lebih menyukai cerita yang sebenarnya, cerita yang masuk akal contohnya cerita perjalanan. Selain hal tersebut pada usia 8-12 tahun, ingatan anak mencapai intensitas tinggi, daya menghafal(memorisasi) paling kuat. Hal tersebut membuat apa yang dipelajari di masa tersebut diingat dengan baik. Kemudian usia 12-15 tahun, anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar pernah terjadi salah satunya sejarah kepahlawanan. (Zulkifli, 2006: 58-59) Masa fantasi 12-15 tahun tersebut disebut masa pahlawan. Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan memang dikenalkan sejak kelas 4 SD, yakni saat anak-anak mulai berada di umur 10 atau 11 tahun pada masa robinson crusoe. Jadi, target audience yang penulis tentukan adalah anak SD kelas 4-6.

II.5 Resume

Penjelasan mengenai Sultan Hasanudin di buku pelajaran SD sangat sedikit. Selain itu, tidak ada media khusus anak-anak yang membahas Sultan Hasanudin di luar buku pelajaran SD. Menurut Zulkifli, ada dua tahap perkembangan yang mulai terbangun dan tepat untuk memahami sejarah kepahlawanan. Usia 8-12 tahun anak mengalami masa robinson crusoe, pada masa ini anak mengalami realisme naif, dengan menerima semua bahan bacaan tanpa bertanya, kemudian memasuki masa realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita dongeng yang fantastis (tidak masuk akal). Pada masa ini anak lebih menyukai cerita yang sebenarnya, cerita yang masuk akal contohnya cerita perjalanan. Selain hal tersebut pada usia 8-12 tahun, ingatan anak mencapai intensitas tinggi, daya menghafal(memorisasi) paling kuat. Hal tersebut membuat apa yang dipelajari di masa tersebut diingat dengan baik. Kemudian usia 12-15 tahun, anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar pernah terjadi salah satunya sejarah kepahlawanan. (Zulkifli, 2006: 58-59) Masa fantasi 12-15 tahun tersebut disebut masa pahlawan. Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan memang


(31)

21 dikenalkan sejak kelas 4 SD, yakni saat anak-anak mulai berada di umur 10 atau 11 tahun pada masa robinson crusoe. Jadi, target audience yang penulis tentukan adalah anak SD kelas 4-6.


(32)

22 BAB I. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan dibuat agar solusi komunikasi visual yang dibuat cocok dengan khalayak sasaran yang telah ditentukan, serta berhasil merancang solusi untuk masalah yang telah ditetapkan.

III.1.1 Khalayak Sasaran

 Psikografi

Menurut Zulkifli, Usia 8-12 tahun anak mengalami masa robinson crusoe, pada masa ini anak mengalami realisme naif, dengan menerima semua bahan bacaan tanpa bertanya, kemudian memasuki masa realisme krisis. Anak sudah tidak lagi menyukai cerita dongeng yang fantastis (tidak masuk akal). Pada masa ini anak lebih menyukai cerita yang sebenarnya, cerita yang masuk akal contohnya cerita perjalanan. Selain hal tersebut pada usia 8-12 tahun, ingatan anak mencapai intensitas tinggi, daya menghafal(memorisasi) paling kuat. Hal tersebut membuat apa yang dipelajari di masa tersebut diingat dengan baik. Kemudian usia 12-15 tahun, anak lebih suka membaca cerita atau buku perjuangan yang benar-benar pernah terjadi salah satunya sejarah kepahlawanan. (Zulkifli, 2006: 58-59). Merujuk pada kurikulum sekolah, sejarah kepahlawanan memang dikenalkan sejak kelas 4 SD, yakni saat anak-anak mulai berada di umur 10 atau 11 tahun pada masa robinson crusoe. Jadi, target audience yang penulis tentukan adalah anak SD kelas 4-6.

 Demografi

Siswa kelas 4-6 SD

Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan Status Ekonomi Sosial :

Primer : Menengah ke bawah Sekunder : Menengah ke atas


(33)

23

 Geografi

Primer : Siswa di Sulawesi Selatan Sekunder : Seluruh Siswa di Indonesia

Consumer Insight

Untuk siswa yang menyukai sejarah, kisah kepahlawanan, dan tokoh bangsa.

Consumer Journey

Tabel III.1 Consumer Journey Sumber: Dokumentasi Pribadi

Waktu Aktifitas Konsumen Tempat Point Of Contact 06-00 Bangun Tidur Kamar Tidur Atap Kamar

06-15-06.30 Mandi Kamar Mandi Tembok Kamar

mandi

06.30-06.45 Sarapan Ruang makan Sendok, Garpu, Meja, Piring.

06.45-07.00 Pergi ke Sekolah Jalan Tembok-tembok pinggir jalan, tihang listrik.

07-00-12.00 Sekolah Sekolah Mading sekolah,

tembok kantin, Papan tulis, buku catatan. Tas teman.

12.00-12-15 Pulang Sekolah Jalan Tembok-tembok pinggir jalan, tihang listrik.

12.15-13.00 Makan siang dan Meninton Tv

Ruang Tv. Tv, Sendok, Garpu, Meja, Piring.

13.00-15.20 Bermain Jalan sekitar rumah

Tembok-tembok pinggir jalan, tihang listrik.


(34)

24

15.20-15-25 Mandi Kamar Mandi Tembok Kamar

mandi

15.25-15.30 Berangkat Mengaji Jalan Tembok-tembok pinggir jalan, tihang listrik.

15.30-16.30 Mengaji Masjid Iqra, buku tulis, ppan tulis, tembok-tembok mesjid.

16.30-16.35 Pulang Mengaji Jalan Tembok-tembok pinggir jalan, tihang listrik.

16.35-19-00 Menonton Tv Ruang Tv Tv. 19.00-19.30 Menonton Tv &

Makan Malam.

Ruang Tv. Tv, Sendok, Piring.

19.30-08.30 Mengerjakan Tugas Sekolah

Kamar tidur. Buku Pelajar, Buku Tulis.

08.30 Tidur. Kamar tidur. Atap Kamar.

 Indikator Konsumen

Anak Sekolah yang menyukai buku sejarah kepahlawanan dengan banyak gambar illustrasi

III.1.2 Strategi Komunikasi

Dalam perancangan buku ilustrasi sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin, Andi adalah tokoh fiksi yang akan dibuat sebagai salah satu upaya pendekatan komunikasi yang mewakili siswa untuk terlibat dan melihat peperangan pada abad ke 16. Lewat mata Andi ini, siswa akan dibawa berpetualang seolah mereka ikut berada dalam sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin, dengan gaya pendekatan ilustrasi anak-anak.


(35)

25

 Pendekatan Komunikasi Visual

Pendekatan visual menggunakan gaya ilustrasi anak-anak dengan warna-warna yang agak redup namun, dengan style gambar anak-anak. Pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin warna agak redup digunakan untuk menggambarkan saat-saat perang dan pemberontakan.

Gambar III.1 Gaya Ilustrasi Anak-Anak Karya EorG

Sumber: https://aiueorg.files.wordpress.com/melangkah-dengan-bismillah.jpg (16/05/2016)

Gambar III.2 Ilustrasi Latar Karya EorG

Sumber: https://aiueorg.files.wordpress.com/2016/03/EorG -rev2-24.jpg (16/05/2016)

 Pendekatan Komunikasi Verbal

disampaikan secara lugas agar anak-anak tidak sulit memahaminya. Gaya Bahasa linguistik yang dipilih ialah Bahasa Indonesia formal. Hal ini dikarenakan ada dua bahasa yang sering digunakandi Sulawesi Selatan yakni Bugis dan Makssar, jadi


(36)

26 penggunaan Bahasa Indonesia untuk memudahkan juga dikarenakan target sekunder merupakan siswa di seluruh Indonesia.

III.1.3 Mandatory

Gambar III.3 Pemberi Mandat

Sumber: https://pbs.twimg.com/profile_images/67661830bV3z.jpg (16/05/2016)

Merancang sebuah buku untuk menjangkau khalayak luas, tentu saja berkaitan dengan penerbit buku. Penerbit yang sering menerbitkan buku-buku anak dan mempunyai jangkauan luas ke berbagai pelosok hingga ke Makassar yakni PT Gramedia Pustaka Utama.

III.1.4 Strategi Kreatif

Dalam perancangan buku ilustrasi sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin, dibuat sebuah karakter bernama Andi. ia adalah tokoh fiksi yang akan dibuat sebagai salah satu upaya pendekatan komunikasi dan strategi kreatif yang mewakili siswa untuk terlibat dan melihat peperangan pada abad ke 16. Lewat mata Andi ini, siswa akan dibawa berpetualang seolah mereka ikut berada dalam sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin. Dalam pembuatannya penulis menggunakan software Adobe Photoshop untuk mewarnai dan memberi bayangan yang sesuai dengan selera target audience agar pesan yng ingin disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh siswa.


(37)

27

Copywriting (Judul Buku dan Subjudul)

Sultan Hasanudin dengan subjudul Kalahnya Sang Ayam Jantan dari Timur adalah judul dan subjudul yang dipilih penulis, karena lewat buku ini penulis ingin menekankan sebab-sebab kekalahan Sultan Hasanudin Sang Ayam Jantan dari Timur untuk kemudian kesalahannya dijadikan pembelajaran bagi siswa di masa kini.

AISAS

Metode pendekatan dalam perancangan ini adalah dengan AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share),. Tahapannya terdiri dari:

 Promotion

Launching Buku

Merchandise

Promotion masuk pada tahap attention, interest. Promotion dilakukan dengan memasang poster dan membagikan brosur di tempat-tempat yang banyak didatangi anak-anak seperti gerbang sekolah SD, dan taman bermain.

Launching Buku masuk pada tahap search, desire, action. Saat orang-orang telah

merasa tertarik dengan tulisan-tulisan yang ada pada poster dan brosur, mereka lalu mulai mencari dan masuk pada tahap action dengan datang dan membeli buku pada acara launching buku Sultan Hasanudin.

Merchandise

Satelah membeli buku, konsumen mendapatkan merchandise berupa gantungan kunci dan lain-lain, tergantung dengan waktu pembelian. Disinilah masuk pada tahap share karena saat konsumen memakai merchandise orang-orang disekitar mereka akan bertanya dimana mereka mendapat hadiah tersebut, disinilah tahap


(38)

28 share dimulai. Konsumen bercerita mengenai Buku Sultan Hasanudin pada orang-orang di sekitarnya.

Gaya Bahasa

Penyampaian disampaikan secara storytelling dan lugas agar anak-anak tidak sulit memahaminya. Gaya Bahasa linguistic yang dipilih ialah Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan di Sulawesi selatan memiliki dua Bahasa berbeda yang paling sering dipakai yakni Bahasa Bugis dan Makassar, jadi penggunan bahasa Indonesia dipilih untuk memudahkan dalam hal komunikasi. Penyebab lainnya ialah dikarenakan target audience sekunder yang merupakan siswa umum di seluruh Indonesia.

Storyline

Buku ilustrasi Sultan Hasanudin memiliki 8 bab, yang berrati 8 judul untuk setiap bab. Berikut pemaparannya:

Judul 1

Andi dan teman-temannya berwisata dari Bone ke Makassar. Di dalam Bus, Ibu Guru sejarah kepahlwnna Sultan Hasanudin namun, Andi dan teman-temannya sama sekali tak mendengarkan.

Judul 2

Andi yang tertidur kemudian bermimpi melihat Sultan Hasanudin. Judul 3

Di sisi lain, Andi melihat Arung Palaka dan para pejuang Bone tengah bersatu melawan kekuasaan Kerajaan Gowa.

Judul 4

Peperangan terjadi, Arung Palaka dan Sultan Hasanudin memimpin perang untuk saling menyerang

Judul 5

Andi yang tengah berada di tengah-tengah puing sisa peperangan hampir terjatuh, ia lalu diselamatkan oleh Sultan Hasanudin dari tangkapan Belanda.


(39)

29 Perjanjian damai antara Sultan Hasanudin dan Pihak Belanda yang diwakili oleh Jendral J. Metsuyker.

Judul 7

Andi terbangun dari tidurnya, ia berteriak. Judul 8

Andi bercerita apa yang dilihatnya pada teman-temannya dengan penuh semangat di dalam Bus. Di luar jendela, Patung Sultan Hasanudin berdiri dengan gagahnya.

Storyboard

Gambar III.4 Storyboard Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

 Sinopsis Cerita

Andi berwisata ke Makassar bersama teman-teman sekolahnya, lalu entah bagaimana ia bisa berada di abad ke 16 dan melihat Sultan Hasanudin beserta seluruh rakyatnya tengah ditindas oleh penjajah Belanda. Apa yang terjadi? Kenapa Sang Ayam Jantan dari timur pada akhirnya berhasil dikalahkan?


(40)

30 III.1.5 Strategi Media

Media Utama berupa buku ilustrasi yang menceritakan sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin dalam bentuk buku dongeng yang tidak terlalu tebal agar konten sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin terlihat ringan layaknya buku-buku dongeng. Buku ilustrasi dipilih mengingat esensi yang disampaikan oleh buku akan lebih cocok untuk anak-anak dari pada game.

Tahap Informasi

 Poster

Poster dipilih karena dapat menjangkau target audience di mana saja dan di tempat-tempat yang biasa siswa lalui sehari-hari contohnya mading sekolah.

 Brosur

Brosur dibagikan di gerbang-gerbang sekolah, sebagai media informasa bahwa buku ilustrasi telah terbit.

X-banner

X-banner digunakan saat launching buku.

Tahap Pengingat

 Gantungan Kunci

Gantungan Kunci akan diberikan kepada konsumen saat bulan pertama. Media ini dipilih untuk menggoda orang-orang di sekitar konsumen agar turut membeli.

 Buku Catatan

Buku Catatan dipilih mengingat target audience merupakan siswa yang selalu berkutat dan membutuhkan alat tulis. Buku catatan akan diberikan kepada konsumen saat bulan pertama penjualan buku Sultan Hasanudin

 Pembatas Buku


(41)

31

 Stiker

Stiker dibagikan di bulan terakhir penjualan buku Sultan Hasanudin, sebagai media media promosi kecil yang lebih ekonomis.

III.1.6 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Gambar III.5 Distribusi Media Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Sebelum menerbitkan buku ilustrasi, poster terlebih dahulu di pasang di lokasi-lokasi yang selalu dilalui siswa, salah satunya jalan dekat sekolah dan taman bermain. Lalu poster dikeluarkan bersaman dengan buku ilustrasi sebagai media informasi bahwa buku tersebut telah terbit. Untuk media pengingat, pada bulan pertama penjualan, yang pertama dikeluarkan ialah pin, gantungan kunci, pembatas buku dan notebook.

III.2 Konsep Desain

Konsep desain ialah sejarah kolosal yang dipaparkan menggunakan penuturan cerita storytelling yang didukung dengan ilustrasi khas anak-anak.


(42)

32 Buku dengan format portrait memiliki ukuran 14.8 cm x 21 cm dengan ketebalan 0,4 cm berisikan 30 halaman sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin yang didominasi warna merah yang tak lain ciri khas warna dari Sultan Hasnudin.

Gambar III.6 Format Buku Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

III.2.2 Tata Letak (layout)

Gambar III.7 Layout Buku Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Rustan (2008) menjelaskan “layout adalah tata letak elemen–elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep / pesan yang dibawanya. Definisi layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan

21 cm

14,8 cm

Gambar Tulisan


(43)

33 melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-layout itu sama dengan mendesain” (h. 2).

Gambar III.8 Layout Buku Bervariatif Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Ilustrasi-ilustrasi kecil pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin diletakan variatif namun, beberapa halaman memiliki tata letak yang sama, salah satu contohnya pada gambar di atas. Tulisan berada di sebelah kiri gambar, hal ini dilatar belakangi mata ketika membaca tulisan yang selalu berawal dari kiri lalu kanan, agar setelah siswa selesai membaca ia akan langsung memahami maksud gambar dari apa yang telah dibacanya.

III.2.3 Huruf

Tipografi adalah ilmu yang secara spesifik mempelajari mengenai huruf. Pengetahuan mengenai huruf yang dipelajari dalam sebuah disiplin seni disebut tipografi. (Rustan, 2011, h. 2). Dalam perancangan buku ilustrasi Sultan Hasanudin ini, huruf-huruf yang digunakan dipilih berdasarkan ciri khas Sultan Hasanudin serta target audience.

III.2.3.1 Tipografi Judul, Subjudul dan Bodytext

Huruf pada judul menggunakan font “Dungoen” yang memiliki kesan Islam sesuai agama yang dianut Sultan Hasanudin dan merupakan salah satu identitas dari Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanudin. font pada subjudul menggunakan font pada bodytext menggunakan “SMYuchun”

Tulisan

Gambar Gambar


(44)

34 Gambar III.9 Font Dungeon untuk Judul

Sumber: Dokumen Pribadi (16/05/2016)

Gambar III.10 Font Tw Cen MT untuk Subjudul Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

Font Tw Cen MT digunakan untuk subjudul karena tingkat keterbacaannya yang tinggi, Hal ini bertujuan agar khalayak sasaran dapat membacanya dengan baik jika dalam penggunaannya judul dan subjudul di letakan pada gantungan kunci atau media pendukung lain yang ukurannya kecil.


(45)

35 Gambar III.11 Font SMYuchun Bodytext

Sumber: Dokumen Pribadi (16/05/2016)

Gambar III.12 Tipografi Judul dan Subjudul Sumber: Dokumen Pribadi

(16/05/2016)

III.2.3.2 Tipografi Halaman,dan Credit

Huruf pada text cerita menggunakan font “SM Yuchun” karena karakternya seperti tulisan anak-anak untuk menambah kesan buku ini memiliki target audience primer anak-anak. Untuk font pada halaman serta credit dipilih

“Century” Karena tingkat keterbacaannnya yang tinggi mengingat ukuran credit dan halaman terkadang cukup kecil. Hal ini juga telah disesuaikan dengan ukuran buku dengan format A5.


(46)

36 Gambar III.13 Font Century untuk Credit dan Nomor Halaman

Sumber: Dokumen Pribadi (16/05/2016)

Gambar III.14 Font Tw Cen MT Condensed untuk Judul pada Media Pendukung

Sumber: Dokumen Pribadi (16/05/2016)


(47)

37 III.2.4 Warna

Warna adalah elemen desain yang sangat berpengaruh dalam membuat komposisi sebuah desain menjadi menarik (Russel & Verrill, 1986, h. 416) Penulis menggunakan warna merah sebagai warna utama, hal tersebut sangat terlihat dari cover buku hingga media pendukung yang selalu didominasi warna merah. Warna merah berarti eja, dalam Bahasa makassar yang telah menjadi warna ciri khas Sultan Hasanudin. Dalam pewarnaannya penulis menggunakan software Adobe Photoshop untuk mewarnai setiap gambar. Edwyn Jardhy (2012, h.3) Menerangkan makna-makna warna sebagai berikut:

Gambar III.15 Warna Sumber: Pribadi (Dibuat pada 12/06/2016

 Merah

warna merah atau eja sangat mendominasi perancangan buku ilustrasi Sultan Hasanudin. Warna merah juga sudah menjadi ciri khas Sultan Hasanudin yang memiliki makna berani.

 Kuning

Kuning atau kunyi yang pada baju bodo makassar dinamakan berdasarkan hasil bumi yakni kunyit dan temulawak, pada buku ilustrasi ini memiliki makna


(48)

38 persatuan rakyat dengan bermacam-macam etnis yang tumbuh di bumi Makassar.

 Hijau

Moncong bulo atau hijau biasa digunakan oleh para wanita bangsawan di Makassar, pada buku ilustrasi ini warna hijau melambangkan Makassar sebagai kaum bangsawan dengan hasil bumi yang melimpah.

 Ungu Tua

Lamebutung, warna ini biasanya digunakan di Makassar untuk para janda. Seperti yang tertulis pada artikel, Ungu tua pada buku ilustrasi ini melambangkan kesedihan dari rakyat-rakyat yang ditinggalkan keluarganya.

III.2.5 Ilustrasi

Ilustrasi adalah seni gambar yang dipakai untuk memberi penjelasan atas suatu tujuan atau maksud tertentu secara visual (Kusrianto, 2007, h. 140) Penempatan ilustrasi pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin bervariatif. Style ilustrasi yang hendak digunakan mengikuti gambaran anak-anak. Ilustrator yang menjadi referensi dalam pengerjaan buku ilustrasi ini iala EorG atau Evelyn Gozally.

III.2.5.1 Studi llustrasi

Gambar III.16 Ilustrasi Karya EorG Sumber: Dokumentasi Pribadi


(49)

39 Untuk mengikuti gaya gambar karya Evelyn Gozally atau EorG pada buku Melangkah dengan Bismillah, penulis banyak menggunkan jenis brush yang memberikankesan hasil warna crayon dengan warna-warna primer yang cukup gelap.

Gambar III.17 Gaya Ilustrasi Sumber: Pribadi (Dibuat pada 12/06/2016)

Gambar III.18 Gaya Ilustrasi 2 Sumber: Pribadi


(50)

40 Gambar III.19 Batik Makassar

Sumber: http://smp-prosit.com/wp-content/uploads/2014/09/batik-makassar.jpg (Dibuat pada 12/06/2016)

Batik Makassar digunakan sebagai bahan referensi untuk membuat ornament yang terdapat pada setia Buku ilustrasi Sultan Hasanudin.

III.2.5.2 Studi Karakter Sultan Hasanudin

Deskripsi karakter : Pemberani, Memiliki semangat perjungan yang tinggi Agama : Islam

Jabatan : Raja Kerajaan Gowa

Kiri: Gambar III.20 Sultan Hasanudin

Sumber: http://3.bp.blogspot.com /tahukahanda_patung_sultan_hasanuddin.jpg (Diakses pada 15/11/2015)

Kanan: Gambar III.21 Ilustrasi Sultan Hasanudin Sumber: Pribadi


(51)

41 Gambar III.22 Patung Sultan Hasanudin

Sumber: http://bicara.id/wp-content/ Patung-Hasanuddin-copy.jpg (Diakses pada 18/11/2015)

Arung Palaka

Deskripsi karakter : Pemberani, keras, pemberontak. Nama : Arung Palaka

Jabatan : Pemberontak dari Etnis Bugis lalu menjadi Raja Bone.

Gambar III.23 Arung palaka

Sumber: http://farm3.staticflickr.com/2224/2192968728_4bbcca48fe.jpg (Diakses pada 15/11/2015)

Gambar III.24 Arung palaka

Sumber: http://static.panoramio.com/photos/large/16138316.jpg (Diakses pada 15/11/2015)

Gambar III.25 Ilustrasi Karakter Arung Palaka Sumber: Pribadi


(52)

42 Cornelis Speelman

Deskripsi karakter : Licik, keras. Nama : Cornelis Speelman

Jabatan : Gubernur jenderal di Hindia Belanda sejak tahun 1681

Gambar III.26 Cornelis Speelman

Sumber: https://c1.staticflickr.com/1/519/20243250342_0c7596fd45_b.jpg (Diakses pada 15/11/2015)

Gambar III.27 Speelman Sumber: Pribadi (Dibuat pada 12/06/2016)

Gubernur Jendral J. Maetsuyker

Kiri: Gambar III.28 Gubernur Jendral J. Maetsuyker Sumber: http://www.wolvendaal.org/GovernorMaetsuycker.jpg

(Diakses pada 15/11/2015)

Kanan: Gambar III.29 Gubernur Jendral J. Maetsuyker Sumber: Pribadi


(53)

43 Deskripsi karakter : Kompetitif

Nama : Gubernur Jendral J. Maetsuyker Jabatan : Atasan Speelman

Prajurit

Kiri: Gambar III.30 Prajurit

Sumber: http://1.bp.blogspot.com /Prajurit+Makassar1.jpg (Diakses pada 15/05/2016)

Kanan: Gambar III.31 Ilustrasi Prajurit Sumber: Pribadi

(Dibuat pada 12/06/2016)

Ksatria Pantopuloa

Gambar III.32 Ksatria Perang dan Penyambutan Tamu Sumber: Korantempo


(54)

44 Gambar III.33 Pantopuloa

Sumber: Dokumen Pribadi (12/06/2016) Andi

Topi terbalik merupakan simbol dari sikap Andi yang suka memberontak/nakal. Deskripsi karakter : Pemberontak. Nakal.

Nama : Andi

Jabatan : Siswa kelas 4 SDN Bone

Kiri: Gambar III.34 Model badboy

Sumber: http://cdn-2.tstatic.net/makassar/foto/bank/images/begal-sd_20160110_204824.jpg

(12/06/2016)

Kanan: Gambar III.35 Karakter Andi Sumber: Dokumen PribadiPribadi


(55)

45 III.2.5.3 Studi Properti

Badik

Kiri: Gambar III.36 Badik

Sumber: http://2.bp.blogspot.com /Badik.PNG (Diakses pada 15/05/2016)

Kanan: Gambar III.37 Ilustrasi Badik Sumber: Pribadi

(Dibuat pada 12/06/2016

Tombak

Tombak pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin sering digunakan oleh Arung Palaka.

Kiri: Gambar III.38 Tombak

Sumberhttp://bugisposonline.com/wp-content/uploads/2015/08/Untitled172.jpg (Diakses pada 15/05/2016)

Kanan: Gambar III.39 Ilustrasi Tombak Sumber: Pribadi


(56)

46 III.2.5.4 Studi Lokasi

Suasana perang Makassar seperti yang terlihat pada ilustrasi di bawah ini menjadi bahan referensi untuk membuat suasana perang pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin.

Gambar III.40 Perang Makassar

Sumber: http://4.bp.blogspot.com /s1600/perang%2Bmakassar.png (Diakses pada 15/05/2016)

Foto daerah perbukitan di bawah menjadi bahan referensi untuk membuat lokasi pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin.

Gambar III.41 Perbukitan

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/ bukitMalino3.png (Diakses pada 15/05/2016)

Arah pandang bus dari arah belakang pada gambar di bawah ini, menjadi bahan referensi untuk membuat lokasi pada buku ilustrasi Sultan Hasanudin.


(57)

47 Gambar III.42 Bus

Sumber: http://www.karyajasa.co.id/image-upload/ac-31-interior-merah1.jpg (Diakses pada 15/05/2016)

Gambar III.43 Lokasi Patung Sultam Hasanudin

Sumber: http://4.bp.blogspot.com/s640/IMG_20160112_224821.jpg (Diakses pada 15/05/2016)


(58)

48 BAB IV. MEDIA & TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media Utama

Media Utama berupa buku ilustrasi yang menceritakan sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin dalam bentuk buku dongeng yang tidak terlalu tebal agar konten sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin terlihat ringan. Tahap awal pembuatan dimulai dengan membuat sketsa, lalu setelah hal tersebut selesai dilanjut pada tahap selanjutnya. Berikut isi konten yang terdapat dalam buku ilustrasi Sultan Hasanudint: 1. Bag

2. Cover 3. Judul

4. Data Penerbit 5. Daftar isi 6. Isi:

a) Ilustrasi sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin beserta deskripsi b) Pesan Sejarah

7. Tentang Desainer 8. Daftar Pustaka 9. Back Cover

IV.2 Penulisan Kisah deskripsi ilustrasi

Informasi sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin dibagi ke dalam 7 judul bab. 1. Andi berwisata ke Makassar. Andi beserta teman-temannya mengabaikan bu

Esa yang tengah bercerita mengenai sejarah kepahlawanan Sultan Hasanudin. 2. Andi tertidur, ia bermimpi mengenai Sultan Hasanudin.

3. Arung Palaka. Pemberontakan Arung Palaka dengan orang-orang Bugis. 4. Perjuangan. Pertempuran Sultan Hasanudin dan Arung Palaka.

5. Perjanjian Bungaya. Sultan Hasanudin bersedia berdamai dengan VOC. 6. Akhir Perjuangan. Sultan Hasanudin kalah di akhir perjuangannya. 7. Pesan Sejarah. Menegaskan kesalahpahaman sejarah.


(59)

49 IV.3 Perancangan Ilustrasi

Ide dikumpulkan untuk kemudian diilustrasikan pada tahap ini. Dalam pengerjaannya, ide ilustrasi disesuaikan dengan target audience dan warna-warna yang menjadi ciri khas di Makassar.

IV.3.1 Tahap Manual

Proses menggambar dilakukan secara manual, setelah gambar diselesaikan penulis lalu menebalkan garis-garisnya dengan menggunakan drawing pen agar hasil scan terlihat bagus.

Gambar IV.1 Gambar manual Sumber: Pribadi (Dibuat pada 12/06/2016)

IV.3.2 Tahap Digitalisasi

Penulis tetap menggunakan garis yang telah dibuat pada tahap manual lalu langsung mewarnainya menggunakan brush pada software Adobe Photoshop. Alasan garis pada tahap manual tetap digunakan agar hasil ilustrasi memiliki style garis dan karakter khas dari penulis, hal ini dilakukan juga agar menghemat waktu dalam tahap outline. Dengan menggunakan cara ini penulis memiliki waktu lebih banyak untuk masuk ke tahap selanjutnya, yakni tahap mewarnai.


(60)

50 Gambar IV.2 Mewarnai menggunakan Tools Brush

Sumber: Pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

IV.4 Perancangan Layout

Membuat layout masih pada software Adobe Photoshop dengan banyak menggunakan tools shape dan paragraph.

Gambar IV.3 Perancangan Layout Sumber : Dokumentasi pribadi


(61)

51 IV.4.1 Perancangan Cover dan Backcover

Gambar IV.4 Perancangan Cover dan Backcover Sumber : Dokumentasi pribadi

(Dibuat pada 12/07/2016)

IV.5 Teknis Produksi Media IV.5.1 Buku (Media Utama)

Gambar IV.5 Media Utama Sumber : Dokumentasi pribadi

(Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran : 14.8cm x 21cm


(62)

52 Cover Artpaper (Softcover)

Isi Artpaper 150 gram

Harga : 4500

Gambar IV.6 Isi Buku Halaman 1 dan 2 Sumber: Dokumentasi pribadi

(Dibuat pada 12/07/2016)

Gambar IV.7 Isi Buku Sumber: Dokumentasi pribadi


(63)

53 Gambar IV.8 Isi Buku Lainnya

Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

IV.5.2 Media Pendukung

Gambar IV.9 Media Utama dan Media Pengingat Sumber: Dokumentasi pribadi


(64)

54 • Alat tulis (Pensil, Penghapus, Buku Catatan)

Gambar IV.10 Alat Tulis Sumber: Dokumentasi pribadi

(Dibuat pada 12/07/2016)

• Gantungan Kunci

Gambar IV.11 Gantungan kunci Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: Diameter 5 cm

Material: Art Papper laminasi canvas, di jepit alat khusus pembuat gantungan kunci.


(65)

55 • Stiker

Gambar IV.12 Stiker Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016) Ukuran: 8 x 5 cm.

Material: Stiker Cromo

Teknis Produksi: Cetak Printer

Bag

Gambar IV.13 Box Kemasan Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 16 x 9 cm

Material: Art Papper 260 gsm laminari doff Teknis Produksi: Cetak Printer


(66)

56 • Pembatas Buku

Gambar IV.14 Pembatas Buku Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 5.5 x 2.5 cm

Material: Art Papper 260 gsm laminari doff Teknis Produksi: Cetak Printer

• Poster

Gambar IV.15 Poster Sumber: Dokumentasi pribadi


(67)

57 Ukuran: A3 (29,7 x 42 cm)

Material: Art Papper 260 gsm Teknis Produksi: Cetak Printer • Flyer

Gambar IV.16 Flyer Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 21 x 6 cm

Material: Art Papper 150 gsm Teknis Produksi: Cetak Printer


(68)

58 • X-Banner

Gambar IV.17 X-Banner Sumber: Dokumentasi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 60 x 160 cm Material: Spanduk


(1)

53 Gambar IV.8 Isi Buku Lainnya

Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

IV.5.2 Media Pendukung

Gambar IV.9 Media Utama dan Media Pengingat Sumber: Dokumentasi pribadi


(2)

54 • Alat tulis (Pensil, Penghapus, Buku Catatan)

Gambar IV.10 Alat Tulis Sumber: Dokumentasi pribadi

(Dibuat pada 12/07/2016)

• Gantungan Kunci

Gambar IV.11 Gantungan kunci Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: Diameter 5 cm

Material: Art Papper laminasi canvas, di jepit alat khusus pembuat gantungan kunci.


(3)

55 • Stiker

Gambar IV.12 Stiker Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016) Ukuran: 8 x 5 cm.

Material: Stiker Cromo

Teknis Produksi: Cetak Printer

Bag

Gambar IV.13 Box Kemasan Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 16 x 9 cm

Material: Art Papper 260 gsm laminari doff Teknis Produksi: Cetak Printer


(4)

56 • Pembatas Buku

Gambar IV.14 Pembatas Buku Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 5.5 x 2.5 cm

Material: Art Papper 260 gsm laminari doff Teknis Produksi: Cetak Printer

• Poster

Gambar IV.15 Poster Sumber: Dokumentasi pribadi


(5)

57 Ukuran: A3 (29,7 x 42 cm)

Material: Art Papper 260 gsm Teknis Produksi: Cetak Printer

Flyer

Gambar IV.16 Flyer Sumber: Dokumentasi pribadi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 21 x 6 cm

Material: Art Papper 150 gsm Teknis Produksi: Cetak Printer


(6)

58

X-Banner

Gambar IV.17 X-Banner Sumber: Dokumentasi (Dibuat pada 12/07/2016)

Ukuran: 60 x 160 cm Material: Spanduk