Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
TUGAS AKHIR
SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN O
L E H
NAMA : DEDI JOSEP SIPAHUTAR NIM : 082600071
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapata menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk meneyelesaikan studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul: SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA) KOTA MEDAN.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis sangat banyak mendpat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Baddarudin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Diploma III
Administrasi Perpajakan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan studi.
3. Bapak Drs. Rasudin Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing dimana telah
meluangkan segenap waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan pengetahuan kepada penulis.
(3)
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FISIP USU.
5. Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang telah memberikan data
dan informasi kepada penulis selama penelitian.
6. Seluruh rekan - rekan Mahasiswa / Mahasiswi beserta alumni Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis. Khususnya kepada teman – teman saya d Tax B 2008 yang telah 3 tahun bersama berjuang semoga masa - masa kita ini dapat menjadi cerita yang indah di masa yang akan datang. Dan khususnya lagi kepada teman – teman saya Dina, Deni, Lukman, Fina & Wanda yang telah membantu saya dalam mengerjakan laporan tugas akhir.
7. Kepada Keluarga tercinta Papa, Mama, Kakak dan adik saya yang telah
berkorban secara material maupun dukungan moril sehingga penulis merasa termotivasi untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih belum sempurna. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima saran dari para pembaca demi kesempurnaan dan untuk pengembangan pengetahuan di masa akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Hormat Saya
(4)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan ... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 12
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 15
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 16
(5)
E. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 39
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN A. Pengertian Pajak ... 42
B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang pajak Penerangan Jalan ... 42
C. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan ... 44
D. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan ... 45
E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Penerangan Jalan ... 46
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di Dispenda ... 52
B. Faktor-faktor Penghambat Pajak Penerangan Jalan ... 59
C. Upaya-upaya Peningkatan Pajak Penerangan Jalan ... 60
D. Kontribusi Pajak Penerangan jalan Bagi Pendapatan daerah ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan
Kota Medan Tahun 2011 ... 38 TABEL 2.2 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah
Berdasarkan Golongan ... 40 TABEL 4.3 Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan setiap unsur-unsurnya termasuk mahasiswa sebagai elemen penting masa depan agar menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan solutif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi dewasa ini. Ketatnya persaingan kerja dewasa ini menyebabkan banyaknya calon tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian hidup tanpa pekerjaan yang jelas. Ketertinggalan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan menjadi faktor utama penyebab tingginya tingkat pengangguran.
Ilmu pengetahuan akan tetap bersifat teoritis dasn tidak akan berkembang jika tidak di barengi dengan praktik di lapangan kerja. Dunia pendidikan mencari solusi agar ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis dapat diterapkan di dunia kerja sesungguhnya. Untuk itu, program studi Diploma-3 Administrasi Perpajakan Universitas Sumatra Utara mengadakan kegiatan Inatrakulikuler Praktik Kerja Lapangan Mnadiri (PKLM).
Disamping itu, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, salah satunya adalah perkembangan ilmu politik di Indonesia yang begitu cepat, khususnya di bidang Pemerintahan Daerah telah melahirkan perubahan yang mendasar pada sistem Pemerintahan Daerah. Pembangunan Nasional adalah
(8)
kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan khususnya dalam sektor perpajakan. Hal ini dikarenakan pajak merupakan sala satu sektor terbesar bagi peneriamaan kas negara. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, berasal dari Hasil Pajak Daerah, hasil Restribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan asli Daerah yang sah. Sedangkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Pajak Daerah dan Pajak Nasional merupakan suatu sistem Perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem Perpajakan Nasional, pembinaan Pajak Daerah dilakukan secara terpadu dengan Pajak Nasional. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus, terutama mengenai objek dan tarif pajak, sehingga antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah saling melengkapi.
(9)
Berdasarkan uraian tersebut jelas diketahui salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dimana Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak Kabupaten dan Kota itu terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Air dan Tanah, Pajak Parkir.
Pajak Penerangan Jalan (PPJ) merupakan salah satu penerimaan daerah yang memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga diharapkan pajak penerangan jalan tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif pendanaan pemerintah untuk mendukung peningkatan potensi daerah. Ini sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) tersebut, Pemerintahan Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengawasi proses pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) ini sesuai dengan Peraturan Pemerintahan dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan No.12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan. Dalam pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) tersebut Pemerintah Daerah tentunya mendapat permasalahan-permasalahan. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) ini harusb meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul.
(10)
Dengan demikian atas dasar uraian tersebut maka pelaksanaan PKLM, yang merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dimaksudkan untuk memberikan penglaman praktis da berhubungan secara langsung dengan teori keahlian tentang Administrasi Perpajakan sebagai laporan tugas akhir. Maka penulis tertari untuk mengambil judul : “ Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”. Dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan pendidikannya pada Program Diploma-3 Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas atau pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini DISPENDA dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) mempunyai tujuan, yaitu :
a. Untuk mengetahui sistem pengelolaan pajak penerangan jalan (PPJ) dalam
(11)
b. Untuk mengetahui fakto-faktor atau penghambat yang dialami dinas Pendapatan daerah kota medan dalam mengelolah pajak Penerangan jalan (PPJ) di Kota Medan.
c. Untuk Mengetahui upaya-upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam
mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam mengelolah pajak Penerangan jalan (PPJ).
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa
1) Dapat mempraktekkan teoti yang telah diperoleh dari bangku kuliah ke dalam permasalahan kehidupan nyata.
2) Mempelajari bentuk kerja tim dan nkerja sama, serta menambah
kemampuan berhubungan dengan orang lain.
3) Mengetahui cara langsung praktek kerja yang sesungguhnya dan
penanganan masalah yang dihadapi.
4) Memahami Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) di DISPENDA
kota Medan.
5) Memahami cara Dinas Pendapatan Daerah kota Medan dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya Pajak Penerangan Jalan (PPJ).
b. Bagi Dinas Pendapatan Daerah
1) Membina Kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi
(12)
2) Sebagai sarana dlam Pengadaan pegawai atau sumber-sumber kemampuan dalam menciptakan ide baru untuk masa yg akan datang.
3) Dapat mempromosikan Image instansi serta mendorong Loyalotas
instansi.
4) Sebagai sarana untuk dapat melakukan kerjasama dan diskusi antara
pihak instansi/perusahaan dengan Mahasiswa yang melakukan PKLM. c. Bagi Universitas Sumatera Utara
1) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan.
2) Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
3) Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
4) Sebagai uji nyata dari ilmu yang telah dipelajari, sehingga
meningkatkan kualitas lulusannya.
C. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak
Sebelum membahas mengenai gambaran data pajak Penerangan jalan, sebaik nya kita terlebih dahulu mengetahui tentang pengertian pajak.
(13)
Defenisi atau pengertian pajak menurut Prof.Dr.Rachmat Soemitro,SH : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pebgeluaran umum.
Menurut Undang-undang no 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik dan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya oleh pemerintahan daerah.
Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.
Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN bukan PLN adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari/ pleh pembangkit tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki dan atau dikelola oleh orang pribadi atau badan (Perda Kota Medan No.12:2003).
(14)
Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang disingkat PLN adalah PLN Unti Bahasa Distribusi, PLN Wilayah, PLN Cabang dan PLN Unit Pelayanan termasuk anak perusahaan PLN yang menjual tenaga listrik kepada masyarakat.
Pelanggan adalah setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan tenaga listrik dari PLN.
1. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan
Objek Pajak Penerangan Jalan adalah Penggunaan tenaga listrik, di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah daerah.
Dikecualikan dari objek pajak Penerangan Jalan adalah :
A. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat dan
pemerintaha daerah.
B. Penggunaan tenaga Listrik pada tempat-tempat yang digunakan
oleh kedutaan, konsultan, perwakilan asing dan lembaga-lembaga internasional dan azas timbal balik sebagaimana berlaku untuk Pajak Negara.
C. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan oleh badan sosial
untuk kegiatan yang bersifat social.
Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tanaga listrik.
Wajib Pajak Penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan /atau pengguna tenaga listrik. (PP RI No.65:2001)
(15)
2. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan
TARIF PAJAK PENERANGAN JALAN x DASAR PENGENAAN PAJAK PENERANGAN JALAN
D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yaitu :
1. Data-data tentang peranan yang harus dilakukan Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan dalam mengelola Pajak Penerangan Jalan (PPJ).
2. Mekanisme yang harus dilakukan dalam pengelolaan Pajak Penerangan Jalan
(PPJ) di Kota Medan.
3. Mendapatkan data tentang penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2009
dan prosedur pelaksanaan pemungutan Pajak Penerangan Jalan.
4. Tata cara pemenuhan kewajiban Pajak Penerangan Jalan.
5. Realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan.
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Adapun metode yang dipergunakan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi PKLM yang meliputi kegiatan Seperti : pemilihan objek PKLM, Lokasi PKLM, Pengajuan Proposal PKLM, dan surat pengantar.
(16)
2. Studi Literatur (Kepustakaan)
Yaitu, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa tertulis yang ada hubungan nya dengan laporan PKLM.
3. Studi Observasi Lapangan
Yaitu, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di Dinas pendapatan Daerah Kota medan, serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
4. Pengumpulan Data
Dalm hal ini mahasiswa mengumpulkan data melalui tiga cara yaitu data sekunder, data dokumentasi serta data pertanyaan.
5. Analisa Data dan Evaluasi
Yaitu, Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara :
(17)
Yaitu, kegiatan pengumpulan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.
2. Daftar Observasi (Pengamatan)
Yaitu, kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak Instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman depada pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.
3. Dokumentasi
Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat dokumentasi yang diperoleh dari instansi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Adapun yang menjadi maksud membuat sistematika penulisan laporan PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM. Sistematika Penulisan laporan PKLLM dibuat dalalm 5 (lima) Bab dan dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci.
(18)
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan Mengenai Latar belakan masalah PKLM, Pembahasan dan penjelasan, tujuan penulisan serta bentuk sitematika Penulisan laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Bab ini diuraikan metode pengumpulan data serta gambaran petugas pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan khususnya Sub Dinas Penagihan.
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN Dalam bab ini diuraikan mengenai peranan DISPENDA dalam Mengelola Pajak Penerangan Jalan, Ruang Lingkup Pengelolaannya serta prosedur atau mekanisme yang diterapkan oleh DISPENDA dalam mengelola Pajak Penerangan Jalan di Kota Medan.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai masalah yang timbul dari teori pelaksanaan PKLM pada saat melaksanakan PKLM dan juga kesimpulan bab-bab terdahulu seta saran-saran terhadap pelaksanaan PKLM agar lebih baik di masa yang akan datang.
(19)
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDANA. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Peneriman pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan / Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub–Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.
Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi Pajak / Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub–Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan Daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapakan Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur
(20)
Organisai Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi dengan masing - masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak / Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.
Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan / Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten / Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi / Kabupaten / Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas.
Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga
(21)
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun yang memimpin Dinas Pendapatan sejak dari Bagian IX / Pendapatan sampai dengan saat ini adalah:
1. Aminuddin Yusuf
2. Achmad Purba
3. Drs. Mahludin Lubis
4. Drs. H. Bahauddin Nasution
5. Drs. H. Amansyah Nasution
6. Drs. H. A. Daim Siregar
7. Drs. H. Azwar S.Msi
8. Drs. H. Basyrul Kamali, MM
9. Drs. H. Ramli, MM
10. Drs. H. Dzulmi Eldin S.Msi.
11. Lahum SH. MM
(22)
13. Drs. H. Syahrul Harahap. MAP
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapataan Daerah Kota Medan
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari : a. Dinas;
b. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum; 2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Penyusunan Program;
c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan: 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;
2. Seksi Pemeriksaan; 3. Seksi Penetapan;
4. Seksi Pengelohan Data dan informasi; d. Bidang Penagihan, membawahkan:
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi; 2. Seksi Penagihan dan Perhitungan; 3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi; e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan:
1. Seksi Bagi Hasil Pajak; 2.Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak; 3.Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;
(23)
4.Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan. f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan:
1. Seksi Pengembangan Pajak; 2. Seksi Pengembangan Retribusi;
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang tugas pokok fungsi Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dinas mempunyai fungsi:
(24)
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.
Sekretariat mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggan Dinas;
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan;
(25)
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.
Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah
dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas;
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian;
(26)
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verfikasi.
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi
keuangan;
e. Penyusunan laporan keuangan Dinas;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
(27)
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan kelaporan.
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai fungsi:
a. Penyusunan renacana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Dinas;
c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;
d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c. Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(28)
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas pendataan. Pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan
Penetapan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengolahan data dan informasi;
c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib
retribusi dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait;
e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya;
f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Retribusi;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
(29)
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.
Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan
Pendaftaran;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;
c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya melalui informasi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD);
d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;
e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;
(30)
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;
c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa.
d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas;
f. Pelaksanaa tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Penetapan
Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
(31)
Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.
Seksi Penetapan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;
c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah /
pokok retribusi daerah;
d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat
perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;
e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas
permohonan wajib pajak
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendapatan dan Penetapan.
(32)
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;
c. Pengumpula dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah;
d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data;
e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
d. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.
Bidang Penagihan mempunyai fungsi:
(33)
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi;
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib
pajak atas permohonan wajib pajak;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
penagihan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi pembukuan dan Verifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
Seksi Pembukuan dan Verfikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.
(34)
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Verifikasi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi;
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan
pajak daerah retribusi dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda
berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga;
e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisisasi penerimaan,
pengeluaran, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
(35)
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan.
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan
Perhitungan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;
c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak
daerah, retribusi daerah dan pandapatan daerlah lainnya;
d. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan
penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Penagihan.
Seksi pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
(36)
a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan Restitusi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi;
c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;
d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang
dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan;
e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan
atau pemindahbukuan;
f. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi;
g. Penelitian keberatan wajib pajak / wajib retribusi;
h. Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak / wajib retribusi;
i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang persutujuan atau penolakan atas keberatan;
j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
k. Pelaksanaan tugas lain yangf diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawan kepada Kepala Dinas.
(37)
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan mengkaji pendapatan.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan
pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;
c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;
(38)
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;
c. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;
d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kembali kepada Kantor Pelayanan PBB;
(39)
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;
c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi,
dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pelaporan yang syah;\
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
(40)
3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi
Hasil;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil;
c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan
Bangunan;
d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
(41)
4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin Oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengakajian Pendapatan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan
Perundang-Undangan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan
dan pengkajian pendapatan;
c. Penyiapan bahan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;
d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang dana permbangan;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
(42)
f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi, dan pendapatan lain-lain.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain;
c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya;
d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
(43)
2. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang pajak daerah;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak
daerah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
(44)
3. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang retribusi daerah;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi
daerah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsi nya.
(45)
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain.
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan
Pendapatan Lain-Lain;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan
lain-lain;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang pendapatan lain-lain;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan
lain-lain;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
(46)
g. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional
Senior yang ditunjuk.
3. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
D. Tata Kerja
1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing-masing;
(47)
2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya;
4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya;
5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya; 6. Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan
wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja;
7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib mengadakan rapat berkala.
(48)
E. Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Tabel 2.1
Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011 No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah
1 Kepala Dinas 1 orang
2 Sekretariat 62 orang
3 Bendahara Penerima / Pengeluaran 18 orang
4 Penyimpanan Barang Berharga 7 orang
5 Penyimpanan Barang & Pengurusan Barang 7 orang
6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 14 orang
7 Bidang Penagihan 38 orang
8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 69 orang
9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 68 orang
10 Unit Pelaksana Teknis 15 orang
11 Pegawai Outsourcing 230 orang
12 Security 15 orang
13 Pegawai Honor 56 orang
Jumlah PNS / Pegawai Honor 551 orang
(49)
Pegawai Negeri Sipil : 264 Orang
TNI Yang Dikaryakan : 1 Orang
Pegawai Outsourcing : 230 Orang
Pegawai Honor : 56 Orang
Jumlah : 551 Orang
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Golongan Jumlah
a. Golongan IV/c 0 orang
b. Golongan IV/b 0 orang
c. Golongan IV/a 3 orang
d. Golongan III/d 38 orang
e. Golongan III/c 38 orang
f.Golongan III/b 64 orang
g. Golongan III/a 59 orang
h. Golongan II/d 9 orang
i. Golongan II/c 16 orang
j. Golongan II/b 3 orang
k. Golongan II/a 34 orang
(50)
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN
A. Pengertian Pajak
Sebelum membahas mengenai gambaran data pajak penerangan jalan, sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui tentang pengertian pajak.
Defenisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, SH “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (Kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggara pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Pajak Penerangan Jalan
1. Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah jo. Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 18 tahun 1997.
(51)
3. Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
5. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 12 tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan.
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 10 tahun 2002 tentang Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.
Ketentuan-ketentuan tersebut memuat hal-hal penting yang memberi penjelasan tentang apa itu Pajak Penerangan Jalan dan PLN sebenarnya. Secara garis besar akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya oleh Pemerintahan Daerah.
2. Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya di bayar oleh Pemerintahan Daerah.
3. Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.
4. Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. Penggunaan Tenaga Listrik bukan PLN adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari / oleh pembangkit tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki dan atau dikelola oleh orang pribadi atau badan (Perda Kota Medan No. 12 : 2003).
(52)
5. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang disingkat PLN, adalah PLN unit Bahasa Distribusi, PLN Wilayah, PLN Cabang, dan PLN Unit Pelayanan termasuk anak perusahaan PLN yang menjual tenaga listrik kepada masyarakat.
6. Pelanggan adalah setiap orang pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan tenaga listrik dari PLN (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 10 : 2002).
C. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan
Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan adalah :
1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsultan, perwakilan asing dan lembaga-lembaga internasional dengan azas timbal balik sebagaimana berlaku untuk Pajak Negara.
3. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan oleh badan sosial untuk kegiatan yang bersifat sosial.
Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.
Wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan/atau pengguna tenaga listrik (PP RI No. 65 : 2001).
(53)
D. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan
Tabel 2 : Cara menghitung Besarnya Pajak Penerangan Jalan
Contoh :
Pemakaian listrik di suatu rumah :
• Pemakaian listrik dengan batas daya sambung = 900 VA (= 0,9 kVA)
termasuk golongan tarif R1 250 s/d 900 VA = 20.000 / kVA.
• Termasuk dalam biaya pemakaian Blok I : < 60 jam nyala = Rp. 275/KWh
• Termasuk dalam pemakaian Blok II : < 60 jam nyala = Rp. 445/KWh
• Termasuk pemakaian Blok III : < 60 jam nyala = Rp. 495 /KWh
Perhitungan :
• Biaya beban = 0,9 kVA x Rp. 20.000 / kVA = Rp. 18.000
• Biaya pemakaian :
Blok I/20 KWh x Rp. 275 = Rp. 5.500
Blok II/40 KWh x Rp. 445 = Rp. 17.800
Blok III/30 KWh x Rp. 495 = Rp. 14.850
• Sub jumlah = Rp. 55.150
• Pajak penerangan jalan umum (10%) = 10% x Rp. 55.510 = Rp. 5.515
• Jumlah tagihan rekening listrik = Rp. 60.665
(54)
Keterangan :
Untuk biaya beban kVA, dan biaya pemakaian listrik / KWh ditetapkan sesuai dengan standard tarif yang dikenakan oleh PLN.
Pajak penerangan jalan sebesar Rp. 5.515 harus dilaporkan dan disetor ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DISPENDA) oleh PLN dengan melampirkan Laporan Hasil Realisasi dan Daftar Rekapitulasi Rekening Listrik.
E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Penerangan Jalan 1. Pendaftaran
Bentuk pendaftaran pajak penerangan jalan dilakukan bersamaan dengan proses pemasangan lampu penerangan jalan tersebut. Dimana lampu penerangan jalan yang dipasang terdiri dari beberapa sektor sesuai dengan penetapan wilayah kecamatan masing-masing yang terdiri dari :
1. Sektor A
Terdiri dari kecamatan Medan Johor, Medan Selayang, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Tuntungan, Medan Petisah dan Medan Sunggal.
2. Sektor B
Terdiri dari kecamatan Medan Kota, Medan Maimun, Medan Amplas, Medan Area, Medan Tembung, Medan Denai dan Medan Perjuangan.
3. Sektor C
Terdiri dari kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Timur, Medan Marelan, Medan Barat, Medan Deli dan Medan Helvetia.
(55)
4. Sektor Lampu Taman / Air Sirkulasi
Meliputi pemasangan lampu pada taman dan gedung yang meliputi semua kecamatan yang ada di Kota Medan.
Pemasangan lampu penerangan jalan tersebut dilakukan oleh konsumen dari pihak perusahaan dengan pemasangan lampu penerangan jalan umum (LPJU) maupun oleh pemerintah kota (Pemko) sendiri. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan
Perusahaan meminta atau memohon rekomendasi / izin kepada Dinas Pertamanan Kota Medan untuk pemasang lampu penerangan jalan. Dalam melakukan permintaan atau permohonan rekomendasi / izin dilampirkan KTP, gambar situasi lapangan, jenis lampu yang dipasang, dan diketahui oleh kelurahan setempat. Lalu akan diberikan jawaban oleh Dinas Pertamanan Kota Medan melalui surat yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh konsumen yang melakukan permohonan. Syarat-syarat tersebut memuat hal-hal berikut ini :
1. Pemasangan harus sesuai standar PLN dan Dinas Pertamanan sebagai
pengawas pekerjaan.
2. Teknik pemasangan harus sesuai standar PLN dan harus dipedomani
“Pertunjukan Umum Instalasi Listrik (PUIL)”.
3. Pekerjaan harus dilaksanakan, dipertanggung jawabkan oleh instalator yang
sah dan terdaftar di PT. PLN (persero) wilayah II Sumatera Utara Cabang Medan.
(56)
4. Pemasangan harus membentuk sudut 200 mengarah ke jalan umum dan memakai sistem instalasi jaringan udara dengan kelengkapan box main panel, MCB, switch kontektur dan team switch.
5. Setelah selesai pemasangan, konsumen harus melaporkan kembali ke Dinas
Pertamanan Kota Medan, menyerahkan bukti kuitansi pembayaran BP dan UJL (Biaya Penyambungan dan Uang Jaminan Langganan) serta bukti telah dipasang KWh Meter LPJUnya dari PLN untuk diinvestasikan.
6. Seluruh biaya material untuk pemasangan lampu / perawatan dan BP-UJL ke
PLN, berikut pemasangan KWh meternya adalah menjadi tanggung jawab pihak konsumen.
7. Dengan adanya persetujuan teknis dari PLN, maka biaya pemakaian arus
listriknya setiap bulan adalah tanggung jawab Pemko Medan.
Lalu konsumen melakukan pelaporan ke PLN, apakah pemasangan yang akan dilakukan memenuhi teknis atau tidak saat melakukan pelaporan tersebut, konsumen harus membawa surat rekomendasi / izin yang diberikan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Waktu pelaporan paling lama 1 (satu) minggu. Jika memenuhi teknis akan dilakukan pemasangan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Selanjutnya PLN akan melakukan pemasukan atau pemberian arus. Pemasukan atau pemberian arus paling lama 3 (tiga) hari. Kemudian akan dibebankan BP-UJLnya (biaya Penyambungan Uang Jaminan Langganan).
Selanjutnya data-data konsumen akan diserahkan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan kepada Dinas Pendapatan Daerah. Kalau ada terdapat kendala yang
(57)
ditemukan baik dalam proses pemasangan maupun setelahnya, konsumen melakukan pelaporan ke PLN.
b. Pemerintahan Kota (Pemko) Medan
Proses pemasangan lampu penerangan jalan oleh Pemko tidak jauh beda dengan konsumen dari perusahaan. Pihak Pemko juga melakukan pembuatan surat permohonan rekomendasi / izin ke Dinas Pertamanan Kota Medan. Lalu ditampung oleh pihak Dinas Pertamanan Kota Medan. Selanjutnya Dinas Pertamanan Kota Medan melakukan survey di lapangan, tempat akan dilakukan pemasangan lampu penerangan jalan. Jika memenuhi teknis dan jumlah yang diminta sedikit, maka akan dilakukan pemasangan lampu penerangan jalan tersebut. Tetapi bila jumlahnya besar maka perlu menunggu persetujuan turunnya APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) untuk pemasangan lampu penerangan jalan tersebut.
Setelah disetujui akan diadakan persiapan pembuatan anggaran dan gambaran perencanaan lampu penerangan jalan tersebut. Selanjutnya akan dilaksanakan oleh pihak pelaksanaan dari Dinas Pertamanan Kota Medan. Pemasangan penerangan jalan ini diminta oleh Pemko Medan tetap saja dikenakan BP-UJL (biaya penyambungan – uang jaminan langganan).
2. Penilaian
Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Nilai jual tenaga listrik yang dimaksud adalah :
(58)
a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian KWh yang ditetapkan dalam rekening listrik.
b. Dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran. Nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.
Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, nilai jual tenaga listrik sebagaimana yang dimaksud ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen) (PP RI No. 65 : 2001).
Tarif pajak ditetapkan dan diatur oleh peraturan pemerintah. Tarif pajak penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Besarnya pokok penerangan jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebagai berikut :
a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 10% (sepuluh persen).
b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industri sebagai berikut :
1. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 450 VA s/d 13,9 KVA sebesar 8% (delapan perseratus).
(59)
2. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 14 KVA s/d 24,999 KVA sebesar 4% (empat perseratus).
3. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 25.000 KVA ke atas sebesar 1,5% (satu koma lima perseratus).
c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, bukan untuk industri sebesar 8% (delapan per seratus)
d. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri ditetapkan sebagai berikut :
1. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 450 KVA s.d 13,9 KVA sebesar 8% (delapan per seratus).
2. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 14 KVA s.d 24.999 KVA sebesar 4% (empat per seratus).
3. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 25.000 KVA ke atas sebesar 1,5% ( satu koma lima per seratus) (Perda
(60)
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di Dispenda
Sistem pengelolaan dapat diartikan sebagai “proses, cara, perbuatan, mengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan sebagai perangkat unsur yang secara teratur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.”
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau wajib retribusi pajak atau retribusi kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.
Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri. Pemerintah daerah dalam hal ini aparatur
(61)
perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 10 tahun 2002 tentang Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang telah mengadakan perjanjian kerjasama yang dilakukan antara Pemerintah Kota Medan dengan PT. PLN (Persero) tentang Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penerangan jalan dan pembayaran rekening listrik oleh Pemerintah Kota Medan.
Dalam perjanjian kerjasama ini dimaksud dengan :
1. Pemerintah kota adalah Pemerintah Kota Medan atau disebut Pemko.
2. Kepala Pemerintahan Kota, Walikota Medan.
3. PLN adalah PT. PLN (Persero) cabang Medan.
4. Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah penerangan jalan umum yang energi
listiknya bersumber dari PLN, yang terdiri dari penerangan umum resmi dan penerangan jalan umum swadaya masyarakat.
5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) adalah pajak yang dipungut atas penggunaan
tenaga listrik.
6. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan
umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
7. Penggunaan tenaga listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang
(62)
8. Penggunaan tenaga listrik PLN disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN.
9. Rekening listrik Pemda adalah tagihan listrik PLN kepada Pemda yang harus
dilunasi oleh Pemda kepada PLN.
10.Pelanggan PLN adalah pelanggan PLN di wilayah Kota Medan.
11.Rekapitulasi rekening listrik adalah rekapitulasi rekening listrik yang dicetak, rekapitulasi rekening listrik yang lunas dan rekapitulasi rekening listrik yang khusus dipergunakan untuk PJU.
Ruang lingkup perjanjian dalam pasal 2 yang berisi : 1. Tujuan perjanjian kerjasama
2. Hak dan kewajiban kedua belah pihak
3. Mekanisme kompensasi rekening listrik Pemda dan PPJ
4. Biaya pemungutan
5. Penertiban PJU – Swadaya
6. Meterisasi PJU
Tujuan perjanjian kerjasama antara pihak pemerintah kota Medan dengan PT. PLN (Persero) dalam pasal 3 yang berisi :
1. Untuk menjamin kelancaran penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan
yang berasal dari PPJ.
2. Untuk menjamin kelancaran pelunasan rekening listri pemerintahan Kota
Medan kepada PLN.
(63)
4. Untuk meningkatkan efisiensi pembayaran rekening listrik Pemda melalui meterisasi PJU.
Hak pemerintah Kota Medan dalam Pasal 4 yang berisi :
1. Menerima PJJ yang dipungut oleh pihak PT. PLN (Persero)
2. Mendapatkan rekapitulasi rekening listrik dari pihak PT. PLN (Persero)
3. Mendapatkan rekapitulasi pelanggan listrik Kota Medan (Wajib Pajak
Penerangan Jalan) per-triwulan.
Kewajiban Pemerintah Kota Medan pasal 5 yang berisi :
1. Mensosialisasikan pelanggan PLN mengenal pengertian pajak penerangan
jalan, dasar hukum kewenangan Pemko Medan mengenakan pajak penerangan jalan, dasar hukum kewenangan pihak PT. PLN (Persero) memungut PPJ, besaran tarif PPJ, serta keberadaan kerjasama antara kedua belah pihak.
2. Membantu pihak PT. PLN (Persero) dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan penerimaan PPJ yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Medan.
3. Melunasi rekening listrik Pemko Medan, termasuk rekening PJU, PJU
Swadaya dan kewajiban lainnya kepada pihak PLN setiap bulan.
4. Pelunasan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini sudah
(64)
Hak PT. PLN (Persero) dalam pasal 6 yang berisi :
1. Menerima pembayaran rekening listrik Pemko Medan termasuk rekening
listrik PJU, PJU – Swadaya dan kewajiban lainnya dari Pemko Medan setiap bulan.
2. Menerima biaya pemungutan PPJ setiap bulan.
3. Dalam hal Pemko Medan tidak melakukan pelunasan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat 3 pasal 4. Pihak PLN berhak mendapat pelunasan melalui mekanisme dalam Pasal 8 ayat (4).
Kewajiban PT. PLN (Persero) dalam pasal 7 yang berisi :
1. Memungut PPJ dari pelanggan PLN secara bersamaan dengan pembayaran
rekening listrik (tanpa dipisahkan) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Menyetor hasil pemungutan PPJ ke kas Pemerintahan Kota Medan paling
lambat tanggal 20 setiap bulan setelah bulan pemungutan dengan memperhatikan ketentuan pasal 4 ayat (1) dan pasal 6 ayat (2).
3. Atas permintaan Pemko Medan, PLN wajib menyampaikan laporan setiap
bulan berupa :
a. Rekapitulasi rekening listrik yang dicetak per kode golongan (rekening
umum, TNI/POLRI, vertikal, Pemda dan BUMN). b. Rekapitulasi rekening listrik yang dicetak per jenis tarif. c. Rekapitulasi realisasi penerimaan PPJ.
Mekanisme kompensasi rekening listrik pihak Pemko Medan dan PPJ dalam pasal 8 yang berisi :
(65)
1. Pada dasarnya pelunasan rekening listrik Pemko Medan dilakukan setiap bulan sesuai dengan ketentuan ayat (3) dan (4) pasal 5, sedangkan penyetoran PPJ yang dipungut oleh pihak PLN dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2).
2. Pembayaran rekening listrik Pemko Medan dapat juga dilakukan dengan cara
kompensasi dengan mekanisme PLN menyetor jumlah PPJ secara bruto yang merupakan hak Pemko Medan dan dalam waktu yang bersamaan Pemko Medan menerbitkan SPMU untuk melunasi rekening listrik Pemko Medan.
3. Dalam hal jumlah PPJ yang merupakan hak Pemko Medan tidak mencukupi
untuk melunasi rekening listrik Pemko Medan, maka Pemko Medan melunasi sisa kewajibannya tersebut paling lambat tanggal 20 setiap bulan.
4. Dalam hal rekening listrik Pemko Medan belum melunasi, maka PLN
memotong langsung jumlah tagihan rekening listrik Pemko Medan dengan PPJ pada bulan berikutnya termasuk biaya pemungutan PLN, dan untuk bulan berikutnya PLN menyetor jumlah PPJ secara netto kepada Pemko Medan. Biaya pemungutan dalam Pasal 9 yang berisi :
1. Biaya pemungutan PJJ ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari realisasi
penerimaan PPJ.
2. Rincian biaya pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
adalah sebagai berikut :
a. 2,7% sebagai pendapatan di luar operasi PLN.
b. 0,3% untuk biaya pembinaan oleh tim pembina pemungutan PPJ Pusat di
(66)
c. 1% untuk aparat Pemda yang terkait dengan pelaksanaan pemungutan.
d. 1% untuk petugas PLN setempat yang terkait dengan pelaksanaan
pemungutan.
Penerbitan PJU Swadaya dalam pasal 10 yang berisi :
1. Pemko Medan dan PLN sepakat bahwa PJU-Swadaya perlu diterbitkan karena
sangat merugikan negara.
2. Untuk menerbitkan PJU-Swadaya tersebut, Pemko dan PLN sepakat
membentuk tim Penerbitan PJU-Swadaya paling lambat 30 hari setelah perjanjian ini ditandatangani, yang anggotanya terdiri dari unsur Pemko dan PLN.
3. Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini akan diatur
secara tersendiri oleh kedua belah pihak.
4. Untuk menjamin kelancaran tugas tim, Pemko setuju bahwa biaya operasional
yang digunakan untuk kegiatan Tim Penerbitan PJU Swadaya dibebankan pada Pemko Medan.
Meterisasi Pajak Penerangan Umum dalam pasal 11 yang berisi :
1. Untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi perhitungan pemakaian energi listrik (KWh) PJU, kedua belah pihak bekerja sama melakukan materisasi PJU secara bertahap.
2. Meterisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan dengan
(67)
3. Untuk pelaksanaan meterisasi ini dibentuk tim meterisasi yang terdiri dari unsur kedua belah pihak paling lambat 30 hari setelah perjanjian ini ditandatangani.
4. Biaya yang dibutuhkan untuk meterisasi PJU, pengembangan PJU dan biaya
meterisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pasal ini sepenuhnya dibebankan kepada Pemko Medan, kecuali APP.
B. Faktor-faktor Penghambat Pajak Penerangan Jalan
Meskipun Pajak Penerangan Jalan dapat memberikan kotribusi yang baik bagi pendapatan daerah, namun tidak dipungkiri adanya masalah-masalah yang timbul. Sedikit atau banyak masalah yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana masalah-masalah tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan proses Pajak Penerangan Jalan tersebut.
Berdasarkan observasi di lapangan, pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode wawancara, ditemukan masalah-masalah yang muncul dalam Pajak Penerangan Jalan. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :
a. Adanya tunggakan pembayaran rekening listrik oleh konsumen.
b. Jumlah konsumen Pajak Penerangan Jalan yang belum jelas serta pendataan
yang kurang maksimal. Contohnya yaitu ada konsumen yang mempunyai kantor di satu wilayah tertentu tetapi kantor di wilayah lain tidak diketahui.
c. Adanya keterlambatan pemasangan lampu penerangan jalan umum.
(68)
penerangan jalan umum memberikan laporan bahwa adanya keterlambatan pemasangan pajak penerangan jalan umum, sehingga tidak tepat waktu sesuai jadwal pemasangan yang ditentukan.
d. Adanya pemasangan listrik-listrik liar terhadap lampu penerangan jalan
umum. Masih ada masyarakat yang mau melakukan pemasangan listrik-listrik liar, dengan tujuan agar tidak terjaring oleh PLN. Sehingga mereka tidak perlu menjadi konsumen PLN yang harus melakukan pembayaran terhadap rekening listrik lampu penerangan jalan umum tersebut.
C. Upaya-upaya Peningkatan Pajak Penerangan Jalan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam Pajak Penerangan Jalan tersebut, tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya.Dengan menentukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya dapat mengurangi atau memperbaiki masalah-masalah yang terjadi agar tidak terulang lagi untuk kesekian kalinya karena bisa merugikan bagi sektor pajak penerangan jalan tersebut. Langkah-langkah yang diambil tersebut dapat diwujudkan dalam melakukan upaya-upaya peningkatan pajak penerangan jalan tersebut. Adapun upaya-upaya peningkatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Adanya peningkatan bagi penunggakan pembayaran rekening listrik.
PLN memberikan TUL (Tata Usaha Langganan) VI. Dimana TUL VI ini sifatnya ialah berupa surat peringatan. Waktunya maksimal 6 (enam) hari
(69)
harus sudah ditanggapi oleh konsumen atau pelanggan. Jika tidak ditanggapi akan dilakukan pemutusan sambungan arus listrik.
2. Peningkatan pelayanan terhadap konsumen
Salah satu peningkatan pelayanan terhadap konsumen ini ialah mengatasi gangguan listrik sehingga dapat berkurang. Misalnya dari gangguan listrik dengan persentase 20% menjadi 5%.
3. Menggalakkan operasi penertiban listrik-listrik liar
Hal ini dilakukan untuk mengurangi pemasangan listrik-listrik liar yang dilakukan masyarakat. Sehingga mengurangi kerugian rekening listrik-listrik liar tersebut yang tidak terbayarkan oleh masyarakat.
4. Pemerintah menetapkan kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) sesuai keputusan
presiden. Dengan naiknya tarif TDL tersebut maka otomatis naik juga tarif pajak penerangan jalan. Sehingga dapat meningkatkan jumlah pemasukan pajak penerangan jalan yang dibayar melalui rekening listrik.
5. Pemasangan KWh Meter
KWh meter sebagai kawat arus pembatas, dengan tujuan meningkatkan pendapatan tetapi mengurangi besarnya tagihan PLN, sehingga tidak memberatkan masyarakat. Dengan kata lain sama-sama menguntungkan kedua belah pihak.
(70)
D. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah
Pajak daerah termasuk salah satunya pajak penerangan jalan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk menetapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan atau yang dihasilkan oleh pajak penerangan jalan ini, sebagai salah satu sumber pendapatan dan pembangunan daerah. Berikut akan disajikan tabel target yang ditetapkan dan realisasi penerimaan yang dapat dicapai oleh pajak penerangan jalan tersebut pada tahun 2006-2010.
Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan Tahun 2006-2010
Tahun Target Realisasi (Rp) Persentase
2006 100.410.999.640,00 100.022.338.494,00 99.61%
2007 105.431.500.000,00 95.798.609.772,00 99.86%
2008 112.863.905.000,00 113.584.356.914,00 100.64%
2009 116.945.400.000,00 116.994.355.803,00 100,04%
(1)
dari Pajak Daerah sebesar 57,6% dari total PAD. Sedangkan dari retribusi daerah besarnya 40% dari total.
Pendapatan Daerah tahun 2009 diproyeksikan senilai Rp. 1,85 triliun atau meningkat 4,9% dibanding 2008. berdasarkan pendapatan diperkirakan formulasi belanja daerah dirumuskan, belanja tidak langsung Rp. 1,09 triliun dan belanja
langsung Rp. 1,04 triliun. Secara total jumlah belanja daerah diperkirakan Rp. 2,14 triliun dengan didistribusikan Rp. 15,14% untuk belanja tidak langsung
dan Rp. 48,86% untuk belanja langsung.
Berdasarkan komposisi APBD Kota Medan tahun 2009 terdiri pendapatan
mencapai Rp. 1,850 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar Rp. 86,464 miliar (4,90%) jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun
2008 sebesar Rp. 1,764 triliun. Rinciannya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 365,978 miliar, meningkat Rp. 9,841 miliar (2,76%) dari tahun 2008 sebesar Rp. 356.137. Dana perimbangan sebesar Rp. 1,195 triliun atau meningkat Rp. 129,935 miliar (12,19%) dari tahun 2008 sebesar Rp. 1,065 triliun.
Dengan demikian, proyeksi penerimaan pajak daerah diharapkan disumbangkan dari pajak Hotel Rp. 24.477 miliar, pajak Restoran Rp. 42.55 miliar, pajak Hiburan Rp. 9,17 miliar dan pajak Parkir Rp. 4.082 miliar. Untuk saat ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan berhasil menghimpun PAD sebesar Rp. 30 miliar. Realisasi penerimaan pajak dari bisnis reklame (iklan luar ruang) PAD di kota Medan pada periode Januari – September mencapai Rp. 16,3 miliar atau melebihi target 20,74% dari nilai yang dipatok Rp. 13,5 miliar sampai akhir 2008. pencapaian pendapatan pajak itu lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi
(2)
penerimaan pajak periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp. 10,1 miliar.
Untuk tahun 2009, target penerimaan pajak dari PPJ sebesar Rp. 112 miliar (bekerja sama dengan PLN), PBB sebesar Rp. 144,5 miliar, restoran Rp. 36 miliar, hotel Rp. 18 miliar, reklame Rp. 13 miliar, hiburan Rp. 8 miliar,
dan perparkiran Rp. 3,7 miliar.
Selanjutnya dari sisi pembiayaan, guna menutuppi surplus / defisit belanja daerah ditetapkan perkiraan pembiayaan penerimaan Rp. 316,28 miliar dan pengeluaran Rp. 28,50 miliar. Dengan demikian pembiayaan netto dalam APBD 2009 diproyeksikan Rp. 287,78 miliar.
Dari sejumlah pos pembiayaan, yakni pada pos Dana Umum (DAU) direncanakan Rp. 900.204.040.000 atau naik Rp. 83.569.102.000 atau naik 10.23 persen dari 2008. Sedangkan pos Dana Alokasi Khusus (DAK) direncanakan Rp. 50.645 juta naik 126,85 persen dari 2008.
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Medan menghimpun Pendapatan Asli Daerah (PAD) senilai Rp. 139,5 miliar hingga triwulan III, tepatnya per 06 Oktober 2008. Realisasi penghimpunan PAD tersebut hanya menyisakan sebesar Rp. 56,5 miliar dari target PAD tahun 2008 senilai Rp. 197 miliar. Target PAD sebesar Rp. 197 miliar tahun 2008 lebih besar Rp. 16 miliar dari target tahun 2007 sebesar Rp. 181 miliar.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dimuat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DISPENDA) pada Sub Bag Penagihan, seksi penagihan dan pelaporan menerima laporan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dilakukan oleh PLN yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan dan Dinas Pertamanan Kota Medan.
3. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik. Maka tarif pajak penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai.
4. Berdasarkan data-data yang didapat, terlihat pada target yang ditetapkan oleh pihak DISPENDA dan realisasi penerimaannya tercapai. Pajak penerangan jalan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pajak daerah untuk menjadi sumber pendapatan daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
(4)
5. Dengan diadakannya perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kota Medan dengan PT. PLN (Persero) maka tujuan perjanjian kerjasama tersebut memberikan kemudahan, serta dampak positif bagi kedua belah pihak yaitu menjamin kelancaran penerimaan pendapatan asli daerah kota Medan yang berasal dari PPJ, menjamin kelancaran pelunasan rekening listrik Pemerintah Kota Medan kepada PLN, dan untuk melakukan pengawasan dan penertiban PJU-swadaya.
6. Kewajiban Pemerintah Kota Medan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap PLN yaitu dengan cara mensosialisasikan pelanggan PLN mengenai pengertian pajak penerangan jalan, dasar hukum kewenangan PT. PLN (Persero) memungut PPJ, besaran tarif PPJ, serta keberadaan kerjasama antara kedua belah pihak. Membantu pihak PT. PLN (Persero) dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan penerimaan PPJ yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Medan. Melunasi rekening listrik Pemko Medan, termasuk rekening PJU, PJU-swadaya dan kewajiban lainnya kepada pihak PLN setiap bulan. Pelunasan kewajiban sudah harus dilakukan paling lambat tanggal 20 setiap bulan.
(5)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran yang diperlukan guna perkembangan pajak penerangan jalan tersebut. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :
1. Diharapkan bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan PLN sebagai mitranya dapat memaksimalkan kerja agar dapat meminimalkan masalah-masalah di lapangan yang sering terjadi.
2. Dalam menetapkan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang berpengaruh juga terhadap penetapan tarif-tarif Pajak Penerangan Jalan, diharapkan pemerintah memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat yang ada.
3. Dalam menetapkan target pajak penerangan jalan pada tahun-tahun yang akan datang, hendaknya benar-benar melihat atau meninjau kondisi di lapangan. Sejauh mana target dapat ditetapkan untuk mencapai realisasi penerimaan yang baik.
4. Adanya peningkatan pelayanan terhadap konsumen selaku pelanggan pembayar rekening listrik, dengan memberikan sarana dan prasarana yang baik.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, FH UII Press, Yogyakarta.
Siahaan, Marihot, 2000, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Grafindo Persada Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pemerintah Kota Medan, 2003, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tentang Pajak Daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri, Nomor 10 tahun 2002, tentang Pemungutan Pajak Daerah.
Keputusan Walikota Medan, Nomor 1 tahun 2010, Rincian Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.
Pendapatan Daerah Kota Medan, tahun 2008-2009, Tentang Pajak Daerah Kabupaten / Kota Medan.