Analisis Dan Implementasi Jaringan Komputer Di Pusat Vulkanologi Dan Mitgasi Bencana Geologi

(1)

GEOLOGI

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

RESTU MUHAMMAD SALEH

10106161

RIZAQ NASHRUL HAQ

10106176

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

iii LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Maksid dan Tujuan ... 2

1.3.1 Maksud ... 2

1.3.2 Tujuan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metode Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Organisasi... 5

2.1.1 Sejarah Instansi... 5

2.1.2 Logo Instansi ... 6

2.1.3 Badan Hukum ... 6


(4)

iv

2.2.2 Pengenalan Jaringan WLAN ... 16

BAB III ANALISA DAN IMPLEMENTASI

3.1 Analisa dan Implementasi Jaringan Komputer ... 18

3.1.1 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 1 ... 19

3.1.1.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 1 …...19

3.1.2 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 2 ... 21

3.1.2.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 2 …...21

3.1.3 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 3 ... 23

3.1.3.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 3 …...23

3.1.4 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 4 ... 25

3.1.4.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 4 …...25

3.1.5 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 1 ... 27

3.1.5.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 1 …...27

3.1.6 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 2 ... 29

3.1.6.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 2 …...29

3.1.7 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 3 ... 30

3.1.7.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 3 …...31

3.1.8 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 4 ... 32

3.1.8.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 4 …...33

3.2 Hasil Analisis dan Implementasi Gedung A... 34

3.2.1 Konfigurasi Router Gedung A………35


(5)

v

3.2.3.1 Router ………..…………..40

3.2.3.1 HUB/Switch ………..…………..…………..41

3.2.3.1 Wireless ………..………...43

3.2.3.1 Kabel.. ………..…………..43

3.3 Hasil Analisis dan Implementasi Gedung B ... 44

3.3.1 Konfigurasi Router MkroTik Gedung B………45

3.3.1.1 Setting Firewall MikroTik………..45

3.3.1.2 Setting Gateway MikroTik……….46

3.3.2 Konfigurasi Wireless ..………...47

3.3.3 Topologi dan Hardware Yang Digunakan ..………..………49

3.2.3.1 Topologi dan Hardware Yang Digunakan ..……..…………49

3.2.3.1 Router ………..…………..49

3.2.3.1 HUB/Switch ………..…………..…………..52

3.2.3.1 Wireless ………..………...52

3.2.3.1 Kabel.. ………..…………..53

3.4 Pengabungan Jaringan Gedung A dan Gedung B ... 53

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 55

4.1 Saran ... 56


(6)

1

1.1

Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan suku bangsa dan

kebudayaan-kebudayaan yang tersebar di seluruh penjuru. Dikarenakan Indonesia

adalah negara kepulauan, maka banyak tempat-tempat yang merupakan daerah

dataran rendah dan tinggi yang memiliki energi dan sumber daya mineral yang

berlimpah. Informasi tentang energi dan sumber daya mineral yang mengacu tentang

geologi dikelola oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Informasi ini

dikirim antar komputer untuk diproses lebih lanjut mengunakan jaringan komputer,

akan tetapi mengunakan jaringan komputer ini kadang tidak berjalan dengan

semestinya dalam penyampaian atau pengiriman paket data.

Gedung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ini menggunakan

banyak komputer yang saling terhubung untuk mengolah atau mengirim informasi ke

komputer lainnya. Kadang paket data atau informasi yang dikirim tidak semuanya

sampai pada komputer yang dituju, dikarenakan datalost diperjalanan atau tidak

terkoneksinya antar komputer.

Banyaknya komputer yang dipasang di gedung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi ini membuat sulit mendeteksi kerusakan pada jaringan komputer

yang mengakibatkan tidak terkoneksinya tiap komputer, sehingga pekerjaan menjadi

kurang maksimal dalam pelaksanaannya.

Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang muncul di atas, oleh karena

itu dibutuhkan adanya analisis jaringan komputer di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi sebagai solusi dari permasalahan di atas.


(7)

1.2

Perumusan Masalah

Melihat fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang, maka

masalah-masalah yang ada adalah seperti :

a. Tidak bekerja dengan semestinya pengiriman informasi atau paket data

mengunakan jaringan komputer.

b. Adanya data yang

lost

atau hilang saat pengiriman menggunakan jaringan

komputer.

c. Sulitnya mendeteksi kerusakan pada jaringan komputer.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dirumuskan masalahnya adalah

bagaimana menganalisis jaringan komputer di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi.

1.3

Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah menganalisa dan

mengimplementasikan jaringan di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi untuk memaksimalkan kinerja jaringan komputer tersebut.

1.3.2 Tujuan

a. Memperbaiki sistem jaringan komputer agar bekerja dengan

semestinya.

b. Memperbaiki sistem jaringan komputer agar data tidak ada yang

hilang.


(8)

1.4

Batasan Masalah

Pada penelititan ini, membatasi pembahasannya hanya pada analisis dan

implementasi jaringan komputer di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

serta konfigurasi router pada masing-masing gedung.

Adapun batasan-batasannya yaitu prosedur yang dilakukan pada saat terhubung

dalam jaringan, komputer dengan sistem operasi Windows XP, monitor, staff ahli

yang mempunyai hak sebagai admin, staff lainnya sebagai pengguna, serta jaringan

menggunakan topologi star.

1.5

Metode Penelitian

Metode Penelitian yang akan digunakan yaitu :

1. Metode Wawancara

Pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan wawancara secara

langsung dengan Instansi yang bersangkutan.

2. Metode Observasi

Pengumpulan data dan informasi dengan cara meninjau dan mengamati

secara langsung dengan Instansi yang bersangkutan.

3. Metode Studi Pustaka

Pengumpulan data dan informasi dengan cara membaca buku-buku atau

artikel referensi yang dapat dijadikan acuan pembahasan dalam masalah ini.


(9)

1.6

Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini pembahasan terbagi dalam 4 bab yang secara singkat dapat

diuraikan sebagai berikut :

BAB

I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah. Maksud

dan tujuan penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas tentang struktur kelembagaan atau organisai beserta tugas-tugasnya

yang berada di di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB III PEMBAHASAN

Berisi tentang implementasi jaringan komputer yang di terapkan di Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, yaitu dengan menganalisis

bangunan dan memeriksa alur jaringan pada jaringan yang di terapkan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Ringkasan dari keseluruhan pembahasan dari hasil analisis jaringan di Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta berupa saran yang diajukan

untuk memotivasi agar jaringan yang diterapkan lebih maksimal.


(10)

5 2.1 Profil Organisasi

2.1.1 Sejarah Instansi

Pusat Vulkanologi dab Mitigasi Bencana Geologi adalah salah satu unit di lingkungan Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 0030 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja departemen Energgi dan Sumberdaya Mineral. Di dunia Internasional unit ini lebih dikenal dengan sebutan Vulkanological Survey of Indonesia(VSI).

Organisasi ini telah beberapa kali berganti nama dan dibentuk setelah letusan Gunung Kelud di Jawa Timur tahun 1919 yang menimbulkan korban jiwa manusia lebih dari 5000 orang. Pada tanggal 16 September 1920 didirikan Vulkaan Bewakings Dients (Dinas Penjagaan Gunungapi) di bawah naungan Dients Van Het Mijnwezendan paada tahun 1922 diresmikan menjadi Volcanologische onderzoek (VO), yang tahun 1939 di dunia international dikenal sebagai Volcanological Survey. Sejak tahun 1920-1941, Volcanologische Onderzoek ini telah membangun beberapa pos penjagaan gunung api, yaitu pos gunung Krakatau di Pulau Panjang, Pos Gunung Tangkubanparahu, Pos Gunung Papandayan, Pos kawah kamojang, Pos Gunung Merapi (babadan, Krinjing, Plawangan, Ngepos), pos Gunung Kelud, Pos gunung Semeru dan Pos kawah Ijen. Pada saat pendudukan Jepang, Kegiatan penjagaan gunungapi ditangani oleh kazan Chosabu selama periode 1942-1945.

Setelah Indonesia merdeka dibentuk Dinas Gunung berapi (DGB) di bawah jawatan Pertambangan, Kemudian 1966 berubah menjadi Urusan Vulaknologi di bawah Direktorat Geologi dan selanjutnya pada tahun 1976 berubah lagi menjadi Sub Direktorat Vulkanologi di bawah direktorat Geologi, Departemen Pertambangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.734 Tahun 1978 terbentuklah Direktorat


(11)

Vulkanologi dibawah Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangn dan Energi Nomor 1092 Tahun 1984 dan Keputusam Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1748 tahun 1992 di ubah menjadi Direktorat vulkanologi di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral.

Sejak tahun 2001 sampai 2005, berdasakan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 2345/06/MEM/2001, urusan gunungapi, gerakan tanah, gemppa bumi, tsunami, ditangani oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Setelah bergabung dengan Badan geologi, SK Menteri No.52 thn 2006 tgl.20 Oktober 2006 berubah nama menjadi Pusat Vulaknologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BGV) (Centre for Volcanology and Geological Hazard Mitigation).

2.1.2 Logo Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Berikut ini adalah logo Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Gambar 2.1 Logo Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

2.1.3 Badan Hukum

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merupakan Lembaga Milik Pemerintah Dibawah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Surat Keputusan Menteri No.52 thn 2006 tgl.20 Oktober 2006).


(12)

2.1.4 Struktur Organisasi dan Job Description

Berikut ini adalah struktur atau susunan oraganisasi di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Tabel 2.1 Struktur Organisasi

a) Tugas Umum Bakosurtanal Tugas Pokok:

Pusat Vulakanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mempunyai tugas menyelenggarakan peneleitian, penyelidikan, dan pelayanan bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, Fungsi :

a. Perumusan pedoman prosedur kerja.

b. Perumusan rencana dan program penelitian dan pelayanan geologinkegiatan vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. c. Pengelolaan sarana dan prasarana vulkanologi dan mitigasi

bencana geologi, serta pos pengamatan gunungapi.

d. Penyelenggaraan penelitian dan penyelidikan, serta rancang bangun, pemodelan dan rekayasa teknologi.


(13)

e. Pengamatan vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, serta penetapan status kegiatan dan peringatan dini gunungapi. f. Pemetaan tematik kawasan rawan bencana gunungapi,

gempabumi, tsunami dan gerakan tanah.

g. Pengelolaan system informasi dan sosialisasi hasil pengamatan, serta kerjasama dan system mutu kelembagaan pusat.

h. Pembinaan unit pelaksana teknis balai penyelidikan dan pengembangan teknologi kegunungapian.

i. Pengelolaan ketatausahaan, rumah tangga, administrasi keuangan, dan kepegawaian pusat.

j. Pembinaan kelompok jabatan fungsional pusat.

k. Evaluasi Pelaksanaan penelitian, penyelidikan dan pelayanan geologi di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.

b) Tugas Pokok Tiap Bidang

1. Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi mempunyai tugas melaksanakan pengamatan dan penyelidikan gunung api.

b.1.a Subbidang Pengamatan Gunungapi

Subbidang pengamatan gunungapi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, pelaksanaan dan evaluasi atas pengamatan gunungapi, penetapan status, peringatan serta rekomendasi penanggulangannya.

b.1.b Subbidang Penyelidikan Gunungapi

Subbidang Penyelidikan Gunungapi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, pelaksanaan, dan evaluasi penyelidikan gunungapi.


(14)

2. Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah mempunyai tugas meelaksanakan pengamatan gempa bumi dan gerakan tanah.

b.2.a Subbidang Pengamatan Gempabumi

Subbidang Pengamatan Gempabumi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, pelaksanaan, dan evaluasi mitigasi gempabumi.

b.2.b Subbidang Pengamatan Gerakan Tanah

Subbidang Pengamatan Gerakan Tanah mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, pelaksanaan, dan evaluasi atas gerakan tanah.

3. Bidang Evaluasi Potensi Bencana

Bidang Evaluasi Potensi Bencana mempunyai tugas melaksanakan evaluasi potensi bencana geologi

b.3.a Subbidang Evaluasi Bencana Gunung Api

Subbidang Evaluasi Bencana Gunung Api mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan penyiapan, serta pelaksanaan atas perencanaan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi potensi bencana gunungapi.

b.3.b Subbidang Evaluasi Bencana Geologi

Subbidang Evaluasi Bencana Geologi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan penelaahan, penyiapan, serta pelaksanaan atas perencanaan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi potensi bencana geologi.


(15)

3. BPPTK ( Balai Penyelidikan dan Pengembangan teknologi Kegunungapian )

Mempunyai tugas melaksanakan penyelidikan Gunungapi Merapi, pengembangan metoda, analisis, teknologi dan instrumentasi serta pengelolaan sarana dan prasarana laboratorium kegunungapian dan mitigasi bencana geologi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengenalan Jaringan Komputer

Jaringan komputer (komputer network) adalah hubungan dua buah simpul (umumnya berupa komputer) atau lebih ditujukan untuk melakukan pertukaran data atau untuk melakukan bagi pemakai perangkat lunak, perangkat keras dan bahkan berbagai kekuatan proses.

Berikut merupakan manfaat penggunaan jaringan komputer : 1) Berbagi perangkat keras.

Perangkat keras dapat digunakan oleh sejumlah komputer tanpa perlu melepas dan memasang kembali, cukup dipasang ke komputer ataudihubungkan ke suatu peralatan khusus dan semua komputer dapat mengaksesnya.

2) Berbagi program atau data.

Program atau data dimungkinkan untuk disimpan pada sebuahkomputer yang bertindak sebagai server. Cara ini memungkinkanperusahaan membeli sebuah perangkat lunak dan dipasang di server,kemudian orang yang memerlukannya dapat mengakses program tersebut.

3) Mendukung kecepatan berkomunikasi.

Dengan adanya dukungan jaringan komputer, komunikasi dapat dilakukan lebih cepat. Misalnya saja rapat lewat telekonferensi. 4) Memudahkan pengaksesan informasi.

Jaringan komputer memudahkan pengaksesan informasi. Seseorang dapat bepergian ke mana saja dan tetap mengakses data yang terdapat pada server ketikas ia membutuhkannya.


(16)

Arsitektur jaringan komputer dibedakan menjadi arsitektur logic dan arsitektur fisik. Arsitektur logic berkaitan dengan logika hubungan masing masing komputer dalam suatu jaringan. Sedangkan arsitektur fisik berkaitan dengan susunan fisik sebuah jaringan komputer, biasanya disebut juga dengan topologi jaringan. Bentuk arsitektur jaringan komputer secara fisik adalah sebagai berikut :

1. Topologi Bus Kelebihan :

Dapat menambah atau mengurangkan komputer dan node tanpa mengganggu operasi yang telah dijalankan serta murah untuk rangkaian jaringan yang kecil.

Kekurangan :

Jika kabel tulang belakang (backbone) atau nodenya bermasalah, rangkaian tidak dapat berfungsi, maka diperlukan terminator untuk kedua ujung kabel backbone tersebut.

Diperlukan repeater jika jarak tempuh LAN jauh.

2. Topologi Ring Kelebihan :

a. Tingkat kerumitan jaringan rendah (sederhana).

b. Memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan dengan topologi bus.

c. Lebih hemat kabel. Kekurangan :

Apabila terjadi gangguan pada salah satu titik atau lokasi dalam jaringan,maka akan mempengaruhi jaringan secara keseluruhan.


(17)

3. Topologi Star Kelebihan :

a. Memudahkan deteksi dan isolasi kesalahan atau kerusakan. b. Pemasangan atau perubahan stasiun sangat mudah dan

tidak mengganggu bagian jaringan yang lain. Kekurangan :

a. Kinerja jaringan sangat dipengaruhi oleh kemampuan sentral dari jaringan tersebut.

b. Boros kabel.

Jaringan komputer jika dilihat dari rentang geografisnya maka akan dibagi menjadi tiga jenis :

1) Local Area network (LAN) adalah jaringan komputer yang mencakup are dalam suatu ruang, gedung atau beberapa gedung yang berdekatan. LAN umumnya menggunakan media transmisi berupa kabel. Namun juga ada yang tidak dan disebut sebagai Wireless LAN (WLAN). Menurut tipenya, LAN terdiri dari :

1. Client/server adalah suatu model jaringan yang memiliki client dan server. Client adalah komputer yang meminta layanan sedangkan server adalah komputer yang bertindak untuk melayani permintaan client. Fungsi server sendiri sebenarnya merupakan perangkat lunak yang dijalankan pada perangkat keras yang pada umumnya adalah komputer. Beberapa contoh fungsi server adalah sebagai berikut :

a. File server, server yang menangani berkas yang dapat diakses oleh client.

b. Print server, server yang bertindak sebagai pengontrol printer yang dapat digunakan oleh client.

c. Web server, server yang menangani halaman – halaman Web yang dapat diakses oleh browser.


(18)

2. Peer-to-peer adalah model jaringan yang memberikan kedudukan yang sama terhadap semua komputer. Tak ada yang bertindak sebagai server atau client secara eksplisit. Oleh karena itu media penyimpanannya global. Pada model ini komputer dapat berhubungan langsung tanpa bergantung pada server, tetapi akan efektif jika jumlah komputernya tidak lebih dari 25.

2) Metropolitan Area Network (MAN) adalah jarinagn yang mencakup area satu kota atau dengan rentang 10-45 km. Jaringan seperti ini biasanya menggunakan media transmisi dengan mikro gelombang atau gelombang radio. Namun, ada juga yang menggunakan jalur sewa (leased line).

3) Wide Area Network(WAN) Jaringan yang mencakup antarkota, antarprovinsi, antarnegara dan bahkan antarbenua disebut dengan WAN. Susunan komputer secara fisik dalam suatu jaringan disebut dengan topologi jaringan. Berbagai kemungkinan topologi adalah bentuk bintang, cincin, bus, pohon, lengkap dan tak beraturan.

Dalam tiap topologi memiliki perbedaan cara dalam pengiriman data. Hal tersebut merupakan karakteristik dari tiap-tiap topologi jaringan. Berbeda dengan pertukaran data antar sistem yang berbeda dalam jaringan, karena memang jelas-jelas memiliki sistem yang berbeda tetapi dalam jaringan yang sama, jadi untuk menyampaikan suatu data ke sistem lain harus menggunakan tatacara yang biasa digunakan dalam pelaksanaan pertukaran data antara dua buah sistem dalam jaringan. Tatacara ini sering disebut dengan protokol komunikasi. Standar protokol yang terkenal adalah OSI (Open System Interconnecting) yang ditentukan oleh ISO


(19)

(International Standard Organization). Standar Osi ini mendefinisikan tujuh lapisan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Physical layer , berhubungan dengan transmisi dari aliran bit yang tidak terstruktur melalui medium fisik; berhubungan dengan karakteristikmekanikal, elektrikal, fungsional, dan prosedural untuk akses pada mediumfisik.

2. Data link layer , menyediakan transfer informasi yang lebih reliable melalui link fisik; mengirim blok-blok data (frame-frame) dengan keperluan synchronisasi, error control, dan flow control.

3. Network layer, menyediakan layanan pada layer diatas dari transmisi data dan teknologi switching yang dipakai untuk hubungan sistem; tanggung jawab untuk mewujudkan, mengutamakan dan memutuskan koneksi-koneksi.

4. Transport layer, menyediakan transfer data secara transparan antara akhir point; menyediakan end to end pemulihan error dan flow control.

5. Session layer, menyediakan struktur kontrol untuk komunikasi antara aplikasi;mewujudkan, menata dan memutuskan koneksi (session) antara aplikasi bersama.

6. Presentation layer, menyediakan proses aplikasi dari perbedaan dalam perwakilan data (syntax).

7. Application layer, menyediakan akses ke lingkungan OSI untuk pemakai dan juga menyediakan distribusiservice informasi.


(20)

Gambar 2.2 Tujuh Lapisan menurut OSI

Jenis protokol lainnya adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) berkedudukan sebagai suatu arsitektur yang kerap kali disebut arsitektur internet. Adapun perbandingannya model OSI dan TCP/IP dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 Perbandingan Model OSI dan TCP/IP

TCP/IP merupakan dua buah protokol yang memiliki fungsi masing-umasing. IP merupakan protokol utama pada model OSI pada lapisan jaringan, sedangkan TCP merupakan salah satu protokol yang paling umum


(21)

digunakan. Selain itu TCP/IP dikenal pula sebagai suatu paket yang berisi sejumlah program.

2.2.2 Pengenalan Jaringan WLAN

Wireless Local Area Network sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN menggunakan wireless device untuk berhubungan dengan jaringan. node pada WLAN menggunakan channel frekuensi yang sama dan SSID yang menunjukkan identitas dari wireless device. Tidak seperti jaringan kabel, jaringan wireless memiliki dua mode yang dapat digunakan : infastruktur dan Ad-Hoc. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi antar masing-masing PC melalui sebuah access point pada WLAN atau LAN. Komunikasi Ad-Hoc adalah komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer dengan menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode ini tergantung dari kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan yang lain dengan jaringan berkabel.

1. Mode Ad-Hoc

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana,karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point untuk host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki transmitter dan reciever wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain seperti tampak pada gambar 1. Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer tersebut.


(22)

2. Mode Infrastruktur

Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses jaringan kabel atau berbagi printer misalnya, maka jaringan wireless tersebut harus menggunakan mode infrastruktur (gambar 2). Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN.


(23)

18

3.1 Analisa dan Implementasi Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat berbagi data, informasi, program aplikasi dan perangkat keras seperti printer, scanner, CD-Drive maupun harddisk serta memungkinkan komunikasi secara elektronik. Sedangkan pada aplikasi home user, memungkinkan komunikasi antar pengguna lebih efisien (chat), interaktif entertainment lebih multimedia (games, video,dan lain-lain). Jaringan komputer memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih efisien antar pemakai (mail dan teleconference).

Dalam rangka mengefektifkan dan memaksimalkan kinerja dari jaringan komputer di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi maka diterapkan beberapa perubahan infrastruktur sistem jaringan komputer di gedung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Pada tahap analisa ini akan dijelaskan lebih jauh tentang desain awal sistem jaringan komputer di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan desain akhir dari hasil analisis jaringan komputer di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Berdasarkan letak bangunan yang terpisah antara gedung A dan B, maka dibuatlah denah blueprint bangunan dan jaringan komputer di tiap-tiap lantai. Blueprint ini berguna untuk menentukan konfigurasi jaringan komputer di tiap-tiap ruangan. Komponen-komponen yang terlibat antara lain yaitu komputer, perangkat LAN, router dan router microTik, wireless access point, repeater dan HUB/switch.


(24)

3.1.1 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 1

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 1 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 3.1 Gedung A Lantai 1

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 1 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star.

b. Memakai 3 HUB, 2 HUB digunakan disaat-saat tertentu. c. Jenis kabel menggunakan UTP.

d. Terdapat 2 komputer.

3.1.1.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 1 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung A Lantai 1.


(25)

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penggunaan HUB dikurangi pada 2 ruangan menjadi 1

HUB di perpustakaan.

b. Pemasangan wireless access point pada perpustakaan. c. Memakai topologi star.

d. Rekonfigurasi ulang IP address pada 2 client yaitu 192.168.50.3 sampai 192.168.50.4

Gambar 3.3 Setting IP address client Gedung A Lantai 1

Pada gedung A lantai 1 ini terdiri dari 5 ruangan yang diantaranya terdapat perpustakaan yang terdapat 1 buah HUB, 2 komputer dan 1 wireless access point. Setting IP address di router pada lantai 3 dilakukan Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung A lantai 1 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.71 - 192.168.50.80 untuk 10 client atau 10 komputer.


(26)

3.1.2 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 2

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 2 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 3.4 Gedung A Lantai 2

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 2 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star.

b. Memakai 3 HUB, 1 HUB pada ruang rapat dipakai pada saat-saat tertentu.

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat 11 komputer.

e. Terdapat 1 wireless access point.

3.1.2.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 2 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung A Lantai 2.


(27)

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penggunaan 3 HUB dikurangi menjadi 2 HUB.

b. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan komputer.

c. Memakai topologi star.

d. Konfigurasi ulang wireless router.

e. Rekonfigurasi ulang IP address pada 11 client yaitu 192.168.50.5 sampai 192.168.50.15

Gambar 3.6 Setting IP address client Gedung A Lantai 2

Pada gedung A lantai 2 ini terdiri dari 11 ruangan yang terdapat 2 buah HUB, 11 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung A lantai 2 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.81 -192.168.50.90 untuk 10 client atau 10 komputer.


(28)

3.1.3 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 3

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 3 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 3.7 Gedung A Lantai 3

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 3 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star. b. Memakai 5 HUB.

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat Router.

e. Terdapat 4 server. f. Terdapat 37 komputer.

g. Terdapat wireless access point.

3.1.3.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 3 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung A Lantai 3.


(29)

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penggunaan 5 HUB dikurangi menjadi 3 HUB.

b. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan komputer.

c. Memakai topologi star. d. Konfigurasi ulang router.

e. Konfigurasi ulang jalur dari HUB ke wireless access point. f. Rekonfigurasi ulang IP address pada 37 client yaitu

192.168.50.16 sampai 192.168.50.52

Gambar 3.9 Setting IP address client Gedung A Lantai 3

Pada gedung A lantai 3 ini terdiri dari 15 ruangan yang terdapat 3 buah HUB, 37 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung A lantai 3 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.91 -192.168.50.100 untuk 10 client atau 10 komputer.


(30)

3.1.4 Jaringan Komputer Gedung A Lantai 4

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 4 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 310 Gedung A Lantai 4

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung A lantai 4 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star. b. Memakai 3 HUB.

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat 18 komputer.

3.1.4.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung A Lantai 4 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung A Lantai 4.


(31)

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penggunaan 3 HUB dikurangi menjadi 2 HUB.

b. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan komputer.

c. Memakai topologi star.

d. Pemasangan wireless access point.

e. Rekonfigurasi ulang IP address pada 18 client yaitu 192.168.50.53 sampai 192.168.50.70

Gambar 3.12 Setting IP address client Gedung A Lantai 4

Pada gedung A lantai 4 ini terdiri dari 12 ruangan yang terdapat 2 buah HUB, 18 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung A lantai 4 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.101 -192.168.50.110 untuk 10 client atau 10 komputer.


(32)

3.1.5 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 1

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 1 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 3.13 Gedung B Lantai 1

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 1 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star. b. Memakai 1 HUB.

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat 8 komputer.

3.1.5.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 1 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung B lantai 1.


(33)

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan

komputer.

b. Pemasangan wireless access point. c. Memakai topologi star.

d. Rekonfigurasi ulang IP address pada 8 client yaitu 192.168.50.121 sampai 192.168.50.128

Gambar 3.15 Setting IP address client Gedung B Lantai 1

Pada gedung B lantai 1 ini terdiri dari 8 ruangan yang terdapat 1 buah HUB, 8 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung B lantai 1 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.199 - 192.168.50.210 untuk 11 client atau 11 komputer.


(34)

3.1.6 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 2

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan computer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 2 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 3.16 Gedung B Lantai 2

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 2 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star. b. Memakai 2 HUB.

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat 9 komputer.

3.1.6.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 2 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung B lantai 2.


(35)

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan

komputer.

b. Pemasangan wireless access point. c. Memakai topologi star.

d. Rekonfigurasi ulang IP address pada 9 client yaitu 192.168.50.129 sampai 192.168.50.137

Gambar 3.18 Setting IP address client Gedung B Lantai 2

Pada gedung B lantai 2 ini terdiri dari 12 ruangan yang terdapat 1 buah HUB, 9 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung B lantai 2 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.211 -192.168.50.220 untuk 10 client atau 10 komputer.

3.1.7 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 3

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 3 sebelum dilakukan analisis.


(36)

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 3 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star. b. Memakai 3 HUB.

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat 27 komputer.

e. Terdapat router microTik.

3.1.7.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 3 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan analisis dan implementasi pada gedung B lantai 3.

Gambar 3.20 Gedung B Lantai 3 setelah di implementasi

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan

komputer.

b. Penambahan 10 client.

c. Pemasangan wireless access point. d. Memakai topologi star.

e. Rekonfigurasi ulang IP address pada 37 client yaitu 192.168.50.138 sampai 192.168.50.174


(37)

Gambar 3.21 Setting IP address client Gedung B Lantai 3

Pada gedung B lantai 3 ini terdiri dari 13 ruangan yang terdapat 3 buah HUB, 1 router microTik, 37 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung B lantai 3 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.221 - 192.168.50.230 untuk 10 client atau 10 komputer.

3.1.8 Jaringan Komputer Gedung B Lantai 4

Gambar berikut menerangkan tentang penggunaan jaringan komputer pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 3 sebelum dilakukan analisis.

Gambar 3.22 Gedung B Lantai 4

Sesuai dengan data dan informasi yang didapat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gedung B lantai 3 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Topologi jaringan mengunakan topologi star. b. Memakai 4 HUB.


(38)

c. Jenis kabel menggunakan UTP. d. Terdapat 24 komputer.

3.1.8.1 Implementasi Jaringan Komputer Gedung B Lantai 4 Dibawah ini adalah gambar jaringan komputer setelah dilakukan implementasi pada gedung B lantai 4.

Gambar 3.23 Gedung B Lantai 4 setelah di implementasi

Beberapa perubahan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Perubahan infrastruktur/jalur kabel antara HUB dengan

komputer.

b. Pemasangan wireless access point. c. Pengurangan HUB dari 3 menjadi 2 buah. d. Memakai topologi star.

e. Rekonfigurasi ulang IP address pada 24 client yaitu 192.168.50.175 sampai 192.168.50.198


(39)

Pada gedung B lantai 4 ini terdiri dari 20 ruangan yang terdapat 2 buah HUB, 24 komputer dan 1 wireless access point. Diasumsikan apabila ada penambahan komputer pada gedung B lantai 4 ini, maka IP address yang diberikan adalah 192.168.50.231 -192.168.50.240 untuk 10 client atau 10 komputer.

3.2 Hasil Analisis dan Implementasi Gedung A

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menggunakan ISP Jalawave dengan bandwidth pada server sebesar 1Mbps hingga 2Mbps. Bandwidth ini dibagi dua untuk dua gedung yaitu gedung A dan gedung B. Gedung A mendapat bandwidth sebesar 1Mbps. Bandwidth pada gedung A ini kemudian dibagi kembali untuk client-client yang terdapat pada gedung A. Pembagian bandwidth disesuaikan dengan jumlah komputer yang ada yaitu sebanyak 68 komputer dengan bandwidth masing-masing komputer sebesar kurang lebih 14kbps.

Gambar berikut adalah bentuk jaringan komputer pada gedung A sebelum dilakukan analisis dan implementasi.


(40)

Gedung A pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terdiri dari 4 lantai yang terdiri dari 43 ruangan. Lantai 1 terdiri dari 5 ruangan terdapat 2 komputer, 1 wireless access point dan 1 HUB 12 port. Lantai 2 terdiri dari 11 ruangan terdapat 11 komputer, 1 wireless access point dan 2 HUB 12 port.

Lantai 3 terdiri dari 15 ruangan terdapat 37 komputer, 1 wireless access point, 4 komputer server, 1 router dan 3 HUB terdiri dari 1, 12 port dan 2, 24 port dan terakhir lantai 4 terdiri dari 12 ruangan terdapat 18 komputer, 1 wireless router dan 2 HUB terdiri dari 12 port dan 24 port.

Pada gedung A terdapat 4 server pada lantai 3 yang terdiri dari : 1) mail.vsi.esdm.go.id (202.51.233.201/28)

2) ns1.vsi.esdm.go.id (202.51.233.205/28) 3) portal.vsi.esdm.go.id (202.51.233.195/28) 4) ftp.vsi.esdm.go.id (202.51.233.197/28)

Router pada lantai 3 di telah set pada IP 192.168.50.2 (menggunakan IP address kelas C dengan 27 bit) dan client-client di gedung A diberikan IP address dari 192.168.50.3 – 192.168.50.120, akan tetapi tidak semua IP address terpakai, tersisa 50 IP address. IP address yang tidak terpakai ini dialokasikan untuk apabila ada penambahan komputer pada tiap-tiap lantai. Semua lantai telah diberi 10 IP address perlantai. Tersisa 10 IP address, digunakan apabila jatah penambahan IP Address perlantai gedung A telah habis.

3.2.1 Konfigurasi Router Gedung A

Langkah pertama yang dilakukan yaitu login ke dalam sistem router terlebih dahulu, sebelum masuk ke dalam sistem router akan ada authenticationterlebih dahulu menanyakan username dan password.


(41)

Gambar 3.27 Tampilan awal setting router

Langkah kedua yaitu setting network IP address router, setelah itu menentukan apakah router akan menggunakan dual wan atau DMZ.

Gambar 3.28 konfigurasi IP router


(42)

Langkah ketiga yaitu menentukan pembagian IP address bagi client pada gedung A.

Gambar 3.30 IP range

Langkah keempat memastikan apakah konfigurasi pada router telah benar, yaitu dengan melakukan ping atau memanggil IP address client ataupun domain suatu web.

Gambar 3.31 Ping Google.com

Langkah kelima apabila dirasa koneksi telah berjalan dengan benar dan baik, hal lain yang dilakukan yaitu pemblokiran situs-situs tertentu atau blokir melalui keyword memakaifirewall pada sistem router.


(43)

Langkah keenam yang dilakukan adalah pembagian jatah bandwidth kepada tiap-tiap client yang ada pada gedung A. Seperti terlihat dibawah, jatah upstream dan downstream router 512kbps. 512kbps ini akan dibagi sesuai dengan jumlah komputer yang ada pada gedung A ini.

Gambar 3.33Bandwidth Management

3.2.2 Konfigurasi Wireless

Dikarenakan gedung A Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ini terdiri dari banyak ruangan pada tiap lantai membuat jangkauan sinyal wireless menjadi lemah. Agar sinyal wireless menjadi lebih kuat maka diadakan beberapa perubahan sebagai berikut :

a. Menempatkan access point di pusat lokasi atau ruangan tengah. b. Memindahkan access point jauh dari lantai dan jauh dari

dinding dan juga benda-benda yang terbuat dari logam. Metal, dinding, lantai akan mengganggu sinyal wireless. Makin dekat gangguan ini dari access point, membuat lemah koneksinya. c. Update firmware atau driver wireless adapter. Produsen

perangkat wireless secara berkala melakukan perbaikan gratis untuk produk mereka. Perbaikan ini bisa meningkatkan kinerjanya


(44)

(45)

3.2.3 Topologi dan Hardware Yang Digunakan

3.2.3.1 Topologi Jaringan

Jenis topologi yang dipakai di gedung A ini adalah topologi star, karena mempunyai kelebihan-kelebihan seperti berikut :

a. Mudah dalam pemasangan dan perkabelan.

b. Tidak mengakibatkan gangguan pada jaringan ketika akan memasang atau memindahkan perangkat jaringan lainnya.

c. Mudah dalam pendeteksian masalah.

Gambar 3.35 Topologi Star

3.2.3.2 Router

Router adalah perangkat yang akan melewatkan paket IP dari suatu jaringan ke jaringan yang lain, menggunakan metode addressing dan protocol tertentu untuk melewatkan paket data tersebut.

Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari satu jaringan ke jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya. Router-router yang saling terhubung dalam jaringan internet turut serta dalam sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik yang dilalui paket IP


(46)

dari system ke system lain. Proses routing dilakukan secara hop by hop.

IP tidak mengetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket. IP routing hanya menyediakan IP address dari router berikutnya yang menurutnya lebih dekat ke host tujuan.

Fungsi :

a. Membaca alamat logika / ip address source & destination untuk menentukan routing dari suatu LAN ke LAN lainnya.

b. Menyimpan routing table untuk menentukan rute terbaik antara LAN ke WAN.

c. Perangkat di layer 3 OSI Layer.

d. Bisa berupa “box” atau sebuah OS yang menjalankan sebuah daemon routing.

e. Interfaces Ethernet, Serial, ISDN BRI.

Gambar 3.36 Router

3.2.3.3 HUB/Switch

Secara sederhana, hub adalah perangkat penghubung. Pada jaringan bertopologi star, hub adalah perangkat dengan banyak port yang memungkinkan beberapa titik (dalam hal ini komputer yang sudah memasang NIC) bergabung menjadi satu jaringan. Pada jaringan sederhana, salah satu port pada hub terhubung ke komputer server. Bisa juga hub tak langsung terhubung ke server tetapi juga ke


(47)

hub lain, ini terutama terjadi pada jaringan yang cukup besar. Hub memiliki 4 - 24 port plus 1 port untuk ke server atau hub lain. Sebagian hub terutama dari generasi yang lebih baru bisa ditumpuk (stackable) untuk mendukung jumlah port yang lebih banyak. Jumlah tumpukan maksimal bergantung dari merek hub, rata-rata mencapai 5 - 8. Hub yang bisa ditumpuk biasanya pada bagian belakangnya terdapat 2 port untuk menghubungkan antar hub. Dari sisi pengelolaan ada dua jenis hub, yaitu manageable hub dan unmanageable hub. Manageable hub adalah hub yang bisa dikelola melalui software sedangkan unmanageable hub tak bisa. Satu hal yang perlu diingat, hub hanya memungkinkan pengguna untuk berbagi (share) jalur yang sama. Kumpulan hub yang membentuk jaringan hub disebut sebagai “shared Ethernet.” Pada jaringan terbagi seperti itu, setiap anggota hanya akan mendapatkan persentase tertentu dari bandwidth jaringan yang ada. Misalkan jaringan yang digunakan adalah Ethernet 10Mbps dan pada jaringan tersebut tersambung 10 komputer, maka secara kasar jika semua komputer secara bersama mengirimkan data, bandwidth rata-rata yang bisa digunakan oleh masing-masing anggota jaringan tersebut hanyalah 1Mbps.

Pada gedung A, HUB yang dipakai hanya 2 tipe port yaitu port 12 dan port 24.


(48)

3.2.3.4 Wireless

Teknologi wireless yang memiliki fleksibilitas, mendukung mobilitas, memiliki teknik frekuency reuse, selular dan handover, menawarkan efisiensi dalam waktu (penginstalan) dan biaya (pemeliharaan dan penginstalan ulang di tempat lain), mengurangi pemakaian kabel dan penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Gedung A menggunakanwireless a/b/g.

Gambar 3.30 JaringanWireless

3.2.3.5 Kabel

Kabel adalah alat penghubung untuk mengirim informasi dari suatu komputer ke komputer lain. Ada beberapa macam tipe kabel yang umumnya digunakan pada LAN. Dalam beberapa kasus, sebuah jaringan hanya menggunakan satu macam tipe kabel yang berbeda. Kabel yang dipilih adalah berdasarkan topologi jaringan, protokol jaringan, dan ukurannya. Hal ini sangat penting untuk diketahui karena kesuksesan jaringan bergantung dari semua perihal tersebut. Kabel jaringan yang umum digunakan pada jaringan lokal diantaranya

a. Kabelunshielded twisted pair (UTP) b. Kabelshielded twisted pair (STP) c. Kabelkoaksial


(49)

Gambar 3.39 Kabel UTP

3.3 Hasil Analisis dan Implementasi Gedung B

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menggunakan ISP Jalawave dengan bandwidth pada server sebesar 1Mbps hingga 2Mbps. Bandwidth ini dibagi dua untuk dua gedung yaitu gedung A dan gedung B. Gedung B mendapat bandwidth sebesar 1Mbps. Bandwidth pada gedung B ini kemudian dibagi kembali untuk client-client yang terdapat pada gedung B. Pembagian bandwidth disesuaikan dengan jumlah komputer yang ada yaitu sebanyak 78 komputer dengan bandwidth masing-masing komputer sebesar kurang lebih 12kbps.

Gambar berikut adalah bentuk jaringan komputer pada gedung A sebelum dilakukan analisis dan implementasi.


(50)

Gedung B pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terdiri dari 4 lantai yang terdiri dari 53 ruangan. Lantai 1 terdiri dari 8 ruangan terdapat 8 komputer, 1 wireless router dan 1 HUB 12 port, lantai 2 terdiri dari 11 ruangan terdapat 9 komputer, 1 wireless router dan 1 HUB 12 port, lantai 3 terdiri dari 13 ruangan terdapat 37 komputer, 1 wireless router, 1 router dan 3 HUB terdiri dari 1, 12 port dan 2, 24 port dan terakhir lantai 4 terdiri dari 20 ruangan terdapat 24 komputer, 1 wireless router dan 2 HUB terdiri dari 12 port dan 24 port.

Router pada lantai 3 di telah set pada IP 192.168.50.1 (menggunakan IP address kelas C) dan client-client di gedung B diberikan IP address dari 192.168.50.121 – 192.168.50.254, akan tetapi tidak semua IP address terpakai, tersisa 56 IP address. IP address yang tidak terpakai ini dialokasikan untuk apabila ada penambahan komputer pada tiap-tiap lantai. Lantai 1 memperoleh 11 IP address yaitu dari 192.168.50.199 – 192.168.50.200, sedangkan lantai sisanya telah diberi 10 IP address perlantai. Tersisa 15 IP address, digunakan apabila jatah penambahan IP Address perlantai gedung B telah habis.

3.3.1 Konfigurasi Router MikroTik Gedung B 3.3.1.1 Setting Firewall MikroTik

Untuk mengamankan router mikrotik dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti traffic virus dan excess ping maka dilakukan setting pada router MikroTik dengan memberi coding agar :

a. Router mikrotik hanya dapat diakses FTP, SSH, Web dan Winbox dari IP yang didefinisikan dalam address-list “ournetwork” sehingga tidak bisa diakses dari sembarang tempat.

b. Port-port yang sering dimanfaatkan virus di blok sehingga trafik virus tidak dapat dilewatkan, tetapi perlu diperhatikan jika ada user yang kesulitan mengakses service tertentu harus dicek pada = ”virus” apakah port yang dibutuhkan user tersebut terblok oleh firewall.


(51)

3.3.1.2 Setting Gateway MikroTik

Berikut adalah langkah-langkah konfigurasi Gateway. a. Login Pada Mikrotik Routers melalui console. b. Memberikan IP address pada interface Mikrotik. c. Melihat konfigurasi IP address yang sudah kita berikan. d. Memberikan default Gateway, gateway untuk koneksi

internet adalah 202.51.233.193

e. Melihat Tabel routing pada Mikrotik Routers. f. Tes Ping ke Gateway untuk memastikan konfigurasi

sudah benar.

g. Setup DNS pada Mikrotik Routers.

h. Tes untuk akses domain, misalnya dengan ping nama domain.

i. SetupMasquerading, Jika Mikrotik akan kita pergunakan sebagai gateway server maka agar client computer pada network dapat terkoneksi ke internet perlu kitamasquerading.


(52)

3.3.2 Konfigurasi Wireless

Gedung B Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ini baru dalam pemasangan perangkat wireless. Perlantai terpasang 1 wireless access point, karena banyaknya ruangan maka sinyal wireless menjadi lemah, untuk mengantisipasinya dilakukan beberapa cara sebagai berikut :

a. Menempatkan access point pada tengah ruangan, karena sinyal wireless menyebar 360 derajat ke segala arah.

b. Menggunakan brand wireless yang sama ditiap lantai. c. Menjauhkan dari Televisi / Telepon Cordless.

d. Menganti Channel Wireless yang digunakan.

e. Upgrade Firmware Access Point / Router dengan Firmware yang terbaru. Performance akan lebih baik setelah Firmware di update.

Dengan melakukan hal-hal diatas, jangkauan sinyal bisa lebih jauh dari biasanya. Umumnya jangkauan Access Point adalah 300Feet atau 100 meter bila tanpa halangan dan interferensi sinyal.


(53)

(54)

3.3.3 Topologi dan Hardware Yang Digunakan

3.3.3.1 Topologi Jaringan

Topologi tiap lantai pada gedung B sama dengan topologi pada gedung A yaitu menggunakan topologi star.

3.3.3.2 Router

Gedung B Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada lantai 3 memakai router microTik sebagai pencari jalur terbaik dalam pengiriman paket data atau informasi.

MikroTik RouterOS™, merupakan sistem operasi Linux base yang diperuntukkan sebagai network router. Didesain untuk memberikan kemudahan bagi penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan melalui Windows Application (WinBox). Selain itu instalasi dapat dilakukan pada Standard komputer PC (Personal Computer). PC yang akan dijadikan router mikrotik pun tidak memerlukan resource yang cukup besar untuk penggunaan standard, misalnya hanya sebagai gateway. Untuk keperluan beban yang besar (network yang kompleks, routing yang rumit) disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan resource PC yang memadai.

Gambar 3.42 Router microTik

BUILT-IN Hardware MikroTik dalam bentuk perangkat keras yang khusus dikemas dalam board router yang didalamnya sudah terinstal MikroTik RouterOS.


(55)

Fitur-fitur Mikrotik :

1.Address List : Pengelompokan IP Address berdasarkan nama 2.Asynchronous : Mendukung serial PPP dial-in / dial-out, dengan

otentikasi CHAP, PAP, MSCHAPv1 dan MSCHAPv2, Radius, dial on demand, modem pool hingga 128 ports.

3. Bonding : Mendukung dalam pengkombinasian beberapa antarmuka ethernet ke dalam 1 pipa pada koneksi cepat.

4. Bridge : Mendukung fungsi bridge spinning tree, multiple bridge interface,bridging firewalling.

5. Data Rate Management : QoS berbasis HTB dengan penggunaan burst, PCQ, RED, SFQ, FIFO queue, CIR, MIR, limit antarpeer to peer.

6. DHCP : Mendukung DHCP tiap antarmuka; DHCP Relay; DHCP Client, multiple network DHCP; static and dynamic DHCPleases.

7. Firewall dan NAT : Mendukung pemfilteran koneksi peer to peer, source NAT dan destination NAT. Mampu memfilter berdasarkan MAC, IP address, range port, protokol IP, pemilihan opsi protokol seperti ICMP, TCP Flags dan MSS. 8. Hotspot : Hotspot gateway dengan otentikasi RADIUS.

Mendukung limit data rate, SSL ,HTTPS.

9. IPSec : Protokol AH dan ESP untuk IPSec; MODP Diffie-Hellmann groups 1, 2, 5; MD5 dan algoritma SHA1 hashing; algoritma enkirpsi menggunakan DES, 3DES, 128, AES-192, AES-256; Perfect Forwarding Secresy (PFS) MODP groups 1, 2,5

10. ISDN : mendukung ISDN dial-in/dial-out. Dengan otentikasi PAP, CHAP, MSCHAPv1 dan MSCHAPv2, Radius. Mendukung 128K bundle, Cisco HDLC, x751, x75ui, x75bui line protokol.


(56)

11. M3P : MikroTik Protokol Paket Packer untuk wireless links dan ethernet.

12. MNDP : MikroTik Discovery Neighbour Protokol, juga mendukung Cisco Discovery Protokol (CDP).

13. Monitoring / Accounting : Laporan Traffic IP, log, statistik graph yang dapat diakses melalui HTTP.

14. NTP : Network Time Protokol untuk server dan clients; sinkronisasi menggunakan system GPS.

15.Poin to Point Tunneling Protocol : PPTP, PPPoE dan L2TP Access Consentrator; protokol otentikasi menggunakan PAP, CHAP, MSCHAPv1, MSCHAPv2; otentikasi dan laporan Radius; enkripsi MPPE; kompresi untuk PPoE; limit data rate. 16. Proxy : Cache untuk FTP dan HTTP proxy server, HTTPS

proxy; transparent proxy untuk DNS dan HTTP; mendukung protokol SOCKS; mendukung parent proxy; static DNS.

17. Routing : Routing statik dan dinamik; RIP v1/v2, OSPF v2, BGP v4.

18. SDSL : Mendukung Single Line DSL; mode pemutusan jalur koneksi dan jaringan.

19.Simple Tunnel :Tunnel IPIP dan EoIP (Ethernet over IP). 20. SNMP : Simple Network Monitoring Protocol mode akses

read-only.

21. Synchronous : V.35, V.24, E1/T1, X21, DS3 (T3) media ttypes; sync-PPP, Cisco HDLC; Frame Relay line protokol; ANSI-617d (ANDI atau annex D) dan Q933a (CCITT atau annex A); Frame Relay jenis LMI.

22. Tool : Ping, Traceroute; bandwidth test; ping flood; telnet; SSH;packet sniffer; Dinamik DNS update.

23. UPnP : Mendukung antarmuka Universal Plug and Play. 24. VLAN : Mendukung Virtual LAN IEEE 802.1q untuk jaringan

ethernet dan wireless; multiple VLAN; VLAN bridging. 25. VoIP : Mendukung aplikasi voice over IP.


(57)

26. VRRP : MendukungVirtual Router Redudant Protocol. 27. WinBox : Aplikasi mode GUI untuk meremote dan

mengkonfigurasi MikroTik RouterOS.

3.3.3.3 HUB/Switch

Hub menghubungkan semua komputer yang terhubung ke LAN. Hub adalah repeater dengan jumlah port banyak (multiport repeater). Hub tidak mampu menentukan tujuan; Hub hanya mentrasmisikan sinyal ke setiap line yang terkoneksi dengannya, menggunakan mode half-duplex.

Pada gedung B HUB yang dipakai hanya 2 tipe port yaitu port 12 dan port 24.

Gambar 3.43 HUB 12 port

3.3.3.4 Wireless

Teknologi Wireless LAN menjadi sangat popular saat ini di banyak aplikasi. Wireless LAN bekerja dengan menggunakan gelombang radio. Sinyal radio menjalar dari pengirim ke penerima melalui free space, pantulan, difraksi, Line of Sight dan Obstructed LOS. Ini berarti sinyal radio tiba di penerima melalui banyak jalur (Multipath), dimana tiap sinyal (pada jalur yang berbeda-beda) memiliki level kekuatan, delay dan fasa yang berbeda-beda.

Gedung B pada tiap lantai menggunakan jaringan wireless a/b/g dengan frekuensi 2,4Ghz-5Ghz dan kecepatan hingga 11Mbps-54Mbps.


(58)

3.3.3.5 Kabel

Kabel jenis UTP ini terdapat 2 tipe yaitu shielded dan unshielded, unshielded adalah pilihan yang terbaik dalam suatu jaringan.

Pada gedung B tidak jauh berbeda dalam penggunaan jenis kabel, yaitu kabel jenis UTP.

Gambar 3.44 Kabel UTP

3.4 Pengabungan Jaringan Gedung A dan Gedung B

Letak gedung A dan gedung B terpisah dengan jarak kurang lebih 50 meter. Untuk mengabungkan jaringan komputer dari ke dua gedung tersebut dibutuhkan beberapa hardware untuk membantu dan mempermudah pengkoneksian ke dua jaringan tersebut.


(59)

Hardware yang dibutuhkan antara lain : 1) Kabel UTP

2) Repeater 3) Bridge

Kabel UTP mempunyai range jangkauan pengiriman data atau informasi yang terbatas, sehingga dibutuhkan hardware tambahan yaitu repeater. Repeater bekerja pada layer fisik jaringan, menguatkan sinyal dan mengirimkan dari satu repeater ke repeater lain. Repeater tidak merubah informasi yang ditransmisikan dan repeater tidak dapat memfilter informasi. Repeater hanya berfungsi membantu menguatkan sinyal yang melemah akibat jarak, sehingga sinyal dapat ditransmisikan ke jarak yang lebih jauh.

Karena perbedaan jaringan komputer pada masing-masing gedung maka diperlukan bridge untuk menghubungkan jaringan komputer kedua gedung tersebut. Bridge adalah perangkat yang berfungsi menghubungkan beberapa jaringan terpisah. Bridge bisa menghubungkan tipe jaringan berbeda (seperti Ethernet dan Fast Ethernet) atau tipe jaringan yang sama. Bridge memetakan alamat Ethernet dari setiap node yang ada pada masing-masing segmen jaringan dan memperbolehkan hanya lalu lintas data yang diperlukan melintasi bridge. Ketika menerima sebuah paket, bridge menentukan segmen tujuan dan sumber. Jika segmennya sama, paket akan ditolak, jika segmennya berbeda, paket diteruskan ke segmen tujuannya. Bridge juga bisa mencegah pesan rusak untuk tak menyebar keluar dari satu segmen.

Tidak perlu memerlukan banyak konfigurasi dalam penggunaan bridge atau repeater ini, karena tinggal memasang dari HUB yang paling dekat dengan router gedung A dihubungkan dengan HUB yang paling dekat dengan router gedung B. Bridge ini diletakan antara gedung A dan gedung B diiringi dengan repeater sebagai penguat sinyal.


(60)

55 4.1 Kesimpulan

Dari kerja praktek yang penulis lakukan di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dalam teknik pemasangan suatu jaringan komputer untuk penyatuan gedung A dan Gedung B diperlukan konfigurasi di beberapa segmen selain hardware dan software sebagai pendukungnya.

2. Konfigurasi yang kami analisis yaitu :

a. Memilih model pengkabelan (fiber Optik, UTP,Coaxial). b. Menentukan bentuk topologi jaringan ( Bus, Ring, Star ). c. Menentukan teknologi client-server / peer to peer. d. MikroTik RouterOS™ .

e. Bridge Gedung A dan Gedung B.

3. Software dan Hardware yang di perlukan adalah sebagai berikut : a. MikroTik RouterOS™

b. Kabel UTP, RJ45, Krimping c. Router

d. Repeater e. Hub f. Switch g. Bridge


(61)

4.2 Saran

Melihat masih adanya kendala di lapangan, saran yang dapat penulis berikan untuk meningkatkan performa jaringan yang diterapkan, seperti yang di bahas pada usulan solusi di Bab III yaitu :

a. Pemasangan MikroTik RouterOS™ di Gedung A agar jaringan di ke dua gedung lebih handal.

b. Penambahan jumlah Wireless di tiap lantai di kedua gedung, agar sinyal wireless menjangkau semua ruangan.

c. Sebaiknya dilakukan maintenance untuk perawatan jaringan dalam jangka waktu 2 bulan sekali.

d. Pembagian IP address untuk client pada router tiap gedung ditambah, karena asumsi penambahan komputer yang banyak.


(62)

57

Agunk (2009, diakses 18 Januari 2010), Belajar Jaringan, www.agunkbelajar.wordpress.com/2009/11/5/pengertian-microtik.

Dandy, Farhan. (2007, diakses 18 Januari 2010), Jaringan Komputer, www.slipperybrick.com/wp-content/uploads/2007/09.

Herlambang, Moch. Linto, Catur L, Azis. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Router Masa Depan Menggunakan MikroTik RouterOS™. ANDI Publisher : Yogyakarta.

Irawan, Budhi.,Belajar Jaringan Komputer, Graha Ilmu, Yokyakarta, 2005.

Mansur, R. (2009), KAJIAN PENGGUNAAN MIKROTIK ROUTER OS™ SEBAGAI ROUTER PADA JARINGAN KOMPUTER, Teknik Informatika, Sriwijaya, 10–13.


(1)

52

26. VRRP : MendukungVirtual Router Redudant Protocol. 27. WinBox : Aplikasi mode GUI untuk meremote dan

mengkonfigurasi MikroTik RouterOS.

3.3.3.3 HUB/Switch

Hub menghubungkan semua komputer yang terhubung ke LAN. Hub adalah repeater dengan jumlah port banyak (multiport repeater). Hub tidak mampu menentukan tujuan; Hub hanya mentrasmisikan sinyal ke setiap line yang terkoneksi dengannya, menggunakan mode half-duplex.

Pada gedung B HUB yang dipakai hanya 2 tipe port yaitu port 12 dan port 24.

Gambar 3.43 HUB 12 port

3.3.3.4 Wireless

Teknologi Wireless LAN menjadi sangat popular saat ini di banyak aplikasi. Wireless LAN bekerja dengan menggunakan gelombang radio. Sinyal radio menjalar dari pengirim ke penerima melalui free space, pantulan, difraksi, Line of Sight dan Obstructed LOS. Ini berarti sinyal radio tiba di penerima melalui banyak jalur (Multipath), dimana tiap sinyal (pada jalur yang berbeda-beda) memiliki level kekuatan, delay dan fasa yang berbeda-beda.

Gedung B pada tiap lantai menggunakan jaringan wireless a/b/g dengan frekuensi 2,4Ghz-5Ghz dan kecepatan hingga 11Mbps-54Mbps.


(2)

3.3.3.5 Kabel

Kabel jenis UTP ini terdapat 2 tipe yaitu shielded dan unshielded, unshielded adalah pilihan yang terbaik dalam suatu jaringan.

Pada gedung B tidak jauh berbeda dalam penggunaan jenis kabel, yaitu kabel jenis UTP.

Gambar 3.44 Kabel UTP

3.4 Pengabungan Jaringan Gedung A dan Gedung B

Letak gedung A dan gedung B terpisah dengan jarak kurang lebih 50 meter. Untuk mengabungkan jaringan komputer dari ke dua gedung tersebut dibutuhkan beberapa hardware untuk membantu dan mempermudah pengkoneksian ke dua jaringan tersebut.


(3)

54

Hardware yang dibutuhkan antara lain : 1) Kabel UTP

2) Repeater 3) Bridge

Kabel UTP mempunyai range jangkauan pengiriman data atau informasi yang terbatas, sehingga dibutuhkan hardware tambahan yaitu repeater. Repeater bekerja pada layer fisik jaringan, menguatkan sinyal dan mengirimkan dari satu repeater ke repeater lain. Repeater tidak merubah informasi yang ditransmisikan dan repeater tidak dapat memfilter informasi. Repeater hanya berfungsi membantu menguatkan sinyal yang melemah akibat jarak, sehingga sinyal dapat ditransmisikan ke jarak yang lebih jauh.

Karena perbedaan jaringan komputer pada masing-masing gedung maka diperlukan bridge untuk menghubungkan jaringan komputer kedua gedung tersebut. Bridge adalah perangkat yang berfungsi menghubungkan beberapa jaringan terpisah. Bridge bisa menghubungkan tipe jaringan berbeda (seperti Ethernet dan Fast Ethernet) atau tipe jaringan yang sama. Bridge memetakan alamat Ethernet dari setiap node yang ada pada masing-masing segmen jaringan dan memperbolehkan hanya lalu lintas data yang diperlukan melintasi bridge. Ketika menerima sebuah paket, bridge menentukan segmen tujuan dan sumber. Jika segmennya sama, paket akan ditolak, jika segmennya berbeda, paket diteruskan ke segmen tujuannya. Bridge juga bisa mencegah pesan rusak untuk tak menyebar keluar dari satu segmen.

Tidak perlu memerlukan banyak konfigurasi dalam penggunaan bridge atau repeater ini, karena tinggal memasang dari HUB yang paling dekat dengan router gedung A dihubungkan dengan HUB yang paling dekat dengan router gedung B. Bridge ini diletakan antara gedung A dan gedung B diiringi dengan repeater sebagai penguat sinyal.


(4)

55 4.1 Kesimpulan

Dari kerja praktek yang penulis lakukan di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dalam teknik pemasangan suatu jaringan komputer untuk penyatuan gedung A dan Gedung B diperlukan konfigurasi di beberapa segmen selain hardware dan software sebagai pendukungnya.

2. Konfigurasi yang kami analisis yaitu :

a. Memilih model pengkabelan (fiber Optik, UTP,Coaxial). b. Menentukan bentuk topologi jaringan ( Bus, Ring, Star ). c. Menentukan teknologi client-server / peer to peer. d. MikroTik RouterOS™ .

e. Bridge Gedung A dan Gedung B.

3. Software dan Hardware yang di perlukan adalah sebagai berikut : a. MikroTik RouterOS™

b. Kabel UTP, RJ45, Krimping c. Router

d. Repeater e. Hub f. Switch g. Bridge


(5)

56

4.2 Saran

Melihat masih adanya kendala di lapangan, saran yang dapat penulis berikan untuk meningkatkan performa jaringan yang diterapkan, seperti yang di bahas pada usulan solusi di Bab III yaitu :

a. Pemasangan MikroTik RouterOS™ di Gedung A agar jaringan di ke dua gedung lebih handal.

b. Penambahan jumlah Wireless di tiap lantai di kedua gedung, agar sinyal wireless menjangkau semua ruangan.

c. Sebaiknya dilakukan maintenance untuk perawatan jaringan dalam jangka waktu 2 bulan sekali.

d. Pembagian IP address untuk client pada router tiap gedung ditambah, karena asumsi penambahan komputer yang banyak.


(6)

57

Agunk (2009, diakses 18 Januari 2010), Belajar Jaringan,

www.agunkbelajar.wordpress.com/2009/11/5/pengertian-microtik.

Dandy, Farhan. (2007, diakses 18 Januari 2010), Jaringan Komputer,

www.slipperybrick.com/wp-content/uploads/2007/09.

Herlambang, Moch. Linto, Catur L, Azis. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Router Masa Depan Menggunakan MikroTik RouterOS™. ANDI Publisher : Yogyakarta.

Irawan, Budhi.,Belajar Jaringan Komputer, Graha Ilmu, Yokyakarta, 2005.

Mansur, R. (2009), KAJIAN PENGGUNAAN MIKROTIK ROUTER OS™ SEBAGAI ROUTER PADA JARINGAN KOMPUTER, Teknik Informatika, Sriwijaya, 10–13.