Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat

i

ANALISIS PERILAKU LEMBAGA PEMASARAN IKAN MAS
DI KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

RIRIN ADELINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perilaku
Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Ririn Adelina
NIM H34100033

ii

ABSTRAK
RIRIN ADELINA. Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten
Pasaman Sumatera Barat. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola saluran pemasaran ikan
mas yang tercipta dan perilaku lembaga pemasaran ikan mas. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner dengan wawancara.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data pada setiap lembaga

pemasaran. Hasil penelitian ini adalah adanya 5 pola saluran pemasaran yang
tercipta. Perilaku lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman dapat
dilihat dari setiap lembaga pemasaran ikan mas. Pedagang pengumpul cenderung
memiliki kekuatan baik dari permodalan maupun penguasaan output pemasaran
sehingga dapat menguasai pemasaran. Pedagang grosir sendiri juga memiliki
posisi tawar yang kuat terhadap pedagang pengecer karena pedagang pengecer
tidak ada alternatif pembelian ikan mas kecuali kepada pedagang grosir.
Pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga pasar karena pedagang
pengecer hanya menerima harga yang diberikan oleh pedagang pengumpul dan
pedagang grosir.
Kata kunci: perilaku lembaga dan pola saluran pemasaran

ABSTRACT
RIRIN ADELINA. Behavior Analysis of Goldfish Marketing institutions in
Pasaman Districk West. Supervised by BURHANUDDIN.
This study was conducted to analyze the pattern of marketing channels and
behavior of goldfish marketing institutions. The method used in this study is
questionnaire survey. This research was conducted by analyzing data on any
marketing agents. The results were there are 5 patterns of marketing channels,
Behavioral of goldfish marketing agents at Pasaman district can be seen from any

marketing agent of goldfish. Traders tend to have more power both from financial
and authority of marketing output, thus have control over marketing. Wholesalers
also have strong bargain position over retailers, because retailers have no alternate
seller of goldfish aside from the wholesalers. Retailers can not affect market price,
for they only accept price given by traders and wholesalers.
Keywords : agency behavior and marketing channel patterns

iii

ANALISIS PERILAKU LEMBAGA PEMASARAN IKAN MAS
DI KABUPATEN PASAMAN SUMTERA BARAT

RIRIN ADELINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten
Pasaman Sumatera Barat
Nama
: Ririn Adelina
NIM
: H34100033

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin, MM

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, Msi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
pemasaran, dengan judul Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di
Kabupaten Pasaman Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, MM
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Ujaswan dari penyuluh perikanan di Kecamatan Rao Selatan dan Bapak

Dodi Yanto selaku ketua Pokdakan Mina Maju Sejahtera, yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Ririn Adelina

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

1
5
6
6
7

7

Lembaga dan Saluran Tataniaga
Fungsi Pemasaran
Struktur Pasar
Perilaku Pasar
KERANGKA PEMIKIRAN

7
8
9
10
11

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

11
18

20

Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

20
20
20
21
22

Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas
HASIL DAN PEMBAHASAN

22
24

26

Pola Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Struktur Pasar
Perilaku Pasar
Efisiensi Pemasaran
SIMPULAN DAN SARAN

26
28
31
33
35
38

DAFTAR PUSTAKA

39


LAMPIRAN

41

RIWAYAT HIDUP

51

viii

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Perkembangan produksi perikanan Sumatera Barat tahun 2008-2012
(Ton)
Produksi budidaya perikanan menurut jenis budi daya
dan kabupaten/kota (ton) 2012
Produksi ikan buidaya per kecamatan 2011
Konsumsi ikan/kapita/tahun Kabupaten Pasaman
Produksi ikan Kabupaten Pasaman 2013
Kenaikan harga ikan mas Januari 2013-Maret 2014 di Kabupaten
Pasaman
Struktur pasar
Pengalam usaha pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman tahun
2014
Kelompok umur pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman
Kelompok pendidikan terakhir pembudidaya ikan mas di Kabupaten
Pasaman
Pengalaman usaha dan pendidikan terakhir pedagang pengumpul 2014
Tujuan penjualan pembudidaya 2014
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran
Karateristik struktur pasar
Karakteristik perilaku pasar
Marjin, biaya dan keuntungan pemasaran serta farmer’s share
di Kabupaten Pasaman (Rp/kg)
Marjin, biaya dan keuntungan pemasaran serta farmer’s share
di luar Kabupaten Pasaman (Rp/kg)

1
2
3
4
5
5
16
23
23
23
24
26
28
31
34
36
37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Skema saluran tataniaga perikanan
Kerangka pemikiran operasional
Pola saluran pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman 2014

12
18
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Peta daerah Kabupaten Pasaman
Dokumentasi penelitian
Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang pengumpul
Rincian biaya pedagang pengumpul
Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang grosir
Rincian biaya pedagang grosir
Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang pengecer

41
42
43
44
45
46

ix

di Kabupaten Pasaman
8 Rincian biaya pedagang pengecer di Kabupaten Pasaman
9 Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang pengecer luar
Kabupaten Pasaman
10 Rincian biaya pedagang pengecer luar Kabupaten Pasaman

47
48
49
50

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam
perairan. Pemanfaatan ini dapat dilakukan dalam berbagai hal baik produksi (budi
daya dan penangkapan) maupun pemasaran. Dalam produksi, perikanan terdiri
dari dua kegiatan yaitu kegiatan perikanan darat dan perikanan laut BPS (2012).
Salah satu daerah yang memanfaatkan sumberdaya perairan adalah daerah
Sumatera Barat, dimana dapat dilihat bahwa setiap tahun produksi perikanan di
Sumatera Barat dari 2008-2012 selalu meningkat (tabel 1).
Tabel 1 Perkembangan produksi perikanan Sumatera Barat tahun 2008-2012
(Ton)
Tahun
Kenaikan
Komoditi
Total (%)
2008
2009
2010
2011
2012
Umum
261 238 284 730 311 971 337 012 385 946
Kenaikan
8.99
9.57
8.03
14.52
10.28
(%)
Laut
187 043 191 345 192 658 196 512 197 460
Kenaikan
(%)
2.30
0.69
2.00
0.48
1.37
Darat
74 195
93 385 119 313 140 500 188 486
Kenaikan
(%)
25.86
27.76
17.76
34.15
26.39
Sumber: BPS (diolah) 2012

Produksi perikanan di Sumatera Barat selalu meningkat setiap tahunnya.
Hal itu dapat dilihat pada tabel di atas dimana produksi perikanan secara umum
mengalami rata-rata kenaikan lebih dari 10% setiap tahun. Produksi perikanan
yang bagus di Sumatera Barat adalah perikanan darat setiap tahun mengalami
peningkatan lebih dari 26%. Pertumbuhan perikanan darat megalami peningkatan
produksi yang sangat tinggi, hanya dalam kurun waktu lima tahun perikanan darat
Sumatera Barat meningkat lebih dari 2 kali lipat bila dibandingkan pada tahun
2008.
Tingginya produksi perikanan darat di Sumatera Barat tidak terlepas dari
produksi setiap daerah di Sumatera Barat. Salah satu daerah yang memproduksi
perikanan darat terbesar berada di daerah Kabupaten Pasaman (tabel 2).

2

Tabel 2

Produksi budidaya perikanan menurut jenis budi daya dan
kabupaten/kota (ton) 2012
Jenis Budidaya

Kabupaten/Kota
Kabupaten
Kep. Mentawai
Pesisir Selatan
Solok
Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
Kota
Padang
Solok
Sawah Lunto
Padang Panjang
Bukittinggi
Payakumbuh
Pariaman
Jumlah

2012*
2011
2010
2009
2008
Sumber: BPS 2013 (diolah)

Kolam

Sawah

46.12
3 638.63
1 026.50
3 522.50
2 760.70
20 956.89
4 569.56
23 501. 54
28 892.85
284.33
11 345.42
1 275.44

621.09
30.02
2 540.89
242.73
419.89
334.92
3 007.07
43.43
51.09
29.87

2 762.04
62.35
78.91
455.55
178.70
344.03
148.60
105 850.67
76 276.57
59 643.55
45 446.98
35 758.50

4.82
37.56
3.60
7 366.98
9 694.45
5 823.00
9 268.63
7 893.60

Jenis pemeliharaan di Kabupaten Pasaman ada di kolam dan sawah tetapi
bila dilihat dari Tabel 2 bahwa pembudidaya lebih banyak memelihara perikanan
darat di kolam. Ada 3 kecamatan di Kabupaten Pasaman yang memiliki produksi
perikanan darat yang tinggi (tabel 3).

3

Tabel 3 Produksi ikan buidaya per kecamatan 2011
Jenis Areal Pemeliharaan
Kecamatan
kolam (Ha)
1. Tigo nagari
2. Bonjol
3. Simpang Alahan Mati
4. Lubuk sikaping
5. Duo Koto
6. Panti
7. Padang Gelugur
8. Rao
9. Rao Utara
10. Rao Selatan
11. Mapat Tunggul
12. Mapat Tunggul Selatan
Jumlah/ Total 2011
2010
2009
2008
2007

98.78
79.49
21.80
21.80
144.28
2 187.52
4 214.96
6 610.27
337.95
8 077.97
47.59
22.60
21 865.01
16 965.24
13 369.63
2 136.24
2 270.10

Sumber : BPS 2011

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi perikanan darat dengan jenis
areal pemeliharaan kolam terbesar berada di Kecamatan Rao Selatan. Lalu diikuti
oleh Kecamatan Rao. Selanjutnya diikuti oleh Padang Gelugur dan seterusnya.
Jenis perikanan darat yang diproduksi oleh pembudidaya di Kabupaten Pasaman
sebagian besar adalah komoditas ikan mas (Tabel 5) hal ini dapat di lihat lebih
dari 58% produksi ikan Kabupaten Pasaman adalah ikan mas.
Tingginya produksi ikan mas di Kabupaten Pasaman menyebabkan
pemasaran ikan mas tidak dapat dilakukan hanya didaerah Kabupaten Pasaman,
karena produksi ikan mas sudah melebihi konsumsi masyarakat di Kabupaten
Pasaman. Tabel 4 menunjukkan konsumsi ikan di Kabupaten Pasaman secara
umum.

4

Tabel 4 Konsumsi ikan/kapita/tahun Kabupaten Pasaman
No Kecamatan
Tahun
2011
2012
1 Tigo Nagari
27
28
2 Simpang Alahan Mati
28
28
3 Bonjol
28
30
4 Lubuk Sikaping
32
32
5 Panti
28
28
6 Dua Koto
27
28
7 Padang Gelugur
27
28
8 Rao Selatan
29
32
9 Rao
30
30
10 Rao Utara
28
28
11 Mapat Tunggul
26
28
12 Mapat Tunggul Selatan
26
28
348
Jumlah
336
Rata-rata

28

29

2013
30
29
31
32
31
28
30
32
30
29
29
29
360
30

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman 2014 (diolah)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa setiap tahun konsumsi ikan di Kabupaten
Pasaman mengalammi peningkatan sehingga mencapai target konsumsi ikan di
Kabupaten Pasaman yaitu 30 kg/kapita/tahun. Apabila dibandingkan dengan
produksi ikan mas (Tabel 5), produksi ikan mas di Kabupaten Pasaman sudah
melebihi konsumsi masyarakat Kabupaten Pasaman sehingga dibutuhkan
pemasaran ikan mas ke luar daerah Kabupaten Pasaman.
Sebagai salah satu daerah sentra produksi ikan mas seharusnya
pembudidaya pembesaran ikan mas dan lembaga pemasaran ikan mas di
Kabupaten Pasaman mengetahui informasi pasar agar mengetahui kemana dan
kapan harus memasarkan ikannya. Selain itu memberikan pengaruh pada
peningkatan kesejahteraan dari para pelaku usaha ikan mas. Kesejahteraan yang
diterima pelaku usaha ikan mas sangat tergantung pada keuntungan dari harga
yang diterima dari hasil penjualan masing-masing pelaku usaha dan biaya-biaya
yang dikeluarkan.
Pemasaran ikan mas konsumsi dilakukan dari pembudidaya hingga sampai
kepada tangan konsumen. Agar pemasaran ikan mas berhasil maka petani harus
memperhatikan teknik pemanenan yang benar sampai pendistribusian yang
dilakukan oleh lembaga pemasaran untuk menjaga kualitas serta kesegaran ikan
mas dalam memenuhi keinginan konsumen.
Secara umum, fungsi utama yang dilakukan dalam pemasaran ikan mas
yaitu pengangkutan dan pengemasan. Pengangkutan merupakan fungsi pertama
yang perlu diperhatikan dalam pemasaran ikan mas. Karena biasanya tempat
pemeliharaan ikan terletak jauh dari daerah pemasaran, komoditi perikanan juga
kurang tahan lama, oleh karena itu agar ikan dapat diterima oleh konsumen dalam
keadaan segar maka harus melakukan pengemasan yang senyaman mungkin untuk

5

ikan mas dan pengangkutan harus dilakukan secepatnya dengan menggunakan
sarana dan prasarana yang memadai.
Tabel 5 Produksi ikan Kabupaten Pasaman 2013
No
Kecamatan
Produksi (Ton)
Mas
Nila
Lele
Gurami Lainnya
1 Tigo Nagari
0.96
21.30
62.40
22.70
1.24
2 Sp Alahan Mati
1.89
11.25
8.69
27.52
2.45
3 Bonjol
6.30
24.13
46.21
86.47
1.40
Lubuk
4 Sikaping
12.50
28.34
12.11
19.89
4.62
1
1
5 Panti
3 018.24 145.16 096.20
14.30 483.70
Padang
1
2
6 Gelugur
4 127.21 235.21 456.30
2.16 134.58
7 Duo Koto
22.45
31.25
5.34
6.50
6.25
2
8 Rao Selatan
6 586.14 785.49 864.40
2.40 524.00
1
9 Rao
5 782.17 308.14 984.66
3.19 201.86
10 Rao utara
158.24
16.57
0.90
7.67
11 Mapat Tunggul
12.00
4.00
40.74
12 MT Selatan
3.00
1.00
36.20
19
6
3
3
Jumlah
719.10 611.84 536.31 186.03 444.71
Persentase
58.87
19.74
10.56
0.56
10.28

Jumlah
108.60
51.80
164.51
77.46
5
757.60
7
955.46
71.79
10
762.43
8
280.02
183.38
44.74
40.20
33
497.99
100.00

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman (diolah)

Perumusan Masalah
Pembudidaya mengalami permasalahan dalam membudidayakan ikan mas,
yaitu tingginya harga pakan. Pakan didapatkan pembudidaya dari pedagang
pengumpul ikan mas. Harga pakan selalu mengalami kenaikan setiap bulannya.
Kurang lebih dari tahun 2013-2014 harga pakan sudah mengalami kenaikan
sebesar Rp 100 000. Kenaikan pakan yang terus menerus sangat merugikan
pembudidaya karena harga jual ikan mas tidak mengalami kenaikan yang dapat
merangsang pembudidaya untuk melakukan budi daya pembesaran ikan mas.
Apabila hal ini terus berlanjut maka akan mempengaruhi penawaran ikan mas,
sehingga pemasaran ikan mas akan terganggu. Tabel 6 menunjukkan kenaikan
harga ikan mas dalam kurun waktu 1 tahun.
Tabel 6 Kenaikan harga ikan mas Januari 2013-Maret 2014
Periode
Harga
Januari-Juli 2013
15 000
Agustus-Desember 2013
16 000
Desember 2013-Januri 2014
17 000
Januari-Maret 2014
21 000
Sumber: Data primer Februari-Maret 2014

6

Pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman melalui beberapa rantai
pemasaran untuk menyampaikan produk dari produsen primer (pembudidaya
pembesaran ikan mas) kepada lembaga pemasaran hingga sampai kepada
konsumen. Setiap rantai pemasaran yang ada memiliki perbedaan biaya yang
berpengaruh pada harga ikan mas dipasar. Perbedaan biaya terjadi karena
perbedaan perlakuan yang diberikan oleh masing-masing lembaga pemasaran ikan
mas.
Masalah pemasaran perikanan secara umum tidak terlepas dari ciri-ciri
perikanan itu sendiri dimana bersifat musiman, permintaan yang relatif stabil
setiap tahun, sifat ikan yang mudah busuk dan jumlah dan kualitas hasil produksi
dapat berubah-ubah akan mempengaruhi kelangsungan pemasaran perikanan
Hanafiah dan Saefuddin (1983). Permasalah pemasaran ikan mas juga tidak
terlepas dari ciri-ciri ikan mas itu sendiri yaitu musiman, cepat busuk dan
diproduksi dalam jumlah yang besar sedangkan sentra produksi tersebar dan jauh
dari pusat konsumsi sehingga akan mempengaruhi pendistribusian ikan mas
sampai kepada tangan konsumen akhir. Masalah waktu pendistribusian dan
penanganan yang benar dan cepat menjadi penentu karena ikan mas harus tetap
segar dan hidup sampai kepada tangan konsumen akhir. Apabila ikan mas tidak
sampai tepat waktu maka akan mempengaruhi penerimaan masing-masing pelaku
lembaga pemasaran. Dengan permasalahan yang sudah diuraikan maka perlu
dilakukan penelusuran pemasaran ikan mas mulai dari pembudidaya sampai
kepada konsumen agar produksi ikan mas tetap stabil dan diharapkan baik
pembudidaya maupun lembaga pemasaran ikan mas mendapatkan share yang
adil.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pola saluran pemasaran ikan mas yang tercipta dan lembaga
pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman?
2. Bagaimana Perilaku lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman bila
dilihat dari pola dan lembaga saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur
pasar, perilaku pasar serta efisiensi pemasaran?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pola saluran pemasaran ikan mas dan lembaga pemasaran ikan
mas di Kabupaten Pasaman.
2. Menganalisis perilaku lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman dengan menganalisis pola dan
lembaga saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar
serta efisiensi pemasaran.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

7

1. Bagi pembudidaya sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
melakukan budi daya ikan mas dan saluran pemasaran yang akan dipilih.
2. Bagi penulis merupakan sarana pengembangan wawasan serta pengalaman
dalam menganalisis permasalahan khususnya di bidang kelembagaan
pemasaran.
3. Bagi pelaku pemasaran ikan mas, sebagai bahan informasi untuk melihat
peluang bisnis dalam pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pasaman yaitu di kecamatan Rao
Selatan dan Kecamatan Padang Gelugur mengenai analisis perilaku lembaga
pemasaran ikan mas. Penelitian ini akan mengikuti saluran pemasaran dari
pembudidaya ikan mas hingga ke konsumen. Sehingga dapat diketahui perilaku
lembaga pemasaran ikan mas. Dalam penentapan harga, harga yang berlaku
adalah harga pada saat dilakukan penelitian. Daerah tujuan pemasaran hanya
dibatasi pada pemasaran di wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara
khususnya Padang Sidempuan. Kekurangan pada penelitian ini adalah dalam
pengambilan sampel dengan mennggunakkan metode snowball sampling tidak
mengambil semua sampel yang ditunjuk oleh informan sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Lembaga dan Saluran Tataniaga
Pemasaran merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam berbisnis. Begitu
juga dengan bisnis pembesaran ikan mas, pebisnis harus mengetahui kemana
produknya dijual, kapan dijual, dan bagaimana caranya. Hal itu menyebabkan
dibutuhkannya peranan lembaga pemasaran ikan mas. Lembaga pemasaran ikan
mas merupakan badan atau lembaga yang berusaha dalam pemasaran ikan mas.
Dalam pemasaran ikan secara umum lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
adalah pembudidaya, pengumpul, pedagang pengecer di dalam kecamatan atau di
luar kecamatan dan konsumen Fransiska (2003) dan Setiorini (2008). (Pasaribu
2011) menyimpulkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran ikan mas di Desa
Situ Daun yaitu Saluran 1 pembudidaya-pedagang pengumpul dalam kecamatanpedagang pengecer dalam kecamatan-kosumen. Saluran 2 pembudidaya-pedagang
pengumpul dalam kecamatan-pedagang pengumpul luar kecamatan-pedagang
pengecer luar kecamatan-konsumen. Saluran 3 pembudidaya-pedagang
pengumpul dalam kecamatan-pedagang pengecer luar kecamatan-pemancingankonsumen. Saluran yang prospektif untuk dikembangkan adalah saluran
pemasaran 2 karena bila dilihat dari volume penjualannya. Saluran ini merupakan
saluran yang paling banyak volume penjualannya dibandingkan dengan saluran
yang lain yaitu sebesar 4 672 kg atau sebesar 44.82% (pembudidaya pokdakan)
dan 4 710kg atau sebesar 40.99% (mandiri). Farmer share pada ke dua
pembudidaya sama baik diterima pembudidya mandiri dan pembudidaya yang

8

bergabung dengan pokdakan. Dari ketiga saluran pemasaran ikan mas ini tidak
terdapat alternatif saluran yang paling efisien karena pembudidaya menjual hasil
produksinya kepada pedagang pengumpul kecamatan.
Setiorini (2008) juga menyimpulkan pola pemasaran yang tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu yaitu Saluran 1 terdiri
dari pembudidaya-pedagang pengumpul-pedagang pengumpul luar kecamatanpedagang pengecer luar kecamatan-rumah makan. Saluran 2 terdiri dari
pembudidaya-pedagang pengumpul-pedagang pengecer. Saluran 3 pembudidayapedagang pengumpul-pedagang pengumpul luar kecamatan-pedagang pengecer
luar kecamatan. Saluran 4 terdiridari pembudidaya-pedagang pengumpulpedagang pengumpul luar kecamatan-pemancingan. Dari keempat saluran
pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang paling efisien berdasarkan
farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) adalah saluran 2 yang
melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pada
saluran 2, farmer’s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang
lainnya karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan
Ikan Mas lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan margin yang terbentuk
diantara pedagang perantara tidak terlalu besar.

Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pembudidaya ikan darat adalah
fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas sedangkan fungsi fisik tidak dilakukan
karena sudah dilakukan oleh pedagang pengumpul Harahap (2011) dan Setiorini
(2008). Fungsi pertukaran yang dilakukann oleh pembudidaya adalah fungsi
penjualan dimana pembudidaya ikan menjual hasil produksinya kepada pedagang
pengumpul dan biasanya kepada pedagang pengumpul langganannya Setiorini
(2008). Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pembudidaya adalah sortir, risiko,
pembiayaan, dan informasi pasar. Pembudidaya melakukan sortasi pada saat
pemanenan yaitu memilih bobot ikan yang bisa dikonsumsi. Sehingga mengalami
risiko pengurangan volume penjualan. Pembiayaan yang dilakukan oleh
pembudidaya adalah biaya pada saat produksi. Pemmbudidaya memiliki informasi
pasar yaitu informasi harga ikan dan informasi mengenai bobot ikan yang
diinginkan oleh konsumen Harahap (2011).
Pedagang pengumpul melakukan tiga fungsi pemasaran yaitu fungsi
pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul adalah penjualan dan pembelian. Pedagang pengumpul membeli ikan
mas dari pembudidaya dengan volume pembelian antara 600-2000 kg per hari dan
pembayaran dilakukan setelah ikan dijual oleh pedagang pengumpul kurang lebih
1 minggu. Pedagang pengumpul akan menjual ikan mas kepada pedagang
perantara diatasnya Setiorini (2008). Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul ikan mas adalah pengangkutan dan penyimpanan Pasaribu (2011) dan
Setiorini (2008). Pedagang pengumpul melakukan penyimpanan pada jaring di
kolam penampungan. Pedagang pengumpul akan melakukan pengangkutan ikan
kepada konsumen diatasnya dan akan menambah biaya pemasaran dan akan
mempengaruhi harga jual ikan mas itu sendiri Pasaribu (2011).

9

Fungsi pelancar yang dilakukan pedagang pengumpul adalah permodalan,
penanggungan risiko, standarisasi dan grading, serta informasi pasar. Modal
usaha yang digunakan oleh pedagang pengumpul berasal dari modal sendiri.
Modal ini digunakan pedagang pengumpul untuk pembelian ikan, biaya
transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pembiayaan yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk transportasi, terminal, dan
penyusutan bobot. Fungsi penanggungan resiko yang dialami oleh pedagang
pengumpul adalah penyusutan bobot dan kematian pada saat penyimpanan dan
pengangkutan ke tempat pembeli. Fungsi standardisasi dan grading yang
dilaksanakan pedagang pengumpul yaitu pada saat terdapat permintaan dari
tempat pemancingan. Tempat pemancingan biasanya menginginkan ikan mas
dengan ukuran 3-5 ekor per kg. Fungsi informasi pasar dilakukan pedagang
pengumpul yaitu dengan mengumpulkan informasi mengenai waktu panen
pembudidaya dan harga yang sedang berlaku di kalangan pembudidaya, juga
mengenai stok ikan mas yang terdapat di pasar Setiorini (2008).
Pedagang pengecer melakukan pembelian dari pedagang pengumpul. Lalu
menjualnya kepada konsumen yang berada di pasar. Konsumen pedagang
pengecer adalah rumah tangga. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer
adalah pengangkutan. Pedagang pengecer mengangkut ikan mas dengan jerigen.
Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer adalah permodalan pada
usahanya, penanggungan risiko dari penyusustan bobot ikan mas, standarisasi dan
grading sesuai keinginan konsumen, serta informasi pasar mengenai harga ikan
mas di pasar Pasaribu (2011).
Struktur Pasar
Analisis struktur pasar dapat dilakukan untuk melihat sifat dan karakteristik
pasar. Secara umum ada empat faktor penentu dalam menganalisis struktur pasar
yaitu jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, sifat produk, kondisi keluar masuk
pasar, dan tingkat pengetahuan informasi pasar Lestari (2006) dan Sakinah
(2006). Lilimantik (2011) menyimpulkan bahwa jumlah produsen lebih banyak
dari pada jumlah pedagang pengumpul sehingga hasil penjualan pada tingkat
pedagang pengumpul agak terkonsentrasi dan mengarah pasar oligopsoni.
Pedagang pengumpul lebih bersifat oligopoli dengan cara menguasai pasar dan
harga terutama karena produsen sangat tergantung kepada pedagang pengumpul
dengan menjalin kerjasama yang erat. Dalam pemasaran ikan mas konsumsi harga
ikan yang besar dengan yang kecil tidak ada perbedaan. Selain itu kualitas ikan
terus dijaga agar tetap segar mulai dari pembudidaya hingga kepada konsumen
akhir sehingga sifat produk adalah homogen Lilimantik (2011) dan Setiawan
(2012).
Apabila ingin terlibat atau memasuki bisnis pemasaran ikan mas akan
dipengaruhi oleh mudah atau susah keluar masuk pasar. (Lilimantik 2011)
menyimpulkan bahwa karakteristik untuk masuk dan keluar pasar adalah
kemampuan dari pedagang atau penjual itu sendiri untuk memasuki atau keluar
pasar, yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari dua karakteristik struktur pasar
yaitu jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dan sifat produk. Karakteristik ini
pada tingkat pedagang pengumpul tidak terjadi adanya pembatasan langsung,
karena tidak ada suatu peraturan yang resmi bagi mereka untuk menghalangi

10

proses penjualan. Pada pasar di tingkat pedagang pengumpul masing-masing telah
mempunyai pedagang pengecer sebagai langganan dan merupakan suatu ikatan
kerjasama yang dijaga secara bersama-sama, sehingga tidak mudah bagi pedagang
pengumpul untuk menjual kepada pedagang pengecer yang bukan langganannya.
Jadi segmentasi pasar memang terjadi untuk masing masing pedagang pengumpul
kepada pedagang pengecer.
Selain tiga karakteristik struktur pasar yang sudah disebutkan karakteristik
struktur pasar yang juga berpengaruh adalah informasi pasar. Informasi pasar
merupakan hal yang penting bagi lembaga yang terkait dengan pemasaran suatu
komoditi. Informasi pasar akan membantu terciptanya kondisi keseimbangan
permintaan dan penawaran. Informasi yang paling dibutuhkan dalam pemasaran
adalah informasi harga dan kualitas yang ditetapkan. Sumber informasi harga
yang didapatkan adalah dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Sumber
informasi pembudidaya adalah adalah sesama pembudidaya atau dari pedagang
pengumpul. Sedangkan pedagang pengumpul mendapatkan informasi dari
pedagang diatasnya Fransiska (2003) dan Putrisa (2006).
Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran ikan mas dari segi pembudidaya
adalah pasar bersifat persaingan murni. Sedangkan dilihat dari pedagang
pengumpul dalam kecamatan dan luar kecamatan pedagang pengecer dalam
kecamatan dan luar kecamatan serta kolam pemancingan adalah struktur pasar
oligopsoni murni (Pasaribu 2011).
Sedangkan (Setiorini 2008) menyimpulkan bahwa Struktur pasar yang
terbentuk di antara pembudidaya dan pedagang pengumpul adalah struktur pasar
oligopsoni dimana jumlah pembudidaya lebih banyak dari pada jumlah pedagang
pengumpul. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan
membentuk struktur pasar oligopoli, dimana jumlah pedagang pengumpul sebagai
penjual lebih sedikit daripada jumlah pedagang pengumpul luar kecamatan
sebagai pembeli. Struktur pasar yang terbentuk antara pedagang pengumpul dan
pedagang pengumpul luar kecamatan dengan pedagang eceran adalah struktur
pasar oligopoli. Jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual lebih sedikit
daripada jumlah pedagang pengecer. Pada kondisi ini, pedagang pengecer
memiliki pengetahuan yang lebih mengenai harga di kalangan konsumen daripada
pedagang pengumpul. Tetapi pedagang pengumpul tetap memiliki bargaining
position yang kuat dibandingkan pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh
pembelian ikan mas oleh pedagang pengecer hanya dalam jumlah kecil. Pedagang
pengecer dengan rumah makan membentuk struktur pasar oligopoli, hal ini
disebabkan jumlah pedagang pengecer sebagai penjual daripada rumah makan.

Perilaku Pasar
Setelah menganalisis struktur pasar maka akan dapat diketahui perilaku atau
tingkah laku dari lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran. Perilaku pasar ditinjau dari praktek pembelian dan penjualan, proses
penentuan atau pembentukan harga, pembayaran harga, praktek-praktek dalam
menjalankan fungsi pemasaran, dan kerja sama antar lembaga pemasaran
Zulkarnaini (2010) dan Fikri (2013).

11

Praktek pembelian dan penjualan, pembudidaya ikan mas biasanya menjual
ikannya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali melakukan penjualan
ikan Setiorini (2008) dan Fransiska (2003). (Setiorini 2008) menyimpulkan
pembudidaya menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang sama
setiap panen. Ikatan ini terjadi karena pembudiaya sudah percaya kepada
pedagang pengumpul. Lalu pedagang pengumpul menjual ikannya kepada
pedagang pengumpul luar kecamatan yang sudah menjadi langganannya karena
pedagang pengumpul mudah dalam menyalurkan ikan mas baik pada keadaan
normal ataupun panen raya. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar
kecamatan memasarkan ikan mas kepada pedagang pengecer.
Tahap awal yang dilakukan pada praktek penentuan harga adalah produsen
menawarkan harga jual tertentu. Setelah itu pembeli juga megajukan harga
tertentu sehingga terjadi negosiasi dan terbentuklah harga yang disepakati dengan
pertimbangan keadaan produk dan atau harga yang yang berada di pasar Supriadi
(2013) dan Wirawati (2006). ( Putrisa 2006) menyimpulkan penentuan harga di
tingkat pembudidaya ditentukan oleh tengkulak, pembudidaya hanya menerima
harga. Harga ditentukan berdasarkan ada tidaknya hubungan antara pembudidaya
dengan tengkulak. Jika ada hubungan maka harga benih ikan akan lebih rendah.
Praktek pembayaran harga yang dilakukan tengkulak terhadap pembudidaya
adalah secara tunai atau tidak tunai (sistem pembayaran kemudian). Pembayaran
tidak tunai dilakukan dengan cara membayar uang muka terlebih dahulu sekitar
50%. Lalu setelah 3 sampai 10 hari kemudian dilunasi Firdaus (2004) dan Putrisa
(2006).
Hubungan kerja sama antar lembaga pemasaran berjalan baik. Pembudidaya
memiliki hubungan dagang dan penyediaan pakan ternak. Hubungan antar
lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran yang lain bersifat sebagai mitra
kerja untuk memperlancar dan mempermudah pembelian. Beberapa pedagang
pengumpul saling bertukar informasi mengenai kondisi harga Putrisa (2006) dan
Setiorini (2008).
Berdasarkan hasil studi pustaka maka terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan yang terdapat antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang dilakukan berkisar pada saluran pemasaran,
lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, serta
efisiensi pemasaran yang diukur dengan marjin pemasaran dan bagian yang
diterima petani serta komoditas ikan yang diteliti yaitu ikan mas. Tetapi yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi
penelitian. Penelitian mengenai pemasaran ikan mas konsumsi di Kabupaten
Pasaman belum ada sehingga peneliti melakukan penelitian di situ. Selain itu
penelitian ini lebih fokus pada perilaku lembaga pemasaran ikan mas itu sendiri.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemasaran merupakan kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau
penambahan kegunaan daripada barang dan jasa maka pemasaran termasuk

12

tindakan atau usaha yang produktif. Kegiatan produktif yang dilakukan berkaitan
dengan proses meningkatkan atau menciptakan nilai (value added process) baik
nilai guna bentuk (form utility), tempat (Place utility), waktu (Time utility) dan
kepemilikan (possession utility) Hanafiah dan Saefuddin (2006) dan Asmarantaka
(2012).
Lembaga dan Saluran Pemasaran
Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan
atau fungsi tataniaga dimana melihat pergerakan barang-barang dari pihak
produsen sampai ke pihak konsumen Hannafiah dan Saeffudin (2006). Saluran
atau distribusi tataniaga merupakan rangkaian pengantara pemasaran yang akan
dapat dengan sempurna menolong tercapainya sasaran-sasaran perusahaan.
Banyaknya tahap perantara yang terdapat akan menentukan ukuran
panjangnya saluran tataniaga (Kotler 1983). Penyaluran barang-barang dari pihak
produsen ke pihak konsumen terlihat satu sampai beberapa golongan perantara.
Pedagang perantara ini yang dikenal sebagai saluran tataniaga. Saluran tataniaga
terdiri dari pedagang perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak
menghiraukan apakah mereka memiliki barang dagangan atau hanya bertindak
sebagai agen dan pemilik barang Hannafiah dan Saeffudin (2006). Menurut
(Swadaya 2008) secara umum alur distribusi produk perikanan dari produsen
sampai ke tangan konsumen terjadi melalui tiga macam cara, yaitu pemasaran
secara langsung, semi langsung, atau secara tidak langsung. Penyaluran langsung
merupakan dalam pemasaran ini, pembudidaya tidak mempergunakan pedagang
perantara. Penyaluran semi langsung merupakan dalam memasarkan produknya
produsen menyalurkan hasil produksinya ke tangan pedagang eceran. Kemudian
lalu disalurkan kepada konsumen. Sedangkan penyaluran tidak langsung adalah
distribusi dipengaruhi oleh jarak produsen kepada konsumen. Semakin jauh jarak
konsumen maka semakin panjang dan rumit jalur tataniaga yang harus dilalui.
Umumnya saluran tataniaga hasil perikanan bahan makanan (konsumsi),
saluran distribusinya panjang. Sebaiknya saluran tataniaga hasil perikanan yang
berupa bahan makanan harus pendek bila diingan sifatnya yang mudah rusak.
Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu perikanan
tergantung pada beberapa faktor yaitu jarak antara produsen dan konsumen, cepat
tidaknya produk rusak, skala produksi, dan posisi keuangan pengusaha Hannafiah
dan Saeffudin (2006). Skema saluran tataniaga perikanan seperti ditunjuk pada
gambar 1.

13

Gambar 1 Skema saluran tataniaga perikanan
Keterangan:
P1
= pedagang pengumpul lokal
R
= pedagang eceran
G
= grosir
HC
= konsumen akhir
IM
= institusional market

Fungsi Pemasaran
Pendekatan fungsi pemasaran merupakan pendekatan studi pemasaran dari
aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi atau perlakuan yang ada pada proses dalam
sistem pemasaran yang akan meningkatkan dan atau menciptakan nilai guna untuk
memenuhi kebutuhan konsumen Asmarantaka (2012). Pada umumnya fungsi
pemasaran terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi
pelancar atau fasilitas Hanafiah dan Saefuddin (1983).

14

Fungsi Pertukaran
Fungsi pertukaran merupakan kegiatan dalam pemindahan hak milik
barang/jasa dalam sistem pemasaran. Dalam fungsi pertukaran, produk harus
dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran
berlangsung. Pihak-pihak yang terlibat dalam fungsi pertukaran adalah pedagang
dan agen yang mendapat komisi karena mempertemukan penjual dan pembeli
Asmarantaka (2012) dan Hanafie (2010).
Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah penjualan dan pembelian. Sasaran
penjualan adalah mengalihkan barang kepada pihak pembeli dengan harga yang
memuaskan Hanafiah dan Saefuddin (1983). Fungsi pembelian dilakukan di setiap
tingkatan saluran pemasaran.keberhasilan seluruh proses pemasaran sangat
ditentukan oleh tingkah laku konsumen akhir dalam melakukan pembelian
Hanafie (2010).
Fungsi Fisik
Fungsi fisik merupakan aktivitas penanganan, pergerakan, perubahan fisik
dari produk/jasa serta turunannya. Fungsi fisik terdiri dari penyimpanan,
pengangkutan dan pengolahan, pabrikan, dan pengemasan Asmarantaka (2012).
Pengangkutan merupakan bergeraknya atau pemindahan barang-barang dari
tempat produksi atau tempat penjualan ke tempat-tempat dimana barang tersebut
dan dipakai. Kondisi geografis wilayah juga menjadi perhatian untuk penyesuaian
sarana transportasi yang akan digunakan. Dengan demikian fungsi pengangkutan
menciptakan kegunaan tempat bagi produk-produk yang dipasarkan Hanafiah dan
Saefuddin (1983) dan Hanafie (2010).
Fungsi penyimpanan berarti menahan barang-barang selama jangka waktu
antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual. Hal ini berarti menambah
kegunaan waktu terhadap produk dan sangat penting bagi banyak komoditi
pertanian. Dalam menentukan berapa lama barang disimpan perlu
dipertimbangkan hubungan ukuran, sifat produk, dan hubungan masa produksi
Hanafiah dan Saefuddin (1983) dan Hanafie (2010). Fungsi pengemasan perlu
dilakukan supaya menjaga kualitas dari produk yang dipasarkan.
Fungsi Fasilitas
Dalam melaksanakan fungsi fasilitas aktivitasnya tidak langsung dalam
sistem pemasaran, tetapi memperlancar dalam fungsi pertukaran dan fungsi fisik
Asmarantaka (2012). Fungsi fasilitas terdiri dari informasi pasar, penanggungan
risiko, standarisasi dan penggolongan mutu serta pembiayaan Hanafie (2010).
Informasi pasar menduduki tempat penting diantara faktor-faktor yang
mendeterminasi apa yang diproduksi, dimana, apabila, bagaimana dan untuk siapa
produk dijual dengan keuntungan terbaik. Dengan informasi pasar yang tepat
dapat mengurangi risiko usaha sehingga memungkinkan pedagang beroperasi
pada keadaan margin pemasaran rendah dengan memberikan keuntungan bagi
pedagang Hanafiah dan Saefuddin (1983).
Dalam pemasaran hasil perikanan ditemukan risiko-risiko yang berdasarkan
penyebabnya yaitu risiko yang timbul karena sifat produk, perubahan kondisi
pasar, sebab-sebab alamiah, dan unsur manusia dan pemerintah. Fungsi
penanggunngan
risiko mengandung usaha bagaimana mengelakkan atau
mengurangi kemungkinan kerugian karena barang rusak, hilang, turunnya harga

15

dan tingginya biaya. Hanafiah dan Saefuddin (1983). Penggolongan mutu adalah
kegiatan mengklasifikasikan hasil-hasil pertanian ke dalam beberapa golongan
mutu yang berbeda, masing-masing dengan nama, etiket, dan harga tertentu.
Perbedaan itu bisa berupa bentuk, ukuran, rasa, dan spesifikasi teknis yang lain
Hanafie (2010). Grading merupakan memilih barang untuk dimasukkan ke dalam
kelas yang ditetapkan dengan jalan standarisasi. Standarisasi merupakan
penentuan atau penetapan mutu pada barang tertentu yang memiliki nilai tetap
Hanafiah dan Saefuddin (1983) dan Hanafie (2010). Pembiayaan merupakan
mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-transaksi
dalam arus barang dari sektor produksi sampai ke sektor konsumsi. Pembiayaan
erat kaitannya dengan kredit Hanafiah dan Saefuddin (1983).

Struktur Pasar
Struktur pasar merupakan sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi
perilaku dan keragaan pasar Asmarantaka (2012). Agar pemasaran lebih efisien
perlu diketahui tiga hal yaitu ukuran dan jumlah produsen dan konsumen, sistem
keluar masuknya barang, serta sifat produk Soekartiwi (2002). Sedangkan
menurut (Asmarantaka 2012) ada satu hal lagi agar pemasaran efisien yaitu
perlunya mengetahui tingkat pengetahuan informasi yang dimiliki oleh partisipan
dalam pemasaran. Tingkat pemusatan penjual dan pembeli di pasar diukur melalui
jumlah pembeli dan penjual di pasar (penjual /pembelinya banyak di pasar).
Persayaratan masuk ke suatu pasar diukur melalui apakah banyak hambatan atau
tidak ketika ingin masuk ke dalam pasar. Pada tingkat sifat produk diukur
berdasarka produk tersebut bersifat homogen atau different
Murni dan
Amaliawati (2012).
Struktur pasar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasar persaingan
sempurna dan pasar tidak bersaing (monopoli atau monopsoni), sedangkan jenis
lainnya merupakan struktur pasar diantara dua kelompok struktur pasar tersebut
(persaingan monopolistik, oligopoli, dan duopoli) Asmarantaka (2012). Pasar
persaingan sempurna merupakan pasar untuk produk-produk yang memiliki
banyak penjual dan pembeli serta setiap penjual maupun pembeli tidak dapat
mempengaruhi keadaan pasar atau tidak dapat mempengaruhi harga pasar Murni
dan Amaliawati (2012). Pasar tidak bersaing atau monopoli adalah hanya ada satu
penjual yang berhadapan dengan banyak pembeli yang ada di pasar barang jasa
yang diperdagangkan Asmarantaka (2012). Pasar monopolistik dan oligopoli
merupakan struktur pasar yang berada diantara pasar persaingan dan pasar tidak
bersaing. Pasar monopolistik merupakan pasar produk-produk dimana terdapat
banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Sedangkan
pasar oligopoli adalah organisasi pasar yang terdiri atas beberapa perusahaan yang
menjual produk di pasar baik produk homogen maupun yang berbeda corak Murni
dan Amaliawati (2012). Secara terperinci ada 5 struktur pasar yang dikemukakan
oleh Dahl And Hammond 1977 dalam Asmarantaka (2012) (Tabel 7).

16

Tabel 7 Struktur pasar
Karakteristik
No Jumlah
Perusahaan
Sifat Produk
1.

Banyak

Standar/Homogen

2.
3.

Banyak
Sedikit

Difernsiasi
Standar

4.
5.

Sedikit
Satu

Difernsiasi
Unik

Struktur Pasar Produk
Dari Sudut
Dari Sudut
Penjual
Pembeli
Persaingan
Murni
Persaingan Murni
Persaingan
Persaingan
Monopolistik
Monopolistik
Oligopoli Murni Oligopsoni Murni
Oligopoli
Oligopsoni
Diferensiasi
Diferensiasi
Monopoli
Monopsoni

Perilaku Pasar
Selain memahami struktur pasar perlu juga diketahui perilaku pasar.
Perilaku pasar merupakan perilaku partisipan (pembeli dan penjual), strategi atau
reaksi yang dilakukan partisipan pasar secara individu atau kelompok, dalam
hubungan kompetitif atau negosiasi terhadap partisipan lainnya untuk mencapai
tujuan pemasaran tertentu Asmarantaka (2012). Untuk mengetahui perilaku pasar
perlu mengetahui empat aspek yaitu bagaimana barang tersebut membentuk
harga, apakah barang tersebut dikenakan pajak yang sama atau berbeda menurut
kualitas dan kuantitas barang, apakah berdagang pada barang yang sama terjadi
secara sehat di pasar, serta apakah dalam menganalisisnya barang dari produsen
ke konsumen tersebut diperlukan perlakuan-perlakuan khusus agar kualitas
produk memenuhi selera konsumen Soekartawi (2002). Mekanisme perdagangan
di dalam pasar ditentukan oleh perilaku-perilaku anggota pasar. Anggota pasar
terdiri dari penjual dan pembeli. Penjual mempengaruhi sisi penawaran dan
pembeli mempengaruhi sisi permintaan. Interaksi antara permintaan dari sisi
pembeli dengan penawaran dari segi penjual akan berpengaruh pada penentuan
kuantitas barang yang diperdagangkan beserta harganya Mankiw (2003).
Sehingga aspek-aspek perilaku pasar yang dapat dijelaskan dengan praktekpraktek yang dilakukan oleh anggota pasar yaitu praktek pembelian dan
penjualan, praktek penentuan dan pembayaran harga, dan kerja sama antar
lembaga pemasaran

Efisiensi Pemasaran
Proses pemasaran yang efisien adalah yang memberikan kontribusi yang
adil sesuai dengan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran
mulai dari pembudidaya, perusahaan, lembaga-lembaga pemasaran, sesuai dengan
korbanan masing-masing dan konsumen merasa puas Asmarantaka (2012).

17

Menurut (Hannafiah dan Saeffudin 2006) efisiensi pemasaran dapat dilihat dari
dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang produsen dan sudut pandang sosial.
Sudut pandang produsen efisiensi tataniaga adalah keuntungan kompetitif dengan
biaya lebih rendah dan jasa lebih baik. Sedangkan sudut pandang sosial, efisiensi
tataniaga terpusat pada pemenuhan keputusan individu-individu secara maksimum
dan tidak terikat ukuran kualitatif saja.
Konsep efisiensi sering mempergunakan ukuran keragaaan pasar.
Meningkatnya efisiensi atau sistem pemasaran yang efisien merupakan keinginan
atau tujuan dari partisipan pemasaran yaitu pembudidaya, lembaga pemasaran,
konsumen dan masyarakat umum Asmarantaka (2012). Indikator efisiensi
pemasaran adalah efisiensi operasional dan efisiensi harga. Indikator efisiensi
teknis atau operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran
yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran.
Analisis yang sering digunakan adalah marjin pemasaran dan bagian yang
diterima petani Purcell 1979; Kohl dan Uhl (2002) dalam Asmarantaka (2012).
Sedangkan efisiensi harga merupakan kemampuan sistem pemasaran dalam
mengaloasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian
dan proses pemasaran sehingga sesuai dengan keinginan konsumen Asmarantaka
(2012).
Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah harga yang dibiayai oleh konsumen dikurangi
harga yang diterima oleh produsen. Tingkat harga yang dibayarkan oleh
konsumen dan yang akan diterima produsen tergantung pada struktur pasar yang
berlaku. Panjangnya rantai pemasaran sering menimbulkan pemasaran yang
kurang efisien. Marjin pemasaran yang tinggi mengakibatkan penerimaan petani
(farmer’s share) menjadi kecil Hanafie (2010).
Konsep margin pemasaran banyak dipakai untuk menganalisis efisiensi
pemasaran, teknis dan harga. Analisis margin pemasaran digunakan untuk
menganalisis sistem pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis
pemasaran produk mulai dari pembudidaya sampai kepada konsumen akhir
Asmarantaka (2012). Tinggi rendahnya marjin pemasaran dipakai untuk
mengukur efisiensi sistem pemasaran, tergantung dari fungsi pemasaran yang
dijalankan. Semakin besar marjin pemasaran maka semakin tidak efisien sistem
pemasaran tersebut Hanafie (2010).
Penerimaan Petani (Farmer’s Share)
Farmer’s share merupakan penerimaan yang diterima oleh pembudidaya
dari hasil produksi yang dilakukannya, dengan perbandingan harga yang diterima
pembudidaya dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Secara umum
besaran Farmer’s share, margin pemasaran bervariasi antar komoditi tergantung
biaya relatif pemasaran yang dikeluarkan sehubungan dengan nilai tambah waktu,
tempat, dan bentuk Asmarantaka (2012).

18

Kerangka Pemikiran Operasional
Komoditas ikan mas merupakan komoditas unggulan perikanan di
Kabupaten Pasaman dan memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan
karena selain permintaan yang selalu ada, kondisi geografi di Kabupaten Pasaman
juga mendukung untuk menjadikan Kabupaten Pasaman sebagai sentra produksi
ikan mas di Sumatera Barat. Dengan potensi yang dimiliki oleh daerah Kabupaten
Pasaman diharapkan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi pembudidaya
ikan mas maupun lembaga yang terlibat dalam pemasaran ikan mas.
Pembudidaya mengalami permasalahan dalam membudidayakan ikan mas,
dimana pada kondisi lapang ditemukan harga pakan yang tinggi. Pakan
didapatkan pembudidaya dari pedagang pengumpul ikan mas. Harga pakan selalu
mengalami kenaikan setiap bulannya. Kurang lebih dari tahun 2013-2014 harga
pakan sudah mengalami kenaikan sebesar Rp 100 000. Kenaikan pakan yang
terus menerus sangat merugikan pembudidaya karena harga jual ikan mas tidak
mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga pakan. Akibatnya banyak
pembudidaya yang tidak membesarkan ikan mas. Apabila hal ini terus berlanjut
maka akan mempengaruhi penawaran ikan mas, sehingga pemasaran ikan mas
akan terganggu.
Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang produktif yang dapat
meningktkan nilai tambah suatu produk di setiap lembaga pemasaran.
Peningkatan nilai tambah ini dapat menciptakan atau menambahkan biaya di
setiap lembaga pemasaran. Perbedaan biaya ini akan mempengaruhi harga ikan di
tingkat konsumen akhir sehingga dibutuhkan mengidentifikasi setiap lembaga
pemasaran yang terkait dengan pemasaran ikan mas.
Dalam menganalisis lembaga pemasaran akan dilakukan analisis
kuantitatif terhadap margin pemasaran dan penerimaan pembudidaya. Sedangkan
analisis kualitatifnya adalah analisis terhadap saluran dan lembaga pemasaran
untuk melihat sifat atau karakteristik pasar dan perilaku pasar ikan mas. Agar
lebih jelas maka kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

19

Sifat
ikan
mas
yang
musiman,cepat busuk, dan
produksi dalam jumlah besar
akan menjadi permasalahan
pada pemasaran ikan mas.

Lembaga pemasaran melakukan
kegiatan
untuk
mengatasi
permasalahan ikan mas dengan
menjalankan fungsi pemasaran

Identifikasi Saluran dan lembaga
Pemasaran
- Pembudidaya
- Pedagang pengumpul
- Pedagang grosir
- Pedagang pengecer
- Konsumen akhir

Analisis Kualitatif
Analisis Kuantitatif

Struktur pasar
- Ukuran dan jumlah
produsen dan
konsumen
- Sistem keluar
masuknya barang
- Sifat produk
- Informasi pasar

Perilaku Pasar
- Praktek pembelian
dan penjualan
- Proses penentuan
atau pembayaran
harga
- Kerja sama antar
lembaga
pemasaran

Perilaku Lembaga Pemasaran
Ikan Mas

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

Efisiensi Pemasaran
- Margin Pemasaran
- Farmer’s share

20

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pasaman di daerah Kecamatan Rao
Selatan dan Padang Gelugur. Daerah ini diambil dengan pertimbangan bahwa
daerah ini adalah termasuk penghasil ikan mas terbesar di Kabupaten Pasaman
dimana Kecamatan Rao Selatan merupakan daerah penghasil ikan mas terbesar
atau sentra produksi di Kabupaten Pasaman dan Kecamatan Padang Gelugur
merupakan daerah pendukung pengembangan ikan mas. Penelitian i