Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI JUS ASAL
SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF
ANTIBIOTIK

RAHAYU ASMADINI ROSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Broiler
yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Rahayu Asmadini Rosa
NIM D24100044

ABSTRAK
RAHAYU ASMADINI ROSA. Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal
Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik. Dibimbing oleh
NAHROWI dan SUMIATI.
Jus silase yang mengandung bakteri asam laktat dan asam asam organik
dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan untuk menggantikan antibiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan jus silase
dalam air minum sebagai antibiotik alternatif dalam meningkatkan performa
(konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot
badan, konversi pakan dan mortalitas) broiler. Dua ratus ekor DOC dibagi
kedalam 4 perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Perlakuan
yang diberikan yaitu R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus
silase), R1 = Ransum Kontrol + Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol +
Jus silase 0.2 % dalam air minum, R3 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.4 % dalam

air minum. Data dari rancangan acak lengkap (RAL) dianalisis dengan sidik
ragam (ANOVA) dan jika didapatkan hasil yang berbeda nyata (P0.05) mempengaruhi konsumsi pakan,
konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi
pakan. Jus silase 0.2 % dan 0.4 % mampu menurunkan angka mortalitas yang
disebabkan oleh stress lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa jus silase 0.2 %
dan 0.4 % memiliki efek yang sama dengan antibiotik dalam hal meningkatkan
performa broiler.
Kata kunci: antibiotik, broiler, jus silase, performa

ABSTRACT
RAHAYU ASMADINI ROSA. Performance of Broilers Offered Corn Silage
Juice to Subtitute Synthetic Antibiotic. Supervised by NAHROWI and SUMIATI.
Silage juice which containing lactic acid bacteria and organic acids could be
used as growth promoter to substitute synthetic antibiotic. This research aim was
to evaluate the effect of silage juice addition in drinking water as antibiotics
alternatif in increasing performance (feed consumption, water consumption, body
weight, growth rate, feed conversion ratio, mortality) of broiler. Two hundread
DOC were divided into four treatments and each treatment consisted of five
replication. The treatments were R0 = control diet (without antibiotics and silage
juice), R1 = control diet + zinc bacitracin 0.01%, R2 = control diet + 0.2% silage

juice in drinking water, and R3 = control diet + 0.4% silage juice in drinking
water. Data from completely randomized design were analyzed using analysis of
variance (ANOVA) and if there was significant different (P0.05) the feed consumption, water
consumption, body weight and feed conversion ratio. Zero point two percent and
0.4% silage juice were able to reduce mortality caused by environments stress. It
is concluded that 0.2% and 0.4% silage juice had similar efficacy with antibiotics
in term of increasing performance of broiler.
Keywords: antibiotics, broiler, performance, silage juice

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI JUS ASAL
SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF
ANTIBIOTIK

RAHAYU ASMADINI ROSA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman
Jagung sebagai Alternatif Antibiotik
Nama
: Rahayu Asmadini Rosa
NIM
: D24100044

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Sumiati, MSc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
performa broiler, dengan judul Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal
Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan jus
silase dalam air minum sebagai antibiotik alternatif dalam meningkatkan performa
(konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot

badan, konversi pakan dan mortalitas) broiler. Karya ilmiah ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam karya ilmiah ini, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan agar dapat diperbaiki dalam tulisan-tulisan
selanjutnya.

Bogor, September 2014
Rahayu Asmadini Rosa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN

1

Materi

1

Lokasi dan Waktu Penelitian

2


Prosedur Percobaan

2

Persiapan Jus Silase

2

Pembuatan Ransum

2

Persiapan Kandang

3

Pelaksanaan Pemeliharaan

3


Perlakuan

3

Peubah yang Diamati

3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

3
4

Keadaan Umum di dalam Kandang

4

Performa Ayam Broiler Periode Starter (8-21 hari)


4

Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22-35 hari)

6

Performa Ayam Broiler Selama Perlakuan (8-35 hari)

8

Income Over Feed Cost (IOFC)
SIMPULAN DAN SARAN

10
10

Simpulan

10


Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan
Frekuensi waktu pemberian pakan
Rataan suhu dan kelembaban selama penelitian
Performa broiler periode starter (8-21 hari)
Performa broiler periode finisher (22-35 hari)
Performa broiler selama perlakuan (8-35 hari)
Mortalitas selama pemeliharaan (1-35 hari)
IOFC selam perlakuan (8-35 hari)

2
3
4
5
7
9
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode starter (8-21 hari)
Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode finisher (22-35 hari)
Hasil sidik ragam boot badan akhir selama perlakuan (8-35 hari)
Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode starter (8-21 hari)
Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode finisher (22-35
hari)
Hasil sidik ragam pertambahan obot badan selama perlakuan (8-35 hari)
Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode starter (8-21 hari)
Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode finisher (22-35 hari)
Hasil sidik ragam konsumsi pakan selama perlakuan (8-35 hari)
Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode starter (8-21 hari)
Uji lanjut Duncan konsumsi air minum periode starter (8-21 hari)
Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode finisher (22-35 hari)
Hasil sisdik ragam konsumsi air minum selama perlakuan (8-35 hari)
Hasil sidik ragam konversi pakan periode starter (8-21 hari)
Hasil sidik ragam konversi pakan periode finisher (22-35 hari)
Hasil sidik ragam konversi pakan selama perlakuan (8-35 hari)

13
13
13
13
13
13
14
14
14
14
14
15
15
15
15
15

PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2011 konsumsi daging ayam
broiler mencapai 3.65 kg kapita-1 (BPS 2012) dan merupakan jumlah konsumsi
daging terbesar. Besarnya permintaan akan daging ayam ini juga diikuti dengan
peningkatan jumlah produksi ayam broiler. Ayam broiler memiliki sifat produksi
yang tinggi disebabkan oleh kemajuan genetiknya. Ransum yang diberikan pada
ayam broiler harus memiliki kualitas yang baik agar dapat mengimbangi
kemampuan genetiknya. Penambahan bahan aditif pada ransum ayam menjadi
salah satu cara untuk mengoptimalkan produksi.
Antibiotik merupakan bahan aditif yang umum digunakan sebagai pemacu
pertumbuhan. Antibiotik menghambat pertumbuhan mikroba yang merugikan dan
mempercepat pertumbuhan serta kolonisasi spesies yang non-patogenik (Ferket
2002). Penggunaan antibiotik pada ayam broiler juga memiliki kekurangan yang
dapat menyebabkan residu dalam daging karena antibiotik yang diberikan tidak
disekresikan dengan sempurna (Swastike 2012). Hal ini menyebabkan alergi,
gangguan kulit, kardiovaskuler, trakstus gastrointestinalis, urtikaria dan hipotensi
pada manusia (Swastike 2012), sehingga banyak negara mulai membatasi
penggunaan antibiotik, bahkan ada beberapa negara yang sudah melarang
penggunaannya. Melihat pentingnya peranan antibiotik bagi ternak terutama
broiler perlu adanya bahan alternatif pengganti antibiotik. Salah satu bahan yang
diduga dapat menggantikan penggunaan antibiotik adalah jus silase.
Jus silase merupakan cairan hasil proses pengepresan silase. Fermentasi
silase tidak hanya menghasilkan pakan yang tahan lama tetapi juga mengandung
asam-asam organik dan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat
menghambat bakteri-bakteri patogen. Bakteri asam laktat pada silase dapat
menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri perusak bahan pakan seperti Clostridia
(McDonald et al. 1991). Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Harahap (2009)
secara in vitro bakteri asam laktat yang diisolasi dari silase ransum komplit dapat
menghambat bakteri Escherichia coli. Gurning (2013) menyatakan bahwa jus
silase jagung murni memiliki aktifitas antibakteri yang menghasilkan zona bening
lebih besar dibandingkan dengan antibiotik dalam menghambat bakteri
Salmonella sp. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa jus silase memiliki potensi
dalam menggantikan penggunaan antibiotik dalam memacu pertumbuhan ternak.
Kajian jus silase sebagai alternatif pengganti antibiotik pada ayam broiler sampai
saat ini belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh
pemberian jus silase sebagai alternatif antibiotik terhadap performa ayam broiler.

METODE PENELITIAN
Materi
Materi yang digunakan pada penelitian ini meliputi ayam broiler Strain
Ross Jumbo sebanyak 200 ekor, silase jagung, jus silase serta bahan-bahan pakan
penyusun ransum. Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter yang
beralaskan sekam padi sebanyak 20 petak, masing-masing berukuran 150 cm x

2
100 cm yang dilengkapi tempat pakan, tempat air minum, dan lampu pijar 100
watt sebagai pemanas. Peralatan yang digunakan adalah gelas ukur, gelas piala,
timbangan digital, pressan hidrolik dan peralatan pemeliharaan lainnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium lapang blok A Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2014.
Prosedur Percobaan
Persiapan Jus Silase
Silase tanaman jagung yang telah mengalami proses ensilase dikeluarkan
dari tong. Kemasan plastik yang digunakan sebagai wadah silase dilubangi pada
semua bagian. Setelah itu dipress menggunakan pressan hidrolik untuk diambil
cairannya. Cairan tersebut diencerkan sesuai dengan perlakuan (0.2% dan 0.4%
dari jumlah air minum). Pengepresan dilakukan setiap pagi hari sebelum
pemberian air minum.
Pembuatan Ransum
Ransum disusun sesuai dengan kebutuhan broiler berdasarkan SNI 013930-2006 untuk pakan starter (1-21 hari) dan SNI 01-3931-2006 untuk pakan
finisher (22-35 hari). Komposisi dan kandungan nutrien ransum disajikan pada
Tabel 1. Ransum dibuat dalam bentuk crumble.
Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan
Komposisi bahan*
Jagung
Dedak padi
Bungkil kedelai
Tepung ikan
Crude palm oil (CPO)
Meat and bone meal (MBM)
Dl-Methionine
CaCO3
Dicalcium phosphat (DCP)
NaCl
Premix
Jumlah

Starter
Finisher
(1-21 hari)
(22-35 hari)
---------------------- (%) ----------------------57.140
59.400
3.516
10
28
18.962
6.757
5
2.5
3.26
1.6
0.192
0.092
0.4
1.250
1.014
0.145
0.121
0.1
0.1
100
100

Kandungan nutrien**
Bahan kering (%)
89.84
89.14
Energi bruto (kkal/kg)
4157.50
4207.50
Protein kasar (%)
21.49
18.82
Lemak kasar (%)
3.89
4.73
Serat kasar (%)
2.59
3.35
Abu (%)
7.54
7.20
*Hasil perhitungan, **Hasil analisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB (2014)

3
Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan detergen dan
karbol. Setelah itu dilakukan pengapuran pada seluruh dinding maupun lantai
kandang dan sekat serta penyemprotan desinfektan dengan tujuan menghambat
dan membunuh pertumbuhan bibit penyakit. Tempat pakan dan air minum
dibersihkan dengan sabun dan air.
Pelaksanaan Pemeliharaan
Sebanyak 200 ekor Day old chick (DOC) dibagi secara acak ke dalam 4
perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri
dari 10 ekor. Perlakuan mulai diberikan pada umur 8 hari hingga umur 35 hari.
Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan umur ternak (Tabel 2) yang
mengacu pada manajemen brooding Medion (2010) dan setelah umur 14 hari
pakan diberikan tiga kali sehari pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB dan 19.00
WIB. Pakan dan air minum diberikan Ad libitum. Penimbangan bobot badan dan
perhitungan konsumsi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu. Pengukuran
konsumsi air minum dilakukan setiap pagi hari.
Tabel 2 Frekuensi waktu pemberian pakan
Umur
(hari)
1-3
4-6
7-10
11-14

Frekuensi
pemberian (kali)
9
8
7
5

Waktu pemberian (pukul)
6
6
7
7

8
8
10
10

10
10
13
13

12
12
15
16

14
14
17
19

16
16
19
-

19
19
21
-

21
21
-

23
-

Sumber: Medion (2010)
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan masing-masing perlakuan
terdiri atas 5 ulangan, yaitu:
R0 = Ransum Kontrol
R1 = Ransum Kontrol + 0.01 % Zinc Bacitracin
R2 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.2 % dalam air minum
R3 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.4 % dalam air minum
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah konsumsi pakan (g ekor-1),
konsumsi air minum (mL ekor-1), bobot badan akhir (g ekor-1), pertambahan bobot
badan (g ekor-1), konversi pakan dan mortalitas.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan empat perlakuan dan lima kali ulangan menggunakan model matematik
sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993):
Xij = μ + τi + εij

4
Keterangan :
Yij = Nilai pengaruh perlakuan
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam analysis of variance (ANOVA). Jika
didapatkan hasil berbeda nyata (p0.05) terhadap
konsumsi pakan pada periode starter (Tabel 4) yang menunjukkan bahwa
pemberian jus silase dan Zinc Bacitracin tidak mempengaruhi jumlah konsumsi

5
pakan. Bell dan Weaver (2002) menyatakan konsumsi pakan dapat dipengaruhi
oleh tingkat cekaman, suhu lingkungan dan aktivitas ternak. Suhu rata-rata pada
minggu ke 2-3 yaitu
C masih dapat dikatakan sebagai suhu yang
optimal dalam pertumbuhan broiler. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Ipek dan
Sahan (2006) yang mem erikan perlakuan su u
C pada minggu ke 2 dan
27.5 C pada minggu ke 3 menghasilkan bobot badan yang lebih besar
dibandingkan broiler yang mendapat perlakuan suhu
C dan 23.1 C pada
2
minggu ke 2 dan 3. Luas kandang perlakuan 150 m menjadikan ternak masih
bebas beraktivitas. Kondisi lingkungan yang nyaman dapat membuat ayam
mengkonsumsi makanan dengan normal, selain itu kandungan nutrien pakan yang
tidak berbeda dan telah mencukupi kebutuhan ternak juga mempengaruhi
konsumsi pakan. Pemberian antibiotik dan prebiotik biasanya dilakukan pada
pakan yang memiliki kualitas nutrien yang rendah (Nuraini 2010).
Tabel 4 Performa broiler periode starter (8-21 hari)
Perlakuan

Peubah

R0

R1

R2

R3

Konsumsi
air
minum (mL ekor- 2 560.63±221.83a 2 823.09±75.51b 2 526.65±136.14a 2 560.44±78.54a
1
)
Konsumsi
(g ekor-1)

pakan

Rasio konsumsi air
minum : konsumsi
pakan

1 080.42±25.42

2.56:1

Bobot badan awal
143.13±14.92
(hari ke-7)(g ekor-1)

1 133.62±33.58

1 104.30±52.28

1 068.85±98.50

2.68:1

2.62:1

2.57:1

141.34±19.38

142.70±13.81

143.65±13.88

Bobot badan akhir
752.21±126.24
856.63±128.84
775.34±101.21 773.44±141.35
(hari k-21)(g ekor-1)
Pertambahan
bobot badan
609.07±192.19
714.14±202.49
632.64±151.25 629.77±184.41
(g ekor-1)
Konversi pakan
1.71±0.15
1.59±0.06
1.75±0.07
1.70±0.16
Mortalitas (ekor)
0
2
0
1
R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc
Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % dalam air minum, R3 = Ransum
Kontrol+Jus silase 0.4 % dalam air minum; Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti
huruf kecil berbeda nyata pada taraf uji 5 % (uji selang berganda Duncan)

Penambahan jus silase nyata (P0.05) mempengaruhi bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan
(PBB). Bobot badan akhir broiler yang diberi Zinc Bacitracin 0.01 % lebih tinggi
4.47 % dibandingkan bobot badan broiler strain Ross Jumbo yang dikeluarkan
oleh PT Cibadak Indah Sari Farm (2005) yaitu sebesar 820 g ekor-1. Bobot badan
broiler yang diberi jus silase 0.2 % dalam air minum 94.55 % bobot badan broiler
strain Ross Jumbo. Antibiotik membantu meningkatkan bobot badan ternak
dengan membunuh mikroba sehingga energi yang dibutuhkan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba patogen dapat dikompensasi untuk pertumbuhan ternak
(Sundu 2007).
Konversi pakan pada periode starter tidak nyata (P>0.05) dipengaruhi oleh
penambahan jus silase dalam air minum. Konversi pakan periode starter pada
ternak yang ditambahkan jus silase 0.2 % dan 0.4 % dalam air minum yaitu 1.75
dan 1.70 sedangkan konversi pakan kontrol 1.71. Konversi pakan yang lebih
rendah dapat menghasilakan efisiensi produksi yang lebih besar (Aviagen 2009).
Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22-35 hari)
Konsumsi pakan pada periode finisher tidak nyata (P>0.05) dipengaruhi
oleh penambahan jus silase dalam air minum maupun penambahan antibiotik
dalam pakan (Tabel 5). Rata-rata konsumsi pakan 1 952.06-2 012.29 g ekor-1 pada
periode finisher dengan bobot badan yang dicapai rata-rata 1 590.76-1 709.09 g
ekor-1. Konsumsi pakan ini lebih besar dari konsumsi pakan standar broiler strain
Ross Jumbo yang dikeluarkan oleh PT. Cibadak Indah sari Farm (2005) yang
hanya mencapai 1 863 g ekor-1. u u pa a perio e ini men apai
C sedangkan
suhu yang diperlukan dalam mengoptimalkan pertumbuhan broiler hanya sampai
21 C (Wijayanti 2013). Hal ini yang menyebabkan bobot badan broiler juga lebih
rendah dari standar yang mencapai 1 822 g ekor-1. Suhu 28 C merupakan suhu
kritis atas dimana angka kematian dan sakit meningkat (Amrullah 2004) terbukti
dengan meningkatnya angka mortalitas pada periode ini.

7
Tabel 5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari)
Perlakuan

Peubah

R0

R1

R2

R3

Konsumsi
air
4 972.41±180.98 5 341.52±379.56 5 268.62±410.07 5 117.14±305.58
minum (mL ekor-1)
Konsumsi pakan
(g ekor-1)
Rasio konsumsi
air minum :
konsumsi pakan
Bobot
badan
awal (hari ke-21)
(g ekor-1)
Bobot
badan
akhir (hari k-35)
(g ekor-1)
Pertambahan
bobot badan
(g ekor-1)
Konversi pakan

1 952.06±121.40 1 988.43±128.34 2 012.29±95.96
2.37:1

752.21±126.24

2.49:1

2.29:1

856.63±128.84

775.34±101.21

1 590.76±119.28 1 709.09±120.61

1 650.00±94.47

1 990.39±124.49
2.40:1

773.44±141.35

1 663.29±133.09

825.35±146.01

841.74±165.26

875.54±110.52

872.99±163.32

2.35±0.23

2.36±0.9

2.30±0.06

2.28±0.15

Mortalitas (ekor)
6
2
4
4
R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc
Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % dalam air minum, R3 = Ransum
Kontrol+Jus silase 0.4 % dalam air minum

Perlakuan tidak nyata (P>0.05) mempegaruhi konsumsi air minum pada
periode finisher (Tabel 5). Rata-rata konsumsi air minum selama periode ini
355.17-381.54 mL ekor-1 hari-1. Konsumsi air minum yang lebih tinggi
dibandingkan konsumsi air minum standar broiler yang hanya 232-262 mL ekor-1
hari-1 (Rusianto 2008). Konsumsi air minum yang meningkat dapat disebabkan
oleh suhu lingkungan yang lebih tinggi. Kebutuhan air minum akan meningkat
rata-rata 6.5 % setiap kenaikan C pa a su u iatas
C (Rusianto 2008). Ayam
akan meningkatkan konsumsi air minum dan menurunkan konsumsi pakan untuk
menyeimbangkan persentase cairan tubuh yang hilang pada proses evaporasi.
Evaporasi akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
lingkungan dengan tujuan panas didalam tubuh akan keluar melalui penguapan
(Piliang dan Djojosoebagio 2006).
Pertambahan bobot badan mengalami penurunan pada periode finisher di
perlakuan R1 seperti yang terlihat pada Gambar 2. Zinc Bacitracin merupakan
salah satu antibiotik yang umum digunakan untuk memacu peningkatan bobot
badan ayam. Bobot badan broiler akan mengalami peningkatan hingga mencapai
pertumbuhan maksimal. Percepatan pertumbuhan yang disebabkan oleh antibiotik
menjadikan pertambahan bobot badan broiler mencapai maksimal pada periode
starter. Hal ini yang dapat menyebabkan pertambahan bobot badan R1 pada
periode finisher terlihat seperti mengalami penurunan.
Ternak yang ditambahkan jus silase 0.2 % dalam air minum memiliki PBB
yang konsisten naik sampai akhir periode finisher. Jus silase yang dihasilkan dari
proses ensilase selama 70 hari mengandung 10.32 ± 9.84 log10 CFU ml-1 bakteri
asam laktat (BAL) dengan kandungan asam laktat 7.71 ± 0.73 mg ml-1 (Gurning

8
2013). BAL dapat melawan mikroorganisme yang tidak berguna sehingga dapat
menghambat mikroba patogen. Energi yang digunakan untuk membunuh mikroba
dikonpensasikan pada pertumbuhan ternak. Hal ini yang dapat menyebabkan
pertambahan bobot badan ternak yang diberi jus silase meningkat pada periode
finisher. Penambahan jus silase pada air minum tidak nyata (P>0.05)
mempengaruhi pertambahan bobot badan ternak.
500

Pertambahan bobot badan
(gram ekor-1)

450
400
350
300
250
200
14

21

28

35

Umur (hari)
Gambar 1 Pertambahan bobot badan selama penelitian. R0 (
) = Ransum Kontrol (tanpa
penambahan antibiotik atau jus silase), R1 ( ) = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin
0.01 %, R2 (
)= Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 (
)=
Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Performa Ayam Broiler Selama Perlakuan (8-35 hari)
Penambahan jus silase dalam air minum dari umur delapan hingga 35 hari
tidak nyata (P>0.05) mempengaruh konsumsi air minum, konsumsi pakan, bobot
badan akhir, pertambahan bobot badan dan konversi pakan broiler dibandingkan
dengan kontrol dan penambahan Zinc Bacitracin dalam pakan (Tabel 6). Rata-rata
konsumsi pakan selama empat minggu 2 907.18-3 001.05 g ekor-1 dengan
pertambahan bobot badan rata-rata 1 447.49-1 568.07 gram ekor-1. Konsumsi
pakan ini lebih tinggi dari standar konsumsi pakan broiler strain Ross yang
dikeluarkan oleh PT. Cibadak Indah Sari Farm (2005) yang hanya 2 415 g ekor-1
dengan pertambahan bobot badan yang dapat dicapai sebesar 1 715 g ekor-1. Hal
ini menyebabkan rataan konversi pakan selama penelitian juga lebih tinggi yaitu
1.91-1.99. Konversi pakan yang tinggi menunjukkan semakin banyak pakan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat. Broiler dapat lebih
efisien dalam penggunaan pakan pada kisaran suhu lingkungan yang optimum
karena tidak mengeluarkan energi untuk mengatasi suhu lingkungan yang tidak
normal (Yuniar 2010). Hal ini yang dapat menyebabkan konversi pakan penelitian
lebih tinggi dari standar. Bobot badan yang dicapai selama penelitian sebesar
90.56 % pada penambahan 0.2 % jus silase dalam air minum dan 91.29 % pada
penambahan 0.4 % jus silase dalam air minum dibandingkan dengan standar yang
mencapai 1822 g ekor-1 (Cibadak Indah Sari Farm 2005).

9
Tabel 6 Performa broiler selama perlakuan (8-35 hari)
Peubah
Konsumsi
air
minum (mL ekor-1)
Konsumsi pakan
(g ekor-1)
Rasio konsumsi air
minum : konsumsi
pakan
Bobot badan awal
(hari ke-7)(g ekor-1)
Bobot badan akhir
(hari k-35)(g ekor-1)
Pertambahan bobot
badan (g ekor-1)
Konversi pakan

R0

R1

Perlakuan
R2

R3

7 533.04±397.50 8 189.81±450.11 7 669.25±557.84 7 677.58±366.88
2 907.18±140.57 3 001.05±98.77
2.59:1
143.13±14.92

2.73:1
141.34±19.38

2 995.60±141.05 2 930.77±195.31
2.56:1
142.70±13.18

2.62:1
143.65±13.88

1 590.76±119.28 1 709.09±120.61 1 650.00±94.47

1 663.29±133.09

1 447.49±190.92 1 568.07±197.97 1 507.87±144.81

1 518.19±179.57

1.96±0.14

1.91±0.11

1.99±0.07

1.93±0.07

Mortalitas (ekor)
6
4
4
5
R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc
Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 = Ransum
Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Mortalitas pada masa penelitian (8-35 hari) mencapai 19 ekor. Tingginya
angka kematian dipengaruhi oleh stres lingkungan. Suhu lingkungan mengalami
fluktuasi selama masa pemeliharaan seperti yang tertera pada Tabel 3 yang dapat
menyebabkan daya tahan ayam menurun. Amrullah (2004) menyatakan adaptasi
terhadap panas lebih sulit dilakukan ayam pada suhu lingkungan yang berfluktuasi.
Jumlah kematian terbanyak terjadi pada minggu ke 5 (Tabel 7) pada perlakuan
kontrol dan terendah pada perlakuan dengan penambahan jus silase 0.2 % dalam
air minum. Hassan et al. (2010) menyatakan bahwa campuran asam organik
ampuh dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan unggas dan dapat digunakan
sebagai pemacu pertumbuhan jika digunakan dengan memperhatikan kebutuhan
nutrien, manajemen dan biosekuriti yang benar. Kematian juga diduga karena
Sudden death Syndrome (SDS) ditandai dengan mati dengan punggung telentang.
Amrullah (2004) menyatakan gejala SDS yaitu ayam membanting-bantingkan
badannya, kematian mencapi puncaknya sekitar umur 3-4 minggu yang sering
ditemukan mati dengan punggung dibawah. SDS disebabkan oleh gangguan
metabolik akibat ketidakseimbangan elektrolit dalam fibrilasi ventrikula kiri.
Tabel 7 Mortalitas selama pemeliharaan (1-35 hari)
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
Total

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Total
------------------------------- ekor --------------------------------------1
0
0
1
5
7
1
1
1
1
1
5
0
0
0
1
3
4
2
1
0
0
4
7
4
2
1
3
13
23

R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc
Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 = Ransum
Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

10
Income Over Feed Cost (IOFC)
Biaya pakan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi biaya produksi.
Penghitungan (IOFC) dapat menggambarkan pemakaian pakan yang memberikan
keuntungan terbesar dalam pemeliharaan. Pendapatan yang diperoleh selama
perlakuan (8-35 hari) (Tabel 8) dari yang terbesar secara berturut-turut yaitu Rp 5
507.509, Rp 5 281.323, Rp 4 660.166 dan Rp 4 250 untuk perlakuan R1, R3, R2
dan R0 setiap ekornya.
Tabel 8 IOFC selama perlakuan (8-35 hari)
Uraian

Perlakuan
R1
R2

R0
-1

Konsumsi Pakan (Kg ekor )
Harga Pakan (Rp Kg-1)
Harga Zinc Bacitracin (Rp Kg-1)
Biaya Pakan (Rp Kg-1)
Konsumsi Air minum (L ekor-1)
Harga Jus silase (L ekor-1)
Pengeluaran (Rp ekor-1)
Bobot Badan Akhir (Kg ekor-1)
Pemasukan (Rp ekor-1)
Pendapatan (Rp ekor-1)

2.907
20 349
0
20 349
7.533
0
20 349
1.447
24 599
4250

3.001
21 007
141.491
21 148.49
8.19
0
21 148.49
1.568
26 656
5507.509

2.996
20 972
0
20 972
7.669
3.835
20 975.83
1.508
25 636
4 660.166

R3
2.931
20 517
0
20 517
7.677
7.677
20 524.677
1.518
25 806
5 281.323

R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc
Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 = Ransum
Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Pendapatan keseluruhan yang diperoleh oleh masing-masing perlakuan
jika dikurangi dengan jumlah kematian selama perkaluan (8-35 hari) maka Rp 253
345.407, Rp 237 659.535, Rp 214 367,614 dan Rp 187 000 untuk R1, R3, R2 dan
R0. Pemberian jus silase 0.4 % dalam air minum memiliki pendapatan yang lebih
besar dibandingkan pemberian jus silase 0.2 % dalam air minum meskipun jumlah
kematian broiler pada R3 lebih banyak dari pada R2.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jus silase 0.2 % dan 0.4 % dalam air minum mampu meningkatkan
performa ayam sebanding dengan performa ayam yang diberikan antibiotik dan
menurunkan angka mortalitas yang disebabkan oleh stres lingkungan.
Saran
Pemberian jus silase pada pada air minum disarankan dengan taraf 0.4 %.

11

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor (ID): Lembaga Satu
Gunungbudi.
Aviagen. 2009. Ross broiler management manual. Alabama (US): Aviagen
Bell DD, Weaver WD. 2002. Comercial chicken meat and egg production. New
York (US): Springer scince business Inc.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Konsumsi daging menurut jenis daging dan
daging olahan perkapita [Internet]. [diunduh 2012 April]. Tersedia pada:
http://www.deptan.go.id/ infoeksekutif/ nak/ pdf-eisNAK2013/ KonsumsiJenis Daging & olahan. Pdf.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-3930-2006. Pakan anak
ayam ras pedaging (broiler starter). Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-3931-2006. Pakan ayam ras
pedaging masa akhir (broiler finisher). Jakarta (ID): BSN
Cibadak Indah Sari Farm. 2005. Standar Broiler Jumbo [Internet]. [diunduh 2014
Mei]. Tersedia pada: http://www.cibadak.com/main.php?q=prd1.
Daniel. 2011. Pengaruh supplementasi metionin cair dalam air minum terhadap
performa. persentase karkas dan organ dalam ayam broiler periode finisher
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Ferket PR. 2002. Antibiotic growth promotants and mechanisms of action. Di
dalam: Ferket PR, Parks CW, Grimes JL, editor. Benefits of dietary
antibiotic and mannanoligosaccharide supplementation for poultry. MultiState Poultry Meeting; 2002 Mei 14-16; Raleigh, United States. Raleigh
(US): North Carolina State University. hlm 1-2
Gurning FN. 2013. Profil jus silase jagung dan kemampuannya dalam
menghambat bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. yang diisolasi
dari feses pedet diare [tesis]. Bogor (ID): IPB.
Harahap AE. 2009. Kajian daya hambat dan daya simpan bakteri asam laktat
silase ransum komplit dengan dan tanpa kapsulasi [tesis]. Bogor (ID): IPB.
Hassan HMA, Mohamed MA, Youssef AW, Hassan ER. 2010. Effect of using
organic acids to subtitute antibiotic growth promotors on performance and
intestinal microflora of broiler. Asian-Aust J Anim Sci. 23(10):1348-1353.
Ipek A, Sahan U. 2006. Effect of cold stress on broiler performance and ascites
susceptibility. Asian-Aust J Anim Sci. 19(5):734-738.
Medion. 2010. Manajemen brooding [Internet]. [diunduh 2014 Februari]. Tersedia
pada: info.medion.ac.id/ index.php/artikel/broiler/tata-laksana/manajemenbrooding.
McDonald P, Henderson AR., Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage.
Second edition. Aberystwyth (GB): J Wiley.
Merryana FO, Nahrowi, Ridla M, Setiyono A, Ridwan R. 2007. Performan broiler
yang diberi pakan silase dan ditantang Salmonella typhimurium. Seminar
Nasional AINI VI; 2007; Jogjakarta. Indonesia. Jogjakarta (ID): UGM. hlm
186-194.
Nuraini. 2010. Performa, persentase karkas, lemak abdominal dan organ dalam
ayam broiler yang diberi ransum dengan penambahan prebiotik dari
tongkol jagung [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

12
Piliang WG, Djojosoebagio S. 2006. Fisiologi nutrisi. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor Press
Rusianto N. 2008. Management beternak broiler modren. Surabaya (ID): Privo
Sakurazy Medtecindo
Sundu B. 2007. Oligosakarida Alternatif Pengganti Antibiotik Growth Promotant
[Internet]. [diunduh 2014 Mei]. Tersedia pada : http://www.
majalahinfovet.com/2007/10/oligosakarida–alternative-pengganti.Html
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur statistika suatu pendekatan
biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Swastike W. 2012. Efektifitas antibiotik herbal dan sintetik pada pakan ayam
broiler terhadap performance. kadar lemak abdominal dan kadar kolesterol
darah. SNST ke-3; 2012. Semarang (ID): Universitas Wahid Hasyim
Semarang
Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada
Press
Wijayanti RP. 2013. Pengaruh suhu kandang yang berbeda terhadap performans
ayam pedaging periode starter [skripsi]. Malang (ID): Universitas
Brawijaya
Yuniar L. 2010. Performa broiler pada suhu kandang dan warna cahaya yang
berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

13
Lampiran 1 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode starter (8-21 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
24166.3873
45093.6664
69260.0536

Kuadrat
tengah
8055.4624
2818.3541

Fhit

Signifikansi

2.8582 0.0698

Lampiran 2 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode finisher (22-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
17372.0227
45612.2973
62984.3200

Kuadrat
tengah
5790.6742
3258.0212

Fhit

Signifikansi

1.7774

0.1976

Lampiran 3 Hasil sidik ragam bobot badan akhir selama perlakuan (8-35 hari)
Sumber
Derajat Jumlah
Kuadrat
Fhit
Signifikansi
keragaman bebas
kuadrat
tengah
18744.9770 6248.3257
1.1535
0.3580
Perlakuan 3
86668.6996 5416.7937
Galat
16
105413.6766
Total
19
Lampiran 4 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode starter (8-21
hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
25035.7912
41571.1175
66606.9087

Kuadrat
tengah
8345.2637
2598.1948

Fhit

Signifikansi

3.2119

0.0512

Lampiran 5 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode finisher (22-35
hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
6766.4569
41511.3047
48277.7616

Kuadrat
tengah
2255.4856
2594.4565

Fhit

Signifikansi

0.8693

0.4773

Lampiran 6 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan selama perlakuan (8-35
hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
20266.0396
84100.1269
104366.1665

Kuadrat
tengah
6755.3465
5256.2579

Fhit

Signifikansi

1.2852

0.3134

14

Lampiran 7 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode starter (8-21 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
7106.9371
26850.1845
33957.1217

Kuadrat
tengah
2368.9790
1790.0123

Fhit

Signifikansi

1.3234

0.3038

Lampiran 8 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode finisher (22-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
2006.9197
165534.5284
167541.4481

Kuadrat
tengah
668.9732
11035.6352

Fhit

Signifikansi

0.0606

0.9797

Lampiran 9 Hasil sidik ragam konsumsi pakan selama perlakuan (8-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
32945.248
350240.053
383185.301

Kuadrat
tengah
10981.749
21890.003

Fhit

Signifikansi

0.502

0.686

Lampiran 10 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode starter (8-21 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Error
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
240652.2829
312745.8370
553398.1199

Kuadrat
tengah
80217.4276
20849.7225

Fhit

Signifikansi

3.8474

0.0317

Lampiran 11 Uji lanjut Duncan konsumsi air minum periode starter (8-21 hari)
Perlakuan*
R4
R3
R0
R1
Signifikansi

Jumlah
perlakuan
5
5
5
4

Subset
1
2526.6460
2560.4400
2560.6320
0.7373

2

2823.0900
1.0000

15
Lampiran 12 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode finisher (22-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
395182.6637
1585239.4130
1980422.0767

Kuadrat
tengah
131727.5546
105682.6275

Fhit

Signifikansi

1.2464

0.3280

Lampiran 13 Hasil sidik ragam konsumsi air minum selama perlakuan (8-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
1255307.859
3225584.560
4480892.419

Kuadrat
tengah
418435.953
201599.035

Fhit

Signifikansi

2.076

0.144

Lampiran 14 Hasil sidik ragam konversi pakan periode starter (8-21 hari)
Sumber Derajat
keragaman bebas
Perlakuan 3
Galat
16
Total
19

Jumlah
kuadrat
0.0690
0.2265
0.2955

Kuadrat
tengah
0.0230
0.0142

Fhit

Signifikansi

1.6241

0.2232

Lampiran 15 Hasil sidik ragam konversi pakan periode finisher (22-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
0.0231
0.4533
0.4764

Kuadrat
tengah
0.0077
0.0283

Fhit

Signifikansi

0.2713

0.8452

Lampiran 16 Hasil sidik ragam konversi pakan selama perlakuan (8-35 hari)
Sumber
keragaman
Perlakuan
Galat
Total

Derajat
bebas
3
16
19

Jumlah
kuadrat
0.017
0.165
0.182

Kuadrat
tengah
0.006
0.010

Fhit

Signifikansi

0.550

0.656

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pariaman pada tanggal 08 Maret
1992. tetapi diakte kelahiran surat keterangan lainnya tertulis
lahir pada tanggal 08 Februari 1992. Penulis merupakan anak
ke dua dari tiga orang bersaudara dari Bapak Sabikul Khairi
dan Ibu (almh) Rosnawati. Penulis lulus dari SMA 1
Pariaman pada tahun 2010 dan ditahun yang sama penulis
diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB) di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan. penulis aktif di Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) sebagai sekretaris tahun 2012 dan ketua Komisi 1
Dewan Marcher DPM D IPB 2013 dan diberbagai kepanitian. Beberapa prestasi
yang diraih penulis adalah didanai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari
DIKTI pada tahun 2012 dan 2013, Juara 1 kategori poster PIMNAS 26 tingkat
Nasional 2013, Juara 2 kategori presentasi PIMNAS 26 tingkat Nasional 2013,
Juara favorit kategori juri PIMNAS 26 tingkat Nasional 2013, the best paper in
Student Seminar on Animal Nutrition and Feed Technology tingkat nasional 2013
dan the best presentator in Student Seminar on Animal Nutrition and Feed
Technology tingkat nasional 2013.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Nahrowi, MSc dan Dr Ir
Sumiati, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama penyusunan tugas akhir dan selama kuliah di Departemen
INTP. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Rita Mutia, MAgr
sebagai dosen penguji seminar dan sidang serta dosen panitia seminar. Terima
kasih kepada M Sriduresta S, SPt, MSc selaku dosen penguji sidang serta Dilla M
Fassah. SPt, MSc selaku dosen panitia sidang. Tak lupa penulis ucapkan
terimaksih kepada Papa, (almh) Mama, Incim, Abang, Cynthia yang telah
membiaya seluruh pendidikan dan penelitian serta doa, kasih sayang dan
dukungan selama ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada temanteman Hade(er), kamar 04A1, D.Net, keluarga besar DPMD IPB, Pengurus LKD
2011-2013, panitia MPF48, PAK MPF 50, AK 10 MPF50, keluarga besar Fapet
IPB, Greendhouse, teman-teman yang membantu selama penelitian (Kak Acho,
Sisca, Nisa, Tenti, Ichsan, Hanah, Pewe, Khuluq, Mas Ijan, Pak Wardi) atas
segala bentuk dukungan dan semangatnya. Penulis juga menegucapkan terima
kasih kepada PT. CJ super feed yang telah membantu dalam penyediaan bahan
pakan, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Ilmu dan Pakan yang telah
mengijinkan pengambilan data dan analisa sampel penelitian serta seluruh pihak
yang mendukung dan membantu terlaksanaan penelitian ini hingga akhir.