Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Di Desa Teja Kabupaten Majalengka

DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH
TANGGA DI DESA TEJA KABUPATEN MAJALENGKA

FITRI MUNGGARANI KHOERUNNISA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dampak Program
Simpan Pinjam Perempuan terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
di Desa Teja Kabupaten Majalengka” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Fitri Munggarani Khoerunnisa
NIM: I34120087

ABSTRAK

FITRI MUNGGARANI K. Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan
terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja Kabupaten
Majalengka. Di bawah bimbingan RILUS A. KINSENG dan HANA
INDRIANA.
Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang tidak hanya terjadi di negara
berkembang tetapi juga terjadi di negara maju. Upaya penanggulangan
kemiskinan di Indonesia pemerintah membuat berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang dikelola oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah.
Salah satu program penanggulangan kemiskinan adalah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan bidang Simpan Pinjam Khusus
Perempuan (PNPM-MP Bidang SPP). Adanya program penanggulangan

kemiskinan yaitu untuk membantu masyarakat miskin dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga berdampak terhadap tingkat kesejahteraan mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan
masyarakat sebelum dan sesudah program terlaksana, serta terdapat perbedaan
variabel tingkat penerimaan usaha dan modal usaha sebelum dan setelah program
terlaksana. Begitupun dengan hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan
terdapat hubungan nyata positif antara tingkat keberhasilan program simpan
pinjam perempuan terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Kata Kunci: kemiskinan, program penanggulangan kemiskinsan, simpan pinjam
perempuan, tingkat kesejahteraan
ABSTRACT
FITRI MUNGGARANI K. The Impact of Women's Credit Program to the
Household’s Welfare in Teja Village, Majalengka Distict. Supervised by RILUS
A. KINSENG and HANA INDRIANA.
Poverty is a social phenomenon that is found not only in developing
countries but also in developed countries. To eradicate poverty in Indonesia, the
government exercises various poverty reduction programs run by various
ministries and government agencies. One of these poverty alleviation program is
the National Program for Rural Community Empowerment, especially Micro
Credit for Women (PNPM-MP Field SPP). The purpose of this program is to help

the poor families to meet their basic needs that will bring a significant impact on
the level of their welfare. The results of this study confirm that there are
differences in the level of welfare before and after the program is implemented,
Similarly, there are differences in the income and financial level before and after
the program is implemented. This study confirm as well there is a real positive
correlation between the success rate of women's credit program to the level of
household’s welfare.
Keywords: level of welfare, poverty, poverty reduction program, women’s credit

DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH
TANGGA DI DESA TEJA KABUPATEN MAJALENGKA

FITRI MUNGGARANI KHOERUNNISA

Skripsi
sebagai salah satu untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

Judul Skripsi

:

Nama
NIM

:
:

Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan terhadap
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja,
Kabupaten Majalengka

Fitri Munggarani Khoerunnisa
I34120087

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A. Kinseng,MA
Pembimbing I

Hana Indriana, SP. MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya menyertai penulis dengan kasih setia serta berkat-Nya
sehingga skripsi yang berjudul “Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan
terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja, Kabupaten
Majalengka” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini dapat
terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA dan
Hana Indriana, SP. MSi, selaku dosen pembimbing yang selalu mendukung
penulis, baik berupa masukan, saran, kritik, maupun motivasi selama penulisan
skripsi. Tak lupa, ucapan terima kasih pada kedua orangtua tercinta, ibunda Yani
Syafitriyani dan ayahanda Mohamad Komarukhiyat serta keluarga besar yang
selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis, warga
Desa Teja serta staf Desa Teja yang telah membantu dalam memperoleh data
lapang. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 49 yang telah menjadi teman
seperjuangan, dan semua pihak yang telah mendukung penulis baik dalam doa
maupun dukungan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak

Bogor, Juni 2016

Fitri Munggarani Khoerunnisa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional

PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum
Kondisi Geogrsfis
Kondisi Aset Desa Teja
Kondisi Kemiskinan di Desa Teja
Karakteristik Responden
PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Desa Teja
Tingkat Penerimaan Usaha
Tingkat Modal Usaha
Perubahan Tingkat Pendapatan dan Tingkat Modal Usaha Sebelum dan
Sesudah Pprogram Simpan Pinjam
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan

xi
xii
xii
1
1
2
3
3
5
5
10
12
12
19
19
19
19
20

20
23
23
24
26
27
30
33
33
35
36
37
38

DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

41

Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pemanfaat Program Simpan

Pinjam
Perubahan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sebelum dan Seudah
Program Simpan Pinjam
Hubungan tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat

41
47
49

PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

53
53
53
55
57
72

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

17

18
19
20
21
22

23

24

Matriks definisi operasional tingkat keberhasilan
program Simpan Pinjam Perempuan
Matriks tingkat kesejahteraan
Jumlah penduduk desa teja berdasarkan kelompok umur
dan jenis kelamin
Tingkat pendidikan penduduk Desa Teja
Mata pencaharian penduduk Desa Teja
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Teja
Jumlah sarana dan prasarana keagamaan, kesehatan,
olahraga, dan umun
Perbandingan kemiskinan secara konseptual dan
kemiskinan komunitas
Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah responden berdasarkan kelompok umur
Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan
Lama responden menjadi anggota simpan pinjam
Daftar nama kelompok dan ketua kelompok simpan
pinjam perempuan Desa Teja
Tingkat penerimaan usaha masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan
Tingkat modal usaha masyarakat pemanfaat program
simpan pinjam perempuan
Hasil uji beda tingkat pendapatan dan tingkat modal
usaha masyarakat sebelum dan sesudah program simpan
pinjam
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam
perempuan
Tingkat kesejahteraan masyarakat pemanfaat program
simpan pinjam perempuan
Tingkat pengeluaran masyarakat pemanfaat prograam
sebelum dan sesudah program
Tingkat kepemilikan aset rumah tangga masyrakat
pemanfaat program sebelum dan sesudah
Tingkat kepemilikan kendaraan masyarakat pemanfaat
program sebelum dan sesudah program
Perubahan status kepemilikan tempat tinggal
masyarakat pemanfaat program simpan pinjam
perempuan
Perubahan konsidi tempat tinggal masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan berdasarkan bahan
atap rumah
Perubahan konsidi tempat tinggal masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan berdasarkan jenis
dinding rumah

12
12
24
25
25
26
26
29
30
31
31
31
34
35
36
37

39

41
42
42
43
44

44

44

25

26
27
28

29
30
31
32
33

Perubahan konsidi tempat tinggal masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan berdasarkan jenis
lantai rumah
Perubahan fasilitas MCK masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan
Perubahan sumber penerangan masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan
Perubahan jenis bahan bakar untuk memesak
masyarakat pemanfaat program simpan pinjam
perempuan
perubahan akses kesehatan masyarakat pemanfaat
program simpan pinjam perempuan
Perubahan kemampuan menanbung masyarakat
pemanfaat program simpan pinjam perempuan
Hasil uji beda tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum
dan sesudah program simpan pinjam
Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat
kesejahteraan
Hubungan tingkat modal usaha dengan tingkat
kesejahteraan

45

45
46
46

47
47
48
50
51

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Kerangka pemikiran
Struktur organisasi Desa Teja
Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal

11
23
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Denah lokasi penelitian
Jadwal kegiatan penelitian skripsi 2016
Kerangka sampling
Tematik catatan harian
Kuesioner penelitian
Uji reliabilitas dan validitas
Uji normalitas
Hasil uji korelasi rank spearman

58
59
60
63
66
69
70
71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk di Indonesia menurut perkiraan Badan Pusat Statistik
pada tahun 2014 sudah mencapai 252 juta jiwa. Dari 252 juta jiwa penduduk
Indonesia sebanyak kurang lebih 27 juta jiwa atau sekitar 10,71% tergolong
penduduk miskin yang tersebar di 34 Provinsi di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Namun, masalah kemiskinan lebih banyak terjadi di wilayah pedesaan. Pernyataan
tersebut didukung oleh data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik mengenai
persentase kemiskinan untuk wilayah pedesaan di Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung menurun namun tidak terlalu signifikan. Menurut data terakhir pada
tahun 2013 di bulan September persentase kemiskinan pedesaan di Indonesia
adalah 14,42 %, mengalami penurunan di tahun berikutnya yaitu tahun 2014 pada
bulan September sebesar 0,66 % menjadi 13,76 %. Sedangkan, untuk wilayah
perkotaan persentase kemiskinan pada tahun 2013 di bulan September dan pada
tahun 2014 di bulan September secara berurutan adalah 8,52 % dan 8,34 %
dengan selisih 0,18 %. Persentase ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
persentase wilayah pedesaan Indonesia. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik
tahun 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun 2014 sekitar 27 juta jiwa menjadi 28 juta jiwa. Kenaikan angka kemiskinan
ini disebabkan oleh karakteristik penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di
sektor pertanian sebagai buruh tani yakni sekitar 54% yang memiliki pendapatan
rendah. Rendahnya pendapatan yang diperoleh membuat penduduk miskin tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasar apalagi harga bahan pokok terus meningkat
akibat dari kondisi lemahnya perekonomian global1.
Menurut Iskandar (2012) kemiskinan merupakan fenomena sosial yang
tidak hanya terjadi di negara – negara berkembang tetapi juga terjadi di negara –
negara maju. Secara umum kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan standar kebutuhan
yang lain (Herbert 2001 dalam Iskandar 2012). Pengukuran kemiskinan dapat
dilakukan dengan berbagai versi yang ditetapkan oleh ilmuwan atau intansi
tertentu. Pada penelitian ini indikator kesejahteraan keluarga yang akan dilihat
untuk mengukur kemiskinan berdasarkan versi yang dipakai oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kesejahteraan
menurut Fahrudin (2012) memiliki tujuan bahwa untuk mencapai kehidupan yang
sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, pangan,
perumahan, dan relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya. Maka dari itu
untuk mengukur ketercapaian standar kehidupan dalam pencapaian kesejahteraan
23 indikator yang dikemukakan oleh BKKBN diharapkan dapat memberikan
gambaran sejauh mana rumah tangga miskin dapat sejahtera dengan adanya
program – program penanggulangan kemiskinan.

1

Suryamin
(Kepala
BPS)
dalam
http://ekbis.sindonews.com/read/1074259/34/angka-kemiskinan
orang-1451890507.

Berita
Sindonewes
meningkat-tembus-28-51-juta-

2
Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa penanggulangan
kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah
yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha
dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 tercantum bahwa program
penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Pemerintah Indonesia dalam
upaya penanggulangan kemiskinan membuat berbagai macam program yang
dikelola oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah. Pada periode
pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga presiden Joko
Widodo sekarang ini setidaknya ada beberapa program pengentasan kemiskinan
berdasarkan data yang diperoleh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) 2 , diantaranya: Kredit Usaha Rakyat (KUR), Rogram
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), Bantuan Siswa
Miskin (BSM), Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin), Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), Jamkesmas yang
sekarang lebih dikenal dengan sebutan BPJS Kesehatan, Kartu Keluarga Sejahtera
(KKS), dan lain sebagainya. Program – program penanggulangan kemiskinan ini
sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin di Indonesia.
Kemiskinan perlu ditanggulangi karena kemiskinan dapat merusak rajutan
hidup sosial sebagai manusia, memecah masyarakat, menciptakan musuh,
mengubah kawan menjadi lawan, dan menggetarkan stabilitas hidup sosial
manusia. Terlebih, kemiskinan merusak harkat dan martabat manusia dan
masyarakat. Kemiskinan menjadi sumber bagi tindak kekerasan yang banyak
terjadi, sehingga perlu ada tindakan yang dilakukan oleh pemerintah guna
menekan masalah kemiskinan yang lebih kompleks. Oleh sebab itu, keberadaan
program penanggulangan kemiskinan menjadi penting dilaksanakan sebagai
upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat
miskin. Penelitian Jasuli et al (2013) mengemukkakan keefektivan pelaksanaan
program PNPM-MP berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada
penelitian ini program penanggulangan kemiskinan yang akan di kaji adalah desa
Teja Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Desa Teja merupakan desa
yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi yaitu 21,22% pada tahun
2011 menurut data PPLS. Keberadaan program penanggulangan kemiskinan di
desa Teja menjadi penting untuk dikaji, agar dapat diketahui bagaimana
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan khususnya Simpan Pinjam
Perempuan dapat memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
di Desa Teja Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

2

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). http://www.tnp2k.go.id

3
Masalah Penelitian
Dikatakan sebelumnya bahwa kemiskinan dapat memberikan masalah yang
lebih besar apabila tidak ditanggulangi dengan baik, misalnya akibat kesehatan
dan pendidikan yang buruk kualitas hidup serta daya saing masyarakat menjadi
rendah, sehingga perlu ada kebijakan atau tindakan yang dapat mengangkat
kualitas hidup masyarakat. Desa Teja yang merupakan salah satu desa yang
terletak di wilayah Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat tidak luput dari
keberadaan program – program penanggulangan kemiskinan. Salah satunya
adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan bidang
Simpan Pinjam Perempuan. Keberhasilan suatu program penanggulangan
kemiskinan perlu dilihat dari segi pelaksanaan program tersebut, sehingga
pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan
program simpan pinjam perempuan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya? Selain itu, tujuan program penanggulangan kemiskinan
yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat miskin
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal. Pembuktian dari tujuan
tersebut yaitu melihat dampak dari keberadaan program penanggulangan
kemiskinan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka pertanyaan yang
diajukkan adalah bagaimana dampak program simpan pinjam perempuan
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka
penulisan ini bertujuan untuk:
1.
Menganalisis pelaksanaan program simpan pinjam perempuan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya.
2.
Menganalisis dampak program simpan pinjam perempuan terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Manfaat Penelitian
1.

2.

3.

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan mengenai
kajian-kajian seputar penanggulangan kemiskinan dan dampaknya terhadap
kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai dampak
yang terjadi akibat keberadaan program penanggulangan kemiskinan
terhadap kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat menjadi acuan bagi
pemerintah dalam menyusun dan menentukan kebijakan.
Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
mengenai program – program penanggulangan kemiskinan yang dapat
memberikan perubahan pada kesejahteraan masyarakat.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Kemiskinan
Cheyne, O’ Brien, dan Belgrave (1998) dalam Suharto (2010)
mengemukakan ada dua pandangan tentang kemiskinan, yaitu paradigma neoliberal dan demokrasi sosial.
1.
Paradigma Neo-Liberal
Pendukung teori neo-liberal mengatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh
faktor yang berasal dari individu yang bersangkutan. Persoalan individual
tersebut adalah kelemahan (lemahnya pendapatan, malas, dll) dan pilihan
individu. Pandangan neo-liberal menganggap kemiskinan akan hilang
apabila kekuatan pasar diperluas dan pertumbuhan ekonomi dipacu.
2.
Paradigma demokrasi-sosial
Pada pandangan ini kemiskinan dilihat dari persoalan struktural karena
adanya ketidakadilan dan ketimpangan akibat tersumbatnya akses kelompok
tertentu terhadap sumberdaya.
Kedua paradigma tersebut memiliki pandangan berbeda dalam melihat
potret kemiskinan. Menurut Badan Statistika Nasional (2006) dalam Papilaya
(2013) kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran.
Dari hasil empiris yang diperoleh, Karya (2013) mengatakan bahwa
kemiskinan terjadi karena kejadian tak sengaja yaitu krisis ekonomi, karena
pertumbuhan ekonomi yang rendah. Sehingga kemiskinan dikaitkan dengan
perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan
pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk
hidup secara layak. Seperti halnya Karya, Rusdarti menganggap faktor ekonomi
menjadi akar penyebab kemiskinan secara rinci Rusdarti et al. (2013) mengatakan
bahwa kemiskinan
adalah kondisi rusaknya tatanan ekonomi sehingga
masyarakat tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, dan sarana prasarana
lainnya. berbeda dengan Husna et al. (2013) yang melihat kondisi sosial juga ikut
andil dalam permasalahan kemiskinan, ia yang mengatakan bahwa kemiskinan
adalah kondisi yang ditandai adanya pengangguran, keterbelakangan, dan
ketidakberdayaan. Kemiskinan adalah kondisi masyarakat sulit memenuhi
kebutuhan hidupnya, disebabkan oleh rendahnya sumberdaya manusia, yang
menyebabkan rendahnya daya saing dalam merebut peluang kerja (Purwanto et al.
2013). Utomo et al. (2014) kemiskinan adalah kondisi dimana kebutuhan hidup
tidak dapat terpenuhi karena tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi
kesehatan masyarakat yang menghambat produktivitasnya sehingga menyebabkan
kualitas hidup yang buruk. Sinaga (2014) kemiskinan adalah kondisi kurang
berpihaknya kebijakan ekonomi dan politik, sehingga mereka tidak memiliki
akses yang memadai pada sumberdaya – sumberdaya kunci (transportasi,
pendidikan, pekerjaan, kesehatan) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
hidup mereka secara layak.

6
Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan
Karya (2013) menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor –
faktor struktural pada individu seperti: (1) kondisi keterbatasan penguasaan
sumberdaya produktif, (2) keterbatasan akses terhadap sumberdaya produktif, (3)
rendahnya kemampuan produktif, (4) pendidikan rendah dan tidak memiliki
keterampilan yang terkait dengan pekerjaan, (5) kondisi kesehatan yang kurang
baik, (6) rendahnya semangat dan kemauan kerja(behavior/perilaku). Kejadian
tidak sengaja secara masal yaitu krisis ekonomi. Pemaparan konsep kemiskinan
yang di paparkan oleh Karya lebih condong melihat kemiskinan secara absolute
absolute yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang
hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang
memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan
diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni
makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya
(Cahyat 2004 dalam Karya 2013). Budhi (2013) melihat konsep kemiskinan yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah
satu indikator untuk menilai tingkat kemajuan pembangunan dan merupakan
salaha satu dampak nyata atas keberhasilan dari berbagai kebijakan ekonomi yang
diterapkan pada waktu sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang cepat bagi
negara – negara didunia menjadi salah satu syarat utama untuk mengentaskan
kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga harus didorong oleh kualitas sumberdaya
manusia yang lebih baik. Budhi (2013) menyebutkan bahwa faktor – faktor
penyebab kemiskinan diantaranya: (1) tingkat pendidikan yang dilihat dari
indikator wajib belajar 9 tahun, (2) jumlah penduduk, (3) pendapatan Daerah
Regional Bruto (PDRB), (4) share pertanian dan industri. Menurut Rusdarti et al.
(2013) faktor – faktor kemiskinan yang terjadi di Provinsi Jawa tengah disebabkan
oleh: (1) PDRB, (2) belanja Publik (APBD), (3) pengangguran.
Usman (2014) melihat bahwa kondisi kemiskinan terjadi karena seseorang
tidak memiliki penghasilan yang layak sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya serta menyebabkan seseorang hidup di bawah garis kemiskinan. Hasil
penelitian Usman (2014) di daerah Gorontalo menunjukkan bahwa faktor
penyebab kemiskinan adalah: (1) kualitas SDM yang masih sangat rendah, (2)
banyaknya anak usia sekolah yang sudah tidak lagi bersekolah/putus sekolah, (3)
kurangnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka, (4)
cenderung memiliki anak lebih dari dua sehingga begitu banyak beban yang harus
mereka tanggung, (5) lapangan kerja yang terbatas, (6) upah minimum pekerja
yang masih rendah. Utomo et al. (2014) mengatakan bahwa konsep kemiskinan
berkaitan dengan kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada
produktivitasnnya sehingga menyebabkan kualitas hidup yang yang buruk bagi
masyarakat. Kartasasmita (Papilaya 2013) mengemukakan bahwa sekurangkurangnya ada 4 penyebab kemiskinan, yaitu: (1) rendahnya taraf pendidikan, (2)
rendahnya tingkat kesehatan, (3) terbatasnya lapangan pekerjaan, (4) kondisi
keterisolasian.

7
Penanggulangan kemiskinan dan Program Penanggulangan kemiskinan
Emilia (2013) mengatakan bahwa penanggulangan kemiskinan adalah
bantuan dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin yang
sekaligus mengurangi pengeluaran RTM, meningkatkan akses masyarakat miskin
dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok. Sedangkan menurut Husna et al.
(2013) penanggulangan kemiskinan adalah upaya penanganan kemiskinan yang
lebih berorientasi pada kemandirian dan berkelanjutan upaya–upaya masyarakat,
pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Jasuli et al (2013) mengatakan
bahwa penanggulangan kemiskinan adalah memberi peran masyarakat sebagai
aktor utama atau subyek pembangunan sedangkan pemerintah sebagai fasilitator.
Penanggulangan kemiskinana adalah bantuan sosial bagi masyarakat miskin
sebagai salah satu cara melindungi masyarakat dari resiko sosial dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Usman 2014). Menurut Fatony (2010)
intervensi penanggulangan kemiskinan dan pengangguran ialah dengan
menerapkan kebijakan teknis penyediaan sarana dan bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar minimum bagi masyarakat miskin. Sesuai dengan alat ukur atau
parameter kemiskinan yang ada maka intervensi yang dilakukan melalui: (1)
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan keluarga, (2) penyediaan
layanan pendidikan, (3) penyediaan layanan kesehatan, (4) penyediaan layanan
jaminan ketersediaan pangan, (5) penyediaan keterpenuhan pemukiman dan
perumahan layak huni, (6) penyediaan keterpenuhan ketersediaan air bersih dan
sanitasi yang baik, (7) penguatan kualitas hidup keluarga miskin.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, pasal 1 ayat 2 tercantum bahwa program
penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia sudah
tersebar diberbagai wilayah. Penelitian Karya (2013) memberikan gambaran
program penanggulangan kemiskinan yang terdapat di Riau tepatnya di
Kabupaten Indragiri Hilir pada periode 2008 – 2012. Dari penelitian tersebut
diketahui program penanggulangan yang terlaksana di Kabupaten Indragiri Hilir
adalah: (1) Program Nasional Pemberdayaan Masayarakt Mandiri (PNPM
Mandiri), (2) Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), (3) Program Jaminan
Kesehatan Nasional (Jamkesmas), (4) Program Beras untuk Keluarga Miskin
(Raskin), dan (5) Program Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
Selanjutnya, Peran Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia mencanangkan
program bantuan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai sasarannya,
khususnya untuk anak usia sekolah dasar dan kesehatan bagi ibu hamil dan balita.
Program tersebut adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Penelitian yang
dilakukan oleh Usman (2014) di daerah Gorontalo menunjukkan bahwa

8
pelaksanaan Program Keluarga Harapan yang semakin efektif dapat
meningkatkan penanggulangan kemiskinan di wilayah penelitian dengan tingkat
kepercayaan 95% dan derajat kesalahan sebesar 5%. Utomo et al. (2014)
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program keluarga
Harapan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara tidak langsung.
Selain itu, Utomo et al. (2014) menyatakan bahwa ada faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan khususnya
Program Keluarga Harapan dilokasi studi. Faktor – faktor pendukung diantaranya:
(1) koordinasi yang bagus antar aktor yang terlibat, (2) tingkat patisipasi, (3)
dukungan finansial (pembayaran), (4) pendampingan. Sedangkan, faktor – faktor
penghambat adalah: (1) kurangnya sosialisasi, (2) data yang tidak valid karena
pemalsuan. Menurut Papilaya (2013) penentu keberhasilan dapat dilihat dari
adanya dukungan pemerintah pusat dan daerah, adanya kemitraan lokal, dan
stabilitas lingkungan.
Emalia (2013) menjelaskan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan (Raskin) di Lampung menunjukkan hasil yang baik dengan indikator
penilaian berdasarkan enam indikator kinerja pelaksanaan program Raskin. Lima
dari enam indikator tersebut tercapai dengan baik. Husna et al. (2013) meneliti
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dicetuskan oleh
pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur berupa program Jalan Lain Menuju
Kesejahteraan Rakyat (Jalin kersa). Sasaran program tersebut dikategorikan
menjadi dua kategori penerima yaitu RTSM produktif dan RTSM non-produktif.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan terhadap RTSM di Jawa Timur.
Program Jalis Kersa yang digagas pemerintah daerah provinsi Jawa Timur
menguatkan pendapat Rusdarti et al. (2013) yang melihat kemiskinan dari
kacamata lokal. Rustandi et al. (2013) mengatakan kemiskinan di setiap daerah
bisa berbeda karena tergantung pada karakteristik komunitas dan kinerja
pemerintah daerahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto et al. (2013)
menyebutkan untuk melihat sejauh mana program penanggulangan kemiskinan
terlaksana dengan baik(dalam penelitian program yang diteliti adalah PKH di
Mojokerto) perlu ada dukungan dari faktor – faktor tertentu, diantaranya: (1)
adanya komitmen yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk
mensukseskan program keluarga harapan (PKH) guna membantu memutus rantai
kemiskinan di tingkat masyarakat miskin, (2) adanya aturan yang jelas mengenai
mekanisme pelaksanaan program dan adanya jaminan memperoleh kesehatan dan
pendidikan yang layak dari pemerintah melalui dinas sosial. Sedangkan, faktor
penghambat dalam implementasi Program Keluarga harapan (PKH) yaitu: (1)
Rendahnya pendidikan RTSM dan sulitnya merubah pola berfikir RTSM untuk
memandang pentingnya arti kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka, (2)
Kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara stakeholder secara intens. (3)
Masih rendahnya partisipasi dari RTSM.
Program
Penanggulangan
kemiskinan
Program
Pemberdayaan
Masayarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) bidang Simpan Pinjam
Perempuan (SPP)
Program Nasional Pemperdayaan Masyarakat (PNPM) adalah program yang
dimulai sejak tahun 2007. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan,

9
PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa
tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Tujuan umun
PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan
kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan3. Salah
satu bidang kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) yaitu Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) yang bertujuan meningkatkan dan memberdayakan perempuan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tambahan modal usaha. Kegiatan
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) memiliki tujuan umum yaitu untuk
mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses
pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan
memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong
penanggulangan Rumah Tangga Miskin. Serta tujuan khususnya yaitu
mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan kebutuhan dasar,
kesempatan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, serta penguatan kelembagaan.
Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu kegiatan yang
dibiayai melalui dana dari dana Bantuan Langsung Masyarakat yang bersumber
dari APBN, APBD, CSR, dan sumber lainnya sehingga penyaluran dikelola oleh
Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Alokasi dana untuk kegiatan SPP maksimal
sebesar 25% dari BLM kecamatan.
Dampak Program Penanggulangan
Kesejahteraan Masyarakat

Kemiskinan

Terhadap

Tingkat

Konsep kesejahteraan yang dijelaskan adalah kemampuan individu atau
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan sekunder/tersier,
akses kesehatan, akses modal, akses pendidikan, dan aset ekonomi. Meningkatkan
kesejahteraan bukan hanya dilihat dari segi ekonomi saja namun, dari aspek sosial
juga perlu dilihat. Secara tidak langsung, meningkatkan kapasitas (keterampilan
dan kemampuan) masyarakat miskin dalam partisipasi untuk membuat keputusan
- keputusan yang dapat berpengaruh dalam kehidupan mereka dapat memperbaiki
kehidupan masyarakat miskin (Jasuli et al. 2013). Menurut Utomo et al. (2014)
konsep kesejahteraan diartikan menjadi kualitas hidup, dimana kualitas hidup
yang baik dicirikan dengan akses pendidikan dan akses kesehatan yang memadai.
Menurut Jasuli et al. (2013) hasil penelitiannya di daerah Sumenep
menunjukkan bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Pedesaaan (PNPM-MP) yang efektif dilihat dari indikator: (1) peningkatan
pendapatan isteri, (2) kesempatan kerja masyarakat miskin dalam lapangan kerja
baru, (3) peningkatan modal sosial/usaha, dan (4) kesetaraan gender menunjukkan
korelasi positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Indikator kesejahteraan yang
diukur oleh Jasuli et al. (2013) adalah: (1) kemampuan membeli kebutuhan dasar,
(2) kemampuan berobat ke puskesmas, (3) kemampuan untuk membeli barang
sekunder atau tersier, (4) kemampuan untuk meningkatkan modal usaha, (5)
kemampuan menyekolahkan anak sampai tingkat SMA, (6) memiliki
tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp500.000, (7) jaminan
3

Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

10
ekonomi dan aset. Sedangkan, menurut
Husna et al. (2013) program
penanggulangan kemiskinan yang terdapat di Jawa Timur berdampak pada
penurunan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Jawa Timur yang artinya
tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkat seiring dengan pelaksanaan
program Jalin Kersa di Jawa Timur. Seperti halnya Jasuli et al. (2013) yang
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat penting dalam pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan sehingga kesejahteraan dapat dicapai, Utomo et al.
(2014) juga menyatakan hal yang sama bahwa partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program kemiskinan berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat,
terutama partisipasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Kerangka Pemikiran
Keberadaan program penanggulangan kemiskinan di daerah merupakan
langkah yang dilakukan oleh pemerintah guna menurunkan persentase penduduk
miskin, khususnya di wilayah pedesaan. Pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari program tersebut dapat
dicapai. Secara umum, tujuan program penanggulangan kemiskinan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, sehingga kebutuhan dasar
(pangan, kesehatan, pendidikan) dapat terpenuhi secara makasimal. Program
penanggulangan kemiskinan di Desa Teja salah satunya adalah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) khususnya bidang
simpan pinjam perempuan. Merujuk pada tujuan umum dari kegiatan simpan
pinjam perempuan yaitu untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam
pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan
pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan
dan mendorong penanggulangan Rumah Tangga Miskin. Serta tujuan khususnya
yaitu mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan kebutuhan
dasar, kesempatan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, serta penguatan
kelembagaan. Berdasarkan hal tujuan umum dan khusus tersebut, keberhasilan
dalam pelaksanaan program PNPM-MP bidang SPP dilihat melalui indikator
(Jasuli et al. 2013) yaitu tingkat pendapatan, tingkat modal usaha. Pada penelitian
ini tingkat pendapatan mengalami penyesuaian menjadi tingkat penerimaan usaha.
Selain itu, indikator tingkat kesejahteraan masyarakat terdiri dari: pengeluaran
untuk makan, kepemilikan aset rumah tangga, kepemilikan kendaraan,
kemampuan mengakses fasilitas kesehatan, dan kemampuan menabung. Selain
itu, akan dilihat pula faktor – faktor pendorong yang mempengaruhi keberhasilan
program penanggulangan kemiskinan. Menurut Utomo et al. (2014) faktor
pendukung keberhasilan program penanggulangan kemiskinan adalah koordinasi
yang bagus antar aktor yang terlibat, tingkat partisipasi, dukungan finansial
(pembayaran), dan pendampingan. Temuan dilapangan adalah faktor kepercayaan
serta tanggung jawab antar anggota kelompok.
Pada kerangka pemikiran akan dilihat faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan, lalu melihat
perubahan tingkat penerimaan usaha (X1) dan tingkat modal usaha (X2) sebelum
dan setelah program, begitu pula dengan tingkat kesejahteraan yang akan dilihat
perubahannya sebelum dan setelah program simpan pinjam. Setelah itu, analisis

11
hubungan variabel tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam
perempuan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Variabel Y
Variabel X
Tingkat keberhasilan
pelaksanaan program simpan
pinjam perempuan
1. Tingkat penerimaan usaha
2. Tingkat modal usaha

Tingkat Kesejahteraan
1. Tingkat pengeluaran makan
2. Tingkat aset rumah tangga
3. Tingkat kepemilikan kendaraan
4. Tingkat kondisi tempat tinggal
5. Kemampuan
mengakses
fasilitas kesehatan
6. Kemampuan menabung

Faktor – faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan program
1. Koordinasi yang bagus antar
aktor yang terlibat
2. Tingkat partisipasi
3. Dukungan finansial (pembayaran)
4. Pendampingan
5. Tanggung jawab dan kepercayaan
anggota kelompok

Keterangan:
= Variabel yang duji Statistik (Kuantitatif)
= Hubungan dampak
=Variabel tidak diuji Statistik (Kualitatif)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

12
Hipotesis Penelitian
1.

2.

3.

Hipotesis penelitian ini adalah:
Terdapat perbedaan antara tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha
sebelum program simpan pinjam perempuan dengan setelah adanya program
simpan pinjam perempuan.
Terdapat perbedaan antara tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin
sebelum adanya program penanggulangan kemiskinan dengan tingkat
kesejahteraan rumah tangga setelah adanya program penanggulangan
kemiskinan.
Terdapat hubungan antara tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha
dengan tingkat kesejahteraan.
Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun et al. 2006). Definisi
operasional pada penelitian ini adalah sebegai berikut:
Tabel 1 Matriks tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam
perempuan
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Skala
Penguk
uran
Tingkat
Jumlah rupiah yang diperoleh Dalam rupiah
Rasio
penerimaan
oleh peserta program pawa
usaha
periode waktu tertentu sebelum
dan setelah mengikuti program.
Tingkat
Jumlah rupiah yang digunakan Dalam rupiah
Rasio
modal usaha untuk menunjang kegiatan
produksi per bulan sebelum
dan setelah mengikuti program.
Tabel 2 Matriks tingkat kesejahteraan
Variabel
Definisi Operasional

Tingkat
Pengeluar
an makan

Kepemilikan

Indikator

Skala
Penguk
uran
Interval

Besaran
rupiah
yang  Tinggi, jika
dikeluarkan responden untuk
pengeluaran ≥ x +
memenuhi kebutuhan dasarnya
½ sd (Skor 3)
dalam periode satu bulan
 Sedang, jika
pengeluaran x –
½ sd

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum bagi Nasabah Koperasi Kredit Simpan Pinjam Atas Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang Indonesia Terhadap Mata Uang Dunia (Studi pada Koperasi Kredit/CU Seia Sekata Dolok Masihul)

5 121 113

Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

1 49 107

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam BMT Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Padangsidimpuan.

9 105 81

Implikasi Kegiatan Usaha Pedagang Wanita dalam Menunjang Konsumsi Rumah Tangga (Studi Kasus : Pasar Tavip di Kotamadya Binjai)

0 17 86

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

1 44 87

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

DAMPAK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) BIDANG SIMPAN PINJAM PEREMPUAN TERHADAP RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER

0 3 19

Kinerja Dan Dampak Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan Di Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg Kabupaten

0 15 106

PNPM MANDIRI PERDESAAN (Studi Tentang Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Klambu).

1 1 13

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM PNPM MANDIRI DI DESA KEMAWI KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 15