Kinerja Dan Dampak Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan Di Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg Kabupaten

KINERJA DAN DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM
KHUSUS PEREMPUAN (SPP) DESA WARGAJAYA
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

DYAH UTARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja dan Dampak
Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) di Desa Wargajaya,
Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Dyah Utari
NIM I34110060

iv

ABSTRAK
DYAH UTARI. Kinerja dan Dampak Program Simpan Pinjam Khusus
Perempuan di Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg Kabupaten. Dibimbing oleh
DJUARA P. LUBIS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja program Simpan
Pinjam Khusus Perempuan (SPP), menganalisis faktor- faktor yang
mempengaruhi kinerja serta dampaknya terhadap taraf hidup rumahtangga di
Wargajaya, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Kelompok SPP tersebut

dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan jenis usaha yaitu usaha dagang, home
industry dan jasa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif
dengan didukung metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah survey dan wawancara mendalam serta teknik pengambilan data yang
digunakan yaitu dengan kuesioner. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa
kinerja yang terdapat pada kelompok SPP Wargajaya yaitu secara rumahtangga
dan administrasi. Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu jumlah usia
produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Dampak terhadap taraf
hidup dianalisis mencakup tingkat perkembangan usaha dan tingkat konsumsi
rumahtangga. Tingkat perkembangan usaha pada jenis usaha jasa dipengaruhi
oleh kinerja sedangkan dagang dan home industry tidak dipengaruhi oleh kinerja.
Tingkat konsumsi rumahtangga yang tinggi terdapat pada jenis usaha dagang.
Kata kunci: simpan pinjam, kelompok, perempuan

ABSTRACT
DYAH UTARI. Performance and impact Program Simpan Pinjam Khusus
Perempuan (SPP) at Wargajaya Village, Cigudeg, Bogor. Supervised by
DJUARA P. LUBIS.
The purpose of this study was to describe the performance of program
saving loan (among woman group). To analyze factors influencing the

performance standard and the impact on household life di desa wargajaya. Group
SPP is divided into three groups namely trade, home industry and servicce. This
research used quantitative method moreover supported by qualitative method.
Surveys, interviews, and questionnaires were used for data collection. The result
of these study is household performance and administration performance. The
factors influence of kinerja is productive age, education levels and income levels.
The impact of standard life is analyze with level business development and level
household consumption.
Keywords: saving and loan, group and woman

vi

KINERJA DAN DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM
KHUSUS PEREMPUAN (SPP) DESA WARGAJAYA
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

DYAH UTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii

x

PRAKATA

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT
atas rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kinerja dan Dampak Program
Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg,

Kabupaten Bogor ” ini dengan baik, untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan pikiran untuk memberi masukan serta saran yang berarti selama
proses penyelesaian penulisan skripsi ini.
2. Orang tua penulis Ayahanda Trubus dan Ibunda Rhokayah yang telah
membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta menjadi
sumber motivasi paling besar untuk penyelesaian skripsi ini.
3. Kakak tercinta Nur Khakim, Indah Sulityani dan adik tercinta Masfu
Maghfiroh yang selalu menjadi sumber keceriaan dan kebahagiaan bagi
penulis.
4. Pihak PNPM MPd Cigudeg, KPMD Desa Wargajaya serta pemerintah Desa
Wargajaya yang telah membantu peneliti dalam penelitian.
5. Beasiswa Bidikmisi yang diberikan oleh DIKTI yang sangat meringankan
penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
6. Nidya Cahyana Wulan, Gita Riyana, Fatimah Azzahra, Sri Anindya, dan Ade

Mirza sebagai orang-orang yang lebih dari sahabat bagi penulis. Terimakasih
untuk inspirasi dan kebersamaannya selama ini.
7. Mega Silviana, sahabat seperjuangan penulis. Tempat berbagi keluh kesah
dan tawa canda selama menjadi mahasiswa tingkat akhir
8. Teman- teman akselerasi Anita, Fitri Hilmi, Indah Oktavia, Indah Erina,
Siska, Ethaliani, Tiffany, Iradhatie, Nindya, Mirfa, Tri, Novia, Citra, Dwi,
Intan, Riski, Amel, Maria, Radha, Nadia, Lingga yang telah memberikan
semangat satu sama lain.
9. Keluarga besar SKPM 48 atas perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya
sampai saat ini. Semoga kita suskes di masa depan.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca.
Bogor, Januari 2015

Dyah Utari
I34110060

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Desa Wargajaya

Gambaran Umum Kelompok SPP Desa Wargajaya
Gambaran Umum Karakteristik Responden
Gambaran Umum Sumberdaya Keluarga
Pendampingan Program SPP Desa Wargajaya
KINERJA PROGRAM SPP
Kinerja Rumahtangga
Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Rumahtangga
Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Rumahtangga
Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja
Rumahtangga
Kinerja Administrasi
Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Administrasi
Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Administrasi
Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja
Administrasi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja SPP
TARAF HIDUP RUMAHTANGGA
Tingkat Perkembangan Usaha
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Usaha
Tingkat Konsumsi Rumahtangga

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumahtangga

ix
xi
xiii
1
1
2
2
3
5
5
14
15
15
19
19
19
20
21

23
23
24
27
28
31
35
35
39
41
42
42
45
46
47
48
53
53
59
60

64

viii

PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

65
65
66
67
69
84

ix

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18
19

20
21
22

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2014
Perbandingan hasil penelitian sebelumnya, mengenai kinerja, faktor dan
dampak pada program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP)
Metode pengumpulan data
Jumlah penduduk menurut usia dan pendidikan Desa Wargajaya tahun
2014
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Wargajaya tahun
2014
Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik responden
peserta SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap
pendamping dalam memfasilitasi, memotivasi dan sumber informasi
pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut kinerja rumahtangga program
SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Persentase penggunaan dana SPP menurut jenis usaha SPP Desa
Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengembalian
pinjaman program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan kinerja
rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dan
kienrja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap
pendamping dengan kienrja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya
tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut kinerja administrasi program
SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut mutu pembukuan program
SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut mutu managerial keuangan
program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan kinerja
administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dan
kienrja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap
pendamping dengan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya
tahun 2014
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rumahtangga SPP Desa
Wargajaya tahun 2014
Faktor-faktor yang Mempengaruhi kinerja administrasi SPP Desa
Wargajaya tahun 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat perkembangan usaha
program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

6
13
20
23
24
27
32

35
37
38
39
41
42

43
43
44
45
46
47

48
50
53

x

23 Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan tingkat
perkembangan usaha program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
24 Jumlah dan persentse responden menurut tingkat kinerja dan tingkat
perkembangan usaha jenis dagang program SPP Desa Wargajaya tahun
2014
25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat
perkembangan usaha jenis home industry program SPP Desa Wargajaya
tahun 2014
26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat
perkembangan usaha jenis jasa program SPP Desa Wargajaya tahun
2014
27 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha program
SPP Desa Wargajaya tahun 2014
28 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat konsumsi
rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
29 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat
konsumsi rumahtangga jenis dagang program SPP Desa Wargajaya
tahun 2014
30 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat
konsumsi rumahtangga jenis home industry program SPP Desa
Wargajaya tahun 2014
31 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat
konsumsi rumahtangga jenis jasa program SPP Desa Wargajaya tahun
2014
32 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga
program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

54

56
57

58

59
60
62

63

63

64

xi

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5
6
7

Kerangka pemikiran
Bagan sistem perguliran PNPM Mpd
Persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota
rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota
rumahtangga yang mencapai usia produktif pada program SPP Desa
Wargajaya tahun 2014
Persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendidikan
rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendapatan
rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Persentase rumahtangga responden menurut tingkat konsumsi
rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014

14
26
28
29

30
30
60

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Peta lokasi penelitian
Jadwal kegiatan penelitian
Hasil uji regresi linier
Kuesioner penelitian
Panduan wawancara mendalam
Kerangka sampling
Dokumentasi

72
73
74
76
82
83
85

xiv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang tidak bisa terlepas dari
pembangunan suatu bangsa. Kemiskinan yang dialami penduduk Indonesia tidak
hanya sebatas kemiskinan ekonomi, akan tetapi bersifat non ekonomi seperti
terbatasnya akses pengetahuan dan keterampilan, produktivitas yang rendah, serta
terbatasnya akses terhadap partisipasi pembangunan (Soraya 2009). Berdasarkan
data BPS (2013), jumlah penduduk miskin Indonesia Maret 2013 di perkotaan
tercatat 10634,47 ribu jiwa (8,39%), sedangkan di desa tercatat 17919,46 ribu
jiwa (14,32 %). Pada Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk miskin Maret 2013 di
perkotaan tercatat 2501,00 ribu jiwa (8,44%) dari jumlah penduduk, sedangkan
di pedesaan tercatat 1796,04 ribu jiwa (11,59%). Data tersebut menunjukkan
bahwa kemiskinan lebih banyak terjadi di pedesaan dibandingkan perkotaan. Oleh
karena itu, banyak program pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh
pemerintah untuk masyarakat pedesaan. Program pemberdayaan tersebut
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tujuan MDGs (Millenium
Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Millenium yaitu mengentaskan
kemiskinan ekstrim dan kelaparan.
Menurut Sumodiningrat (1999), pemberdayaan masyarakat berarti
meningkatkan kemampuan atau kemandirian masyarakat. Dalam rangka
pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga
sudut pandang. Pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan
masyarakat berkembang, kedua, peningkatan kemampuan masyarakat dalam
membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana
dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah,
ketiga, perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling
menguntungkan.
Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak jenis program
pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd). PNPM-MPd telah mengucurkan
dana untuk usaha keluarga melalui kelompok yang dibentuk perempuan yang
berupa simpan pinjam. Kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) ini
merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan potensi
kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala
mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat
kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah
tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja, selain itu juga merupakan salah satu
alternatif pemecahan permasalahan permodalan, bahkan sampai pada bantuan
teknis, informasi, teknologi, manajemen dan pasar. Menurut Tim Koordinasi
PNPM-MPd, dana tersebut diberikan dalam bentuk bantuan kredit untuk
membuka usaha keluarga melalui kelompok yang dibentuk perempuan.
Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa berbagai program
penanggulangan kemiskinan belum dapat menyelesaikan permasalahan
kemiskinan, hal tersebut dapat dibuktikan jumlah penduduk miskin yang masih

2

tinggi. Berdasarkan penelitian Soraya (2009) terdapat ketidaktepatan penggunaan
dana pinjaman yang dilakukan anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan
(SPP). Kelompok yang tergabung dalam Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
(SPP) memperoleh dana sesuai dengan yang diajukan dalam usulan, kemudian
pemanfaatan dana diserahkan pada masing-masing peserta selaku pengelola usaha
mikro perorangan. Responden yang menggunakan dana pinjaman untuk usaha dan
memenuhi kebutuhan rumah tangga sebesar 42 persen, responden yang
menggunakan dana SPP hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebesar
32 persen, sedangkan 24 persen sepenuhnya menggunanakan dana pinjaman
untuk modal usaha. Hal tersebut dapat terlihat bahwa terjadi ketidakmaksimalan
dalam penggunaan dana pinjaman yang seharusnya digunakan untuk modal usaha,
namun banyak anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) yang
menggunakan dana pinjaman tersebut untuk keperluan lain.
Berdasarkan pemaparan tersebut, menjadi penting bagi penulis untuk
meneliti program SPP khususnya di Desa Wargajaya, Cigudeg, Bogor. Program
ini sudah berjalan dari tahun 2008, sehingga memungkinkan untuk diteliti kinerja
program, faktor- faktor yang mempengaruhinya, dan dampak kinerja program
terhadap taraf hidup.
Perumusan Masalah
Penelitian ini menggali kinerja dari program pengentasan kemiskinan yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Program pengentasan kemiskinan yang ada di
Indonesia masih kurang terlihat dampaknya untuk mengurangi jumlah keluarga
miskin karena masih banyak terdapat keluarga di daerah-daerah yang masih
dianggap kurang mampu. Hal ini karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja dari sebuah program tersebut. Faktor tersebut dapat berasal dari individu
yang menjadi sasaran program maupun berasal dari institusi program. Oleh karena
itu permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa
Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor?
2. Bagaiman pengaruh sumberdaya keluarga dengan kinerja Program Simpan
Pinjam Khusus Perempuan terhadap di Desa Wargajaya, Kecamatan
Cigudeg, Bogor?
3. Bagaimana pengaruh penilaian terhadap pendamping dengan kinerja
Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya,
Kecamatan Cigudeg, Bogor?
4. Bagaimana pengaruh kinerja SPP dengan taraf hidup rumahtangga
program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya,
Kecamatan Cigudeg, Bogor?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan
1. Deskripsi kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa
Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor

3

2. Analisis pengaruh sumberdaya keluarga dengan kinerja Program Simpan
Pinjam Khusus Perempuan terhadap di Desa Wargajaya, Kecamatan
Cigudeg, Bogor.
3. Analisis pengaruh penilaian terhadap pendamping dengan kinerja Program
Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan
Cigudeg, Bogor.
4. Analisis pengaruh kinerja SPP dengan taraf hidup rumahtangga program
Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan
Cigudeg, Bogor.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat Desa Wargajaya, Cigudeg, Bogor
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
mengenai kinerja program Simpan Pinjam Khusus Perempuan. Penelitian
ini juga diharapkan mampu menjadi referensi bagi masyarakat Desa
Wargajaya, Cigudeg, Bogor agar perencanaan kedepannya dapat berjalan
dengan baik.
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat memberi masukan bagi pemerintahan yang
merupakan pengambil kebijakan dalam memonitoring bagi kelangsungan
kinerja program Simpan Pinjam Perempuan. Hal tersebut ditunjukan
kepada baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Diharapkan
pihak pemerintah dapat bersinergi dengan pihak- pihak lain dalam
membangun hubungan baik dengan pihak swasta maupun masyarakat.
Serta diharapkan pemerintah juga dapat menyusun strategi untuk
perencanaan program Simpan Pinjam Perempuan kedepannya.
3. Bagi Peneliti dan Kalangan Akademisi
Penelitian ini dapat memberikan literatur bagi peneliti dan
akademisi lain dalam mengembangkan program SPP dengan melihat
kinerja dan faktor yang mempengaruhi kinerja serta pengaruhnya terhadap
taraf hidup rumahtangga.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kemiskinan di Indonesia
Menurut Sayogyo (1977), kemiskinan (poverty) pada dasarnya
menggambarkan kondisi kesejahteraan yang buruk. Indikator yang digunakan
yaitu dengan pendekatan konsumsi atau pengeluaran. Pendekatan ini lebih baik
dari pendekatan pendapatan, karena: dalam survei lebih tepat dilaporkan (daripada
angka penghasilan), selain itu pendekatan pengeluaran sudah mencakup
penghasilan bukan uang, pemakaian tabungan masa lalu, dan pinjaman. BPS
(2009) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need
approach) untuk mengukur kemiskinan. Melalui pendekatan ini kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
BPS (Badan Pusat Statistik) mengukur kemiskinan dengan menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach).
Pendekatan kemiskinan ini dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
yang digunakan adalah garis kemiskinan yang dipublikasikan oleh BPS setiap
tahunnya. BPS mendefenisikan Garis Kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus
dikeluarkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu
kebutuhan hidup makanan (GKM) maupun kebutuhan hidup non-makanan
(GKNM) (BPS 2014).
Indonesia sudah 69 tahun merdeka, namun sampai pada saat ini yang
diakui oleh internasional negara Indonesia masih dikategorikan sebagai negara
berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah penduduk miskin yang masih
tergolong tinggi menurut data BPS. Pemerintah Indonesia sudah memberikan
berbagai program pengentasan kemiskinan dengan tujuan untuk mengurangi
jumlah penduduk miskin di Indonesia. Program pemberdayaan masyarakat
tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tujuan MDGs (Millenium
Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Millenium yaitu mengentaskan
kemiskinan ekstrim dan kelaparan. Jumlah penduduk miskin tersebut disebabkan
oleh ketidakmerataan sosial atau keterbatasan akses, terutama di desa. Penduduk
miskin tidak hanya terdapat di desa, namun penduduk miskin di kota sampai pada
saat ini masih tergolong tinggi, bahkan pada beberapa daerah penduduk miskin di
kota lebih banyak dibandingkan dengan penduduk miskin di desa. Berikut adalah
data mengenai jumlah penduduk miskin menurut provinsi di Indonesia:

6

Tabel 1 Jumlah penduduk miskin menurut provinsi di Indonesia tahun 2014
Propinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia

Kota (juta)
161,94
632,20
108,08
166,36
97,38
100,12
367,12
22,33
104,54
230,63
393,98
2578,36
375,69
1945,29
333,03
1535,81
99,90
370,18
100,34
82,05
40,78
62,51
97,89
59,18
25,21
67,08
162,49
26,31
48,25
49,83
12,19
35,37
14,78
10507,20

Jumlah penduduk miskin
Persentase (%)
Desa (juta)
1,54
719,31
6,01
654,47
1.02
271,12
1,58
333,52
0,92
30,42
0,95
163,68
3,49
733,71
0,21
49,31
0,99
216,41
2,19
912,28
3,74
0
24,53
1748,71
3,57
247,14
18,51
2891,17
3,16
211,84
14,61
3250,98
0,95
85,30
3,52
450,64
0,95
894,33
0,78
319,46
0,38
105,55
0,59
120,37
0,93
155,71
0,56
149,05
0,23
168,96
0,63
325,57
1,54
701,81
0,25
127,58
0,45
294,01
0,47
266,28
0,11
70,45
0,33
889,04
0,14
214,65
100,00
17772,81

Sumber:bps.go.id http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=23

Persentase (%)
4,04
3,68
1,52
1,87
0,17
0,92
4,12
0,27
1,21
5,13
0
9,83
1,39
16,26
1,19
18,29
0,47
2,53
5,03
1,79
0,59
0,67
0,87
0,83
0,95
1,83
3,94
0,71
1,65
1,49
0,39
5,00
1,20
100,00

7

Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia
terdapat pada provinsi Jawa Barat dengan total 4327,07 juta jiwa dengan jumlah
di desa sebanyak 1748,71 juta jiwa dan di kota 2578,36 juta jiwa. Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di kota lebih tinggi daripada di
desa. Provinsi Jawa Barat mendapat predikat jumlah peduduk tinggi karena
populasi di Jawa Barat tergolong tinggi, penduduk berasal dari berbagai daerah di
seluruh Indoensia yang terkumpul di Jawa Barat dan saling bersaing untuk
mendapatkan mata pencaharian. Jumlah penduduk miskin paling sedikit terdapat
pada provinsi Maluku Utara dengan total 82,64 juta jiwa karena jumlah populasi
penduduknya sedikit.
Simpan Pinjam sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Menurut Muttaqien (2006) beberapa kebijakan yang dijalankan oleh
pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan pedesaan adalah (1)
mengusahakan pemenuhan kebutuhan konsumsi dasar seperti sembako gratis
kepada rakyat miskin di pedesaan, (2) memberikan kredit usaha tani, penyaluran
kredit sebagai modal usaha, jaminan usaha serta KUD, (3) mengadakan sarana
dan prasarana di pedesaan terutama yang menunjang pertanian, (4) pelayanan
kesehatan dengan mendirikan Puskesmas dan menyebarkan tenaga-tenaga
kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat, (5) pendidikan dengan mendirikan
sekolah-sekolah Inpres, (6) Listrik Masuk Desa (LMD), dan (7) melengkapi
sarana kesehatan yang lain seperti sanitasi dan air bersih.
Kemiskinan menurut Muttaqien (2006) disebabkan karena tidak adanya
akses dalam permodalan, sehingga pemerintah Indonesia telah banyak
meluncurkan berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk membantu
permodalan yaitu koperasi simpan pinjam khusus perempuan. Program koperasi
simpan pinjam khusus perempuan merupakan salah satu produk program
pembangunan PNPM Pedesaan di bidang pembangunan ekonomi. Program
tersebut diperuntukkan untuk para wanita yang akan memulai usaha dan atau yang
sudah mempunyai usaha. Dalam berjalannya program ini terdapat beberapa
pemangku kepentingan atau stakeholder yang berperan dalam berjalannya
program tersebut, yaitu: pihak aparatur desa (Kades, Sekdes, dan Fasilitator
Desa), UPK (Unit Pelaksana Kegiatan), TPK (Tim Pelaksana Kegiatan),
monitoring dan juga Anggota KSPP (Kelompok Simpan Pinjam Perempuan) itu
sendiri sebagai penerima manfaat.
Hawe seperti dikutip Tanasale (2012), model perencanaan program
Simpan Pinjam Khusus Perempuan adalah sebagai berikut:
1. Goal: Untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan,
kemudahan akses pendanaan, usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan
sosial pendanaan sosial dasar, memperkuat kelembagaan kegiatan kaum
perempuan, serta mendorong pengurangan rumahtangga miskin dan
penciptaan lapangan kerja.
2. Objective: Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha
ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan kaum perempuan
meningkatkan kaum rumah tangga melalui pendanaan modal usaha,
mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam kaum perempuan.
3. Sub Objective: Pengembalian SPP dan pengelolaan dana bergulir.

8

4. Strategi Objective: Pendampingan, pendanaan, monitoring, evaluasi
Penelitian Tanasale (2012) menyebutkan tujuan khusus kegiatan SPP
adalah (1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha/sosial
dasar; (2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi
rumahtangga melalui pendanaan modal usaha; (3) Mendorong penguatan
kelembagaan simpan pinjam kaum perempuan. Sasaran kegiatan SPP yaitu
Rumah Tangga Miskin (RTM) yang produktif yang memerlukan pendanaan
kegiatan usaha/kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam
perempuan yang sudah ada dimasyarakat. Bentuk kegiatan SPP adalah
memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum
perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana
pinjaman.
Tanasale (2012) kriteria kelompok perempuan yang mendapat pinjaman
dana yaitu: (1) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, satu sama
lain mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah
berjalan sekurang-kurangnya satu tahun; (2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam
dengan aturan pengelolaan dana simpan dan dana pinjaman yang telah disepakati;
(3) Mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman
yang diberikan kepada anggota; (4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih
berlangsung dengan baik; (5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi
secara sederhana.
Tanasale (2012) tahapan seleksi di tingkat desa untuk memilih kelompok
SPP: (1) Penentuan usulan desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan
Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP merupakan
usulan desa untuk kegiatan SPP; (2) Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh
kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa; (3) Penulisan usulan
kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan
dikompetisikan di tingkat kecamatan. Syarat penulisan usulan SPP harus memuat
beberapa hal sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan kondisi kelompok SPP; (2)
Gambaran kegiatan dan rencana yang menjelaskan kondisi anggota, kondisi
permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional, rencana usaha dalam satu
tahun yang akan datang, dan perhitungan rencana kebutuhan dana; (3) Daftar
calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan
peta rumah tangga miskin. Kelompok wanita harus mengajukan proposal yang
ditetapkan melalui jalur Musyawarah Khusus untuk Perempuan (MKP).
Penetapan persyaratan pinjaman yang tertuang dalam perjanjian pinjaman paling
tidak mencakup hal-hal: (1) Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan: besar jasa
pinjaman ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk pinjaman pada lembaga
keuangan pada wilayah masing-masing. Sistem perhitungan pinjaman menurun
atau tetap; (2) Jangka waktu pinjaman sumber dana Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) maksimal 12 bulan; (3) Jadwal angsuran dana BLM paling
tidak diangsur tiga kali angsuran dalam 12 bulan dengan memperlihatkan siklus
usaha baik pada tingkat pemanfaat maupun tingkat kelompok; (4) Angsuran
langsung dari kelompok ke Unit Pengelola Kegiatan (UPK).
Penanggulangan kemiskinan dengan cara meningkatkan permodalan
melalui koperasi simpan pinjam juga telah dibuktikan di Bangladesh yaitu
pembangunan dalam konteks Grameen Bank. Yunus (2007) menyatakan bahwa

9

pembangunan dalam konteks Grameen Bank1 adalah sebuah proses perubahan
sosial- politik- ekonomi yang kompleks, dimana bagian yang satu tidak dapat
dipisahkan dari yang lain. Pembangunan harus dilaksanakan dengan meminjam
uang dalam jumlah besar seperti yang menjadi tren ilmu ekonomi-politik saat ini.
Kelompok lima yang dibentuk di Bangladesh oleh perempuan-perempuan miskin
itu lama-kelamaan berkembang menjadi mirip sebuah “bappeda” kecil, dimana
mereka merancang program dan kegiatan pembangunan bagi rumahtangga mereka
sendiri, yang karena dilakukan dalam ritme yang kurang lebih serempak dan
meluas, dampak institusionalnya tidak kalah dengan badan perencanaan
pembangunan yang didirikan oleh pemerintah. Jika tujuan pembangunan ekonomi
mencakup perbaikan standar hidup secara umum, mengurangi kemiskinan,
menciptakan peluang kerja yang bermartabat, dan mengurangi kesenjangan, maka
lumrah saja untuk melakukannya melalui perempuan. Bukan hanya karena
sebagian besar kaum miskin dan menganggur serta mereka yang kurang
beruntung secara sosial-ekonomi adalah kaum perempuan, tetapi mereka juga
lebih siap dan berhasil meningkatkan kesejahteraan anak- anak dan suaminya.
Grameen Bank menurut penelitian Yunus (2007) melembagakan program
cicilan pinjaman harian untuk mengatasi hambatan psikologis menyisihkan uang
dalam jumlah besar, sehingga dapat menstrukturkan program kredit. Grameen
Bank juga mewajibkan bahwa setiap pemohon bergabung dalam sekelompok
orang yang memiliki pemikiran yang sama dan hidup dalam kondisi sosialekonomi serupa. Kelompok ini menyakini bahwa solidaritas akan terjalin lebih
kuat bila kelompok itu dibentuk oleh mereka sediri, anggota saling membantu
demi keberhasilan usaha masing- masing. Keanggotaan kelompok tidak hanya
menciptakan rasa aman dan saling dukung tetapi juga mengurangi pola perilaku
yang tidak sehat dari individu anggota, dan membuat setiap peminjam jadi lebih
bisa diandalkan dalam prosesnya. Tekanan kelompok secara halus membuat setiap
anggota tetap segaris dengan tujuan program kredit yang luas. Rasa persaingan
antar kelompok maupun dalam kelompok juga memicu setiap anggota menjadi
orang yang berhasil. Menggeser tugas pengawasan awal pada kelompok tidak
hanya mengurangi beban kerja bank tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri
masing-masing individu peminjam. Kelompoklah yang menyetujui permohonan
pinjaman setiap anggota, maka kelompok memiliki tanggungjawab moral atas
setiap pinjaman. Jika ada anggota kelompok yang menghadapi masalah,
kelompok biasanya datang membantu. Selama 18 bulan pertama sebagai anggota
Grameen Bank, seorang peminjam yang dahulunya adalah seorang dari ribuan
mantan pengemis, dia mampu membeli pakian untuk dia dan keluarganya senilai
330 taka dan peralatan masak seharga 105 taka. Ini adalah kemewahan yang tidak
pernah diperolehnya seja bercerai dengan suaminya. Dia dan keluarga makan
lebih teratur dan lebih bergizi, kini dia hidup bermartabat karena mampu
mengakses pinjaman dari Grameen Bank.
Taraf Hidup
Taraf hidup dilihat dari data BPS seperti dikutip Rahman (2009) yaitu
variabel kemiskinan yang dapat dilihat dari luas lantai bangunaan tempat tinggal,
1

Kepercayaan pada kaum miskin

10

jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal,
fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air
minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu/perminggu,
pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi
makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau
dokter, lapangan pekerjaan kepala rumahtangga, pendidikan tertinggi kepala
rumahtangga dan kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf
hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hasil Penelitian Terdahulu
Kinerja Program Simpan Pinjam Perempuan
Kinerja Koperasi Simpan Pinjam
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Lebih khusus Palapa seperti dikutip
Santy (2008) menjelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh
badan usaha dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
keberhasilannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu,
penilaian terhadap kinerja koperasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien
koperasi tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Ginting seperti
dikutip Santy (2008), kinerja koperasi dapat dinilai dari keragaan koperasi baik
dari segi organisasi, usaha maupun keuangannya. Ginting menganalisis keragaan
Koperasi Kredit Sejahtera dari segi organisasinya yang meliputi keanggotaan
(jumlah anggota), pengurus dan manajemen (pembagian tugas dan tanggung
jawab). Keragaan koperasi juga dinilai dari segi usahanya yaitu dengan melihat
volume usaha dan perkembangan permodalan koperasi khususnya proporsi modal
luar terhadap modal sendiri, sedangkan dari segi keuangan, kesehatan keuangan
koperasi dinilai dengan analisis rasio seperti rasio likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas.
Kinerja menurut Nawawi (2006) adalah bukan sifat atau karakteristik
individu, melainkan kemampuan kerja yang ditunjukkan melalui proses atau cara
bekerja dan hasil yang dicapai. Secara praktis kinerja dapat diartikan sebagai
upaya yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas pokoknya. Penelitian mengenai program SPP menurut Kusmeiran dan
Budhi (2014), bahwa kinerja program SPP dapat dilihat dari pelaksanaan,
perencanaan dan pelestarian yang disebut dengan tingkat efektifitas. Perencanaan
menunjukkan interpretasi efektif meliputi sosialisasi, partisipasi, tingkat
demokratisasi, kesetaraan gender, serta prioritas dan berorientasi pada masyarakat
miskin. Pelaksanaan menunjukkan interpretasi efektif, yakni otonomi dan
desentralisasi sederhana, serta bertumpu pada pembangunan manusia. Pelestarian
menunjukkan interpretasi efektif, yakni keberlanjutan serta transparansi dan
akuntabel. Mendrofa (2012) kinerja dapat dilihat dari cara mengelola keuangan
simpan pinjam dimana pada saat menentukan tingkat suku bunga dilakukan
dengan cara forum musyawarah yang mengundang seluruh kelompok yang
tergabung dalam SPP. Pada aturan pengelolaan pinjaman terdapat beberapa
persyaratan antara lain syarat meminjam, jumlah maksimal, jangka waktu
pinjaman yaitu ditentukan oleh semua struktur yang ada pada kelompok, sehingga
semua struktur dalam kelompok harus berperan dengan baik. Widayati (2013),

11

kinerja dapat dilihat dari perkembangan usaha yang ada yaitu dikelompokkan
dalam empat bidang yaitu: sektor perdagangan, sektor produksi, sektor jasa, dan
budidaya. Usaha tersebut masih dikatakan belum bekerja secara maksimal karena
belum adanya inovasi. Hanika dan Lituhayu (2012) kinerja dapat dilihat bahwa
apabila terdapat anggota yang tidak bisa membayar pinjaman maka akan
terjadinya kredit macet, dan anggota tersebut bisa dikeluarkan dari kelompok.
Tanasale (2012) kinerja yaitu fokus pada pencapaian objektif tujuan jangka
menengah diantaranya dinilai berhasil dalam hal pencairan dana perkembangan
usaha. Ada juga yang dinilai kurang berhasil yaitu dalam hal pendampingan dan
penguatan kelembagaannya. Putra (2013) kinerja dapat dilihat dari adanya
pembuatan pembukuan yang sangat berguna sehingga setiap anggota merasa
adanya ketransparanan dalam satu kelompok, sehingga nantinya tidak
menimbulkan kesalahpahaman dalam satu kelompok tersebut. Sipayung (2013)
kinerja dilihat dari pelaksanaannya bahwa program telah disosialisasikan dengan
baik. pelayanan fasilitator sebagai pemberian informasi mengenai program yang
dapat diperoleh masyarakat secara tepat yang langsung.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Simpan Pinjam
Perempuan
Faktor yang mempengaruhi kinerja program SPP menurut Kusmeiran dan
Budhi (2014) yaitu adanya persepsi dari pemanfaatan dana SPP, kendala yang
dihadapi dalam upaya bantuan dana SPP, tanggapan responden terhadap
pemecahan masalah, pentingnya program untuk dianjurkan, saran terhadap
program dan persepsi para pelaku kegiatan. Mendrofa (2012), faktor yang
mempengaruhi kinerja SPP yaitu aturan pengelolaan pinjaman , jangka waktu
pinjaman yaitu ditentukan oleh semua struktur yang ada pada kelompok, dan
aturan pertemuan kelompok harus dilaksanakan secara rutin sesuai jadwal.
Widayati (2013), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu motivasi anggota
dalam bergabung dengan SPP serta faktor pendamping sangat mempengaruhi
dalam berkembangnya usaha mereka. Hanika dan Lituhayu (2012), faktor yang
mempengaruhi kinerja SPP adalah kordinasi antar pengelola kegiatan dan
penerima dana, pemanfaatan dana masih sering digunakan konsumtif serta
kurangnya pendampingan untuk mengembangkan dan mengawasi usaha mereka.
Tanasale (2012), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu kurangnya
pendampingan, penguatan kelembagaan, tempat tinggal yang kurang memadai
untuk melakukan usaha, motivasi anggota, dan hubungan antar anggota. Putra
(2013), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu dalam pemanfaatan dana
masih digunakan untuk keperluan konsumtif serta program tersebut tidak tepat
sasaran karena warga yang miskin tidak berani meminjam dikarenakan takut tidak
bisa membayar cicilan. Sipayung (2013), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP
yaitu bahwa dalam pemahaman program seringkali masyarakat salah persepsi
terhadap program SPP dan tidak tepat sasaran. Menurut Mardikanto (2010), tim
pendamping merupakan fakor eksternal dalam pemberdayaan masyarakat, peran
tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan kurang secara bertahap selama
proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara
mandiri. Panduan Operasional PNPM Mandiri menjelaskan fungsi dari
pendamping:

12

1. Fasilitator yaitu berperan dalam memfasilitasi masyarakat dalam setiap
proses tahapan, mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan
pelestarian. Panduan operasional PNPM Mandiri menjelaskan bahwa
menjadi seorang fasilitator/pendamping perlu dibekali beberapa
kemampuan diantaranya, kepemimpinan, konseptual, komunikasi, menjadi
pendengar yang aktif, bertanya efektif dan terarah, kemampuan dalam
pengembangan masyarakat. Proses memfasilitasi masyarakat perlu melalui
dua tahap yaitu tahap identifikasi dan penjajakan awal dimana tahap
tersebut melakukan kegiatan penjelasan umum dan pembentukan tim
pelaku. Tahap kedua dimulai dari tahap sosialisasi dan penyebarluasan
informasi hingga pada pelaksanaan pendampingan.
2. Motivator didefinisikan sebagai seseorang (perangsang) yang
menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan
sesuatu; pendorong; penggerak yang mampu menggerakkan masyarakat
dan petugas yang ditunjuk untuk memberikan penerangan. Pendamping
program berperan untuk mempersuasi masyarakat dengan cara memotivasi
untuk ikut terlibat dalam program.
Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan
Berdasaran penelitian Tanasale (2012) bahwa dampak dari kinerja prgram
SPP bagi penerima dana adalah mengalami peningkatan taraf hidup. Peningkatan
taraf hidup tersebut dapat dilihat dari meningkatknya pendapatan mereka melalui
usaha, meningkatkan peluang lapangan pekerjaan yakni ibu-ibu atau wanita yang
sebelumnya tidak memiliki pekerjaan, kini memiliki pekerjaan pokok sebagai
penjahit dan ada juga yang mulai berdagang dan kini mereka mampu untuk
membiayai kehidupan sehari-hari. Pada mata pencaharian yang memiliki waktu
luang dapat membuka usaha dagang kecil-kecilan setelah mengikuti program
simpan pinjam perempuan yang mana responden ini akan memiliki penghasilan
yang sisanya dapat ditabung, selain itu dapat mengembangkan usaha.
Perkembangan usaha bagi yang sudah mempunyai usaha juga mengalami
peningkatan karena telah memiliki modal dan dapat melakukan inovasi usaha
melalui proses pendampingan. Ibu-ibu mengalami pembebasan dari jeratan bank
keliling dan tercapainya kebutuhan dasar sosial seperti pendidikan, kesehatan dan
peningkatan standar hidup menjadi lebih baik serta peningkatan lapangan
pekerjaan.

13

Tabel 2

Perbandingan hasil penelitian sebelumnya mengenai kinerja, faktor dan
dampak pada program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP)

Penulis
Kusmeiran
dan
Budhi (2014)

Hasil Penelitian
Kinerja dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian.
Faktor yang mempengaruhi dapat dilihat dari persepsi mengenai
program SPP.
Dampaknya yaitu adanya peningkatan pendapatan, peluang lapangan
pekerjaan dan mengembangkan usaha.

Mendrofa (2012)

Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan SPP dan pengelolaan
keuangan.
Faktor yang mempengaruhi struktur kelompok, jangka waktu
pinjaman, pertemuan kelompok.

Widayati (2013)

Kinerja dapat dilihat dari pengelolaan usaha dan keuangan.
Faktor yang mempengaruhi adalah motivasi anggota
pendampingan.

dan

Hanika
dan
Lituhayu (2012)

Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan SPP.
Faktor yang mempengaruhi adalah koordinasi SDM, pemanfaatan
dana dan pendampingan.
Dampaknya yaitu Perkembangan usaha, peningkatan pendapatan,
bebas dari jeratan bank keliling.

Tanasale (2012)

Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan jangka menengah SPP dengan
melakukan evaluasi outcome.
Faktor yang mempengaruhi yaitu pendampingan, penguatan
kelembagaan, tempat tinggal, motivasi anggota, dan hubungan antar
anggota.
Dampaknya adalah peningkatan usaha dan tercapainya kebutuhan
dasar sosial.

Putra (2013)

Kinerja dapat dilihat dari efektivitas pelaksanaan, dampaknya yaitu
peningkatan usaha dan pendapatan.

Sipayung (2013)

Kinerja dapat dilihat dari pengelolaan keuangan.
Faktor yang mempengaruhi adalah pemanfaatan dana, ketepatsasaran
penerima dana.
Dampaknya adalah pendanaan sosial dasar seperti pendidikan,
kesehatan, peningkatan standar hidup lebih baik.

(Ketaren, 2007)

Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan SPP.
Faktor yang mempengaruhi pemahaman program dan ketepatsasaran
penerima dana. Dampaknya adalah peningkatan lapangan pekerjaan.

(Marpaung, Sarma
dan
Limbong,
2013)

Kinerja dapat dilihat dari partisipasi, pendidikan, kepemimpinan dan
manajemen.

14

Kerangka Pemikiran
Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan adalah suatu kegiatan kredit
mikro berupa dana bergulir yang dipinjamkan kepada para perempuan untuk
mengentaskan kemiskinan, yang kemudian dana tersebut dikelola untuk
mengembangkan usaha mereka. Keberhasilan dari suatu program dapat dinilai
dari kinerja program itu sendiri. Kinerja program SPP dapat dilihat dari kinerja
rumahtangga, dan kinerja administrasi. Kinerja program SPP dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor sumberdaya keluarga dan faktor penilaian
terhadap pendamping. Faktor karakteristik rumahtangga dan penilaian terhadap
pendamping akan dihubungkan dengan kinerja SPP. Kinerja tersebut akan
dihubungkan dengan taraf hidup rumahtangga yang dapat dilihat dari tingkat
perkembangan usaha dan tingkat konsumsi rumahtangga.

Sumberdaya keluarga
-Jumlah
anggota
keluarga
-Jumlah usia produktif
-Tingkat pendidikan
-Tingkat pendapatan

Penilaian terhadap
Pendamping
-Kemampuan
memfasilitasi
-Kemampua memotivasi
-Kemampuan
memberikan sumber
informasi

Kinerja
Kinerja
Rumahtangga:
-Jumlah simpan
-Jumlah pinjam
-Penggunaan pinjaman
-Tingkat pengembalian
pinjaman
----------------Kinerja administrasi:
-Mutu pembukuan
-Mutu
manajerial
keuangan

Keterangan :
Mempengaruhi
Gambar 1 Kerangka pemikiran

Taraf hidup

-Perkembangan
usaha
-Tingkat konsumsi
rumahtangga

15

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Sumberdaya keluarga mempengaruhi kinerja program SPP.
2. Penilaian terhadap pendamping mempengaruhi kinerja program SPP.
3. Kinerja program SPP mempengaruhi taraf hidup rumahtangga program
SPP.
Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Sumberdaya Keluarga (X1)
1.) Jumlah anggota rumahtangga adalah banyaknya orang dalam satu
keluarga atau rumahtangga yang mengikuti program SPP. Indikator
yang digunakan untuk pengkategorian jumlah anggota keluarga akan
disesuaikan data di lapangan.
-Rendah: jumlah 2-3 orang
-Sedang: jumlah 4-5 orang
-Tinggi: jumlah 6-7 orang
2.) Jumlah usia produktif merupakan banyaknya orang dalam satu
keluarga atau rumahtangga yang bekerja atau sudah berpenghasilan.
Usia produktif berkisar lebih dari 15 tahun.
-Rendah: jumlah 2 orang
-Sedang: jumlah 3-4 orang
-Tinggi: jumlah 5 orang
3.) Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang
pernah diikuti oleh responden sampai dengan waktu saat penelitian
berlangsung.
a. Tidak Tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
4.) Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
rumahtangga dalam satu bulan terakhir. Besarnya pendapatan akan
dilihat berdasarkan tinggi rendahnya jumlah uang yang diterima oleh
rumahtangga dari sumber pendapatannya. Indikator penggolongan
tingkat pendapatan akan disesuaikan pada kondisi lapangan.
a. Pendapatan rendah jika ≤ - ½ sd
b. Pendapatan sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd
c. Pendapatan tinggi jika ≥ x + ½ sd

16

2. Penilaian terhadap Pendamping (X2)
1.) Kemampuan memfasilitasi adalah penilaian responden terhadap
pendamping dalam memberikan pelayanan kepada peserta, mampu
memimpin, pendengar yang aktif dan mampu berkomunikasi. Variabel
ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan.
a. Rendah (skor 18)
2.) Kemampuan memotivasi adalah penilaian responden terhadap
pendamping dalam kemampuan memberikan motivasi dan dukungan
kepada peserta untuk melaksanakan sesuatu, dapat memberi
penerangan, memberi semangat, dan dapat menggerakkan peserta.
Variabel ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan.
a. Rendah (skor 18)
3.) Kemampuan menjadi sumber informasi adalah penilaian responden
terhadap pendamping dalam kemampuan memberikan informasi
mengenai kegiatan SPP, yaitu tingkat penguasaan pengetahuan
mengenai program dan dapat memberikan informasi terkait
pengelolaan kegiatan. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima
pertanyaan.
a. Rendah (skor 18)
3. Kinerja (X3)
1.) Kinerja rumahtangga adalah kemampuan kerja yang dilakukan oleh
anggota rumahtangga sebagai penerima dana SPP.
a. Jumlah simpan adalah besarnya dana yang terdapat dalam
tabungan yang dimiliki oleh masing- masing peserta. Indikator
besarnya dana akan disesuaikan data di lapangan.
-Simpanan rendah jika ≤ - ½ sd
-Simpanan sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd
-Simpanan tinggi jika ≥ x + ½ sd
b. Jumlah pinjam adalah besarnya dana yang dipinjam oleh
masing- masing peserta. Indikator besarnya dana akan
disesuaikan data di lapangan.
-Pinjaman rendah jika ≤ - ½ sd
-Pinjaman sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd
-Pinjaman tinggi jika ≥ x + ½ sd
c. Penggunaan pinjaman adalah pemanfaatan dana SPP oleh
anggota keluarga yang dipijam oleh peserta.

17

-Rendah apabila dana digunakan untuk keperluan selain modal
usaha.
-Sedang apabila dana digunakan untuk keperluan modal usaha
dan pendidikan serta kesehatan.
-Tinggi apabila dana digunakan seluruhnya untuk modal usaha.
d. Tingkat pengembalian pinjaman adalah intensitas peserta dalam
mengembalikan pinjaman setiap bulannya. Variabel ini diukur
dengan menggunakan lima pertanyaan. Rendah (skor 18).
2.) Kinerja administrasi adalah kemampuan yang dilakukan kelompok
SPP menyangkut administrasi.
a. Mutu pembukuan adalah pembukuan yang ada dalam setiap
peserta yang nantinya setiap peserta merasakan adanya
ketransparanan pembukuan mereka, dan tidak menimbulkan
kesalahpahaman dalam setiap peserta dengan ketua kelompok,
dengan indikator penulisan pembayaran iuran, pemasukan,
pengeluaran dan jangka waktu pembayaran iuran.
-Rendah (skor 18)
b. Mutu manajerial keuangan adalah kemampuan dalam kelompok
untuk memajemen keuangan dan pengelolaan uang yang ada di
kelompok.
-Rendah (skor 18)
4. Taraf Hidup (Y)
a. Peningkatan usaha adalah kondisi usaha rumahtangga setelah
mengikuti kelompok SPP. Variabel ini diukur dengan
menggunakan lima pertanyaan.
- Rendah (skor 8)
b. Tingkat konsumsi rumahtangga adalah rata- rata jenis dan
jumlah barang atau pangan yang dikonsumsi oleh rumah
tangga untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Pengukuran
tingkat k