Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

(1)

DISFUNGSI PELAKSANAAN SIMPAN PINJAM BAGI PEREMPUAN (SPP) DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-Mpd)

(Studi Deskriptif di Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

POPPY SEPTIANI PUTRI 110901008

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) Di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan” berawal dari ketertarikan penulis terhadap bagaimana pelaksanaan program SPP dan disfungsi apa yang terjadi dalam pelaksanaan SPP tersebut. Pelaksanaan program SPP di Desa Batu Anam tersebut tidak hanya memberikan pengaruh positif bagi anggotanya, namun juga menimbulkan kondisi disfungsi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional yang dikaji oleh Robert K. Merton, Dalam pemikiran Merton, sasaran studi struktur fungsional antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Dari pendapat Merton tentang fungsi, ada konsep barunya mengenai sifat dari fungsi dengan membedakan atas fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended) atau fungsional, sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan atau disfungsi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah anggota SPP yang memiliki usaha, anggota SPP yang tidak memiliki usaha, KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa), staff PNPM di Kecamatan dan pemerintahan desa. Interpretasi data dilakukan dengan pengolahan dari catatan maupun hasil wawancara setap kali turun ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan SPP di Desa Batu Anam dapat memberikan pengaruh positif bagi anggota-anggotanya, baik yang memiliki usaha dan yang tidak memiliki usaha. Anggota yang memiliki usaha mengaku mengalami peningkatan dalam usahanya dan bagi anggota yang tidak memiliki usaha dengan menjadi anggota SPP mereka mengaku bisa berinvestasi dengan cara ternak lembu dari pinjaman yang didapat, membangun rumah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain pengaruh positif tersebut juga ditemukan disfungsi dalam praktik program tersebut, yang dapat menjadikan program tersebut berjalan tidak efektif sesuai dengan visi dan misi program. Beberapa disfungsi yang terjadi dalam pelaksanaan program SPP tersebut yaitu pembentukan kelompok yang menyertakan pemalsuan usaha yang digeluti, pelaksanaan sosialisasi yang belum menyeluruh dan penggunaan dana SPP yang kurang transparan. Kata Kunci : Disfungsi, Pemberdayaan, Simpan Pinjam, dan Perempuan


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya sampaikan kepada Allah SWT karena atas izin dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) Di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai sarjana S1 Sosiologi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan nasihat baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan juga Dosen Penasehat Akademik saya selama kuliah yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen penguji II saya.

4. Seluruh Dosen, staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua Orang Tua tercinta Thamrin S.Pd dan Sri Mahyuni S.Pd atas kasih sayang,


(4)

kesabaran, serta memberikan doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan juga menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada kakak adik saya.

6. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh warga Desa Batu Anam yang sudah berkenan menjadi informan dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman dekat Ismi Andari, Nur Balqis Nst, Sari Rezeki, Sri Rizky Zebua, Ziyara Marwah dan teman-teman Sosiologi 2011 dan terima kasih juga kepada Ikhsan Dian Nugraha yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pada pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penilis sendiri.

Medan, Desember 2015 Penulis,

Poppy Septiani Putri NIM. 110901008


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Konsep ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional ... 9

2.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) ... 13

2.3 Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Sebagai Solusi Penurunan Jumlah Keluarga Miskin ... 16

BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 21

3.3.1 Unit Analisis ... 21

3.3.2 Informan ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22


(6)

3.5 Interpretasi Data ... 23

3.6 Keterbatasan Peneliti ... 24

BAB IV Temuan Data dan Interpretasi Data 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 25

4.1.1 Sejarah Desa ... 25

4.1.2 Perhubungan, Sarana dan Prasarana Desa ... 26

4.1.2.1 Sarana Pendidikan ... 27

4.1.2.2 Sarana Kesehatan ... 28

4.1.3 Kependudukan ... 29

4.2 Profil Informan ... 34

4.2.1 Anggota SPP yang memiliki usaha ... 34

4.2.2 Anggota SPP yang tidak memiliki usaha ... 39

4.2.3 KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) ... 43

4.2.4 Staf PNPM-Mpd di Kecamatan ... 45

4.2.5 Pemerintahan Desa ... 47

4.3 Pelaksanaan dan Mekanisme SPP di Desa Batu Anam ... 48

4.3.1 Pembentukan Kelompok ... 52

4.3.2 Pembuatan Proposal ... 53

4.3.3 Pengajuan Proposal dan diperiksa Tim Verifikasi ... 55

4.3.4 Pencairan ... 57

4.4 Disfungsi Pelaksanaan SPP ... 62

4.4.1 Pembentukan Kelompok: Manipulasi Usaha yang digeluti ... 62

4.4.2 Pelaksanaan Sosialisasi : Belum Menyeluruh ... 64

4.4.3 Penggunaan Dana SPP: Kurang Transparan dan Kurang Sesuai dengan SOP SPP ... 68

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 73


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 76 Dokumentasi Lapangan ... 79


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Tahun

2000-2013 Di Indonesia ...2

Tabel 2 : Sarana Pendidikan Formal Di Desa Batu Anam ...28

Tabel 3 : Sarana Kesehatan Di Desa Batu Anam ...29

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Menurut Jenis Kelamin ...29

Tabel 5 : Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Berdasarkan Umur Tahun 2014 ...30

Tabel 6 : Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Agama ...32

Tabel 7 : Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ...33

Tabel 8 : Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...34

Tabel 9 : Jumlah Pinjaman Tiap Desa Di Kecamatan Rahuning Tahun 2014 ...49


(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) Di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan” berawal dari ketertarikan penulis terhadap bagaimana pelaksanaan program SPP dan disfungsi apa yang terjadi dalam pelaksanaan SPP tersebut. Pelaksanaan program SPP di Desa Batu Anam tersebut tidak hanya memberikan pengaruh positif bagi anggotanya, namun juga menimbulkan kondisi disfungsi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional yang dikaji oleh Robert K. Merton, Dalam pemikiran Merton, sasaran studi struktur fungsional antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Dari pendapat Merton tentang fungsi, ada konsep barunya mengenai sifat dari fungsi dengan membedakan atas fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended) atau fungsional, sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan atau disfungsi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah anggota SPP yang memiliki usaha, anggota SPP yang tidak memiliki usaha, KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa), staff PNPM di Kecamatan dan pemerintahan desa. Interpretasi data dilakukan dengan pengolahan dari catatan maupun hasil wawancara setap kali turun ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan SPP di Desa Batu Anam dapat memberikan pengaruh positif bagi anggota-anggotanya, baik yang memiliki usaha dan yang tidak memiliki usaha. Anggota yang memiliki usaha mengaku mengalami peningkatan dalam usahanya dan bagi anggota yang tidak memiliki usaha dengan menjadi anggota SPP mereka mengaku bisa berinvestasi dengan cara ternak lembu dari pinjaman yang didapat, membangun rumah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain pengaruh positif tersebut juga ditemukan disfungsi dalam praktik program tersebut, yang dapat menjadikan program tersebut berjalan tidak efektif sesuai dengan visi dan misi program. Beberapa disfungsi yang terjadi dalam pelaksanaan program SPP tersebut yaitu pembentukan kelompok yang menyertakan pemalsuan usaha yang digeluti, pelaksanaan sosialisasi yang belum menyeluruh dan penggunaan dana SPP yang kurang transparan. Kata Kunci : Disfungsi, Pemberdayaan, Simpan Pinjam, dan Perempuan


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah adalah lembaga pertama yang berwenang dan berkewajiban memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan rakyat di suatu negara. Pemerintah memiliki kewajiban dalam merumuskan program-program yang tepat sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan pada masyarakat dengan memberikan pemberdayaan-pemberdayaan secara berkelanjutan. Saat ini sudah banyak program-program yang dilakukan pemerintah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti KUR (Koperasi Usaha Rakyat), UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk pendidikan, LKM (Lembaga Keuangan Mikro), PNPM dan lain sebagainya.

Program-program tersebut dilaksanakan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat, meskipun pada kenyataannya yang berada di masyarakat, tidak semua program-program tersebut berjalan dengan baik. Ada beberapa program yang tidak tepat sasaran dalam pendistribusiannya, sehingga hal ini membuat keadaan sosial ekonomi masyarakat berada pada kondisi ketidakstabilan dimana ada beberapa yang mendapat bantuan yang membuat hidupnya menjadi lebih baik dan ada yang tidak sama sekali memperoleh bantuan tersebut yang menyebabkan hidupnya berada dalam kondisi yang tidak berkembang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(11)

Tabel 1.1.

Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Tahun 2000 – 2013 di Indonesia.

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (Juta Jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa 2000 12,31 26,43 38,74 14,6 22,38 19,14 91.632 73.648 2001 8,6 29,27 37,87 9,79 24,84 18,41 100.011 80.382 2002 13,32 25,08 38,39 14,46 21,1 18,2 130.499 96.512 2003 12,26 25,08 37,34 13,57 20,23 17,42 138.803 105.888 2004 11,37 24,78 36,15 12,13 20,11 16,66 143.455 108.725 2005 12,4 22,7 35,1 11,68 19,98 15,97 165.565 117.365 2006 14,49 24,81 39,3 13,47 21,81 17,75 174.290 130.584 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 187.942 146.837 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 204.896 161.831 2009 11,91 20,62 32,52 10,72 17,35 14,15 222.123 179.835 2010 11,1 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33 232.989 192.354 Mar-11 11,05 18,97 30,02 9,23 15,72 12,49 243.016 213.395 Sep-11 10,96 18,94 29,89 9.09 15,59 12,36 263.594 223.181 Mar- 12 10,65 19,49 29,13 8,78 15,12 11,96 267.408 229.226 Sep-12 10,51 18,09 28,59 8.6 14,7 11,66 277.382 240.441 Mar- 13 10,33 17,74 28,07 8,39 14,32 11,37 289.042 253.273 Sep-13 10,63 19,92 28,55 8,52 14,42 11,47 308.826 257.779

(Sumber: BPS, 2013)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat jumlah penduduk miskin di desa dan kota pada tahun 2001 sebesar 37,87 juta jiwa dan meningkat menjadi 38,39 juta jiwa pada tahun 2002, namun pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 35,1 juta jiwa dan meningkat ditahun 2006 menjadi 39,3 juta jiwa, dan pada maret 2013 menurun kembali menjadi 28,07 juta jiwa dan meningkat terus pada September 2013 menjadi 28,55 juta jiwa. Naik turunnya jumlah penduduk miskin menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia berada pada kondisi ketidakstabilan. Masalah tersebut membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah, sehingga sampai saat ini pemerintah terus memperbaharuhi kebijakan-kebijakan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah sosial dan


(12)

ekonominya. Seluruh kebijakan tersebut menjadi agenda pemerintah yang akan disalurkan kepada masayarakat luas.

Agenda pemerintah yang terus menjadi pusat perhatian hingga saat ini adalah pembangunan. Menurut Ali (2006) konsep pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai kondisi dan situasi yang lebih baik, dilaksanakan secara sistematis dan bertahap disemua bidang. Pembangunan menjadi tanggung jawab, menuntut partisipasi masyarakat dan hasilnya pun dapat dinikmati oleh seluruh rakyat secara merata, namun demikian salah satu tantangan pembangunan yang paling serius dan harus disikapi secepatnya adalah upaya penanggulangan jumlah keluarga miskin perdesaan.

Berbagai program pemerintah telah dilaksanakan untuk menanggulangi besarnya jumlah keluarga miskin di perdesaan. Salah satu program pemerintah yang telah dilakukan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) yang dimulai pada tahun 2007. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) adalah bentuk pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang digagas oleh masyarakat desa itu sendiri. Tujuan umum dari pelaksanaan PNPM-Mpd yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, mempercepat penanggulangan kemiskinan serta meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat desa yang ditempuh melalui pemberian modal usaha untuk mengembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif dan membangun sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan desa.


(13)

Tujuan khususnya yaitu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan memiliki beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat, seperti Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) yang bertujuan untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya, Bantuan Langsung bagi Masyarakat (BLM), Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) dan sebagainya (Sumber: www.pnpm-mandiri.org).

Dalam Novitasari (2011) menyebutkan Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) adalah salah satu program yang wajib dilaksanakan untuk pengentasan kemiskinan dalam program PNPM-Mpd. Program ini memberikan bantuan berupa permodalan yang ditujukan bagi mereka yang dinilai sudah memiliki usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasar mereka, namun masih perlu ditingkatkan. Pemberian modal tanpa agunan dalam bentuk perguliran dengan kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman melalui pembentukan kelompok perempuan, dan besarnya pinjaman sesuai pengajuan proposal kelompok.

Program Simpan Pinjam bagi Perempuan juga dilakukan di Kecamatan Rahuning, salah satunya di Desa Batu Anam. Jumlah kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Batu Anam saat ini adalah 10 kelompok dengan anggota tiap kelompoknya yaitu 7-10 orang. Juliarni (2013) berdasarkan penelitiannya mengenai keefektivitasan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dikecamatan Bangun Purba, hasil penelitiannya adalah bahwa dalam pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan di wilayah tersebut terkesan kejar target demi terpakainya seluruh alokasi bantuan langsung masyarakat yang dikelola di Kecamatan.


(14)

Anggapan kejar target tersebut menjadikan subjek hanya sebagai objek, jika ditanyakan kepada kelompok penerima, belum tentu mereka membutuhkan bantuan tersebut karena belum punya usaha yang layak untuk didanai. Sebagian masyarakat tidak menggunakan pinjaman untuk modal usaha, bahkan digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Permasalahan-permasalahan ini muncul akibat tidak berjalannya fungsi setiap struktur dalam lembaga yang bertanggung jawab, seperti yang dikatakan Robert K. Merton dalam George Ritzer (2010) fungsi dalam struktur bisa saja berupa fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest sebagai fungsi yang diharapkan sedangkan fungsi latent sebagai fungsi yang tidak diharapkan. Merton juga mengatakan bahwa suatu struktur yang disfungsi akan selalu ada. Berdasarkan observasi sementara, peneliti melihat adanya kecenderungan disfungsi pelaksanaan yang terjadi dalam pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Batu Anam. Berdasarkan gejala-gejala dan kecenderungan disfungsi itulah, maka menjadi alasan peneliti untuk melihat dan meneliti disfungsi seperti apa yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam bagi Perempuan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan?


(15)

2. Bagaimana disfungsi yang terjadi dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam program PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui disfungsi apa saja yang terjadi dalam Simpan Pinjam Perempuan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian sudah selesai ditulis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan kajian ilmiah dan referensi penelitian ilmiah selanjutnya, khususnya bagi mahasiswa departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara, serta untuk memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pemberdayaan masyarakat.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Menjadi sumbangan pemikiran bagi kementrian dalam negeri untuk senantiasa memantau dan mengkontrol program tersebut.


(16)

2. Manjadi masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam merumuskan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya.

1.5. Definisi Konsep

Konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep merupakan rangkaian pengertian logis yang dipakai untuk menentukan jalan pemikiran dalam penelitian untuk memperoleh permasalahan yang tepat. Dengan kata lain konsep adalah istilah-istilah yang mewakili atau menyatakan suatu pengertian tertentu.

Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Disfungsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dalam pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ini tidak berjalan sesuai dengan Modul Pelatihan PNPM-Mpd dan SOP SPP.

2. PNPM-Mpd yaitu program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan atau PNPM-Pedesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.

3. Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP) yaitu salah satu kegiatan dalam PNPM-Mpd yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh ibu-ibu yang membentuk satu kelompok. Kegiatan ini merupakan pemberdayaan yang dalam pelaksanaannya memberikan bantuan modal yang ditujukan bagi


(17)

mereka yang dinilai sudah memiliki usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasar mereka, namun masih perlu ditingkatkan. Tujuan dari Simpan Pinjam Perempuan ini adalah mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam di perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala kecil, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.

4. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya-upaya yang dapat merubah taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberdayaan khusus perempuan melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP).


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Struktural Fungsional

Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup keragamannya, tercipta sebuah keseimbangan (equilibrium) atau dinamic equlibrium (keseimbangan berjalan) notebene berasal dari fungsi dan peran masing-masing individu yang ada dalam masyarakat. Parsons menyebutkan keseimbangan dapat tercipta dengan konsep Adaptation (adaptasi), Goals (tujuan), Integration (integrasi), dan Latern Pattern Maintenance (pemeliharaan pola-pola). Konsep AGIL Parsons diatas digunakan untuk bertahan (defensed) dalam sebuah struktural fungsional. Sebuah tatanan masyarakat tentu akan dipengaruhi oleh subsistem yang ada didalamnya (struktur fungsionalisme) diantaranya; subsistem ekonomi, perubahan ekologis (lingkungan tempat tinggal), politik, kebudayaan, dan sosialisasi.

Struktural fungsionalisme berjalan melalui individu-individu (individu Act) sebagai aktor dengan menjalankan fungsi dan perannya masing-masing melalui bentuk adaptasi terhadap subsistem struktural fungsionalisme, yang menghasilkan sebuah tindakan (unit aksi). Dari unit aksi inilah kemudian terjadi sistem aksi (act system) dimana masyarakat telah menemukan tujuan dari aksi tersebut, sehingga terbentuklah sebuah tatanan masyarakat dengan keunikannya tersendiri, yang kemudian akan mengalami perubahan yang lebih kompleks.


(19)

Robert K. Merton sebagai salah satu tokoh yang mengkaji mengenai teori struktural fungsional dan berada pada teori tingkat menengah menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Dalam pemikiran Merton, sasaran studi struktur fungsional antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya .

Robert K. Merton telah mengkritik 3 postulat yang dikemukakan oleh Malinowski dan Radcliffe Bron, yaitu :

1. Kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini berpendirian bahwa semua keyakinan dan praktik kultur dan sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat sebagai satu kesatuan maupun untuk individu dan masyarakat. Merton berpendapat bahwa meski hal ini benar terjadi pada masyarakat primitif dan kecil, namun hal ini tidak berlaku ke tingkatan masyarakat yang luas dan kompleks.

2. Fungsionalisme universal, yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang baku memiliki fungsi-fungsi positif. Merton menyatakan bahwa postulat ini bertentangan dengan kehidupan nyata, yang jelas adalah bahwa tidak setiap struktur, adat, gagasan, kepercayaan dan sebagainya mempunyai dampak positif. 3. Indispensability yaitu dalam setiap tipe peradaban, kebiasaan memiliki

sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan, akan tetapi Merton mengatakan bahwa terdapat alternatif struktur dan fungsi yang dapat ditemukan di dalam masyarakat.


(20)

Perhatian analisis struktural fungsional lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang pada motif individual. Menurut Merton, fungsi didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tersebut. Dari pendapat Merton tentang fungsi, ada konsep barunya mengenai sifat dari fungsi dengan membedakan atas fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended) atau fungsional, sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan atau disfungsi.

Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional akan selalu ada, sebagaimana struktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur atau institusi pun dapat menimbulkan akibat negatif ataupun positif terhadap sistem sosial. Merton juga mengemukakan konsep nonfunctions yang didefenisikannya sebagai akibat-akibat yang sama sekali tak relevan dengan sistem yang sedang diperhatikan.

Kecocokan argumen Merton dengan permasalahan penelitian mengenai struktur organisasi maupun kelompok terkait peran dan fungsi masing-masing bidang inilah menjadikan peneliti menggunakan teori ini. Teori struktur fungsional oleh Robert K. Merton dapat menganalisis tiap-tiap bagian dalam struktur organisasi maupun kelompok terkait fungsi dan perannya sehingga mampu menjawab permasalahan yang peneliti dalam disfungsi pelaksanaan Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP).

Fungsi yang dianggap manifest dalam penelitian ini adalah ketika Simpan Pinjam Perempuan ini dapat meningkatkan kesejahteraan tiap anggotanya, sedangkan fungsi yang dianggap laten ialah terdapat kondisi disfungsi yang terjadi


(21)

dalam pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan yang berakibat pada ketidakefektivan program pemberdayaan masyarakat.

Adapun penelitian lainnya yang membahas disfungsi pemberdayaan dalam teori struktural fungsional dikutip dari penelitian disertasi Hikmat (2001) yang meneliti mengenai marginalisasi komunitas lokal dalam perspektif kontingensi strategi pengembangan masyarakat di Bekasi. Hasil penelitian ini adalah ketidakberdayaan komunitas lokal dalam beradaptasi terhadap perubahan struktur kota dapat dilihat dari ciri-ciri:

1. Tidak adanya alternatif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraaan keluarga, karena mereka kehilangan peluang untuk akses terhadap sistem pelayanan sosial dasar (termasuk sulit akses terhadap program pemberdayaan).

2. Terbatasnya produktifitas kerja dan ekonomi yang membuat mereka berada dalam keadaan subsistence level.

3. Tujuan-tujuan kolektif tidak dapat lagi dibentuk dan dicapai, walaupun mereka dalam bentuk komunal.

4. Semakin lama cenderung fatalistik terhadap perubahan dan kemajuan di lingkungan sekitar.

Kondisi ketidakberdayaan komunitas lokal adalah merupakan penyimpangan fungsi-fungsi masyarakat atau mereka mengalami disfungsi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat mikro, terjadi ketidakberdayaan komunitas lokal tidak cukup dianalisis dalam kerangka struktural eksternal fungsional tetapi juga dianalisis dalam kerangka struktural internal fungsional


(22)

yang menjelaskan hubungan interaksi individu dengan lingkungan komunitas lokal itu sendiri.

2.2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd)

PNPM-Mpd diluncurkan tanggal 30 April 2007 oleh Presiden Indonesia sebagai kelanjutan Program Keluarga Kecamatan (PKK). PNPM-Mpd ini memiliki tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai tahapan kegiatan dengan sebuah siklus kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut adalah :

1. Diseminasi informasi dan sosialisasi, dapat dilakukan dengan cara lokakarya di berbagai level pemerintahan, hearing anggota legislatif di berbagai jenjang dan forum-forum musyawarah masyarakat. Setiap desa dilengkapi papan informasi sebagai salah satu media (penyebaran) informasi.

2. Proses perencanaan administrasi, dilaksanakan dari tingkat dusun, desa selanjutnya tingkat kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator Desa (FD) untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan kegiatan.

3. Seleksi proyek di tingkat desa dan kecamatan, masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan antar desa untuk memutuskan usulan prioritas dan layak didanai. Musyawarah terbuka bagi setiap masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan.

4. Masyarakat melaksanakan proyek, masyarakat memilih anggotanya untuk menjadi tim pengelola kegiatan (TPK) di desa-desa yang terdanai. Fasilitator teknis program akan mendampingi TPK dalam mendesain


(23)

prasarana, penganggaran kegiatan, vertifikasi mutu dan supervise. Para pekerja pada umumnya berasal dari desa penerima dana.

5. Akuntabilitas dan laporan perkembangan selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan 2 kali dalam pertemuan terbuka di desa, yakni sebelum proyek pencarian dana tahap berikutnya. Pada pertemuan akhir, TPK akan melakukan serah terima proyek kepada masyarakat desa dan tim pemelihara kegiatan.

(Sumber: www.pnpm-mandiri.org)

Pelaksanaan program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

a) Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk kegiatan pembangunan.

b) Dana Operasional Kegiatan (DOK) untuk kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif dan kegiatan pelatihan masyarakat (capacity building).

c) Pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh para fasilitator pemberdayaan, fasilitator teknik dan fasilitator keuangan.

Dalam modul PNPM Mandiri Pedesaan tahun 2014, seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM


(24)

Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam Negeri.

Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), partisipasi dari CSR (Corporate Social Responsibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.

Adapun penelitian lainnya yang terkait PNPM-Mpd berasal dari Agistiasari (2012). Hasil penelitian ini adalah:

1. Efektifitas program berkenaan dengan ketetapan jumlah anggaran dari pemerintah bagi pelaksanaan PNPM-Mpd dan upaya tim pelaksana dalam melaksanakan. Hal ini perlu diperhatikan karena dengan anggaran yang memadai dan kerjasama yang dilakukan oleh semua pihak baik itu tim pelaksana maupun masyarakat maka pelaksanaan PNPM-Mpd akan berjalan dengan baik.

2. Kecukupan program berkenaan dengan PNPM-Mpd dapat memuaskan kebutuhan masyarakat serta penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan PNPM-Mpd. Hal ini penting karena suatu kebijakan dikatakan berhasil apabila semua kesatuan yang ada dapat terlaksana sesuai prosedur yang telah ditentukan.

3. Perataan program berkenaan dengan anggaran dapat didistribusikan secara adil dalam pelaksanaan PNPM-Mpd, pengalokasian pembangunan fisik desa dan dana bergulir di setiap desa.


(25)

4. Responsivitas program berkenaan dengan penilaian masyarakat terkait dengan diadakannya PNPM-Mpd dan upaya tim pelaksana dalam menanggapi dan memenuhuhi kebutuhan masyarakat.

5. Ketepatan program berkenaan dengan kebijakan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dana bergulir disalurkan pada anggota kelompok yang berhak.

2.3 Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebagai Solusi Penurunan Jumlah Keluarga Miskin

Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah salah satu program dalam PNPM-Mpd yang bertujuan untuk mengentas jumlah keluarga miskin di perdesaan. SPP merupakan program bantuan penambahan modal yang ditujukan bagi mereka yang dinilai sudah memiliki usaha yang cukup untuk dapat membiayai kebutuhan dasar mereka, namun masih perlu untuk ditingkatkan. Pemberian bantuan permodalan ini menggunakan sistem dana bergulir.

Pelaksanaan SPP yang tertuang dalam SOP SPP bahwa pengertian dana bergulir adalah seluruh dana program dan bersifat pinjaman dari UPK (Unit Pengelola Kecamatan) yang digunakan oleh masyarakat untuk mendanai kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-kelompok masyarakat. Tujuan pengelolaan dana bergulir ini ialah :

1 Memberikan kemudahan akses permodalan usaha baik kepada masyarakat sebagai pemanfaatan maupun kelompok usaha.

2 Pelestarian dan pengembangan modal usaha yang berasal dari dana PNPM-Mpd yang sesuai dengan tujuan program.

3 Peningkatan kapasitas pengelola kegiatan dan bergulir ditingkat wilayah perdesaan.


(26)

4 Menyiapkan lembaga UPK sebagai pengelola dana bergulir yang mengacu pada tujuan program secara akuntabel artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat, transparan dan berkelanjutan.

5 Peningkatan pelayanan kepada rumah tangga miskin dalam pemenuhan kebutuhan permodalan usaha melaui kelompok pemanfaat.

Fungsi dari dana bergulir SPP ini adalah :

1. Memberikan pinjaman dana kepada kelompok simpan pinjam.

2. Menumbuhkembangkan kelompok usaha produktif dan kelompok perempuan.

3. Mendayagunakan kemampuan potensi lokal dalam pengembangkan usaha bagi ekonomi masyarakat miskin.

4. Mempertinggi kualitas sumberdaya manausia dan kelompok untuk mencapai terciptanya masyarakat yang mandiri.

5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di kecamatan.

Sifat dari perguliran dana ini adalah terbuka bagi semua lapisan masyarakat, mudah, cepat dan lestari. Prinsip dana bergulir ini ialah transparansi, keberpihakan kepada orang miskin, partisipasi, kompetisi sehat, desentralisasi, akuntabilitas dan berkelanjutan. Dan yang menjadi sasaran dari dana bergulir ini adalah kelompok yang mempunyai kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman dengan prioritas kelompok yang rumah tangga miskin dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan anggota yang anggotanya khusus perempuan.


(27)

Aturan pokok perguliran dana yaitu :

1. Pinjaman perguliran dilakukan ditingkat kecamatan oleh UPK, Tim Verifikasi, Tim Pendanaan dalam wilayah kerja kecamatan lokasi PNPM. 2. Musyawarah antar desa perguliran menetapkan daftar kelompok yang

mengajukan kredit atau kelompok daftar tunggu perguliran.

3. Pendanaan kredit disesuaikan dengan perkembangan/ketersediaan dana yang ada di UPK dan dana yang tersedia di rekening SPP.

4. Pinjaman hanya disalurkan kepada kelompok yang bersifat kelompok dengan pemanfaatan rumah tangga miskin atau dengan kata lain tidak diperbolehkan meminjam secara perorangan.

5. Adanya perjanjian pinjaman antara kelompok dengan UPK.

6. Jadwal angsuran disesuaikan dengan fungsi kelompok dan siklus usahanya. Jangka waktu peminjaman kelompok maksimal 12 bulan.

Dengan adanya aturan yang telah ditetapkan diharapkan program yang dilaksanakan akan berjalan sesuai dengan fungsinya dan dapat tepat sasaran sesuai yang telah ditentukan.

Persyaratan kelompok pinjaman bergulir yaitu :

1. Kelompok pinjaman harus mempunyai ikatan persatuan yang kuat, misalnya RT/RW, arisan, yasinan dsb.

2. Mempunyai kepengurusan yang jelas minimal ketua, sekretaris dan bendahara.

3. Mempunyai kegiatan ekonomi dan atau kemasyarakatan.

4. Anggota yang menjadi pemanfaat benar-benar warga desa atau warga kecamatan tersebut dibuktikan dengan KTP dan KK yang berlaku.


(28)

5. Anggota kelompok peminjam wajib mendapatkan persetujuan salah satu anggota keluarga yang diketahui oleh RT/TW setempat.

6. Pengurus tingkat desa maupun tingkat kecamatan tidak dipekenankan menerima pinjaman dari dana SPP kecuali mendapat persetujuan dari BP-UPK dan BKAD.

7. Kelompok lunas yang akan melakukan kembali pinjaman harus dinilai kondisi pinjamannya :

a. Jika tidak pernah menunggak pinjaman dapat ditingkatkan jumlahnya dari pinjaman sebelumnya.

b. Jika pernah menunggak maka pengajuannya sama dengan pinjaman sebelumnya.

c. Jika pernah melakukan penunggakan secara berulang maka pengajuan maksimal 75 % dari pinjaman sebelumnya.

8. Mempunyai kegiatan rutin pertemuan.

9. Anggota kelompok baru minimal 5 orang dan maksimal 10 orang, sedangkan untuk kelompok lama maksimal 15 orang.

10.Dalam satu kelompok tidak diperbolehkan 1 keluarga.

11.Kelompok wajib mempunyai tabungan kelompok sebesar minimal 10% dari besaran pengajuan pinjaman, selanjutnya tabungan tersebut sebagai agunan tanggung renteng.

12.Anggota kelompok diwajibkan memiliki asuransi jiwa untuk mengantisipasi kemacetan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini dan berupaya untuk menarik realitas itu ke permukaan sehingga terlihat bagaimana realitas sosial yang sebenarnya ada dan sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat (Bungin, 2007).

Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata (baik tertulis maupun lisan). Metode penelitian kualitatif ini dipilih karena dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden serta lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000).

Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai disfungsi yang terjadi dalampelaksanaan Simpan


(30)

Pinjam Perempuan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Desa Batu Anam telah mengikuti pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan dalam PNPM-Mpd sejak tahun 2010. Berdasarkan kurun waktu yang relatif lama itulah maka peneliti ingin meneliti proses pelaksanaan program tersebut khususnya yang terkait dengan disfungsi yang terjadi dalam program Simpan Pinjam bagi Perempuan.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian, biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau responden (Koetjaraningrat, 1977). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah anggota kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, fasilitator kegiatan dan staff pekerja di kantor PNPM-Mpd di Desa Batu Anam.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Informan dianggap sebagai orang yang menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :


(31)

1. Anggota Simpan Pinjam Perempuan yang memiliki usaha berjumlah 3 orang, dan yang tidak memiliki usaha berjumlah 3 orang. Dengan keikutsertaan sebagai anggota SPP minimal 2 tahun.

2. KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sebagai pendamping anggota SPP berjumlah 1 orang.

3. Staff PNPM-Mpd Kecamatan yaitu tim verifikasi 1 orang dan unit pengelola kegiatan 1 orang.

4. Pemerintahan Desa berjumlah 1 orang. 3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati peneliti. Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2001). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan langsung ke kantor PNPM-Mpd untuk mendapatkan langsung data anggota simpan pinjam perempuan yang merupakan informan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya melakukan pengamatan langsung kepada para informan sehingga hasil pengamatan langsung dapat peneliti peroleh. Pengamatan ini meliputi pertemuan yang diadakan di kantor kepala desa antara pihak PNPM-Mpd kecamatan


(32)

dengan beberapa anggota SPP, iuran bulanan yang dilakukan anggota SPP kepada ketua kelompok dan penyaluran hasil iuran oleh ketua ke kantor PNPM-Mpd.

b. Wawancara Mendalam yaitu proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung dan mendalam ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan draf pertanyaan yang sudah siapkan dan disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ada, serta menggunakan panduan atau pedoman wawancara dan alat bantu wawancara seperti tape recorder, catatan kecil dan lain-lain untuk memperoleh data dan informasi tentang pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan yang berlangsung di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan.

3.4.2. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu menghimpun berbagai informasi dari buku referensi, jurnal, majalah dan internet yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Menganalisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan


(33)

tertentu dalam rangka penginterpretasikan data (Faisal, 2007). Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah. Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif.

3.6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah, terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses penelitian yang dilakukan, meskipun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat.


(34)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Sejarah Desa

Desa Batu Anam adalah desa baru yang masuk ke dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Rahuning sejak tahun 2011. Awalnya Desa Batu Anam berada dibawah pemerintahan Kecamatan Bandar Pulau. Pindahnya pemerintahan karena pada tahun 2011 diadakan pemekaran daerah. Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning berada di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, dengan batas wilayah yaitu:

1. Utara berbatasan dengan Desa Mekar Sari, Kecamatan Pulau Rakyat. 2. Selatan berbatasan dengan Desa Perkebunan Kelapa Sawit Gunung

Melayu, Kecamatan Rahuning.

3. Barat berbatasan dengan Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning. 4. Timur berbatasan dengan Desa Rahuning, Kecamatan Rahuning.

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

Pada wilayah Desa Batu Anam terdapat perkebunan kelapa sawit yaitu PT. Asian Agri. Awalnya seluruh tanah di desa Batu Anam adalah milik warga, namun sejak tahun 1985 masuklah PT Indo Sawit Grup yang membuka lahan perkebunan kelapa sawit yang pernah menyebabkan terjadinya konflik perebutan lahan, dan akhir dari konflik tersebut ialah pembagian batas kepemilikan tanah yang disahkan oleh notaris. Awalnya warga tidak memiliki surat tanah, hanya berdasarkan pemahaman tanah leluhur, oleh karena itu hingga sekarang wilayah


(35)

perkebunan PT. Asian Agri bercampur dengan tanah warga, yang mana dapat dilihat ada rumah warga yang berada di dalam kawasan tanah luas tumbuhan kelapa sawit milik perkebunan.

Umumnya warga menggunakan lahan tersebut untuk tempat tinggal dan menanam umbi-umbian dan sayur-mayur yang kemudian akan di pasarkan ke luar desa, namun dengan hadirnya perkebunan tersebut maka dibukalah lapangan pekerjaan yang besar untuk warga sekitar untuk membantu perekonomian mereka.

Desa Batu Anam terdiri dari 10 dusun yang tiap dusunnya dihuni ± 120 kepala keluarga (kk). Desa batu anam dipimpin oleh kepala desa. Hingga tahun 2014 pemilihan kepala desa sudah terjadi sebanyak 3 kali, namun saat ini posisi kepala desa di isi oleh Plt. Kepala desa yang ditunjuk dari kecamatan Rahuning. Masa kepemimpinan Plt. Kepala desa hingga saat ini menginjak usia 9 bulan dan akan berganti jika pilkades telah selesai dilakukan.

4.1.2 Perhubungan, Sarana dan Prasarana Desa

Desa Batu Anam dapat diakses dengan mudah melalui jalur darat. Terdapat 3 jalan utama yang dapat dilalui untuk masuk ke Desa Batu Anam ini, pertama melalui simpang RGM yang tepat berada di jalur lintas sumatera, kedua melalui desa Simpang Empat Kecamatan Rahuning dan ketiga melalui desa Pinggul Toba Kecamatan Bandar Pulau. Dari ibu kota Asahan yaitu Kisaran membutuhkan waktu 1 jam 30 menit -2 jam perjalanan, sedangkan dari ibu kota sumatera utara yaitu Medan membutuhkan waktu 5-6 jam perjalanan untuk sampai ke desa Batu Anam tersebut.


(36)

Semua perjalanan menggunakan jalur darat, namun untuk masuk ke wilayah desa Batu Anam membutuhkan alat transportasi pribadi karena tidak adanya transportasi umum yang tersedia. Transportasi umum hanya ada di sepanjang jalur lintas sumatera sedangkan lokasi desa Batu Anam itu sendiri masuk kedalam area PT Asian Agri yang membutuhkan waktu 1 jam untuk masuk ke wilayah desa jika ditempuh dari jalan utama yaitu simpang RGM.

Di wilayah desa Batu Anam terdapat beberapa sarana umum yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mulai dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana rumah ibadah dan juga koperasi yang dimaksudkan untuk membantu perekonomian keluarga, baik dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun usaha simpan pinjam.

4.1.2.1Sarana Pendidikan

Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimilikinya. Semakin maju pendidikan di suatu daerah maka akan meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh daerah tersebut. Di Desa Batu Anam ini hanya terdapat jenjang sekolah TK hingga SMP, sedangkan tingkat SMA berada diluar desa dan berada dikecamatan lain. Peranan pendidikan sangat penting, maka sudah sewajarnyalah pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memberikan perhatian yang besar pada bidang ini.


(37)

Tabel 4.2

Sarana Pendidikan Formal di Desa Batu Anam

No. Sarana Frekuensi Persentase (%)

1. TK Swasta 2 28,57

2. SD Negeri 2 28,57

3. SD Swasta 2 28,57

4. SMP Negeri 1 14,29

Jumlah 7 100,00

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

Dengan keterbatasan sarana pendidikan formal ini, maka setiap masyarakat di Desa Batu Anam yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus berani menempuh jarak yang cukup jauh ke kecamatan bahkan jika ingin melanjutkan sampai ke perguruan tinggi harus pergi ke ibukota provinsi dan kabupaten.

4.1.2.2Sarana Kesehatan

Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Batu Anam dilengkapi oleh beberapa prasarana kesehatan. Adapun prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Batu Anam ini yaitu sebanyak 24 prasarana kesehatan yang terdiri dari 1 puskesmas pemerintah, 13 praktek bidan, dan 10 posyandu. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan ini, maka sarana kesehatan tersebut didukung beberapa tenaga medis seperti dokter puskesmas satu orang, pembina posyandu sebanyak enam orang, dan pegawai puskesmas sebanyak lima orang. Secara terperinci dapat di lihat pada tabel berikut :


(38)

Tabel 4.3

Sarana Kesehatan di Desa Batu Anam

No. Sarana Frekuensi Persentase (%)

1. Puskesmas 1 4,17

2. Posyandu 10 41,67

3. Praktek Bidan 13 54,16

Jumlah 24 100,00

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

4.1.3 Kependudukan

Penduduk merupakan subjek dan objek dalam pembangunan suatu daerah serta berperan penting dalam mengelola unsur-unsur alam yang tersedia. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014 jumlah penduduk di Desa Batu Anam berjumlah 4586 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 2424 jiwa dan perempuan berjumlah 2162 jiwa. Penduduk di desa ini terdiri dari warga negara indonesia atau penduduk pribumi asli. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 2424 52,85

2. Perempuan 2162 47,15

Jumlah 4586 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Pada Tabel 4.4 Desa Batu Anam dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan tersebar kedalam beberapa kategori umur. Berikut data statistik jumlah penduduk berdasarkan kategori umur :


(39)

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Berdasarkan Umur tahun 2014

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 0-4 Tahun 73 Jiwa 1,59

2. 5-9 Tahun 202 Jiwa 4,40

3. 10-14 Tahun 275 Jiwa 6,00

4. 15-19 Tahun 321 Jiwa 7,00

5. 20-24 Tahun 476 Jiwa 10,38

6. 25-29 Tahun 394 Jiwa 8,60

7. 30-34 Tahun 467 Jiwa 10,18

8. 35-39 Tahun 312 Jiwa 6,80

9. 40-44 Tahun 380 Jiwa 8,30

10. 45-49 Tahun 630 Jiwa 13,74

11. 50-54 Tahun 413 Jiwa 9,00

12. 55-59 Tahun 367 Jiwa 8,00

13. 60-64 Tahun 138 Jiwa 3,00

14. 65-69 Tahun 78 Jiwa 1,70

15. 70-74 Tahun 60 Jiwa 1,31

Jumlah 4.586 Jiwa 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat kita lihat bahwa mayoritas penduduk berusia 45-49 tahun yakni 13,7% setelah itu penduduk dengan usia 30-34 yakni 10,2 %, setelah itu juga penduduk dengan usia 25-29 8,6 %. Mayoritas penduduk


(40)

yang berada di Desa Batu Anam ini adalah pada usia produktif yakni usia 15-60 tahun. Dengan banyaknya jumlah penduduk di desa, tentu juga membuat desa ini terdiri dari berbagai suku, akan tetapi yang mendominasi adalah suku jawa.

Etnis Jawa datang ke Desa Batu Anam ini sejak masih berlangsungnya program transmigrasi, sedangkan Batak Pardembanan merupakan batak yang berada di Kabupaten Asahan sejak ratusan tahun lalu. Batak Pardembanan ini menempati daerah sepanjang sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba. Salah satu marga tertua yang berasal dari Asahan ialah marga Simargolang yang berasala dari Raja Simargolang salah seorang putra dari ompu sahang matahari.

Kerajaaan Margolang dahulu kala berpusat di pulau raja dengan wilayah kekuasaan Asahan dan Labuhan Batu. Raja terakhir yang menjadi raja yaitu raja Marlau disaat penjajah belanda telah datang. Saat itu belanda menawarkan untuk membangun perkebunan kelapa sawit, akan tetapi tawaran itu ditolak raja dengan alasan bahwa kalau tanah mereka dijadikan perkebunan kelapa sawit maka rakyatnya akan menjadi budak belanda, namun pada akhirnya perkebunan tersebut tetap berdiri.

Penjelasan nyata dengan hadirnya batak pardembanan ini dibuktikan dengan adanya situs sejarah dari raja simargolang I dan II serta makam raja simargolang III di kecamatan bandar pulau (kecamatan dari Desa Batu Anam sebelum mengalami pemekaran daerah). Berdasarkan suku mayoritas yang berada di desa ini, maka agama yang dianut oleh masyarakat desa ini juga mayoritas beragama muslim. Jumlah rumah ibadah di desa ini didominasi oleh mesjid yaitu


(41)

berjumlah 12 unit yang tersebar di beberapa dusun dan memiliki 1 gereja. Berikut Tabel data jumlah penduduk berdasarkan agama :

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase (%)

1. Islam 3527 Jiwa 76,91

2. Kristen 1059 Jiwa 23,09

Jumlah 4586 Jiwa 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan data Tabel 4.6 dapat di lihat bahwa mayoritas penduduk Desa Batu Anam beragama Islam yakni sebanyak 76,9% dari total jumlah penduduk yakni sebanyak 3527 jiwa yang ada di desa ini, hanya ada 23,09 % yang beragama Kristen atau sekitar 1059 jiwa, meskipun agama Islam menjadi agama mayoritas, namun tidak menjadikan masyarakat desa ini menjadi masyarakat yang tidak menghargai agama lain. Desa ini juga terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama.

Perbedaan agama itu seperti Agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik, dan juga bermacam suku bangsa seperti Batak dan Jawa. Dengan keberagaman yang ada di desa ini masyarakat dapat hidup rukun dan hampir tidak pernah terjadi konflik yang besar di desa ini. Dengan latar belakang desa perkebunan, maka masyarakatnya juga sebagian besar bekerja di perkebunan dan sangat menjunjung tinggi asas kebersamaan.Hal ini dibuktikan tidak pernah ada konflik agama di desa ini. Selain agama yang beragam desa ini juga memiliki masyarakat yang bersuku beragam meskipun suku asli dari desa ini adalah suku Jawa. Berikut data statistik jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa :


(42)

Tabel 4.7

Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

No. Suku Frekuensi Persentase (%)

1. Jawa 3457 75,38

2. Batak Toba 623 13,58

3. Batak Karo 394 8,59

4. Melayu 103 2,25

5. Aceh 9 0,20

Jumlah 4586 100,00

Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan data Tabel 4.7 di atas, masyarakat yang bersuku Jawa menjadi masyarakat mayoritas dikarenakan memang penduduk asli desa ini adalah suku Jawa sebanyak 75,36%, namun dengan berjalannya waktu desa ini banyak didatangi oleh pendatang dari berbagai daerah maka saat ini banyak suku yang lain, seperti Melayu Pekanbaru sebanyak 2,24%, Suku Batak Toba dengan jumlah 13,6%, Suku Batak Karo sebanyak 8,6% dan terakhir sebagai pendatang yang baru-baru ini adalah Suku Aceh yakni masih 0,20% atau masih sekitar 9 orang.

Mata pencaharian yang ada di desa ini sangat beragam, meskipun dilihat secara geografis desa ini berada daerah perkebunan, yang pasti mayoritas masyarakatnya bekerja di sektor ini namun saat ini sudah mulai berkembang ke sektor lain seperti guru, pedagang, atau bahkan polisi dan PNS yang jenis lain. Berikut data statistik yang di peroleh penulis dari kantor kepala desa :


(43)

Tabel 4.8

Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. PNS 3 0,08

2. TNI 2 0,05

3. Pemilik jasa hiburan 3 0.08

4. Buruh jasa hiburan 9 0,25

5. Dokter swasta 4 0,11

6. Bidan swasta 7 0,20

7. Guru swasta 26 0,75

8. Karyawan Perkebunan 2418 69,22

9. BHL Perkebunan 1021 29,22

Jumlah 3493 100,00

Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat di lihat bahwa mata pencaharian masyarakat desa saat ini mayoritas bekerja sebagai karyawan perkebunan yakni sebanyak 2418 orang atau sebanyak 69,22% dari jumlah penduduk yang ada. Ada sebanyak 1021 orang atau 29,22% jadi buruh harian di perkebunan. Hal ini dikarenakan lokasi desa yang terdapat dua perkebunan yang cukup besar di Kabupaten Asahan.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Anggota SPP yang memiliki usaha

1. Nama : S (bukan nama sebenarnya)

Umur : 41 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Ibu S adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2 orang anak, anak sulung kuliah semester 7 di salah satu universitas swasta di Medan dan bungsu sedang mengenyam pendidikan di SMP kelas 3. Selain mengurus rumah


(44)

tangga, ia juga melakukan usaha dagang berupa membuka warung yang menjual segala keperluan sayur mayur (kedai sampah), yang pasokannya ia dapat dari toke yang langsung datang ke kedainya pada pagi hari.

Aktifitas berdagang ia mulai sejak pukul 05.00 sampai 23.00 setiap harinya. Suami beliau bekerja di perkebunan Asian Agri (berada di kawasan Desa Batu Anam) sebagai mandor. Ibu S merupakan salah satu anggota dari kelompok SPP (Simpan Pinjam Perempuan) Cendrawasih. Beliau sudah ikut program SPP sejak 3 tahun lalu dengan proses peminjaman sudah 2 kali dan sekarang sedang menunggu cairnya dana pinjaman ketiga namun mengalami keterlambatan.

Menurut Ibu S awal ia mengetahui adanya program SPP ini adalah di beri tahu dari salah satu anggota KPMD, karena beliau memiliki usaha jadi beliau disuruh untuk membentuk kelompok agar mendapat bantuan dana, maka beliau mencari teman-teman yang mau bergabung dalam kelompok ini. Menurut beliau tidak sulit mencari anggota karena tidak ada persyaratan khusus yang harus di penuhi sehingga dibentuklah sebuah kelompok dan ibu S menjadi salah satu anggota kelompok Cendrawasih bersama 9 anggota lainnya. Dari ke 10 anggota dalam kelompok cendrawasih beliau mengaku hanya ia yang mempergunakan bantuan tersebut sebagai modal usaha, sedangkan anggota lain dari kelompok cendrawasih hanya mempergunakan bantuan pinjaman tersebut sebatas keperluan sehari-hari.

Menurut beliau, dengan adanya program SPP ini dapat membantu usaha dagang beliau dikarenakan mendapatkan pinjaman modal tanpa agunan dan dengan bunga hanya 1%. Hal ini dapat meningkatkan usaha beliau karena


(45)

transaksi jual beli yang diadakan dikedai beliau sering dengan cara kredit (utang) yang akan dilunasi 1 bulan kemudian yaitu ketika gajian oleh pelanggannya, dan tentu saja hal itu akan terasa berat jika modal yang ia miliki terbatas, maka dengan ikut program SPP ini beliau merasa ada kemajuan dalam usaha dagangnya. Menurut beliau juga bahwasannya saat ini pencairan dana mengalami keterlambatan, sampai saat ini alasannya masih belum diketahui oleh dirinya dan berharap akan tetap cair walaupun lama.

2. Nama : M (bukan nama sebenarnya)

Umur : 62 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Ibu M seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 5 orang anak, yang 4 anak tertua sudah berumah tangga dan hanya anak ke-5 yang belum menikah. Suami ibu M telah pensiun dari Perkebunan Asian Agri sejak 3 tahun yang lalu, dan sekarang ibu M dan suaminya bertempat tinggal di rumah anak keempatnya yang juga masih berada diwilayah Perkebunan Asian Agri. Kondisi ibu M yang menumpang hidup dirumah anaknya dikarenakan mereka belum memiliki rumah pribadi padahal ketika pekerja perkebunan sudah memasuki masa pensiun maka seharusnya ia keluar dari perkebunan, namun dikarenakan ibu M belum memiliki rumah pribadi, maka saat ini beliau bertempat tinggal bersama anak keempatnya yang sudah berumah tangga. Anak keempat dan kelima juga bekerja di Perkebunan Asian Agri tersebut. Anak keempat bekerja sebagai mandor sedangkan anak kelima bekerja sebagai mekanik alat transportasi perkebunan.


(46)

Awalnya suami beliau yang bernama MA bekerja sebagai pemanen di perkebunan, mereka telah tinggal di lokasi perkebunan tersebut sejak 41 tahun yang lalu. Ibu M memiliki usaha yaitu membuka warung makanan seperti misop, lontong, pecel, gorengan. Beliau sudah membuka warung makanan tersebut selama 20 tahun (sejak suaminya menjadi karyawan di perkebunan Asian Agri dan berjualan di rumah) yang lalu guna membantu perekonomian keluarga dan menunjang penghidupan 5 orang anaknya, namun sejak 2 tahun terakhir beliau berjualan di rumah anaknya.

Hal ini juga yang menjadi alasan ibu M tidak ingin mengontrak jauh dari perkebunan dikarenakan mata pencaharian beliau dari sini, jika pindah tentu akan tidak bisa berjualan lagi seperti saat ini. Menurut ibu M, yang masih menjadi tanggungan dalam keluarganya yaitu anak kelimanya yang baru beberapa bulan bekerja yang tentu saja masih perlu mendapatkan bantuan dari beliau. Sama dengan keadaan ibu S, transaksi jual beli yang terjadi diwarung beliau juga dengan cari kredit (utang) dan jikalau ada yang langsung itupun hanya sedikit. Pelunasan kredit (utang) tersebut akan dibayar 1 bulan kemudian ketika memasuki jadwal gajian di perkebunan tersebut.

Hal ini tentu saja akan memperlambat atau bahkan bisa menghentikan usaha beliau jika tidak memiliki modal yang besar, maka ketika ada penyampaian informasi dari KPMD bahwa ada bantuan modal untuk usaha dari PNPM yaitu SPP maka menurut ibu M dia langsung sangat setuju dan ikut menjadi anggotanya. Menurut Ibu M untuk menajadi anggota SPP tidak ada persyaratan khusus yang memberatkan. Dengan ikut program SPP ini ibu M merasa terbantu


(47)

salah satu anggota dari kelompok SPP fatmawati yang jumlah anggotanya ada 9 orang.

3. Nama : R (bukan nama sebenarnya)

Umur : 32 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Ibu R seorang ibu rumah tangga yang memiliki 1 orang anak dan masih bersekolah dibangku kelas 4 SD. Suami beliau bekerja di perkebunan asian agri sebagai mandor. Mereka bekerja di PT. Asian Agri sejak 10 tahun lalu. Beliau juga bekeja di Perkebunan Asian Agri sebagai BHL (buruh harian lepas), selain itu beliau juga memiliki usaha berjualan misop, namun tidak berlangsung setiap hari. Beliau berjualan misop hanya jika sedang tidak bekerja sebagai BHL dan pasti berjualan ketika jadwal gajian diperkebunan tersebut.

Berjualan di hari yang sama ketika gajian lebih menguntungkan daripada hari-hari biasa karena pembeli dapat membayar secara tunai tidak kredit seperti hari biasa, hal ini sekaligus membayar utang pembelian di hari sebelumnya. Ibu R berjualan misop sekitar 3 tahun lalu dengan tujuan membantu meningkatkan penghasilan rumah tangga.

Beliau menggunakan bantuan permodalan SPP di tahun kedua ia jualan dan dirasakan cukup membantu usahanya. Awalnya beliau berjualan misop hanya menggunakan steling makanan yang dibuat sendiri dari papan yang berada di teras rumahnya, namun sekarang beliau bisa membuat warung yang posisinya tepat berada disamping rumahnya.


(48)

Menurut beliau hal ini tentu saja dapat menarik pelanggan untuk dapat datang ke warungnya dikarenakan sudah tersedianya tempat makan yang layak. Itu semua dapat terwujud di saat peminjaman pertama dari program SPP dan terus berlanjut hingga sekarang. Seperti yang dipaparkan ibu M dan ibu S, bahwa ketika ingin bergabung di SPP tidak ada persyaratan yang khusus hanya saja kita punya usaha atau ingin membuat usaha.

Menurut Ibu R awalnya ia juga merasa terbebani dengan transaksi jual beli yang sering terjadi secara kredit (akan lunas 1 bulan kemudian ketika jadwal gajian di perkebunan) dan jika memiliki modal yang sedikit maka usahanya akan bisa berhenti, namun dengan ikut program SPP ia merasa terbantu dikarenakan pinjaman dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Ibu R merupakan salah satu anggota kelompok SPP delima. Jumlah anggota kelompok delima sekitar 10 orang.

4.2.2 Anggota SPP yang tidak memiliki usaha

1. Nama : MS (bukan nama sebenarnya)

Umur : 35 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP

Ibu MS adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, anak pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 2 SD, anak ketiga masih berusia 5 tahun dan yang terakhir 3 tahun. Suami beliau bekerja di Perkebunan Asian Agri sebagai pemanen. Mereka bekerja di Perkebunan Asian Agri sejak 8 tahun lalu.


(49)

Awalnya mereka adalah petani di Siantar lalu mereka pindah ke Desa Batu Anam. Ibu MS merupakan salah satu anggota kelompok SPP pisang. Ia mengikuti program SPP sejak 2 tahun yang lalu.

Menurut ibu MS, untuk ikut menjadi anggota SPP tidak harus memiliki usaha, cukup bergabung kedalam satu kelompok ada dua atau tiga orang saja yang memiliki usaha, selebihnya hampir tidak ada yang memiliki usaha. Menurut ibu MS uang pinjaman yang diperoleh itu juga biasa mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari. Ibu MS mengatakan bahwa selama dalam waktu yang dijanjikan yakni dalam satu periode yaitu satu tahun, pinjaman tersebut sudah harus selesai dilunasi.

Keberadaan SPP ini sangat membantu bagi para kaum ibu, karena jika ada keperluan mendadak untuk urusan anak sekolah dan lainnya, mereka mempunyai uang dan nantinya dari gaji suami setiap bulannya disimpan untuk pembayaran iuran pinjaman tersebut selama satu tahun. Menurut ibu MS uang yang diterima dalam setiap anggota itu berbeda meskipun berada di dalam satu kelompok. Hal ini disesuaikan dengan keinginan dari setiap anggota serta kesanggupan dalam membayarnya nanti ketika sampai pada akhir periode, tentu menurut ibu MS, hal ini sangat membantu para kaum ibu yang ada di desa ini, maka dari itu ibu MS akan tetap ikut setiap tahunnya dalam program SPP ini. Hal positif dengan mengikuti SPP ini ibu MS mengaku telah mempunyai banyak tabungan yang berupa beberapa ekor lembu yang tentunya digunakan beliau sebagai investasi keluarganya.


(50)

2. Nama : SA (bukan nama sebenarnya)

Umur : 35 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA

Ibu SA adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak, anak pertama kelas 6 SD, anak kedua kelas 4 SD dan anak terakhir masih berusia 5 tahun. Beliau juga bekerja sebagai BHL di perkebunan kelapa sawit Asian Agri dan suami beliau juga bekerja diperkebunan yang sama sebagai sopir dari staf perkebunan. Ibu SA merupakan salah satu anggota kelompok SPP Semangka.

Menurut ibu SA, meskipun tidak memiliki usaha, beliau dan anggota yang lain yang ingin ikut bisa mengikuti program tersebut, tetapi sejauh ini menurut ibu SA hanya orang-orang tertentu yang ikut SPP, karena kurang menyebarnya informasi. Ibu SA mengatakan bahwa beliau tahu adanya SPP ini dari teman satu kelompoknya yang memang mencari tambahan anggota untuk memenuhi syarat memiliki anggota 10 orang.

Ibu SA sendiri tidak pernah mengetahui bagaimana mekanisme yang harus di lewati hingga dana tersebut bisa cair ke tangan anggota SPP. Menurut beliau yang terpenting adalah beliau mendapat bantuan ini dan setelah itu beliau akan berusaha untuk membayarnya pada akhir periode nanti. Menurut ibu SA hal seperti ini sangat membantu masyarakat dikarenakan bunganya yang rendah dan juga tidak perlu menggunakan anggunan, akan tetapi menurut ibu SA terkadang program ini tidak tepat sasaran juga, seharusnya ada kelompok yang berhak


(51)

mendapat bantuaan pinjaman SPP tetapi malah tidak mendapat informasi sama sekali tentang program ini.

3. Nama : A (bukan nama sebenarnya)

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Ibu A seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, anak pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 1 SD, anak ketiga berusia 6 tahun dan anak ke empat berusia 3 tahun. Beliau juga bekerja sebagai pengasuh anak dari karyawan yang bekerja di Perkebunan Asian Agri yang mana anak asuhannya berjumlah 3 orang yang masih dalam kategori balita. Ibu A mengasuh anak-anak tersebut mulai dari jam 06.30 hingga 14.00 di rumahnya sendiri dengan upah Rp 10.000/hari, dan pembayarannya dilakukan per hari. Suami beliau bekerja sebagai pemanen di Perkebunan Asian Agri.

Ibu A salah satu anggota kelompok SPP rambutan, beliau baru satu tahun ikut atau baru satu priode mengikuti program SPP ini. Selama ini menurut ibu A tidak ada informasi yang sampai kepada dirinya tentang adanya program ini, baru-baru ini saja karena ada teman yang mencari tambahan anggota sehingga beliau diajak. Menurut ibu A beliau tidak pernah tahu apa isi proposal yang diajukan ke PNPM yang berada dikecamatan, beliau hanya disuruh ikut dan ketika pencairan dana ke tiap-tiap anggota beliau mendapatkan bagiannya.


(52)

Pada pinjaman ini beliau mendapatkan pinjaman sebesar Rp.5.000.000 yang diakui beliau karena tidak adanya usaha maka beliau hanya berani meminjam uang sebesar itu, karena khawatir jika meminjam terlalu banyak akan susah membayarnya di kemudian hari, walaupun ada teman satu kelompoknya bisa mendapatkan pinjaman sampai dengan puluhan juta walaupun tidak memiliki usaha juga. Menurut ibu A, beliau tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut karena beliau juga merasa kalau terlalu besar akan membuat dirinya sulit memikirkan bagaimana bisa mengembalikannya karena tidak memiliki usaha.

4.2.3 KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa)

Nama : SM (bukan nama sebenarnya)

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu SM seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak, anak pertama sudah menikah, anak kedua kuliah dan anak ketiga masih sekolah kelas 3 SMA. Ibu SM juga bekerja sebagai guru SD yang berada dalam lokasi Perkebunan Asian Agri. Beliau bekerja sejak 27 tahun lalu dan menjabat sebagai KPMD sejak 5 tahun terakhir. Jabatan sebagai KPMD ditunjuk langsung melalui musyawarah masyarakat dan pemerintahan desa yang salah satu tugasnya yaitu mengawasi dan mendampingi keberlangsungan program SPP.

Suami beliau juga bekerja sebagai guru SD di sekolah berbeda dengan beliau dan berada diluar wilayah Desa Batu Anam. Menurut Ibu SM program SPP


(53)

ini adalah program yang bertujuan untuk memberikan pinjaman modal agar para kaum ibu yang memiliki usaha rumahan dapat berkembang untuk bisa menghidupi keluarganya tanpa harus lagi hanya bergantung pada penghasilan suami.

Ibu SM terpilih menjadi kader dalam program pemberdayaan ini karena hasil musyawarah, sehingga sudah 5 tahun belum ada pergantian, biasanya ini akan diganti jika sudah dilakukan kembali musyawarah yang dilakukan oleh pemerintah desa. Ibu SM mengatakan bahwa saat ini informasi kurang menyebar karena memang keterbatasan dari SPP sendiri bahwa dalam satu periode itu tidak lebih dari 10 kelompok yang akan menerima pinjaman dari SPP.

Bukan karena adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihaknya ataupun pihak SPP sendiri. Menurut beliau justru jika tidak ada batasan ini ingin sekali rasanya beliau mengajak semua kaum ibu, karena adanya batasan tersebut, terkadang beliau dianggap tidak adil dalam lingkungan masyarakat, oleh karena itu saat ini beliau telah mencoba setiap tahunnya untuk mengganti kelompok-kelompok yang akan ikut. Kelompok yang sebelumnya sudah pernah ikut di usahakan tidak akan mendapat lagi, karena seharusnya mereka sudah bisa memutar modal yang diperoleh diperiode sebelumnya sehingga bisa memberikan kesempatan untuk masyarakat lain yang memiliki usaha untuk mendapatkan pinjaman modal.


(54)

4.2.4 Staf PNPM-Mpd di Kecamatan

1. Nama : D (bukan nama sebenarnya)

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu D adalah sekretaris ketua UPK (unit pengelola kegiatan) di Kecamatan Rahuning. Beliau menjabat sebagai sekretaris ketua UPK sejak tahun 2009. Beliau mengaku bahwa bisa bekerja disini dengan mengikuti seleksi sebagai calon karyawan PNPM dan di tempatkan dalam posisi ini untuk menjadi bagian pengelolaan kegiatan. Menurut beliau pekerjaannya saat ini tidak menyulitkan beliau sebab dalam masa perkuliahannya dulu beliau juga sudah sering membuat kegaitan yang berbasis pemberdayaan seperti ini, apalagi dalam kerjanya beliau hanya ikut serta dalam rapat-rapat kegiatan PNPM baik tingkat kecamatan dan kabupaten serta membuat laporan tiap akhir bulannya.

Menurut beliau kegiatan SPP ini sudah banyak dilakukan di beberapa desa di berbagai daerah dan memberikan hasil yang positif, sehingga ketika program ini dibuat di desa ini, beliau juga sangat senang menyambut antusias para kaum ibu yang ada untuk mengembangkan usahanya.

Kaum ibu di berbagai desa yang ada di kecamatan ini banyak sekali yang memiliki jiwa pengusaha tetapi terbentur dipermodalan maka dengan hadirnya program ini sangat membantu. Menurutnya pengelolaan kegiatan ini tidak banyak mengalami hambatan, hanya saja perlu keseriusan agar tetap bisa memantau


(55)

kegiatan yang dilakukan oleh kaum ibu dalam pengembangan usahanya dan terus mengingatkan kepada kaum ibu meskipun tidak ada agunan tetapi tetap harus dibayar, karena hal ini bersifat panjang dan akan ada kelompok lain yang akan memperoleh diperiode selanjutnya.

2. Nama : A (bukan nama sebenarnya)

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Bapak A adalah anggota tim verifikasi yang sudah bekerja sejak 2012 hingga sekarang. Beliau sudah memiliki 2 orang anak, anak pertama SMP kelas 1 dan anak kedua kelas 2 SD, selain sebagai anggota tim verifikasi beliau juga bekerja di perkebunan Asian Agri sebagai pegawai pabrik pengolahan kelapa sawit. Bertugas menjadi tim verifikasi menurut pak A tidak menyulitkan beliau untuk menentukan kelompok mana yang akan lolos untuk memperoleh dana.

Hal ini dikarenakan menurutnya SPP ini akan meluluskan kelompok yang ikut mengajukan proposal dan telah memenuhi syarat memiliki anggota 10 orang, hanya saja terkadang yang diloloskan tersebut dana yang diminta tidak sesuai dengan dana yang dicairkan sebab akan ada pertimbangan dari tim. Hal ini menurut beliau menjadi hal yang wajar sebab nantinya jika terlalu besar diberikan akan menyulitkan mereka juga.

Tim verifikasi sendiri menurut pak A selain bertugas menentukan siapa yang lolos memperoleh dana juga sebagai tim yang akan terus mengawasi hingga


(56)

para kaum ibu nantinya diakhir periode dapat membayar pinjamannya sesuai dengan yang telah ditentukan. Untuk itu pak A disini hadir dalam setiap desa bukan untuk menjadi sosok orang yang menakutkan dan juga menjadi sosok yang bersikap tidak adil dengan memilih siapa yang diluluskan. Menurut beliau mencoba merangkul masyarakat khususnya kaum ibu bahwa dengan dana yang dipinjamkan SPP itu akan bermanfaat dan terus dapat berputar modalnya sehingga tidak akan menyulitkan kaum ibu tersebut.

4.2.5 Pemerintahan Desa

Nama : B (bukan nama sebenarnya)

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pak B adalah Kepala Desa Batu Anam sejak 5 tahun yang lalu, saat ini beliau sudah digantikan oleh pejabat sementara dikarenakan beliau akan ikut mencalonkan diri lagi pada pemilihan kepala desa yang akan datang. Beliau memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Masing-masing anaknya sudah lulus dari SMA dan saat ini yang paling besar sudah bekerja di perkebunan dan yang lainnya sedang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di provinsi.


(1)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan pemaparan hasil penelitian dibab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Pelaksanaan program simpan pinjam perempuan di desa batu anam membawa pengaruh positif bagi setiap anggota yang mengikuti program tersebut, hal itu terbukti dengan meningkatnya usaha yang dijalani anggota SPP yang memiliki usaha.

2. Dalam mekanisme simpan pinjam perempuan ini diketahui bahwa pembentukan kelompok hingga pencairan pinjaman mengalami hal-hal diluar SOP, dan sebagai contoh dalam pembuatan proposal yang dalam praktiknya dibuat oleh KPMD bukan kelompok yang ingin mendapatkan pinjaman.

3. Anggota simpan pinjam yang memiliki usaha merasakan hal baik dari keikutsertaannya menjadi anggota SPP yaitu kemudahan mendapatkan modal yang tanpa agunan dan tentu saja dapat meningkatkan usaha yang mereka jalani.

4. Anggota simpan pinjam yang tidak memiliki usaha juga merasakan hal baik dari keikutsertaannya menjadi anggota SPP yaitu mereka dapat membuka usaha baru, memenuhi kebutuhan rumah tangga hingga membantu keuangan keluarga.


(2)

5. Disfungsi yang terjadi dalam pembentukan kelompok SPP di desa batu anam ini adalah terbentuknya kelompok yang tiap-tiap anggotanya tidak secara keseluruhan memiliki usaha yang tentu saja melanggar dari SOP program ini.

6. Dalam tahap sosialisasi program juga mengalami disfungsi yang mana terdapat 2 agen yaitu KPMD dan kepala dusun. Masyarakat merasakan keberadaan KPMD dalam mensosialisasikan program ini namun kepala dusun sebagai agen sosialisasi selanjutnya diakui masyarakat kurang dirasakan kehadirannya dalam mensosialisasikan program, yang tentu saja hal ini dapat menimbulkan masalah karena desa batu anam ini terdiri dari 10 dusun maka jika hanya KPMD yang bergerak mengakibatkan keterbatasan jarak dan waktu.

7. Transparansi penggunaan dana Simpan Pinjam Perempuan mengalami disfungsi yang hal ini dibuktikan dari pengakuan anggota bahwa jumlah pinjaman yang tertera diproposal tidak semuanya benar, hal ini didasari karena pada kenyataannya tidak semua anggota yang ikut dalam kelompok menggunakan uang tersebut. Keberadaan anggota hanya sebagai pelengkap jumlah keanggotaan SPP.

8. Terjadinya ketidaktransparan penggunaan dana ini didasari oleh faktor pengawasan yang minim, tidak adanya sanksi dan menganggap bukan dari pelanggaran.

9. Teori struktural fungsional oleh Robert K. Merton mengemukakan adanya disfungsi dalam struktur masyarakat maupun organisasi.


(3)

10.Dan hal itu ditemukan dalam penelitian di desa batu anam mengenai program SPP yang disfungsinya terjadi dalam pelaksanaan sosialisasi dan penggunaan dana.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan dari kesimpulan dan pemaparan bab-bab sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan keseriusan dari KPMD dalam mendampingi masyarakat khususnya anggota SPP dalam menunjang pelaksanaan program ini. 2. Meningkatkan pengawasan dan pemilihan kelompok oleh tim verifikasi

yang patut untuk didanai dalam program SPP ini sehingga kehadiran dan pelaksanaan program ini dapat dirasakan hal yang positif.

3. Tim UPK diharapkan dapat memilih dan menentukan anggota tim-tim yang bekerja di program SPP dengan baik yang tentunya dapat bekerja efektif dan efesien dalam menjalankan program pemerintah ini ke perdesaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Madekhan. 2006. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Lamongan: Averroes Press.

Asy’arie, Musa. 1997. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: LESFE

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format- format kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Air Langga Universitas Pers

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Kontemporer Edisi VI. Jakarta: Kencana

Hikmat, Harry. 2001. Marginalisasi Komunitas Lokal Dalam Perspektif Kontingensi Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Disertasi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Gajah Mada

Kartasasmita, Ginandjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataan. Jakarta: Cides

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(5)

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Agistiasari, Risma. 2012. Evaluasi PNPM di Kecamatan Karang Anyer. Skripsi Fakultas Ilmu Sisial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Anggraini, Dewi. 2013. Pemberdayaan Perempuan Melalui Simpan Pinjam

Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Juliarni.2013. Efektivitas Pelaksanaan SPP PNPM-MPd Di Kecamatan Bangun Purba Kab.Deli Serdang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Novitasari, Dian. 2011. Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Siregar, Julius. 2014. Analisis Efektivitas Pengembalian Dana Pinjaman Kelompok SPP Dalam PNPM-Mpd Kecamatan Argamakmur. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu

Rihadini, Mustika. 2012. Efektivitas Pelaksanaan Program PNPM-Mpd Pada Kelompok SPP Di Kecamatan Ranometo Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Priode 2010. Tesis Ilmu Administrasi Negara Universitas Hasanuddin

Rohim, Abdur. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengenbangan Desa Wisata. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Sunan Kalijaga


(6)

Wahyudi, Wenny Widya. 2011. Efektivitas Kegiatan Kelompok Simpan Pinjam perempuan Miftahul Janji Dalam Program PNPM-MpdKecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Andalas

Internet dan Sumber lainnya

Modul Pelatihan KPMD/K PNPM-Mpd TA 2014 SOP SPP

www.bps.go.id. Diakses pada 12 Januari 2015 www.pnpm-mandiri.org. Diakses pada 12 Januari 2015


Dokumen yang terkait

Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

8 81 118

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

5 58 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

4 69 162

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 11 87

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 8

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 1

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 8

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 11

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 3