Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

(1)

SKRIPSI

STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK

DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

OLEH

INDAH KOMALA SARI SIREGAR 080523012

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Indah Komala Sari Siregar

NIM : 080523012

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

Tanggal , Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

Tanggal , Ketua Departemen

NIP. 19730408 199802 1 001 Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN

Nama : Indah Komala Sari Siregar

NIM : 080523012

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

Tanggal , Dosen Pembimbing

NIP. 19750920 200501 1 002 Paidi Hidayat, SE, M.Si

Tanggal , Dosen Pembaca Penilai

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2013

NIM : 080523012


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada persamaan dan perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal usaha, pendapatan (omset), pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani, serta peneliti terjun langsung melakukan penelitian kepada responden yaitu para pedagang UMK di Kota Padangsidimpuan yang sudah menjadi anggota kedua koperasi tersebut.

Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) menunjukkan bahwa untuk variabel modal usaha perbulan dan pendapatan (omset) perbulan memperlihatkan bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan untuk variabel pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi menunjukkan bahwa nilai Zhitung berada diantara nilai Ztabel yaitu: -1,96 < Zh < +1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.

Kata kunci : Modal Usaha, Pendapatan (Omset), Pengembangan Kemitraan, Perlindungan Usaha dan Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Koperasi.


(6)

ABSTRACT

This Reasearch is aimed to see what the similarities and difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani Cooperation. The concern Variable of this reasearh are Capital, Income, developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service.

The data that used in this reasearch is directly recieve from between Saving-loan Cooperation Bina Bersama and BMT Insani Cooperation, and this reasearch also did some interview to the UMK traders who have been member of both coorporation in the city of Padangsidimpuan.

The result of U Test (The Mann-Whitney Test) shown that variable of Capital and Income by the month is more minor Z value acount than Z table, until can be conclude that there is a difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan. Meanwhile, the variable of developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service shown that acount Z is in between Z value table, it is -1,96 < Zh < +1,96 so can be conclude that there is no differencities between Bina Bersama Saving-loan cooperation and BMT Insani Cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan.

Keywords : Capital, Income, Business Partner Developing, Enterprise Protection and People’s Satisfication Level to Cooperation Service.


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beriring salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang mana perjuangannya telah menginspirasi terselesaikannya skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Ayah saya Drs. Masjul Hakim Siregar dan Ibu saya Elpiani Lubis yang telah memberikan dukungan terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak (Alm.) Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan petunjuk, kritik dan saran yang membangun serta penilaian kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku


(8)

Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk selalu memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 6. Teman-teman seluruh dari Fakultas Ekonomi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa didalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya penelitian ini dapat lebih baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat terutama dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi siapapun yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2013 Penulis

NIM. 080523012

Indah Komala Sari siregar


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

ABSTRACK ………... ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……….... viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ………... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Koperasi ………... 6

2.2 Peranan Koperasi Dalam Masyrakat Ekonomi…... 7

2.3 Modal Koperasi ………. 8

2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU) ……… 10

2.4.1 Organisasi Koperasi ………. 11

2.4.2 Kredit ……… 13

2.4.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam ……… 15

2.4.4 Pengertian Koperasi BMT ……… 16


(10)

2.5.1 Keberadaan dan Permasalahan Pokok UMK ……. 23

2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK .. 25

2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK ….. 27

2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual ………. 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………. 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ……… 31

3.2.1 Wawancara ………. 31

3.2.2 Kuesioner ……… 31

3.3 Populasi dan Sampel ………... 32

3.3.1 Populasi ………. 32

3.3.2 Sampel ……….. 32

3.4 Metode Analisis Data ………. 33

3.5 Uji Validitas ……….... 34

3.6 Analisis Deskriptif ……….. 34

3.7 Uji Hipotesis ……… 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ……….. 37

4.1.1 Profil Wilayah Penelitian ……….. 37

4.1.2 Perekonomian Kota Padangsidimpuan …………. 38

4.1.3 Perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan ……… 41

4.1.4 Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan ……… 43

4.1.5 Perkembangan Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan ……….. 44


(11)

4.2 Persamaan dan Perbedaan Antara Koperasi Simpan Pinjam

dengan Koperasi BMT ……… 46

4.3 Uji Validitas ……… 50

4.4 Analisis Deskriptif ……….. 52

4.5 Deskriptif Variabel Faktor-Faktor Penentu Dalam Pengembangan UMK yang ada di Kota Padangsidimpuan. 56 4.5.1 Modal Usaha ……... 56

4.5.2 Pendapatan (Omset) .………. 60

4.5.3 Pengembangan Kemitraan ………. 65

4.5.4 Perlindungan Usaha ……….. 67

4.5.5 Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Koperasi ……… 69

4.6 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Pedagang UMK Setelah Meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani ………. 72

4.7 Uji Hipotesis ……… 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………... 78

5.2 Saran ……… 79

DAFTAR PUSTAKA ………. 81


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ciri-Ciri Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ….. 20

4.1 Uji Validitas Pertanyaan ……….. 51

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia yang Memilih Jasa Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama yang ada di

Kota Padangsidimpuan ………. 54

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia yang Memilih Jasa Koperasi BMT Insani yang ada di Kota

Padangsidimpuan ………... 54

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota

Padangsidimpuan ………... 55

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.. 56 4.6 Perbedaan Antara Modal, Bunga Pinjaman, Waktu Pinjaman,

Jumlah Pinjaman, Jumlah Aset dan Jumlah Karyawan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani yang ada di Kota

Padangsidimpuan………....……… 58

4.7 Jumlah Modal Usaha Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama ………... 59 4.8 Jumlah Modal Usaha Pedagang UMK (perbulan) Sebelum

dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi BMT Insani…… 60 4.9 Jumlah Pendapatan (Omset) Koperasi Simpan Pinjam Bina

Bersama Selama Waktu Peminjaman ……… 61 4.10 Jumlah Pendapatan (Omset) Pedagang UMK Sebelum

dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama ……… 62 4.11 Jumlah Pendapatan (Omset) Koperasi BMT Insani Selama


(13)

4.12 Jumlah Pendapatan (Omset) Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi BMT

Insani ……….. 64

4.13 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Pedagang UMK Setelah Meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani di Kota

Padangsidimpuan ………. 73

4.14 Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) ………. 75


(14)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam … 13 2.2 Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1) dan

Koperasi BMT Insani (X2) Terhadap Pengembangan

UMK (Y) ……… 30

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Memilih Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama

di Kota Padangsidimpuan ………. 52

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Memilih Koperasi BMT Insani di Kota

Padangsidimpuan ……… 53

4.3 Pengembangan Kemitraan yang Dilakukan Oleh Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan .. 66 4.4 Pengembangan Kemitraan yang Dilakukan Oleh Koperasi

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan ………. 67 4.5 Perlindungan Usaha yang Diberikan Oleh Koperasi Simpan

Pinjam Bina Bersama Bagi Para Pedagang UMK yang ada di Kota Padangsidimpuan ……….. 68 4.6 Perlindungan Usaha yang Diberikan Oleh Koperasi BMT

Insani Kepada Para pedagang UMK yang ada di Kota

Padangsidimpuan ………. 69

4.7 Tingkat Kepuasan Pedagang UMK Terhadap Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota

Padangsidimpuan ……… 71

4.8 Tingkat Kepuasan pedagang UMK Terhadap Pelayanan


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pengangguran merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan di negara Indonesia. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya jumlah pengangguran selalu mengalami peningkatan, dan masalah ini menjadi beban pemerintah untuk mencari solusi pemecahan dari permasalahan tersebut. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah dengan cara meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil (UMK).

Sektor UMK ini diharapkan dapat lebih produktif dalam hal penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus untuk memperkokoh perekonomian nasional. Adapun hal yang sangat penting dalam pengembangan UMK adalah modal kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan tetapi sering kebijakan-kebijakan tersebut sangat tidak efektif dalam memajukan sektor usaha kecil, hal ini dapat dilihat dari kredit yang diberikan oleh pemerintah tidak tersalurkan dengan baik kepada para pengusaha-pengusaha kecil seperti industri rumahan.

Selain dari pemerintah, modal ini dapat diperoleh dari pihak perbankan dan koperasi. Seperti yang diketahui bahwa pihak perbankan memberikan modal kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, namun kenyataannya pihak perbankan sering mengalami kegagalan bila dibandingkan dengan keberhasilannya dalam penyaluran kredit modal usaha. Ada beberapa macam


(16)

kendala yang menyebabkan kegagalan pihak perbankan dalam penyaluran modal kredit tersebut, adapun kendala tersebut adalah suku bunga kredit bank yang tinggi dan prosedur yang panjang, sehingga masyarakat merasa dipersulit dalam proses permohonan kredit usaha tersebut.

Dalam hal ini masyarakat banyak menggunakan jasa koperasi untuk memperoleh pinjaman modal usahanya, karena suku bunga kredit yang diberikan oleh koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga kredit bank dan persyaratan yang dibuat oleh koperasi tidak sebanyak persyaratan bila meminjam kepada pihak perbankan. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih koperasi sebagai kredit pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro kecil.

Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I, Pasal I, Ayat I dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pada dasarnya pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota bukan dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan koperasi akan mengeksploitasi anggotanya (Baga, 2003).

Pada dasarnya BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum yang sama yaitu Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah salah satu bentuk koperasi yang mengumpulkan dana dari anggota dan kemudian diberikan lagi kepada anggotanya sebagai bantuan modal untuk dimanfaatkan dalam mengembangkan usahanya. Sedangkan BMT menekankan pada konsep Syariah


(17)

Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi nasabah.

Masyarakat di Kota Padangsidimpuan telah lama mengenal dan mengetahui adanya koperasi simpan pinjam, sedangkan BMT dikenal masyarakat pada awal tahun 1995 dan pada awal tahun tersebut banyak BMT berdiri, namun karena berbagai kendala termasuk ketidakprofesionalan pengurus dalam mengelola dana, maka banyak BMT yang gulung tikar disebabkan karena kurangnya modal BMT dan banyaknya kredit macet. Akibat dari kendala tersebut, maka BMT yang ada dan masih aktif di Kota Padangsidimpuan hanya terdapat dua BMT saja yaitu Koperasi Simpan Pinjam BMT Insani yang didirikan pada tanggal 2 Januari 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998.

Dengan adanya koperasi Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan, maka masyarakat dan para pengusaha mikro kecil merasa terlindungi dari para rentenir-rentenir yang memberikan pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. BMT Insani juga dapat memotivasi para pengurus untuk menambah amal ibadah sesuai dengan syariah agama islam.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan UMK (Kredit Mikro Kecil) sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan?

2. Dari kedua jenis koperasi ini, koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat di Kota Padangsidimpuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk melihat jenis koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat di Kota Padangsidimpuan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai cara kinerja koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.

2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi Institusi yang terkait, khususnya bagi Kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM di Kota Padangsidimpuan.


(19)

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang sedang mempelajari dan meneliti tentang perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

4. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada persamaan dan perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal usaha, pendapatan (omset), pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani, serta peneliti terjun langsung melakukan penelitian kepada responden yaitu para pedagang UMK di Kota Padangsidimpuan yang sudah menjadi anggota kedua koperasi tersebut.

Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) menunjukkan bahwa untuk variabel modal usaha perbulan dan pendapatan (omset) perbulan memperlihatkan bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan untuk variabel pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi menunjukkan bahwa nilai Zhitung berada diantara nilai Ztabel yaitu: -1,96 < Zh < +1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.

Kata kunci : Modal Usaha, Pendapatan (Omset), Pengembangan Kemitraan, Perlindungan Usaha dan Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Koperasi.


(21)

ABSTRACT

This Reasearch is aimed to see what the similarities and difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani Cooperation. The concern Variable of this reasearh are Capital, Income, developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service.

The data that used in this reasearch is directly recieve from between Saving-loan Cooperation Bina Bersama and BMT Insani Cooperation, and this reasearch also did some interview to the UMK traders who have been member of both coorporation in the city of Padangsidimpuan.

The result of U Test (The Mann-Whitney Test) shown that variable of Capital and Income by the month is more minor Z value acount than Z table, until can be conclude that there is a difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan. Meanwhile, the variable of developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service shown that acount Z is in between Z value table, it is -1,96 < Zh < +1,96 so can be conclude that there is no differencities between Bina Bersama Saving-loan cooperation and BMT Insani Cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan.

Keywords : Capital, Income, Business Partner Developing, Enterprise Protection and People’s Satisfication Level to Cooperation Service.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pengangguran merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan di negara Indonesia. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya jumlah pengangguran selalu mengalami peningkatan, dan masalah ini menjadi beban pemerintah untuk mencari solusi pemecahan dari permasalahan tersebut. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah dengan cara meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil (UMK).

Sektor UMK ini diharapkan dapat lebih produktif dalam hal penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus untuk memperkokoh perekonomian nasional. Adapun hal yang sangat penting dalam pengembangan UMK adalah modal kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan tetapi sering kebijakan-kebijakan tersebut sangat tidak efektif dalam memajukan sektor usaha kecil, hal ini dapat dilihat dari kredit yang diberikan oleh pemerintah tidak tersalurkan dengan baik kepada para pengusaha-pengusaha kecil seperti industri rumahan.

Selain dari pemerintah, modal ini dapat diperoleh dari pihak perbankan dan koperasi. Seperti yang diketahui bahwa pihak perbankan memberikan modal kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, namun kenyataannya pihak perbankan sering mengalami kegagalan bila dibandingkan dengan keberhasilannya dalam penyaluran kredit modal usaha. Ada beberapa macam


(23)

kendala yang menyebabkan kegagalan pihak perbankan dalam penyaluran modal kredit tersebut, adapun kendala tersebut adalah suku bunga kredit bank yang tinggi dan prosedur yang panjang, sehingga masyarakat merasa dipersulit dalam proses permohonan kredit usaha tersebut.

Dalam hal ini masyarakat banyak menggunakan jasa koperasi untuk memperoleh pinjaman modal usahanya, karena suku bunga kredit yang diberikan oleh koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga kredit bank dan persyaratan yang dibuat oleh koperasi tidak sebanyak persyaratan bila meminjam kepada pihak perbankan. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih koperasi sebagai kredit pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro kecil.

Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I, Pasal I, Ayat I dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pada dasarnya pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota bukan dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan koperasi akan mengeksploitasi anggotanya (Baga, 2003).

Pada dasarnya BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum yang sama yaitu Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah salah satu bentuk koperasi yang mengumpulkan dana dari anggota dan kemudian diberikan lagi kepada anggotanya sebagai bantuan modal untuk dimanfaatkan dalam mengembangkan usahanya. Sedangkan BMT menekankan pada konsep Syariah


(24)

Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi nasabah.

Masyarakat di Kota Padangsidimpuan telah lama mengenal dan mengetahui adanya koperasi simpan pinjam, sedangkan BMT dikenal masyarakat pada awal tahun 1995 dan pada awal tahun tersebut banyak BMT berdiri, namun karena berbagai kendala termasuk ketidakprofesionalan pengurus dalam mengelola dana, maka banyak BMT yang gulung tikar disebabkan karena kurangnya modal BMT dan banyaknya kredit macet. Akibat dari kendala tersebut, maka BMT yang ada dan masih aktif di Kota Padangsidimpuan hanya terdapat dua BMT saja yaitu Koperasi Simpan Pinjam BMT Insani yang didirikan pada tanggal 2 Januari 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998.

Dengan adanya koperasi Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan, maka masyarakat dan para pengusaha mikro kecil merasa terlindungi dari para rentenir-rentenir yang memberikan pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. BMT Insani juga dapat memotivasi para pengurus untuk menambah amal ibadah sesuai dengan syariah agama islam.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan.


(25)

1.2 Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan UMK (Kredit Mikro Kecil) sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan?

2. Dari kedua jenis koperasi ini, koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat di Kota Padangsidimpuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk melihat jenis koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat di Kota Padangsidimpuan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai cara kinerja koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.

2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi Institusi yang terkait, khususnya bagi Kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM di Kota Padangsidimpuan.


(26)

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang sedang mempelajari dan meneliti tentang perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

4. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Koperasi

Menurut UU No.25 tahun 1992, Koperasi adalah suatu badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Sedangkan pengertian koperasi menurut Dr.Mohammad Hatta, Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib, penghidupan ekonomi anggota-anggotanya berdasarkan tolong-menolong.

Pengertian koperasi juga termuat dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 terutama pada pasal 33, dimana secara tegas menempatkan koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian integral perekonomian nasional. Koperasi Indonesia lahir dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya sendiri yang sangat ideal, yang tidak memfokuskan pada individu dan keuntungan yang maksimal, melainkan pada kebersamaan dan untuk kesejahteraan anggota. Oleh sebab itu koperasi Indonesia merupakan gerakan ekonomi rakyat yang mewujudkan demokrasi ekonomi Indonesia, serta koperasi Indonesia berfungsi sebagai alat pengatur perekonomian bangsa Indonesia.

Koperasi memiliki ciri-ciri khusus yang amat berbeda bila dibandingkan dengan Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Swasta. Adapun perbedaannya jika ditinjau dari segi fungsinya adalah sebagai berikut:


(28)

1. Koperasi merupakan salah satu alat pemerintah dalam memperkokoh perekonomian nasional, yaitu sebagai soko guru perekonomian nasional. 2. Koperasi membangun dan mengembangkan potensi ekonomi anggota dan

masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

3. Koperasi merupakan partner pemerintah dalam upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual.

4. Tujuan koperasi harus benar-benar merupakan kepentingan bersama para anggotanya.

2.2 Peranan Koperasi Dalam Masyarakat Ekonomi

Peranan koperasi bagi masyarakat ekonomi adalah: a. Koperasi meningkatkan pendapatan

Peranan koperasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya anggota dapat dilakukan antara lain melalui pembelian bersama dan penjualan bersama. Pembelian bersama maksudnya adalah koperasi dapat menyediakan barang-barang kebutuhan anggota dengan cara melakukan pembelian langsung pada produsen atau grosir dan dalam jumlah banyak, sehingga mendapat potongan harga. Sedangkan penjualan bersama maksudnya adalah koperasi dapat menampung produk yang dihasilkan anggota dan mencari pembeli yang sanggup membeli dengan harga tinggi dibandingkan harga penjualan melalui pedagang tengkulak. Dengan kata lain koperasi bertindak atas nama anggota untuk menjual secara bersama dengan harga tinggi, berarti meningkatkan pendapatannya.


(29)

b. Koperasi menciptakan lapangan kerja

Koperasi merupakan wadah kerjasama anggota didalam mencapai tujuan bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Melalui kegiatan usahanya koperasi memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para anggota untuk secara bersama-sama bekerja melakukan kegiatan koperasi. Dengan kata lain koperasi berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum bekerja dan sanggup bekerjasama dalam koperasi.

c. Koperasi meningkatkan taraf hidup rakyat

Koperasi berperan dalam meningkatkan pendapatan anggota dan menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang bersedia bergabung dalam koperasi. Dengan meningkatnya pendapatan maka semakin tercukupinya kebutuhan hidup berarti taraf hidup juga akan mengalami peningkatan.

d. Koperasi memeratakan pendapatan

Melalui koperasi telah banyak diberikan fasilitas dan kemudahan, sehingga menimbulkan semangat kerja anggota. Dengan kata lain apabila terjadi peningkatan pendapatan maka secara otomatis akan tercipta pemerataan pendapatan, kecuali itu melalui koperasi Sisa Hasil Usaha yang diperoleh koperasi tidak semua dibagikan kepada anggota, tetapi juga sebagian untuk pembangunan masyarakat daerah kerja koperasi.

2.3 Modal Koperasi

Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, Bab VII tentang perkoperasian, menyebutkan bahwa modal koperasi terdiri dari:


(30)

1. Modal Sendiri

Modal sendiri bersumber dari: a. Simpanan Pokok Anggota

Simpanan Pokok Anggota adalah sejumlah uang yang sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh masing-masing anggota kepada koperasi. b. Simpanan Wajib

Simpanan Wajib adalah sejumlah uang tertentu yang wajib dibayar oleh setiap anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu, yang nilainya untuk masing-masing anggota tidak harus sama. Dengan kata lain apabila ada anggota yang lebih mampu dari segi keuangan dapat memberikan lebih kepada koperasi dibanding anggota lainnya sebagai simpanan wajibnya. Simpanan wajib ini tidak dapat diambil kembali oleh anggota, selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi tersebut.

c. Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha dan dicadangkan untuk menutupi kerugian koperasi bila diperlukan.

d. Donasi atau Hibah

Donasi atau hibah adalah sejumlah uang atau barang yang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa adanya suatu kewajiban untuk mengembalikannya.

2. Modal Pinjaman


(31)

a. Anggota

Yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi yang bersangkutan.

b. Koperasi lainnya atau anggotanya

Yaitu pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya didasari dari kerjasama antar koperasi.

c. Bank dan lembaga keuangan lainnya

Yaitu pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya

Yaitu dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU)

Didalam koperasi tidak dikenal dengan yang namanya keuntungan (profit), keuntungan (profit) dikenal sebagai SHU. Adapun pengertian SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam tahun buku tertentu setelah dikurangi penyusutan, pajak, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Sedangkan SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi adalah SHU setelah dikurangi dana cadangan, dan besarnya dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

Pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seorang anggota tetapi yang berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi. SHU koperasi yang diterima anggota pada umumnya didasarkan pada dua kegiatan ekonomi, yang terdiri dari:


(32)

1. SHU atas jasa modal, yang mencerminkan anggota sebagai pemilik

2. SHU atas jasa usaha, yang mencerminkan anggota sebagai pemilik dan juga merupakan konsumen (pelanggan).

Secara umum SHU koperasi dibagikan kepada cadangan sebesar 40%, jasa anggota sebesar 40%, jasa pengurus sebesar 5%, untuk karyawan sebesar 5%, dana pendidikan sebesar 5%, dan dana kegiatan sosial lainnya sebesar 5%. Adapun prinsip pembagian SHU adalah:

1. SHU yang dibagi bersumber dari anggota

2. SHU anggota adalah jasa dan modal serta transaksi usaha yang dilakukan anggota

3. Pembagian SHU dilakukan secara transparansi (terbuka) 4. Pembayaran SHU dilakukan secara tunai

2.4.1 Organisasi Koperasi

Adapun alat organisasi koperasi terdiri dari: 1. Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan penguasaan (kekuasaan) tertinggi didalam koperasi, rapat anggota harus dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

2. Pengurus

Pengurus merupkan perangkat organisasi yang diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota. Pengurus bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. Pengurus berkewajiban


(33)

untuk meneliti segala catatan yang ada pada koperasi serta memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan.

3. Pengelola/Manajer

Pengelola/manajer merupakan orang-orang yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus. Manajer atau pengelola bertugas untuk menjalankan roda usaha koperasi secara efisien dan proporsional.

4. Pengawas

Pengawas diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota dan memperoleh mandat untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang dilaksanakan oleh pengurus.

5. Kasir

Kasir adalah seseorang yang diangkat dari anggota organisasi yang mempunyai tugas untuk menangani simpan pinjam para anggota maupun non anggota koperasi.

6. Petugas Simpan Pinjam

Petugas Simpan Pinjam adalah seseorang yang diangkat untuk menangani pekerjaan administrasi atau pembukuan yang berhubungan dengan simpan pinjam dari para anggota atau non anggota koperasi.


(34)

Gambar 2.1

Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam 2.4.2 Kredit

Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau hasil pembagian keuntungan.

Kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang artinya kepercayaan. Seseorang memberikan kredit kepada orang lain atau memberikan modal usaha kepada orang lain karena berdasarkan faktor kepercayaan.

Menurut pendapat Drs. Muchdarsah Sinungan (1994 : 3) “kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan

RAPAT ANGGOTA PENGAWAS

PENGURUS

PENGELOLA/MANAJER


(35)

dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga” (Drs. Muchdarsyah Sinungan, 1997: 3).

Sedangkan menurut Drs. Susatyo Reksoprodjo, “Kredit adalah lalu lintas pembayaran dan penukaran uang, barang, dan jasa oleh pihak yang memberikan prestasi baik berupa barang, jasa atau prestasi lain kepada pihak lain”.

Adapun pengertian kredit atau pinjaman mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur waktu, yaitu adanya petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan kredit.

b. Unsur resiko, yaitu akibat yang mungkin timbul karena adanya jarak waktu pemberian dan pelunasan kredit.

c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak lain. d. Unsur kepercayaan, yaitu menyerahkan kepercayaan kepada pihak lain

untuk mengelola uang.

e. Unsur persetujuan, yaitu adanya kesepakatan antara pihak pemberi dan penerima kredit.

Sedangkan ciri-ciri kredit yang baik adalah:

a. Angsuran pinjaman/kredit lebih kecil dari keuntungan usaha. b. Tingkat suku bunga yang serendah-rendahnya.

c. Periode pembayaran sekecil-kecilnya sesuai dengan perputaran produksi usahanya dan perputaran pihak pemberi pinjaman/kredit.

d. Jangka waktu pinjaman selama-lamanya sesuai dengan peraturan yang ada.


(36)

e. Pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan yang disepakati atau pinjaman tidak disalahgunakan.

f. Jumlah pinjaman sesuai dengan kebutuhan usaha.

2.4.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau ada juga yang menggunakan istilah Koperasi Kredit (KOPDIT), dan secara internasional disebut dengan Credit Union, merupakan Badan usaha yang dimilki oleh warga masyarakat yang diikat oleh satu ikatan pemersatu, bersepakat untuk menyimpan dan menabungkan uang mereka pada badan usaha tersebut, sehingga tercipta modal besama untuk dipinjamkan kepada sesama selaku anggota koperasi untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Sementara pengertian Koperasi Simpan Pinjam berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 adalah “kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan”. Sedangkan pengertian koperasi Simpan Pinjam berdasarkan PSAK 27/Reformat 2007 adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.

Pada dasarnya fungsi Koperasi Simpan Pinjam hampir sama dengan bank, yaitu sebagai badan usaha yang melakukan penggalian atau mobilisasi dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada warga masyarakat yang membutuhkan. Adapun perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam dengan bank adalah bahwa koperasi dimiliki secara bersama oleh


(37)

anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama, dan hanya memberikan pelayanan kredit kepada anggotanya. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham, memobilisasi dana dari masyarakat luas untuk menyimpan uang di bank tersebut, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun kepada warga masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank.

Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dimiliki dan dijalankan oleh Koperasi Simpan Pinjam dengan memperhatikan semangat dari prinsip dasar Koperasi Simpan Pinjam rumusan Friedrich William Raiffeisen, selaku pendiri pertama Credit Union pada pertengahan abad ke-19, yaitu:

a. Dana koperasi hanya diperoleh dari anggota-anggotanya saja. b. Pinjaman juga hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja.

c. Jaminan yang terbaik bagi peminjam adalah watak si peminjam itu sendiri. Prinsip Koperasi Simpan Pinjam ala Friedrich William Raiffeisen tersebut mencerminkan bahwa KSP haruslah dibangun atas usaha dan semangat swadaya dari anggotanya melalui usaha simpan pinjam berdasarkan kerjasama dan saling percaya.

(Sumber

2.4.4 Pengertian Koperasi BMT

Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas


(38)

ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan. Koperasi BMT juga lebih menekankan pada konsep syariah islam dengan sistem bagi hasil, dan keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan baik bagi BMT maupun nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan dengan sistem tawar menawar yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil dengan akad.

Adapun jenis-jenis pinjaman atau pembiayaan produk BMT adalah sebagai berikut:

1. Murobahah, yaitu pembiayaan untuk jual-beli dengan pembayaran jatuh tempo.

2. Bai’u Bitsaman Ajil, yaitu jual-beli dengan pembayaran angsuran rutin. 3. Ijaroh, yaitu sewa-menyewa barang atau jasa dengan pembayaran

angsuran atau tangguh. Misalnya pembiayaan untuk sewa ruko (tempat usaha).

4. Musyarokah, yaitu tambahan modal untuk usaha anggota/nasabah dengan pengembalian secara angsuran atau tangguh dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan komposisi modal dan kesepakatan bersama.

5. Mudharobah, yaitu pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada anggota/nasabah untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

6. Ar-rahn (gadai), yaitu pembiayaan dengan jaminan barang bergerak ataupun surat berharga yang dititipkan di BMT, BMT menerapkan sistem


(39)

keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama.

7. Qordhul Hassan, yaitu pembiayaan lunak yang dikhususkan untuk kaum dhuafa atau orang yang sangat membutuhkan.

BMT berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. Akan tetapi dalam kenyataannya keadaan BMT dilapangan tidak terlalu bagus, bahkan BMT yang ada sering mengalami kegagalan bahkan rugi dan BMT tersebut tidak dapat beroperasi lagi. Adapun faktor penyebab kegagalan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya persiapan sumber daya manusia (SDM) pengelola, baik dari sisi pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola BMT terutama masalah pengguliran pembiayaan, dengan kata lain banyaknya pembiayaan yang tidak tertagih (pembiayaan macet).

2. Lemahnya pengawasan pada pengelolaan, terutama manajemen dana dan kurangnya rasa memiliki pengelola BMT.

Faktor penyebab kegagalan pengelolaan BMT yang tidak kalah pentingnya adalah adanya ambivalensi antara konsep syari’ah pengelolaan BMT dengan operasionalisasi dilapangan. Terdapat ketidakcocokan dari garis syariah yang telah disepakati, dan hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan dari para nasabah.


(40)

2.5 Pengertian Usaha Mikro Kecil (UMK)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun ciri-ciri usaha mikro adalah:

a. Jenis barang/komoditi yang usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

d. Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Contoh Usaha Mikro adalah pertanian, peternakan, pedagang eceran dan usaha-usaha jasa seperti: perbengkelan, salon kecantikan dan penjahit (konveksi).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha


(41)

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Adapun ciri-ciri usaha kecil adalah:

a. Jenis barang/komiditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. e. Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha.

f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal. g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik.

Contoh Usaha Kecil adalah pedagang dipasar grosir (agen), pengerajin industri kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tanga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.

Selain dari ciri-ciri diatas, maka jumlah karyawan (tenaga kerja) juga merupakan tolak ukur dalam menilai usaha tersebut apakah termasuk dalam usaha mikro, kecil dan menengah. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ciri-ciri Usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja

Jumlah Tenaga Kerja Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah 1-2 orang 4-19 orang 20-45 orang Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil (UMK) saat ini dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektip dalam pengentasan kemiskinan. UMK diatur secara


(42)

hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil. UMK merupakan suatu kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan hal ini terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik tahun 2011) usaha Mikro Kecil harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat proses pembangunan daerah, oleh sebab itu pertumbuhan Usaha Mikro Kecil setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dimana jumlah UMK di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebanyak 48,9 juta unit dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan sebanyak 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh sebab itu keberadaan UMK yang strategis baik secara nasional maupun didaerah tidak boleh kita abaikan begitu saja karena UMK memiliki posisi yang sangat penting baik dalam hal penyerapan tenaga kerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat didaerah, dan UMK juga berfungsi sebagai perekat dalam mengatasi masalah kesenjangan sosial.

Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama, baik antara pemerintah dan masyarakat. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UMK berdasarkan pada evaluasi dan revitalisasi pemerintah dibidang UMKM yaitu:


(43)

a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyerderhanaan prosedur perijinan usaha, keringan pajak dan sebagainya. b. Bantuan Permodalan

Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMK, untuk membantu peningkatan permodalannya baik itu melalui sektor jasa financial formal, sektor jasa financial informal, skema penjamin, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha Mikro Kecil (UMK) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank.

c. Perlindungan Usaha

Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan.

d. Pengembangan Kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMK, atau antara UMK dengan pengusaha besar didalam negeri maupun luar negeri. Untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha, disamping itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UMK akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.


(44)

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMK baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya, disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

e. Omset

Salah satu tujuan dari pemanfaatan UMKM dalam koperasi atau Credit Union

ataupun lembaga keuangan non bank adalah untuk meningkatkan omset dari penjualan. Meningkatnya omset pada wirausaha juga sangat berpengaruh pada kemajuan UMKM. Apabila pada wirausaha tidak mengalami omset meningkat maka pihak dari UMKM biasanya mengadakan pelatihan dan penyuluhan bagi anggota/mitra agar lebih memahami usaha yang dijalankan.

(Sumbe

2.5.1 Keberadaan dan Permasalahan Pokok UMK

Keberadaan UMK sangat banyak membantu pemerintah dalam hal penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Posisi Usaha Mikro Kecil (UMK) sekaligus dapat mengurangi tingkat kemiskinan rakyat Indonesia. Tingkat pengangguran sudah mencapai 10%, dan selama 5 tahun kedepan diharapkan jumlah pengangguran ini dapat diturunkan menjadi sekitar 5%, dan diharapkan pada tahun 2015 jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat dikurangi sesuai dengan seruan PBB tentang Millenium Development Goals


(45)

UMKM pada kenyataannya selama krisis tidaklah terlalu terpuruk, seperti halnya usaha besar. Menurut Faisal Basri (2002) UMKM tidak mengalami keterpurukan hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu:

1. Sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods) dengan ciri khasnya permintaan bersifat inelastis terhadap perubahan pendapatan. Artinya, jika pendapatan masyarakat turun karena krisis, turunnya permintaan terhadap barang kecil.

2. Mayoritas UKM mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan. Maka ketika perbankan juga mengalami krisis, UKM tidak terpengaruh namun akses usaha kecil pada fasilitas dana perbankan ini sebenarnya mengandung potensi permasalahan jika UKM ingin berkembang lebih jauh.

UMKM mampu bertahan terhadap krisis, hal ini disebabkan karena permodalan UMKM tidak bergantung pada pinjaman asing, sehingga tidak terlalu terpengaruh terhadap fluktuasi mata uang asing.

Adapun ciri-ciri pengusaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Hampir setengah persen UKM hanya mempergunakan kapasitas 10% atau kurang.

2. Masalah utama yang dihadapi pada tahap sebelum investasi yang sering dihadapi menyangkut permodalan, kemudahan (lokasi, izin).

3. Lebih dari 50% perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha kecil.


(46)

4. Pada masa peningkatan usaha, maka yang dihadapi terutama bermula dengan pengenalan barang.

5. Penurunan usaha terjadi karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan dan kurang keterampilan teknis dan administrasi.

6. Pengusaha kecil mengharapkan bantuan dari pemerintah berupa permodalan, pemasaran dan pengadaan.

7. Hampir 70% dari usaha kecil melakukan pemasaran langsung ke konsumen. 8. Sebahagian besar pengusaha kecil.

Jika dilihat dari segi permasalahan umum UMKM, BPS dapat mengklasifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM (2003). Masalah-masalah tersebut adalah:

1. Kurang Permodalan 2. Kesulitan Pemasaran 3. Persaingan Usaha 4. Kesulitan Bahan Baku

5. Kurangnya kemampuan teknis produksi dan keahlian 6. Kurangnya ketrampilan manajerial

7. Kurangnya pengetahuan manajemen keuangan

8. Iklim usaha yang kurang kondusif (perizinan, aturan/perundangan)

2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK

Peran koperasi simpan pinjam dalam pengembangan UMK di Indonesia sudah lama menjadi perhatian pemerintah, bukan saja agar para pengusaha UMK


(47)

dapat melakukan pinjaman kredit dari koperasi dalam mengembangkan usahanya tetapi juga untuk membantu dalam pemasaran dan pengadaan bahan baku.

Pemerintah banyak membuat program atau skim kredit untuk mengembangkan sektor UMK, dimana para pengusaha mikro dan kecil dapat memperoleh pinjaman dari koperasi dengan bunga yang relatif ringan. Bahkan memasuki tahun 2011 berdasarkan data BPS, koperasi Indonesia sudah didominasi oleh koperasi kredit yang mana jumlahnya berkisar antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi, dan pada akhir tahun 2011 posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati urutan kedua setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit desa sebesar 46 persen Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dengan pangsa sekitar 31 persen.

Pada koperasi simpan pinjam ada satu faktor yang sangat dikhawatirkan oleh koperasi yaitu dimana para pengusaha hanya memanfaatkan koperasi sebagai tempat peminjaman saja, tanpa mau terjun langsung mengikuti aktivitas yang ada di koperasi sehingga tujuan dari koperasi tidak tercapai dengan baik. Keadaan koperasi yang seperti ini akan vakum dan tidak berkembang baik, karena kurangnya partisipasi dari para anggota untuk menjalankan koperasi sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan koperasi yang ingin dicapai.

Adapun peran usaha mikro dan kecil dapat dilihat dari kontribusinya pada produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. Akan tetapi Usaha Mikro, Kecil ini juga mempunyai tantangan dalam mengembangkan usahanya, khususnya pada modal awal dan akses ke modal kerja


(48)

serta financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan outuput jangka panjang.

Pada saat itu kendala utama yang dihadapi para pengusaha mikro dan kecil adalah dalam mendapatkan dana dari luar khususnya kredit. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi persyaratan teknis perbankan. Seperti yang diketahui bahwa pengusaha mikro dan kecil tidak memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan (agunan) apabila meminjam kredit dari bank, sehingga dalam hal ini koperasi simpan pinjam memiliki peranan penting dalam memberikan pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil.

2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK

Koperasi BMT Insani mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan Usaha Mikro dan Kecil (UMK), karena BMT siap memberikan pinjaman modal kepada para pengusaha mikro dan kecil tanpa harus adanya agunan, dengan prosedur administrasi yang mudah, biaya transaksi yang rendah, dan bebas dari bunga karena BMT menganut sistem syariah islam dimana sistem bunga diganti menjadi sistem bagi hasil.

Dengan adanya sistem bagi hasil ini akan mendorong para pengusaha mikro dan kecil untuk beralih meminjam modal usaha kepada BMT, sehingga para pengusaha mikro dan kecil terbebas dari jeratan rentenir yang memberikan bunga yang sangat tinggi.

Berdasarkan laporan pengurus BMT yang ada di desa-desa, BMT pada saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik hal ini disebabkan karena BMT mampu menggantikan fungsi rentenir, serta BMT memberikan pelayanan


(49)

pembiayaan yang mudah dan tidak menjerat leher para pengusaha kecil. Dan ini terbukti bahwa BMT mampu memantapkan eksistensinya sebagai koperasi berbasis syariah karena mampu menjaga kepercayaan masyarakat.

Bagi hasil dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan profit sharing

yang artinya “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”, atau dengan kata lain profit sharing merupakan bonus tahunan dalam bentuk uang tunai yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat juga sebagai pembayaran bulanan ataupun mingguan.

BMT Insani tidak jauh berbeda dengan Koperasi Simpan Pinjam pada umumnya, Koperasi BMT insani juga melakukan usaha-usaha seperti:

a. Menyediakan barang-barang kebutuhan pokok anggota

b. Mengadakan usaha kerjasama dengan koperasi maupun usaha lainnya yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. c. Menyelenggarakan usaha simpan pinjam anggota dan masyarakat. d. Memberikan pinjaman kepada anggota.

e. Menerima tabungan anggota dan pihak ketiga.

f. Memberikan jasa penagihan rekening listrik, telepon dan jasa-jasa lainnya. Adapun perbedaan antara koperasi simpan pinjam dengan BMT dapat dilihat berdasarkan:

1. Sistem memperoleh keuntungan (Bagi hasil dan Bunga).

2. Konsistensi terhadap aturan koperasi (peminjam harus anggota koperasi). 3. Konsistensi terhadap pembangunan masyarakat ekonomi lemah dalam


(50)

4. Perbedaan pelayanan (sebagai penyedia dana usaha yang sekaligus sebagai konsultan usaha).

Ada banyak fasilitas peminjaman yang dimiliki oleh BMT Insani dalam bentuk ekonomi syariah dan memperkenalkan diri kepada masyarakat agar BMT ini dapat diterima dengan baik, dapat membantu ekonomi lemah serta dapat mengembangkan usaha mikro kecil.

2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual

Kopersi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani diharapkan dapat membantu peningkatan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional, serta dengan adanya koperasi maka dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan dari anggota-anggotanya dan dapat mengurangi tingkat kemiskinan.


(51)

Keterangan: = Alur Penelitian

Gambar 2.2

Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1) dan Koperasi BMT

Insani (X2) terhadap Pengembangan UMK (Y)

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1)

Koperasi BMT Insani (X2)

Pengembangan UMK (Y)

Indikator yang diteliti: • Modal Usaha • Omset

• Pengembangan Kemitraan • Perlindungan Usaha

• Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Koperasi


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan metode:

3.2.1 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui berbicara dan berhdapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti (Mardalis : 1995).

3.2.2 Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis : 1995).


(53)

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan pengutipan dari sumber lain yang menerbitkan data tersebut (Soeratno dan Lincolin Arsyad : 1993).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 55). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nasabah koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugiarto, 2001: 2).

Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Random yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang benar-benar terpilih oleh peneliti sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu (Soeratno dan Lincolin Arsyad, 1993).

Dalam penelitian sosial, dikenal dengan hukum kemungkinan (hukum probabilitas) yaitu kesimpulan yang dapat ditarik dari populasi yang dapat menggambarkan kepada seluruh populasi (Burhan Bungin, 2001). Pada penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui secara pasti oleh karena itu peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 40 responden yang terdiri dari 20 orang responden


(54)

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan 20 orang responden Koperasi BMT Insani yang tinggal di Kota Padangsidimpuan, dengan asumsi responden tersebut adalah penduduk daerah tersebut.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya.

Untuk menentukan nilai atas persepsi responden dari kuesioner, maka penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai skala pengukuran. Skala Likert adalah pertanyaan yang mengukur sikap dari keadaan yang sangat negatif sampai ke jenjang yang sangat positif. Jawaban yang paling positif (maksimal) diberi nilai paling besar yaitu nilai 5, dan jawaban yang paling negatif (minimal) diberi nilai paling kecil yaitu nilai 1.

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:

Pertanyaan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Setelah data data dikumpulkan dengan lengkap baik data yang diperoleh dari wawancara, observasi, kuesioner maupun dokumentasi maka selanjutnya dilakukan penyajian data kedalam tabel, grafik, maupun diagram dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian tersebut.


(55)

3.5 Uji Validitas

Uji validitas dari penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 19, dimana teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan korelasi bivariate pearson dan Corrected Item-Total Correlation yaitu mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

• Jika rhitung ≥ rtabel (uji dua sisi dengan sig. 5% atau 0,05) maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total atau pertanyaan dikatakan valid.

• Jika rhitung < rtabel (uji dua sisi dengan sig. 5% atau 0,05) maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3.6 Analisis Deskriptif

Analisis deskriftip adalah analisis yang digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh dari suatu penelitian. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Frekuensi (f)

P = X 100%


(56)

3.7 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik yaitu menggunakan uji U Test (The Mann-Whitney Test). Pengujian ini dilakukan pada dua sampel yang bersifat independent. Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

1. Kita harus memberikan rangking tertentu untuk setiap nilai yang dicapai/didapatkan dalam penelitian ini.

2. Setelah memberikan rangking yang sesuai dengan nilai yang dicapai/didapatkan, maka kita dapat menjumlahkan nilai rangking yang diperoleh pada setiap group atau daerah, yaitu R1 untuk group atau daerah

penelitian pertama dan R2 untuk group atau daerah penelitian kedua.

3. Setelah nilai R1 dan R2 diperoleh, maka kita mencari besar nilai U

statistiknya.

4. Kemudian kita mencari nilai harapan (expected Value) mean dan standard deviasi.

5. Jika n1 dan n2 keduanya berjumlah ≥ 8, maka nilai statistik U akan mendekati (dianggap) berdistribusi normal.

6. Bila diuji dengan α = 5% (0,05) dengan pengujian dua sisi yaitu: • Ho diterima apabila -1,96 ≤ ZH≤ +1,96

• Ho ditolak apabila nilai ZH > +1,96 atau ZH < -1,96.

Pengujian U Test dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 19. Dimana hasil pengujian dengan menggunakan SPSS versi 19 kita akan melihat


(57)

berapa besarnya nilai Zhitung dan nilai Zhitung ini akan kita bandingkan dengan nilai

uji dua sisi dengan taraf signifikan 5% (0,05).


(58)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Profil Wilayah Penelitian

Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan pusat Pemerintah dari lembah besar Tapanuli selatan dan pernah menjadi ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali menjadi Kabupaten Mandailing Natal. Melalui aspirasi masyarakat serta Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 15/KPTS/1992 dan Nomor 16/KPTS/1992 Kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Daerah Tk.II bersamaan dengan pengusulan pembentukan Kabupaten Daerah Tk.II Mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.

Pada tanggal 17 Oktober 2001 oleh Mentri Dalam Negeri Atas Nama Presiden Republik Indonesia diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota, dan pada tanggal 9 November 2001 oleh Gubernur Sumatera Utara dilantik Drs.Zulkarnain Nasution sebagai Pejabat Walikota Padangsidimpuan.

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 5 Kecamatan, 58 Desa dan 20 Kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:

• Utara : Kecamatan Padangsidimpuan Barat Kab.Tapanuli Selatan • Timur : Kecamatan Padangsidimpuan Timur Kab.Tapanuli Selatan • Selatan : Kecamatan Batang Angkola Kab.Tapanuli Selatan


(59)

4.1.2 Perekonomian Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan merupakan kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan bagi kota-kota yang ada disekitarnya. Sektor perdagangan merupakan kontributor terbesar bagi PDRB Kota Padangsidimpuan bila dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Adapun sektor-sektor lain yang sangat menonjol adalah sektor jasa-jasa dan pertanian.

Sektor-sektor yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian disuatu wilayah, adapun sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perdagangan, restoran dan hotel

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan, ada 3 jenis perusahaan yang ada di Kota Padangsidimpuan yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Menurut Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang diterbitkan pada tahun 2011 ada sebanyak 297 TDP yang terdiri dari 16 PT, 68 CV dan 12 Koperasi serta 201 PO. Sedangkan jumlah Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) yang diterbitkan ada sebanyak 275 SIUP yang terdiri dari 2 PT, 56 CV dan 11 Koperasi serta 206 PO. Sedangkan jumlah hotel yang ada di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2011 ada sebanyak 29 hotel yang terdiri dari 1 hotel berbintang dua dan 28 jenis hotel melati (non berbintang).


(60)

2. Pertanian

Jenis pertanian di Kota Padangsidimpuan sangat beraneka ragam dan bermacam-macam. Ada jenis pertanian yang terdiri dari tanaman pokok dan tanaman palawija. Menurut data BPS Kota Padangsidimpuan pada tahun 2011 ada sebanyak 59.656 ton padi, 586,42 ton jagung, 1.119,52 ton karet, 150,50 ton kelapa sawit dan 31,42 ton kopi, dan sebagainya.

3. Pengangkutan dan komunikasi

Untuk memenuhi jasa pengangkutan/transportasi darat yang ada di Kota padangsidimpuan terdapat satu jenis angkutan darat, yaitu jenis angkutan kenderaan bermotor. Data pangangkutan yang tedaftar di BPS Kota Padangsidimpuan pada tahun 2011 ada sebanyak 6.235 mobil penumpang, 391 mobil bus, 3.623 mobil gerobak dan 24.615 sepeda motor.

4. Industri pengolahan

Ada beberapa jenis industri pengolahan yang ada di Kota Padangsidimpuan, baik jenis industri formal maupun jenis industri non formal. Menurut data BPS Kota Padangsidimpaun pada tahun 2011 ada sebanyak 172 jenis Industri Logam, Mesin Elektro dan Anek (ILMEA) dengan jumlah pekerja sebanyak 586 orang, dan sektor Industri Kimia, Agro, Hasil Hutan (IKAHH) ada sebanyak 249 usaha industri dengan jumlah pekerja sebanyak 1.215 pekerja.

5. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

Menurut data BPS Kota Padangsidimpuan pada tahun 2011, realisasi pendapatan Kota Padangsidimpuan sebesar 477,21 milyar rupiah.


(61)

Sedangkan jumlah pendapatan Kota Padangsidimpuan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 21,61 milyar rupiah, Dana Pertimbangan sebesar 357,58 milyar rupiah dan pendapatan yang sah sebesar 98,02 milyar rupiah. Sedangkan realisasi Belanja pada tahun 2011 adalah sebesar 463,52 milyar rupiah yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar 286,00 milyar rupiah dan Belanja Langsung sebesar 177,53 milyar rupiah.

6. Listrik, gas dan air bersih

Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Kota Padangsidimpuan dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian lainnya dipenuhi oleh Non PLN. Menurut data BPS Kota Padangsidimpuan pada tahun 2011, jumlah energi listrik yang diperoleh oleh PLN Rayon Padangsidimpuan berkisar 106.929.905 kwh. Sedangkan perkembangan penjualan energi listrik menurut pelanggan sebanyak 90.785.335 kwh. Untuk suplai air bersih di Kota Padangsidimpuan disediakan oleh PDAM Tirtanadi dan PDAM Tirta Ayumi. Menurut data BPS Kota Padangsidimpuan pada tahun 2011, PDAM Tirtanadi memproduksi sebanyak 3.136.076 m3 untuk pelanggannya yang berjumlah 10.015

pelanggan. Sedangkan PDAM Tirta Ayumi memproduksi sebesar 143.246 m3 untuk pelanggannya yang berjumlah 709 pelanggan.

Sektor perdagangan, restoran dan hotel serta sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak memberikan kontribusi bagi PDRB Kota Padangsidimpuan yaitu sebesar 41,77%. Hal ini menunjukkan bahwa Kota


(62)

Padangsidimpuan memiliki potensi yang sangat besar menjadi kota perdagangan dan jasa. Selain sektor perdagangan, restoran dan hotel, sektor pertanian juga termasuk sektor yang cukup dominan dan perkembangannya cukup stabil (konstan) bila dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain yang ada di Kota Padangsidimpuan.

4.1.3 Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan

Pemberdayaan usaha mikro dan kecil merupakan suatu langkah yang diambil oleh pemerintah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya melalui penyedian lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan. Adapun upaya untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil haruslah terencana dengan baik serta menyeluruh, dan hal ini dapat kita kembangkan melalui:

1. Penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan kerja seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi.

2. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia.

3. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha mikro dan kecil.


(63)

4. Pemberdayaan usaha skala mikro dan kecil untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro dan kecil, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jatidirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.

(sumber: www.badan perencanaan nasional.com

Perkembangan usaha mikro dan kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan jumlah pengusaha yang ada serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional dan penyediaan lapangan kerja yang ada di Kota Padangsidimpuan. Seperti yang diketahui bahwa jumlah Usaha Kecil dan Menengah yang terdaftar dikantor Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar Kota Padangsisdimpuan pada tahun 2009 terdapat sebanyak 203 pedagang UMK, sedangkan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 237 pedagang UMK dan pada tahun 2011 terdapat sebanyak 239 pedagang UMK. Pada tahun 2011 jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) di Kota Padangsidimpuan tercatat sebanyak 4 unit KUD dengan jumlah anggota sebanyak 90 orang. Berbagai program dan kegiatan pemberdayaan koperasi dan UMK dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai rancangan peraturan perundangan seperti adanya rancangan peraturan perundangan (RPP) tentang koperasi simpan pinjam (KSP), serta berkembangnya pelaksanaan unit pelayanan satu atap diberbagai kabupaten/kota, serta terbentuknya forum lintas pelaku pemberdayaan UMK didaerah/kota.


(64)

Perkembangan UMK di Kota Padangsidimpuan telah mengalami peningkatan dari segi kuantitas dan hal ini sangat berbanding terbalik bila dilihat dari segi kualitas UMK. Hal ini disebabkan karena rendahnya produktivitas dan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dari para pengusaha mikro dan kecil baik dari segi manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, pemasaran dan lemahnya kewirausahaan serta terbatasnya bantuan permodalan bagi para UMK. Sedangkan masalah yang lain yang dihadapi oleh UMK adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung seperti kelangkaan bahan baku.

4.1.4 Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan

Koperasi simpan pinjam bina bersama yang ada di Kota Padangsidimpuan haruslah lebih dibina dan dikembangkan lagi agar tujuan koperasi dapat tercapai sebagaimana mestinya. Seperti yang diketahui tujuan koperasi adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat, sebagaimana koperasi merupakan salah satu penyangga kekuatan ekonomi kerakyatan.

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama yang ada di Kota Padangsidimpuan akhir-akhir ini mengalami kemerosotan, maka dalam hal ini pemerintah Kota Padangsidimpuan haruslah lebih membina dan meningkatkan pemberdayaan koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan, agar tetap bertahan ditengah persaingan pasar global. Adapun jumlah koperasi yang terdaftar di Kota Padangsidimpuan pada saat ini berjumlah 168 koperasi yang terdiri dari koperasi usaha, rumah tangga dan koperasi simpan pinjam dan yang paling banyak


(65)

(dominan) adalah koperasi simpan pinjam. Sedangkan menurut kantor Koperasi dan UKM Kota Padangsidimpuan bahwa jumlah koperasi simpan pinjam pada tahun 2011 terdapat sebanyak 4 unit Koperasi Unit Desa (KUD) dengan jumlah anggota KUD sebanyak 90 orang. Sedangkan jumlah koperasi menurut sektor ada sebanyak 189 unit dengan jumlah anggota koperasi tersebut sebanyak 7.695 orang dengan jumlah simpanan koperasi sebesar 3,23 milyar rupiah.

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama selalu dibina dan diberdayakan dengan baik, adapun cara yang ditempuh oleh pemerintah Kota Padangsidimpuan adalah dengan cara memberikan penyuluhan dan memberikan bantuan modal, baik modal yang berasal dari APBD maupun dari APBN. Hal ini dibuat oleh pemerintah Kota Padangsidimpuan agar koperasi tetap berjalan dan semakin berkembang, sehingga tujuan koperasi dapat tercapai dan terealisasi sebagaimana mestinya.

4.1.5 Perkembangan Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan

Koperasi BMT Insani yang pada awal berdirinya bertujuan untuk menghindari rentenir yang semakin berkembang di masyarakat Kota Padangsidimpuan, koperasi BMT Insani ini diharapkan mampu menjadi penyokong perekonomian usaha mikro dan kecil. Pada awal berdirinya koperasi BMT Insani, sistem peminjaman yang mereka tawarkan pertama kali kepada masyarakat adalah sistem jemput bola. Sistem jemput bola adalah suatu sistem dimana pengurus BMT lansung menjemput dana dan menyalurkan kredit tanpa agunan ataupun jaminan yang diberikan melalui ketua pengajian yang ada didaerah masing-masing anggota. Ketua pengajian tersebutlah yang mendata


(66)

anggotanya siapa saja yang ingin melaksanakan peminjaman kepada pihak BMT Insani. Akan tetapi sistem ini mempunyai banyak kelemahan, seperti banyaknya kredit macet dan banyaknya pinjaman yang tidak kembali.

Koperasi BMT Insani memberikan pinjaman kepada masyrakat secara cuma-cuma dengan kata lain banyak masyarakat yang meminjam tanpa disertai dengan adanya agunan (jaminan), sehingga hal ini menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi BMT karena banyaknya modal pinjaman yang diberikan tidak kembali, sehingga kejadian ini membuat pihak BMT Insani merubah sistem pinjamannya menjadi sistem agunan.

Sistem agunan adalah sistem peminjaman dengan menggunakan jaminan surat berharga. Adapun contoh dari jaminan tersebut adalah surat akte tanah, akte rumah, BPKB kenderaan, dan lain-lain. Dengan adanya sistem agunan ini maka kredit macet dan pinjaman yang dahulunya tidak kembali sekarang sudah dapat diatasi.

Perkembangan anggota BMT Insani hingga pada saat ini masih berjumlah 60 orang dengan jumlah anggota dibatasi oleh pengurus BMT untu menghindari masalah ketika melaksankan Rapat Anggota Tahunan. Pengurus kewalahan untuk menghadirkan para anggota, dan hal ini menjadi acuan sejak Rapat Anggota pada tahun 2002. Sedangkan perkembangan dana yang diperoleh dari pendirian BMT Insani semakin berkembang dan ditunjang lagi dengan adanya Dana Subsidi BBM yang telah berjalan selama 5 tahun sebesar Rp.100.000.000 dan ditambah pada tahun 2006 BMT Insani memperoleh subsidi dari Pola Syariah Siar Sumut sebesar


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Widiyanti, Ninik, 2004. Manajemen Koperasi, Cetakan kedelapan, Rineka Cipta, Jakarta.

Suryani Tatik, Lestari Sri, 2008. Manajemen Koperasi, Cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sumarsono Sonny, 2004. Manajemen Koperasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kasmir, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 1993. Manajemen Dana Bank, PT.Bumi Aksara, Jakarta. Frianto pandia, 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, Rineka Cipta,

Jakarta.

Djohon, Warman, 2000. Kredit Bank, PT.Musiora Sumber Widya, Jakarta.

Sudarsono,dkk, 2005. Managemen Koperasi Indonesia, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Siamat, Dahlan, 2002. Manajemen Lembaga Keuangan, Lembaga Penerbitan FEUI, Jakarta.

Gunardi, Soldodyo, Harry,dkk, 1994. Kredit Untuk Rakyat, Akatiga, Bandung.

Gujarati, Damodar N, 1995. Basic Econometrics, Edisi 3, Mc-Grawhill, New York.

Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan, CV.Andi Offset, Yogyakarta.

http://hukum.ub.ac.id/wp/2013/jurnal-Kaffi-Wanatul-Mawa-0910110044.pdf.


(2)

IDENTITAS RESPONDEN Nama :

Telp :

Anda diminta untuk memberi tanda (X) untuk menjawab pertanyaan dibawah ini: A. Option

Dimanakah anda meminjam dana?

a. Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama b. Koperasi BMT Insani

B. Data Demografi

1. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan 2. Usia

a. < 25 tahun b. 26 – 45 tahun c. > 45 tahun 3. Pekerjaan

a. Pelajar/Mahasiswa d. Wiraswasta

b. Pegawai Negeri e. Ibu Rumah Tangga c. Pegawai Swasta f. Pensiunan

4. Pendidikan

a. SD d. Diploma I/II/III b. SLTP e. Sarjana

c. SLTA f. Pasca Sarjana

5. Berapa Pendapatan (Omset) anda dalam sebulan?

a. < Rp.500.000 d. Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000 b. Rp.500.000 e. > Rp.3.000.000

c. Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000

6. Berapa pengeluaran anda dalam sebulan?

a. < Rp.500.000 d. Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000 b. Rp.500.000 e. > Rp.3.000.000


(3)

7. Usaha apa yang sedang anda jalankan?

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan b. Industri Pengolahan

c. Perdagangan dan Pengangkutan d. Bangunan

e. Jasa

8. Berapa lama anda menjalankan usaha tersebut? a. < 1 tahun

b. 2 – 5 tahun c. 6 – 10 tahun d. 11 – 15 tahun e. > 15 tahun

9. Sudah berapa lama anda menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani?

a. < 1 tahun b. 2 – 5 tahun c. 6 – 10 tahun d. 11 – 15 tahun e. > 15 tahun

Diukur dengan bobot hitung 1 sampai 5, dengan kategori: - Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi bobot 5

- Jawaban Setuju (S) diberi bobot 4

- Jawaban Cukup Setuju (CS) diberi bobot 3 - Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2 - Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1


(4)

Pertanyaan Pengembangan Kemitraan

No Penciptaan Iklim Usaha Bagi UMK 1 (STS) 2 (TS) 3 (CS) 4 (S) 5 (SS) 1. Saya sangat tertarik untuk menggunakan

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani

2. Pelayanan perizinan usaha yang mudah dan cepat membuat usaha saya berjalan dengan lancar

3. Saya memiliki kemampuan untuk membuat jaringan informasi dalam usaha saya dengan bantuan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani

4. Saya selalu menghadiri kegiatan pengembangan kemitraan setiap diadakan di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani, seperti: pelatihan

Pertanyaan Perlindungan Usaha

No Penciptaan Iklim Usaha Bagi UMK 1 (STS) 2 (TS) 3 (CS) 4 (S) 5 (SS) 1. Saya tidak takut lagi bangkrut setelah

bergabung dengan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani

2. Saya merasa aman dan tentram berwirausaha setelah bergabung dan menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani, dimana tidak ada lagi pungutan liar 3. Saya membayar kewajiban seperti : cukai, jaga

malam dan kebersihan lebih mudah dan transparan setelah menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani 4. Saya tidak takut lagi kekurangan modal usaha

setelah saya bergabung dan menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani

5. Bantuan modal di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani sangat saya butuhkan selama usaha saya berjalan

6. Bantuan modal sangat berperan penting dalam kelancaran usaha saya


(5)

Pertanyaan Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Koperasi No Penciptaan Iklim Usaha Bagi UMK 1

(STS) 2 (TS) 3 (CS) 4 (S) 5 (SS) 1. Setelah saya bergabung dengan Koperasi

Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani, saya memperoleh izin usaha dengan mudah dan cepat

2. Setelah saya bergabung dengan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani, saya mendapatkan keringanan dalam membayar pajak

3. Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani telah membuat kegiatan-kegiatan di UMK terlaksana dengan lebih mudah

4. Usaha saya semakin berkembang dan barang dagangan usaha saya semakin bertambah setelah saya bergabung dengan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani 5. Setiap penyuluhan dari Koperasi Simpan

Pinjam Bina Bersama/BMT Insani yang diselenggarakan berguna untuk meningkatkan keberhasilan usaha

6. Setelah saya bergabung sebagai anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani, pengetahuan saya semakin bertambah sehingga memacu saya untuk lebih meningkatkan usaha yang saya jalankan

7. Agunan yang digunakan sebagai jaminan tidaklah memberatkan saya, sehingga tidak mengganggu kondisi usaha saya

8. Saya merasa bantuan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani meringankan beban saya

9. Selama bergabung di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani, Omset saya meningkat disepanjang bulan.

10. Usaha saya maju dengan memperoleh untung yang cukup besar setelah menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama/BMT Insani


(6)