Perencanaan Lanskap Wisata Pendukung Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

PERENCANAAN LANSKAP WISATA PENDUKUNG
AGROWISATA PERKEBUNAN TEH RANCABALI
KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

DILFAN DALIFI

DEPARTEMAN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap
Wisata Pendukung Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Dilfan Dalifi
NIM A44100073

ABSTRAK
DILFAN DALIFI. Perencanaan Lanskap Wisata Pendukung Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh
AFRA DN MAKALEW.
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali merupakan salah satu objek
wisata yang berada di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Namun, disayangkan agrowisata Perkebunan Teh Rancabali kini sedikit
kehilangan daya tariknya walaupun dari segi sarana dan prasana yang terdapat di
dalamnya sudah baik. Selain itu, terdapat beberapa potensi dan objek wisata lain
yang terdapat di Desa Patengan yang dapat dijadikan sebagai wisata pendukung
area Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali. Oleh sebab itu, perencanaan lanskap
wisata pendukung agrowisata Perkebunan Teh Rancabali diperlukan agar dapat
membuat agrowisata tersebut dan objek wisata yang ada tetap berjalan dan
berkembang tanpa mematikan atau merugikan wisata lainya. Proses perencanaan

merupakan modifikasi dari Gold (1980) yang terdiri dari tahap persiapan,
persediaan, analisis, sintesis dan perencanaan lanskap. Berdasarkan analisis wisata
pendukung dengan menggunakan kriteria Inskeep (1991) dan Rosmalia (1998)
yang telah dimodifikasi, diperoleh hasil yang menunjukan dari objek-objek wisata
yang ada di Desa Patengan hanya 3 objek wisata yang dapat dijadikan sebagai
wisata pendukung, yaitu Kolam Renang Walini, Taman Wisata Alam Cimanggu
dan Situ Patengan.
Kata kunci: agrowisata, perencanaan lanskap, wisata pendukung

ABSTRACT
DILFAN DALIFI. Landscape planning of supporting tourism Rancabali Tea
Plantation agrotourism, Bandung regency, West Java. Supervised by AFRA DN
MAKALEW.
Rancabali tea plantation agrotourism is one of the attractions in
Patengan village, Rancabali district, Bandung regency. However, unfortunate of
Perkebunan Teh Rancabali agrotourism now slightly lost its appeal although in
terms of facilities and infrastructures contained in it is good. In addition, there
are some potential and other tourist attractions located in Desa Patengan which
can be used as a supporting tourism Perkebunan Teh Rancabali agrotourism.
Therefore, landscape planning of supporting tourism Perkebunan Teh Rancabali

agrotourism needed in order to make the agrotourism and existing attractions
keep it running and growing without shutting down or harming other tourist. The
planning process modificated by Gold (1980) which consists of preparation,
inventory, analysis, synthesis and landscape planning stages. Based on the
analysis of the supporting tourism by using criteria Inskeep (1991) and Rosmalia
(1998) which has been modified, obtained the results of which showed from the
tourist objects in Desa Patengan only 3 attractions that can be used as a
supporting tourism, namely Kolam Renang Walini, Taman Wisata Alam
Cimanggu and Situ Patengan.
Keywords: agrotourism, landscape planning, supporting tourism

PERENCANAAN LANSKAP WISATA PENDUKUNG
AGROWISATA PERKEBUNAN TEH RANCABALI
KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

DILFAN DALIFI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMAN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmuah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Wisata Pendukung Agrowisata Perkebunan
Teh Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat
Nama
: Dilfan Dalifi
NIM
: A44100073

Disetujui oleh

Dr. Ir. Afra DN Makalew, M.Sc
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini
adalah perencanaan lanskap yang bertujuan untuk mendukung Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali, Kabupten Bandung, Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi Dr Ir
Afra DN Makalew M.Sc, atas segala bimbingan, motivasi, dan perhatian yang
sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung beserta dinas-dinas terkait atas izinnya
dalam penggunaan data, saran, serta motivasi kepada penulis. Terima kasih
kepada Dr Ir Alinda FM Zain M.Si dan Dr Kaswanto selaku dosen penguji pada
sidang hasil penelitian, atas segala bimbingan, saran, serta motivasi kepada
penulis. Terima kasih kepada Dr Ir Bambang Sulistyantara M.Agr, selaku Ketua
Departemen Arsitektur Lanskap, serta dosen-dosen dan seluruh civitas
Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan motivasi dan bantuan
kepada penulis.
Terima kasih setulus hati penulis ucapkan kepada Mamah Siti Aminah,
Bapak (Alm) Yoyon Dini Yusron, kakak Dobiet Kisan Kaefama, serta adik-adik
Dawiyan Difa dan Dairan Sabil, atas segala doa, nasihat, motivasi, perhatian, dan
semangat kepada penulis selama menyelesaikan studi dan skripsi ini. Terima

kasih atas segala perjuangan, semangat, motivasi, dan kebersamaan kepada
teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 47, atas segala doa, motivasi,
semangat, dan perhatian kepada penulis. Akhir kata, penulis mengucapkan terima
kasih atas segala dukungan dan bantuang dari kakak-kakak dan teman-teman
Arsitektur Lanskap 45, 46, 47, 48, 49, dan 50 serta teman-teman Institut Pertanian
Bogor. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang
terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Oktober 2015

Dilfan Dalifi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Kerangka Pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Wisata
Perencanaan Lanskap
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Batasan Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Tahapan Perencanaan Lanskap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Aksesibilitas
Analisis dan Sintesis
Konsep dan Rencana Pengembangan
Perencanaan Lanskap
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP


iii
iv
iv
1
1
2
2
2
4
4
5
6
6
6
7
7
16
16
25

26
44
47
61
61
61
62
63

DAFTAR TABEL
1 Tahapan penelitian
2 Jenis, sumber dan cara pengambilan data
3 Klasifikasi dan nilai skor menurut kemiringan lahan
4 Klasifikasi dan nilai skor menurut jenis tanah
5 Klasifikasi dan nilai skor menurut intensitas curah hujan
6 Kriteria aspek daya tarik wisata
7 Kriteria aspek aksesibilitas
8 Kriteria aspek akomodasi
9 Kriteria aspek sosial dan ekonomi
10 Kriteria aspek sarana dan prasarana penunjang

11 Interval penilaian ODTW
12 Kriteria penilaian wisata pendukung
13 Interval kelas wisata pendukung
14 Luas wilayah menurut penggunaan Desa Patengan
15 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
16 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
17 Jenis mata pencaharian penduduk Desa Patengan
18 Klasifikasi kemiringan lahan Desa Patengan
19 Klasifikasi jenis tanah Desa Patengan
20 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan
21 Curah hujan Kecamatan Rancabali
22 Jumlah fasilitas Desa Patengan
23 Akomodasi penginapan Desa Patengan
24 Kategori kepekaan fisik erosi
25 Kategori kepekaan fisik erosi
26 Objek dan daya tarik wisata Desa Patengan
27 Penilaian aspek daya tarik wisata
28 Penilaian aspek aksesibilitas
29 Penilaian aspek akomodasi
30 Penilaian aspek sosial dan ekonomi
31 Penilaian aspek sarana dan prasarana penunjang
32 Hasil analisis kondisi wisata desa patengan
33 Hasil penilaian wisata pendukung
34 Kategori wisata pendukung
35 Jenis aktivitas dan fasilitas berdasarkan ruang
36 Rencana ruang, aktivitas dan fasilitas masing-masing objek
wisata pendukung
37 Rencana perjalanan wisata
38 Daya dukung fasilitas wisata

7
8
9
9
9
10
11
11
11
12
13
14
14
16
19
19
20
20
20
21
21
24
24
26
27
33
35
36
37
37
38
38
40
40
50
51
53
58

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Lokasi penelitian
3 Peta administratif Desa Patengan
4 Peta tata guna lahan
5 Peta aliran sungai Desa Patengan
6 Kondisi fasilitas Desa Patengan
7 Jalan lebar beraspal dan jalan berkelok
8 Jalan minim penerangan
9 Jalan di dalam dan menuju perkampungan
10 Peta topografi Desa Patengan
11 Peta kemiringan lahan Desa Patengan
12 Peta jenis tanah Desa Patengan
13 Peta curah hujan Desa Patengan
14 Peta kepekaan fisik erosi Desa Patengan
15 Peta sebaran objek wisata Desa Patengan
16 Kondisi objek dan daya tarik Wisata
17 Panorama objek dan daya tarik wisata
18 Peta komposit kawasan wisata pendukung
19 Block plan kawasan wisata pendukung
20 Diagram konsep ruang
21 Diagram konsep sirkulasi
22 Peta konsep ruang dan sirkulasi kawasan wisata pendukung
23 Rencana lanskap wisata pendukung agrowisata
24 Detil gambar wisata pendukung kolam renang walini
25 Detil gambar wisata pendukung taman wisata alam cimanggu
26 Detil gambar wisata pendukung situ patengan

3
6
17
18
22
23
25
25
26
28
29
30
31
32
33
34
35
42
43
46
47
48
54
55
56
57

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang
berlimpah dan tersebar dari Sabang sampai Marauke, baik berupa hayati ataupun
hewani. Sumber daya alam berupa hewani terlihat dari banyak dan beragamnya
fauna atau hewan-hewan yang ada di Indonesia ini. Selain itu, sumber daya alam
dalam bentuk hayati yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan sesuai dengan
julukannya sebagai negara agraris adalah dalam bidang pertanian. Usaha dalam
bidang pertanian memiliki arti yang luas dan mencakup berbagai usaha,
diantaranya bidang tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, dan
peternakan dan lain-lain. Sumber daya alam hayati khususnya dalam bidang
pertanian ini merupakan sebuah potensi yang sangat besar bila dapat
dimanfaatkan dengan baik dan salah satunya adalah dijadikan sebagai tempat
wisata. Selain untuk tempat wisata, dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana
edukasi bagi khalayak banyak dan sebagai ajang promosi hasil pertanian serta
dapat mengarahkan pada masyarakat untuk memperhatikan kelestarian dan
keberlangsungan ekosistem yang terdapat dalam lingkungan. Selain itu, dapat
memberikan jaminan dan lapangan pekerjaan dalam bidang pertanian dan
memiliki kesadaran akan pentingannya usaha tani.
Wisata-wisata dengan nuansa berbasis alam atau ekologi kini sedang
diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara. Wisata dengan daya tarik alam ini diharapkan dapat menampung
hasrat para wisatawan domestik ataupun wisatawan mancanegara untuk
membebaskan diri sejenak dari suasana penat dan padatnya perkotaan yang
menjemukan menuju suasana alam perdesaan yang tenang, tentram dan damai
atau dapat dikatakan memiliki kecenderungan untuk back to nature atau kembali
ke alam.
Pariwisata berbasis pertanian merupakan suatu ide yang sangat unik dan
memiliki ciri khas tersendiri dalam menggaet para wisatawan, seperti Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali menyuguhkan atraksi wisata yang berupa pengolahan
teh secara modern mulai dari penanaman sampai proses pengolahan teh dan juga
atraksi tea walk yang membawa wisatawan berkeliling perkebunan untuk
menikmati indahnya pemandangan perkebunan teh yang ada. Selain itu, di luar
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, terdapat tempat wisata menarik lainnya
seperti, Pemandian Air Panas Walini, Taman Wisata Alam Cimanggu dan masih
banyak lagi. Namun, disayangkan Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali kini
sedikit kehilangan daya tariknya walaupun dari segi sarana dan prasana yang
terdapat di dalamnya sudah baik, serta di sekitar Agrowisata Perkebunan Teh
Rancabali masih terdapat beberapa objek wisata yang menarik selama menuju ke
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali terdapat beberapa potensi dan daya tarik
objek wisata.
Oleh sebab itu, diperlukan sebuah perencanaan lanskap wisata pendukung
agrowisata yang dapat mengangkat tempat–tempat yang berpotensi menjadi
sebuah objek wisata dan objek wisata yang memiliki nama besar atau sudah
terkenal untuk dapat mendukung Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali. Agar

2

dapat menambah nilai daya tarik bagi area Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali
sebagai wisata utama dan kawasan Desa Patengan tempat beradanya Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali. Selain itu, objek-objek wisata yang ada baik yang
akan dijadikan sebagai wisata pendukung ataupun wisata utama dapat saling
bekerja sama dalam menarik wisatawan tanpa adanya saling merugikan dan
mematikan objek wisata satu sama lain. Perencanaan lanskap wisata pendukung
agrowisata ini dapat berbentuk sebuah rencana lanskap yang menjelaskan tentang
tempat–tempat wisata yang ada dan akses menuju tempat tersebut serta estimasi
waktu yang akan terpakai selama berwisata.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian dalam merencanakan wisata pendukung
agrowisata ini adalah
1. mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan daya tarik objek wisata yang
terdapat di Desa Patengan
2. mengidentifikasi dan menganalisis objek wisata yang terdapat pada Desa
Patengan yang dapat dijadikan sebagai wisata pendukung Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali
3. menyusun rencana lanskap kawasan wisata pendukung Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari kegiatan penelitian perencanaan wisata pendukung
agrowisata ini adalah
1. mengetahui objek wisata yang dapat mendukung Agrowisata Perkebunan Teh
Rancabali
2. menambah nilai daya tarik Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali dan
kawasan Desa Patengan
3. menjadi referensi dalam melakukan perencanaan tata ruang Desa Patengan.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir (Gambar 1) ini dibuat berdasarkan pemikiran dalam proses
penelitian dengan melihat kondisi lanskap Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali.
Proses pengembangan tapak ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kondisi lanskap Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali yang
berpotensi menjadi objek wisata yang dapat mendukung agrowisata tersebut.
Hasil analisis ini diwujudkan dalam bentuk data tentang zonasi di kawasan
tersebut. Kemudian dengan melakukan penyesuaian atas data yang diperoleh di
lapang, dapat dihasilkan sebuah landscape plan yaitu peta rencana lanskap wisata
pendukung Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali dan rencana wisata yang
merupakan produk dari penelitian ini.

3

Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali di Kecamatan Rancabali, Desa
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Patengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Kondisi Lanskap Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali
Desa Patengan

Kondisi Fisik
Desa Patengan

Potensi Objek dan
Daya Tarik Wisata
(ODTW)

- Kemiringan Lahan
- Jenis Tanah
- Curah Hujan

- Daya Tarik
- Aksesibilitas
- Akomodasi
- Sosial dan
Ekonomi
- Sarana dan
Prasarana
Penunjang

Analisis Kesesuaian
Lahan

Analisis Daya Tarik
ODTW

Preferensi dan
Aksepitibilitas
Masyarakat

- Pendapat dari ahli
dan Pemuka Adat
- Rencana
Pengembangan
Pemerintah Daerah

Analisis Preferensi
dan Akseptibilitas

Zona wisata
Konsep wisata
pendukung

Aspek Legal
Zona Wisata Pendukung

Aktivitas dan Rencana wisata

Rencana Lanskap Wisata Pendukung
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Wisata
Pengertian Wisata
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan
manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat
tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat
tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk
mencari nafkah tetap (Nurisjah 2008). Yoeti (1997) menjelaskan bahwa atraksi
wisata dan objek wisata berbeda, karena atraksi wisata itu dapat dilihat atau
disaksikan melalui suatu pertunjukan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan
dan diselenggarakan khusus untuk para wisatawan. Sedangkan objek wisata dapat
dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu.
Objek dan Atraksi Wisata
Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi daya tarik dan memberikan
kepuasan tertentu pada wisatawan. Objek wisata juga dapat berupa sebuah
kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat sehari-hari, tarian, karnaval dan lain-lain.
Objek wisata bersifat statis, yakni tempat penjualannya di tempat, tidak bisa
dibawa pergi. Oleh karena itu, supaya orang dapat menikmati sebuah objek
wisata, orang tersebut harus aktif menghampiri atau mendekati. Seingkali
wisatawan harus melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya menuju lokasi
objek wisata untuk dapat menikmatinya (Wardiyanta 2006). Menurut Damanik
(2006) atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik bersifat tangible maupun
intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan.
Potensi Wisata
Menurut Damanik (2006) potensi wisata adalah semua objek (alam,
budaya dan buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat
memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan karena memiliki peluang untuk
dijadikan sebagai daya tarik wisata. Menurut Raharjana (2009) ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan berkenaan dengan daya tarik dari suatu objek
wisata. Aspek-aspek ini merupakan sisi objek yang dapat dikatakan menarik.
Beberapa diantaranya adalah :
a) Keunikan
Suatu objek dikatakan memiliki keunikan, kekhasan atau keanehan karena
objek ini sulit didapatkan kesamaannya atau tidak ada dalam objek - objek
lainnya. Aspek keunikan ini seringkali terkait dengan sejarah dari objek itu
sendiri, baik sejarah dalam arti yang sebenarnya ataupun sejarah yang berbau
mitologi. Oleh karena itu dalam mengidentifikasi objek-objek wisata, aspek
keunikan perlu diperhatikan karena dapat menjadi daya tarik yang kuat bagi
wisatawan.
b) Estetika
Aspek keindahan ini sangat diperhatikan dalam proses pengembangan
suatu objek wisata. Suatu objek yang tidak unik dapat dikatakan menarik bagi
wisatawan karena memiliki nilai estetika atau keindahan. Jika keindahan ini
menonjol, maka keindahan tersebut kemudian menyatu dengan keunikan dan
membuat objek tersebut semakin menarik.

5

c) Keagamaan
Suatu objek bisa menjadi sebuah objek wisata karena memiliki nilai
keagamaan yang tinggi, atau objek tersebut dipercaya sebagai objek yang bersifat
suci atau memiliki kekuatan supernatural tertentu yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Aspek keagamaan ini perlu diperhatikan ketika identifikasi
dan promosi dilakukan karena wisatawan terkadang tertarik oleh hal-hal semacam
ini.
d) Ilmiah
Suatu objek dapat dikatakan objek wisata karena memiliki nilai ilmiah
atau pengetahuan yang tinggi. Namun, nilai ilmiah yang tinggi dari suatu objek
wisata pada dasarnya merupakan bagian dari keunikannya. Aspek ilmiah ini perlu
diperhatikan dalam proses identifikasi, pengembangan, dan promosi objek wisata
tersebut karena ini merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
menarik lebih banyak wisatawan.

Perencanaan Lanskap
Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang
beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor dan
unsur penunjang atau unsur minor (Simonds 1983). Perencanaan merupakan
proses pemikiran dari suatu ide ke arah nyata dengan kegiatan perumusan
masalah dan beserta proses pengambilan keputusan. Menurut Simonds (1983)
proses perencanaan merupakan suatu alat sistematis yang digunakan untuk
menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara yang terbaik untuk
mencapai keadaan yang diharapkan tersebut dan dapat dipelajari dari observasi.
Perencanaan yang baik adalah untuk menilai setiap obyek yang ada dengan
pengamatan yang dipenuhi inspirasi, serta dengan konsep yang ada memecahkan
permasalahan yang ditemukan dengan sasaran menciptakan lingkungan hidup dan
cara hidup yang lebih baik bagi manusia.
Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang
berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang
dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang
guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional,estetik
dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam
upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Secara ringkas
dinyatakan bahwa kegiatan merencana suatu lanskap adalah suatu proses
pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah suatu bentuk lanskap atau
bentang alam nyata (Nurisjah 2008). Untuk mengembangkan suatu kawasan
menjadi kawasan pariwisata menurut Spillane (1994) ada lima unsur :
1. Attractions
Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah,
hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya
petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian
tersebut.
2. Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum,
telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.

6

3. Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan
komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi,
sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan.
4. Transportation
Transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang, sistem
informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, dan peta kota/objek wisata.
5. Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan
sebuah sistem pariwisata yang baik.

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian (Gambar 2) dilakukan di Desa Patengan, Kecamatan
Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang merupakan tempat Agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali berada. Penelitian ini telah dilakukan selama tiga belas
bulan mulai dari bulan Februari 2014 sampai Februari 2015.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sampai tahap perencanaan dan dibatasi pada
kondisi biofisik dan sosial budaya Desa Patengan yang berguna untuk mendukung
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali.

7

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah peta fisik dan biofisik,
data sosial, budaya dan sejarah, data aksesibilitas serta data objek wisata. Alat
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, kamera digital, GPS dan software seperti
Micrsoft Office, Corel Draw, Auto CAD dan yang dapat digunakan selama proses
penelitian.
Pendekatan Perencanaan Lanskap
Proses perencanaan lanskap ini menggunakan pendekatan biofisik dan
pendekatan sosial budaya. Pendekatan biofisik terkait dengan kondisi biofisik
pada Desa Patengan tempat Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali berada.
Pendekatan sosial budaya terkait dengan kondisi masyarakat seperti pola
kehidupan, mata pencaharian dan budaya masyarakat. Perencanaan lanskap
dilakukan mengenai potensi wisata pendukung yang berada di Desa Patengan.
Tahapan Perencanaan Lanskap
Tahap yang dilakukan dalam penelitian mengacu pada metode Gold
(1980) yang telah dimodofikasi. Tahapan penelitian ini (Tabel 1) dimulai dari
persiapan penelitian, pengambilan data, pengolahan data, perencanaan lanskap,
dan penyusunan laporan.

Tahapan
Persiapan
Inventarisasi
Analisis
Sintesis
Perencanaan Lanskap


Tabel 1 Tahapan penelitian
Kegiatan
Pengumpulan informasi tapak, penyampaian tujuan
penelitian dan usulan penelitian
Pengumpulan data primer dan data sekunder serta turun
langsung ke tapak
Menganalisis data fisik dan biofisik, data sosial budaya
dan data aspek wisata
Membuat rencana blok dan zonasi wisata pendukung
Merencana lanskap wisata pendukung agrowisata
Perkebunan Teh Rancabali

Persiapan Penelitian
Tahap awal melakukan penelitian dimulai dari tahap persiapan seperti,
mengajukan usulan melakukan penelitian, penyampaian tujuan, konsep dasar dan
metode yang akan digunakan serta meminta perijinan untuk melakukan penelitian.
Setelah tahap persiapan dilakukan maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pengumpulan data.
1. Inventarisasi
Mencari data dengan melakukan kegiatan survei langsung menuju lokasi
penelitian atau wawancara untuk mengetahui kondisi tapak penelitian ini
dilakukan. Ada pula dengan mencari data sekunder seperti, mencari di data di
media massa atau elektronik (internet) dan dapat pula dengan melakukan studi

8

pusataka dan mencari di sumber lainnya. Jenis, sumber dan cara pengambilan data
yang dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Jenis, sumber dan cara pengambilan data
No
Jenis Data
Sumber Data
Cara Pengambilan
A. Data Fisik dan Biofisik Lanskap Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali di Desa
Patengan
1 Luas, letak dan batasan
Tapak,BAPPEDA Survei lapang, studi pustaka
2 Iklim dan vegetasi
Tapak,BAPPEDA Survei lapang, studi pustaka
3 Topografi dan Tata guna
Tapak,BAPPEDA Survei lapang, studi pustaka
lahan
B. Data Sosial dan Budaya Masyarakat Area Agrowisata Perkebunan Teh
Rancabali di Desa Patengan
1 Persepsi masyarakat
Tapak
Survei lapang, wawancara,
studi pustaka
2 Pola kehidupan dan budaya
Tapak
Survei lapang, wawancara,
masyarakat
studi pustaka
3 Sejarah
Tapak
Survei lapang, wawancara,
studi pustaka
C. Data Wisata
1 Aksesibilitas
Tapak, Dishub
Survei lapang, studi pustaka
2 Atraksi wisata
Tapak
Survei lapang, wawancara,
studi pustaka
3 Pengelola
Tapak, Pemda
Survei lapang, wawancara,
studi pustaka

2. Analisis
Tahap analisis ini dilakukan untuk memenuhi tujuan identifikasi
karakteristik tapak dan analisis tapak dalam melakukan pengembangan lanskap
wisata pendukung Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, Bandung. Analisis ini
dilakukan dalam beberapa metode, yaitu analisis deskriptif, kuantitatif, spasial
kuantitatif dan analisis konten, dengan menggunakan aspek-aspek pengembangan
lanskap wisata pendukung area Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, Bandung.
a. Analisis Kepekaan Fisik Erosi
Analisis kepekaan fisik erosi dilakukan untuk mengetahui kawasan dengan
fisik erosi tinggi, sedang dan rendah. Data kemiringan lahan, jenis tanah dan
intensitas curah hujan digunakan untuk mengetahui kawasan yang memiliki
kepekaan fisik erosi, dan kawasan dengan kepekaan fisik erosi relatif rendah akan
dikembangkan sebagai kawasan wisata. Analisis aspek fisik kawasan dilakukan
secara spasial kuantitatif, yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap
indikator-indikator yang mengacu pada S.K. Menteri Pertanian No. :
837/Kpts/Um/11/1980. Setelah mengetahui nilai masing-masing indikator
selanjutnya akan dilakukan perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai masingmasing aspek yang dijelaskan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. Setelah
melakukan penilaian pada aspek kemiringan lahan, jenis tanah dan intensitas
curah hujan selanjutnya dilakukan pengelompokan nilai-nilai setiap zona kedalam
interval kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) - Skor Minimum (SMi)
Jumlah Kategori

9

Tinggi = SMi + 2IK + 1 sampai SMa
Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK)
Rendah = SMi sampai (SMi +IK)
Tabel 3 Klasifikasi dan nilai skor menurut kemiringan lahan
KEMIRINGAN LAHAN (%)
0-8
8 - 15
15 - 25
25 - 45
> 45

SIFAT
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam

SKOR
20
40
60
80
100

Sumber : S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980.

Tabel 4 Klasifikasi dan nilai skor menurut jenis tanah
JENIS TANAH
Alluvial, literita air tanah
Latosol
Brown forest soil, mediteran
Andosol, podsolik, podsol, laterit
Regosol, litosol, organosol, renzina

KETERANGAN
Tidak Peka
Agak Peka
Kurang Peka
Peka
Sangat Peka

SKOR
15
30
45
60
75

Sumber : S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980.

Tabel 5 Klasifikasi dan nilai skor menurut intensitas curah hujan
INTENSITAS CURAH HUJAN
(mm/hari)
0 - 13.6
13.6 - 20.7
20.7 - 27.7
27.7 - 34.8
> 34.8

SIFAT

SKOR

Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

10
20
30
40
50

Sumber : S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980.

b. Analisis Daya Tarik ODTW (Objek Daya Tarik Wisata)
Analisis daya tarik ODTW dilakukan untuk mengetahui adanya potensi
dari objek wisata yang berada diluar Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali.
Penentuan potensi objek wisata ini mengacu pada indikator penilaian yang telah
disusun berdasarkan Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata (Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata 2007) dengan beberapa aspek penilaian, yaitu aspek
daya tarik kawasan, aksesibilitas, akomodasi, kondisi sosial dan ekonomi serta
sarana dan prasarana penunjang. Penentuan potensi objek wisata dilakukan
dengan melihat kriteria-kriteria pada masing-masing aspek yang dijelaskan pada
tabel-tabel di bawah ini.
Aspek daya tarik wisata dinilai berdasarkan cara menghitung jumlah objek
dan daya tarik wisata yang terdapat pada Desa Patengan, dengan melihat keunikan
sumber daya alamnya, banyaknya potensi sumber daya alam yang menonjol,
tempat yang dapat dijadikan sebagai kegiatan wisata, faktor yang mempengaruhi
kebersihan serta melihat kenyaman dan keamanan yang terdapat pada kawasan
Desa Patengan, seperti yang terlihat pada Tabel 6.

10

Tabel 6 Kriteria aspek daya tarik wisata
No
Unsur/Sub unsur
1
Keunikan Sumber daya alam

5

Air Terjun
Flora
Fauna
Sungai
Kesenian Tradisional
Peninggalan Sejarah
Upacara Adat
Kebudayaan Masyarakat
Banyaknya potensi sumber daya alam
yang menonjol
Batuan
Flora
Fauna
Air Terjun
Gejala Alam
Spot kegiatan wisata yang dapat
dilakukan
Menikmati Keindahan Alam
Melihat Flora dan Fauna yang Ada
Memancing
Trekking
Mandi / Berenang
Penelitian dan Pendidikan
Berkemah
Perahu
Jumlah Faktor yang Mempengaruhi
Kebersihan
Industri
Jalan Ramai dan Kendaraan Bermotor
Pemukiman Penduduk
Sampah
Vandalisme
Binatang
Pencemaran Lainnya
Kenyamanan

6

Udara bersih dan Sejuk
Bebas dari bau yang mengganggu
Bebas dari Kebisingan
Pelayanan yang memuaskan
Keamanan

2

3

4

>4
30

Jumlah dan Nilai
3
2
1
Tidak ada
25 20
15
10

>4
30

3
25

2
20

1
15

Tidak ada
10

>5
30

4
25

3
20

2
15

1
10

>4
10

3
15

2
20

1
25

Tidak Ada
30

>5
30

4
25

3
20

2
15

1
10

>5
30

4
25

3
20

2
15

1
10

Tidak ada arus yang berbahaya
Tidak ada pencurian
Tidak ada perambahan liar
Tidak ada kepercayaan yang mengganggu
Tidak ada penyakit yang berbahaya
Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi (2007)

11

Aspek aksesibilitas ini dinilai berdasarkan melihat seberapa mudah
kawasan tersebut dapat ditempuh dari pusat Kabupaten Bandung, dengan melihat
kondisi jalan yang ada, jarak kawasan dari pusat Kabupaten Bandung, tipe jalan
yang ada serta waktu tempuh untuk sampai menuju kawasan tersebut ( Tabel 7).

No
1
2
3

4

Tabel 7 Kriteria aspek aksesibilitas
Unsur/Sub Unsur
Kriteria dan Nilai
Kondisi Jalan
Baik
Cukup
Sedang
30
25
20
Jarak dari Pusat
< 5 km
5-10 km
10-15 km
Kabupaten
30
25
20
Tipe Jalan
Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Batu
Lebar > 3m Lebar 2-3m
30
25
20
Waktu tempuh dari
1 jam
2-3 jam
3-4 jam
Pusat Kabupaten
30
25
20

Buruk
15
15-20 km
15
Jalan
Tanah
15
> 4 jam
15

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi (2007)

Aspek akomodasi ini dinilai berdasarkan jumlah sarana akomodasi yang
terdapat pada kawasan Desa Patengan, dengan melihat jumlah kamar serta waktu
edar kendaraan umum yang dapat menampung wisatawan selama wisatawan
melakukan kegiatan wisata di kawasan Desa Patengan. Penilaian aspek dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Kriteria aspek akomodasi
No Unsur/Sub Unsur
Kriteria dan Nilai
1
Jumlah Kamar
> 100
75-100
30-75
< 30
Tidak ada
(buah)
30
25
20
15
10
2
Waktu Edar
> 12 jam 8-12 jam 4-8 jam 1-4 jam Tidak ada
Kendaraan umum
ke Pusat
30
25
20
15
10
Kabupaten /hari
Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi (2007)

Aspek sosial dan ekonomi ini dinilai berdasarkan kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat Desa Patengan untuk pertimbangan pengembangan
masyarakat terhadap kegiatan pariwisata. Hal yang dipertimbangkan berupa
kondisi tata ruang wilayah, status lahan, mata pencaharian dan pendidikan, seperti
yang terlihat pada Tabel 9.

No
1

2

Tabel 9 Kriteria aspek sosial dan ekonomi
Unsur/Sub Unsur
Kriteria dan Nilai
Tata Ruang
Ada dan
Ada dan
Dalam proses
Wilayah Objek
Sesuai
Tidak Sesuai penyusunan
30
25
20
Status Lahan
Milik
Lahan Adat
Hutan Hak
Negara
30
25
20

Tidak
Ada
15
Tanah
Milik
15

12

No
3

4

Tabel 9 Kriteria aspek sosial dan ekonomi (lanjutan)
Unsur/Sub Unsur
Kriteria dan Nilai
Mata Pencaharian
Pemilik
Industri
Petani dan
Dominan
Lahan
Rumah
Nelayan
Tangga
30
25
20
Pendidikan
SMA
SMP
SD
Terakhir
30
25
20

Buruh
Tani
15
Tidak
Lulus SD
15

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi (2007)

Aspek sarana dan prasarana penunjang ini dinilai berdasarkan jumlah
sarana dan prasarana yang terdapat pada kawasan Desa Patengan. Hal ini
diperhatikan guna memberikan nilai kenyamanan bagi para wisatawan selama
melakukan kegiatan wisata. Kriteria dari aspek ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Kriteria aspek sarana dan prasarana penunjang
No
Unsur/Sub Unsur
Kriteria dan Nilai
1
> 4 3 2 1 Tidak Ada
Prasarana
Kantor Pos
Jaringan Telpon
Klinik
Wartel
Warnet
Jaringan Listrik
Jaringan Air Minum
Surat Kabar
2
>4 3 2 1 Tidak Ada
Sarana Penunjang
Rumah Makan
Pasar
Bank / Money Changer
Toko Cinderamata
Tempat Peribadatan
Toilet Umum
Transportasi
Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi (2007)

Setelah menentukan potensi dari tiap-tiap aspek maka akan dilakukan
analisis potensi wisata yang dilakukan dengan menjumlahkan skor dari masingmasing kriteria yang digunakan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S=NxB
dengan (S) sebagai skor, (N) sebagai nilai dan (B) sebagai bobot.
Setelah mendapatkan skor dari hasil analisis potensi wisata, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan interval skor. Hal ini dilakukan untuk
menentukan derajat perlakuan terhadap objek wisata yang telah dianalisis dan
juga menunjukan bahwa kawasan ini dapat dijadikan sebagai kawasan wisata atau

13

tidak. Penilaian interval skor ini dihitung dengan menggunakan rumus selang
sebagai berikut:
Selang = Smax - Smin
K
dengan Smax sebagai skor tertinggi, Smin sebagai skor terendah dan K sebagai
jumlah derajat. Penelitian ini menggunakan 5 derajat perlakuan, yaitu sangat baik,
baik, sedang, buruk dan sangat buruk. Dengan menggunakan rumus selang diatas
maka akan didapatkan nilai interval untuk setiap derajat perlakuan, seperti yang
terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Interval penilaian ODTW
Derajat Perlakuan
Interval
Sangat Baik
2 328 - 2 640
Baik
2 016 - 2 327
Sedang
1 704 - 2 015
Buruk
1 392 - 1 703
Sangat Buruk
1 080 - 1 391
c. Analisis Preferensi dan Akseptibilitas
Analisis preferensi dan akseptibilitas dilakukan untuk mengetahui
kebiasaan, adat dan tradisi masyarakat setempat yang dapat dimanfaatkan sebagai
atraksi wisata. Analisis ini pun bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kegiatan atau acara musiman di Desa Patengan yang dapat dijadikan sebagai
atraksi wisata atau dapat menjadi daya tarik wisata budaya kawasan, serta
mengetahui kebutuhan masyarakat setempat dalam pengembangan kawasan.
Selain itu, analisis ini digunakan untuk mengetahui pandangan masyarakat
terhadap kawasan Desa Patengan sebagai kawasan wisata. Metode yang
digunakan pada analisis ini adalah metode purposive sampling, yaitu menentukan
target atau orang yang akan diwawancarai kepada pihak-pihak yang mengetahui
atau mengerti tentang sejarah dan budaya, pariwisata dan perkembangan Desa
Patengan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut akan didapatkan informasi
tentang sejarah dan budaya serta perkembangan kondisi Desa Patengan dari dulu
hingga saat ini. Selain itu, hasil wawancara ini dapat menentukan langkah apa
yang akan dilakukan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan
pengembangan kawasan sesuai dengan konsep penilitian ini.
d. Analisis Wisata Pendukung
Pada tahap analisis ini menentukan jenis potensi Objek Daya Tarik Wisata
(ODTW) yang terdapat dalam Desa Patengan menjadi wisata pendukung terhadap
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali sebagai wisata utama. Metode penilaian
pada analisis wisata pendukung berdasarkan kriteria Inskeep (1991) dan Rosmalia
(1998) yang telah dimodifikasi, guna menentukan wisata pendukung yang cocok
dan tidak cocok untuk dikembangkan mendukung wisata utamanya. Penilaian
kriteria wisata pendukung dapat dilihat pada Tabel 12.

14

Tabel 12 Kriteria penilaian wisata pendukung
Aspek
Bobot
Kategori
Aksesibilitas
20
Dekat Jalan Utama,Kondisi Baik
Jalan Sekunder,Kondisi Buruk
Jalan Setapak,Kondisi Buruk
ODTW
30
Berkaitan Langsung dengan Agrowisata
Tidak Berkaitan Langsung dengan
Agrowisata
Tidak Berkaitan dengan Agrowisata
Letak dari Jalan
10
< 1 Km
1 - 3 Km
> 3 Km
Dampak
30
Objek Memiliki Fungsi Terhadap
Kerusakan
Lingkungan dan Sosial yang erat dengan
Terhadap
sekitarnya
Lingkungan
Objek Memiliki Fungsi Terhadap Sosial
yang erat dengan sekitarnya
Objek Tidak Memiliki Fungsi terhadap
Lingkungan dan Sosial dengan sekitarnya

Nilai
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1

Sumber: Inskeep (1991),Rosmalia (1998) dengan modifikasi

Setelah menentukan kategori tiap aspek maka akan dilakukan perhitungan
skor melalui bobot dan nilai dari masing-masing kategori yang digunakan, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
S=NxB
dengan (S) sebagai skor, (N) sebagai nilai dan (B) sebagai bobot. Skor dari setiap
aspek akan dijadikan sebagai parameter untuk objek wisata, sehingga setiap objek
wisata dapat diketahui skornya untuk mengetahui interval kelasnya.
Skor yang didapatkan dari setiap analisis, selanjutnya akan dilakukan
perhitungan interval kelas untuk mengetahui objek wisata yang dapat dijadikan
sebagai wisata pendukung. Objek wisata dengan interval kelas tinggi dapat
dijadikan sebagai wisata pendukung, sedangkan untuk objek wisata dengan
interval rendah tidak dijadikan sebagai wisata pendukung. Penjelasan skor untuk
setiap interval beserta keterangannya dapat dilihat pada Tabel 13. Rumus untuk
melakukan perhitungan interval kelas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) - Skor Minimum (SMi)
Jumlah Kategori
Tinggi = (SMi + IK) + 1 sampai SMa
Rendah = SMi sampai (SMi +IK)
Tabel 13 Interval kelas wisata pendukung
Kelas Wisata Pendukung
Interval
Keterangan
Tinggi
181 - 270
Wisata Pendukung
Rendah
90 - 180
Bukan Wisata Pendukung

15

3. Sintesis
Tahap sintesis ini merupakan tahap mencari alternatif dan pemecahan
masalah dalam menentukan solusi dari kendala dan potensi untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan tujuan pada perencanaan lanskap yaitu perencanaan
lanskap wisata pendukung. Hasil sintesis ini didapatkan dari peta komposit yang
merupakan hasil overlay setiap analisis yang telah dilakukan. Hasil sintesis secara
spasial merupakan block plan yang menjadi dasar acuan pengembangan tapak
dalam pembagian ruang (zonasi) dengan menpertimbangkan kondisi fisik Desa
Patengan dan budaya serta kebiasaan masyarakat setempat.
4. Perencanaan Lanskap
Hasil akhir sintesis yang berupa block plan dan konsep yang
dikembangkan dalam tahap perencanaan tata letak berbagai elemen pembentuk
lanskap wisata pendukung. Hasil dari perencanaan lanskap yang dilakukan pada
penelitian ini berupa rencana lanskap kawasan dan disertai perhitungan daya
dukung.
Bentuk Keluaran Penelitian
Bentuk keluaran dari penelitian ini berupa rencana lanskap wisata
pendukung Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, Desa Patengan, Kabupaten
Bandung.

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kondisi Administratif dan Geografis Tapak
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali secara administritif termasuk
dalam kawasan Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Mengacu kepada Kabupaten Bandung dalam angka tahun 2008, Desa Patengan
terletak pada 706' - 7015' LS dan 107018' - 107026' BT dengan ketinggian 1 650
mdpl dan luas wilayah sebesar 4 640.67 ha. Desa Patengan secara administratif
berbatasan dengan Kecamatan Ciwidey di sebelah utara, sedangkan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Alamendah dan Kecamatan Pasir Jambu, lalu sebelah
barat berbatasan dengan Desa Indragiri, Desa Sukaresmi dan Desa Cipelah, dan
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasir Jambu, seperti yang terlihat
pada Gambar 3. Desa Patengan memiliki dua buah daban air atau situ, yaitu Situ
Lembang dan Situ Patengan atau Patenggang.
Menurut data dari Profil Desa Patengan 2014, berdasarkan penggunaannya
Desa Patengan dibagi menjadi delapan bagian, yaitu permukiman, perkebunan,
kuburan, pekarangan, taman, perkantoran, kehutanan serta prasarana umum
lainnya. Namun, data yang didapat dari BPS Kabupaten Bandung tahun 2008,
wilayah Desa Patengan dibagi dua, yaitu lahan pertanian non sawah dan lahan non
pertanian. Luas lahan-lahan wilayah tersebut terlihat pada Tabel 14. Mengacu
pada data yang telah didapat dari Bappeda Kabupaten Bandung tahun 2008,
wilayah tata guna lahan yang terdapat pada kawasan Desa Patengan terdiri dari
tujuh tata guna lahan, yaitu hutan, semak, permukiman, pertanian, perkebunan,
tanah terbuka dan badan air, seperti terlihat pada Gambar 4.

No
1
2

Tabel 14 Luas wilayah menurut penggunaan Desa Patengan
Persentase terhadap
Wilayah
Luas (ha)
luas Desa (%)
Lahan Pertanian Non Sawah
3 944.17
85
Lahan Non-Pertanian
696.50
15
Total
4 640.67
100

Sumber: BPS Kabupaten Bandung (2008)

Kondisi Sosial Budaya
Berdasarkan data Kecamatan Rancabali dalam angka tahun 2008, jumlah
penduduk Desa Patengan sebesar 5 446 jiwa dengan jumlah laki-laki 2 710 jiwa
dan perempuan 2 736 jiwa, seperti terlihat pada Tabel 15. Sedangkan, dari segi
usia penduduk yang berdomisili di Desa Patengan terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu sebesar 64.82 persen dari jumlah penduduknya berada pada usia 15 - 64
tahun atau sebanyak 3 530 jiwa, dan 28.50 persen dari jumlah penduduknya
berusia 0 - 14 tahun atau sebanyak 1 552 jiwa dan sebesar 6.68 persen berusia
lebih dari 65 tahun atau sebanyak 364 jiwa, seperti yang tertera pada Tabel 16.

Gambar 3 Peta administratif Desa Patengan

17

18

Gambar 4 Peta tata guna lahan

19

No
1
2

Tabel 15 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Jumlah
Persentase terhadap jumlah
Jenis Kelamin
(jiwa)
penduduk Desa (%)
Laki-laki
2 710
50.24
Perempuan
2 736
49.76
Total
5 446
100

Sumber: BPS Kabupaten Bandung (2008)

No
1
2
3

Tabel 16 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase terhadap jumlah
(tahun)
(jiwa)
penduduk Desa (%)
0-14
1 552
28.50
15-64
3 530
64.82
>65
364
6.68
Total
5 446
100

Sumber: BPS Kabupaten Bandung (2008)

Kegiatan perekonomian masyarakat Desa Patengan berlangsung melalui
mata pencaharian yang digelutinya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bandung
tahun 2008, mata pencaharian masyarakat Desa Patengan sebagian besar berasal
dari sektor pertanian sebanyak 2 625 jiwa, dengan 2 580 jiwa pada bidang
perkebunan. Hal ini menunjukan bahwa adanya Agrowisata Perkebunan Teh
Rancabali menjadi sebuah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, baik
bekerja sebagai buruh, pekerja lapang ataupun pengelola.
Selain dari sektor pertanian, penduduk Desa Patengan memilih bekerja di
bidang lain, seperti bidang perdagangan dengan jumlah 115 jiwa, bidang
pemerintahan yaitu PNS sebanyak 20 jiwa dan masih banyak lainnya. Sektor
perdagangan terutama kios, rumah makan atau warung besar maupun kecil
dijadikan sebagai pekerjaan masyarakat sekitar, mengingat banyaknya objekobjek wisata yang terdapat pada Desa Patengan akan membuat minat para
wisatawan datang untuk berkunjung. Rincian jenis mata pencaharian penduduk
Desa Patengan seperti terlihat pada Tabel 17.
Kondisi Bio-Fisik
Mengacu pada data Kabupaten Bandung dalam angka tahun 2008, Desa
Patengan adalah desa yang berada di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1
650 mdpl dan menjadi desa tertinggi di Kecamatan Rancabali, Kabupaten
Bandung. Lokasi Desa Patengan yang berada di sekitar kaki gunung
mengakibatkan Desa Patengan memiliki kemiringan lahan yang beragam mulai
dari nol persen sampai lebih dari 45 persen. Rincian untuk luasan beserta
persentase kemiringan lahan Desa Patengan dapat dilihat pada Tabel 18.
Selain itu, kawasan Desa Patengan memiliki tiga jenis tanah, yaitu
alluvial, andosol dan podsolik merah kuning. Jenis tanah yang terdapat pada Desa
Patengan sebagian besar ialah jenis tanah andosol, hal ini diakibatkan lokasi Desa
Patengan yang berada dekat dengan Gunung Patuha. Rincian untuk luasan beserta
persentase dari jenis tanah dapa dilihat pada Tabel 19.

20

Tabel 17 Jenis mata pencaharian penduduk Desa Patengan
No
Mata Pencaharian
Jumlah (jiwa)
1 Sektor Pertanian
Palawija dan Hortikultura
25
Perkebunan
2 580
Peternakan
20
Perikanan
0
Kehutanan
0
2 Buruh Tani
15
3 Pertambangan dan Penggalian
0
4 Industri Pengolahan
5
5 Bangunan/Konstruksi
4
6 Perdagangan (Besar dan Eceran)
115
7 Hotel dan Restoran
0
8 Angkutan
4
9 Komunikasi (Wartel,Warnet dsb)
1
10 Jasa Pemerintahan
PNS
20
TNI/POLRI
0
11 Jasa Lainnya
5
Sumber: BPS Kabupaten Bandung (2008)

Tabel 18 Klasifikasi kemiringan lahan Desa Patengan
Kemiringan Lahan (%)
Luasan (ha)
Persentase (%)
0-8
575.14
12.39
8 - 15
807.72
17.41
15 - 25
1 059.45
22.83
25 - 45
1 423.68
30.68
> 45
774.68
16.69
Total
4 640.67
100
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bandung (2008)

Tabel 19 Klasifikasi jenis tanah Desa Patengan
Jenis Tanah
Luasan (ha)
Persentase (%)
Alluvial
394.13
8.49
Andosol
3 594.81
77.46
Podsolik Merah Kuning
651.73
14.04
Total
4 640.67
100
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bandung (2008)

Warga Desa Patengan melakukan interkasi dengan alam sekitarnya,
sehingga mengakibatkan beragamnya penggunaan lahan. Menurut data profil
Desa Patengan tahun 2014, penggunaan lahan yang ada terbagi menjadi delapan
wilayah, yaitu permukiman, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman,
perkantoran, kehutanan dan prasarana umum lainnya. Rincian untuk luas dan
persentase dari wilayah-wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

21

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel 20 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan
Wilayah
Luas (ha)
Persentase (%)
Permukiman
269.672
5.811
Perkebunan
2 310.226
49.782
Kuburan
6.840
0.147
Pekarangan
13.679
0.295
Taman
1.368
0.029
Perkantoran
20.519
0.442
Kehutanan
1 065.610
22.962
Prasarana Umum Lainnya
952.757
20.531
Total
4 640.67
100

Sumber: Profil Desa Patengan (2014)

Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi di Desa Patengan dipengaruhi oleh adanya daerah aliran
sungai (DAS). Mengacu pada data yang di dapat dari Kabupaten Bandung dalam
angka tahun 2008, Desa Patengan berada pada empat daerah aliran sungai yaitu,
DAS Cibuni, DAS Cipandak, DAS Cisadea dan DAS Citarum, sehingga Desa
Patengan memiliki banyak aliran sungai, seperti terlihat pada Gambar 5. Sumber
air yang berada di Desa Patengan sendiri berasal dari aliran-aliran sungai yang ada
dan beberapa mata air pegunungan, mengingat Desa Patengan berada pada
kawasan pegunungan. Sumber air ini digunakan masyarakat Desa Patengan untuk
kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci ataupun untuk konsumsi.
Kondisi Iklim
Kondisi iklim di Desa Patengan dilihat dari curah hujan dapat dikatakan
cukup tinggi dengan curah hujan maksimal 4 000 - 4 500 mm dan paling rendah
2 000 - 2 500 mm. Namun, mengacu kepada data Kabupaten Bandung dalam
tahun 2013, pada tahun 2011 Desa Patengan yang termasuk kedalam Kecamatan
Rancabali memiliki curah hujan yang tinggi dengan rata-rata 989 mm per tahun.
Rincian curah hujan Kecamatan Rancabali dapat dilihat pada Tabel 21 dengan
curah hujan maksimal 28 mm per harinya. Kondisi iklim seperti ini menurut
Schmidt dan Ferguson, Desa Patengan termasuk ke dalam tipe B dengan bulan
kering terjadi pada bulan Maret - Juli sedangkan bulan basah antara SeptemberJanuari. Temperatur rata-rata pada siang hari sebesar 23ºC dan malam hari sebesar
17ºC.

No
1
2

Tabel 21 Curah hujan Kecamatan Rancabali
Kecamatan Rancabali
Hari Hujan
Maksimal (mm)
Rata-rata (mm)

Sumber: KBDA (2013)

2011
11
28
2.71

22

Gambar 5 Peta aliran sungai Desa Patengan

23

Kondisi Wisata
Desa Patengan memiliki objek-objek dan atraksi wisata baik berupa alam
ataupun non-alam didalamnya. Menurut Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Bandung tahun 2013, Desa Patengan memiliki berbagai macam objekobjek dan atraksi wisata yang dapat dikunjungi dan dinikmati dan tiap tahunnya.
Objek-objek wisata yang terdapat pada kawasan Desa Patengan, antara lain
Agrowisata Perkebunan Teh Rancabali, Kolam renang Walini, Taman Wisata
Alam Cimanggu, Taman Air Rancaupas, Kawah Rengganis, Situ Patengan dan
Situ Lembang. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di objek-objek wisata
tersebut seperti tea walk, berkemah, paralayang, berenang, berperahu, camping
ground dan lain-lain. Kondisi dari objek-objek wisata yang terdapat di Desa
Patengan berbeda-beda, beberapa di antaranya berada pada kondisi yang baik
namun adapula yang tidak baik karena aksesibilitas yang buruk serta minimnya
fasilitas yang ada.
Kondisi Fasilitas
Desa Patengan kini telah berkembang setelah desa ini menjadi salah satu
tujuan wisata. Hal ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan adanya sarana
dan prasarana bagi masyarakat setempat dan juga para pendatang yang ingin
melakukan aktivitasnya, terutama wisata. Desa Patengan memiliki beberapa
fasilitas, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga, peribadatan dan
fasilitas-fasilitas lainnya, seperti terlihat pada Tabel 22. Selain itu, fasilitasfasilitas yang terdapat pada Desa Patengan bertujuan untuk memberikan nilai
kenyamanan dan keamanan bagi para masyar