Rokok terdiri dari rokok filter yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok non filter rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
1
2.3 Dampak Merokok pada Rongga Mulut
Rongga mulut adalah bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok, karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok yang utama.
Sejak beberapa tahun terakhir, pada bungkusan rokok selalu disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena
merokok, misalnya kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin.
1,5,6
Dampak merokok pada rongga mulut dapat menimbulkan smoker’s melanosis, stomatitis nikotina, kanker mulut, leukoplakia, fibrosis submukosa, dan
hairy tongue.
17
2.3.1 Smoker’s Melanosis
Smoker’s melanosis merupakan melanosis rongga mulut yang terjadi akibat pengendapan melanin dalam lapisan sel basal pada lapisan epitel mukosa mulut.
Melanosis rongga mulut adalah suatu kelainan yang bersifat reversibel, dapat hilang apabila kebiasaan merokok dihentikan. Smoker’s melanosis dapat terjadi baik pada
golongan etnis kulit hitam maupun kulit putih, dimana Smoker’s melanosis biasanya terjadi pada Ras Kaukasian yang menunjukkan prevalensi 31 pada gingiva
cekat.
15,23
Meningkatnya pigmentasi berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jenis rokok yang dihisap, lama
merokok dan cara seseorang menghisap rokok. Pigmentasi gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau.
1,15,24
Para peneliti menemukan bahwa pigmentasi melanin diakumulasi oleh macam-macam zat seperti nikotin bahan campuran polyacylic yang terkandung
dalam sebatang rokok. Nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok akan menstimulasi melanosit secara langsung untuk meproduksi melanosom dimana akan
menghasilkan peningkatan endapan pigmen melanin dengan jumlah melanin.
1,18
Gambaran klinis yang terlihat pada smoker’s melanosis menunjukkan bercak coklat difus dengan ukurannya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat
pada gingiva anterior mandibula dan mukosa pipi. Perokok pipa akan menunjukkan pigmentasi pada mukosa bukal. Pada perokok yang merokok dengan cara
ditempatkan pada rongga mulut, akan menunjukkan pigmentasi pada palatum keras. Kelainan ini tidak mempunyai simtom, perubahan yang terjadi tidak menunjukkan
keadaan prekanker.
17
Gambar 1. Smoker’s melanosis
24
2.3.2 Stomatitis Nikotina
Stomatitis nikotina merupakan salah satu kelainan pada mukosa mulut sebagai akibat kebiasaan penggunaan tembakau dalam jumlah besar dan waktu yang lama.
Prevalensi stomatitis nikotina sangat tinggi pada golongan perokok pipa dan reverse smokers.
17,25
Stomatitis nikotina merupakan lesi yang terbentuk akibat dari iritasi secara fisik dari asap rokok.
1
Menurut penelitian Ermala dan Holsti, temperatur pembakaran
tembakau pada ujung rokok adalah 650ºC 470º-812ºC. Pada ujung penapis rokok, temperatur inti batang rokok mencapai 824º-897ºC.
19
Pada waktu inhalasi, asap rokok yang memasuki ke dalam rongga mulut mencapai 190ºC.
20
Temperatur asap yang tinggi berkontak langsung dengan mukosa palatal dan dapat mengakibatkan iritasi.
Hal ini menyebabkan terjadinya inflamasi pada orifis kelenjar saliva minor pada palatum keras.
17,25
Stomatitis nikotina diawali dengan gejala kemerahan yang difus, kemudian menjadi keabuan, terlihat papula keratorik khas dengan bagian tengah yang merah
cekung dan inflamasi berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur minor yang melebar.
17
Kelainan ini sering terjadi pada palatum keras. Asap rokok yang bersifat mengiritasi akan berkontak langsung pada mukosa palatum terutama pada
daerah 23 posterior palatum keras. Menurut penelitian Reddy dan Ramulu,
perubahan pada jaringan hanya terjadi pada daerah 23 posterior palatum keras. Stomatitis nikotina tidak ditemui pada 13 anterior palatum keras dan palatum lunak.
Hal ini disebabkan karena distribusi kelenjar saliva minor pada 13 palatum lunak yang rendah.
25,26
Gambar 2. Stomatitis nikotina
26
2.3.3 Leukoplakia