Kajian Pustaka

2.1.2.6 Wacana

Istilah dari kata wacana memiliki banyak pengertian dari berbagai para ahli, akan tetapi pada konteks apa yang tengah digunakan untuk diperbincangkan.

Wacana juga mengandung disiplin ilmu berbeda-beda dari aspek politik, sosiologi, komunikasi, dan lain sebagainya.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) wacana adalah karangan berupa bacaan (karangaan). Sedangkan beberapa pakar telah menyebutkan berbagai pengertian, menutip di dalam buku Eriyanto:

Roger Fowler (1977), wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandangan kepercayaan, nilai, dan katagori yang masuk didalamnya; kepercayaan disini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Eriyanto, 2001:2).

Sehingga, dari dua pendapat pakar ahli di atas dapat dipahami bahwa wacana menjelaskan terjadinya peristiwa yang terbentuk dalam kalimat atau pernayataan yang memiliki struktur alur cerita yang bermakna. Wacana selalu mengaitkan rangkaian kalimat dengan kalimat lain. Sedangkan wujud dari wacana adalah berita, artikel, wawancara, dan lain sebagainya.

Dalam konteks penelitian ini, wacana merupakan praktik sosial (mengkonstruksi realitas) yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara peristiwa, yang diwacanakan dengan konteks sosial, budaya, dan ideologi (Kriyantono, 2006:262). Wacana merupakan hasil dari upaya wartawan atau media mengkonstruksikan realitas berdasarkan peristiwa, kejadian, keadaan dan lain sebagainya. Dalam melakukan konstruksi realitas tersebut wartawan atau media mengumpulkan data atau fakta, menyeleksi isu, membahasanya dan kemudian memuatnya sebagai wacana yang berstruktur dan bermakna. Struktur itulah yang membentuk wacana dan cara pandang tertentu.

2.1.2.7 Framing

Secara sederhana framing yaitu salah satu cara metode mengemas satu isu yang dianggap sebagai peristiwa oleh media. Asumsinya, media pada dasarnya melihat peristiwa sebagai realitas yang acak lalu dibuat secara sederhana sehingga dengan mudah dipahami. Media memang tak menentukan apa yang ada dibenak khalayak, tapi media menentukan isu-isu apa saja yang dianggap penting di benak khalayak (Armando, 2011:3). Framing berkaitan dalam pengemasaan pola cara peristiwa oleh satu individu. Dalam peristiwa tersebut realitas dilihat sebagai objek yang dibuat secara sengaja beraturan sehingga realitas dapat dilihat secara mudah memahaminya. Adapun beberapa pengertian mengenai framing menurut para ahli yaitu:

Menurut Eriyanto analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. pembingkian tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu (Eriyanto, 2002:3). Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peritiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita “Cara Melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi (Eriyanto, 2002:10-11).

Drs, Alex Sobur dalam bukunya analisis teks media suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotika, dan analisis framing mengatakan “Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media massa saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya” (Sobur, 2012:162).

Menurut Baran (2010), framing merupakan pernayataan bahwa orang menggunakan seperangkat penghargaan untuk memaknai dunia sosialnya dan media turut berkontribusi membantu proses pengharapan tersebut. Kerangka dalam teori framing, merupakan alat yang digunakan mencapai Menurut Baran (2010), framing merupakan pernayataan bahwa orang menggunakan seperangkat penghargaan untuk memaknai dunia sosialnya dan media turut berkontribusi membantu proses pengharapan tersebut. Kerangka dalam teori framing, merupakan alat yang digunakan mencapai

Melalui pendekatan framing realitas sebenarnya tidak ada, media secara aktif menyusun sedemikian rupa agar khalayak mudah memahami. Peristiwa dilihat sebagai objek yang kompleks itu berusaha disederhanakan. Menurut Pan dan Kosicki, framing dimaknai sebagai suatu startegi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak (Eriyanto, 2002:292). Dalam pandangan ini, realitas sebagai cara pandang wartawan dalam menyeleksi isu bagian mana ditonjolkan dan dihilangkan untuk menentukan frame yang diambil. Frame berhubungan dengan makna (Sobur, 2012:175). Frame tersebut sebagai pemaknaan atas adaanya isu atau peristiwa yang sedang terjadi, media sebagai jembatan memberikan secara aktif berupa fakta peristiwa yang telah dikonstruksikan kepada khalayak. Di sini media memberikan tanggapan untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Sehingga khalayak dapat memaknai peristiwa apa yang dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

Framing dapat dilihat secara proses seleksi dan penekanan suatu peristiwa atau realitas. Manusia dengan keterbatasan kemampuan otak dan memorinya. Peristiwa hanya dilihat dari sisi tertentu saja realitas yang kompleks. Dalam media, framing tersebut terjadi ketika wartawan hanya memilih sisi tertentu dari suatu peristiwa. Karena berbagai penyebab (bisa karena keterbatasan waktu, kepentingan, bahkan ideologi), peristiwa yang kompleks dipilih dari sisi dan sudut tertentu. Lalu fakta yang telah dipilih tersebut ditekankan (lewat kata, Framing dapat dilihat secara proses seleksi dan penekanan suatu peristiwa atau realitas. Manusia dengan keterbatasan kemampuan otak dan memorinya. Peristiwa hanya dilihat dari sisi tertentu saja realitas yang kompleks. Dalam media, framing tersebut terjadi ketika wartawan hanya memilih sisi tertentu dari suatu peristiwa. Karena berbagai penyebab (bisa karena keterbatasan waktu, kepentingan, bahkan ideologi), peristiwa yang kompleks dipilih dari sisi dan sudut tertentu. Lalu fakta yang telah dipilih tersebut ditekankan (lewat kata,

Realitas

Peristiwa Pemilihan

Seleksi dan

penulisan fakta

Sumber: Interview Eriyanto

Gambar 2.1 SKEMA FRAMING

Pendekatan framing, pemilihan fakta dan penonjolan fakta merupakan bagian yang ditekankan oleh wartawan. Framing berusaha untuk menggambarkan satu isu atau peristiwa, lalu dibingkai sedemikian rupa menjadi suatu gambar yang dapat diceritakan. Namun perisitwa yang sama akan berbeda diberitakan oleh media, karena media memiliki cara pandang yang berbeda / frame yang berbeda dalam menceritakan peristiwa tersebut. Semua itu merupakan media dalam membingkai suatu peristiwa yang terjadi menjadi sebuah konstruksi realitas media, artinya media bisa sesuka hati memlih berita apa saja yang diinginkan atau tidak untuk ditonjolkan.

Penelitian framing dan skema bagain dari efek media, secara umum framing dibagi menjadi dua yaitu frame media dan frame individual (Eriyanto, 2002:330). Frame media yaitu teks berita sebagai hasil akhir dari konstruksi yang sudah dibingkai sedemikian atau yang teks berita yang telah dibungkus. Sedangkan frame individual adalah bagaimana orang atau individu, terutama jurnalis, mengkonstruksi suatu peristiwa, dalam konstruksi patut dipertanyakan si pembuat berita tersebut (wawancara). Karena yang diteliti itu bukan lagi teksnya, melainkan individunya.

2.1.2.8 Analisis Framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki

Model framing yang yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication (Eriyanto, 2002:289). Menurut Pan dan Kosicki, Framing yaitu proses membuat pesan lebih menojol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Pemaknaan teks lebih diutamakan sehingga Framing yang digunakan untuk melihat upaya media dalam mengemas berita. Model ini memiliki asumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. “Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertertentu) kedalam teks secara keseluruhan” (Eriyanto, 2002:293). Menurut Pan dan Kosicki, analisis framing Model framing yang yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication (Eriyanto, 2002:289). Menurut Pan dan Kosicki, Framing yaitu proses membuat pesan lebih menojol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Pemaknaan teks lebih diutamakan sehingga Framing yang digunakan untuk melihat upaya media dalam mengemas berita. Model ini memiliki asumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. “Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertertentu) kedalam teks secara keseluruhan” (Eriyanto, 2002:293). Menurut Pan dan Kosicki, analisis framing

Dalam tulisanya tersebut, Pan dan Kosicki tidak membatasi analisisnya semata –mata pada isi media an sich. Media dipandang, di sini, sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media dapat membetuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalayak, dan bagaimana partisipan politik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas perstiwa untuk disediakan kepada publik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan pemaknaan yang berbeda atas isu/peristiwa (Eriyanto, 2002:290).

Dalam pendekatan framing model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki ada empat elemen sebagai sturktur besar yaitu yang pertama, Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menghubungkan menyusun persitiwa pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas perisitiwa ke dalam bentuk susunan berita.

1. Sintaksis berita sebagai (Lead yang dipakai, latar headline, kutipan yang diambil, sumber, pernyataan, dan penutup). Pada intinya wartawan menyusun berita berdasarkan apa yang dilihat sebagai peristiwa yang dilihatnya.

 Lead adalah paragraf pembuka dari suatu berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Sturktur ini tergantung pada ideologi terhadap peristiwa.

 Headline adalah berita yang menyajikan topik utama oleh

media.

 Latar informasi adalah memihak atau menetang fakta berita, biasanya ditunjukan dengan sebuah kutipan.

 Penutup adalah apakah ada solusi atau tidak dalam sebuah

berita.

2. Skrip, bagaimana wartawan mengisahkan dan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Pada dasarnya cara wartawan menceritakan atau mengisahkan peristiwa lalu dikemas dalam bentuk berita. Bentuk umum dari skrip adalah berhubungan dengan pola 5W+1H (Who, What, When, Why, dan How) berikut penjelasannya:

 What : Objek penelitian berita.

 When

: Kapan terjadinya.

 Who

: Siapa pelakunya.

 Why

: Kenapa bisa terjadi.

 How : Kronologis pemberitaan.

3. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau dihubungkan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruahan. Dalam sturktur ini tata cara wartawan dalam menuliskan berita secara dalam. Tema-tema yang diangkat oleh wartawan dalam sebuah cerita.

 Koherensi : Pertalian atau jalinan kata.

 Proposisi : Sebab akibat, penjelasan, dan

pembeda.

4. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu dalam berita. Struktur ini bagaimana wartawan melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar. Ada beberapa struktur retoris, diantaranya:

a. Leksikon

Pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai tidak semata- mata hanya karena kebetulan, tetapi secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Pemakaian kata- kata tersebut seringkali diiringi dengan penggunaan label-label tertentu. (Eriyanto, 2002:305)

b. Grafis

Dalam teks berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf cetak tebal, huruf miring, huruf besar, pemakaian garis bawah, pemberian warna, foto, pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tabel atau efek lain untuk mendukung arti penting suatu pesan. (Eriyanto, 2002 :306)

c. Metafora

Merupakan suatu kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alas an pembenar atas pendapat/gagasan tertentu kepada public (Eriyanto, 2001:259).

d. Pengandaian

Pengandaian adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khlayak. Elemen pengandaian merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir memberi pertanyaan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan (Sobur, 2012:79)

Pendekatan framing model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Tabel 2.2

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI STRUKTUR

PERANGKAT FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

1. Skema berita

Headline, Lead, latar informasi, kutipan,

Cara wartawan sumber, pernyataan, menyusun fakta

penutup

SKRIP

2. Kelengkapan berita

5W+1H

Cara wartawan mengisahkan fakta

TEAMTIK

3. Detail

Paragraf, proposisi

4. Maksud kalimat,

Cara wartawan

hubungan

menulis fakta

5. Nominalisasi antarkalimat

6. Kohernsi

7. Bentuk kalimat

8. Kata ganti

RETORIS

9. Leksikon

Kata, idiom, gambar/foto,

10. Grafis

grafik

Cara wartawan

11. Metafora

menekankan fakta

12. Pengadaian

Sumber: Sobur, 2012:176

Konsep Pan dan Kosicki, keempat struktur tersebut merupakan framing media untuk bagaimana cara wartawan menyusun berita, mengisahkan peristiwa, menuliskan suatu peristiwa dan menekankan makna atas peristiwa. Dari sini terlihat wartawan membuat berita secara berstuktur agar pembaca memahami dan mengerti dalam sebuah berita mengartikannya sebagai kebenaran.

Analisis framing Pan dan Kosicki termaksud dikatagorikan elemen framing besar yaitu:

1. Makrostruktural merupakan level framing ini dapat kita lihat dalam tingkat wacana.

2. Mikrostruktural merupakan peristiwa mana yang ditonjiolkan dan bagian mana yang dilupakan / dikecilkan (pemilihan angel, fakta, narasumber, dan lain sebagainya.

3. Retoris merupakan penekanan fakta, bagaimana media cara media menekankan fakta (Eriyanto, 2002:328).

Dengan menggunakan teori framing Pan dan Kosicki ini dapat menganalisis berita terkait wacana pembubaran ormas FPI secara detail hingga tataran idelogi media serta dapat mengetahui apa saja kah faktor framing dalam media tersebut.