Non Konvensional
4.3.2 Non Konvensional
Teater non konvensional memiliki kemungkinan yang sangat terbuka bagi pengembangan artistik dan sudut pandang. Eksperimentasi sangat dimungkinkan. Pencobaan model penyajian, bentuk pemanggungan, laku lakon sampai bentuk dan gaya akting dapat dikerjakan. Akan tetapi, semua harus disikapi dengan kreativitas artistik yang positif. Di bawah ini beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh sutradara yang hendak menyajikan pementasan teater non konvensional.
• Memahami dasar-dasar penciptaan teater. Dasar penciptaan teater baik secara teori dan praktik harus dikuasai oleh sutradara. Dasar penciptaan selanjutnya dapat dijadikan pijakan untuk melahirkan kreasi artistik yang baru. Pengetahuan yang perlu dipahami oleh sutradara adalah sejarah teater sampai munculnya kreasi-kreasi penciptaan dalam teater. Hal ini penting karena kreativitas teater bisa dilahirkan dari berbagai rangsang dan imajinasi. Proses kreatif seniman terkadang melahirkan kehendak kreatif bagi seniman yang lain. Oleh karena itu, mempelajari proses penciptaan teater dari para tokoh teater adalah wajib. Banyak pekerja teater pemula yang merasa telah melahirkan gagasan kreatif baru dan memplubikasikan karya tersebut secara luas, tetapi ketika ditelaah lebih teliti karya yang dikerjakannya adalah pengulangan dari karya yang pernah dikerjakan oleh seniman sebelumnya. Keadaan ini sering terjadi karena faktor distribusi informasi yang tidak baik dan sang pelaku tidak mau meningkatkan pengetahuannya.
• Kreatif. Sifat kreatif harus dimiliki oleh sutradara. Tawaran- tawaran kreatif harus mampu dilahirkan jika ingin menyajikan bentuk pementasan yang baru dan menarik perhatian.
• Inovatif. Jiwa inovasi atau mampu menciptakan yang belum ada dan mengembangkan yang sudah ada wajib dimiliki.
Melihat persoalan dari berbagai sudut pandang adalah cara yang paling mudah untuk menjelaskan proses inovasi. Dengan melihat persoalan dari beragam sudut pandang, maka peluang-peluang kreasi yang belum tersentuh dapat digali. Stanislawsky melakukan inovasi hebat dalam hal metode pemeranan demi mencapai tujuan artistik gaya realisme. Grotowski melalui berbagai usahanya menyajikan pertunjukan dalam bentuk panggung yang kreatif dan provokatif sehingga menarik minat penonton. Inovasi terbuka lebar bagi yang mau membuka pikiran.
• Merancang dan menjelaskan konsep pertunjukan secara menyeluruh. Gagasan dasar yang dimiliki harus dijelaskan dalam sebuah konsep sehingga semua yang terlibat di dalamnya memahami. Dalam rancangan konsep, semua pertanyaan yang timbul harus bisa dijawab. Misalnya, dalam sebuah pertunjukan, sutradara menghendaki semua pemainnya melakukan gaya akrobatik dalam berakting, maka segala hal yang melatari lahirnya gagasan tersebut serta tujuan dari pentas itu harus dijelaskan dengan jelas. Apa yang akan dicapai oleh sutradara secara artsitik, apa yang akan ditawarkan kepada penonton melalui bentuk pertunjukan tersebut. Semua harus mampu dijelaskan sutradara sehingga karya yang dihasilkan memiliki konsep yang kuat dan tidak hanya sekedar lain dari yang lain.
• Mewujudkan konsep melalui aktor dan seluruh unsur pendukung. Setelah menjelaskan dalam tataran wacana, sutradara harus mampu mewujudkannya melalui para aktor dan unsur pendukung artistik yang lain. Misalnya, untuk memenuhi tuntutan aksi akrobatik, sutradara memanggil pelatih sirkus dan melatih para aktor melakukan berbagai jenis akrobat. Tata panggung dibuat sedemikian rupa sehingga mendukung aksi akrobat yang dilakukan. Tata busana pun harus dirancang dengan baik agar tidak mengganggu aksi yang dilakukan. Semua unsur harus mendapatkan perhatian, termasuk penataan adegan, pola dialog, blocking, ilustrasi musik, dan lain sebagainya. Semuanya harus diatur, diarahkan, dan dijalin dengan memperhatikan harmonisasi. Banyak pertunjukan yang mencoba menawarkan sesuatu yang baru, tetapi masih bersifat tambal sulam dan unsur- unsurnya tidak menyatu.