ISLAM PROGRESIF

ISLAM PROGRESIF

Cordova, dan lain-lain. Namun setelah Hukum perkawinan dalam Islam, penguasa Valensia, A ḥmad bin Rasyīd, merupakan suatu hal yang sangat penting.

meninggal dunia, pengaruh Ibn Ḥazm mulai Secara gambaran umum, hukum perkawinan melemah. 58 merupakan hak yang diberikan Allah kepada

Masyarakat Andalusia terdiri dari mukallaf, namun hal itu berimplikasi pada berbagai unsur dan masing-masing memiliki status hukum taklifi yang dibebankan kepada ciri dan aliran tertentu. Di Andalusia terdapat mukallaf. Dalam pasal 1 Undang-undang No.1 orang Arab yang murni kearabannya yang tahun 1974, perkawinan didefenisikan: “Ikatan memengaruhi peradaban Andalusia. Terdapat lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai pula bangsa Barbar yang bertabiat kasar, di suami istri dengan bertujuan membentuk keluarga samping penduduk asli yang sudah beragama (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Islam. Penduduk asli Spanyol dikenal dengan

keTuhanan Yang Maha Esa. 61 Dalam pasal 2, sebutan bangsa ‘ajam terklasifikasi menjadi KHI (Kompilasi Hukum Islam): perkawinan

beberapa golongan, pertama, Musallamāt, yaitu menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu penduduk asli Spanyol yang telah memeluk akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan Islam, kedua, Muwalladīn, yaitu yang merupakan untuk

perintah Allah, dan keturunan Musalamat yang lahir dari

menaati

melaksanakannya merupakan ibadah. 62 perkawinan campuran dengan imigran Arab,

59 Al- Ṭāhir Makkī, Dirāsāt ‘an Ibn Ḥazm, (t.tp.: 58 Ibn Ḥazm juga mempunyai beberapa murid Maktabah Wahabiyyah, 1397 H), 13-21. setia yang menyebarkan pendapat-pendapatnya, di

60 TM. Hasbi as-Siddieqy, Pokok-Pokok antara mereka adalah, Abū Abdillāh al-Ḥumaidī, Syuraih

Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, bin Mu ḥammad bin Syuraih al-Muqbirī, Abū Rafi’, Abū

Us āmah Ya’qub, Abū Sulaimān al-Mus’īb, Abū Muḥammad 61 Undang-Undang RI No.1 Tahun 1974, bin al-Maqribi. Lihat, Mu ḥammad Abū Zahrah, Tārīkh al-

(Surabaya: Kesindo Utama, 2010), 1-2. Madzāhib al-Islāmiyyah, (kairo: Maṭba’ah al-Madānī, t.t),

62 Kompilasi Hukum Islam, (Surabaya: Kesindo 434.

Utama, 2010), 196.

Perkawinan dalam UU No.1/1974 diubah dengan menggantikannya dengan didasarkan pada prinsip Ketuhanan Yang pemahaman yang inklusif. Pemahaman Maha Esa. Landasan Ketuhanan Yang Maha keagamaan seperti itu memiliki landasan na ṣ Esa bagi kalangan Islam Progresif mempunyai (QS. 21: 25) dan (QS. 21: 92), dari ayat di atas, konsep yang cukup untuk membangun visi maka

mengajarkan paham masyarakat tentang paham kemajemukan kemajemukan keagamaan. Ajaran itu tidak agama. Mereka hendak mengukuhkan konsep perlu diartikan sebagai secara langsung pluralisme agama itu dari tinjauan doktrin agama, pengakuan akan kebenaran semua agama perspektif sosio-historis, dan dari sudut

Alquran

dalam bentuknya yang nyata dalam sehari-hari, kepentingan nasional. Hubungan Islam dengan akan tetapi dapat ditafsirkan sebagai suatu pluralisme memiliki dasar yang kuat.

harapan kepada semua agama yang ada, yaitu Dasar

pertimbanganya, menurut karena semua agama menganut prinsip yang Nurcholis Madjid hal berangkat dari semangat sama, keharusan manusia untuk berserah diri humanitas dan universalitas Islam. Yang dimaksud kepada Yang Maha Esa akan secara berangsur- humanitas adalah Islam merupakan agama

angsur menemukan kebenaran asalnya. 64 kemanusiaan (fitrah) atau dengan kata lain cita-

Selanjutnya, Kemunculan Counter Legal cita Islam sejalan dengan cita-cita manusia Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) pada umumnya. Dan misi Nabi Mu ḥammad memberikan

defenisi perkawinan adalah untuk mewujudkan (Ra ḥmatan lil sebagai: ”perkawinan adalah akad yang sangat kuat ` Ālamīn) rahmat bagi alam, jadi bukan semata- (mitsaqan ghalidzah) yang dilakukan secara sadar mata untuk menguntungkan komunitas Islam oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk saja. Sedangkan pengertian universalitas Islam membentuk keluarga yang pelaksanaannya dapat dilacak dari term al- Islām yang berarti didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua

sikap pasrah pada Tuhan. Dengan pengertian 65 belah pihak”. Hal ini untuk mengkritisi KHI itu, semua agama yang benar pasti bersifat al- yang menganggap perkawinan itu adalah

Islām. Tafsir al-Islām seperti ini bermuara pada ibadah. konsep kesatuan kenabian dan kerasulan, yang

Dalam Islam, konsep ‘ ibādah bermakna kemudian dalam urutannya membawa kepada sangat luas. Segala macam perbuatan jika konsep kesatuan umat yang beriman. 63 dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah, Pandangan kesatuan agama dan maka bernilai ibadah. Artinya aktifitas apapun kesatuan umat itu melahirkan semangat jika diniatkan untuk mendapat ridha Allah, keimanan yang inklusif, yaitu keyakinan maka akan bernilai ibadah; makan, minum, kebenaran agama yang terbuka. Bukan membantu orang lain, apalagi dengan sebaliknya, sikap eksklusifistik menganggap perkawinan.

Sedangkan CLD-KHI, bahwa penyebaran agama yang efektif jika perkawinan

didasarkan kerelaan dan dilaksanakan dengan cara meneriakkan: kesepakatan kedua belah pihak, yang sama agamanya adalah salah satu-satunya yang benar sekali tidak menyebutkan adanya aspek nilai dengan menggunggulkannya sedemikian rupa, ketuhanan atau sesuai dengan aturan Allah. sementara agama lain dicerca atau paling tidak

Dasar pertimbangannya adalah kerelaan direndahkannya. Pandangan eksklusif demikian dan kesepakatan kedua belah pihak yang ada menurut kalangan Islam progresif perlu segera

64 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan 63 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan

Peradaban,..., 184.

Peradaban, sebuah telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, 65 Siti Musdah Mulia, Perempuan dan Hukum: Kemanusiaan dan Kemoderenan, (Jakarta: Paramadina,

Menuju Hukum yang ber-perspektif Kesetaraan dan Keadilan, 1992), 181.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 151.

pada transaksi mu’āmalah, seperti, jual beli, tidak dapat halangan untuk mengekspresikan sewa menyewa dan lain sebagainya, artinya cita-citanya. Musyawarah adalah bentuk atau dalam perkawinan tidak mengandung unsur cara

kebebasan dan ibadah. Dihapuskannya niat ibadah dan memperjuangkan keadilan itu lewat jalur perintah Allah dalam konteks perkawinan 67 permusyawaratan. Karena nilai-nilai pokok

memelihara

adalah karena didasarkan kata ibadah dan dalam demokrasi itulah memiliki kesamaan perintah Allah telah mengalami distorsi arti, yang kuat dengan misi agama, sebab agama yakni dipahami secara sempit sebagai pada dasarnya adalah juga untuk menegaskan kewajiban agama dan dianggap berdosa jika keadilan bagi kesejahteraan rakyat. tidak kawin. Akibatnya tidak sedikit

Maka pada kesimpulannya bahwa perempuan dengan terpaksa kawin agar tidak manusia berhak atas dirinya untuk menikah distigma berdosa atau sekedar agar lepas dari atau tidak. Hak setiap dewasa laki-laki maupun kewajibannya pada Allah atau untuk berbakti perempuan yang telah memenuhi persyaratan, kepada orang tua, meskipun sesungguhnya dia bukan suatu kewajiban. Hak menikah/ tidak menginginkan perkawinan tersebut. berkeluarga atau berketurunan adalah hak asasi Pemahaman tersebut menimbulkan akibat manusia yang tidak boleh dikurangi buruk pada si perempuan, salah satu di (nonderegable). Juga ditegaskan perkawinan antaranya membuat perempuan sulit mengelak adalah sebagai transaksi sosial dan akad yang jika orang tua atau keluarga akan

melibatkan dua pihak yang setara antara laki- mengawinkan mereka. 66 laki dan perempuan.

Bagi kalangan Islam progresif, hak manusia untuk memilih jalan hidupnya terkandung HUKUM KELUARGA: IJTIHAD IBN