4 Pola Penanggulan Kemiskinan
Gambar 2.4 Pola Penanggulan Kemiskinan
Sapu Lidi
TKPK Tk Kota, Kec, Kel Pokja Perumahan Ka. UPT-KB, PLKB, PPKBD, Sub PPKBD
Tinggi Institusi Masyarakat
LKM
CSR Donor
Pendekatan TRIBINA
1. Bina Manusia
2. Bina Lingkungan
3. Bina Usaha
Outcome
1. Rumah layak Huni lengkap degan sarana prasarananya
2. Peningkatan kualitas lingkungan
3. Sertifikasi tanah
4. Pemberian keterampilan dan kemudahan pendidikan
5. Pemberian gizi bagi balita dan ibu Hamil
6. Penguatan kelembagaan
7. Pemberdayaan lembaga keuangan
8. Peningkatan pendapatan masyarakat
Output
1. Meningkatnya HDI/ IPM
2. Menurunnya Angka Kemiskinan
3. Naiknya income Generating MBR sebesar 35,33%
KK Miskin
Lahan Sendiri
Tidak Punya Lahan
WC Umum
Rusunawa
Transmigrasi
Rumah Sosial
Pemugaran/Pemba
ngunan per cluster rumah tidak Layak
Huni
BLK (Organisasi/wadah penanggulangan Kemiskinan )
KPRS
Bumirejo Pengembang
PNS atau Masyarakat
bukan KK miskin
Sasaran
Pelaku
KK miskin
Pembiayaan Mikro Perumahan
Kredit Mikro
LKM terseleksi
Produktif yang mempunyai usaha
Rumah Swadaya
Bunga 6%
(Koperasi, BKM,
per Thn Mikro Kecil (UMK) BMT, dsb)
Menpera
atau MBR
Penanggulangan
Sasaran
Kemiskinan dimulai
Rusunawa dari Perumahan
KK miskin Produktif
Pengembang
yang tidak
(APBN DPU)
LKM Terseleksi
mempunyai rumah atau tanah
APBD Pelaku Provinsi
1. Kelurahan KK miskin tidak
Kota Pekalongan
4. PKK
P2KP (DPU)
Gambar 2.5 Skema Pola Pembiayaan Mikro
KUBE (DEPSOS)
Perumahan
40
commit to user
1. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing – masing menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (approach), pemberian angka (rating), dan penilaian (assesment), kata – kata yang menyatakan untuk menganalisis suatu hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Evaluasi berkenaan dengan produk informasi mengenai nilai atau manfaat suatu hasil kebijakan. Ketika hasil suatu kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran (Dunn, 2000).
Sebagaimana disampaikan oleh Subarsono (2006), penelitian evaluasi mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan metodologi ilmiah sehingga dapat dihasilkan data yang akurat dan obyektif.
Pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah kegiatan atau proses akhir dari tahapan implementasi suatu program/kebijakan untuk mengetahui manfaat ataupun nilai yang didapatkan dari penerapan tujuan dan sasaran dari program/kebijakan tersebut, sehingga dapat dilihat sejauh mana keberhasilan implementasi program yang dirasakan oleh masyarakat penerima program.
2. Hakekat Evaluasi Program
Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang dikemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakn realisasi atau implementasi
commit to user
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Menurut Isaac dan Michael (1984), sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut mereka, ada tiga tahap rangkaian evaluasi program, yaitu : (1) menyatakan pertanyaan secara menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang relevan dengan penelitian, dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, maka evaluasi program sebagaimana dimaknai oleh Kirkpatrick dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing – masing komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator (Kirkpatrick, 1996). Tetapi, pengambilan keputusan itu sendiri bukanlah evaluator melainkan pihak lain yang lebih berwenang. Evaluator hanya menyediakan informasi – informasi yang dibutuhkan oleh pengambil kebijakan (decision maker).
3. Kriteria Evaluasi Program
Evaluasi diterapkan secara retropektif (ex-post), sedangkan kriteria untuk merekomendasikan diterapkan secara perspektif (ex-ante). Secara umum tolok ukur yang dapat dijadikan alat untuk evaluasi suatu program meliputi :
a. Efektifitas : berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya
tindakan.
b. Efisiensi : berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.
commit to user
c. Kecukupan atau adequancy : berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.
d. Responsibilitas : berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan atau program dapat memuaskan kebutuhan, atau nilai dari
kelompok – kelompok tertentu.
e. Ketepatan : kriteria ini untuk mengukur apakah tujuan dari program telah tepat sasaran kepada masyarakat atau belum.
Untuk menjawab hal – hal tersebut analisis dapat mempertimbangkan semua kriteria secara bersama – sama (Dunn, 2000)
Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi
No Tipe Kriteria
Pertanyaan
1 Efektifitas Apakah tujuan yang diinginkan telah tercapai?
Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan?
3 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah?
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kelompok – kelompok tertentu?
Ketepatan Apakah hasil yang dinginkan benar – benar berguna dan bernilai serta tepat sasaran?
Sumber : Dunn, 2000
4. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi memegang peranan utama dalam setiap analisis kebijakan atau program, secara umum fungsi evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan atau program, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah
dapat dicapai melalui tindakan publik, dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa besar tujuan telah dicapai.
b. Melakukan klarifikasi dan kritik terhadap nilai – nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
commit to user
c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode – metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Sedangkan tujuan dari pelaksanaan evaluasi ada dua, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing – masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program – program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan – kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program (Arikunto, 2004) .
No Teori
A KEMISKINAN
1 Definisi
Gunawan
Konsep ilmiah yang lahir dari hasil Kemiskinan muncul dari hasil pembangunan
Kemiskinan
Sumodining pembangunan
yang
keberadaannya Kemiskinan ditandai dari adanya penggangguran, keterbelakangan dan
rat (1999 :
ditandai dengan adanya penggangguran,
menjadi ketimpangan
keterbelakangan, yang kemudian menjadi ketimpangan.
2 Sebab
Loekman
Pandangan Konservatif
Penyebab kemiskinan :
dipandang Orang miskin dinilai pemalas, bodoh dan tidak punya keinginan untuk maju, Kemiskinan
sebagai akibat dari perbedaan individu,
kurang keterampilan, dan hidup anti modernisasi
di Perkotaan
pembawaan (bakat) dan karakter, Kesempatan yang tidak sama termasuk motif hidup.
Akibat dari struktur.
Pandangan Liberal Adanya kesempatan yang tidak sama akibat dari manajemen yang amburadul (berantakan dan tidak profesional).
Pandangan Transformatif
Kemiskinan disebabkan oleh struktur,
terutama yang berkaitan dengan aset produksi.
3 Program Tjiptoherija
Pentingnya kemiskinan ditanggulangi Kemiskinan sangat penting ditanggulangi untuk :
Pengentasan nto karena kemiskinan bukan merupakan menghilangkan kondisi kurang beruntung masyarakat miskin Kemiskinan
beruntung, Mencegah tindakan kriminal
menjerumuskan
dalam
tindak Tidak dianggap gagal dalam membuat kebijakan pembangunan
kriminalitas, dan kegagalan kebijakan
pembangunan bagi para pembuat
No Teori
4 Strategi penanggulangan kemiskinan
Penciptaan Kesempatan (Create Opportunity)
Tahun 2000 Penciptaan
kesempatan,
melalui Pemberdayaan Masyarakat (people empowerment)
makro, Peningkatan kemampuan (increasing capacity)
Program
pembangunan yang baik, peningkatan Perlindungan sosial (social protection)
Pembangun
pelayanan umum
an Nasional Pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan akses terhadap sumber
daya ekonomi dan politik Peningkatan
kemampuan
melaui
pendidikan dan perumahan Perlindungan sosial untuk mereka yang
memiliki cacat fisik, fakir miskin, dll
B PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1 Tujuan
John F.C.
Tujuan
pembangunan
perumahan Pembangunan Baru.
Pembanguna Turner
permukiman, yaitu :
Komunitas Baru
n Perumahan (1980)
dengan beberapa hal yang harus diperhatikan
Menciptakan komunitas baru, dimana
komunitas – komunitas tersebut membentuk suatu tipe komunitas
tersendiri.
2 Community
development Adanya Community Based Development dapat meningkatkan partisipasi dan Based
Community
based
yang rasa memiliki (participating ang belonging together) terhadap program yang Develompme
dilakukan oleh masyarakat, dimana dilaksanakan, dan mengandung usur pemberdayaan
nt
mereka mampu mengidentifikasikan
No Teori
kebutuhan dan masalah secara bersama.
3 Tahapan
Peraturan
Terdapat berbagai tahapan dalam Tahapan yang dilalui :
Pelaksanaan
Menteri
pelaksanaan pembangunan perumahan Persiapan perumusan kebijakan
Pembanguna Negara
swadaya
Persiapan pengorganisasian MBR
n Perumahan Perumahan
Pemetaan dan Perencanaan
Swadaya
Rakyat No.
Perizinan dan Pembangunan
secara
8/PERMEN
Pemamfaatan dan Pengelolaan
Berkelompok /M/2007 (Organisasi)
4 Peningkatan
Dirjen Cipta Lokasi kawasan perumahan permukiman Lokasi kawasan perumahan yang layak :
Kualitas
Karya
yang dapat meningkatkan kualitas Tidak terganggu oleh polusi (Air, Udara, Suara)
memiliki Tersedia air bersih
Permukiman beberapa kriteria, dan terdapat beberapa Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya komponen
lingkungan
perumahan Mempunyai aksesibilyas yang baik
permukiman yang harusnya tersedia dalam meningkatkan kualitas hunian. Mudan dan aman mencari tempat kerja
Tidak berada di bawah permukaan air setempat Mempunyai kemiringan rata-rata
Komponen lingkungan dalam peningkatan kualitas hunian :
Jalan Lingkungan Jalan Setapak
Sitem Drainase Penyediaan air bersih
Pengumpulan dan pembungan sampah Fasilitas penyehatan lingkungan (MCK)
C. PERUMAHAN PERMUKIMAN KOTA PEKALONGAN
No Teori
Tujuan RPJM : “meningkatkan kualitas Peningkatan kualitas hunian,lingkungan dan Sarana Prasarana Dasar Perumahan
Bapeda
Kota
rumah tinggal,lingkungan permukiman,
perumahan permukiman masyarakat miskin.
dan
Pekalongan dan ketersediaan infrastruktur air bersih Keswadayaan masyarakat.
Permukiman
bagi masyarakat miskin ”
Kota
Visi penanggulangan kemiskinan :
Pekalongan
“melalui pemberdayakan masyarakat dengan memampukan dan memandirikan masyarakat ...”
D. PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN
yang Menggunakan strategi Tribina :
dan Strategi
Kota
dilakukan tidak hanya meningkatkan
a. Bina Lingkungan
Pelaksanaan
Pekalongan kualitas rumah atau lingkungannya saja,
Bebas Rumah Tidak Layak Huni
Program
Peningkatan Kualitas Lingkungan (Bebas Kawasan Kumuh) Sapu Lidi
tetapi juga terkait aspek ekonomi dan
Penghijauan dan Penanganan Sampah di Kluster Kemiskinan
masyarakat)
Sertifikasi Tanah bagi MBR
b. Bina Manusia Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan
Catur Bina
Penguatan Kapasitas Kelembagaan
c. Bina Ussha
Pemberdayaan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Pemberdayaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS)
2 Tahap Bapermas Implementasi program Sapu Lidi Tahapan persiapan pemerintah, persiapan MBR, pemetaan dan perencanaan, Pelaksanaan
pelaksanaan pembangunan, dan pemanfaatan dan pengelolaan Program Pekalongan
Kota
melewati berbagai tahapan
No Teori
E EVALUASI PROGRAM
1 Kriteria
Dunn
Tolak ukur yang dapat dijadikan alat
a. Efektifitas
Apakah tujuan dan target program yang diinginkan telah tercapai? Program
Evaluasi
(2000)
untuk evaluasi suatu program meliputi :
b. Efesiensi
Responsitas, dan Ketepatan
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan?
c. Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah?
d. Responsitas Apakah ada multiplayer effect dari implementasi program yang dirasa
memuaskan bagi masyarakat penerima program?
e. Ketepatan Apakah hasil yang diinginkan benar-benar tepat sasaran?
Sumber : Hasil Rangkuman Teori, 2011
49
commit to user
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan yang merupakan sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan dilihat dari sifat permasalahan yang dibahas merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana penelitian tersebut berusaha memberikan gambaran dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu terhadap obyek penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan program Sapu Lidi dalam pengentasan kemiskinan Kota Pekalongan, dimana merupakan salah satu bentuk implementasi kebijkan publik. Evaluasi program tersebut digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat keberhasilan program tersebut. Keberhasilan dari suatu program dapat dilihat dari dampak, proses atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
B. RUMUSAN VARIABEL
Rumusan variabel didapat dari hasil eksplorasi teori yang digunakan dalam penelitian. Tidak semua teori penelitian digunakan sebagai dasar perumusan variabel. Berhubung penelitian ini bersifat evaluasi sehingga teori yang digunakan dalam perumusan variabel yaitu terkait teori tentang evaluasi dari William Dunn. Selain itu juga disesuaikan dengan target dari Program Sapu Lidi, dan juga tujuan program Sapu Lidi. Rumusan variabel peneilitian dapat dilihat secara jelas dalam tabel berikut :
Evaluasi (Dunn)
tujuan Rusunawa
Peningkatan Kota Pekalongan Apakah tujuan Mendukung target Kota Pekalongan
yang diinginkan
kualitas hunian dari kondisi Bebas
Rumah dan
target Bebas Rumah Tidak Layak Huni Tahun
telah tercapai?
sebelumnya
Tidak Layak Huni program yang 2008 dan Bebas Kawasan Kumuh Tahun
Griya
Swadaya
Asri: dilengkapi dengan diinginkan
bagi fasilitas
dasar telah tercapai?
masyarakat
miskin
untuk rumah Tahun 2008
pengsmbilan rumah pertama
dan
Bebas
Bumirejo Damai Residence : Kawasan Kumuh Penyediaan rumah bagi para Tahun 2010 PNS/TNI golongan rendah untuk pengambilan rumah pertama
Bedah Kampung : peningkatan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya.
2 Efesiensi
Seberapa banyak
Seberapa
Penggunaan bantuan yang sesuai
usaha diperlukan
banyak usaha
dengan kebutuhan
untuk mencapai diperlukan
Mekanisme pencairan bantuan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
diinginkan? mencapai
Mekanisme pengajuan bantuan sesuai
tujuan yang
dengan ketentuan yang berlaku
diinginkan?
Kepanitiaan yang bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3 Kecukupan
Seberapa
jauh Status lahan dan rumah yang Bangunan
Seberapa jauh
1. Keberhasilan Fisik
hasil yang telah
jelas
Rusunawa, Rumah hasil
yang Pembangunan Rumah Aman dan
Tumbuh, telah dicapai
layak huni
memecahkan
kualitas/Ketahanan
rumah Perumahan
memecahkan
Jelas Status Kepemilikan Bangunan
masalah?
(permanen)
Bumirejo Damai masalah?
dan Rumah
Peningkatan penyediaan sarana Residence,
Sarana Prasarana yang memadai
prasarana
Perbaikan Rumah
Adanya
kemudahan akses
Memberi
pelatihan semi atau non
sanitasi/MCK
keterampilan
permanen,
Peningkatan Kualitas Lingkungan
Menciptakan
swadaya Sertifikasi,
Perumahan Permukiman.
masyarakat
Penghijauan,
2. Keberhasilan Ekonomi
Kelengkapan
Adanya pelatihan keterampilan
Sarana Prasarana
Adanya
pemberdayaan lembaga
Dasar
Rumah,
keuangan swadaya masyarakat
Kesehatan,
Adanya peningkatan pendapatan atau
Keterampilan, dan
penghasilan masyarakat
Pemberdayaan
3. Keberhasilan Sosial
Masyarakat
Kemudahan pendidikan
Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil
Adanya peran serta atau swadaya
masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
Adanya
Pemberdayaan lembaga
swadaya masyarakat yang aktif.
Apakah ada Persepsi masyarakat terhadap dampak
kebijakan
multiplayer
ikutan dari proses dan tahapan, serta
memuaskan
effect dari tingkat kepuasaan terkait implementasi
kelompok
implementasi program tersebut.
kelompok
program yang
tertentu?
dirasa memuaskan bagi masyarakat penerima program?
5 Ketepatan
Apakah
hasil Rusunawa
Masyarakat Masyarakat
Apakah hasil Ketepatan
sasaran masyarakat
yang dinginkan
berpendapatan tidak lebih dari Miskin
Kota yang
penerima program dengan kesesuaian
benar – benar
Rp. 2.000.000,00/ bulan
Pekalongan
diinginkan
target group di masing – masing
berguna
dan Perumahan Bumirejo Damai
benar – benar lokasi implementasi program.
bernilai serta
Residence : bagi PNS ataupun
tepat sasaran? Masyarakat
penerima program
tepat sasaran? POLRI or TNI bergolongan
menempati sendiri rumah hasil
rendah berpenghasilan tidak
implementasi program.
lebih dari Rp. 2.500.000,00 RIT : masyarakat miskin Kota
Pekalongan
berpenghasilan
tidak lebih dari Rp. 1.500.000
Sumber : Hasil Analisis Tujuan Pembangunan dan Target Program Kota Pekalongan, dan Evalusi Dunn
53
commit to user
C. KEBUTUHAN DATA
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan sasaran penelitian yang akan dicapai, kemudian dijabarkan sesuai dengan sumber data yang diperoleh dan metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Berikut tabel kebutuhan data dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kebutuhan Data Penelitian
No. Indikator
Kebutuhan Data
Sumber Metode
1 Efektifitas
Target Kota Pekalongan terkait penanganan
perumahan
permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan
Bapeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Bapermas, Pokja Perumahan
Studi Dokumen, Wawancara
2 Efiaiensi
Mekanisme dalam pengajuan
dan pencairan bantuan
Bapermas, Pokja Perumahan
Studi Dokumen, wawancara
Kepanitiaan dalam
menjalankan tugasnya
Bapermas , Pokja Perumahan
Studi Dokumen, wawancara
3 Kecukupan (perubahan antara sebelum dengan sesudah program)
Perubahan Kondisi Fisik
Pembangunan Rumah Aman
dan layak huni Status Kepemilikan Bangunan
dan Rumah Sarana
Prasarana
yang
memadai Akses sanitasi/MCK Kualitas
Lingkungan
Perumahan Permukiman. (secara swadaya masyarakat)
Lokasi Penelitian
Observasi lapangan, Kuesioner, Wawancara
Kondisi Ekonomi Adanya pelatihan keterampilan Adanya
pemberdayaan
lembaga keuangan Adanya
peningkatan
pendapatan atau penghasilan masyarakat
Kondisi Sosial Kemudahan pendidikan Pemberian gizi bagi balita dan
ibu hamil Adanya peran serta atau
commit to user
No. Indikator
Kebutuhan Data
Sumber
Metode
swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
Adanya Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif
4 Responsitas Persepsi masyarakat terhadap
implementasi program
Besarnya manfaat terkait implementasi program Kesesuaian dengan keinginan dan harapan masyarakat dari hasil program tersebut. Multiplayer effect program
Lokasi Penelitian Kuesioner, Wawancara
5 Ketepatan
Kesesuaian antara target group dengan keadaan di lapangan
Bapermas, Lokasi Penelitian
Studi Dokumentasi, Kuesioner
Sumber : Hasil Analisis Kebutuhan Data, 2011
D. TEKNIK SAMPLING Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan cara cluster sampling . Cluster sampling adalah teknik menggelompokkan subpopulasi berdasarkan pengelompokan geografis. Penelitian ini menggunakan cara cluster sampling karena seluruh lokasi implementasi program yang merupakan lokasi penelitian diteliti secara keseluruhan dengan pemilihan koresponden secara sampling.
Pemilihan koresponden dilakukan dengan menggunakan sampel, dimana dalam pemilihan sampel koresponden menggunakan teknik Accidental sample yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan kesedian responden untuk mengisi kuesioner baik dari sisi waktu dan pemikiran (Singaribun dan Efendi, 1997).
commit to user
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan mendapatkan data yang dibutuhkan secara langsung di lapangan sehingga mengetahui fakta dan kondisi aktual di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data primer yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara terstruktur, observasi lapangan, dan penyebaran kuesioner. a). Wawancara Terstruktur
Wawancara merupakan cara memperoleh data atau informasi secara langsung dengan tatap muka melalui komunikasi verbal. Teknik ini dipakai secara simultan dan sebagai cara utama memperoleh data secara mendalam yang tidak diperoleh dengan data dokumentasi, menanyakan hal – hal yang belum ada atau belum jelas yang mungkin terdapat dalam data dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam penghayatan peneliti terhadap proses persepsi responden.
Pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur dilakukan untuk mendapat informasi yang terkait dengan program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Penentuan responden wawancara dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Metode tersebut mengambil sampel dengan maksud atau tujuan tertentu (Riduwan, 2004). Maksud atau tujuan tersebut adalah, pertama sampel yang dipilih merupakan perencana program Sapu Lidi Kota Pekalongan, kedua sampel yang dipilih merupakan sampel yang mengelola program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena dianggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian.
Instansi yang terkait dengan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dijadikan sebagai responden wawancara. Instansi tersebut antara lain : Bapermas, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Bapeda, Pokja –
commit to user
pokja perumahan, Camat, Lurah, RW, dan RT. Berikut dapat dilihat secara jelas pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.3 Responden Wawancara Penelitian
1 Bapermas Kota Pekalongan
1 orang
2 Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
4 Pokja – pokja perumahan
1 orang Sumber : Hasil Analisis Responden Wawancara, 2011
b). Observasi Lapangan Observasi di lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan/ lokasi pelaksanaan program. Observasi yang dilakukan berupa catatan – catatan di lapangan dan foto – foto kondisi rumah dan lingkungan yang mendapatkan program Sapu Lidi. Observasi lapangan dilakukan pada lokasi penelitian yang telah ditentukan yaitu di Rusunawa Kelurahan Krapyak Lor, Griya Swadaya Asri Kelurahan Kandang Panjang, KPRS Bumi Rejo Kelurahan Bumi Rejo, dan Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru.
c). Penyebaran Kuesioner Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan
daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup dan terbuka. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang hanya bersifat tertutup, dimana kuesioner yang bersifat tertutup dimaksudkan dengan jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternatif yang telah disediakan. Tujuannya untuk mendapatkan persepsi/ pandangan umum terkait pelaksanaan program tersebut.
commit to user
Adapun jumlah sampel untuk masyarakat ditentukan dengan rumus Slovin yaitu sebagai berikut :
𝑁 1+ 𝑁. 𝑒²
Dimana, n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir
Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang berada di lokasi penelitian yaitu 180 KK di Rusunawa Kelurahan Krapyak Lor, 144 KK di Griya Swadaya Asri Kelurahan Kandang Panjang, 130 KK di KPRS Bumi Rejo Kelurahan Bumi Rejo, dan 40 KK di Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru. Tingkat eror yang diinginkan yaitu 10% sehingga dengan menggunakan rumus Slovin maka jumlah sampel yang minimal diambil 89 sampel.
Jumlah sampel pada tiap lokasi menggunakan perbandingan dalam penentuan jumlah sampel, sehingga didapatkan jumlah sampel 15 KK di Rusunawa Krapyak Lor, 14 KK di Griya Swadaya Asri, 13 KK di KPRS Bumi Rejo, dan 7 KK di Bedah Kampung Panjang Baru. Jumlah populasi dari tiap – tiap lokasi penelitian dan jumlah sampel yang digunakan, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.4 Jumlah Populasi dan Sampel di Tiap Lokasi Penelitian No.
Lokasi Penelitian
Jumlah Populasi (KK)
Jumlah Sampel (KK)
2 Griya Swadaya Asri
144
14
3 Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru
40 7
4 KPRS Bumi Rejo
Sumber : Hasil Analisis Jumlah Sampel, 2011
commit to user
Berikut daftar kebutuhan data primer terkait dengan variabel yang digunakan:
Tabel 3.5 Kebutuhan Data Primer
No.
Macam Data
Target Kota Pekalongan terkait penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan
Wawancara
Pihak Terkait
2 EFISIENSI
Mekanisme pencairan dana
Wawancara
Pihak Terkait Mekanisme pengajuan bantuan
Wawancara Pihak Terkait Tugas dari masing – masing panitia
pelaksana program
Wawancara Pihak Terkait
3 KECUKUPAN
Kondisi Fisik Lokasi Penelitian sebelum
dijalankan, terkait : Kondisi bangunan rumah Status lahan dan bangunan Sarana Prasarana Akses sanitasi (MCK)
Kuesioner, Observasi Lapangan
Masyarakat di Lokasi Penelitian
yang menjalankan program
Kondisi Ekonomi sebelum dan sesudah program dijalankan, terkait :
Pelatihan keterampilan Pemberdayaan lembaga keuangan Peningkatan
pendapatan
atau
penghasilan masyarakat
Kuesioner
Masyarakat di Lokasi Penelitian
yang menjalankan program
Kondisi Sosial masyarakat sebelum dan sesudah program dijalankan, terkait : Kemudahan pendidikan Pemberian gizi bagi balita dan ibu
hamil Peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan
sekitar tempat tinggal Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif
Kuesioner
Masyarakat di Lokasi Penelitian
yang menjalankan program
4 RESPONSITAS
Persepsi masyarakat terhadap manfaar, multiplier effect dan permasalahan tahapan hasil implementasi program
Kuesioner
Masyarakat di Lokasi Penelitian
yang menjalankan program
5 KETEPATAN
Sasaran dari program tersebut
Kuesioner
Lokasi Penelitian
Sumber :Hasi Analisis Kebutuhan Data Sekunder, 201
commit to user
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik mengumpulkan data secara tidak langsung berkaitan dengan dokumen – dokumen rencana, peraturan perundangan, serta data – data yang didapat dari suatu instansi/lembaga atau pihak tertentu. Data sekunder yang diperlukan, yaitu:
Tabel 3.6 Kebutuhan Data Sekunder No.
Macam Data
Metode
Sumber
1 Rencana Strategis terkait dengan Program Sapu Lidi
Studi Dokumen
SKPD/ Dinas terkait
2 Kebijakan tentang perumahan dan
Studi Dokumen
Bappeda Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang
3 Peraturan terkait program Sapu Lidi Kota Pekalongan
Studi Dokumen
Bappeda Bapermas Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang
4 Informasi mengenai implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan.
Tujuan dan target program Sapu Lidi
Studi Dokumen, Studi Literatur
Bapermas Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang Website,
presentasi, buku, leaflet
Sumber :Hasi Analisis Kebutuhan Data Sekunder, 2011
F. METODE ANALISIS
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2001). Metode analisis yang digunakan dalam studi ini yaitu Deskriptif Kualitatif dan Statistik Deskriptif. Kedua metode analisis tersebut digunakan pada data yang berbeda, seperti berikut :
1. Metode Analisis Deskriptif Kualitatif
Prosedur penelitian dalam metode analisis kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku serta benda – benda yang diamati (Moleong, 2001). Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam
commit to user
menganalisis data berupa hasil wawancara dan hasil observasi lapangan. Data hasil observasi lapangan sebelumnya diolah dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Analisis ini menghasilkan penilaian untuk setiap evaluasi.
2. Metode Analisis Statistik Deskriptif
Hasan (2001), menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah bagian dari statistik mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan – keterangan mengenai suatu data atau keadaan fenomena. Dengan kata lain, statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.
Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis kuesioner. Melalui kuesioner tersebut akan diketahui tingkat keberhasilan program dengan melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program tersebut.
berdasarkan
EFEKTIFITAS
KUALITATIF DAN
KUANTITATIF
RENTANG NILAI dari
penelitian sebelumnya.
Kriteria Keberhasilan
EFISIENSI
KUALITATIF
berdasarkan Hasil Analisis dikaitkan
dengan kenyataan di lapangan dan teori
TINGKAT KEBERHASILAN
KUALITATIF DAN
KECUKUPAN IMPLEMENTASI
Kriteria Keberhasilan
KUANTITATIF
berdasarkan TEORI
PROGRAM
Kriteria Keberhasilan berdasarkan Hasil dari
KUALITATIF DAN
penilaian masyarakat di
RESPONSIVITAS KUANTITATIF
tiap-tiap lokasi implementasi program
Kriteria Keberhasilan
KUALITATIF DAN
RENTANG NILAI dari
penelitian sebelumnya.
Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian
62
commit to user
G. INDIKATOR PENELITIAN EVALUASI
Analisis evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator dan tolok ukur berdasar kriteria efektifitas, efisiensi, kecukupan, responsibilitas, dan ketepatan (Dunn, 2000). Identifikasi indikator dilakukan dengan menggunakan teori – teori dan peraturan perundangan yang terkait dengan perumahan dan permukiman. Penggunaan indikator dan tolok ukur yang telah dihasilkan, kemudian dilakukan perbandingan terhadap kondisi pelaksanaan program. Berikut variabel, indikator, dan tolak ukur yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.7 Indikator dan Tolok Ukur Penelitian Evaluasi
Tolok Ukur
Efektifitas Apakah tujuan, dan target program yang diinginkan telah tercapai?
Bebas Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2008
dan Bebas Kawasan
Kumuh
Tahun 2010
Kontribusi program sapu lidi terhadap target kota.
Efisiensi
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan?
Penggunaan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan
Bantuan digunakan sesuai kebutuhan
Mekanisme pencairan bantuan
yang berlaku
Kemudahan dalam mekanisme pencairan bantuan. Kesesuaian mekanisme pencairan
bantuan
Mekanisme pengajuan
bantuan
yang sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku
Kemudahan syarat ataupun birokrasi dalam pengajuan bantuan. Kesesuaian mekanisme dalam pengajuan bantuan
Kepanitiaan bekerja sesuai
Kelompok kerja menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku Kepanitiaan bekerja sesuai dengan ketentuan yan berlaku Kepanitiaan tingkat pemerintah kota bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
commit to user
Tolok Ukur
Kecukupan
Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah?
Keberhasilan Fisik
Terjadi peningkatan/perubahan terkait :
Adanya pembangunan Rumah Aman dan layak huni
Jelas
Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah Sarana Prasarana yang memadai Adanya
kemudahan akses
sanitasi/MCK Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Permukiman.
Keberhasilan Ekonomi
Terdapat adanya : Pelatihan keterampilan Pemberdayaan lembaga keuangan Peningkatan pendapatan atau
penghasilan masyarakat
Keberhasilan Sosial
Terdapat adanya : Kemudahan pendidikan Pemberian gizi bagi balita dan ibu
hamil Peran
serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif. Responsivitas Apakah
ada
multiplayer effect
dari
program tersebut
yang
memuaskan kelompok
kelompok tertentu?
Persepsi masyarakat terhadap proses dan tahapan pelaksanaan program, serta tingkat kepuasan
terhadap
hasil dari dampak ikutan
program
tersebut.
Besarnya manfaat atas program tersebut yang dirasakan oleh masyarakat.
Pelaksanaan program sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat. Adanya program tersebut, bukan menambah masalah bagi masyarakat.
Ketepatan Apakah
hasil
yang dinginkan benar – benar tepat sasaran?
Sasaran merupakan masyarakat
dengan target group masing-masing
di
lokasi implementasi program
Sasaran adalah masyarakat miskin yang sesuai dengan target group pada masing – masing lokasi implementasi program.
Sasaran menempati sendiri rumah yang sesuai dengan program tersebut.
Sumber : Hasil Analisis Indikator dan Tolok Ukur, 2011
commit to user
H. METODE SINTESIS
Sintesis data menyangkut hasil analisis yang disintesiskan, dimana penyajian datanya berupa tabel dan deskripsi yang akan menuju suatu kesimpulan. Sintesis yang digunakan berdasarkan hasil dari analisis dan pengkriteriaan yang didasari oleh rentang nilai dan teori-teori. Berikut sintesis yang dilakukan tiap-tiap kriteria evaluasi yang digunakan :
1. Efektifitas Hasil dari analisis kriteria Efektifitas berupa data numerik, maka
sintesis yang dilakukan dengan menggunakan rentang nilai untuk merumuskan tingkat keberhasilan program. Rentang nilai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya yaitu oleh F, Gunawan : 2005, dengan rentang nilai sebagai berikut : 0% - 25%
: Tidak Efektif
26% - 50%
: Kurang Efektif
51% - 75%
: Cukup Efektif
76% - 100%
: Efektif
Berdasarkan rentang nilai tersebut, maka hasil dari analisis yang telah dilakukan dimasukan dalam rentang nilai tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi terkait kriteria Efektifitas.
2. Efisiensi Sintesis yang dilakukan yaitu dengan hasil analisis dan teori. Berdasarkan hasil analisis sudah dapat digunakan sebagai dasar merumuskan kesimpulan tingkat keberhasilan program.
3. Kecukupan Sintesis yang digunakan untuk merumuskan tingkat keberhasilan program dengan menggunakan kriteria dari teori-teori. Kriteria evaluasi kecukupan, pengkriteriaan yang dilakukan dibedakan tiap indikatornya yaitu keberhasilan fisik, ekonomi, dan sosial.
commit to user
a. Keberhasilan Fisik Pengkriteriaan keberhasilan fisik dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.8 Pengkriterian Keberhasilan Fisik
Kriteria
Penilaian
Berhasil Apabila memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang baik, yaitu terdiri dari : (Dirjen Cipta Karya, 1999) - Jalan Lingkungan - Jalan Setapak - Sistem Drainase - Penyediaan Air Bersih - Pengumpulan dan Pembuangan Sampah - Fasilitas Penyehatan Lingkungan (MCK)
Cukup Berhasil Apabila memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang tidak atau kurang baik.
Kurang Berhasil Apabila hanya memiliki beberapa komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang tidak atau kurang baik.
Tidak Berhasil Apabila tidak memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman.
Sumber : Hasil Sintesis, 2011
Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori.
b. Keberhasilan Ekonomi Pengkriteriaan keberhasilan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.9 Pengkriterian Keberhasilan Ekonomi Kriteria
permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru dan juga meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya. (Turner, 1980)
Cukup Berhasil
permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru tetapi penghasilan masih sama dengan kondisi sebelumnya.
commit to user
Kriteria
Penilaian
Kurang Berhasil
permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru tetapi belum mampu meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya
Tidak Berhasil Apabila pembangunan perumahan permukiman baru tidak menghasilkan kegiatan ekonomi baru dan juga meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya
Sumber : Hasil Sintesis, 2011
Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori.
c. Keberhasilan Sosial Pengkriteriaan keberhasilan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.10 Pengkriterian Keberhasilan Sosial Kriteria
Penilaian
Berhasil Tingkat partisipasi penghuni aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan (Deliyanto, 2011)
Cukup Berhasil
Tingkat partisipasi penghuni cukup aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan.
Kurang Berhasil
Tingkat partisipasi penghuni kurang aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan.
Tidak Berhasil
Tingkat partisipasi penghuni tidak aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan
Sumber : Hasil Sintesis, 2011
Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori. Pengkriteriaan dipisahkan tiap- tiap lokasi implementasi program karena untuk menunjukan lokasi
commit to user
mana yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi terkait implementasi program aspek fisik, ekonomi, dan sosial.
4. Responsivitas Sintesis yang dilakukan berdasarkan hasil penilaian masyarakat terkait manfaat yang didapat dari program tersebut, Multiplier Effect hasil dari implementasi program, kesesuaian terhadap keinginanan masyarakat dan tidak menimbulkan masalah. Berdasarkan dari indikator tersebut, untuk merumuskan tingkat keberhasilan program berdasarkan hasil dari penilaian tertinggi dari masyarakat penerima program di masing-masing lokasi penelitian.
5. Ketepatan Hasil dari analisis kriteria Ketepatan berupa data numerik, maka
sintesis yang dilakukan sama halnya dengan kriteria Efektifitas yaitu menggunakan rentang nilai untuk merumuskan tingkat keberhasilan program. Rentang nilai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya yaitu oleh F, Gunawan : 2005, dengan rentang nilai sebagai berikut : 0% - 25%
: Tidak Tepat
26% - 50%
: Kurang Tepat
51% - 75%
: Cukup Tepat
76% - 100%
: Tepat
Berdasarkan rentang nilai tersebut, maka hasil dari analisis yang telah dilakukan dimasukan dalam rentang nilai tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi terkait kriteria Ketepatan. Pengkriteriaan Ketepatan dilakukan di tiap-tiap lokasi implementasi program karena untuk menunjukkan di lokasi mana yang memiliki kesesuaian ketepatan sasaran tertinggi.
1 Efektifitas
Target Kota Pekalongan terkait penanganan perumahan Bapeda, Dinas Pekerjaan Studi Dokumen,
1. Sekunder Kualitatif
permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan
Umum dan Tata Ruang,
Wawancara
2. Primer
Bapermas, Pokja Perumahan
2 Efeisiensi
Kesesuaian mekanisme dalam pengajuan dan
Bapermas, Pokja
Studi Dokumen,
Sekunder
Kualitatif
pencairan bantuan
Perumahan
wawancara
Kesesuaian kepanitiaan dalam menjalankan
Bapermas , Pokja
Studi Dokumen,
1. Kulitatif (perubahan
3 Kecukupan
Peningkatan/Perubahan Kondisi Fisik
Lokasi Penelitian
Observasi
Primer
2. Kuantitatif antara
Pembangunan Rumah Aman dan layak huni
lapangan,
Jelas Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah
Kuesioner,
sebelum
Sarana Prasarana yang memadai
Wawancara
Adanya kemudahan akses sanitasi/MCK
dengan
Peningkatan
Kualitas Lingkungan Perumahan
(secara swadaya masyarakat)
Kondisi Ekonomi
Adanya pelatihan keterampilan
Adanya pemberdayaan lembaga keuangan
Adanya peningkatan pendapatan atau penghasilan
masyarakat Kondisi Sosial
Kemudahan pendidikan Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil
Adanya Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif
4 Responsitas
Persepsi masyarakat terhadap implementasi program
Lokasi Penelitian
Besarnya manfaat terkait implementasi program
2. Kuantitatif
Kesesuaian dengan keinginan dan harapan masyarakat dari hasil program tersebut.
Multiplayer effect program
5 Ketepatan
Kesesuaian antara target group dengan keadaan di
Bapermas, Lokasi
Studi Dokument,
1. Sekunder Kualitatif
2. Primer Sumber : Hasil Analisis Metodologi Penelitian , 2011
lapangan
Penelitian
Kuesioner
70
commit to user
GAMBARAN WILAYAH KAJIAN PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN
Kota Pekalongan membentang antara 6º50 ’42”–6º55’44” LS dan 109º37’55”–109º42’19” BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota
Pekalongan membentang antara 510,00 – 518,00 Km membujur dan 517,75 – 526,75 Km melintang
Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Pulau Jawa, dengan ketinggian kurang lebih 1 meter dari permukaan air laut, dengan batas administrasi : Sebelah utara
: Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Barat
: Kabupaten Pekalongan
Sebelah Timur : Kabupaten Batang Pekalongan memiliki luas wilayah 45,25 Km 2 dengan jumlah penduduk pada Tahun 2009 sebesar 276.158 jiwa. Secara administratif, Kota Pekalongan dibagi menjadi 4 wilayah Kecamatan, yakni Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat.dan Kecamatan Pekalongan Timur.
Berikut tabel jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pekalongan tiap kecamatan.
Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2009 No. Nama Kecamatan
Luas
(Km 2 )
Jumlah Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km 2 )
Jumlah Masyarakat Miskin
1 Pekalongan Utara
2 Pekalongan Barat
3 Pekalongan Selatan
4 Pekalongan Timur
Sumber : Pekalongan Dalam Angka Tahun 2009
commit to user
commit to user
commit to user
Seluruh lokasi penelitian terletak di Kota Pekalongan yang terlatak di Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Utara, yaitu di Rusunawa Slamaran, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru.
1. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Rusunawa Slamaran
Rusunawa yang berada di Kota Pekalongan ini, lebih dikenal dengan Rusunawa Slamaran yang terletak di Kelurahan Krapyak Lor. Pembangunan rusunawa ini mulai dibangun pada Tahun 2007, terdiri dari
3 blok rusun yang terbagi dalam 3 lantai, masing – masing blok tersedia 96 ruangan atau unit. Setiap lantai mempunyai harga sewa yang berbeda, yaitu untuk lantai 1 harga sewanya sebesar Rp. 125.000,00/bulan, lantai 2 Rp 110.000/bulan, dan di lantai 3 dengan harga sewa Rp. 100.000,00/bulan, makin tinggi letak lantai maka harga sewa akan lebih
murah. Rusunawa ini memiliki luas bangunan sebesar 380 m 2 dengan lahan milik Pemerintah Kota Pekalongan. Pembangunan Rusunawa Kota Pekalongan merupakan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota Pekalongan. Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk membangun fisik bangunan Rusunawa secara total sedangkan pemerintah Kota Pekalongan menyediakan lahan yang digunakan untuk membangun rusun tersebut.
Menurut UPTD Rusunawa Slamaran, masyarakat yang dapat menjadi penghuni rusun tersebut harus memenuhi persyaratan ataupun prosedur yaitu antara lain : berdomisili di Kota Pekalongan, belum memiliki rumah, berpenghasilan minimal sebesar Upah Minimum Kota (UMK) sebesar Rp. 750.000,00 dan maksimal Rp. 2.000.000,00/bulan, dan jumlah keluarga maksimal 4 orang (suami,istri, dan 2 orang anak) atau 3 orang dewasa yang sejenis. Saat ini masyarakat yang menempati Rusunawa Slamaran sebanyak 180 KK yang berasal dari berbagai daerah yang berasal dari Kota Pekalongan. Pendidikan terkahir masyarakat di lokasi ini lulusan dari
commit to user
bekerja di sektor informal yaitu sebagai buruh dan pedagang.
2. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bumirejo Damai Residence
KPRS Bumirejo yang biasa dikenal dengan Bumirejo Damai Residence terletak di Kelurahan Bumi Rejo Kecamatan Pekalongan Barat. Pembangunan perumahan yang dikhususkan untuk PNS golongan rendah dan bagi para TNI dengan penghasilan kurang dari Rp. 2.500.000,00 per bulan. Lokasi implementasi program dibangun pada lahan seluas 16 Ha, dimana lahan yang digunakan merupakan bekas lahan sawah yang tidak produktif. Perumahan ini direncanakan membangun 1000 unit, tetapi unit yang sudah terbangun sebanyak ± 450 unit dengan jumlah warga sebesar 400 orang.
Pembangunan perumahan ini merupakan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota pekalongan. Pemerintah pusat yang dimaksud yaitu Menpera yang memberikan subsidi bagi pembangunan perumahan ini berupa pembangunan sanitasi di lingkungan perumahan. Sedangkan, pemerintah kota yaitu dalam hal ini dari DPU Kota Pekalongan memberikan subsidi bagi pembangunan jalan. Selain itu, bagi calon penghuni diberi kemudahan untuk mendapatkan rumahnya dengan menggunakan KPRS yang bekerjasama dengan pihak bank, dimana bank yang dimaksud yaitu Bank BTN Kota Pekalongan.
Perumahan Bumirejo Damai telah terbentuk dalam 1 RW dengan memiliki 3 RT yang terbagi dalam blok – blok. RT 1 terdiri dari blok A –
B, RT 2 terdiri dari blok C – D, dan RT 3 terdiri dari blok H – I. Masyarakat yang tinggal di perumahan ini memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam, yaitu sebagai Polisi, TNI, dan PNS.
commit to user
Griya swadaya asri terletak di Kelurahan Kandang Panjang Kecamatan Pekalongan Utara. Griya swadaya asri dibangun bagi masyarakat berpenghasilan rendah Kota Pekalongan dengan penghasilan Rp. 750.000,00 s/d Rp 1.500.000,00 per bulan. Pembangunan rumah di Griya Swadaya Asri dalam bentuk Rumah Inti Tumbuh yang merupakan tempat hunian awal untuk memulai bertempat tinggal dengan standart
minimal yang layak huni dengan luas bangunan sebesar 77 meter 2 . Pembangunan dalam bentuk Rumah Inti Tumbuh ini dimaksudkan agar terdapat swadaya masyakarat dalam meningkatakan keadaan bangunan fisik rumah tinggalnya dan sosial budaya dengan lingkungan sekitarnya. Griya Swadaya Asri telah dihuni oleh 144 KK dengan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai karyawan/buruh.
Lahan seluas 1,5 Ha yang digunakan dalam pembangunan Rumah Inti Tumbuh di lokasi Griya Swdaya Asri berasal dari tanah atau lahan kosong milik Pemerintah Kota Pekalongan dengan pembangunan yang dilakukan oleh DPU-PT Kota Pekalongan. Pembangunan Rumah Inti Tumbuh terbagi dalam 3 tahapan, yaitu : RIT Tahap I
: membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dan Deputi Swadaya Menpera pada Tahun 2006
RIT Tahap II : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dengan Deputi Swadaya Menpera pada Tahun 2007
RIT Tahap III : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dan Deputi Pembiayaan Menpera (KPRS Mikro Bersubsidi) pada Tahun 2008
commit to user
Kelurahan Panjang Baru
Kelurahan Panjang Baru merupakan salah satu cluster kemiskinan di Kota Pekalongan dan merupakan kawasan genangan rob paling parah karena terletak di lokasi dekat pantai. Program bedah kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru dilakukan dengan pemugaran rumah sejumlah 40 unit pada Tahun 2006. Pemugaran rumah dan peningkatan kualitas rumah dilakukan bagi rumah tangga yang termasuk dalam KK miskin Kota Pekalongan. Bedah Kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru mendapatkan bantuan dari Menpera dalam pemugaran rumahnya dan juga ada dari swadaya masyarakat dalam proses pembangunannya. Kegiatan yang dilakukan dalam Bedah Kampung di lokasi ini, yaitu dengan pemugaran rumah dan pembangunan Prasarana Sarana umum termasuk MCK umum, dranise dan peningkatan kualitas jalan dengan pavingisasi.
Mayoritas masyarakat yang memiliki tempat tinggal di lokasi ini bekerja sebagai nelayan dan pedagang dengan penghasilan yang tidak menentu tiap bulannya yaitu antara sebesar. Bedah kampung ini memugar sejumlah 40 rumah yang berarti terdapat 40 KK yang terkena program ini, dimana ke 40 penghuni tersebut tersebar di berbagai RT namun masih dalam satu RW yaitu RW 07. Adapun rumah – rumah yang dipugar terdapat di RT 01 sebanyak 4 unit rumah, RT 02 sebanyak 4 unit rumah, RT 03 sebanyak 6 unit rumah, RT 04 sebanyak 8 unit rumah, RT
05 sebanyak 6 unit rumah, RT 06 sebanyak 6 unit rumah, dan RT 07 sebanyak 6 unit rumah.
commit to user
berbeda dalam aspek fisik di tiap-tiap lokasi implementasi program. Target implementasi program tiap lokasi dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Target Aspek Fisik di Tiap Lokasi Implementasi Program No
Lokasi Target Implementasi Program
1 Rusunawa Penanganan untuk meningkatkan kualitas hunian dari
kondisi sebelumnya. Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat
2 Griya Swadaya Asri
Penyediaan rumah bagi masyarakat miskin untuk
pengambilan rumah pertama Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat
3 Bumirejo Damai Residence
Penyediaan rumah bagi para PNS golongan rendah/TNI
untuk pengambilan rumah pertama Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Menciptakan swadaya masyarakat
4 Bedah Kampung
Penanganan untuk meningkatkan kualitas hunian dari
kondisi sebelumnya. Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat
Sumber : Hasil Wawancara dan Studi Dokumen, 2011
commit to user
1. Struktur Keorganisasian Program Sapu Lidi
Pelaku atau panita yang terkait dengan implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan yaitu dibagi menjadi 3 tingkat pelaksana, yaitu tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan.
a. Tingkat Kota, terdiri dari :
(1) Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota
Pekalongan (2) SKPD pendamping teknis
(3) Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah Kota Pekalongan (4) Tehnikal Asisten
b. Tingkat Kecamatan terdiri dari : (1) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) (2) Tim Koordinasi Program Tingkat kecamatan sebagai
Penanggungjawab adalah Camat, Ketua, Sekretaris, Bendahara
c. Tingkat Kelurahan terdiri dari :
(1) Tim Pelaksana kegiatan program sebagai penanggungjawab adalah Lurah, Ketua, Sekretaris yang dijabat oleh kepengurusan LPM, Bendahara (unsur pemerintahan kelurahan) dan anggota oleh catur pilar kelurahan, RW, RT, kelompok kegiatan dan institusi lain yang dianggap perlu.
(2) Pendamping Kelurahan/ Fasilitator program Namun, pelaku pengorganisasian di lapangan dalam implementasi
program yaitu terdiri :
a. Tim Pokja Perumahan dan Lingkungan
b. TKPK
c. Lima Pilar Kelurahan ( Lurah, LPM, PKK, BKM, dan Karang
Taruna)
d. Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
commit to user
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan
Peran atau tugas pokok fungsi organisasi atu panitia implementasi program dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tingkat Kecamatan
Tingkat Kota Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan
SKPD Pendamping
Teknis
Sekretariat Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota
Pekalongan
Tehnikal Asisten
Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK)
Tim Koordinasi Program
Tingkat kecamatan
Tim Pelaksana kegiatan program
Pendamping Kelurahan atau Fasilitator Program
Tingkat Kelurahan
Tim Pokja Perumahan dan Lingkungan
TKPK (Dinas-Dinas Terkait)
Lurah, LPM, PKK, BKM, Karang Taruna
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
commit to user
Program
No Organisasi Pelaksana
Tupoksi
Tingkat Kota Tim Koordinasi
Memberi dukungan administratif dan teknis kepada tim
kecamatan dan Kelurahan Memfasilitasi dan mengarahkan alokasi anggaran kegiatan
sesuai dengan kebutuhan databased Melakukan sosialisasi program Melakukan pelatihan dan pembekalan monitoring, evaluasi,
dan pelaksanaan program
Sekretariat Memberikan dukungan teknis administrasi dan operasional terhadap tugas tim koordinasi tingkat kota
Tingkat Kecamatan Tim Koordinasi
Pelaksana monitoring dan evaluasi kegiatan Verifikasi dan pengesahan usulan kegiatan dari Tim Pelaksana Memfasilitasi Tim Pelaksana Memfasilitasi dan mengelola administrasi Membuat laporan pelaksana dan merekapitulasi kegiatan
Sekretariat Memberikan dukungan administratif dan operasional tugas Tim Koordinasi
Tingkat Kelurahan Tim Pelaksana
Kegiatan
Melaksanakan sosialisasi program Mendorong partisipasi masyarakat Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Mengadministrasikan dokumen pelaksanaan program dan
laporan-laporan hasil kegiatan Mengelola dan mempertanggungjawabkan administrasi
Tim Pendamping
Mendampingi pelaksanaan program
Pelaku di Lapangan Pokja Perumahan
Mengusulkan rencana kebutuhan program Sapu Lidi kepada panitia tingkat Kelurahan Mengkonsultasikan, mengkoordinasikan dan melaporkan pelaksanaan program secara periodik
TKPK, yaitu terkait dinas yang terkait
Dinas- dinas memfasilitasi atau memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan tiap – tiap lokasi program
Lima Pilar Kelurahan (Lurah, LPM, PKK, BKM, Karang Taruna)
Membantu dalam proses pembangunan implementasi program
Lembaga Keuangan Mikro
Memfasilitasi pendanaan atau pinjaman dana dengan bunga lunak untuk masyarakat penerima program yang dapat digunakan untuk mendapatkan hunian implementasi program ataupun dapat digunakan sebagai modal usaha.
Sumber : Hasil Studi Dokumen dan Wawancara
commit to user
2. Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Implementasi Program
Sebelum dilakukan program bantuan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang berada di Kota Pekalongan, dilakukan suatu musyawarah atau diskusi secara partisipatif tingkat kota yang dilakukan oleh Pokja Perumahan dengan dihadiri oleh tokoh – tokoh masyarakat dalam hal ini yaitu RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan LSM. Diskusi atau musyawarah partisipatif yang dilakukan di tingkat kota tersebut membahas daerah cluster kemiskinan yang perlu ditangani dengan biaya dari mana dan bentuk penanganan yang sesuai untuk menangani permasalahan kemiskinan yang berada di salah satu cluster kemiskinan yang akan ditangani. Penentuan lokasi cluster kemiskinan yang akan ditangani berdasarkan databased masyarakat miskin yang berada di Kota Pekalongan.
Bantuan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dibedakan berdasarkan target sasaran masyarakat miskin yang terkena, yaitu keluarga miskin produktif (keluarga miskin yang punya usaha produktif) dan masyarakat miskin non produktif. Bagi keluarga miskin yang produktif, Pemkot memberikan dana stimulan dalam bentuk kredit lunak dengan bunga 6%. Sementara untuk keluarga miskin yang tidak produktif diberikan dana dalam bentuk bantuan hibah. Program untuk keluarga miskin produktif didanai dari program rumah swadaya yang berasal dari Menpera. Sementara bantuan hibah bagi keluarga miskin tak produktif didanai dari berbagai sumber: APBD provinsi, APBD Kota Pekalongan, P2KP (DPU) dan KUBE (Depsos).
Untuk memperjelas mekanisme bantuan implementasi Program Sapu Lidi dapat dilihat dalam flowchart berikut ini :
commit to user
Gambar 4.4 Mekanisme Bantuan Implementasi Program
Musyawarah Tingkat Kota
Cluster Kemiskinan
Bantuan Program
KK Miskin Produktif
KK Miskin Non Produktif
Kredit Mikro Bunga 6% per tahun
Hibah
LKM Terseleksi (Koperasi, BKM, BMT, dsb)
APBD Provinsi APBD Kota Pekalongan P2KP (DPU) Kobe (Depsos)
Rumah Swadaya
Sewa
LKM Terseleksi (Koperasi, BKM,
BMT, dsb)
Rusunawa
commit to user
1. Implementasi Program terhadap Pembangunan Fisik di Lokasi Implementasi Program.
Masyarakat penerima program Sapu Lidi Kota Pekalongan merupakan masyarakat miskin dengan kondisi rumah atau hunian yang tidak nyaman untuk ditempati dan juga tidak baik untuk kesehatan. Berikut kondisi rumah masyarakat sebelum menerima program dapat dilihat dalam tabel :
Tabel 4.5 Kondisi Rumah Masyarakat Sebelum Menerima Program
No
Kondisi Bangunan
Rumah Sebelumnya
Rusunawa
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo Damai Residence
Bedah Kampung
1 Bangunan Tidak Permanen
2 Lantai dari Tanah dan Rumah Pengap
3 Bangunan/Tanah Bukan Milik Status Pribadi
4 Tidak mempunyai Akses MCK
5 Sarana Prasarana Tidak Memadai
6 Tidak Memiliki Akses Air Bersih
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui kondisi fisik masyarakat penerima program sebelum implementasi program Sapu Lidi, dimana tabel tersebut menggambarkan jumlah masyarakat penerima program terkait kondisi fisik sebelum implementasi program.
commit to user
Gambar 4.5 Diagram Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program
Setelah implementasi program Sapu Lidi dilakukan, maka Perubahan Kondisi Fisik kualitas hunian masyarakat penerima program dapat dijelaskan dalam tabel dan kemudian penjelasannya ada dibawahnya, dapat dilihat sebagai berikut :
Bangunan Tidak
Permanen
Lantai dari Tanah dan
Rumah Pengap
Bangunan/Tanah
Bukan Milik Status Pribadi
Tidak Mempunyai Akses MCK
Sarana Prsasarana Tidak
Memadai
Tidak Memiliki Akses Air Bersih
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bumirejo Damai Residence
Bedah Kampung
Bedah Kampung No.
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bumirejo Damai Residence
1 Status Lahan
Hak Milik
Lahan Milik
Status lahan
Status lahan
Status Lahan Status lahan
Ada 18% yang Status lahan
orang lain dan Pemerintah
hak milik sewa hak milik
hak milik
hak milik pakai belum
hak milik pakai
ada yang di
lahan ilegal
Tidak Ada Kepemilikan
Mengontrak
sewa dengan
Mengontrak
Hak Milik
Mengontrak
Hak Milik
Hak Milik
Perubahan Rumah
dengan harga harga yang
yang sulit
terjangkau
dijangkau
Rumah Layak Rumah
Rumah non
yang non
berbentuk
yang semi
Rumah Inti
telah layak
dalam bentuk
dengan dinding permanen. Dan dengan
type 36
dari batako
20% dengan
dinding
kondisi rusak
terbuat dari batako
4 Lantai
60% rumah
Lantai tiap
Tidak Ada
Berlantai tanah Berlantai
yang kamar atau
yang lantainya dari plesteran berkeramik
Perubahan
plester dan ada
lantainya dari hunian dari
terbuat dari
pula yang
tanah plesteran
tanah
dikeramik
5 Air Bersih
Mudah dalam
Air bersih
masyarakat mengakses air berasal dari
yang belum
masyarakat
yang
bersih dengan
PAM dan
dalam
dapat dengan dapat
dapat
dapat
kesulitan kualitas yang
sumur
penyaluran ke mudah
mengakses air mengakses air mengakses air
dalam baik
bersih dengan
bersih dengan
bersih dengan
mengakses air rumah dari
air bersih.
kualitas yang
mudah
mudah dari
bersih sumur artesis Ada yang
bagus dari
sumur gali
Sebelum Setelah
dari sumur
PDAM
dan PAM
6 Sanitasi/MCK Ada
20% Semuanya
Semuanya
Tidak Ada
Semuanya
Tidak Ada
Ada 43% yang Perbaikan
rumah yang memiliki MCK memiliki MCK Perubahan
MCK pribadi
MCK pribadi
memiliki MCK dan
memiliki
pribadi dan
pembangunan
MCK pribadi
sebagian
MCK umum
kondisi MCKnya tidak bagus
7 Sarana
Seluruh jalan Prasarana
Tanah
Jalan dari
Beraspal dan
Jalan
Beraspal dan Sepanjang
Jalan tanah
berkerikil dan telah di paving Lingkungan
berkerikil dan paving blok
telah memiliki lingkungan
memiliki
jalan masuk
saluran air
dan jalan
saluran air
yang berada
saluran air
telah di paving belum ada
blok dan ada
tidak lancar
selasar antar
di gang 1
dengan
blok, tetapi
saluran air
saluran air
hunian dari
telah di
kondisi baik
jalan
keramik dan
paving blok,
lingkungan
saluran air
sedangkan
masih dari
dengan kondisi
lainnya masih
Saluran air ada,
dari tanah
tetapi kondisi
berkerikil.
tidak baik
Saluran air tidak lancar
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
87
commit to user
(1) Hunian/ Bangunan Rumah
a). Rusunawa Slamaran
Keadaan bangunan yang ada di rusun ini terdiri dari 3 blok bangunan rusun, yang masing – masing rusun memiliki 4 lantai, dimana 3 lantainya digunakan sebagai tempat tinggal sedangkan di lantai dasar digunakan sebagai tempat parkir dan tempat berkumpul warga. Masing – masing blok rusun terdiri dari 96 kamar/unit, dimana tiap lantai terdapat 2 kamar/unit yang disediakan untuk cadangan apabila ada kamar/unit yang telah ditempati mengalami kerusakan.
Kamar/unit yang berada di rusun berukuran ± 21 m 2 yang terdiri dari 1 ruangan utama, dapur, dan 1 kamar mandi dalam, dimana bahan bangunannya terbuat dari batako dan tiap kamar/unit lantainya dari plesteran. Namun, jalan penghubung antara kamar/unit yang satu dengan yang lain terbuat dari keramik.
Gambar 4.6 Kondisi Bangunan Rusunawa Slamaran
b). Griya Swadaya Asri
Bangunan rumah yang berada di Griya Swadaya Asri merupakan bangunan dalam bentuk rumah inti tumbuh, dengan luas yang dimiliki 77 meter 2 . Bangunan rumah di lokasi ini terbuat dari batako, dengan lantai yang diplester dengan atap yang terbuat dari seng. Bangunan Rumah Inti Tumbuh yang berada di Griya Swadaya Asri terdiri dari 1 ruang serba guna, 1 kamar mandi/WC, dan 1 dapur.
commit to user
Gambar 4.7 Kondisi Bangunan Rumah di
Griya Swdaya Asri
c). Bumirejo Damai Residence
Bangunan rumah yang berada di lokasi ini dalam bentuk perumahan dengan tipe 36 dan cara mendapatkan rumah di lokasi ini dengan menggunakan cara KPR/KPRS. Bangunan rumah yang ada di lokasi ini juga terbuat dari batako, dengan atap dari genteng dan lantai berkeramik.
Gambar 4.8 Kondisi Bangunan Rumah di
Bumirejo Damai Residence
d). Bedah Kampung
Bedah kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru memugar sebanyak 40 rumah, dimana keadaan 40 rumah tersebut sebelumnya memprihatikankan dengan rumah yang termasuk non permanen, dimana dindingnya masih terbuat dari bambu, lantainya dari tanah, dan ada beberapa yang belum memiliki MCK pribadi.
commit to user
Gambar 4.9 Kondisi Bangunan Rumah Bedah Kampung
Perbaikan dan peningkatan kualitas rumah dan lingkungan dilakukan dengan mengganti dinding rumah dengan menggunakan tembok, perbaikan lantai yang terbuat dari tanah dengan memplesternya, selain itu juga dilakukan perbaikan kualitas lingkungan dengan perbaikan jalan lingkungan yaitu dengan pavingsasi menggunakan paving blok dan pembangunan MCK umum, serta saluran.
(2) Jaringan Jalan
a). Rusunawa Slamaran
Jaringan jalan yang menuju di lokasi ini merupakan jalan kolektor yang terbuat dari perkerasan aspal dengan lebar jalan ±
8 meter, namun jalan yang dilalui menuju ke lokasi ini tidak mulus karena terdapat beberapa lubang besar. Sedangkan jalan yang berada di rusun terbuat dari paving blok dan jalan penghubung antar kamar terbuat dari keramik.
commit to user
Gambar 4.10 Kondisi Jalan di Rusunawa Slamaran
b). Griya Swadaya Asri
Jaringan jalan yang digunakan untuk menuju lokasi ini termasuk jalan lingkungan di lokasi perumahan yang berada di sekitar lokasi Griya Swadaya Asri. Jaringan jalan di lokasi ini memiliki keadaan jalan yang tidak sama, yaitu di beberapa bagian telah terbuat dari paving blok, tetapi sebagian besar jalan di bagian jalan yang lain hanya terbuat dari jalan tanah berkerikil yang keadaannya bergelombang.
Gambar 4.11 Kondisi Jalan di Griya Swadaya Asri
c). KPRS Bumi Rejo
Jaringan jalan yang menuju lokasi KPRS Bumi Rejo terbuat dari aspal dengan lebar ± 2 meter yang merupakan jalan kolektor. Jaringan jalan yang berada di lokasi ini merupakan subsidi dari pemerintah kota, namun keadaan jalan yang berada di lokasi ini terkesan belum selesai dibangun karena ada
commit to user
keras yang bergelombang. Sedangkan di jalan bagian lain yaitu yang terletak di jalan pintu masuk terbuat dari paving blok.
Gambar 4.12 Kondisi Jalan di Bumirejo Damai Residence
d). Bedah Kampung
Jaringan jalan yang menuju lokasi ini merupakan jalan kolektor dengan keadaan jalan yang telah beraspal, sedangkan di lokasinya jalan terbuat dari paving blok yang merupakan kerjasama dari PNPM dan DPU-PT Kota Pekalongan.
Gambar 4.13 Kondisi Jalan di Bedah Kampung
(3) Jaringan Listrik Jaringan listrik yang berada di lokasi program seluruhnya bekerjasama dan disediakan oleh jaringan listrik dari PLN, dimana tiap – tiap rumah dapat mengakses jaringan listrik tersebut dengan mudah. Hal ini juga berlaku di Rusunawa Slamaran, dimana tiap kamar/unit memiliki meteran tersendiri yang batas dayanya 900 watt.
commit to user
(4) Jaringan Sampah Sampah – sampah yang dihasilkan tiap rumah tangga dikelola oleh petugas khusus dengan mengangkutnya dan dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah. Pengangkutan sampah dilakukan rutin yaitu tiap 2 hari sekali dengan setiap KK membayar Rp. 3.000,00/ bulan. Sampah yang berada di lokasi Bumi Rejo Damai Residence dipisahkan berdasarkan sampah organik dan non- organik.
(5) Air Bersih
a). Rusunawa
Air bersih di Rusunawa Slamaran berasal dari sumur artesis sebanyak 2 buah di lokasi yang sama di rusun tersebut. Air yang berasal dari sumur artesis tersebut ditampung di bak penampungan dengan volume sebesar 100.000 Liter yang kemudian disalurkan tiap – tiap unit/kamar di Rusunawa Slamaran. Air yang berasal dari sumur artesis tersebut sangat lancar dan memiliki kualitas yang bagus.
b). Griya Swadaya Asri
Penyediaan air bersih yang berada di Griya Swadaya Asri telah dikelola dengan swadaya masyarakat di lokasi tersebut. Penyediaan air bersih di lokasi ini berasal dari sumur dalam yang dibuat oleh Pemerintah Kota Pekalongan yaitu dari DPU- PT Kota Pekalongan. Pendistribusian dari sumur dalam tersebut dilakukan dengan sistem perpipaan yang disalurkan tiap – tiap rumah. Penyediaan air secara swadaya di lokasi ini dimaksudkan dalam hal pendistribusian dan pengelolaan air bersihnya, dimana tiap rumah tangga dikenakan biaya sesuai dengan meteran penggunaan airnya.
c). KPRS Bumi Rejo
Penyediaan air bersih yang berada di lokasi ini berasal dari PDAM yang menggunakan sistem perpipaan dengan setiap
commit to user
pun bagus. d). Bedah Kampung
Penyediaan air bersih yang berada di lokasi program Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru berasal dari sumur gali dengan kualitas air bersih yang bagus.
2. Implementasi Program terhadap Apek Ekonomi
a. Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan yang diadakan dalam implementasi
program Sapu Lidi yaitu berupa keterampilan berusaha seperti jasa boga, menjahit, bordir, tukang bangunan, otomotif, teknisi hp, dan las listrik. Pelatihan dilakukan di tiap-tiap lokasi program, namun pada kenyataannya pelatihan keterampilan yang berjalan hanya di lokasi Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru yang dikarenakan masyarakat penerima program di lokasi tersebut secara aktif mengikuti pelatihan,dimana dilakukan sebanyak sekali dalam seminggu.
b. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Swadaya Masyarakat
Lembaga keuangan swadaya masyarakat dalam implementasi aspek ekonomi program Sapu Lidi yaitu dalam bentuk kelompok ekonomi produktif dengan membentuk suatu kelompok yang bernama UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Kelompok masyarakat tersebut beranggotakan dari masyarakat penerima program itu sendiri di tiap – tiap lokasi dan juga dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga, apabila kelompok UPPKS terbentuk di tiap lokasi program, maka masyarakat penerima program dapat merasakan manfaat implementasi program terkait aspek ekonomi. Namun, kenyataannya di lapangan, tidak semua masyarakat penerima program di tiap – tiap lokasi membentuk kelompok UPPKS. Masyarakat penerima program yang membentuk kelompok UPPKS yaitu hanya di lokasi Bedah Kampung. Kelompok UPPKS inilah yang memberikan pelatihan atau
commit to user
dimana kelompok usaha tersebut terbentuk.
c. Pendapatan atau penghasilan Masyarakat Penerima Program
Implementasi suatu program perumahan permukiman seharusnya tidak hanya meningkatkan aspek fisik saja, tetapi juga aspek ekonomi yang salah satunya dapat dilihat apakah implementasi program tersebut dapat memberikan peningkatan penghasilan masyarakat penerima programnya. Seperti halnya, implementasi aspek ekonomi program Sapu Lidi Kota Pekalongan yang memberikan peningkatan pendapatan masyarakat penerima program yang berada di lokasi Bedah Kampung. Namun, ke 3 lokasi implementasi program yang lain yaitu di Rusunawa, Griya Swadaya Asri, dan Bumirejo Damai Residence tidak terjadi peningkatan penghasilan. Hal ini dikarenakan, di lokasi Bedah Kampung terdapat pelatihan keterampilan yang dapat memberikan modal untuk mencari pekerjaan dan juga kelompok swadaya masyarakat yang aktif dalam melakukan pelatihan. Peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat penerima program Sapu Lidi dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 Peningkatan Penghasilan/Pendapatan Masyarakat Penerima Program
No
Peningkatan
Pendapatan Masyarakat
Rusunawa
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo Damai Residence
Bedah Kampung
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
3. Implementasi Program terhadap Aspek Sosial
a. Pendidikan Implementasi program aspek sosial terkait pendidikan yaitu
diberikannya kemudahan bagi para anak usia wajib belajar 9 tahun
commit to user
Namun, kemudahan ini tidak dimanfaatkan oleh berbagai warga yang dikarenakan anak-anak dari warga tersebut ingin bersekolah di Sekolah Negeri atau sekolah yang bukan melalui kejar paket.
b. Pemberian Gizi Balita dan Ibu Hamil Implementasi program aspek sosial terkait pemberian gizi balita dan ibu hamil diadakan oleh posyandu yang terbentuk di tiap-tiap lokasi implementasi program. gizi yang diberikan yaitu berupa susu bagi balita dan ibu hamil yang diberikan selama periode tertentu apabila balita atau ibu hamil mengalami suatu kelainan atau penyakit. Posyandu di tiap-tiap lokasi implementasi program rutin dilakukan tiap seminggu sekali.
c. Swadaya Masyarakat Swadaya masyarakat dalam implementasi aspek sosial program
Sapu Lidi, lebih mengarah kepada pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan hasil implementasi program. bentuk swadaya masyarakat yang dilakukan yaitu misalnya gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal yang biasanya dilakukan setiap seminggu sekali. Hampir seluruh masyarakat di lokasi implementasi program memiliki sifat gotong royong yang tinggi, namun masih juga ada masyarakat yang tidak peduli. Selain itu juga ada gotong royong dalam perbaikan jalan lingkungan apabila ada yang rusak dengan dana secara swadaya yang dikumpulkan oleh masyarakat.
d. Pemberdayaan Lembaga Swadaya Masyarakat Pelaksanaan aspek sosial terkait lembaga swadaya masyarakat yang berada di lokasi program yaitu dengan dibentuknya suatu kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang kelompok tersebut dimaksudkan untuk menggali potensi tiap keluarga, pembinaan dan pemberdayaan tiap keluarga. UPPKS ini tidak hanya bergerak dalam aspek ekonomi, tetapi juga
commit to user
ini direncanakan oleh Pemerintah Kota dalam pembinaan usaha manusia untuk masyarakat penerima program, namun pada implementasinya masyarakat lah yang secara swadaya membentuk kelompok UPPKS tersebut.
Kelompok UPPKS ini kemudian membentuk atau mengurus kegiatan sosial yang berada di masyarakat yaitu posyandu balita, pengadaan dan pelaksanaan PAUD, ada juga yang membantu pembangunan masjid yang digunakan masyarakat sebagai tempat untuk pengajian. Kelompok ini bersifat aktif di masyarakat penerima program serta merupakan kelompok yang dapat meningkatkan keswadayaan masyarakat penerima program dan selain itu untuk meningkatkan interaksi antar warga.
e. Implementasi Program terhadap Pengembangan Kelompok (komunitas) Masyarakat miskin Kota Pekalongan seteleh mendapatkan kartu KK miskin, maka diberi pembekalan untuk bisa mengembangkan diri secara swadaya dalam aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Pengembangan kelompok masyarakat penerima program Sapu Lidi Kota Pekalongan dibentuk di tiap-tiap lokasi program secara swadaya masyarakat sendiri. Namun, pada kenyataannya tidak semua lokasi implementasi program membentuk kelompok atau komunitas secara swadaya karena masyarakat tidak aktif untuk membentuk suatu kelompok komunitas yang pada nantinya juga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyrakat itu sendiri. Adanya pengembangan kelompok (komunitas) ada di lokasi Bedah Kampung dan Griya Swadaya Asri, dimana pengembangan kelompok dilakukan dengan adanya pembinaan atau keterampilan, kegiatan sosial masyarakat yang memperhatikan kondisi kehatan masyrakat dan pendidikan anak-anak di lokasi tersebut, dan juga keagamaan. Namun, pengembangan kelompok di 2 lokasi program berbeda karena
commit to user
berbeda.
E. PERSEPSI
MASYARAKAT
TERHADAP
IMPLEMENTASI PROGRAM
1. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Fisik Implementasi Program
Implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan bagi masyarakat miskin Kota Pekalongan dilihat dari penangannya dalam meningkatkan kelayakan bangunan rumah, kejelasan status bangunan dan tanah, pelayanan akses air bersih dan sanitasi, dan juga penyediaan sarana prasarana yang memadai untuk masyarakat penerima program tersebut.
Berdasarkan dari responden di lokasi implementasi program, maka persepsi masyarakat terkait implementasi aspek fisik dapat dilihat dalam tabel berikut berikut :
Implementasi Program Bumirejo Damai
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Residence
No. Kondisi Fisik
Ya Tidak
1 Peningkatan kelaykan
0 0 bangunan rumah
2 Peningkatan status tanah dan
0 0 rumah yang jelas
3 Peningkatan Akses air bersih
0 0 yang mudah
4 Peningkatan Sarana Prasarana
5 Peningkatan Pelayanan
0 0 sanitasi/MCK yang baik
Rata – Rata
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
99
commit to user
Gambar 4.14 Diagaram Persepsi Masyarakat terkait Aspek
Fisik Implementasi Program
Berdasarkan tabel persepsi masyarakat terkait implementasi aspek fisik program Sapu Lidi Kota Pekalongan terlihat bahwa di lokasi Bedah Kampung secara 100% mengalami peningkatan kondisi fisik daripada kondisi sebelumnya.
Persepsi masyarakat di lokasi Rusunawa terkait implementasi aspek fisik program yaitu sebanyak 100% masyarakat penerima program menilai adanya perbaikan kondisi fisik dari kehidupan sebelumnya terkait status tanah dan rumah, akses air bersih yang mudah, sarana prasarana yang memadai, akses sanitasi yang baik, dan kelayakan bangunan rumah.
Aspek fisik implementasi program di Griya Swadaya Asri dapat terlihat aspek fisik yang banyak dirasakan masyarakat penerima program di lokasi Griya Swadaya Asri sebesar 100% yaitu terkait status tanah dan rumah, akses air bersih yang mudah dengan kualitas yang bagus, sanitasi yang baik, dan kelayakan bangunan rumah. Kondisi fisik terkait sarana prasarana yang berada di lokasi Griya Swadaya Asri sebanyak 64,29% yang tidak menganggap sarana prasarana di lokasi tersebut memadai
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo Damai
Residence
Bedah Kampung
Meningkat
Tidak Meningkat
commit to user
menggunakan paving blok tetapi di bagian yang lain, jalan masih dari tanah berkerikil. Selain itu, juga saluran yang berada di lokasi tersebut tidak jalan aliran airnya dan sering terjadi rob.
Implementasi aspek fisik program di Bumirejo Damai Residence dapat diketahui bahwa aspek fisik yang banyak dirasakan oleh masyarakat penerima program yang sebesar 100% yaitu terkait status lahan dan rumah, akses air bersih yang mudah dengan kualitas yang bagus, sanitasi yang baik, dan kelayakan bangunan rumah. Namun, implementasi aspek fisik yang tidak banyak dirasakan peningkatannya oleh masyarakat penerima program yaitu terkait sarana prasarana yaitu sebesar 76,92%. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang berada di lokasi tersebut berbeda, jalan utama masuk perumahan telah menggunakan paving blok, tetapi jalan lingkungan di perumahan masih dari tanah serta saluran air yang tidak ada kelanjutan arah alirannya.
2. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Ekonomi Implementasi Program
Persepsi masyarakat terhadap aspek ekonomi program Sapu Lidi Kota Pekalongan terkait adanya pelatihan keterampilan, adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat, dan peningkatan penghasilan atau tingkat ekonomi masyarakat. Implementasi aspek ekonomi program Sapu Lidi di lokasi Rusunawa, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bumirejo Damai
Bedah Kampung
Residence
No Aspek Ekonomi
2 Adanya pemberdayaan
0 0% masyarakat
lembaga keuangan swadaya 0 0% 15 100%
0 0% atau tingkat ekonomi
3 Peningkatan penghasilan
Rata - Rata
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
102
commit to user
Gambar 4.15 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomi
Implementasi Program
Implementasi Program Sapu Lidi terkait aspek ekonomi tiap lokasi program memiliki perbedaan. Implementasi apek ekonomi terkait adanya pelatihan keterampilan secara keseluruhan hanya dirasakan oleh masyarakat penerima program di Bedah Kampung. Namun, aspek ekonomi terkait peningkatan penghasilan dan Adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat hanya dirasakan oleh masyarakat di lokasi Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru, sedangkan di lokasi lainnya yaitu di Rusunawa, Griya Swadaya Asri, dan Bumirejo Damai Residence tidak dirasakan oleh masyarakat penerima program karena masyarakat penerima program di lokasi tersebut tidak secara swadaya membentuk kelompok usaha untuk meningkatkan penghasilan ataupun keterampilan mereka sendiri.
3. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Sosial Implementasi Program
Persepsi masyarkat mengenai aspek sosial implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan terkait adanya kemudahan pendidikan, pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil, peran serta atau swadaya
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo
Damai Residence
Bedah Kampung
Meningkat
Tidak Meningkat
commit to user
aktif, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.10 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial
Implementasi Program
No.
Aspek Sosial
1 Kemudahan Pendidikan
17 35%
32 65%
2 Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hami
49 100%
0 0%
3 Adanya peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga
lingkungan
sekitar
tempat tinggal
31 63,27%
18 36,73%
4 Adanya pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif
21 42,86%
28 57,14%
Rata - Rata
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
Gambar 4.16 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial
Implementasi Program
Berdasarkan responden penelitian yang berada di 4 lokasi implementasi, menilai bahwa implementasi aspek sosial yang dapat dirasakan secara sepenuhnya di keempat lokasi program yaitu terkait pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil. Namun, aspek sosial yang
Adanya pemberian gizi bagi balita dan
ibu hami
Adanya peran serta
atau swadaya masyarakat yang
aktif
Adanya pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif
Meningkat
Tidak Meningkat
commit to user
kemudahan pendidiakan yang dikarenakan masyarakat penerima program tidak mendapat keringanan biaya pendidikan karena kemudahan pendidikan yang dilakukan hanya untuk siswa kejar paket sedangkan anak dari masyarakat penerima program menempuh sekolah negeri. Secara keseluruhan, aspek sosial implementasi program lebih banyak dirasakan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%.
4. Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program
Kesesuaian harapan masyarakat terhadap implementasi program Sapu Lidi di lokasi Rusunawa Slamaran, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.11 Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap
Implementasi Program
Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Implementasi Program
Rusunawa
Slamaran
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo
Damai Residence
Bedah Kampung
Panjang Baru
Sesuai Harapan
13 87 6 43 4 31 5 71 28 56 Tidak Sesuai
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
commit to user
Gambar 4.17 Diagram Kesesuaian Harapan Masyarakat
terkait Implementasi Program
Berdasarkan responden penelitian di 4 lokasi implementasi Program Sapu Lidi diketahui bahwa lokasi program di Rusunawa Slamaran dan Bedah Kampung di Panjang Baru dinilai yang paling banyak sesuai dengan keinginan ataupun harapan dari masyarakat yaitu masing – masing sebesar 87% dan 71%. Hal ini dikarenakan, masyarakat penerima program di Rusunawa sebelumnya memiliki masalah terkait penyediaan rumah yang layak, sehingga dengan adanya program Sapu Lidi sangat membantu masyarakat penerima program dalam memiliki rumah yang layak huni sehingga implementasi program sangat sesuai harapan bagi masyarakat penerima program di Rusunawa. Bagi masyarakat penerima program di Bedah Kampung lebih banyak yang merasakan implementasi program sesuai dengan harapan atau keinginan masyarakat dikarenakan dari awal proses implementasi program, masyarakat dilokasi tersebut ikut serta dalam merencenakan dan dalam tahapan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan untuk 2 lokasi implementasi program yaitu di Bumirejo Damai Residence dan Griya Swadaya Asri yang masyarakat penerima programnya lebih banyak merasakan implementasi program tidak sesuai dengan keingianan atau harapan yang dikarenakan
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo
Damai Residence
Bedah Kampung
sesuai tidak sesuai
commit to user
memuaskan karena keadaan sarana prasarana yang belum sepenuhnya memadai, dan aspek ekonomi yang tidak ada implementasinya di lokasi tersebut walaupun sebenarnya karena di lokasi tersebut itu sendiri, masyarakat tidak berperan aktif dalam membentuk suatu kelompok swadaya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat.
Sedangkan untuk keseluruhan penilaian terhadap kesesuaian implementasi program di seluruh lokasi implementasi program, dapat dilihat dalam diagram berikut :
Gambar 4.18 Diagram Presentase Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program
Dilihat dari diagram tersebut, maka diketahui bahwa program Sapu Lidi menurut responden penelitian dari ke 4 lokasi sebanyak 56% menilai bahwa program tersebut telah sesuai dengan keinginan atau harapan masyarakat. Namun, banyak juga responden yang menilai bahwa program Sapu Lidi tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau harapan masyarakat yaitu sebanyak 44%.
56%
44%
Sesuai Harapan
Tidak Sesuai Harapan
commit to user
Suatu implementasi program pasti diharapkan memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat penerima program tersebut, begitupula dengan program Sapu Lidi yang memberikan manfaat bagi masyarakat yang menerima program tersebut. Persepsi masyarakat tentang manfaat implementasi program yaitu terkait status lahan dan rumah yang legal, membantu pembangunan/perbaikan rumah, Meningkatkan sarana dan prasarana, Meningkatkan ekonomi masyarakat, Pemberian Keterampilan dan Kemudahan Pendidikan, Kepedulian Gizi Balita dan Ibu Hamil, Penguatan Kelembagaan, dan Pemberdayaan Lembaga Keuangan.
Persepsi masyarakat terhadap manfaat yang dirasakan di tiap – tiap lokasi program dapat dilihat dalam tabel berikut :
Bumirejo Damai
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Residence
No Manfaat yang dirasakan
Ya Tidak
Jml (%) Jml (%) Jml
(%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%)
Memiliki status lahan dan rumah
0 0 3 43 4 57,14 yang legal
Membantu pembangunan/perbaikan
3 Meningkatkan sarana dan prasarana
4 Meningkatkan ekonomi masyarakat
5 Pemberian Keterampilan dan
0 0 Kemudahan Pendidikan
6 Kepedulian Gizi Balita dan Ibu
Penguatan Kelembagaan
Pemberdayaan Lembaga Keuangan 0 0 15 100
Rata – Rata
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
109
commit to user
oleh masyarakat penerima program memiliki penilaian yang berbeda di tiap lokasi implementasi program. Manfaat implementasi program paling banyak dirasakan masyarakat penerima program di Bedah Kampung. Secara keseluruhan di lokasi implementasi program, lebih banyak masayarakat penerima program yang merasakan manfaat implementasi program yang dapat dilihat dalam diagram berikut :
Gambar 4.19 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Manfaat
Implementasi Program
6. Persepsi Masyarakat tentang Permasalahan Pelaksanaan Program
Persepsi masyarakat terkait permasalahan yang terjadi dalam implementasi program Sapu Lidi dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.13 Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan
dalam Implementasi Program
Tidak Bermasalah Jumlah % Jumlah
1 Pengelompokan Masyarakat Miskin
0 0%
49 100%
2 Pendekatan Masyarakat
11 22%
38 78%
3 Identifikasi Masalah
0 0%
49 100%
4 Identifikasi Potensi dan Kebutuhan
0 0%
49 100%
5 Penyusunan Rencana
9 18%
40 82%
6 Rintisan Penyelenggaraan
8 Pemanfaatan dan Pengelolaan
19 39%
30 61%
Rata – Rata
6 12%
43 88%
Sumber : Hasil Kuesioner, 2011
Ya 65%
Tidak
35%
commit to user
Gambar 4.20 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan
dalam Implementasi Program
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penilaian masyarakat terhadap permasalahan implementasi progam secara garis besar tidak banyak permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat penerima program yaitu sebesar 88%, dimana tahapan yang dirasakan oleh masyarakat tidak adanya masalah yaitu pada tahapan pengelompokan masyarakat, identifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan, serta tahapan pembangunan yaitu sebesar 100%. Sedangkan, permasalahan yang banyak dirasakan masyarakat dalam tahapan implementasi program yaitu terkait tahapan pemanfaatan dan pengelolaan yaitu sebesar 39%. Hal ini dikarenakan, dalam tahapan pemanfaatan dan pengelolaan masyarakat penerima program belum bisa secara swadaya aktif dalam meningkatkan aspek fisik, sosial, dan ekonomi dari hasil implementasi program tersebut.
Pengelompokan Masyarakat Miskin
Pendekatan Masyarakat
Identifikasi
Masalah
Identifikasi Potensi dan
Rintisan Penyelenggaraan
Pembangunan Pemanfaatan dan Pengelolaan
Bermasalah
Tidak Bermasalah
commit to user
ANALISIS EVALUASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN
A. ANALISIS EFEKTIFITAS
PENCAPAIAN
IMPLEMENTASI
PROGRAM SAPU LIDI
Analisis efektifitas pencapaian tujuan dapat diukur dengan menggunakan indikator, yaitu mendukung target Kota Pekalongan bebas Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2008 dan bebas Kawasan Kumuh Tahun 2010. Analisis efektifitas pencapaian pelaksanaan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.1 Analisis Efektifitas Implementasi Program Data RTLH
sebelum Implementasi Program
Data Jumlah RTLH Tahun Implementasi Program
Jumlah RTLH Tertangani
Kontribusi Implementasi Program
Sumber :BPS Kota Pekalongan Tahun 2009 dan Hasil Analisis, 2011
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil dari implementasi Program Sapu Lidi memberikan kontribusi yang sangat kecil dalam penanganan RTLH Kota Pekalongan. Apabila dikriteriakan menurut rentang nilai dari F, Gunawan maka dinyatakan TIDAK EFEKTIF karena kontribusi implementasi program Sapu Lidi tiap-tiap tahun di antara rentang 0% - 25%.
Walapun memiliki kontribusi yang kecil dalam penanganan RTLH Kota Pekalongan, tetapi adanya program Sapu Lidi setidaknya turut membantu penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan, yang tidak hanya menyediakan perumahan permukiman tetapi juga bertujuan mendorong keswadayaan masyarakat.
commit to user
MEKANISME DALAM PEMBERIAN BANTUAN SAPU LIDI
Tingkat efesiensi implementasi program dapat diukur dengan menggunakan indikator yang terdiri dari tolak ukur sebagai berikut : Kepanitian bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mekanisme pencairan dan pengajuan bantuan implementasi program yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku Tolak ukur tersebut yang nantinya digunakan untuk mengetahui
keefisiensian implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan dengan menggunakan analisis efisiensi peran lembaga yang terlibat dan mekanisme pemberian bantuan. Namun, sebelum melakukan analisis tersebut, terlebih dahulu menggunakan analisis peran lembaga/lembaga yang terlibat dan analisis mekanisme pengajuan dan pencairan bantuan program.
1. Analisis Peran Kepanitiaan/Lembaga yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Sapu Lidi
Peran kepantiaan implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan telah sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing, baik itu panitia di tingkat kota sampai dengan panitia di lapangan. Namun, peran dari panitia tersebut belum terlihat secara jelas dalam tiap tahapan implementasi program sehingga tidak dapat menggambarkan peran panitia dalam setiap tahapan implementasi program secara utuh.
Suatu program perbaikan atau peningkatan kualitas hunian untuk menanggulangi kemiskinan masyarakat di suatu kota, perlu adanya peran pemerintah yang kuat untuk mendorong keswadayaan masyarakat agar bisa berkembang secara swadaya dan turut aktif dalam segala tahapan implementasi program. Menurut A, Rahardjo peran pemerintah bukan sebagai penyedia tetapi sebagai fasilitator (enabler) dalam hal pembentukan community development . Namun, karena panitia implementasi program tidak terlihat secara jelas perannya dalam setiap tahapan implementasi dan juga ke masyarakat penerima program, maka dapat dinyatakan peran panitia Kurang Efisien.
commit to user
Sapu Lidi Kota Pekalongan
Pemberian bantuan sangat dibutuhkan dalam suatu program untuk mendukung dan mempermudah pelaksanaan program yang khususnya untuk menangani kemiskinan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah bantuan yang diberikan telah sesuai dengan mekanismenya atau tidak. Berikut analisis mekanisme pengajuan dan pencairan bantuan program Sapu Lidi Kota Pekalongan :
Tabel 5.2 Analisis Mekanisme Pengajuan dan Pencairan
Bantuan Program
Aspek
Proses Mekanisme
Pencapaian
Sumber Bantuan Program
Bantuan tiap - tiap dinas atau instansi yang terkait
Setiap lokasi mendapatkan sumber dana disesuaikan dengan bentuk penanganan program di lokasi tersebut
APBD, APBN, dan dana dari pihak swasta, Menpera
Pencairan Bantuan
Diserahkan kepada Tim Pelaksana Kegiatan Program
Mekanisme pencairan bantuan sesuai dengan ketentuan
Penggunaan Bantuan
Pembangunan atau Perbaikan Rumah Penggunaan bantuan di tiap - tiap lokasi terkait erat dengan sumber bantuan yang didapatkan dan juga kebutuhan bentuk di tiap lokasi
Perbaikan sarana prasarana rumah, yaitu air bersih, sanitasi, jalan, dan drainase
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Berdasarkan tabel analisis tersebut, dapat diketahui bahwa mekanisme pengajuan dan pencairan bantuan program telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, mekanisme dari implementasi program hanya sampai dengan bantuan tersebut selesai dalam bentuk bangunan rumah, tetapi tidak ada mekanisme untuk masyarakat penerima program untuk mengakses hasil bantuan tersebut. Selain itu, di mekanisme bantuan tidak muncul peran panitia dalam setiap tahapan ataupun mekanisme bantuan.
commit to user
Sapu Lidi Kota Pekalongan dapat dikatakan Kurang Ffisien karena peran lembaga yang terlibat telah sesuai dengan peran dan tugas masing- masing namun dalam mekanisme ataupun tahapan implementasi program belum terlihat perannya dan untuk mekanisme bantuan program, hanya sampai dengan pembangunan rumah, tanpa ada mekanisme bagaimana masyarakat penerima program mendapatkan bantuannya tersebut sampai dengan keberlanjutannya program tersebut.
C. ANALISIS TINGKAT KECUKUPAN CAPAIAN PROGRAM DALAM KOMPONEN TRIDAYA PEMBANGUNAN PERUMAHAN
Analisis tingkat kecukupan capaian program dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil dari implementasi program Sapu Lidi mampu memecahkan masalah. Tidak hanya memecahkan masalah, tetapi juga dapat memberikan peningkatan kualitas dari keadaan sebelum dengan setelah implementasi program. Analisis tingkat kecukupan capaian program dapat diukur dengan menggunakan indikator – indikator yang terdiri dari tolak ukur yang harus dicapai, yaitu antara lain :
Keberhasilan Fisik, yang meliputi : - Pembangunan rumah aman dan layak huni
- Jelas Status kepemilikan Bangunan dan Rumah - Sarana Prasarana yang memadai - Adanya kemudahan akses sanitasi/MCK - Peningkatan Kualitas lingkungan perumahan permukiman Keberhasilan Ekonomi, yang meliputi : - Adanya pelatihan keterampilan - Adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat - Adanya peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat
Keberhasilan Sosial, yang meliputi : - Adanya kemudahan pendidikan
- Adanya pemberian gizi balita dan ibu hamil
commit to user
- Peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga
lingkungan sekitar tempat tinggal - Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif.
Indikator dan tolak ukur penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program, dimana untuk mengetahui tingkat keberhasilannya diperlukan suatu pengkriteriaan yang telah ditentukan. Pengkriteriaan yang dilakukan berdasarkan teori, dimana untuk keberhasilan fisik menggunakan teori dari Dirjen Cipta Karya, keberhasilan ekonomi menggunakan teori dari Turner, dan keberhasilan sosial menggunakan teori dari Deliyanto. Pengkriteriaan dilakukan setelah melakukan analisis pada masing-masing indikator dan di tiap-tiap lokasi implementasi program sehingga dapat diketahui lokasi implementasi program yang memiliki keberhasilan dalam setiap aspek
Analisis tingkat kecukupan capaian program dengan variabel yang digunakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah? Berdasarkan aspek fisik, sosial, dan ekonomi di lokasi implementasi program dapat dilihat dalam tabel berikut :
Bumirejo Damai
Analisis Komponen
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Implementasi Tanah dan orang lain dan Pemerintah
Status
Hak Milik
Hak Milik
Hak Milik
Hak Milik
Hak Milik Hak Milik
Ada 18%
Hak Milik
program berhasil
Rumah
ada yang di
memberi kejelasan lahan ilegal
yang
yang belum
disewakan
memiliki
status kepemilikan
sertifikat
tanah dan rumah masyarakat penerima program
terkait pembangunan jalan di Bumirejo Damai
JALAN
Residence dan griya swadaya asri dapat dikatakan belum berhasil.
Tanah
paving blok Beraspal
Seluruh jalan
berkerikil
dan jalan lingkungan yang
jalan masuk
berkerikil
telah di
selasar antar berada di gang 1
telah di paving
paving blok
hunian dari
telah di paving
blok, tetapi
keramik blok, sedangkan
jalan
jalan lingkungan lingkungan
lainnya masih
masih dari
dari tanah
tanah
berkerikil.
berkerikil.
Bumirejo Damai
Analisis Komponen
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Saluran Air
Implementasi saluran air
Ada, tapi
Ada, aliran
Ada
Ada, tetapi
Ada,
Ada, tetapi
Belum Ada
Ada, aliran
program terkait tidak lancar
saluran air
keadaan
kondisi
tidak muara
saluran air
lancar
saluran airnya bagus
aliran saluran
lancar.
saluran air belum
tidak lancar
airnya
memadai di lokasi Bumirejo Damai Residence dan griya swadaya asri
Air Bersih Air PAM,
Seluruh jalan Implementasi tetapi kualitas dari sumur
Air bersih
Air bersih
Swadaya
Air bersih Air bersih dari Ada yang
program berhasil air buruk
berasal dari
masyarakat
berasal
PAM dengan
belum dapat
telah di
dari PAM kualitas air
mengakses
paving blok
memberikan akses
dengan
sumur
penyaluran ke dan sumur yang bagus
air bersih
air bersih yang
kualitas
tiap – tiap
mudah dengan
bagus
rumah dari
kualitas air yang
bagus Sanitasi/ Ada 20% Semua
sumur artesis
Semua
Tidak Ada
Semuanya Tidak Ada
MCK pribadi program berhasil belum
yang memiliki memiliki
yang belum
menyediakan memiliki MCK
MCK pribadi MCK pribadi
MCK pribadi pembanguna sanitasi yang baik pribadi
pribadi
dan sebagian n MCK
kondisi
umum
MCKnya tidak bagus
Bumirejo Damai
Analisis Komponen
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Bangunan 20% rumah
Permanen Tidak Ada
yang non
program berhasil permanen
yang semi
kondisi rusak
penerima program
EKONOMI
Pelatihan
Tidak Ada
Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Ada
Ada, berupa
Implementasi
Keterampil
jasa boga,
program aspek
-an
menjahit,
ekonomi terkait
bordir,dll
pelatihan keterampilan dapat
dikatakan tidak berhasil, karena hanya 1 lokasi
yang memiliki pelatihan
keterampilan
Bumirejo Damai
Analisis Komponen
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Ada
Ada, dengan Implementasi
dayaan
memben-tuk program terkait
lembaga keuangan
swadaya
tergantung dari
masyara-
keaktifan dari
kat
masing- masing masyarakat tiap lokasi program.
Peningkata
Implementasi
program hanya
masyarakat di
Meningkat, mayoritas lokasi Bedah
Kampung karena di
Tidak
terjadi
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
lokasi tersebut
meningkat
peningka-tan sebesar 0- masyarakatnya
memiliki keaktifan
untuk dapat
memberbaiki keadaan ekonomi
mereka
Bumirejo Damai
Analisis Komponen
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Kemudah- Tidak Ada
Ada,
Tidak Ada
Ada,
Tidak Ada Ada,
Tidak Ada
yang diberikan
yang diberikan
yang diberikan peningkatan pada
diberikan
yaitu kejar
yaitu kejar
yaitu kejar
aspek pendidikan.
yaitu kejar
Pemberian Ada, sebulan
Ada, lebih
Ada, sebulan Ada, lebih
Ada,
Ada, lebih
Ada,
Ada lebih
Implementasi
gizi balita
sekali tetapi
tidak rutin.
peningkatan dalam
hamil
sebulan sekali.
sebulan sekali.
sebulan sekali. perbaikan gizi
Namun, bagi
Namun, bagi
Namun, bagi
balita ataupun
balita ataupun
balita ataupun
ibu hamil yang
ibu hamil yang
ibu hamil yang
kurang gizi
kurang gizi
kurang gizi
Tidak Ada
Ada, kurang Tidak Ada
Ada,
Tidak
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada,
aktif Implementasi
dayaan
aktif dalam
aktif melaku-
lembaga Swadaya kegiatan
melakukan kan kegiatan
tergantung dari
kat yang
keaktifan
Aktif
masyarakat di lokasi tersebut.
Bumirejo Damai
Analisis Komponen
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Peran dan Tingkat gotong Tingkat
Tingkat
Tidak
ada Tingkat
Tidak
ada Tingkat
Tingkat gotong Implementasi
Swadaya
royong tinggi
royong makin terkait peran dan
Masyara-
royong makin royong tinggi
kat yang
tergantung dari karakter masyarakat di lokasi tersebut.
Sumber : Hasil Analisis, 2011
122
commit to user
Berdasarkan tabel analisis tingkat kecukupan capaian aspek fisik,sosial, dan ekonomi implementasi program, maka dapat dikriteriakan tingkat keberhasilan program di tiap-tiap lokasi implementasi dan dipisahkan berdasarkan indikator keberhasilan fisik, sosial, dan ekonomi.
1. Keberhasilan Fisik Menurut Dirjen Cipta Karya : 1999, Komponen yang harus ada dalam upaya perbaiakan atau peningkatan kualitas lingkungan, harus memiliki komponen yang terdiri dari : Jalan lingkungan, jalan setapak, Sistem Drainase, Penyediaan air bersih, Pengumpulan dan pembuangan sampah, dan fasilitas penyehatan lingkungan (MCK), dimana keseluruhan komponen tersebut harus dalam kondisi yang bagus dan memadai. Berdasarkan teori dari Dirjen Cipta Karya tersebut maka dapat diketahui penilaian kriteria tiap-tiap lokasi implementasi program dapat diketahui sebagai berikut :
a. Rusunawa Memiliki jalan lingkungan dengan kondisi yang bagus yaitu di paving blok, sistem drainase yang baik, penyediian air bersih yang bagus, sanitasi/MCK ada di setiap hunian dan pembuangan sampah rutin dilakukan oleh petugas 2 hari sekali. Maka pada lokasi Rusunawa implementasi program terkait aspek fisik dinyatakan BERHASIL.
b. Griya Swadaya Asri Kondisi jalan lingkungan dan setapak kurang bagus karena kondisi jalan tidak sama pada seluruh lokasi. Sistem drainase kurang baik karena aliran air yang tidak lancar. Penyediaan air bersih baik. Pembuangan sampah rutin dilakukan oleh petugas. Memiliki sanitasi/MCK tiap rumah. Maka pada lokasi Griya Swadaya Asri, implementasi program terkait aspek fisik dinyatakan KURANG BERHASIL.
commit to user
c. Bumirejo Damai Residence Kondisi jalan lingkungan dan setapak kurang bagus karena kondisi jalan tidak sama. Sistem drainase kurang baik karena muara aliran dari drainase tidak ada. Penyediaan air bersih baik. Pembuangan sampah rutin dilakukan oleh petugas. Memiliki sanitasi/MCK tiap rumah. Maka implementasi program di lokasi Bumirejo Damai Residence terkait aspek fisik dinyatakan KURANG BERHASIL.
d. Bedah Kampung Memiliki jalan lingkungan dengan kondisi yang bagus yaitu di paving blok, sistem drainase yang baik, penyediian air bersih yang bagus, sanitasi/MCK ada di setiap hunian dan pembuangan sampah rutin dilakukan oleh petugas 2 hari sekali. Maka implementasi program di lokasi Bedah Kampung terkait aspek fisik dinyatakan BERHASIL.
2. Keberhasilan Ekonomi Menurut Turner : 1980, Suatu pembangunan perumahan permukiman baru juga sebaiknya dapat menghasilkan kegiatan ekonomi baru sehingga mengalami peningkatan penghasilan dari kondisi sebelumnya. Berdasarkan kriteria dari teori Turner tersebut, maka hanya lokasi implementasi program di Bedah Kampung yang dinyatakan BERHASIL terkait hasil implementasi aspek ekonomi karena masyarakat penerima implementasi program secara swadaya membentuk lembaga keuangan masyarakat untuk melakukan keterampilan-keterampilan sehingga penghasilan masyarakat penerima program dapat meningkat. Sedangkan lokasi implementasi program di Rusunawa, Griya Swadaya Asri, dan Bumirejo Damai Residence dianggap tidak berhasil karena masyarakat penerima implementasi program tidak membentuk pemberdayaan lembaga keuangan yang dapat melakukan pelatihan- pelatihan keterampilan sehingga tidak ada peningkatan penghasilan masyarakat.
commit to user
Aspek ekonomi implementasi program dapat berhasil, apabila ada usaha untuk membangun suatu community development, adanya community development dimaksudkan pembangunan masyarakat yang secara ikut serta aktif dalam merumuskan kebutuhan untuk memecahkan masalahnya secara partisipatif. Model community development yang diperlukan yaitu model community development yang komprehensif yang diperlukan masyarakat penerima program dan pemerintah yang berkepentingan terkait implementasi program sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang meliputi banyak bidang dan sektor.
3. Keberhasilan Sosial Menurut Deliyanto, 2011 Keberhasilan sosial ditentukan oleh Tingkat partisipasi penghuni yang aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan. Berdasarkan dari teori tersebut, maka dapat diketahui kriteria penilaian dari masing-masing lokasi implementasi program sebagai berikut :
a. Rusunawa Masyarakat secara aktif menjaga lingkungan perumahan secara swadaya sehingga implementasi program di lokasi Rusunawa dinyatakan BERHASIL.
b. Griya Swadaya Asri Masyarakat secara aktif secara swadaya meningkatkan kualitas hunian secara swadaya dan lingkungannya sehingga implementasi program terkait aspek sosial di lokasi Griya Swadaya Asri dinyatakan BERHASIL.
c. Bumirejo Damai Residence Partisipasi masyarakat kurang aktif dalam memelihara dan
mengembangkan perumahan dan lingkungan sehingga implementasi program terkait aspek sosial di lokasi Bumirejo Damai Residence dinyatakan KURANG BERHASIL
commit to user
d. Bedah Kampung Masyarakat penerima program aktif dan secara swadaya meningkatkan kualitas perumahan dan lingkungan sehingga implementasi program di lokasi Bedah Kampung terkait aspek sosial dinyatakan BERHASIL.
Penanggulangan kemiskinan menurut UU No.5 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) disebutkan ada 4 strategi penanggulan kemiskinan, yaitu penciptaan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan, dan perlindungan sosial. Namun, dalam implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan belum mampu melaksanaakan keempat strategi tersebut. Strategi yang telah ditempuh implementasi program Sapu Lidi yaitu Peningkatan Kemampuan, dimana implementasi program Sapu Lidi memberikan kemudahan pendidikan bagi masyarakat penerima program dengan kejar paket dan implementasi program tersebut membantu penyediaan atau perbaikan kualitas perumahan permukiman. Selain itu, implementasi program Sapu Lidi telah mampu menjalankan strategi Pemberdayaan Masyarakat, walapun hanya di beberapa lokasi implementasi program yaitu di Griya Swadaya Asri dan Bedah Kampung yang di lokasi tersebut terdapat keswadayan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hunian dan menjaga lingkungan hunian dengan swadaya. Misalnya di Griya Swadaya Asri, masyarakat penerima program di lokasi tersebut telah mampu memenuhi penyediaan air secara berkelompok.
Sehingga implementasi program Sapu Lidi secara garis besar Berhasil dalam aspek fisik dan sosial karena menurut UU tersebut diketahui bahawa implementasi program hanya mampu menjalankan strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Kemampuan untuk menanggulangi masalah kemiskinannya.
commit to user
D. ANALISIS RESPONSIVITAS MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SAPU LIDI
Analisis responsitas masyarakat terhadap impelementasi program digunakan untuk mengetahui hasil implementasi program memberikan multiplier effect atau tidak bagi masyarakat penerima program. Analisis responsitas masyarakat dapat diukur dengan indikator tolak ukur yang meliputi :
Manfaat yang dirasakan masyarakat penerima program dari hasil implementasi program, terkait manfaat : - Status lahan dan rumah yang jelas - Membantu pembangunan atau perbaikan rumah - Meningkatkan sarana prasarana - Meningkatkan ekonomi masyarakat - Pemberian keterampilan dan kemudahan pendidikan - Kepedulian gizi balita dan ibu hamil - Penguatan kelembagaan - Pemberdayaan lembaga keuangan Implementasi program telah sesuai dengan keinginan atau harapan masyarakat penerima program Implementasi program tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat penerima program dalam tahapan implementasi, terkait : - Pengelompokan masyarakat miskin - Pendekatan masyarakat - Identifikasi masalah - Identifikasi potensi dan kebutuhan - Penyusunan rencana - Rintisan penyelenggaraan - Pembangunan - Pemanfaatan dan Pengelolaan
commit to user
Tingkat keberhasilan program terkait kriteria Responsivitas berdasarakan hasil capaian dari tolak ukur penilaian masyarakat terkait hasil implementasi program, dimana dipisahkan di tiap-tiap lokasi implementasi program agar dapat diketahui dimana penilaian masyarakat tertinggi di lokasi implementasi program.
Analisis responsitas masyarakat terkait implementasi program, dapat dilihat secara jelas dalam tabel berikut :
129
Variabel Responsitas
Indikator Tolak Ukur
RUSUNAWA
GRIYA SWADAYA ASRI
BUMIREJO DAMAI
RESIDENCE
BEDAH KAMPUNG
Target Capaian
Apakah ada multiplier effect dari progra, tersebut yang memuaskan kelompok - kelompok tertentu?
Persepsi masyara- kat penerima program terhadap proses dan tahapan pelaksana- an program, serta tingkat kepuasan implemen- tasi program
Manfaat yang dirasakan, terkait:
Status tanah
dan rumah jelas
Membantu
perbaikan atau perbaikan rumah
Peningkatan
sarana prasarana
Peningkatan
ekonomi masyarakat
Pemberian
keterampilan dan kemudahan pendidikan
kualitas hunian dari
kondisi
sebelumnya Memberikan
status lahan dan rumah yang jelas
Meningkatkan
kualitas/ketahana n
rumah
(Permanen) Meningkatkan
penyediaan sarana prasarana
Memberi
pelatihan keterampilan
Menciptakan
swadaya masyarakat
Tidak ada multiplier effect terkait aspek fisik, hanya menyelesai- kan permasalah- an kondisi sebelumnya .
Namun, memiliki multiplayer effect terkait keaktifan kepedulian pemberian gizi.
Penyediaan
rumah untuk pengambilan rumah pertama
Memberikan
status lahan dan rumah yang jelas
Meningkat-
kan kualitas/keta hanan rumah (Permanen)
Meningkat-
kan penyediaan sarana prasarana
Memberi
pelatihan keterampilan
Menciptakan
Ada multiplier effect secara swadaya meningkat- kan kualitas hunian, peran serta
dan kelembagaan masyarakat yang
aktif, dan keaktifan kepedulian pemberian gizi.
Penyedia-
an rumah bagi para PNS golongan rendah/TNI untuk pengambil- an rumah pertama
Memberi-
kan status lahan dan rumah yang jelas
Meningkat-
kan kualitas/ket ahanan rumah (Permanen)
Meningkat-
kan
Ada multiplier effect secara swadaya meningkat- kan kualitas hunian, dan keaktifan kepedulian pemberian gizi.
Penanganan untuk meningkatk an kualitas hunian dari kondisi sebelumnya
Memberika
status lahan dan rumah yang jelas
Meningkat-
kan kualitas/ket ahanan rumah (Permanen)
Meningkat-
kan penyediaan sarana prasarana
Secara keseluruh- an memiliki multiplier effect.
BUMIREJO DAMAI
BEDAH KAMPUNG Variabel
RUSUNAWA
GRIYA SWADAYA ASRI
RESIDENCE
Indikator Tolak Ukur Responsitas
Target Capaian
an lembaga
swadaya masyarakat
Implementasi program sesuai dengan
Sesuai sebesar 87%
Sesuai sebesar 43%
Sesuai sebesar 31%
Sesuai sebesar 71%
keinginan atau harapan masyarakat
Tidak Tidak ada masalah terkait : Tidak ada masalah terkait : Tidak ada masalah terkait
Tidak ada masalah
Menimbulka
Pengelompokan masyarakat
Pengelompokan masyarakat :
terkait :
n Masalah miskin
pada tahapan Pendekatan Masyarakat
Pendekatan Masyarakat
masyarakat miskin
masyarakat miskin
implementasi Identifikasi masalah
Identifikasi masalah
Identifikasi masalah
Pendekatan masyarakat
, terkait : Identifikasi potensi dan
Identifikasi potensi dan
Identifikasi potensi dan
Identifikasi masalah
Pengelomp kebutuhan
kebutuhan
kebutuhan
Identifikasi potensi dan
okan Penyusunan rencana
Penyusunan rencana
Rintisan Penyelenggaraan
Penyusunan rencana
Rintisan Penyelenggaraan
Miskin Pembangunan
Pembangunan
Rintisan
BUMIREJO DAMAI
BEDAH KAMPUNG Variabel
RUSUNAWA
GRIYA SWADAYA ASRI
RESIDENCE
Indikator Tolak Ukur Responsitas
Target Capaian
Pendekatan penyelenggaraan
Pemanfaatan dan
Masalah
pengelolaan
Identifikasi Potensi dan
Kebutuhan Penyusunan Rencana Rintisan Penyelengg araan
Pembangun an Pemanfaata n dan Pengelolaa
Sumber : Hail Analisis, 2011
131
commit to user
adalah hal penting. Hal ini dikarenakan adanya penilaian masyarakat yang merupakan obyek langsung dari implementasi program, dimana masyarakat tersebut yang dapat secara langsung merasakan dampak dari hasil implementasi program, apakah implementasi program tersebut telah sesuai dengan keinginan masyarakat ataukah belum. Sehingga apabila penilaian masyarakat tinggi terkait hasil implementasi program, maka dapat dikatakan program tersebut berhasil.
Berdasarkan tabel analisis responsivitas masyarakat terkait implementasi program diketahui hasil implementasi di tiap-tiap lokasi implementasi program, penilaian masyarakat TERBANYAK yaitu di lokasi BEDAH KAMPUNG, dimana di lokasi tersebut masyarakat penerima program menilai implementasi program telah sesuai dengan keinginan, hasil dari implementasi program juga memberikan banyak Multiplier Effect, dan tidak menimbulkan banyak masalah dalam tahapan implementasi program. Sedangkan di lokasi walaupun masyarakat menilai implementasi program telah sesuai dengan keinginan. Namun, hasil dari implementasi program tidak seluruhnya merasakan Multiplier Effect terkait hasil implementasi program.
E. ANALISIS KETEPATAN ATAU KESESUAIAN KELOMPOK SASARAN/TARGET GROUP PELAKSANAAN PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN
Analisis ketepatan atau kesesuaian kelompok sasaran atau target group implementasi program dilakukan untuk mengetahui implementasi program tepat sasaran atau tidak, dimana tolak ukur yang digunakan yaitu :
Masyarakat penerima program merupakan target group dari tiap lokasi program yaitu berdasarkan ketentuan di tiap lokasi terkait tingkat penghasilan masyarakat penerima program. Kesesuian penghunian yaitu masyarakat penerima program menempati sendiri hunian atau rumah hasil implementasi program.
commit to user
menggunakan rentang nilai dari penelitian sebelumnya yaitu dari F. Gunawan : 2005. Menggunakan rentang penilaian, karena hasil analisis dari kriteria Ketepatan berupa data numerik.
Sebelum melakukan analisis ketepatan atau kesesuaian sasaran atau target gruop masyarakat penerima program, maka sebelumnya dilakukan 2 analisis yaitu analisis kesesuaian tingkat penghasilan masyarakat dan analisis penghunian.
1. Analisis Kesesuaian Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program
Analisis kesesuain tingkat penghasilan masyarakat digunakan untuk mengetahui bahwa masyarakat penerima program merupakan masyarakat yang menjadi target group yaitu berdasarkan ketentuan tingkat penghasilan masyarakat penerima program. Barikut tabel target group dari tiap – tiap lokasi implementasi program :
Tabel 5.5 Target Group berdasar Tingkat Penghasilan
Masyarakat Penerima Program
No
Lokasi Implementasi
Program
Ketentuan Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program
Pemberi Ketentuan
1 Rusunawa Rp. 750.000,00 - Rp. 2.000.000,00
UPTD Rusunawa
2 Griya Swadaya Asri Rp. 750.000,00 - Rp. 1.500.000,00
Pemkot
Bumirejo Damai Residence
≤ Rp. 2.500.000,00
Pemkot
4 Bedah Kampung Seluruh masyarakat merupakan masyarakat penerima program. Namun, menurut Permenpera No. 5/permen/M/2007 yang menyatakan golongan masyarakat yang mendapat subsidi, yaitu : Golongan I : Rp. 1,7 juta s/d Rp. 2,5 juta Golongan II : Rp. 1 juta s/d Rp. 1,7 juta
Golongan III : ≤ Rp. 1 juta
Sumber : Hasil Wawancara dan Analisis, 2011
commit to user
penerima program menjadi dasar untuk menganalisis kesesuaian masyarakat penerima program berdasarkan ketentuan penghasilan di tiap
– tiap lokasi implementasi program. Analisis kesesuaian tingkat penghasilan masyarakat penerima program dapat dilihat dalam tabel berikut :
Bumirejo Damai
Rusunawa
Griya Swadaya Asri
Bedah Kampung
Residence
Tingkat Penghasilan Masyarakat
Jml (%) Target Jml
(%)
Target Jml
5 71,43 √ Rp. 1.000.000,00 - Rp. 1.700.000,00
Rp. 500.000,00 - Rp. 1.000.000,00
Rp. 1.700.000,00 - Rp. 2.500.000,00
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Keterangan :
*Target : Kesesuaian dengan ketentuan tingkat penghasilan masyarakat penerima program.
: Tingkat penghasilan masyarakat SESUAI dengan ketentuan target group di lokasi implementasi program
x : Tingkat penghasilan masyarakat TIDAK SESUAI dengan ketentuan target group di lokasi implementasi program
135
commit to user
Berdasarkan tabel analisis kesesuaian tingkat penghasilan masyarakat penerima program dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan masyarakat yang menerima program di lokasi Rusunawa, Griya Swadaya Asri, Bedah Kampung masyarakat telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan untuk lokasi di Bumirejo Damai Residence ada masyarakat penerima yang penghasilannya tidak sesuai dengan penghasilan yang menjadi ketentuan.
2. Analisis Penghunian
Analisis penghunian merupakan analisis untuk mengetahui rumah hasil implementasi program dihuni/ditempati sendiri atau tidak oleh masyarakat penerima program. Analisis pengunian dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.7 Anlisis Penghunian Implementasi Program No
Lokasi
Kesesuaian Penghunian
Penghuni yang menempati bangunan rumah program sebanyak 92% yang
berarti penghunian telah sesuai.
1 Rusunawa Slamaran
15 100%
0 0%
2 Griya Swadaya Asri
14 100%
0 0%
Bumirejo Damai Residence
9 69%
4 31%
4 Bedah Kampung
7 100%
0 0%
Rata - rata
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Berdasarkan tabel analisis kesuaian penghunian diketahui bahwa kesesuaian penghunian masyarakat miskin yang menempati sendiri rumah implementasi program sebanyak 92% yang berarti tingkat kesesuaian penghunian tinggi. Tetapi ada sedikit penyimpangan sebesar 8% di lokasi Bumirejo Damai Residence karena rumah hasil implementasi program dikontrakan atau disewakan kepada orang lain.
commit to user
Setelah analisis tingkat penghasilan dan kesesuaian penghunian, maka dapat dilakukan analisis keseuaian kelompok sasaran atau target group Program Sapu Lidi Kota Pekalongan, seperti dalam tabel berikut :
Tabel 5.8 Analisis Ketepatan atau Kesesuaian Kelompok Sasaran/Target
Group PelaksanaanImplementasi Program
Variabel Ketepatan
Indikator
Tolak Ukur
Pencapaian Tolak Ukur
Rusunawa
Griya Swadaya
Asri
Bumirejo Damai Residence
Bedah Kampung
Apakah hasil yang dinginkan benar – benar tepat sasaran?
Sasaran masyarakat penerima program merupakan Target Group
Masyarakat Penerima program sesuai dengan ketentuan tingkat penghasilan
implementasi program (Target Group)
Sesuai
Tepat Sasaran
100%
Sesuai
Tepat Sasaran
100%
Sesuai Tepat Sasaran 92,3%
Sesuai Tepat Sasaran 100%
Masyarakat Penerima Program Menempati sendiri
rumah
hasil implementasi program
Sesuai
Tepat Sasaran
100%
Sesuai
Tepat Sasaran
100%
Sesuai Tepat Sasaran 69%
Sesuai Tepat Sasaran 100%
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Berdasarkan tabel analisis ketepatan atau kesesuaian kelompok sasaran atau target group di lokasi implementasi program terkait pencapaian tolak ukur dari penelitiannya, maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait kriteria Ketepatan dengan menggunakan rentang penilaian dari Gunawan, apabila hasil yang didapat lebih dari 76% maka dianggap implementasi program tersebut dinyatakan berhasil. Maka di lokasi implementasi program yang TEPAT SASARAN terkait target group dan kesesuaian yaitu di lokasi RUSUNAWA, GRIYA SWADAYA ASRI, dan
commit to user
BEDAH KAMPUNG. Sedangkan, di lokasi Bumirejo Damai Residence tepat sasaran untuk kesesuaian target group, tetapi untuk kesesuaian penghunian dinyatakan cukup tepat karena ada rumah yang disewakan dan tidak dihuni sendiri.
F. SINTESIS TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN
Sebelum mengarah pada kesimpulan, maka diperlukan suatu sintesis yang digunakan untuk memudahkan dalam merumuskan kesimpulan penelitian. Sintesis yang digunakan berdasarkan hasil dari analisis dan pengkriteriaan yang didasari oleh teori-teori.
Sintesis dari keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.9 Sintesa Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi
Kota Pekalongan
No. Variabel
Tingkat Pencapaian
1 Efektifitas
Tidak Efektif. Kontribusi implementasi program di
tiap-tiap tahun penanganannya kecil, yaitu untuk di tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing kontribusi implementasi program Sapu Lidi yaitu 3%, 13% dan 9%. Menurut rentang penilaian dari F, Gunawan maka implementasi program dinyatakan Tidak Efektif karena kontribusi program di tiap-tiap tahun penangan RTLH antara 0% - 25%.
2 Efisiensi
Kurang Efisien. Panitia implementasi program telah menjalankan tugas masing- masing, namun perannya dalam tahapan dan mekanisme implementasi tidak terlihat jelas. Mekanisme bantuan implementasi program juga tidak digambarkan sampai dengan masyarakat dapat mengakses bantuan tersebut.
3 Kecukupan
Keberhasilan Fisik
a. Rusunawa
Berhasil. Karena hasil implementasi program memberikan peningkatan daripada kondisi sebelumnya.
b. Griya Swadaya Ari
Kurang Berhasil. Karena kondisi jalan dan drainase di lokasi tersebut kurang bagus.
commit to user
No. Variabel
Tingkat Pencapaian
c. Bumirejo Damai Residence
Kurang Berhasil. Karena kondisi jalan dan drainase di lokasi tersebut kurang bagus.
d. Bedah Kampung
Berhasil. Karena hasil implementasi program memberikan peningkatan daripada kondisi sebelumnya.
Keberhasilan Ekonomi
Keberhasilan ekonomi hanya terdapat di lokasi Bedah Kampung. karena hanya di lokasi implementasi program tersebut yang masyarakat penerima programnya aktif dalam pembentukan kelompok-kelompok usaha sehingga terdapat peningkatan penghasilan.
Keberhasilan Sosial
Berhasil di lokasi Rusunawa, Griya Swadsya Asri, dan Bedah Kampung. Hal ini dikarenakan masyarakat penerima program di lokasi tersebut mampu secara swadaya meningkatkan kualitas hunian dan lingkungannya. Sedangkan di lokasi Bumirejo Damai Residence dianggap kurang berhasil, karena masyarakat penerima program kurang meningkatkan kualitas hunian dan lingkungannya secara swadaya.
4 Responsivitas Penilaian masyarakat TERBANYAK yaitu di lokasi BEDAH KAMPUNG, dimana di lokasi tersebut masyarakat penerima program menilai implementasi program telah sesuai dengan keinginan, hasil dari implementasi program juga memberikan banyak Multiplier Effect, dan tidak menimbulkan banyak masalah dalam tahapan implementasi program. Sedangkan di lokasi walaupun masyarakat menilai implementasi program telah sesuai dengan keinginan. Namun, hasil dari implementasi program tidak seluruhnya merasakan Multiplier Effect terkait hasil implementasi program.
5 Ketepatan Lokasi implementasi program yang TEPAT SASARAN terkait kesesuaian target group dan penghunian, yaitu di lokasi RUSUNAWA, GRIYA SWADAYA ASRI, dan BEDAH KAMPUNG. Hal tersebut berdasarkan rentang nilai yang digunakan, dimana nilai yang dihasilkan lebih dari 76% maka implementasi program dinyatakan tepat sasaran. Sedangkan di lokasi Bumirejo Damai Residence Tepat sasaran terkait target group, tetapi untuk kesesuaian penghunian dinyatakan Cukup tepat karena rumah hasil implementasi program ada yang disewakan.
Sumber : Hasil Sintesis, 2011
commit to user
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Analisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dipengaruhi oleh 5 variabel yaitu Efeketifitas, Efisiensi, Kecukupan, Responsitas, dan Ketepatan. Tiap – tiap variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan implementasi program memiliki kelemahan dan kekurangan. Tingkat keberhasilan implementasi program Sapu Lidi tinggi apabila 5 variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tersebut juga tinggi. Tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Efektifitas Varibel efektifitas dalam menentukan tingkat keberhasilan program
Sapu Lidi terkait capaian target program. Iimplementasi Program Sapu Lidi dapat dikatakan tidak efektif karena implementasi program memberikan kontribusi yang kecil dalam penanganan Rumah Tidak Layak Huni di Kota Pekalongan di tiap-tiap tahun implementasi program.
Walaupun memberikan kontribusi yang kecil, pada kenyatannya program Sapu Lidi mampu mengurangi jumlah Rumah Tidak Layak Huni Kota Pekalonga.
2. Efisiensi Variabel efisiensi dalam menentukan tingkat keberhasilan implementasi program Sapu Lidi terkait peran panitia pelaksana telah sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing tetapi dalam tahapan atau mekanisme bantuan implementasi program, peran panitia tidak terlihat secara jelas dalam tiap tahapan implementasi program. Mekanisme bantuan implementasi program hanya sampai dengan proses pembentukan rumah, tanpa ada mekanisme selanjutnya bagaimana masyarakat penerima program mampu mengakses hasil bantuan tersebut.
commit to user
3. Kecukupan Implementasi program Sapu Lidi mampu berhasil dalam menanggulangi kemiskinan yaitu berhasil membangun dan memperbaiki peningkatan kualitas hunian masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan rumah merupakan salah satu indikator kemiskinan, apabila ada perbaikan rumah masyarakat miskin, tandanya juga turut menanggulangi kemiskinan. Program Sapu Lidi juga turut meningkatakan kualitas sosial masyarakat implementasi program sehingga kehidupan sosialnya lebih baik dari kondisi sebelumnya, walaupun penanggulangan kemiskinan belum diikuti dengan peningkatakan penghasilan masyarakat penerima program.
a. Keberhasilan Fisik Implementasi aspek fisik program BERHASIL di lokasi RUSUNAWA DAN BEDAH KAMPUNG. Hal ini dikarenakan kedua lokasi implementasi tersebut terdapat peningkatan kondisi fisik sebelum dan sesudah implementasi program dan kondisi komponen lingkungan perumahan permukiman di lokasi tersebut dalam keadaan bagus. Sedangkan untuk lokasi GRIYA SWADAYA ASRI DAN BUMIREJO DAMAI RESIDENCE implementasi program KURANG BERHASIL. Karena kedua lokasi tersebut terkait status lahan, keadaan bangunan, penyediaan air bersih,sanitasi, penanganan sampah mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya. Namun, terkait kondisi jalan dan saluran drainase di lokasi tersebut kondisinya tidak bagus.
b. Keberhasilan Ekonomi Implementasi program Sapu Lidi aspek ekonomi hanya BERHASIL di lokasi BEDAH KAMPUNG. Hal ini dikarenakan masyarakat penerima program di lokasi tersebut secara swadaya membentuk pelatihan keterampilan sehingga dapat meningkatkan penghasilan masyarakat di lokasi tersebut. Sedangkan di lokasi yang lain, masyarakat penerima program tidak ada keswadayaan masyarakat untuk membentuk pelatihan keterampilan.
commit to user
c. Keberhasilan Sosial Implementasi program terkait aspek BERHASIL di lokasi
RUSUNAWA, GRIYA SWADAYA ASRI, DAN BEDAH
KAMPUNG. Hal ini dikarenakan masyarakat penerima program secara swadaya mampu meningkatkan kualitas hunian dan lingkungannya. Namun, untuk lokasi Bumirejo Damai Residence kurang berhasil.
4. Responsivitas Penilaian masyarakat terkait implementasi program Sapu Lidi di tiap-
tiap lokasi implementasi program yaitu tingkat PENILAIAN MASYARAKAT TERTINGGI yaitu di lokasi BEDAH KAMPUNG.
Hal ini dikarenakan masyarakat penerima program di lokasi tersebut aktif secara swadaya dalam pelaksanaan implementasi program,tidak hanya aspek fisik tetapi juga aspek ekonomi dan sosial. Walaupun demikian, lokasi implementasi program yang lain juga memiliki penilaian masyarakat yang tinggi karena masyarakat implementasi program menilai adanya program tersebut telah membantu dalam penyediaan perumahan permukiman yang layak huni.
5. Ketepatan Implementasi program Sapu Lidi secara garis besar tepat sasaran yaitu seseuai dengan target group di masing-masing lokasi implementasi program sehingga program tersebut benar-benar tepat membantu masyarakat miskin yang ada di Kota Pekalongan.
a. Implementasi program terkait kesesuaian target group, SELURUH
LOKASI IMPLEMENTASI PROGRAM TEPAT SASARAN.
b. Implementasi terkait tingkat penghunian, TEPAT SASARAN di lokasi RUSUNAWA, GRIYA SWADAYA ASRI DAN BEDAH KAMPUNG. Namun, untuk di lokasi Bumirejo damai residence cukup tepat karena ada rumah hasil implementasi program yang disewakan.
commit to user
Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi sebagai Program Penataan Perumahan Permukiman Masyarakat Miskin Kota Pekalongan tidak efektif karena program tersebut memberikan kontribusi yang kecil terhadap penanganan RTLH Kota Pekalongan walapun terkait mekanisme dan peran pemerintah dalam pemberian bantuan belum memperlihatkan secara jelas alur, proses dan keterlibatan pemerintah didalamnya sehingga implementasi kurang efisien.
Berdasarkan penilian masyarakat terkait implementasi program, Keberhasilan Program Sapu Lidi ada di lokasi BEDAH KAMPUNG, dimana di lokasi tersebut implementasi program berhasil dalam aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Selain itu, di lokasi tersebut, masyarakat mendapatkan manfaat bahkan multiplier effect dari hasil implementasi program dan tidak menimbulkan banyak masalah terkait tahapan implementasi program.
B. REKOMENDASI
1. Rekomendasi terhadap Hasil Studi
Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, diketahui terdapat berbagai kelemahan dalam implementasi program tersebut, sehingga perlu adanya masukan untuk menyempurnakan implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Rekomendasi atau masukan terhadap hasil studi dijabarkan sebagai berikut :
a. Efektifitas Implementasi program Sapu Lidi telah sesuai dengan target atau misi
program untuk menangani permasalahan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan dan juga mendukung target Kota Pekalongan yang bebas Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2008 dan Bebas Kawasan Kumuh pada Tahun 2011. Namun, pada kenyataanya implementasi program tersebut belum sepenuhnya membebaskan Rumah Tidak Layak Huni seperti target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, Perlu adanya program penanganan perumahan permukiman
commit to user
dalam mengatasi permasalahan penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan karena masih adanya Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Pekalongan
b. Efisiensi Perlu adanya pembagian peran pemerintah yang jelas dalam setiap tahapan implementasi program, dari awal tahapan implementasi sampai dengan masyarakat penerima program mampu mendapatkan hasil bantuan tersebut sehingga terlihat keberlanjutan dan keterkaitan hubungan antara peran panitia yang satu dengan yang lain.
c. Kecukupan Implementasi program Sapu Lidi memeliki keberhasilan fisik dengan ditandai adanya peningkatan kondisi rumah dan lingkungan masyarakat sebelum menerima program dengan setelahnya. Selain itu, aspek sosial yang telah berjalan aktif daripada keadaan sebelumnya. Namun, implementasi Program Sapu Lidi terkait aspek ekonomi tidak berjalan dengan aktif di seluruh lokasi implementasi program. Sebaiknya, Pembangunan perumahan permukiman bagi masyarakat miskin tidak hanya memfokuskan pada perbaikan fisik saja tetapi juga, aspek ekonomi dan sosial agar kualitas kehidupan masyarakat miskin dapat meningkat seutuhnya. Maka dari itu, perlu peranan Pemerintah yang aktif dalam mendorong masyarakat penerima program untuk secara swadaya membentuk pelatihan ataupun keterampilan dalam usaha peningkatan pendapatan.
d. Responsivitas Penilian masyarakat terkait hasil implementasi program di tiap-tiap lokasi memiliki penilaian masyarakat yang berbeda, dimana penilaian masyarakat yang tertinggi yaitu di lokasi yang peranan masyarakat penerima program lebih aktif dalam proses pelaksanaan. Maka, dalam program pembangunan bagi MBR, masyarakat perlu didorong keaktifannya sehingga dapat merumuskan sendiri permasalahan apa
commit to user
dalam hal ini masyarakat sebagai subyek implementasi program, bukan hanya dijadikan obyek.
e. Ketepatan Implementasi program terdapat sedikit penyimpangan terkait sasaran masyarakat penerima program karena ada penghasilan masyarakat penerima program yang melebihi target penghasilan yang ditetapkan pemerintah Kota Pekalongan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha lebih diperketat lagi terkait administrasi dalam syarat-syarat pendaftaran bagi masyarakat penerima program.
2. Rekomendasi Arah Penelitian Lanjutan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti merasa perlu adanya lanjutan penelitian terkait studi Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi Kota Pekalongan sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat misikin Kota Pekalongan. Rekomendasi yang dapat dilakukan berupa arahan untuk penelitian selanjutnya, yaitu perlu adanya :
a. Pendalaman pembahasan terhadap manajemen organisasi dalam implementasi program
b. Pendalaman terkait pemberdayaan kelompok masyarakat penerima program.
c. Pendalaman terkait mekanisme bantuan penerimaan program.