TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

Oleh: Muhammad Nasir

D0206015

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul:

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

Oleh:

Muhammad Nasir

D 0206015

telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 10 Oktober 2011

Pembimbing

Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si. NIP. 19790908 200312 1 001

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat berjudul:

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.

Surakarta, 30 September 2011

Muhammad Nasir

MOTTO

Jika aku hidup, tak mungkin aku tak bertemu makan. Jika aku mati, tak mungkin aku tak bertemu kubur. Keinginanku adalah keinginan para raja. Jiwaku adalah jiwa yang merdeka yang menganggap kehinaan sama dengan kekafiran.

(Imam As-Syafi’i)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Abi dan Mama yang telah mencurahkan kasih sayangnya, adik-adikku, keluarga besarku dan semua sahabatku, karya sederhana ini aku persembahkan

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah ta’ala atas segala nikmat yang tiada terkira, khususnya nikmat iman dan Islam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada rosul akhir zaman, Muhammad shollolohu ‘alaihi wa sallam, para keluarga, sahabat serta ummat manusia yang istiqomah di atas jalan hidayah ini. Setelah sekian lama melalui proses, akhirnya atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, selesailah pengerjaan tugas akhir dengan judul PROSES PRODUKSI

PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO.

Pembuatan dokumenter radio yang penulis ajukan sebagai tugas akhir ini berawal dari keinginan dan ketertarikan untuk melakukan pengembangan program berita radio yang ada di RDS FM Solo, tempat penulis beraktivitas dan berkarya selama ini. Keinginan ini semakin kuat ketika penulis mendapati adanya kemungkinan untuk melakukan pembuatan tugas akhir spesialisasi radio di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS.

Dalam pengerjaan program dokumenter radio ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuannya yang tiada terkira. Oleh karenanya, pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan FISIP UNS. Bagi penulis, beliau bukan hanya sekedar dekan FISIP maupun dosen ilmu Komunikasi, tapi juga sahabat yang baik bagi mahasiswa.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS, atas masukan yang diberikan kepada penulis ketika hendak mengambil tugas akhir dokumenter radio ini.

3. Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si selaku pembimbing tugas akhir ini, yang dengan sabar memberikan masukan-masukan yang positif untuk kebaikan program dokumenter radio ini.

4. Segenap dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS atas ilmu yang telah diberikan.

5. Abiku Ali Nasar Abdat dan Mamaku Latifah Umar Gisymar atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang tulus diberikan kepada penulis. Tiada yang dapat membalas kebaikan kalian kecuali Allah ta’ala. Semoga anakmu ini dapat menjadi salah satu tabungan amal di hadapan Allah kelak.

6. Adikku Muhammad Fikri Abdat dan Muhammad Riza Abdat yang telah memberikan dukungan kepadaku.

7. Keluarga besar penulis baik Al-Gisymar maupun Abdat atas dukungan, do’a serta perhatiannya.

8. Seluruh Manajemen dan staf Radio Dakwah Syariah (RDS FM) Solo yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala dukungan yang begitu luar

9. Kawan-kawan penulis, mahasiswa Komunikasi angkatan 2006 atas kebersamaan dan persahabatannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah berpengaruh dan menjadi bagian dari perjalanan hidup penulis selama ini yang tak dapat dituliskan satu persatu. Barangkali penulis lupa kebaikan kalian, namun yakinlah Allah tidak akan lupa atas semua kebaikan kalian.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya sederhana ini tidaklah luput dari berbagai kekurangan. Oleh karenanya masukan yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya - karya ke depan. Penulis juga berharap bahwa karya ini dapat berguna khususnya bagi para mahasiswa dan peminat Ilmu Komunikasi, terkhusus bidang penyiaran radio dan pada umumnya bagi pengembangan Ilmu Komunikasi di bidang radio.

Surakarta, 30 September 2011

Muhammad Nasir

ABSTRAK

Muhammad

Nasir,

D0206015, PROSES PRODUKSI PROGRAM

DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARIAH (RDS FM) SOLO, Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan lmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Oktober 2011.

Saat ini begitu banyak bermunculan media Islam, khususnya radio dakwah. Pada umumnya, radio bergenre dakwah Islam itu memfokuskan pada ceramah keagamaan, baik bersifat rekaman maupun on air. Sangat jarang yang memiliki ketertarikan dan mendalami program-program berita. Padahal, program berita sangatlah penting di tengah kondisi Ummat Islam saat ini. Dari sinilah, penulis berpikir untuk berupaya membuat terobosan program berita pada sebuah radio dakwah Islam. Program berita yang penulis produksi berjenis dokumenter radio yang kemudian diberi nama RDS Review. Tugas Akhir yang penulis produksi ini bertujuan untuk memberikan informasi yang mencerahkan pada umat Islam. Selain itu juga sebagai upaya memberikan alternatif informasi dari sudut pandang berbeda yang jarang didapatkan di media pada umumnya.

Program ini diproduksi dan disiarkan di Radio Dakwah Syariah atau RDS FM Solo yang beralamat di Jalan Adi Sumarmo nomor 181, Banyuanyar, Solo. RDS Review disiarkan dua kali dalam sepekan, yaitu Senin dan Kamis pukul 20:00 hingga 21:00. Dalam proses produksi program ini, penulis menggabungkan beragam metode untuk mendapatkan data dan informasi seperti wawancara, penulusaran dokumen tertulis, penelusuran data melalui internet dan sebagainya. Semua data dan informasi itu kemudian diolah menjadi sebuah naskah. Setelah itu dilakukan perekaman dan penggabungan dengan file audio yang lainnya, baik insert wawancara dengan narasumber, file audio lain yang mendukung, serta tak lupa backsound untuk menghidupkan suasana.

Setelah melakukan proses produksi program RDS Review selama lebih dari tiga bulan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa program semacam ini sangatlah penting untuk memberikan informasi alternatif kepada masyarakat. Terbukti dengan respon yang disampaikan oleh pendengar, baik melalui telepon atau sms ke redaksi, maupun melalui media online atau jejaring sosial seperti facebook dan yahoo messenger. Penulis juga berpandangan, perlu adanya perbaikan terus menerus baik dari sisi kualitas isi maupun pengemasan program supaya dapat lebih enak didengar, mudah dipahami, serta berkesan di benak pendengar.

ABSTRACT

Muhammad Nasir, D0206015, PRODUCTION PROCESS OF RADIO DOCUMENTARY RDS REVIEW IN RADIO DAKWAH SYARIAH (RDS FM) SOLO, Final Task, Communication Sciences Studies Program, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, October 2011.

Nowadays, there are many emerging Islamic media, especially da'wah radio. In general, the radio focuses on preaching the Islamic religious discourse, both recording or live broadcasting. There is no radio station that have a deep interest in news programs. Whereas, news program is very important thing in the midst of the current conditions of Muslim Ummah. Here, the writer thinks to attempt to make inroads of a radio news program in an Islamic da'wah radio. News program that the writer produce is a kind of radio documentary production named as RDS review. This Final Task aims to provide enlightening information to the Muslims and also to provide alternative information from a different perspective that is rarely found in mainstream media.

The program is produced and broadcasted in Radio Dakwah Syariah or RDS FM which is located at Jalan Solo Adisumarmo 181, Banyuanyar, Solo. RDS Review broadcasts two times a week, in Monday and Thursday at 20:00 until 21:00. In production process of this program, the writer combines a variety of methods to obtain data and information such as interviewing, investigating on written documents, tracking data through the internet and so on. All data and information then are processed into a script. Then, the writer do recording and mixing with other audio files, either insert interviews with informants, other audio file support, and adding a backsound.

After making the production process of RDS Review program for more than three months, the writers can draw the conclusion that this kind of program is essential to provide alternative information to public. It is proofed by the response given by the listener, either by phone or short message to the editor, or through online media or social networks like Facebook and Yahoo Messenger. The writer also realize that it needs for continuous improvement both in quality content and packaging so that the program can be more pleasing to the listener ears, easy to understand, and memorable in the minds of listeners.

4. Kelebihan dan Kelemahan Radio………………………...22

5. Dokumenter dan Feature radio...........................................23

BAB II

PRA PRODUKSI

A. PROFIL RADIO......................................................................27

B. PENDEKATAN PADA INSTITUSI......................................31

C. PROFIL PROGRAM...............................................................34

D. DESKRIPSI PROGRAM.........................................................35

E. KERANGKA PROGRAM.......................................................35

F. KERANGKA KERJA..............................................................38

G. RUNNING ORDER.................................................................40

H. ESTIMASI BIAYA PROGRAM.............................................41

BAB III

MARKETING

A. PROFIL PROGRAM...............................................................42

B. DESKRIPSI PROGRAM.........................................................42

C. SPONSORSHIP.......................................................................43

1. Sponsor Tunggal (blocking time)………………………...44

2. Sponsor Bersama (air time sharing)……………………...45

3. Sponsor Pengganti (alternating sponsorship)…………….46

BAB IV

EVALUASI PROGRAM

A. PENDAHULUAN....................................................................48

B. PROSES PRODUKSI RDS REVIEW.....................................48

C. EVALUASI PRODUKSI PROGRAM....................................59

D. RESPON PENDENGAR..........................................................65

E. MARKETING..........................................................................68 Realisasi Anggaran keuangan..................................................72

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................74

B. SARAN....................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………77 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Running Order……......................................................................................40 Tabel 2 : Pendengar Streaming Radio.........................................................................66

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Pendengar Streaming Radio RDS Review episode 1 hingga 12 (periode Maret-Mei 2011)………………………………………………...66

DAFTAR LAMPIRAN

1. Naskah RDS Review

2. Status Streaming Radio Program RDS Review

3. Proposal Sponsorship

4. Surat Perjanjian Kerjasama Sponsorship

5. Form Aspirasi Usulan Program Acara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan media di Indonesia, terlebih pasca tumbangnya rezim orde baru dengan beragam aturan dan tindakan yang dianggap menekan kebebasan berekspresi dan bermedia dapat dikatakan sangat menggembirakan. Data Depkominfo tahun 2007 menunjukkan, terdapat 2.205 permohonan izin penyelenggaraan penyiaran. 185 diantaranya adalah lembaga penyiaran televisi. Sisanya, 2.020 adalah lembaga penyiaran radio, termasuk didalamnya 847 anggota PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).

Sebelum tahun 1990, Indonesia hanya memiliki 1 stasiun televisi swasta berskala nasional. Saat ini, TV Nasional telah menjadi 10 stasiun, sementara TV Lokal jumlahnya sudah lebih dari 70 stasiun. 1

Data PRSSNI dalam program umum tahun 2008-2011 menyebutkan, pada tahun 2003 terdapat anggota radio penyiaran sejumlah 816, meningkat pada tahun

2004 menjadi 825, dan naik lagi menjadi 831 pada tahun 2005. Pada tahun 2006, jumlahnya bertambah lagi menjadi 847, namun tetap pada tahun berikutnya. Dari jumlah akhir sebanyak 847, terdiri dari radio AM sebanyak 203, dan radio FM sebanyak 644. Dari jumlah itu juga diketahui baru 354 stasiun radio yang sudah 2004 menjadi 825, dan naik lagi menjadi 831 pada tahun 2005. Pada tahun 2006, jumlahnya bertambah lagi menjadi 847, namun tetap pada tahun berikutnya. Dari jumlah akhir sebanyak 847, terdiri dari radio AM sebanyak 203, dan radio FM sebanyak 644. Dari jumlah itu juga diketahui baru 354 stasiun radio yang sudah

Sementara untuk surat kabar, menurut Ketua Dewan Pimpinan SPS (Serikat Penerbit Suratkabar), Amir Effendi Siregar, jumlah media cetak yang terbit sebelum reformasi berjumlah sekitar 283, dengan jumlah oplah sekitar 15 juta eksemplar. Sepuluh tahun kemudian, jumlah media cetak bertambah mencapai 900-an, meskipun oplahnya tumbuh sangat kecil, sekitar 19 juta

eksemplar. 2

Pasca reformasi, masyarakat diberikan beragam tawaran dan pilihan untuk mendapatkan informasi dan keperluan lainnya dari media. Dari sisi media, tentunya harus memiliki ciri dan kekhasan yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Tanpa itu, maka media tersebut akan ditingalkan oleh masyarakat. Maka, munculah media yang berciri khas liputan investigatif, media yang menekankan pada hiburan atau entertainment, media yang fokus pada masalah sosial, termasuk juga media yang berciri khas keagamaan.

Penulis tertarik untuk membicarakan media yang berbasiskan atau bercirikan pada agama, dalam hal ini adalah media Islam. Bagaimanapun, di Indonesia agama mendapatkan tempat dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan, ada jaminan kebebasan beragama yang dianut di negeri ini. Meskipun harus diakui bahwa tidak sepenuhnya kebebasan itu dapat terwujud. Tapi tetap saja, Indonesia bukan negara sekular, meskipun juga bukan negara agama.

2 Media Cetak Masih Diminati Pasar 2 Media Cetak Masih Diminati Pasar

kalangan luas. 3

Wanita yang akrab disapa Sirikit Syah itu memang selama ini dikenal sebagai pengamat media yang kritis terhadap informasi yang disampaikan oleh media, terlebih berkaitan dengan isu-isu keislaman. Dalam sebuah tulisannya berjudul “Ketidakadilan Media dalam Isu-Isu Keislaman”, Sirikit yang pernah menjadi Ketua KPID Jawa Timur periode 2004-2007 itu memaparkan analisa terkait isu keislaman yang diberitakan oleh media. Dari judulnya saja jelas, dia menangkap ada ketidakadilan yang ditunjukkan oleh media ketika memberitakan masalah yang menyangkut keislaman atau kelompok Islam, entah disengaja ataupun tidak.

Salah satu isu yang Sirikit kritisi adalah terorisme. Isu yang satu ini kian marak menjadi objek pemberitaan pasca terjadinya peristiwa Bom Bali I pada 2002 lalu, yang menewaskan sejumlah wisatawan asing. Pemberitaan tentang Salah satu isu yang Sirikit kritisi adalah terorisme. Isu yang satu ini kian marak menjadi objek pemberitaan pasca terjadinya peristiwa Bom Bali I pada 2002 lalu, yang menewaskan sejumlah wisatawan asing. Pemberitaan tentang

“Salah satu dampak liputan terorisme yang hanya bersumber dari aparat kepolisian atau pejabat pemerintah adalah perubahan sikap masyarakat terhadap sesamanya. Rasa saling curiga tumbuh bersamaan dengan meningkatnya kewaspadaan. Bila waspada adalah sikap positif, curiga sebaliknya. Polisi kemudian seperti memiliki legitimasi untuk melakukan apa saja atas nama anti- terorisme: menembaki tersangka hingga tewas, menangkapi lelaki berjubah dan berjenggot serta perempuan bercadar, menahan para penyiar Islam yang alim. Seseorang dengan nada sinis menambahkan: kita bisa dicurigai dan ditangkap hanya karena rajin mengaji dan membawa Quran kemana-mana. Inilah tragedi bangsa Indonesia saat ini. Perempuan bercadar diwaspadai, perempuan dengan busana setengah telanjang yang berpotensi mengganggu ketertiban umum melenggang bebas. Lelaki berjenggot, bercelana cingkrang atau berjubah digeledah; lelaki berdandan seperti perempuan dengan muka habis di’facial’, lebih dihormati. Membawa Quran disangka penjahat, membawa VCD porno adalah hak

asasi.” 4

Pasalnya, dari pemberitaan media itu, akan dapat memunculkan kesan di benak masyarakat. Pemberitaan yang tidak cermat dan tendensius hanya akan melahirkan sikap saling curiga kepada sesama anak bangsa yang belum tentu bersalah. Hal ini juga yang pernah penulis alami ketika melakukan peliputan penguburan salah seorang yang ditembak mati karena terlanjur dicap sebagai perampok Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu, yakni Yuki Wantoro. Banyak orang yang terlanjur memberikan stigma negatif terhadap Yuki dan keluarganya. Padahal, beberapa fakta menunjukkan bahwa pemuda asal Solo itu

tidak berada di lokasi perampokan ketika kejadian berlangsung. 5

Kekecewaan beberapa kelompok Islam terhadap pemberitaan sebagian media yang cenderung tendensius itu mengakibatkan penolakan atas peliputan media pada beberapa kejadian. Misalnya saja pada kasus Yuki (Solo), Air dan Eko (Solo), Urwah (Kudus), dan beberapa lainnya.

Dalam kasus lainnya seperti bentrokan antara warga dengan jemaat Ahmadiyah di Desa Umbulan, Kampung Pendeuy, Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang terjadi Ahad (6/2/2011) lalu. Banyak informasi yang diberikan oleh media nasional langsung mengarahkan pandangan terhadap organisasi massa Islam seperti Front Pembela Islam atau FPI. Ormas pimpinan Habieb Muhammad Rizieq Syihab yang terkenal dengan aktivitasnya ber-amar ma’ruf nahyi munkar itu sering menjadi sorotan ketika ada aksi bentrokan dan kerusuhan. Wacana itupun kemudian beralih menjadi isu pembubaran FPI yang sebenarnya sudah Dalam kasus lainnya seperti bentrokan antara warga dengan jemaat Ahmadiyah di Desa Umbulan, Kampung Pendeuy, Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang terjadi Ahad (6/2/2011) lalu. Banyak informasi yang diberikan oleh media nasional langsung mengarahkan pandangan terhadap organisasi massa Islam seperti Front Pembela Islam atau FPI. Ormas pimpinan Habieb Muhammad Rizieq Syihab yang terkenal dengan aktivitasnya ber-amar ma’ruf nahyi munkar itu sering menjadi sorotan ketika ada aksi bentrokan dan kerusuhan. Wacana itupun kemudian beralih menjadi isu pembubaran FPI yang sebenarnya sudah

Wacana itu terus menjadi pembicaraan di media yang diarahkan pada anggapan bahwa memang FPI ingin melakukan makar. Itulah yang kemudian menjadikan Munarman menuding banyak media yang menjadi provokator dalam

isu ini. 6 Padahal, beberapa ahli hukum menyatakan bahwa apa yang dilontarkan oleh kedua petinggi FPI itu tidak dapat dikatakan makar. Pakar hukum UI, Rudi Satriyo menjelaskan bahwa sebuah tindakan dapat dikatakan makar jika ada upaya konsentrasi atau pengumpulan dan pengerahan massa dan ada upaya untuk

mempersenjatai. 7

Mengomentari masalah Ahmadiyah dengan beberapa ormas Islam yang diangkat di media, Sirikit yang pernah menjadi editor di The Brunei Times dan

koordinator liputan SCTV dan RCTI itu menulis,

6 Wawancara dengan Munarman, Ketua DPP FPI Bidang Advokasi (Studio RDS Fm Solo: 18 Februari 2011, jam 08.30)

7 “Rudi Satriyo: Ancaman Rizieq Belum Makar” 7 “Rudi Satriyo: Ancaman Rizieq Belum Makar”

persoalan dan melakukan remidi atau koreksi.” 8

Ditengah pemberitaan banyak media yang terkesan memojokkan sebagian umat Islam dan juga Ormas Islam dalam kasus Ahmadiyah di Cikeusik, Republika sebagai sebuah surat kabar nasional yang berbasis keislaman memberikan alternatif informasi. Pengamatan yang penulis lakukan dari berita yang dipublikasikan oleh Republika cenderung tidak mengikut arus. Misalnya, ketika mayoritas media mewartakan korban tewas dari pihak Ahmadiyah dengan porsi yang besar, Republika justru menurunkan laporan tentang korban dari pihak warga Cikeusik, yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan penyerangan itu namun

harus menderita luka karena sabetan senjata dari seorang jemaat Ahmadiyah. 9

Informasi yang disampaikan oleh media seperti Republika dan beberapa media Islam lainnya tentu dapat menjadi referensi pembanding dari informasi

8 Sirikit. Op.Cit. hlm.4 9 “Tangan Kiri Sarta Dibacok Jemaat Ahmadiyah” 8 Sirikit. Op.Cit. hlm.4 9 “Tangan Kiri Sarta Dibacok Jemaat Ahmadiyah”

Disinilah sebenarnya salah satu tugas utama dari media massa Islam, memberikan alternatif informasi bagi masyarakat, terlebih pada hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan kaum Muslimin. Selain itu, media Islam juga harus memiliki ciri khas yang membedakan dengan media pada umumnya yang ada. Sangat aneh dan percuma jika kemudian sebuah media yang mengaku media Islam, namun dalam penampilan dan isi media atau program acaranya tidak menunjukkan nilai-nilai keislaman.

Media Islam juga memiliki tugas penting dan amat mendasar untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘aalamin dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media Islam juga harus memberikan informasi serta hiburan yang mencerahkan dan mencerdaskan bagi kehidupan manusia.

Radio Islam

Salah satu bentuk media yang cukup tua namun masih tetap eksis dan berpengaruh adalah radio. Media ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain semisal televisi ataupun surat kabar. Diantara kelebihan radio adalah dapat menimbulkan kesan mendalam/ dan juga kedekatan dengan audiencenya. Kelebihan itu tentu sangat bermanfaat jika digunakan untuk kepentingan penyaluran gagasan, informasi dan nilai.

yang berorientasi pada kepentingan dakwah memiliki fungsi yang sangat strategis. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa radio memiliki kedekatan dengan para audience atau pendengarnya. Ini akan lebih efektif untuk menyampaikan nilai Islam yang menjadi fokus atau tujuan utama dari dakwah.

Untuk mendapatkan tempat di hati masyarakat atau umat, radio Islam harus tahu bagaimana menempatkan diri. Artinya, radio Islam harus memiliki ciri keislaman yang kental, tidak boleh sama dengan media yang ada pada umumnya. Radio Islam juga harus memberikan informasi dan hiburan yang tidak diberikan oleh radio pada umumnya. Hal ini karena orang yang mendengarkan radio Islam, tentunya ingin mendapatkan pencerahan dan nilai-nilai spiritual yang tidak didapatkan pada media kebanyakan.

B. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, perlu adanya sebuah produk berupa program acara pada sebuah media penyiaran Islam yang sekiranya dapat memberikan informasi alternatif dan mencerahkan bagi masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Program dimaksud berbentuk dokumenter radio yang mencoba mengulas secara lebih mendalam isu- isu keislaman dan keumatan baik dalam lingkup lokal, nasional, bahkan internasional. Dokumenter itu nantinya akan dikemas sesuai dengan karakter radio penyiaran yang akan mempublikasikan produk jurnalistik itu.

1. Untuk memberikan informasi yang mencerahkan pada umat Islam berdasarkan nilai-nilai Islam.

2. Memberikan altrernatif informasi dari sudut pandang berbeda yang jarang didapatkan di media kebanyakan.

3. Mewujudkan budaya penyiaran yang sehat dan mencerdaskan masyarakat.

4. Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS Solo.

C. Landasan Teoritis

Proses dan aktivitas komunikasi adalah suatu hal yang tak terlepaskan dalam kehidupan manusia. Maknanya, semua manusia selalu memerlukan komunikasi. Bentuknya beragam, dapat secara verbal maupun non verbal. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication” yang menurut Wilbur Schram bersumber dari istilah latin “communis” yang dalam bahasa Indonesia berarti “sama” dan menurut Sir Gerald Barry, “communicare” yang berarti

“bercakap-cakap”. 10 Maknanya, dalam komunikasi antara penyampai pesan

(komunikator) dan penerima pesan (komunikan) harus terjalin kesamaan pemahaman sehingga apa yang disampaikan oleh penyampai pesan (komunikator) (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) harus terjalin kesamaan pemahaman sehingga apa yang disampaikan oleh penyampai pesan (komunikator)

Seorang pakar komunikasi, Carl I. Hovland, memberikan definisi komunikasi sebagai berikut:

“The process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicates) ”. (Proses di mana seseorang [komunikator] menyampaikan perangsang-perangsang [biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata]

untuk mengubah tingkah laku orang lain [komunikan/komunikati]). 11

Sementara, pakar komunikasi lain, Harold Laswell, menyatakan bahwa cara yang baik untuk mendefinisikan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Who

2. Says what

3. In which channel

4. To whom

5. With what effect

Singkatnya, kita dapat melihat proses komunikasi yang terjadi antar manusia dan efek yang ditimbulkan dengan menjawab pertanyaan: siapa,

11 Carl I. Hovland seperti dikutip Onong Uchjana Effendy dalam Radio Siaran teori & praktek 11 Carl I. Hovland seperti dikutip Onong Uchjana Effendy dalam Radio Siaran teori & praktek

Dari pertanyaan di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa unsur

komunikasi berikut 12 :

1. Komunikasi (communicator, source, sender)

2. Pesan (message, content, signal)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communican, communicate, audience, receiver, recipient)

5. Efek (effect, impact, influence)

1. Definisi informasi, berita dan jurnalistik

Istilah informasi berasal dari bahasa Inggris “information”. Namun, kita sudah begitu akrab dengan istilah ini, karena sudah masuk dalam kosakata bahasa Indonesia. Secara sederhana, informasi dapat diartikan fakta-fakta yang dikemukakan atau pengetahuan yang diperoleh atau diberikan. Menurut Onong Uchyana Effendy, pengertian informasi

atau keterangan atau penerangan adalah 13 :

a. Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui.

12 Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran teori & praktek (Bandung, Penerbit Mandar Maju, 1991) hlm.3 12 Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran teori & praktek (Bandung, Penerbit Mandar Maju, 1991) hlm.3

c. Kegiatan menyebarluaskan pesan yang disertai penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa baru.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, harus ada fakta yang dijadikan sandaran untuk dapat disampaikan kepada pihak lain. Menurut Sam Abede Pareno, syarat dari informasi ialah harus ada fakta yang

diperoleh wartawan, kemudian fakta itu disampaikan kepada khalayak. 14

Sementara itu, mengenai definisi berita, para pakar jurnalistik belum mencapai kesepakatan tentang apa sebenarnya definisi dari berita atau yang dalam bahasa inggris disebut news itu. Ada suatu pengertian berita yang amat terkenal diungkapkan oleh Charles A. Dana pada 1882 sebagaimana dikutip Sam Abede Pareno: “when a dog bites a man that is not news, but when a man bites a dog that is news” (bila seekor anjing menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila seseorang menggigit anjing,

itu berita). 15

Paul De Maeseneer sebagaimana dikutip Helena Olii mendefinisikan berita sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru,

14 Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita (Surabaya: Penerbit 14 Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita (Surabaya: Penerbit

Sementara itu, praktisi penyiaran asal Belanda, Theo Stokkink mendefinisikan berita sebagai berikut: “Berita adalah sesuatu yang tidak terduga, suatu perubahan, suatu negativisme atau kecenderungan untuk mengatakan atau berbuat berlawanan dengan apa yang disarankan.

Seringkali berita bersifat negatif.” 17

Eric C. Hepwood sebagaimana dikutip Sam Abede Pareno memberikan batasan: “Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang

penting sehingga dapat menarik perhatian umum.” 18

Pada intinya, menurut LP3Y yang dikutip Mursito, sebuah kejadian dapat dikatakan memiliki nilai berita jika memenuhi satu atau lebih dari

beberapa unsur berikut 19 :

a. Significance (penting)

b. Magnitude (besaran)

c. Timeliness (waktu)

d. Proximity (dekat)

e. Prominence (tenar)

f. Human interest (manusiawi)

16 Olii. Op.Cit. hlm.25 17 Theo Stokkink, Penyiar Radio Profesional (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997) hlm.36 16 Olii. Op.Cit. hlm.25 17 Theo Stokkink, Penyiar Radio Profesional (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997) hlm.36

berita. 20

Pengertian jurnalistik lebih detail dan mudah dipahami, disampaikan oleh Mursito:

“Kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa. Yang disebut fakta bisa berupa peristiwa, fenomena, situasi, kondisi, atau kecenderungan, yang benar-benar ada dalam komunitas sosial. Sedang memproses fakta menjadi format informasi adalah menstruktur fakta menjadi suatu bentuk wacana, baik yang bersifat audio, visual, maupun audio visual. Di media cetak, bentuk wacana itu biasanya berupa berita langsung (straight news) dan feature, serta bentuk-bentuk artikel opini seperti tajuk rencana, karikatur, dan pojok. Kegiatan jurnalistik biasanya dilakukan oleh suatu profesi, disebut jurnalis atau

wartawan.” 21

2. Radio sebagai salah satu media massa elektronik

Sebagaimana definisi yang telah disampaikan oleh para pakar komunikasi bahwa setiap proses komunikasi selalu memerlukan channel atau media. Hal ini dapat dimaknai media yang sifatnya pribadi, dan bisa juga menggunakan media massa. Komunikasi melalui media massa inilah yang kemudian disebut sebagai komunikasi massa (mass communication).

Peradaban manusia telah melahirkan banyak inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi. Dengan media itu memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dalam cakupan yang luas dengan waktu yang singkat dan bersamaan. Secara umum, media massa dibedakan menjadi dua yakni media massa cetak dan elektronik. Kita mengenal koran, majalah, dan yang sejenisnya sebagai media massa cetak. Sedangkan radio dan televisi sebagai media massa elektronik. Ada satu lagi yang kini mengalami perkembangan sangat pesat yakni media internet atau online. Media yang satu ini ada yang menggolongkan sebagai media elektronik, namun ada juga yang menggolongkannya sebagai new media (media baru).

Diantara media massa elektronik yang menarik untuk dijadikan pembahasan adalah radio. Media radio adalah media yang bersifat auditori. Maknanya bahwa radio adalah media yang mengandalkan audio atau suara untuk menyampaikan pesan-pesannya. Karena sifatnya itulah, maka media ini tergolong media yang santai, dapat dinikmati dimana saja dan tidak Diantara media massa elektronik yang menarik untuk dijadikan pembahasan adalah radio. Media radio adalah media yang bersifat auditori. Maknanya bahwa radio adalah media yang mengandalkan audio atau suara untuk menyampaikan pesan-pesannya. Karena sifatnya itulah, maka media ini tergolong media yang santai, dapat dinikmati dimana saja dan tidak

Namun, disamping kelebihan, radio juga memiliki kelemahan. Diantara kelemahan itu adalah sifatnya yang sekilas dengar. Pesan yang sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu hilang. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai pesan yang disampaikan oleh radio, tak mungkin

meminta kepada penyiar untuk mengulangi lagi. 22

Semua kelemahan dan kelebihan media itulah yang menjadi karakteristik media tersebut. Artinya, para penyampai pesan (komunikator) harus benar-benar mengetahui karakteristik media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada audience, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif.

3. Karakteristik radio

Radio adalah media yang tak pernah mati. Meskipun perkembangan teknologi telah melahirkan televisi atau bahkan media online, radio ternyata masih tetap digemari. Bahkan, perkembangan teknologi justru digunakan untuk lebih memudahkan dan meluaskan jangkauan siaran radio melalui layanan radio streaming. Kemajuan teknologi berupa radio streaming ini, menurut Enrico Menduni, dapat Radio adalah media yang tak pernah mati. Meskipun perkembangan teknologi telah melahirkan televisi atau bahkan media online, radio ternyata masih tetap digemari. Bahkan, perkembangan teknologi justru digunakan untuk lebih memudahkan dan meluaskan jangkauan siaran radio melalui layanan radio streaming. Kemajuan teknologi berupa radio streaming ini, menurut Enrico Menduni, dapat

mendengarkannya di waktu kemudian 23 .

“After some years of Internet radio, it is possible to affirm, without beingconsidered an enemy of radio and of innovation, that it was not the revolution that had been announced. A paradox can explain this point: an Internet radio dramatically breaks the spatial and temporal boundaries typical of radio (i.e., with my PC, I can also record a radio programme that I want to keep, and then listen to it later), fighting effectively against market and political censorship.” (Setelah beberapa tahun kemunculan radio internet, adalah mungkin untuk menegaskan, tanpa dianggap sebagai musuh radio dan inovasi, bahwa itu bukan revolusi yang telah diumumkan. Sebuah paradoks dapat menjelaskan hal ini: radio internet secara dramatis dapat menembus batas-batas ruang dan ciri khas radio (misalnya, dengan PC, saya dapat merekam program radio yang saya inginkan, dan kemudian mendengarkan nanti), berperang secara efektif melawan pasar dan sensor politik.)

23 Enrico Menduni, Four Steps in Innovative Radio Broadcasting: From QuickTime to Podcasting, The Radio Journal – International Studies in Broadcast and Audio Media, Volume 5 Number 1 23 Enrico Menduni, Four Steps in Innovative Radio Broadcasting: From QuickTime to Podcasting, The Radio Journal – International Studies in Broadcast and Audio Media, Volume 5 Number 1

J. Dutta-Bergman menulis 24 :

”... Individuals interested in one particular area of news expose themselves to different types of news outlets that carry information in that particular subject area. Complementary between new and traditional media was demonstrated in the areas of sports, politics, business and finance, science and health, entertainment, international, and local news.” (…Individu yang tertarik pada satu berita tertentu akan membuka diri mereka untuk berbagai jenis berita yang membawa informasi lain. Saling melengkapi antara media baru dan tradisional telah ditunjukkan pada bidang olahraga, politik, bisnis dan berita keuangan, ilmu pengetahuan dan kesehatan, hiburan, internasional, dan berita lokal)

Tak hanya itu, radio ternyata masih tetap dapat menjadi sahabat bagi para pendengarnya. Orang masih banyak memanfaatkan radio untuk

memperoleh informasi, hiburan, mencari atau menjual barang dan sebagainya. Semua itu karena radio memiliki kedekatan dengan para pendengarnya lebih besar dibandingkan kedekatan surat kabar dan televisi dengan para penikmatnya. Pada tataran ini sebenarnya menjadi tugas

24 Mohan J. Dutta-Bergman, Complementary in Consumption of News Types Across Traditional 24 Mohan J. Dutta-Bergman, Complementary in Consumption of News Types Across Traditional

Untuk memproduksi program atau sajian radio, para reporter, redaktur, penyiar dan bagian produksi perlu memperhatikan beberapa hal yang merupakan sifat atau karakteristik radio, yakni:

a. Auditori

Radio adalah media dengar. Karena itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa tutur, bukan bahasa tulis. Perlu juga memperhatikan tingkat kejenuhan pendengar untuk menyimak informasi atau hiburan yang disajikan oleh radio.

b. Akrab/ bersahabat

Diantara kekhasan radio sebagaimana telah disebutkan sebelumnya adalah akrab dengan pendengar. Ada kedekatan jarak, bahkan para penyiar atau reporter seolah berbicara langsung dengan pendengar.

c. Sarana imajinasi

Salah satu kekuatan terbesar radio adalah dapat memberikan imajinasi dan kesan yang mendalam terhadap suatu informasi atau hiburan yang disajikan. Dengan menggunakan efek suara dan musik pendukung yang tepat, akan mengarahkan pendengar untuk berimajinasi. Radio adalah media yang buta, tetapi dapat menstimulasi sehingga begitu suaranya terdengar dari pengeras suara, pendengar berusaha memvisualisasikan apa Salah satu kekuatan terbesar radio adalah dapat memberikan imajinasi dan kesan yang mendalam terhadap suatu informasi atau hiburan yang disajikan. Dengan menggunakan efek suara dan musik pendukung yang tepat, akan mengarahkan pendengar untuk berimajinasi. Radio adalah media yang buta, tetapi dapat menstimulasi sehingga begitu suaranya terdengar dari pengeras suara, pendengar berusaha memvisualisasikan apa

d. Sepintas lalu dan tidak dapat diulang

Informasi yang disampaikan melalui radio harus dikemas seringan mungkin sehingga pendengar dapat mudah memahami pesan yang disampaikan. Hal ini karena sifat isi siaran radio hanya sekilas sampai di telinga pendengar dan tidak ada pengulangan. Maknanya, radio tidak akan mengulang pesan yang disampaikan. Pendengar bisa saja meminta supaya informasi itu diulang, namun tak selamanya dapat terpenuhi. Berbeda dengan surat kabar, ketika pembaca masih belum dapat memahami informasi yang disampaikan, dapat mengulangi membaca.

e. Mengandung gangguan

Ada dua hal yang dapat menjadi gangguan dalam komunikasi melalui radio, yaitu:

1) Semantic noise factor, maksudnya telinga salah menangkap atau menerima pengucapan kata-kata yang terdengar asing

2) Channel noise factor, maksudnya telinga salah menangkap bahkan tidak dapat mendengar isi siaran akibat gangguan saluran siaran atau

gangguan teknik. 26

4. Kelebihan dan Kelemahan Radio

Sebagaimana bentuk media lainnya seperti televisi, koran, dan majalah, radio memiliki kekuatan dan kelemahan. Diantara kekuatan radio,

seperti disampaikan Theo Stokkink adalah 27 :

a. Radio adalah teater pikiran (siapa yang menciptakan dan untuk siapa)

b. Radio adalah media frekuensi (pengulangan untuk mendapatkan pengaruh yang kuat)

c. Radio adalah media yang terbagi-bagi (segmentasi, target audience didefinisikan)

d. Radio membentuk satu ilusi hubungan orang per orang, pribadi (bahkan akrab) antara penyiar dan pendengar.

Sementara, Helena Olii mendaftar beberapa kelebihan ataupun

kekuatan radio sebagai berikut 28 :

a. Radio memengaruhi imajinasi pendengar.

b. Radio merupakan alat penerima program yang murah.

c. Radio mudah dibawa.

d. Produksi program radio tergolong murah.

e. Program radio disebarluaskan secara massal dan populer.

f. Pesan komunikasi radio akan cepat sampai.

h. Radio dipercaya sebagai sumber berita.

i. Radio dapat digunakan oleh semua orang.

j. Radio tidak memerlukan sajian visual.

Adapun kelemahan radio, masih menurut Helena adalah:

a. Radio bersifat non-visual.

b. Radio tidak dapat menunjukkan gerakan pada demonstrasi.

c. Pesan radio tak dapat diulang.

5. Dokumenter dan feature radio

Dokumenter dan feature adalah dua istilah yang populer dalam dunia media. Namun seringkali banyak orang yang susah membedakan antara kedua istilah ini. Bisa jadi karena keduanya sama-sama mengungkapkan suatu informasi atau sajian secara mendalam dengan bahasa yang tak terlalu kaku. Theo Stokkink memberikan penjelasan tentang perbedaan antara kedua istilah itu. Program dokumenter, tulis dia, adalah fakta yang berdasarkan bukti – bukti dokumenter seperti catatan- catatan tertulis, sumber-sumber pelengkap, wawancara kontemporer, dan sejenisnya. Adapun tujuan dari dokumenter adalah menyampaikan informasi, menyajikan satu kisah atau situasi dengan sepenuhnya memperhatikan pelaporan yang tidak memihak dan jujur.

berdasarkan fakta. Feature mempunyai bentuk sangat bebas dengan penekanan lebih pada menampilkan kualitas, suasana dan keadaan hati manusia. Tujuan utama dari feature adalah mempengaruh imajinasi

audience . 29

Mantan Kepala Departemen Feature BBC, Laurence Gilliam, menggambarkan program feature sebagai kombinasi dari keaslian pembicaraan dengan memainkan kekuatan dramatis. Tujuan dari feature ini adalah untuk meyakinkan pendengar terhadap apa yang ia katakan,

meskipun mengatakan itu dalam bentuk dramatis. 30

Meskipun memiliki kemiripan bentuk antara program dokumenter maupun feature, Robert McLeish lebih menekankan pada sisi faktualitas. Menurutnya, program dokumenter radio lebih menekankan sisi faktual. Namun, program feature tak selamanya terikat pada sisi faktualitas. Terkadang untuk lebih menghidupkan suasana dan menggambarkan tema yang dibahas, dibuatlah tambahan berupa drama yang sifatnya fiksi dan sebagainya.

A documentary programme is wholly fact, based on documentary evidence – written records, attributable sources, contemporary interviews and the like. Its purpose is essentially to inform, to present a story or situation with a total regard for honest, balanced reporting. The feature

sense, it may include folk song, poetry or fictional drama to help illustrate its theme. The feature is a very free form where the emphasis is often on portraying rather more indefinable human qualities, atmosphere or mood. (Sebuah program dokumenter seluruhnya berdasarkan bukti dokumenter - catatan tertulis, narasumber, wawancara kontemporer dan sejenisnya. Tujuannya adalah untuk menginformasikan, menyajikan sebuah cerita atau situasi dengan penuh kejujuran dan pelaporan yang seimbang. Program feature, di sisi lain, tidak perlu seluruhnya benar dalam arti faktual, mungkin termasuk lagu rakyat, puisi atau drama fiksi untuk membantu menggambarkan tema. feature ini adalah bentuk yang sangat bebas di mana penekanan sering pada menggambarkan kualitas manusia, serta

atmosfer atau suasana hati). 31

Lebih lanjut, McLeish menegaskan bahwa pembedaan antara dokumenter dan feature, lebih pada tujuan dari pembuatan program itu. Ia menulis sebagai berikut:

If the producer sets out to provide a balanced, rounded, truthful account of something or someone – that is a documentary. If the intention is not to feel so bound to the whole truth but to give greater reign to the imagination, even though the source material is real – that is a feature. (Jika produser menetapkan untuk memberikan informasi seimbang, utuh, dan cerita yang benar dari sesuatu atau seseorang, maka itu adalah If the producer sets out to provide a balanced, rounded, truthful account of something or someone – that is a documentary. If the intention is not to feel so bound to the whole truth but to give greater reign to the imagination, even though the source material is real – that is a feature. (Jika produser menetapkan untuk memberikan informasi seimbang, utuh, dan cerita yang benar dari sesuatu atau seseorang, maka itu adalah

BAB II PRA PRODUKSI

A. Profil Radio

Program ini akan disiarkan oleh PT. Radio Dakwah Islamiyah atau lebih dikenal dengan Radio Dakwah Syari’ah (RDS) FM beralamat di Jalan Adisumarmo nomor 181 Solo dengan frekuensi 107.7 MHz. Namun, RDS FM juga melakukan kerjasama penyiaran dengan radio Hiz Fm (P.T. Citra Mandiri Perkasa Lestari) yang berada di gelombang 101.4 MHz. Untuk lebih jelasnya, profil RDS FM adalah sebagai berikut:

RDS FM hadir di kota Solo sebagai media dakwah Islamiyah. Menghadirkan program acara siaran yang syarat dengan nilai–nilai syariah,

diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan umat untuk senantiasa mendekatkan diri pada Allah ta’ala. Program yang dikemas berupa kajian, informasi, murottal maupun sedikit hiburan yang disajikan secara berimbang.

Sasaran pendengar RDS FM adalah keluarga muslim, dengan segmentasi dominan kepada remaja dewasa atau mereka yang memiliki semangat muda dalam berdinamika. Konsep interaktif dengan pendengar mengenai berbagai hal, baik tentang dunia islam, kajian maupun program acara lainnya, diharapkan dapat menjadi jalan kepada sebuah pemahaman kaffah sesuai dengan perintah Allah ta’ala dan Rasulullah shollolohu ‘alaihi wa sallam.

1. Lokasi dan Jam Siar

Lokasi studio RDS FM dibangun di atas lahan wakaf dari Dr. (HC) Soeparno Z.A di Jalan Adisumarmo nomor 181, Solo. Jam penyiaran RDS FM adalah 17 jam dimulai dari pukul 05.00 – 22.00 WIB.

2. Visi

Menjadi Radio Dakwah Syari’ah yang bermanfaat dunia dan akherat.

3. Misi

a. Terdepan dalam mensosialisasikan (keteladanan syari'ah)

b. Menyajikan program yang berorientasi pada dakwah

c. Membangun komitmen dan kesetiaan terhadap Islam

d. Memberikan informasi aktual, benar, akurat, lengkap, dan bermaslahat

e. Memberikan solusi bagi permasalahan umat

f. Menjadi pioner perekat media Islam

g. Membangun tradisi keilmuan

4. Station Profile

Nama Perusahaan : PT. Radio Media Dakwah Islamiyah

Nama Station Radio

: Radio Dakwah Syari’ah

Call Station

: RDS Fm

Format Radio

: Religi

Legalisasi Badan Hukum

• Nomor/ Tanggal

: Dewi Cahyani Eddy Sud, S.H.

Komisaris Utama : Dr (HC). H. Soeparno Z.A.

Station Manager

: Nanang Mujahidin, S.E.

Dewan Syari’ah

• Dr. Mu’inudinillah Basri, MA.

• Muzayyin, Lc., MA.

• Eman Badru Tamam, Lc.

• Rosyid Ridho, Lc. Program Director

: Abdul Rochim

PH Coordinator

: Syaiful Arif

News Coordinator

: Muhammad Abdat

Marketing Director

: Burhan

Admin Director

: Faqih Al-Fawwaz

General Affairs

: Fiter Faris Hasan

Alamat Kantor : Jl. Adisumarmo nomor 181, Banyuanyar,

Banjarsari, Solo

Telephon / Fax

: (0271) 732 321 (Office)

(0271) 765 1818 (On-Air)

SMS Online 081226170777

Website

: www.rdsfmsolo.com

Kerjasama siar dengan : 101.4 Hiz Fm Solo (PT. Citra Perkasa

Mandiri Lestari)

Jangkauan Siar

: 60 Km efektif; meliputi:

Solo,

Karanganyar,

Tawangmangu, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, Kartasura, Klaten, Boyolali, Salatiga, Ungaran, dan sekitarnya.

Live Streaming : RDS FM juga memiliki jangkauan melalui streaming radio yang bisa diakses dari berbagai

negara

melalui

www.rdsfmsolo.com.