HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Sampel

Determinasi buah gambas dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil determinasi menunjukkan bahwa buah yang diteliti merupakan jenis Luffa acutangula Roxb. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

B. Preparasi Sampel

Sampel basah buah gambas 20,6 Kg dikeringkan dalam oven 55°C. Pengeringan dilakukan dengan suhu rendah 55°C, karena pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktif (Anonim, 1985). Pengeringan dalam oven bertujuan untuk mempercepat penghilangan air dan mendapatkan bahan dengan kadar air yang rendah, sehingga bahan tidak menjadi busuk dalam penyimpanan. Bahan kering (simplisia) yang didapatkan sebanyak 1256,4 g.

Bahan kering digiling sehingga didapatkan serbuk buah gambas sebanyak 1000,4 g. Penggilingan bahan menjadi serbuk bertujuan untuk memperluas permukaan, sehingga dalam proses ekstraksi kontak antara bahan dengan pelarut semakin banyak yang diharapkan semua senyawa dapat terekstrak ke dalam pelarut. Serbuk buah gambas untuk selanjutnya dilakukan ekstraksi maserasi untuk mendapatkan senyawa-senyawa kimia buah gambas.

C. Maserasi Simplisia

Serbuk buah gambas sebanyak 1000,4 g diekstraksi dengan metode maserasi (perendaman bahan) menggunakan pelarut metanol untuk mendapatkan senyawa-senyawa kimia buah gambas. Ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan alasan bahan yang diekstrak cukup banyak dan mengurangi pemanasan yang berlebih terhadap simplisia, supaya senyawa yang terekstrak tidak banyak yang rusak.

Tujuan penggunaan metanol sebagai pelarut, karena semua senyawa dari tanaman yang diduga sebagai senyawa antimikroorganisme adalah senyawa yang terlarut pada pelarut organik, sehingga senyawa-senyawa tersebut bisa didapatkan melalui ekstraksi dengan pelarut metanol (Cowan, 1999). Hal ini disebabkan karena metanol dapat mengekstrak hampir semua senyawa, antara lain senyawa antosianin, terpenoid, saponin, lakton, tanin, flavon dan polifenol (Cowan, 1999). Penelitian Durmaz et al. (2006) menunjukkan bahwa ekstraksi dengan metanol merupakan metode yang bagus untuk mengekstrak senyawa antibakteri dari tanaman Allium vineale, Chaerophyllum macropodum dan Prangos ferulacea. Perendaman dilakukan berkali-kali dengan metanol bertujuan untuk mengoptimalkan ekstraksi senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia.

Pada proses ekstraksi maserasi, pelarut menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang mengandung senyawa aktif yang melarutkan senyawa tesebut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara senyawa aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan terpekat didesak ke luar sel (Anonim, 1986). Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan sehingga dihasilkan ekstrak metanol pekat berwarna hijau kecoklatan sebanyak 261,6 g dengan redemen 26,14 % (b/b). Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3. Ekstrak metanol untuk selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri.

D. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol

Ekstrak metanol yang didapatkan dari ekstraksi maserasi, kemudian dilakukan pengujian aktivitas antibakteri untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak metanol dilakukan terhadap bakteri gram positif B. subtilis dan S. aureus dan bakteri gram negatif P. aeruginosa , E. coli, E. aerogenes, S. dysentriae dan S. thypi. Tujuan menggunakan 7 bakteri uji adalah untuk mengetahui selektivitas antibakteri ekstrak metanol terhadap bakteri uji.

Untuk uji antibakteri ekstrak metanol dibuat konsentrasi masing-masing sebesar 0,5 mg/μ L atau berat sampel 10 mg/lubang, 0,75 mg/μ L atau berat sampel 15 mg/lubang dan 1 mg/μ L atau berat sampel 20 mg/lubang dengan Untuk uji antibakteri ekstrak metanol dibuat konsentrasi masing-masing sebesar 0,5 mg/μ L atau berat sampel 10 mg/lubang, 0,75 mg/μ L atau berat sampel 15 mg/lubang dan 1 mg/μ L atau berat sampel 20 mg/lubang dengan

Perhitungan konversi konsentrasi sampel dan perhitungan jumlah bakteri untuk uji dapat dilihat pada Lampiran 3. DMSO digunakan sebagai pelarut dan kontrol negatif, karena DMSO merupakan pelarut polar aprotik tidak berwarna yang dapat melarutkan senyawa polar dan non polar dengan range yang sangat luas seperti halnya air (Kennedy, R.). Yuliani (2001) telah membuktikan bahwa DMSO tidak aktif sebagai antibakteri. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Tabel 2. Ekstrak metanol menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa dan B. subtilis. Ekstrak metanol tidak menghambat pertumbuhan bakteri E. aerogenes dan S. dysentriae, sedangkan terhadap bakteri S. thypi hasil uji menunjukkan diameter hambat yang didapat tidak begitu bening dan meragukan.

Tabel 2. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah gambas No Bakteri Uji Hasil Uji

Berat Sampel Berat Sampel Berat Sampel

20 mg/lubang

15 mg/lubang

10 mg/lubang

1 S. aureus

2 P. aeruginosa

3 E. coli

4 B. subtilis

5 E. aerogenes

6 S. dysentriae

7 S. thypi

Keterangan (+) = Positif antibakteri, (-) = Negatif antibakteri dan (*) = Diameter hambat tidak begitu bening (meragukan).

Selanjutnya terhadap ekstrak metanol dilakukan uji antibakteri kembali menggunakan bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa dan B. subtilis untuk mengetahui kekuatan ekstrak metanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Terhadap bakteri S. thypi dilakukan uji ulang untuk mengetahui apakah ekstrak metanol benar-benar menghambat pertumbuhan bakteri S. thypi atau tidak. Aktivitas antibakteri dievaluasi dalam dua konsentrasi yang berbeda yaitu konsentrasi 0,50 mg/μ L atau berat sampel 10 mg/lubang dan 0,75 mg/μ L Selanjutnya terhadap ekstrak metanol dilakukan uji antibakteri kembali menggunakan bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa dan B. subtilis untuk mengetahui kekuatan ekstrak metanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Terhadap bakteri S. thypi dilakukan uji ulang untuk mengetahui apakah ekstrak metanol benar-benar menghambat pertumbuhan bakteri S. thypi atau tidak. Aktivitas antibakteri dievaluasi dalam dua konsentrasi yang berbeda yaitu konsentrasi 0,50 mg/μ L atau berat sampel 10 mg/lubang dan 0,75 mg/μ L

B. subtilis, P. aeruginosa dan E. coli. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak metanol buah gambas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

10mg/lubang

15 mg/lubang

S. aureus

P. aeruginosa

E. coli

B. subtilis

S. thypi

Gambar 18. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Terhadap Bakteri

S. aureus , P. aeruginosa, E. coli, B. subtilis dan S. thypi

Pengaruh variasi bakteri pada masing-masing berat sampel dan pengaruh bertambahnya berat sampel terhadap masing-masing bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji dapat diketahui dengan analisa data One Way-ANOVA. Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi bakteri pada berat ekstrak metanol 15 mg/lubang terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri uji secara umum menunjukkan adanya pengaruh variasi bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri, analisa lebih lanjut dengan LSD dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil analisa LSD menunjukkan bahwa antar semua bakteri menunjukkan pengaruh yang beda, kecuali antara bakteri P. aeruginosa dengan S. aureus mempunyai pengaruh yang Pengaruh variasi bakteri pada masing-masing berat sampel dan pengaruh bertambahnya berat sampel terhadap masing-masing bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji dapat diketahui dengan analisa data One Way-ANOVA. Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi bakteri pada berat ekstrak metanol 15 mg/lubang terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri uji secara umum menunjukkan adanya pengaruh variasi bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri, analisa lebih lanjut dengan LSD dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil analisa LSD menunjukkan bahwa antar semua bakteri menunjukkan pengaruh yang beda, kecuali antara bakteri P. aeruginosa dengan S. aureus mempunyai pengaruh yang

Hasil analisa ANOVA pengaruh bertambahnya berat sampel terhadap masing-masing bakteri menunjukkan bertambahnya berat sampel ekstrak metanol dari 10 mg/lubang ke 15 mg/lubang tidak berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, E. coli dan B. subtilis, tetapi berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa yang ditandai dengan beda nyata signifikan antara berat sampel 10 mg/lubang dengan berat sampel 15 mg/lubang. Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi berat sampel pada masing- masing bakteri dapat dilihat pada Lampiran 6.

Penelitian Tomori et al. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah L. breviflora (suku Curcubitaceae) menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, B. subtilis , S. aureus dan P. aeruginosa. Ekstrak metanol buah gambas jika dibandingkan dengan ekstrak etanol buah L. breviflora menghambat pertumbuhan bakteri yang sama yaitu bakteri gram positif seperti B. subtilis dan S. aureus dan gram negatif seperti P. aeruginosa dan E. coli.

Bakteri gram negatif seperti E. aerogenes, S. dysentriae dan S. thypi tidak dihambat oleh ekstrak metanol buah gambas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak metanol tidak menghambat semua bakteri gram negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak metanol buah gambas tergantung pada masing-masing spesies bakteri uji. Durmaz et al. (2006) menyatakan bahwa aktif tidaknya suatu antibakteri yang ditandai perbedaan diameter hambat yang terjadi tergantung pada tipe dari ekstrak, spesies tanaman dan spesies dari bakteri itu sendiri.

Ekstrak metanol menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (B. subtilis dan S. aureus) dan bakteri gram negatif (P. aeruginosa dan E. coli), walaupun ekstrak metanol tidak menghambat semua bakteri gram negatif bisa dikatakan ekstrak metanol mewakili aktivitas antibakteri yang berspektrum luas.

Setelah ekstrak metanol mempunyai aktivitas antibakteri, ekstrak metanol kemudian diekstraksi bertahap menggunakan pelarut dengan kepolaran yang meningkat untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak metanol berdasarkan perbedaan kepolaran.

E. Ekstraksi Bertahap Ekstrak Metanol

Ekstrak metanol selanjutnya diekstraksi bertahap menggunakan pelarut yang meningkat kepolarannya. Ekstrak metanol gambas sebanyak 152,55 g diencerkan dengan campuran metanol : air (4:1). Pengenceran ekstrak bertujuan untuk mendapatkan larutan yang tidak terlalu pekat sehingga memudahkan dalam proses ekstraksi. Larutan hasil pengenceran yang didapat sebanyak 300 mL. Larutan diekstraksi berturut-turut dengan pelarut heksana, kloroform, etil asetat dan butanol. Semua larutan hasil ekstraksi dipekatkan kembali untuk mendapatkan ekstrak pekat. Hasil ekstraksi bertahap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Ekstraksi Bertahap Ekstrak Metanol

No Pelarut yang

Hasil ekstraksi

digunakan

Berat ekstrak

Hijau kehitaman

2 Kloroform

Hijau tua

3 Etil asetat

Coklat tua

4 Butanol

Coklat muda

5 Air

Coklat tua

Ekstrak-ekstrak hasil ekstraksi bertahap untuk selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa dan B. subtilis yang bertujuan untuk mengetahui ekstrak aktif antibakteri buah gambas..

F. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Hasil Ekstraksi Bertahap

Ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi bertahap dilakukan pengujian aktivitas antibakteri untuk mengetahui ekstrak yang mempunyai aktivitas antibakteri. Ekstrak dibuat konsentrasi 0,75 mg/μ L atau berat sampel 15 mg/lubang dengan pelarut DMSO. Pemilihan konsentrasi 0,75 mg/μ L atau berat sampel 15 mg/lubang karena dengan konsentrasi yang besar secara jelas dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat mencerminkan bahwa ekstrak dengan konsentrasi tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil dari uji antibakteri ekstrak dari ekstraksi bertahap dapat dilihat pada Gambar 19 dan hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak hasil ekstraksi bertahap dapat dilihat pada Lampiran 7.

13,5 t a 12,5

mb a 11,5

P. aeruginosa Heksana

E. coli

B. subtilis

S. aureus

Kloroform

Etil asetat

Butanol Air

Gambar 19. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak-ekstrak Hasil Ekstraksi Bertahap Terhadap Bakteri E. coli, B. subtilis, S. aureus dan P. aeruginosa dengan Berat Ekstrak 15 mg/lubang

Ekstrak yang mempunyai aktivitas antibakteri yaitu ekstrak heksana, kloroform, etil asetat dan butanol. Ekstrak aktif antibakteri tertinggi terhadap semua bakteri uji adalah ekstrak etil asetat diikuti ekstrak kloroform, butanol dan heksana. Ekstrak air tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap semua bakteri uji ditandai dengan tidak adanya diameter hambat disekitar lubang.

Ekstrak etil asetat ditentukan sebagai ekstrak antibakteri tertinggi, karena ekstrak etil asetat mempunyai rata-rata diameter hambat tertinggi untuk semua bakteri uji dan didukung dengan analisa data One-way ANOVA dan LSD. Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi ekstrak pada masing-masing bakteri dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil analisa ANOVA menunjukkan bahwa adanya variasi ekstrak menunjukkan adanya pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Analisa lanjut dengan LSD menunjukkan bakteri S. aureus, P. aeruginosa dan E. coli terhadap ekstrak etil asetat mempunyai pengaruh yang berbeda dan signifikan jika dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak yang lain. Pada bakteri B. subtilis , ekstrak etil asetat mempunyai pengaruh yang sedikit sama terhadap ekstrak kloroform dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak hasil ekstraksi bertahap mengindikasikan bahwa senyawa-senyawa yang diduga sebagai antibakteri terdapat pada ekstrak heksana, kloroform, etil asetat dan butanol dan tidak terdapat pada ekstrak air. Terhadap ekstrak aktif antibakteri selanjutnya dilakukan pengujian golongan senyawa untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak aktif antibakteri. Sedangkan terhadap ekstrak etil asetat yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi dilakukan uji penegasan golongan senyawa dengan metode KLT.

G. Pengujian Golongan Senyawa Ekstrak Aktif Antibakteri

Ekstrak metanol, heksana, kloroform, etil asetat dan butanol yang mempunyai aktivitas antibakteri dilakukan pengujian golongan senyawa untuk mengetahui golongan-golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak. Pengujian dilakukan dengan penapisan fitokimia terhadap golongan senyawa yang diduga sebagai golongan senyawa aktif antibakteri seperti golongan senyawa alkaloid, fenolat, terpenoid, tanin/polifenol, saponin dan flavonoid. Hasil pengujian senyawa antibakteri dapat dilihat pada Tabel 4 dan hasil lengkap pengujian penapisan fitokimia dapat dilihat pada Lampiran 9.

Ekstrak metanol memperlihatkan adanya semua golongan senyawa yang diuji yaitu alkaloid, fenolat, saponin, tanin terkondensasi, flavonoid dan Ekstrak metanol memperlihatkan adanya semua golongan senyawa yang diuji yaitu alkaloid, fenolat, saponin, tanin terkondensasi, flavonoid dan

Tabel 4. Hasil Pengujian Golongan Senyawa Antibakteri yang Terdapat pada

Ekstrak Metanol, Heksana, Kloroform, Etil Asetat dan Butanol N Golongan

Hasil pengujian

o. senyawa Ekstrak

Ekstrak yang diuji

Kloroform etil asetat

* tanin terkondensasi , (+) = Positif uji senyawa, (-) = Negatif uji senyawa

Ekstrak metanol yang mengandung semua golongan senyawa uji, jika dibandingkan dengan ekstrak etil asetat mempunyai panjang diameter hambat lebih kecil pada semua bakteri uji. Hal tersebut dikarenakan ekstrak metanol masih merupakan ekstrak kasar ditandai dengan besarnya berat ekstrak air yang tidak mempunyai aktivitas antibakteri sehingga konsentrasi golongan senyawa- senyawa antibakteri yang terdapat pada ekstrak metanol rendah. Ekstrak heksana yang hanya mengandung golongan senyawa terpenoid mempunyai aktivitas antibakteri terkecil terhadap semua bakteri uji jika dibandingkan dengan ekstrak yang lainnya. Hal tersebut dapat disimpulkan golongan senyawa terpenoid dalam ekstrak heksana mempunyai kontribusi dalam menghambat pertumbuhan E. coli,

B. subtilis , S. aureus dan P. aeruginosa tetapi dengan kekuatan yang kecil. Ekstrak etil asetat yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi

untuk mempertegas golongan-golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak etil asetat. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat buah gambas mengandung golongan senyawa flavonoid, tanin terkondensasi, fenolat, terpenoid dan saponin. Oleh karena itu, uji penegasan dengan metode KLT dilakukan hanya lima golongan senyawa tersebut. Pengembang (fase gerak) dengan komposisi kloroform : etil asetat (1:1) menghasilkan banyak noda dengan pemisahan yang baik daripada pengembang dengan komposisi kloroform : etil asetat (3:7 dan 7:3). Pengembang (fase gerak) yang digunakan yaitu kloroform : etil asetat dengan perbandingan 1:1, karena mempunyai pemisahan yang baik yaitu pada sinar tampak menghasilkan 2 noda, sinar UV 254 nm menghasilkan 4 noda dan sinar UV 365 nm menghasilkan 3 noda. Plat KLT yang telah dielusi kemudian disemprot dengan reagen spesifik dan diamati nodanya dibawah sinar tampak, sinar UV 254 nm dan 365 nm. Hasil uji golongan senyawa ekstrak etil asetat dapat dilihat pada Tabel 5 dan hasil lengkap uji golongan senyawa ekstrak etil asetat dengan metode KLT dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 5. Hasil Uji Golongan Senyawa yang Terdapat pada Ekstrak Etil Asetat

dengan Panapisan Fitokimia (PF) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Golongan Hasil Hasil Pengamatan Plat KLT Senyawa PF

UV 365 nm yang

Tampak.

UV 254 nm

Rf Warna Ket. Diuji

Rf

Warna Ket.

Rf warna

0,08 kuning Kuning

hijau Tanin dan

0,18 Hitam + Fenolat

abu- abu

Saponin + Biru + 0,25

hijau 0,55

Biru

Keterangan : (+) positif senyawa uji, PF = Penapisan Fitokimia dan KLT= Kromatografi Lapis Tipis.

Reagen AlCl 3 1% sebagai pedeteksi senyawa flavonoid. Plat setelah disemprot reagen AlCl 3 1% menimbulkan noda pada Rf 0,08 berwarna hijau kuning dan Rf 0,39 berwarna kuning hijau dibawah sinar UV 365 nm dan kuning pada Rf 0,09 dibawah sinar tampak menunjukkan adanya senyawa flavonoid

dalam ekstrak etil asetat, karena flavonoid setelah disemprot dengan AlCl 3 dapat memberikan warna kuning berflourensi pada sinar UV 365 nm (Harborne, 1996; Kristanti dkk., 2008) dan kuning pada sinar tampak (Wagner, 1984). Penelitian

Yuliasari (2007) menggunakan reagen AlCl 3 1% sebagai penyemprot pendeteksi flavonoid. Plat KLT setelah disemprot dengan FeCl 3 menunjukkan bahwa pada Rf 0,18 terbentuk noda berwarna warna hitam abu-abu dibawah sinar tampak, UV 254 nm, dan UV 365 nm. Persenyawaan fenol (Tanin dan fenolat) berwarna

hijau dan merah ungu hingga biru/kehitaman setelah disemprot larutan FeCl 3 (Harborne, 1996), sehingga pada ekstrak etil asetat mengandung senyawa tanin dan fenolat.

Penyemprot untuk mendeteksi senyawa terpenoid adalah reagen vanilin-

H 2 SO 4 , senyawa terpenoid memberikan warna ungu setelah disemprot reagen vanilin-H 2 SO 4 (Wagner, 1984). Plat setelah disemprot dengan vanilin-H 2 SO 4 kira- kira pada Rf 0,41 memberikan noda berwarna ungu setelah dikeringkan warna ungu hilang. Hal tersebut menunjukkan pada ekstrak etil asetat terdapat senyawa terpenoid tetapi dalam konsentrasi rendah sehingga terdeteksi tidak begitu jelas.

Reagen penyemprot pendeteksi saponin, SbCl 3 20% dalam kloroform memberikan noda berwarna merah violet dibawah sinar tampak dan merah violet, biru dan hijau berflourensi dibawah sinar UV 365 nm (Wagner, 1984). Hasil uji saponin menunjukkan pada Rf 0,25 dan 0,55 dibawah sinar UV 365 nm memperlihatkan warna biru-hijau dan biru. Hasil tersebut memperlihatkan ekstrak etil asetat mengandung saponin. Uji dengan metode KLT memperlihatkan bahwa ekstrak etil asetat mengandung senyawa saponin, tanin dan fenolat, flavonoid dan terpenoid yang mempertegas uji penapisan fitokimia.

Alkaloid mempunyai aktivitas antibakteri berhubungan dengan tingginya senyawa aromatik quartener dari alkaloid yang mempunyai kontribusi untuk membentuk interkhelat dengan DNA bakteri (Cowan, 1999). Flavonoid Alkaloid mempunyai aktivitas antibakteri berhubungan dengan tingginya senyawa aromatik quartener dari alkaloid yang mempunyai kontribusi untuk membentuk interkhelat dengan DNA bakteri (Cowan, 1999). Flavonoid

Tanin mempunyai aktivitas antibakteri melalui aksi molekulernya yaitu dengan membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik (Cowan, 1999), berikatan dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan menghambat aktivitas enzim β-Laktamase yang merupakan enzim perusak antibiotik β–Laktam (Shimamura et al., 2007). Saponin dapat berfungsi seperti detergen. Detergen memiliki struktur yang dapat berikatan dengan molekul hidrofilik dan molekul-molekul organik non polar (lipofilik) sehingga mampu merusak membran sitoplasma dan membunuh bakteri (Robber dkk, 1996 dalam Indrayudha dkk., 2005). Terpenoid mempunyai aktivitas antibakteri berhubungan dengan perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Cowan, 1999). Senyawa fenol dapat menyebabkan denaturasi protein melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen (Soekardjo dan Siswandono, 2000).

Perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat dengan ampisilin dapat diketahui dengan membandingkan KHM ekstrak etil asetat dengan KHM ampisilin dan mencari nilai banding ekstrak dengan ampisilin. Pengujian selanjutnya terhadap ekstrak etil asetat adalah mencari KHM ekstrak etil asetat dan membandingkan dengan ampisilin dan nilai banding terhadap ampisilin.

H. Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Buah Gambas

dengan Ampisilin

Perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat dengan ampisilin dapat diketahui dengan membandingkan KHM ekstrak etil asetat dengan KHM ampisilin dan mencari nilai banding ekstrak dengan ampisilin. KHM adalah konsentrasi terendah antibakteri yang masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk mengetahui KHM ekstrak etil asetat dan ampisilin, maka dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak etil asetat dan ampisilin.

Pengujian KHM ekstrak etil asetat menggunakan konsentrasi 0,028 mg/μ L atau berat sampel 0,57 mg/lubang, 0,10 mg/μ L atau berat sampel 2,0 mg/lubang, 0,30 mg/μ L atau berat sampel 6,0 mg/lubang dan 0,75 mg/μ L atau berat sampel 15 mg/lubang. Hasil pengujian KHM ekstrak etil asetat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11 dan hasil pengujian KHM ekstrak etil asetat (uji ke-1) dapat dilihat pada Gambar 20.

a D 9 -rat a 8

at R

P. aeruginosa 0,75 mg/mikro L

E. coli

B. subtilis

S. aureus

0,30 mg/mikro L 0,10 mg/mikro L 0,028 mg/mikro L

Gambar 20. Hasil Pengujian KHM Ekstrak Etil Asetat (Uji Ke-1)

Ekstrak etil asetat dengan konsentrasi terkecil yaitu konsentrasi 0,028 mg/μ L masih dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri uji dan belum ditemukannya konsentrasi yang sudah tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri, maka uji diulang untuk ekstrak etil asetat yaitu dengan konsentrasi ekstrak antara konsentrasi 0,10 mg/μ L atau berat sampel 2,0 mg/lubang sampai dengan 0,010 mg/μ L atau berat sampel 0,20 mg/lubang. Hasil pengujian KHM ekstrak etil asetat (uji ke-2) dapat dilihat pada Tabel 6.

Penelitian Yuliani (2001) menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat rimpang temu putri (Curcuma petiolata Roxb.) dengan konsentrasi 0,10 mg/μ L atau berat sampel 2,0 mg/lubang tidak menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa, B. subtilis , S. aureus dan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli . Ekstrak etil asetat gambas mempunyai aktivitas antibakteri lebih kuat jika Penelitian Yuliani (2001) menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat rimpang temu putri (Curcuma petiolata Roxb.) dengan konsentrasi 0,10 mg/μ L atau berat sampel 2,0 mg/lubang tidak menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa, B. subtilis , S. aureus dan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli . Ekstrak etil asetat gambas mempunyai aktivitas antibakteri lebih kuat jika

Tabel 6. Hasil Pengujian KHM Ekstrak Etil Asetat (Uji ke-2)

Konsentrasi Diameter hambat (mm) mg/μ L

E. coli

B. subtilis

S. aureus P. aeruginosa

Keterangan : Diameter hambat kontrol negatif 6 mm

Analisa data One-way ANOVA pada penentuan KHM etil asetat bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi bakteri pada masing-masing konsentrasi dan pengaruh variasi konsentrasi terhadap masing-masing bakteri uji dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi bakteri pada masing-masing konsentrasi ekstrak etil asetat dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji menunjukkan bahwa konsentrasi 0,10 mg/μ L dan 0,050 mg/μ L menunjukkan dengan adanya variasi bakteri berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan bakteri, analisa lanjut dengan LSD menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,10 mg/μ L dan 0,050 mg/μ L secara umum dengan adanya variasi bakteri, antar bakteri mempunyai pengaruh yang berbeda, kecuali pada bakteri S. aureus dengan E. coli, S. aureus dengan B. subtilis dan E. coli dengan B. subtilis mempunyai pengaruh yang sama. Hasil analisa ANOVA pada konsentrasi 0,030 mg/μ L dan 0,020 mg/μ L dengan adanya variasi bakteri uji tidak berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji, analisa lanjut dengan LSD menunjukkan bahwa secara umum pada konsentrasi 0,030 mg/μ L dan 0,020 mg/μ L dengan adanya variasi bakteri uji, antar bakteri mempunyai pengaruh yang sama, kecuali pada konsentrasi 0,020 mg/μ L antara bakteri P. aeruginosa Analisa data One-way ANOVA pada penentuan KHM etil asetat bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi bakteri pada masing-masing konsentrasi dan pengaruh variasi konsentrasi terhadap masing-masing bakteri uji dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi bakteri pada masing-masing konsentrasi ekstrak etil asetat dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji menunjukkan bahwa konsentrasi 0,10 mg/μ L dan 0,050 mg/μ L menunjukkan dengan adanya variasi bakteri berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan bakteri, analisa lanjut dengan LSD menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,10 mg/μ L dan 0,050 mg/μ L secara umum dengan adanya variasi bakteri, antar bakteri mempunyai pengaruh yang berbeda, kecuali pada bakteri S. aureus dengan E. coli, S. aureus dengan B. subtilis dan E. coli dengan B. subtilis mempunyai pengaruh yang sama. Hasil analisa ANOVA pada konsentrasi 0,030 mg/μ L dan 0,020 mg/μ L dengan adanya variasi bakteri uji tidak berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji, analisa lanjut dengan LSD menunjukkan bahwa secara umum pada konsentrasi 0,030 mg/μ L dan 0,020 mg/μ L dengan adanya variasi bakteri uji, antar bakteri mempunyai pengaruh yang sama, kecuali pada konsentrasi 0,020 mg/μ L antara bakteri P. aeruginosa

Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi konsentrasi ekstrak etil asetat pada masing-masing bakteri uji menunjukkan bahwa pada keempat bakteri uji dengan adanya variasi konsentrasi ekstrak etil asetat berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji, analisa lanjut dengan LSD menunjukkan bahwa adanya variasi konsentrasi ekstrak etil asetat pada keempat bakteri uji menunjukkan pengaruh yang berbeda, kecuali pada bakteri S. aureus dan B. subtilis antara konsentrasi 0,030 mg/μ L dengan 0,050 mg/μ L dan antara konsentrasi 0,030 mg/μ L dengan 0,020 mg/μ L dan pada bakteri P. aeruginosa dan E. coli antara konsentrasi 0,030 mg/μ L dengan 0,020 mg/μ L mempunyai pengaruh yang sama. Analisa ANOVA variasi konsentrasi ekstrak etil asetat pada masing-masing bakteri uji dapat dilihat pada Lampiran 13.

KHM ekstrak etil asetat untuk bakteri S. aureus, P. aeruginosa, B. subtilis dan E. coli adalah 0,020 mg/μ L atau berat sampel 0,40 mg/lubang, karena pada konsentrasi ekstrak 0,010 mg/μ L atau berat sampel 0,20 mg/lubang, ekstrak etil asetat sudah tidak menghambat pertumbuhan semua bakteri uji ditandai dengan tidak adanya zona bening disekitar lubang. Semakin kecil konsentrasi hambat minimum ekstrak menandakan semakin berpotensi sebagai kandidat antibakteri, karena dengan konsentrasi minimum ekstrak sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Pengujian KHM ampisilin menggunakan konsentrasi 1,2. 10 -7 mg/μ L atau berat sampel 0,0024 μ g/lubang sampai dengan konsentrasi 1,5 10 -5 mg/μ L atau berat sampel 0,30 μ g/lubang. Hasil pengujian KHM ampisilin dapat dilihat pada Tabel 7 dan Hasil uji KHM dan nilai banding ampisilin secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14 dan penentuan KHM ampisilin dapat dilihat pada Lampiran 15.

Pengaruh variasi konsentrasi ampisilin pada masing-masing bakteri uji pada uji aktivitas antibakteri ampisilin secara umum dengan analisa ANOVA menunjukkan bahwa pada keempat bakteri uji dengan adanya variasi konsentrasi Pengaruh variasi konsentrasi ampisilin pada masing-masing bakteri uji pada uji aktivitas antibakteri ampisilin secara umum dengan analisa ANOVA menunjukkan bahwa pada keempat bakteri uji dengan adanya variasi konsentrasi

subtilis -7 antara konsentrasi 2,5.10 mg/μ L dengan 1,2.10 mg/μ L, bakteri E. coli

antara konsentrasi 1,9.10 -7 mg/μ L dengan 1,0.10 mg/μ L dan 2,5.10 mg/μ L dengan 1,2.10 -7 mg/μ L mempunyai pengaruh yang sama. Analisa ANOVA variasi

konsentrasi ampisilin pada masing-masing bakteri uji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16.

Tabel 7. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ampisilin

Konsentrasi Diameter hambat (mm) mg/μ L

E. coli

B. subtilis

S. aureus

P. aeruginosa

Keterangan : Diameter hambat kontrol negatif 6 mm

Hasil analisa ANOVA pengaruh variasi bakteri uji pada masing-masing

konsentrasi secara umum menunjukkan konsentrasi 1,5 10 -6 mg/μ L, 3,8.10

mg/μ L, 1,9.10 -7 mg/μ L, 10 mg/μ L dan 5,0.10 mg/μ L dengan adanya variasi bakteri mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji dan

pada konsentrasi 7,6.10 -6 mg/μ L adanya variasi bakteri menunjukkan tidak berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Analisa lebih lanjut

dengan LSD menunjukkan pada konsentrasi 1,5 10 -5 mg/μ L antara bakteri S. aureus dengan P. aeruginosa, S. aureus dengan E. coli, dan E. coli dengan P.

aeruginosa -6 dan pada konsentrasi 3,8.10 mg/μ L antara bakteri S. aureus dengan P. aeruginosa dan bakteri B. subtilis dengan E. coli menunjukkan pengaruh yang

sama. Analisa ANOVA variasi bakteri uji pada masing-masing konsentrasi ampisilin secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17.

Hasil uji menunjukkan bahwa pada bakteri B. subtilis dan E. coli pada konsentrasi dibawah 2,5.10 -7 mg/μ L, bakteri S. aureus pada konsentrasi dibawah

5,0.10 -7 mg/μ L pertumbuhan bakteri tidak dihambat lagi oleh ampisilin, bakteri P. aeruginosa -6 pada konsentrasi dibawah 1,0. 10 mg/μ L pertumbuhan bakteri sudah tidak dihambat, sehingga KHM ampisilin adalah 5,0.10 -7 mg/μ L atau berat sampel 0,010 μ g/lubang untuk bakteri B. subtilis dan E. coli, 1,0. 10 -6 mg/μ L atau berat sampel 0,020 μ g/lubang untuk bakteri S. aureus dan 1,9.10 -6 mg/μ L atau berat sampel 0,038 μ g/lubang untuk bakteri P. aeruginosa. Bakteri P. aeruginosa sulit dihambat oleh ampisilin ditandai KHM-nya paling besar jika dibandingkan dengan bakteri uji yang lain. KHM ektrak etil asetat lebih besar daripada KHM ampisilin, sehingga aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat lebih lemah jika dibandingkan dengan aktivitas antibakteri ampisilin. Pengujian selanjutnya terhadap ekstrak etil asetat adalah menentukan nilai banding terhadap ampisilin

Penentuan nilai banding ekstrak etil asetat menggunakan pembanding ampisilin, karena ampisilin mempunyai aktivitas antibakteri yang berspektrum yang luas (Soekardjo dan Siswandono, 2000) sehingga dapat digunakan untuk menghambat semua bakteri uji. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap ampisilin dilakukan dengan variasi konsentrasi ampisilin menggunakan

konsentrasi 1,2. 10 -7 mg/μ L atau berat sampel 0,0024 μ g/lubang sampai dengan konsentrasi 1,5 10 -5 mg/μ L atau berat sampel 0,30 μ g/lubang dan uji dilakukan

bersamaan dengan ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 0,10 mg/μ L atau berat sampel 2,0 mg/lubang.

Nilai banding ekstrak etil asetat dengan standart ampisilin tertinggi dimiliki oleh bakteri S. aureus, diikuti oleh bakteri P. aeruginosa, E. coli dan terendah dimiliki bakteri B. subtilis. Semakin besar nilai banding terhadap ampisilin semakin potensial ekstrak untuk menjadi kandidat obat antibakteri. Hasil uji menunjukkan nilai banding ekstrak etil asetat terhadap ampisilin untuk semua bakteri uji kecil, sehingga aktivitas ekstrak etil asetat lebih lemah jika di bandingkan dengan ampisilin. Perhitungan nilai banding ekstrak etil asetat terhadap ampisilin secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 18 dan hasil uji Nilai banding ekstrak etil asetat dengan standart ampisilin tertinggi dimiliki oleh bakteri S. aureus, diikuti oleh bakteri P. aeruginosa, E. coli dan terendah dimiliki bakteri B. subtilis. Semakin besar nilai banding terhadap ampisilin semakin potensial ekstrak untuk menjadi kandidat obat antibakteri. Hasil uji menunjukkan nilai banding ekstrak etil asetat terhadap ampisilin untuk semua bakteri uji kecil, sehingga aktivitas ekstrak etil asetat lebih lemah jika di bandingkan dengan ampisilin. Perhitungan nilai banding ekstrak etil asetat terhadap ampisilin secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 18 dan hasil uji

Tabel 8. Hasil Penetapan Nilai Banding Ekstrak Etil Asetat Terhadap Ampisilin

Bakteri Konsentrasi

Nilai banding ekstrak etil asetat

Konsentrasi

terhadap yang sebenarnya