22
c. Terbatasnya  lapangan  pekerjaan  formal  dan  kurang  terlindunginya  usaha-usaha
sektor formal. d.
Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung serta usaha makro.
e. Belum  terciptanya  sistem  ekonomi  kerakyatan  dengan  prioritas  sektor  rill
masyarakat banyak. f.
Sistem  mobilisasi  dan  pemberdayagunaan  dana  sosial  masyarakat  yang  belum optimal, seperti zakat.
g.
Dampak sosial negatif dari program penyesuaian
struktural structural adjusment program.
h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.
i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.
j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.
k. Pembangunan ekonomi  antar daerah yang belum merata.
l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin  Siagian, 2012 :
114-116
2.2 Modal Sosial
sosial capital
Menurut Robert Putnam, 1993 bahwa modal sosial adalah modal fisik dan modal manusia yang  mengacu  pada  organisasi  sosial  dengan  jaringan  sosial,  norma-norma,  dan  kepercayaan
sosial  yang  dapat  menjembatani  terciptanya  kerjasama  dalam  komunitas  sehingga  terjalin kerjasama yang saling menguntungkan Haryanto, 2011. Menurut Pierre Bourdieu, 1998 bahwa
Modal  sosial  adalah  agregat  dari  sumber-sumber  yang  aktual  atau  potensial  yang  dikaitkan
Universitas Sumatera Utara
23
dengan  pemilikan  jaringan  yang  tahan  dari  hubungan  yang  bersifat  institusional  dalam  hal kepemilikan dan rekognesi yang timbal balik Haryanto, 2011.
Menurut Schaft dan Brown, 2002 dalam Malaudi modal sosial adalah norma dan jaringan yang  melancarkan  interaksi  sosial  sehingga  segala  urusan  bersama  masyarakat  dapat
diselenggarakan  dengan  mudah  menurut  Fukuyama,  1999  dalam  Malaudi  bahwa  modal  sosial adalah serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu
kelompok  yang  memungkinkan  terjalinnya  kerja  sama  diantaramereka.  Menurut  Winter,  2000 dalam  Malaudi  menjelaskan  bahwa  modal  sosial  merupakan  wujud  nyata  dari  suatu  institusi
kelompok  yang merupakan jaringan   koneksi  yang bersifat  dinamis bukan alami.  Dari berbagai pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  modal  sosial  adalah  modal  yang  dimiliki  individu
manusia  yang  mengacu  pada  perilaku  yang  kooperatif  yang  mengacu  pada  organisasi  sosial dengan  jaringan  sosial,  norma-norma,  kepercayaan  sosial  yang  dapat  menjembatani  terciptanya
kerjasama  yang    menguntungkan  untuk  mendorong  pada  adannya  keteraturan  dan  peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
1.  Kepercayaan Sebagai Modal Sosial
Fukuyama  2002  berpendapat  bahwa  unsur  terpenting  dalam  modal  sosial  adalah kepercayaan yang merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat.
Dengan  kepercayaan  orang-orang  akan  bisa  bekerjasama  secara  lebih  efektif.  Sebagaimana menurut  James  Coleman  Jousairi,  2006  menyatakan  sistem  yang  terbentuk  dari  rasa  saling
percaya merupakan komponen modal sosial sebagai basis dari kewajiban  kewajiban dan harapan masa  depan,    yang  oleh  Putnam  1993  lebih  jauh  mengemukakan  bahwa  kepercayaan  atau
perasaan  saling  mempercayai  merupakan  sumber  kekuatan  modal  sosial  yang  dapat
Universitas Sumatera Utara
24
memepertahankan keberlangsungan perekonomian yang dinamis dan  kinerja pemerintahan yang efektif.
Dalam  bukunya,  Fukuyama  1995  rasa  saling  percaya  dan  saling  mempercayai menentukan  kemampuan  suatu  bangsa  untuk  membangun  kemajuan  masyarakat  dan  institusi-
institusi  di  dalamnya  guna    mencapai  kemajuan,  rasa  saling  percaya  juga  akan  mempengaruhi semangat  dan  kemampuan  berkompetisi  secara  sehat  di  tengah  masyarakat.  Rasa  percaya  itu
tumbuh dan berakar dari nilai-nilai yang melekat pada budaya kelompok. Fukuyama membahas tentang modal sosial di negara-negara yang kehidupan sosial dan ekonominya sudah modern dan
kompleks. Elemen modal sosial yang menjadi pusat kajian Fukuyama adalah kepercayaan karena menurutnya sangat erat kaitannya antara modal sosial dengan kepercayaan. Fukuyama mengurai
secara mendalam tentang bagaimana kondisi kepercayaan dalam komunitas di beberapa negara, dan mencoba mencari korelasinya dengan tingkat kehidupan ekonomi negara bersangkutan.
2.  Jaringan Sosial
Jaringan  sosial  terjadi  berkat  adanya  keterkaitan  antara  individu  dan  komunitas. Keterkaitan mewujud didalam beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun di tingkat lebih
tinggi.  Jaringan  sosial  yang  kuat  antara  sesama  anggota  dalam  kelompok  mutlak  diperlukan dalam  menjaga  sinergi  dan  kekompakan.  Apalagi  jika  kelompok  sosial  kapital  itu  bentuknya
kelompok  formal. Adanya jaringan-jaringan hubungan sosial  antar individu dalam modal sosial memberikan  manfaat  dalam  konteks  pengelolaan  sumberdaya  milik    bersama,  karena  ia
mempermudah  koordinasi  dan  kerjasama  untuk  keuntungan    yang  bersifat  timbal  balik,  itulah yang  dikatakan  Putnam  1995  tentang  jaringan    sosial  sebagai  salah  satu  elemen  dari  modal
sosial.  Sebagaimana  dikutip  dari  Badaruddin  dalam  buku  Nasution  2005,  dengan  pelibatan warga  dalam  jaringan  sosial  yang  akan  menjadi  satuan  sosialorganisasi  lokal,  maka  terciptalah
Universitas Sumatera Utara
25
apa  yang  disebut  Putnam  1995  dengan  kemampuan  warga  kolektif  mengalihkan  kepentingan saya menjadi kita  terbangunlah kekompakan dan solidaritas antar warga.
Jaringan  sosial  terdiri  dari  lima  unsur  yang  meliputi:  adanya  partisipasi,  pertukaran timbal  balik,  solidaritas,    kerjasama,  dan  keadilan  Lubis,  2001.  Konsep  partisipasi  menurut
Mikkelsen  Susiana,  2002  dapat  diartikan  sebagai  alat  untuk  mengembangkan  diri  sekaligus tujuan  akhir.  Keduanya  merupakan  satu  kesatuan  dan  dalam  kenyataan  sering  hadir  pada  saat
yang  sama  meskipun  status,  strategi  serta  pendekatan  metodologinya  berbeda.  Partisipasi  akan menimbulkan  rasa  harga  diri  dan  kemampuan  pribadi  untuk  dapat  turut  serta  dalam  keputusan
penting  yang  menyangkut  masyarakat  banyak.  Partisipasi  juga  menghasilkan  pemberdayaan,  di mana  setiap  orang  berhak  menyatakan  pendapat  dalam  pengambilan  keputusan    yang
menyangkut kehidupannya. Dalam  jaringan  sosial,  partisipasi  memegang  peranan  yang  cukup  penting,  karena
kerjasama  yang  ada  dalam  komunitas  dapat  terjadi  karena  adanya  partisipasi  individu-individu. Solidaritas  adalah  faktor  utama  dalam  merekatkan  hubungan  sosial  dalam    sebuah  komunitas.
Karena rasa solidaritas  masyarakat bisa menyatukan persepsinya tentang hal  yang ingin mereka perjuangkan. Merujuk pada teori
Emile  Durkheim  Ritzer,  2003,  solidaritas  itu  terdiri  dari  dua  jenis,  yaitu
mechanical solidarity
dan
organic  solidarity
.  Apa  yang  membedakan  kedua  jenis    solidaritas  ini  adalah sumber  dari  solidaritas  mereka,  atau  hal  apa  yang  telah  menyatukan  mereka.  Kuncinya  adalah
pembagian  kerja.  Pada  solidaritas  organisasi  kondisi  masyarakat  cenderung  sudah  sangat kompleks, masing-masing orang memiliki spesialisasi pekerjaan yang banyak jumlahnya, modal
sosial muncul bukan karena kesamaan pekerjaanpenghidupan, tetapi lebih pada tujuan lain misalnya perjuangan memperoleh pendidikan yang layak.
Universitas Sumatera Utara
26
Pada solidaritas mekanis, pekerjaan masyarakat cenderung sama dan modal sosial muncul karena  tujuan-tujuan  yang  berhubungan  dengan  pekerjaan  mereka,  misalnya  pada  masyarakat
petani  atau  nelayan.
Collective  Conscience
adalah  argumen  yang  dipakai  Durkheim  dalam mempertegas perbedaan antara  solidaritas mekanis dan solidaritas organis.
Collective conscience
adalah kesadaran kolektif dari anggota masyarakat bahwa mereka adalah bagian dari kelompok, suku  atau  bangsa.  Apa  yang  menyatukan  mereka  adalah  perasaan  bahwa  pengetahuan  dan  ide
orang  perorang  tidak  akan  menghasilkan  manfaat  yang  signifikan,  berangkat  dari  hal  tersebut mereka  menyatukan  diri  bersama,  dengan  asumsi  bahwa  kekuatan  pikiran  dan  ide-ide  bersama
akan lebih bermanfaat dan mempunyai tekanan yang lebih efektif daripada secara individual. Unsur  lainnya  dalam  jaringan  sosial  adalah  kerjasama.  Kerjasama  adalah  jaringan  suatu
usaha  bersama  antara  orang  perorangan  atau  kelompok  manusia  untuk  mencapai  satu  atau beberapa  tujuan  bersama.  Hampir  pada  semua  kelompok  manusia  dapat  ditemui  adanya  pola-
pola kerjasama. Kerjasama timbul karena individu memiliki orientasi terhadap kelompoknya atau terhadap  kelompok  lain.  Charles  H.  Cooley  Soekanto,  1997  menggambarkan  kerjasama
sebagai:  Kerjasama  timbul  apabila  orang  menyadari  bahwa  mereka  mempunyai  kepentingan- kepentingan  yang  sama  dan  pada  saat  yang  bersamaan  mempunyai  cukup  pengetahuan  dan
penggendalian  terhadap  diri  sendiri  untuk  memenuhi    kepentingan-kepentingan  tersebut, kesadaran  akan  adanya  kepentingan-kepentingan    yang  sama  dan  adanya  organisasi  merupakan
fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
3.  Norma Sosial
Norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nila-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang  diyakini  dan  dijalankan  bersama  oleh  sekelompok  orang  komunitas.  Norma  dapat
bersumber dari agama, panduan moral  maupun standar-standar sekuler seperti  halnya kode  etik
Universitas Sumatera Utara
27
profesional.  Norma-norma  dibangun  dan  diterapkan  untuk  mendukung  iklim  kerja  sama Putnam,  2002.  Norma-norma  merupakan  prakondisi  maupun  produk  dari  kepercayaan  sosial.
Norma  mengacu  kepada  adanya  suatu  aturan  yang  mengatur  kegiatan  dan  prilaku  anggota  di dalamnya,  bahwa  norma  terbentuk  dalam  bentuk  kewajiban  soaial  karena  adanya  pertukaran
yang terjadi berulang-ulang dengan memegang prinsip saling menguntungkan. Setelah itu norma membentuk suatu hak dan  kewajiban bersifat resiprokal antara kedua belah pihak yang terlibat
dalam  pertukaran. Pranata sosial merupakan salah satu elemen penting dan modal sosial selain dari  kepercayaan  dan  jaringan  sosial.  Pranata  terdiri  dari  nilai-nilai  yang    dimiliki  bersama,
norma-norma dan sanksi-sanksi, dan aturan-aturan Lubis, 2001.
Pranata  atau  lembaga  adalah  sistem-sistem  yang  menjadi  wahana  yang  memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi Soekanto, 1997: 7. Di dalam
pranata warga masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain tetapi sudah diikat oleh aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Pranata sosial ini sangat bermacam ragam bentuknya, mulai dari
yang tradisional seperti masyarakat adat, sampai pada pranata yang modern seperti partai politik, koperasi,  perusahaan,  perguruan  tinggi  dan  lain-lain.  Menurut  Koentjaraningrat  1990  ada
delapan tipe dari pranata sosial, yaitu: 1.
Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan · 2.
Pranata-pranata  yang  berfungsi  untuk  memenuhi  keperluan  manusia  untuk    mata pencaharian hidupnya.
3. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan pendidikan.
4. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia.
Universitas Sumatera Utara
28
5. Pranata  yang  berfungsi  memenuhi  keperluan  manusia  untuk  menghayatkan  rasa
keindahan. 6.
Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berbakti kepada Tuhan. 7.
Pranata  yang  berfungsi  memenuhi  keperluan  manusia  untuk  mengatur  keseimbangan kekuasaan dalam masyarakat.
8. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia.
9. Pranata muncul disebabkan adanya keperluan dan kebutuhan manusia  yang tidak dapat
dipenuhi  sendiri,  maka  muncullah  lembaga-lembaga  masyarakat  untuk  memenuhi  hal tersebut, dan lembaga ini muncul dengan norma-norma masingmasing.
Tentang pranata ini Soekanto 1997 menyebutnya sebagailembaga kemasyarakatan, yang didefinisikan  sebagai:  lembaga  kemasyarakatan  merupakan  himpunan  norma-norma  segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Sosiolog bernama  Sumner  Soekanto,  1997  mengartikan  pranata  ini  sebagai  perbuatan,  cita-cita,  sikap
dan  perlengkapan  kebudayaan  bersifat  kekal  serta  bertujuan  untuk  memenuhi  kebutuhan- kebutuhan  masyarakat.  Sosiolog  tersebut  menyebutkan  bahwa  ada  tiga  fungsi  dari  pranata  ini,
yaitu: 1.
Memberikan  pedoman  pada  anggota  masyarakat  bagaimana  mereka  harus    bertingkah laku  atau  bersikap  di  dalam  mnghadapi  masalah-masalah  dalam  masyarakat  terutama
menyangkut kebutuhan-kebutuhan. 2.
Menjaga keutuhan masyarakat. 3.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial. Di  dalam  suatu  pranata  supaya  dapat  tercipta  kerjasama,  maka  harus  ada  norma-norma
yang  mengatur.  Norma-norma  yang  ada  pada  sebuah  pranata  dapat  terbentuk  secara  sengaja
Universitas Sumatera Utara
29
maupun secara tidak sengaja. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat  yang  berbeda-beda,  ada  yang  lemah  dan  ada  pula  yang  kuat  ikatannya  Soekanto,
1997.  Norma-norma  tersebut  di  atas  akan  mengalami  suatu  proses  seiring  dengan  pedajanan waktu.  Dan  pada    akhirnya  norma-norma  itu  akan  menjadi  bagian  tertentu  dan  pranata  sosial.
Soekanto  1997  mengatakan  proses  itu  disebut  proses  pelembagaan,  yaitu  suatu  proses  yang dilewati  oleh  suatu  norma  yang  baru  untuk  menjadi  bagian  dari  salah    saitu  pranata  sosial.
Pranata  sosial  dianggap  sebagai  peraturan  apabila  norma-  norma  tersebut  membatasi  serta mengatur perilaku orang-orang di dalam  lingkungan pranata itu berada Soekanto, 1997. Proses
pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, akan tetapi dapat berlanjut lebih jauh lagi hingga suatu norma kemasyarakatan tidak hanya melembaga saja dalam kehidupan  masyarakat,
namun  telah  menginternalisasi  di  dalam  kehidupannya.  Norma  hukum  pada  dasarnya  bertujuan untuk  mencapai  kedamaian  hidup  bersama,  yang  merupakan  keserasian  antara  ketertiban  den
ketenteraman.  Gillin  dan  Gillin  Soekanto,  1997  menguraikan  beberapa  ciri  umum  pranata sosial, yaitu:
1. Suatu  lembaga  kemasyarakatan  adalah  organisasi  pola-pola  pemikiran  dan  pola-pola
prilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasilhasilnya. 2.
Lembaga  kemasyarakatan  terdiri  dari  adat  istiadatnya,    tata  kelakuan,  kebiasaan  serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara  langsung maupun tidak langsung tergabung
dalam satu unit yang  fungsional. 3.
Suatu  tingkat  kekekalan  tertentu  merupakan  ciri  dari  semua  lembaga  kemasyarakatan. Sistem-sistem  kepercayaan  dan  aneka  macam  tindakan,  baru  akan  menjadi  bagian
lembaga  kemasyarakatan  setelah  melewati  waktu  yang  relatif  lama.  Misalnya,  suatu
Universitas Sumatera Utara
30
sistem  pendidikan  tertentu  baru  akan  dapat  diterapkan  seluruhnya  setelah  mengalami suatu masa percobaan.
4. Lembaga  kemasyarakatan  mempunyai  satu  atau  beberapa  tujuan  tertentu.  Mungkin
tujuan-tujuan  tersebut  tidak  sesuai  atau  sejalan  dengan  fungsi  lembaga  yang bersangkutan,  apabila  dipandang  dari  sudut  kebudayaan  secara  keseluruhan.  Pembedaan
antara  tujuan  dengan  fungsi  sangat  penting  oleh  karena  tujuan  suatu  lembaga  adalah tujuan  pula  bagi  golongan  masyarakat  tertentu  dan  golongan  masyarakat  bersangkutan
pasti akan berpegang teguh padanya. 5.
Lembaga  kemasyarakatan  mempunyai  alat-alat  perlengkapan  yang  dipergunakan  untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain
sebagainya.  Bentuk  serta  penggunaan  alat-alat  tersebut  biasanya  berlainan  antara  satu masyarakat dengan  masyarakat lain.
6. Lambang-lambang  biasanya  juga  merupakan  ciri  khas  dari  lembaga    kemasyarakatan.
Lambang-lambaing tersebut  secara simbolis  menggambarkan tujuan dan  fungsi  lembaga yang bersangkutan.
2.3
Moral Ekonomi Petani
J.C.  Scott  2004  menyatakan  bahwa  moral  ekonomi  petani  di  dasarkan  atas  norma subsistensi dan norma resiprositas. Di mana ketika seorang petani mengalami suatu keadaan yang
menurut  mereka  petani-red  dapat  merugikan  kelangsungan  hidupnya,  maka  mereka  akan menjual  dan  menggadai  harta  benda  mereka.  Hal  ini  disebabkan  oleh  norma  subsistensi.
Sedangkan resiprositas akan timbul apabila ada sebagian dari anggota masyarakat menghendaki adanya bantuan dari anggota masyarakat yang lain. Hal ini akan menyebabkan berbagai etika dan
perilaku dari para petani.
Universitas Sumatera Utara
31
James C. Scott menambahkan bahwa para petani adalah manusia yang terikat sangat statis dan  aktivitas  ekonominya.  Mereka  petani-red  dalam  aktivitasnya  sangat  tergantung  pada
norma-norma yang ada. Penekanan utama adalah pada moral ekonomi petani yang dikemukakan oleh  James  C.Scott  yang  menekankan  bahwa  petani  cendrung  menghindari  resiko  dan
rasionalitas  petani  yang  dikemukakan  Samuel  L.Popkin  yang  menjelaskan  bahwa  petani  adalah rasional  mereka  tidak  menghindari  resiko.Dalam  Moral  Ekonomi  Petani:  Pergerakan  dan
Subsistensi  di  Asia  Tenggara,  Scott  mengemukakan  pertama  kali  teorinya  tentang  bagaimana “etika subsistensi” etika untuk bertahan hidup dalam kondisi minimal melandasi segala perilaku
kaum  tani  dalam  hubungan  sosial  mereka  di  pedesaan,  termasuk  pembangkangan  mereka terhadap inovasi yang datang dari penguasa mereka.
Itulah yang disebut sebagai “moral ekonomi”, yang membimbing mereka sebagai warga desa  dalam  mengelola  kelanjutan  kehidupan  kolektif  dan  hubungan  sosial  resiprokal  saat
menghadapi  tekanan-tekanan  struktural  dari  hubungan  kekuasaan  baru  yang  mencengkam. Tekanan  struktural  dari  pasar  kapitalistik,  pengorganisasian  negara  kolonial  dan  paskakolonial,
dan proses modernisasi di Asia Tenggara mengacaukan “moral ekonomi” itu dan menyebabkan kaum tani berontak.
2.4
Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani
Dalam  kehidupan  sehari-hari  kita  sering  menjumpai  adanya  ketidaksamaan  .  dari  buku Mosca    dalam  Arnold  Jayendra,  2012  bahwa  di  dalam  masyarakat  dijumpai  adanya
ketidaksamaan  dibidang  kekuasaan,  dimana  sebagian  masyarakat  mempunyai  kekuasaan, sedangkan sisanya dikuasai.
Ada beberapa stratifikasi dalam masyarakat yaitu:
Universitas Sumatera Utara
32
1. Startifikasi  berdasarkan  jenis  kelamin
seks  stratification
:  Dimana  laki-laki  dan
perempuan mempunyai hak yang berbeda dalam masyarakat.
2. Stratifikasi  berdasarkan  Usia
age  stratification
:  Dimana  anggota  masyarakat  yang berusia  lebih  muda  mempunyai  hak  dan  kewajiban  yang  berbeda  dengan  anggota
masyarakat yang mempunyai usia lebih tua.
3. Stratifikasi berdasarkan faktor kekerabatan: Dimana adanya perolehan hak dan kewajiban
yang berbeda antara ayah, ibu dan anak.
Dalam  penelitian  ini  sistem  stratifikasi  dilihat  dari  perbedaan  masyarakat  berdasarkan kepemilikan  lahan    tanah.  Berdasarkan  kepemilikan  lahan  tanah,  masyarakat  pertanian  dapat
dibagi atas tiga lapisan yaitu: 1.
Lapisan tertinggi, yaitu kaum petani yang memiliki tanah pertanian dan rumah. 2.
Lapisan  Menengah,  yaitu  kaum  petani  yang  tidak  memiliki  tanah  pertanian,  namun memiliki tanah pekarangan dan rumah.
3. Lapisan terendah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian dan pekarangan
untuk rumah. Pelapisan sosial masyarakat pertanian berdasarkan kriteria ekonomi:
1. Lapisan  pertama  yang  terdiri  dari  kaum  elit  desa  yang  memilki  cadangan  pangan  dan
pengembangan usaha.
2.
Lapisan kedua yang terdiri dari orang yang hanya memiliki cadangan pangan saja
3. Lapisan ketiga yang terdiri dari orang yang tidak memilki cadangan pangan dan cadangan
usaha,  dan  mereka  bekerja  untuk  memnuhi  kebutuhan  konsumsi  perutnya  agar  tetap
hidup.
Universitas Sumatera Utara
33
Selain  itu  pada  masyarakat  pertanian  pada  umumnya  masih  menghargai  peran  pembuka tanahcikal bakal, yaitu orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal
dan  lahan  pertanian.  Cikal  bakal  dan  keturunannya  merupakan  golongan  elite  di  desanya. Biasanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan kedua sesudah cikal
bakal diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan keturunan cikal bakal. Mereka dapat memilki banyak tanah dan kayak arena keuletan dan kemampuan lainnya. Kelompok kedua
ini disebut dengan kuli kenceng. Golongan ketiga adalah petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hanya cukup untuk
dikonsumsi  sendiri.  Untuk  memenuhi  kebutuhan  lainnya  ia  harus  bekerja  di  sektor  lain,  seperti berdagang  kecil-kecilan.  Kelompok  ini  disebut  dengan  kuli  kendo.  Sedangkan  golongan  sector
keempat adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja di sektor pertanian. Kelompok ini sering disebut buruh tani.
2.5
Konsep Strategi Bertahan
Manusia  sama  seperti  dengan  mahluk  hidup  lainnya,  dimana  manusia  mempunya  naluri untuk  mempertahankan  hidupnya  untuk  lebih  lama  lagi.  Untuk  meraih  suatu  tujuan  seseorang
harus  menerapkan  banyak  taktik  untuk  hidup,  serta  dimanifestasikan  dalam  suatu  kesatuan sistematis. Oleh sebab itu seseorang harus benar-benar paham apa yang disebut dengan strategi.
Berdasarkan  analisis  kebijakan  sosial,  strategi  adalah  satu  set  pilihan  dari  alternatif-alternatif yang  ada.  Sebagai  bagian  dari  teori  pilihan  rasional,  analisis  strategi  tidak  hanya  digunakan
dalam kehidupan ekonomi, tetapi juga dalam politik, kekuasaan dan pembangunan. Strategi  bertahan  sebenarnya  dibangun  pada  level  individu,  akan  tetapi  pada  tujuannya
adalah  untuk  memperoleh  ketahanan  dan  stabilitas  bertahan  hidup.  Strategi  bertahan  dipandang
Universitas Sumatera Utara
34
bisa  dipandang  sebagai  perpaduan  antara  kegiatan  sosial  dan  ekonomi  yang  bertujuan  menjaga eksistensi  manusia.  Termasuk  didalamnya  segala  usaha  yang  dipersiapkan  untuk  menghadapi
situasi –situasi penting dan bertahan dalam keadaan sulit.
Snel  dan  Staring    dalam  Resmi  Setia  2005:6  mengemukakan  bahwa  strategi  bertahan adalah  sebagai  rangkaian  tindakan  yang  dipilih  secara  standar  oleh  individu  secara  sosial
ekonomi.  Melalui  strategi  ini  seseorang  bisa  berusaha  untuk  menambah  penghasilan  lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas
dan  kualitas  barang  dan  jasa.  Cara-cara  indivvidu  menyusun  strategi  dipegaruhi  oleh  posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang
dipilih,  termasuk  keahlian  dalam  memobilisasi  sumber  daya  yang  ada,  tingkat  keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status  gender dan motivasi  pribadi. Nampak bahwa jaringan
sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya  yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan  dari  orang  lain  membantu  individu  dalam  menyusun  strategi  bertahan,  kususnya
strategi dalam mempertahankan usaha tani. Dalam  menyusun  strategi,  individu  tidak  hanya  menjalankan  satu  jenis  strategi  saja,
sehingga  kemudian  muncul  istilah  multiple  survival  strategi  atau  strategi  bertahan  jamak. Selanjutnya  Snel  dan  Staring  mengartikan  hal  ini  sebagai  kecenderungan  pelaku-pelaku  untuk
memiliki  pemasukan  dari  berbagai  sumber  daya  yang  berbeda,  karena  pemasukan  tunggal terbukti  tidak  memadai  untuk  menyokong  kebutuhan  hidupnya.  Strategi  yang  berbeda-beda  ini
dijalankan  secara  bersamaan  dan  akan  saling  membantu  ketika  ada  strategi  yang  tidak  bisa berjalan dengan baik  dalam jurnal Nur Hidayah, halaman 3-4.
Universitas Sumatera Utara
35
2.6
Strategi Adaptasi
Coping Strategi
Strategi adaptasi menurut edi suharto  2009 yaitu
Coping Strategi
. Secara umum strategi betahan
coping  strategi
didefinisikan  sebagai  kemampuan  seseorang  dalam  menerapkan seperangkat  cara  untuk  mengatasi  berbagai  permasalahan  yang  melingkupi  hidupnya.  Strategi
penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.
Selanjutnya Edi Suharto  2009 menyatakan bahwa strategi bertahan
Coping  Strategi
yang  dilakukan  oleh  keluarga  atau  rumah  tangga  dalam  mengatasi  goncangan  dan  tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori yaitu: 1.
Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk misalnya melakukan  aktifitas  sendiri  ,  memperpanjang  jam  kerja  ,  memanfaatkan  sumber  atau
tanaman liar dilingkungan sekitar dan diversifikasi taman. 2.
Strategi  pasif:  mengurangi  pengeluaran  keluarga  misalnya  biaya  sandang,  pangan, pendidikan dan sebagainya.
3. Strategi  jaringan  pengaman:  menjalin  relasi  baik  secara  informal  maupun    formal
dilingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan misalnya meminjam uang tetangga, meminjam  kewarung,  memanfaatkan  program  anti  kemiskinan,  meminjam  uang  ke
rentenir, Bank dan gotong royong .
Universitas Sumatera Utara
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian