hak atas tanah masyarakat yang akan digunakan untuk kepentingan umum oleh pemerintah tidaklah sederhana, proses harus melewati dan memenuhi
prosedur yang cukup panjang. Telah dikemukakan bahwa kunci utama dalam pembebasan tanah
adalah musyawarah : masalahnya, bagaimana jika musyawarah itu tidak berhasil mencapai kesepakatan. Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tidak
memberikan pengaturan tentang kemungkinan tidak tercapainya kesepakatan ini. Tapi kiranya jika kata sepakat tidak tercapai maka untuk menguasai tanah
tersebut dapat ditempuh prosedur “Pencabutan” sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1961 dengan konsekwensi bahwa prosesnya akan lebih dalam.
Untuk itu prosedur pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan kepentingan umum adalah sebagai berikut :
1. Persiapan -
Mentapkan lokasi sesuai dengan rencana tata ruang. -
Membentuk panitia pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.
2. Penyuluhan
Panitia pengadaan tanah bersama instansi yang memerlukan tanah melaksanakan penyuluhan dengan cara memberikan informasi dua arah
dengan maasyarakat yang terkena lokasi pembangunan.
3. Inventarisasi
Melaksanakan invertarisasi untuk menetapkan batas lokasi yang terkena pembangunan, penguasaaan dan penggunaan tanah untuk mengetahui
luas, status pemegang hak dan pengguna tanahnya termasuk bangunan,
tanaman dan benda-benda lain terkait dengan tanah yang bersangkutan. 4. Pengumuman
Mengumumkan hasil inventarisasi untuk memberitahukan hasil inventarisasi dan memberi kesempatan kepada masyarakat yang tanahnya
terkena pembangunan untuk mengajukan keberatan atas hasil inventarisasi. Pengumuman dilampiri gambar peta dan daftar yang
menguraikan nama, luas, status hak, nomor persil, jenis dan luas bangunan, jumlah dan jenis tanaman, benda-benda lainnya, NJOP, nomor
SPT serta keterangan lain yang ditandatangani oleh panitia serta diumumkan di kantor pertanahan kabupaten kota, kantor camat dan kantor
kelurahan.desa setempat, dengan tenggang waktu satu bulan. Jika ada keberatan yang diajukan dalam tenggang waktu tersebut panitia
menganggap keberatan tersebut berasalan maka panitia mengadakan perubahan sebagaimana mestinya.
5. Musyawarah
Melaksanakan musyawarah yang mengandung saling mendengar, saling memberi dan menerima pendapat yang didasarkan atas kesukarelaan antar
pemegang hak dengan pihak yang memerlukan tanah untuk meperoleh kesepaktan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain
yang berkaitan dengan pengadaan tanah dilaksanakan secara langsung
atau melalui perwakilan yang sah dan dipandu ketua panitia. 6. Menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian atau santunan.
Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut bangunan, tanman danatau benda-benda lain yang berkaitan sebagai akibat
penyerahan atau pelepasan hak atas tanah dalam bentuk uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan antar dua atau lebih bentu ganti
kerugian tersebut atau betuk lain yang telah disepakati oleh pihak-pihak lain yang bersangkutan. Terhadap tanah wakafperibadatan lainnya ganti
kerugian diberikan dalam bentuk tanah, bangunan dan perlengkapan yang diperlukan.
Ganti kerugian dapat dalam bentuk uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan antar dua atau lebih bentuk ganti kerugian tersebut atau
bentuk lain yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kesepakatan para pihak dituangkan dalam keputusan panitia pengadaan
tanah. Apabila tidak terjadi atau tercapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian maka panitia menentukan bentuk dan
besarnya ganti kerugian didasarkan atas nilai nyata atau sebesar hasil musyawarah dengan memperhatikan NJOP dan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga tanah.
7. Menaksir nilai tanah