Pengaturan pembe rian dosis irigasi 100, 80, dan 60

543 Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Naibonat, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP NTT dengan ketinggian tempat 20 m diatas permukaan laut dpl, dengan posisi Bujur 105° 14 12 BT dan 123° 50 533 LS. Menurut Olde- man 1975 dalam Sitaniapessy 1994, Kondisi tanah bersifat vertisoil, bertekstur liat dan padat. Secara spasial tingkat kemiringan lahan pada lokasi penelitian adalah antara 0.23 –0.92. Luas lahan kegiatan penelitian adalah 32x36 m 2 . Lokasi tersebut termasuk tipe iklim D dengan jumlah bulan basah berkisar antara 3-4 bulan dan bulan kering antara 7-8 bulan. Kondisi iklim secara umum adalah suhu udara rata-rata 26,4 C, kecepatan angin rata-rata 0,92 mdetik, radiasi mataharil rata-rata 1,90 MJoule, kelembaban relatif rata-rata 90.01, curah hujan maksimum rata-rata 437.2 mmtahun dan curah hujan minimum rata- rata 0,0 mmtahun, dan rata-rata curah hujan tahunan 1.288.8 mm. Hipotesis Pengaruh pengaturan dosis irigasi terhadap produktivitas jagung Paling sedikit terdapat satu yang berpengaruh pada pemberian dosis irigasi terhadap produktivitas akan lebih efiesien dibanding kebiasaan petani. Pengaruh pemangkasan daun terhadap produktivitas jagung Paling sedikit terdapat satu yang berpengaruh pada perlakuan pemangkasan daun terhadap produktivitas yang lebih baik dibanding tanpa pangkas, atau sebaliknya. Perlakuan yang dilakukan pada Tahap II A. Peningkatan efisiensi penggunaan air Petak Utama Perlakuan

1. Pengaturan pembe rian dosis irigasi 100, 80, dan 60

Penelitian lapangan yang dilakukan pada tahun kedua 2012 adalah menyederhanakan saluran irigasi induk atau primer yang semula dinding saluran induk dipakai bahan papan kemudian digantikan dengan pipa paralon sebanyak satu lembar yang sekaligus sebagai saluran primer atau induk. Pipa paralon yang 1 lembar dibuat lubang bercabang enam sesuai jumlah saluran furrow. Pipa paralon pada bagian tengah dibuat cabang yang langsung tersambung ke mesin pompa air, dengan perantara selang plastic, dengan demikian volume air yang keluar dari mesin sampai ke pipa paralon tidak mengalami kehilangan air karena 544 tidak ada kebocoran, sehingga air yang terdistribusi ke 6 lubang cabang, dan cenderung stabil dan merata debit airnya. Dalam menentukan dosis irigasi sebelum terdistribusi ke masing- masing furrow, terlebih dahulu dikuantifikasi sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dan mengacu pada metode FAO Doorenbos and Pruit, 1975. Metode ini mempertimbangkan berbagai komponen fisik lapangan seperti karakteristik tanah termasuk kepadatan tanah, kapasitas lapang ketersedian air tanah, permeabilitas dan komponen tanaman, seperti kedalaman perakaran pada setiap fase tanaman. Sehingga dibutuhkan hasil analisis tanah sebelum dilakukan penananam. Perhitungan waktu irigasi melewati beberapa tahap antara lain: a. Menghitung waktu irigasi dalam jam dengan cara mengalikan masing- masing perlakuan dosis irigasi 100, 80, 60 dengan volume irigasi satuan m 3 dan disingkat dalam istilah NID Net Irigasi Depth kemudian dibagi besarnya debit irigasi, hasil perhitungan tersebut di konversi ke dalam satuan mm. b. Hasil perhitungan tersebut diatas kemudian dibagi dalam satuan perjam, namun terlebih dahulu dikonversi ke dalam menit. c. Hasil dari tahap kedua b ditambahkan dengan waktu inisiasi awal yang dikonversi ke dalam detik, maka didapatlah hasil berapa lama waktu pengairan dalam satuan jam. d. Untuk mendapatkan hitungan dalam menit maka hasil dari tahap c dikonversi ke dalam menit.

2. Penentuan interval pe mberian air irigasi