Pegas Fungsi pegas Pegas Tekan

2.1.1. Pegas

Pegas banyak dipakai untuk berbagai konstruksi mesin harus mampu memberikan gaya, melunakkan tumbukan, menyerap, dan menyimpan energi agar dapat mengurangi getaran. Pegas merupakan elemen elastis. Dimana pegas tersebut dapat terdeformasi pada waktu pembebanan dengan menyimpan energi, bila beban dilepaskan pegas akan kembali seperti sebelum terbebani. Dengan sifat pegas yang elastis, pegas berfungsi untuk menerima getaran atau goncangan roda akibat dari kondisi jalan yang dilalui dengan tujuan agar getaran atau goncangan dari roda tidak menyalur ke bodi atau rangka kendaraan. Pegas haruslah memiliki kemempuan untuk mengalami defleksi elastis yang besar. Defleksi adalah gaya tekantarik yang menyebabkan pegas akan memanjang atau memendek. Adapun macam-macam pegas adalah sebagai berikut: a. Pegas tekan b. Pegas tarik c. Pegas puntir d. Pegas volut e. Pegas daun f. Pegas piring g. Pegas cincin h. Pegas torsi atau sambungan puntir Gambar 2.1. Macam-macam pegas

2.1.2. Fungsi pegas

1. Menyimpan Energi Pegas yang berfungsi utama menyimpan energi, sebagai contoh penggerak dari jam, drum penggulung dan alat mainan, sebagai pengarah balik dari katup dan batang pengendali. 2. Melunakkan Kejutan Pegas yang berfungsi untuk melunakkan tumbukan antara lain sebagai pegas roda, gandar, dan pegas kejut pada kendaraan bermotor. 3. Pendistribusian Gaya Pegas yang berfungsi untuk mendistribusikan gaya, antara lain pada pembebanan roda dai kendaraan dan landasan mesin dan sebagainya. 4. Elemen Ayun Pegas yang berfungsi untuk elemen ayun, yaitu sebagai pegas pemberat, dan penyekatan ayunan serta sebagai pembalik untuk penghentian dari ayunan. 5. Pembatasan Gaya Pegas yang berfungsi untuk pembatasan gaya pada mesin pres. 6. Pengukur Pegas yang berfungsi sebagai pengukur seperti pada timbangan

2.1.3. Pegas Tekan

Pada waktu pegas menerima beban tarik atau tekan F, pada penampang A akan timbul tegangan puntir dan tegangn geser. Sehingga diagram benda bebasnya dapat digambar sebagai berikut : Gambar 2.2. Pegas tekan Tegangan yang terjadi pada penampang A pada gambar pegas tekan diatas dapat ditulis sebagai berikut : Tegangan maksimal = tegangan puntir + tegangan geser τ mak = τ w +τ s = T .r j + F A = 1+ d 2. D 8. F . D π 2 ¿ Dimana : τ mak = tegangan geser total pada pegas, Nm 2 F = gaya aksial tarik atau tekan , N D = diameter rerata pegas, mm d = diameter kawat pegas, mm Disini kerja pegas yang dapat di ambil adalah meningkat dalam kuadrat dari tegangan yang di izinkan, maka dikehendaki suatu kekuatan yang tinggi dari pegas. Maka diusahakan suatu batas pelarian tinggi atau batas elastisitas terhadap bahaya dari kelelahan bahaya pendudukan dan suatu pendudukan yang tinggi terhadap patah lelah. Pada pegas baja maka disini digunakan baja pegas kususu, yang kekuatannya disamping kekerasaannya dapat sangat ditingkatkan melalui pengukuran khusus. Baja pegas yang umum dipakaikan tinggi kawat tipis dan suhu temperature rendah 250-350°C disamping itu dapat dipertinggi lagi melalui pembebanan lebih sebaliknya suatu kekuatan ayunan yang tinggi dapat dapat diperoleh melalui suhu temperature tinggi 350-500°C, melalui penekanan berulang setelah itu , dan dengan penggunaan baja listrik bernilai tinggi dari baja-SM; selanjutnya dengan mencegah atau menghindari pendinginan keliling atau pendinginan setelah dikeraskan; selanjutnya dengan dislip halus atau permukaannya dipoles dengan baik atau dengan mengendapkan atau memperkuat permukaannya melalui tekanan tau penyemburan peluru sampai 100 lebih tinggi. Sebaliknya kekuatan ayunan dari pegas dikurangi oleh alur penarikan atau penggilisan, menimbulkan terak dan penyerpihan, pendinginan keliing yang kuat atau tempat yang atau tempat yang kelebihan sementasi penggerusan kuat serta tempat yang digesek. Berdasarkan analisa tegangan yang dilakukan, dapat menentukan sekaligus menjawab mengapa kegagalan yang terjadi, yaitu dengan adanya kerusakan berupa fretting, menyebabkan perubahan dimensi permukaan kawat pegas,sehingga tegangan nominal yang bekerja melebihi daerah aman batas lelahnya, juga daerah fretting merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap retak lelah. Penyebab kegagalan pada kasus ini dapat dikatagorikan sebagai kesalahan proses pengerjaan dan kesalahan design,karena adanya perubahan ukuran besar butir dalam strukturmikro dimana fasa karbida dalam matrikmartensit temper pada daerah permukaan kawat- pegas, lebih kasar dari daerah bagian dalam penampangnya. Serta kurangnya lilitan mati diantara lilitan aktip dari pegas sehingga ujung lilitan menjadi titik konsentrasi.

2.3. Bogie