Smart Traktor TINJAUAN PUSTAKA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Smart Traktor

Ide mengenai robotic agriculture suatu mesin cerdas yang dapat melakukan kegiatan pertanian bukanlah hal yang baru lagi. Banyak insinyur yang telah mengembangkan penelitian dan kajian mengenai traktor tanpa awak namun hasil dari penelitian mereka masih belum memuaskan dan dianggap belum sukses, hal ini dikarenakan pada saat mereka melakukan penelitian tersebut belum terdapat pengetahuan yang bisa menjelaskan betapa kompleksnya apa yang disebut dengan dunia nyata. Kebanyakan dari mereka mengansumsikan tentang ciri industri pertanian dimana segala sesuatunya diketahui sebelum terjadi interaksi antara tangan dan mesin yang sepenuhnya bekerja dengan cara diuraikan sebelumnya. Saat ini dikembangkan mesin cerdas yang cukup pintar untuk bekerja di lingkungan yang tetap atau semi natural. Mesin tersebut tidak harus secerdas manusia pada umumnya, namun harus dapat menunjukkan tingkah laku yang pantas selayaknya manusia di dalam pengenalan situasi dan kondisi. Dalam hal ini mereka harus memprogram kecerdasan ke dalam mesin- mesin tersebut agar berkelakuan dengan pantas dalam waktu yang lama, tanpa perlu diawasi, dalam lingkungan semi natural, sementara itu dengan mengerjakan pekerjaan yang berguna. Salah satu pengertian dari kompleksitas adalah untuk mengidentifikasi apa yang dilakukan oleh manusia dalam situasi tertentu dan penguraian aksi ke dalam kontrol mesin. Hal ini disebut dengan tingkah laku robot dan konsep metode yang diterapkan untuk pendekatan terhadap pertanian menurut Blackmore et. al. 2004. Menurut Shibusawa 1996 dalam Blackmore et. al. 2005, pendekatan untuk perlakuan tanaman dan pemilihan tanah sesuai dengan kebutuhannya oleh mesin otomatis merupakan tahap selanjutnya dalam pengembangan Precision Farming PF. Menurut Blackmore et. al. 2005, PF tidak hanya berlaku untuk robotic agriculture RA tapi juga berlaku untuk penerapan otomatisasi pada mesin pertanian termasuk traktor di dalamnya. Pengindera dan kontrol otomatis juga merupakan bagian penting dari PF. Banyak makalah ilmiah yang memberikan kesimpulan bahwa sistem-sistem tersebut mungkin untuk dilaksanakan, namun mayoritas bergerak dengan lambat dan oleh sebab itu tidak dapat berjalan secara ekonomis ketika dijalankan pada traktor kemudi. Gambar 2.1. kiri Portal Crop Scouting Platform oleh Madsen dan Jakobsen 2001 dan kanan sub canopy robot ISAAC2 yang dikembangkan mahasiswa Hohenheim University Blackmore et. al., 2005 4 Smart traktor yang berkembang saat ini berupa mesin otomatis yang berukuran lebih kecil daripada traktor kemudi. Smart traktor yang dikembangkan tersebut tentu saja tanpa awak. Diacu dalam Blackmore et. al. 2005 beberapa contoh smart traktor yang telah dikembangkan dalam penelitian adalah seperti pada Gambar 2.1 yang menunjukkan Portal Crop Scouting Platform oleh Madsen dan Jakobsen 2001 dan sub canopy robot ISAAC2 yang dikembangkan oleh kumpulan mahasiswa dari Hohenheim University. Masih diacu dalam Blackmore et. al. 2005, Gambar 2.2 memperlihatkan traktor penyiang otomatis untuk pohon natal. Gambar 2.2. Penyiang otomatis untuk pohon natal Blackmore et. al., 2005 Menurut Soetiarso et. al. 2001 dalam Ahmad et. al. 2010 otomasi penggunaan traktor pertanian di masa mendatang merupakan sesuatu yang perlu mendapat perhatian sejak saat ini. Namun demikian, otomasi traktor pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain multifungsi dalam pemakaian di lapangan, serta mudah dalam pengoperasian dan perawatan dengan biaya terjangkau. Menurut Billingsley 2007, dapat dipastikan berkembangnya aplikasi unmanned vehicles untuk menyelesaikan pekerjaan di bidang pertanian. Walaupun traktor yang beroperasi secara otomatis penuh belum diwujudkan, masih terdapat cakupan yang lebih kecil, yaitu berupa kendaraan untuk pertanian yang beroperasi untuk menyelesaikan sekumpulan tugas yang dilakukan secara bersamaan. Dimana ide tersebut menjadikan unit yang lebih kecil yang akan dapat mereka kerjakan secara bersamaan dan secara konstan, sehingga akan menyebabkan penyediaan tenaga dalam jumlah yang sama dengan resiko yang semakin kecil untuk pengerjaan di pertanian.

2.2. Rintangan