22
7. Kualitas Air Minum
Air mungkin saja terlihat jernih, tidak berbau dan tidak berasa, tetapi tidak aman untuk diminum. Air yang baik dan aman untuk diminum adalah air yang
bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak kesehatan. Pencemaran air oleh mikroorganisme atau zat-zat kimia berarti air
tersebut mengalami polusi dan tidak dapat diminum Pelczar dan Chan, 1988. Lebih lanjut dikatakan oleh Slamet 2004, bahwa air minum seharusnya tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis, tidak korosif, tidak
meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Di Indonesia, standar baku air minum atau peraturan yang memberi
petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan penyediaan air bersih dapat tercapai
dijelaskan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Menurut Slamet 2004 tempat penyediaan air minum ternyata masih banyak yang belum memenuhi standar yang baik, karena keterbatasan
pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi, ataupun budaya.Suatu negara yang tingkat perekonomiannya rendah, biasanya penguasaaan terhadap teknologi juga
rendah, akibatnya kemampuan dalam mengolah dan mendayagunakan air masih belum canggih dan masyarakat pun belum mampu membeli air yang harus diolah
secara modern, yang tentunya mahal. Penyakit bawaan air tidak saja disebabkan
23
air minum yang tidak memenuhi standar, tetapi dipengaruhi oleh pula berbagai faktor sebagai berikut :
a. Air buangan yang lebih berbahaya tetapi tidak dikelola, sehingga meskipun air minum memenuhi standar, tetapi penyakit bawaan air
masih akan tetap banyak b. Air minum yang bersih seringkali perlu ditampung di rumah ataupun
diangkut dari keran umum ke rumah. Jika wadah air ini tidak bersih atau mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan
menjadi berbahaya kembali
B. Kerangka Pemikiran
Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini semakin memprihatinkan dan menimbulkan berbagai macam permasalahan sosial, ekonomi dan kesehatan.
Kondisi tersebut diperparah oleh banyaknya sumber pencemar dan kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya kesehatan lingkungan.
Ada tiga komponen yang membentuk lingkungan yaitu : komponen biotik, abiotik dan sosial. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Sebagai salah satu komponen sosial khususnya pada aspek teknologi, PT Tyfountex Indonesia, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah sudah memproduksi
tekstil selama puluhan tahun. Selama itu pula hasil samping dari pengolahan tekstil tersebut berupa limbah cair dibuang ke dalam badan perairan. Proses
pembuangan limbah, secara terus menerus dialirkan melalui selokan Ngenden yang menuju ke aliran Sungai Kudusan. Demikian juga dengan buangan limbah
cair dari Pabrik Rotan Swastama dibuang pada selokan yang sama. Di sekitar