Fed-batch umpan TG 4 Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol dari Hidrolisat Pati Sagu Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Var.ellipsoides Pada Kultivasi Nir Sinambung dan Semi Sinambung

Gambar 15. Perbandingan biomassa X, konsentrasi gula sisa S dan etanol EtOH hasil kultivasi fed-batch Aerasi penuh 1 vvm dan terekayasa berbagai konsentrasi. Sistem fed-batch dilakukan dengan penambahan substrat baru ke dalam media kultivasi pada saat biomassa telah mencapai kondisi maksimum. Fed-batch merupakan ilustrasi dari kultur curah atau batch dengan penambahan substrat secara kontinyu atau bertahap pada media tanpa pemindahan dari cairan kultur. Sehingga volume kultur bertambah seiring waktu, istilah ini diperkenalkan oleh Yoshida et al. 1973. Pada sistem fed-batch ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu setelah biomassa maksimum jam ke-30 dilakukan penambahan substrat. Pada perlakuan pertama penambahan disebut fed-batch aerasi penuh 1 vvm dengan dilakukan penambahan substat 16 dan tanpa melakukan penghentian aerasi. Pada perlakuan kedua dilakukan stop aerasi dengan variasi umpan 20 , 16 , 12 , 8 dan 4 . Penambahan substrat dilakukan menggunakan pompa peristaltik dengan kecepatan laju alir mengacu pada penelitian Wahyuni 2008, laju alir digunakan 0,01 mlmenit. Hasil kultivasi yang dilakukan pada sistem fed-batch ditunjukkan pada Gambar 15. Dari keenam perlakuan tersebut terlihat bahwa pada awal kultivasi terjadi penurunan konsentrasi total gula dari substrat yang ada. Peristiw ini seiring dengan terjadinya fase eksponensial dari kultur Saccharomyces cerevisiae var. 50 100 150 200 250 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 Ko n se n tras i g u la sisa g L Bio m ass a g L ; Et OH b v Waktu jam

F. Fed-batch umpan TG 4

X gL EtOH bv S gL Umpan ellipsoides. Penurunan konsentrasi total gula ini disebabkan pada fase tersebut, semua sel memiliki kemampuan untuk berkembang biak, sehingga nutrien yang ada banyak dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta pembentukan sel baru. Fase stasioner terjadi setelah fase eksponensial, yaitu laju pertumbuhan spesifik akan menurun akibat persediaan substrat menurun. Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan penambahan substrat baru sebagai umpan pada bioreaktor dilakukan pada jam ke-30. Perlakuan ini dilakukan dengan tujuan nutrient yang diumpankan tersebut dapat dipergunakan sebagai sumber makanan Saccharomyces cerevisiae var.ellipsoides untuk membentuk sel serta produksi etanol yang lebih banyak. Terjadinya perbandingan terbalik antara konsentrasi gula sisa dengan kadar etanol dan pertumbuhan sel kering biomassa. Terlihat bahwa dari semua perlakuan menunjukkan penurunan konsentrasi total gula sisa dan keadaannya sampai konstan, sedangkan untuk pertumbuhan sel meningkat serta seiringnya waktu kondisinya konstan namun untuk kadar etanol meningkat. Penurunan total gula selama proses kultivasi A terjadi dari konsentrasi 239,69 ± 2,21 gL menjadi 6,85 ± 0,53 gL dan peningkatan jumlah sel kering biomassa dari 3,88 ± 0,14 gL menjadi 45,68 ± 0,59 gL. Konsentrasi etanol yang dihasilkan 10,49 ± 0,13 bv dengan rendemen 58,63 vb. Efisiensi kultivasi dan pemanfaatan substrat masing-masing 88,12 dan 97,14 . Pada perlakuan B, proses kultivasi dilakukan dengan memberikan aerasi sampai jam ke – 30 dan selanjutnya aerasi distop serta pada saat tersebut diberikan umpan substrat dengan konsentrasi togal gula umpan 20 . Selama proses kultivasi pada perlakuan ini terjadi penurunan konsentrasi total gula dari 239,06 ± 1,33 gL menjadi 7,54 ± 0,18 gL, sedangkan peningkatan jumlah sel kering biomassa terjadi mulai 3,57 ± 0,08 gL menjadi 34,45 ± 0,95 gL. Penurunan total gula secara cepat mulai jam ke- 0 sampai jam ke- 18. Sedangkan peningkatan biomassa secara cepat mulai jam ke-0 sampai ke- 6. Konsentrasi etanol yang dihasilkan dari perlakuan ini adalah 11,69 ± 0,00 bv dengan rendemen 63,50 vb. Efisiensi kultivasi dan penggunaan substrat masing- masing 98,81 dan 97 . Pada perlakuan C, proses kultivasi dilakukan sama halnya dengan perlakuan B, hanya saja konsentrasi total gula umpan sebesar 16 . Selama proses kultivasi ini terjadi penurunan konsentrasi total gula dari 240,94 ± 0,44 gL menjadi 4,53 ± 0,07 gL. Sedangkan peningkatan jumlah sel kering biomassa dari 3,87 ± 0,15 gL menjadi 27,71 ± 0,55 gL. Selama proses kultivasi diperoleh etanol dengan konsentrasi 12,05 ± 0,13 bv dan rendemen 67,38 vb. Efisiensi kultivasi dan penggunaan substrat masing-masing 99,75 dan 98 . Pada perlakuan D, proses kultivasi dilakukan sama halnya dengan perlakuan B dan C, hanya saja konsentrasi total gula umpan sebesar 12 . Selama proses kultivasi ini terjadi penurunan konsentrasi total gula dari 239,69 ± 1,33 gL menjadi 5,40 ± 0,05 gL. Sedangkan peningkatan jumlah sel kering biomassa dari 3,54 ± 0,35 gL menjadi 32,92 ± 0,21 gL. Selama proses kultivasi diperoleh etanol dengan konsentrasi 11,81 ± 0,00 bv dan rendemen 68,04 vb. Efisiensi kultivasi dan penggunaan substrat masing-masing 98,65 dan 98 . Pada perlakuan E, proses kultivasi dilakukan sama halnya dengan perlakuan B, C dan D. Hanya saja konsentrasi total gula umpan sebesar 8 . Selama proses kultivasi ini terjadi penurunan konsentrasi total gula dari 240,00 ± 0,88 gL menjadi 5,58 ± 0,41 gL. Sedangkan peningkatan jumlah sel kering biomassa dari 3,68 ± 0,21 gL menjadi 38,98 ± 0,38 gL. Selama proses kultivasi diperoleh etanol dengan konsentrasi 11,74 ± 0,00 bv dan rendemen 69,72 vb. Efisiensi kultivasi dan penggunaan substrat masing-masing 97,96 dan 98 . Pada perlakuan F, proses kultivasi dilakukan sama halnya dengan perlakuan B, C, D dan E. Hanya saja konsentrasi total gula umpan sebesar 4 . Selama proses kultivasi ini terjadi penurunan konsentrasi total gula dari 240,31 ± 0,44 gL menjadi 5,60 ± 0,18 gL. Sedangkan peningkatan jumlah sel kering biomassa dari 3,84 ± 0,11 gL menjadi 33,92 ± 1,62 gL. Selama proses kultivasi diperoleh etanol dengan konsentrasi 11,62 ± 0,00 bv dan rendemen 71,26 vb. Efisiensi kultivasi dan penggunaan substrat masing-masing 98,88 dan 98 . Kultivasi Batch dan Fed-batch Aerasi Penuh 1 vvm Gambar 16. Perbandingan biomassa X, Konsentrasi gula sisa S dan etanol EtOH hasil kultivasi pada kedua perlakuan dengan menggunakan sistem batch dan fed-batch. Pada Gambar 16 terlihat bahwa pola pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoides pada perlakuan aerasi penuh 1 vvm batch dan fed- batch cenderung sama. Pada kedua perlakuan konsentrasi sel dengan bertambahnya waktu kultivasi semakin meningkat. Namun pada kultivasi fed- batch aerasi penuh 1 vvm dengan pengumpanan konsentrasi total gula sebesar 16 setelah jam ke- 30 peningkatan jumlah sel semakin besar, seiring dengan penurunan substrat yang ditandai dengan jumlah konsentrasi gula sisa. Pada kultivasi batch, konsentrasi gula tidak mengalami peningkatan dan bahkan cenderung menurun akibat digunakan oleh khamir untuk berkembang biak dan pembentukan etanol. Pada kultivasi fed-batch pada saat pemberian umpan pada jam ke – 30 jumlah konsentrasi total gula meningkat pada jam ke – 36 namun fenomena ini tidak berlangsung lama. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah sel dan etanol yang dihasilkan, sedangkan untuk laju pertumbuhan spesifik yaitu pada jam ke 6 mengalami titik maksimum dan selanjutnya menurun atau stabil. Kedua kondisi kultivasi diatas menunjukan bahwa dengan kondisi aerobik khamir Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoids dapat tumbuh dengan baik atau dengan kata lain terjadinya proses respirasi. Sedangkan pada kultivasi fed-batch 50 100 150 200 250 300 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 Ko n sen tr asi g u la sis a g L B io m ass a g L ; E tOH b v waktu jam

A. Kultivasi batch aerasi penuh