11
substrat utama bagi bakteri metanogenik untuk produksi metana dan melalui pelepasan oksigen untuk oksidasi metana disamping peran aerenkima Lantin et
al., 1998 dalam media emisi metana dari lahan sawah ke atmosfer. Sekitar 60- 90 CH
4
dilepaskan dari lahan sawah ke atmosfer ditransportasikan melalui aerenkima tanaman Aulakh et al., 2000.
Rosot CH
4
selama ini dikenal hanyalah melalui dua proses yaitu konsumsi oleh bakteri metanotrop dan reaksi dengan ion radikal di atmosfer bumi. CH
4
dapat bertahan selama 12 tahun di atmosfer, sedangkan nilai potensi pemanasan globalnya global warming potential adalah 23 kali lebih besar dari CO
2
. Konsentrasinya di atmosfer saat ini mencapai 1852 ppbv Wihardjaka dan
Setyanto, 2007.
2.2.2. Gas CO
2
Pada dasarnya kehadiran gas rumah kaca di atmosfer sangat penting karena gas tersebut membuat iklim bumi menjadi hangat dan stabil. Tanpa gas
rumah kaca di atmosfer, suhu permukaan bumi diperkirakan mencapai -18ÂșC. Tetapi konsentrasi gas rumah kaca yang berlebihan akan lebih banyak panas yang
dipantulkan kembali ke muka bumi yang menyebabkan suhu bumi semakin panas. CO
2
adalah gas rumah kaca yang menjadi sasaran untuk diturunkan konsentrasinya di atmosfer. Secara alami, gas CO
2
dihasilkan melalui dekomposisi bahan organik secara aerobik, erupsi vulkanik, respirasi manusia,
hewan, dan tanaman. Sedangkan akibat kegiatan manusia, CO
2
dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil, pertambangan gas bumi, dan kegiatan-kegiatan
pembakaran bahan organik seperti sampah, kayu bakar, dan sisa residu pertanian. Ketika revolusi industri baru dimulai, konsentrasi CO
2
di atmosfer sekitar 290 ppmv part per million volume. Saat ini konsentrasi CO
2
meningkat menjadi 375 ppmv. Peningkatan CO
2
tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antar besarnya sumber emisi source dengan daya rosotnya sink. Pada dasarnya
secara alami CO
2
merupakan bagian penting dari proses fotosintesis tanaman. Tetapi akibat perkembangan industri yang pesat, tingginya pemakaian bahan
bakar fosil dan laju deforestasi hutan-hutan alam yang semakin cepat menyebabkan daya pelepasan CO
2
dari sumber-sumber emisi lebih tinggi dibandingkan dengan daya tambatnya Wihardjaka dan Setyanto, 2007.
12
Karbondioksida dilepaskan dari tanah melalui respirasi tanah, termasuk tiga proses biologi, yaitu respirasi mikroba, respirasi akar, dan respirasi hewan,
dan 1 proses non-biologi, yaitu oksidasi kimia yang dapat terjadi pada suhu tinggi. Pada respirasi akar, sumber C adalah hasil dari fotosintesis dan di translokasikan
ke akar, sementara pemupukan dan residu akar menyediakan karbon untuk respirasi mikroba dalam tanah Rastogi, 2002.
Agus 2007, menyatakan bahwa sekitar separoh dari 200 t Cha yang dikandung biomassa di atas permukaan tanah, karena dijadikan papan dan
plywood, akan bertahan, sedangkan separoh lainnya yang terdiri dari cabang dan ranting pohon serta pohon yang masih kecil seringkali dibakar. Seiring dengan itu
lebih dari 10 cm lapisan atas tanah gambut juga ikut terbakar. Dalam 10 cm tanah gambut terkandung sekitar 60 t Cha. Dengan demikian sekitar 160 t C atau 587 t
CO
2
ha akan teremisi dalam proses pembukaan hutan gambut. Dengan demikian pengurangan emisi CO
2
dari lahan gambut pada dasarnya adalah melalui: 1 menghindari deforestasi hutan gambut, dan 2 memperbaiki sistem pengelolaan
lahan. Efek rumah kaca merupakan 4 isu ekologi utama secara global termasuk:
1 keseimbangan sumber daya lahan untuk generasi saat ini dan yang akan datang, 2 peran tanah dan kegiatan pertanian dalam emisi gas rumah kaca, 3
potensi pengelolaan sisa tanaman, restorasi tanah yang terdegradasi, dan konservasi pengolahan tanah dalam penambatan karbon pada tanah, dan 4
meminimumkan resiko degradasi tanah melalui peningkatan kualitas tanah. Tiap tahun peningkatan konsentrasi CO
2
di atmosfer adalah 3.2 x 10
15
g dan ada potensi untuk mitigasi pengaruhnya melalui penambatan C dalam tanah Lal,
1997.
2.2.3. Gas N