Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011 29
perusahaan yang dominan. Apabila CR40,8 menunjukkan industri tersebut sangat terkonsentrasi highly concentrated Hirschey, 2009
Ukuran lain untuk mengukur konsentrasi dalam sebuah industri adalah Herfindahl-Hirschman index HHI. HHI adalah jumlah dari kuadrat pangsa pasar
dalam sebuah industri Baye, 2006 atau
= dimana:
HHI = Herfindahl-Hirschman index w
= pangsa pasar perusahaan Nilai HHI akan bernilai antara 0 hingga 1. Nilai satu menunjukkan bahwa dalam
industri tersebut hanya terdapat satu perusahaan sedangkan semakin mendekati nol menunjukkan bahwa dalam industri tersebut terdapat banyak perusahaan. Apabila HHI
0,1 menunjukkan industri tersebut tidak terkonsentrasi, terkonsentrasi sedang moderately concentrated 0,1HHI0,18 dan sangat terkonsentrasi apabila HHI0,18
Hirschey, 2009.
Perilaku pasar menunjukkan tingkah laku perusahaan dalam industri dalam menghadapi persaingan termasuk di dalamnya kegiatan harga. Pada bagian ini
digunakan analisis Lerner index. Lerner index L dapat dihitung sebagai berikut Baye, 2003:
= −
dimana: L = Lerner index
P = harga MC = biaya marjinal
Lerner index menghitung selisih antara harga dengan biaya marjinal sebagai proporsi dari harga. Ketika perusahaan menetapkan harga sama dengan biaya
marjinalnya maka Lerner index bernilai nol. Nilai Lerner index berkisar antara nol hingga tak terhingga. Lerner index menunjukkan tingkat mark-up sebuah perusahaan,
semakin besar nilai Lerner index menunjukkan semakin besar nilai mark-upnya.
Kinerja menunjukkan keuntungan dan social welfare yang didapat dari pasar Baye, 2003. Pada penelitian ini digunakan pendekatan nilai tambah untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan dalam industri gula Metode analisis nilai tambah yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
metode Hayami. Metode ini menerapkan analisis pada subsistem pengolahan. Adapun perhitungan analisis nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 3.
30 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011
Tabel 3. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah
1 2
3 4
5 6
7
8 9
10 11
12 13
14
Output, Input, Harga Output Kuintaltahun
Input bahan baku Kuintaltahun Tenaga kerja Hari kerjatahun
Faktor konversi Koefisien tenaga kerja Hari kerjakuintal
Harga output Rpkuintal Upah tenaga kerja Rphari kerja
Pendapatan dan Keuntungan Harga bahan baku Rpkuintal
Sumbangan input lain Rpkuintal bahan baku Nilai produk Rpkuintal
a.
Nilai tambah Rpkuintal b.
Rasio nilai tambah a.
Imbalan tenaga kerja Rpkuintal b.
Bagian tenaga kerja a.
Keuntungan Rpkuintal b.
Tingkat keuntungan
Balas Jasa untuk Faktor Produksi Marjin Rpkg
a. Pendapatan tenaga kerja
b. Sumbangan input lain
c. Keuntunganbalas jasa perusahaan
a b
c ab = d
cb = e f
g h
i d x f = j
j – h – i = k kj = l
e x g = m mk = n
k – m = o ok = p
j – h = q mq
iq oq
Sumber: Hayami et al. 1987
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis nilai tambah menurut metode ini adalah
1. Membuat arus komoditas yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditas, lokasi,
lama penyimpanan, dan berbagai perlakuan yang pernah diberikan pada komoditas yang bersangkutan
2. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan finansial
3. Memilih dasar perhitungan
Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011 31
III. ANALISIS STRUCTRURE, CONDUCT
DAN PERFORMANCE SCP
3.1. Structure Struktur
Analisis struktur pasar yang dilakukan adalah menggunakan perhitungan concentration ratio empat perusahaan terbesar CR4 dan Herfindahl-Hirschman Index
HHI. Hasil perhitungan kedua indeks tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kapasitas Giling Produsen Gula Indonesia Tahun 2009
Perusahaan Kapasitas
Tonhari Pangsa
Pasar w w
2
CR4 HHI
PTPN XI 38.550
0,1872 0,0350
0,6038 0,1142
PTPN X 34.550
0,1677 0,0281
Sugar Group 31.300
0,1520 0,0231
PTPN IX 19.970
0,0970 0,0094
PG Rajawali I 12.600
0,0612 0,0037
PT Gunung Madu 12.000
0,0583 0,0034
PG Rajawali II 11.502
0,0558 0,0031
PTP VII 10.500
0,0510 0,0026
PTPN II 8.000
0,0388 0,0015
PTPN XIV 8.000
0,0388 0,0015
PG Gorontalo 8.000
0,0388 0,0015
PT Kebonagung 5.800
0,0282 0,0008
PT Madu Baru 3.200
0,0155 0,0002
PT Candi Baru 2.000
0,0097 0,0001
TOTAL 205972 1.0000
Sumber Media Data Riset 2009:
Gula berbasis tebu di Indonesia dihasilkan oleh dua jenis perusahaan yaitu perusahaan milik pemerintah atau BUMN dan perusahaan swasta. Perusahaan BUMN
umumnya mengelola pabrik tua dengan kinerjanya rendah sedangkan dari sisi bahan baku didapat dari petani sedangkan perusahaan swasta umumnya mengelola mesin yang
lebih baru dan mendapatkan bahan baku dari kebun milik sendiri Sawit, 2010.
Pada tahun 2009, kapasitas total pabrik gula di Indonesia adalah sebesar 205.972 ton per hari. Dengan kapasitas terbesar dimiliki oleh PTPN XI dengan 16 pabrik yang
dimiliki perusahaan tersebut. Dari empat perusahaan terbesar, hanya ada satu perusahaan swasta yaitu Sugar Group yang beroperasi di Lampung dengan tiga pabrik
yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan BUMN umumnya memiliki pabrik yang mempunyai kapasitas kecil sedangkan perusahaan swasta memiliki kapasitas yang lebih
besar seperti yang dimiliki oleh PT Gunung Madu Plantation dengan kapasitas 12.000 ton per hari Sawit, 2010.
32 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011
Dari CR4 terlihat bahwa empat perusahaan terbesar menguasai 60 persen pasar yang menunjukkan tingkat konsentrasi yang sedang. Sedangkan HHI bernilai 0,1142
yang menunjukkan juga tingkat konsentrasi yang sedang. Dari kedua indeks tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi perusahaan di industri gula terkonsentrasi
dengan sedang dan di dalam industri gula terdapat perusahaan yang memproduksi gula.
3.2. Conduct Perilaku
Perilaku pasar dilihat dari Lerner Index yang menunjukkan selisih antara harga dengan biaya yang diproporsikan dengan harga. Dalam perhitungan Lerner Index ini,
harga jual dilihat dari harga lelang dan biaya ditunjukkan dengan biaya pokok produksi Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Pokok Produksi, Harga Lelang dan Lerner Index Industri Gula
Indonesia 2004-2010 Tahun
Biaya Pokok Produksi
Harga Lelang Lerner Index
2004 3.100 3.776 0,2181 2005 3.400 4.798 0,4112
2006 4.400 5.547 0,2607 2007 4.700 5.549 0,1806
2008 4.900 5.289 0,0794 2009 5.100 6.758 0,3251
2010 6.250 8.116 0,2986
Sumber: Colosewoko dalam Sawit 2010
Lerner Index industri gula berfluktuasi dari tahun 2004 hingga 2010. Hal ini disebabkan tiap tahunnya kenaikan biaya produksi seringkali tidak sebanding dengan
kenaikan harga jual malah pada tahun 2008 harga jual mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan pada industri gula berfluktuatif tergantung dari harga
jual yang diterima sedangkan biaya produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan yang relatif stabil.
3.3. Performance Perilaku
Dalam menganalisis perilaku dari industri gula Indonesia digunakan analisis nilai tambah di salah satu perusahaan BUMN yaitu PTPN VII di pabrik gula Bunga Mayang.
Pabrik Bunga Mayang. Pabrik Bunga Mayang merupakan salah satu penggilingan tebu yang dimiliki oleh PTPN VII yang berbasis di Lampung selain PG Cinta Manis.
Analisis nilai tambah dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai tambah Hayami. Nilai tambah yang diperoleh menggunakan satuan rupiah per kuintal gula.
PT Bunga Mayang menghasilkan output dari tiga sumber tebu yang berbeda yakni tebu sendiri TS, tebu rakyat TR, dan tebu rakyat bebas TRB. Dalam
perhitungan ini, tebu yang digunakan dan gula yang dihasilkan oleh PT Bunga Mayang