Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Pragmatik merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari maksud tuturan Rustono 1999:14. Pragmatik membawa pengkajian bahasa lebih jauh ke dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk komunikasi praktis dalam segala situasi yang mendasari interaksi kebahasaan antara manusia dengan anggota masyarakat. Sebenarnya penelitian pragmatik di Indonesia telah banyak dilakukan, tetapi kajian mengenai tuturan humor masih terbatas. Para peneliti bahasa yang telah melakukan penelitian ini antara lain Handayani 2003, Effendi 2005, Masriah 2008, Hidayah 2009, dan Sitaresmi 2009. Penelitian berjudul Tuturan Humor dalam Wacana Ketoprak Humor di RCTI Kajian Sosiopragmatik dilakukan oleh Handayani 2003. Aspek- aspek yang dibahas dalam penelitian ini adalah pelanggaran prinsip percakapan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam wacana ketoprak humor. Selain itu dibahas pula faktor-faktor penyebab munculnya tuturan humor dalam ketoprak humor RCTI, kemudian dianalisis pula aspek kebahasaan yang dimanfaatkan dalam ketoprak humor RCTI. Hasil penelitian ini ditemukan adanya pelanggaran bidal-bidal prinsip kerjasama, yaitu bidal kuantitas, bidal kualitas, bidal relevansi, dan bidal cara dalam wacana ketoprak humor RCTI. Selain itu, dalam wacana ketoprak humor juga ditemukan pelanggaran prinsip kesantunan, antara lain bidal ketimbangsaraan, bidal kerendahhatian, bidal kesetujuan, dan bidal kesimpatian. Adapun faktor penyebab kelucuan dari wacana tersebut adalah faktor dari dalam pemain dan dari luar pemain. Faktor dari dalam pemain berupa tuturan yang diplesetkan, salah ucap, tuturan yang dilontarkan untuk menyindir lawan main bahkan sindiran lewat fisik lawan mainnya. Hal tersebut menimbulkan salah satu pemain dijadikan korban dalam mencapai kelucuan. Adapun faktor dari luar pemain adalah pelemparan barang-barang yang dilakukan secara bertubi-tubi oleh penonton pada pemain dan pemainpun menerima kemudian memperlihatkan ekspresi wajah yang buruk sehingga menimbulkan kelucuan. Perbedaan penelitian Handayani dengan penelitian ini adalah pada penelitian Handayani menggunakan kajian sosiopragmatik yang membahas pelanggaran prinsip percakapan dan pelanggaran prinsip kesantunan serta faktor-faktor penyebab munculnya tuturan humor. Selain itu, dalam penelitian Handayani juga menganalisis mengenai aspek kebahasaan yang digunakan dalam tuturan humor. Pada penelitian ini menganalisis mengenai strategi tutur yang menggunakan teori pragmatik dengan analisis jenis tindak tutur menurut Austin dan pelanggaran prinsip kesantunan yang ada dalam wacana humor Apa Tumon. Effendi 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Tindak Tutur Gus Dur sebagai Pengungkapan Humor Kajian Pragmatik mengkaji masalah jenis tindak tutur Gus Dur dan fungsi pragmatis tindak tutur Gus Dur sebagai pengungkapan humor. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis tindak tutur yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi tindak tutur konstantif, performatif, lokusi, ilokusi, perlokusi, langsung, tak langsung, harfiah, tak harfiah, langsung harfiah, langsung tak harfiah, tak langsung harfiah, tak langsung tak harfiah, representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan isbati. Adapun fungsi tuturan yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi fungsi representatif menyatakan, melaporkan, menegaskan, dan meyebutkan. Fungsi direktif menyuruh, memohon, meminta, dan bertanya. Fungsi ekspresif memuji, mengkritik, mengeluh, dan mengejek. Fungsi berjanji, bersumpah, dan mengancam. Fungsi isbati memutuskan, melarang, dan mengizinkan. Perbedaan penelitian Effendi dengan penelitian ini adalah pada penelitian Effendi mengkaji masalah jenis tindak tutur dan fungsi pragmatik. Pada penelitian ini mengkaji masalah strategi tutur dengan menganalisis jenis tindak tutur lebih khusus, yakni tindak tutur menurut Austin dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam wacana humor. Marsiah 2008 dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Wacana Humor OB Office Boy di RCTI menemukan adanya jenis tindak tutur dalam wacana OB, yakni tindak tutur perlokusi-konstatif, performatif, lokusi, ilokusi, representatif, direktif, ekspresif, komisif, isbati, langsung, tidak langsung, harfiah, tidak harfiah, dan vernakuler. Fungsi dalam tuturan OB, yaitu fungsi representatif meliputi fungsi representatif menyatakan, menunjukkan, mengakui, menyebutkan, meyakini, dan memberitahukan. Fungsi direktif meliputi fungsi direktif menyuruh, meminta, memohon, mengajak, mendesak, dan menyarankan. Fungsi ekspresif meliputi fungsi ekspresif memuji, menyalahkan, bersyukur, mengeluh, dan berharap. Fungsi komisif berjanji, fungsi isbati melarang, dan mengabulkan. Efek dalam wacana OB meliputi efek positif maklum, melegakan, tertarik, terdorong, menyenangkan, sabar, menurut, dan bangga. Efek negatif malu, curiga, marah, tersinggung, sedih, tidak dipercaya, dan menertawakan. Efek psikologis melegakan, tertarik, terdorong, senang, sabar, menurut, bangga, malu, curiga, marah, tersinggung, sedih, tidak dipercaya, dan menertawakan. Perbedaan penelitian Marsiah dengan penelitian ini adalah pada penelitian Marsiah menganalisis jenis tindak tutur pada wacana OB yang kemudian dapat diketahui fungsi serta efek yang ditimbulkan dari tuturan wacana tersebut. Pada penelitian ini menganalisis strategi tutur yang digunakan dalam wacana humor Apa Tumon dengan konsep jenis tindak tutur menurut Austin dan pelanggaran prinsip kesantunan dari tuturan humor wacana humor Apa Tumon. Hidayah 2009 mengangkat judul Jenis Tindak Tutur dan Pelanggaran Prinsip Kesantuan dalam Wacana Empat Mata di Trans 7 sebagai skripsinya. Dalam skripsi tersebut, Hidayah menemukan delapan jenis tindak tutur, yaitu lokusi, tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi, representatif, direktif, ekspresif, komisif, deklarasi. Selain jenis tindak tutur, dalam penelitian ini mendeskripsikan enam bidal yang dipatuhi dan enam bidal yang dilanggar yaitu bidal ketimbangsarasan, kemurahhatian, keperkenaan, kerendahhatian, kesetujuan, kesimpatian, implikasi pematuhan dan pelanggaran dalam wacana acara empat mata di trans 7 terhadap penonton. Perbedaan penelitian Hidayah dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian. Hidayah memanfaatkan wacana empat mata di trans 7 sebagai objeknya, sedangkan pada penelitian ini memanfaatkan wacana humor Apa Tumon yang ada di majalah Panjebar Semangat. Selain itu, hasil analisis dari penelitian ini, juga bertujuan untuk mengidentifikasi strategi tutur dan mendeskripsi wujud pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat pada wacana humor Apa Tumon. Sitaresmi 2009 dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ekspresif pada Wacana Humor Politik Verbal Tulis “Presiden Guyonan” Butet Kertaredjasa mengkaji mengenai variasi tuturan. Hasil dari penelitian ini berdasarkan jenis tindak tutur dalam tuturan ekspresif ditemukan tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi, tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur harfiah, tindak tutur tak harfiah. Berdasarkan fungsi pragmatis tindak tutur ekspresif ditemukan fungsi ekspresif yang meliputi fungsi ekspresif mengkritik, menyindir, mengeluh, menyanjung, dan menyalahkan. Sedangkan kemungkinan efek yang ditimbulkan oleh tuturan humor ditemukan beberapa efek yang meliputi efek positif dan negatif. Efek positifnya yakni intropeksi diri dan membuat lega. Sedangkan efek negatifnya membuat jengkel dan membuat terhina. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Sitaresmi dengan penelitian ini adalah pada penelitian Sitaresmi menganalisis mengenai variasi tuturan yang dideskripsikan berdasarkan jenis tindak tutur, fungsi pragmatis, dan efek yang ditimbulkan oleh tuturan humor. Pada penelitian ini menganalisis mengenai strategi tutur dengan konsep analisis jenis tindak tutur menurut Austin dan pelanggaran prinsip kesantunan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan para peneliti bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa kajian mengenai pragmatik telah banyak dilakukan. Meskipun demikian masih ada peluang yang belum diteliti secara khusus, yakni mengenai strategi tutur dalam wacana humor Apa Tumon di majalah Panjebar Semangat. Pada penelitian ini selain melengkapi kajian terhadap strategi tutur juga melengkapi kajian tentang wacana humor Apa Tumon sebagai objek penelitian, sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pustaka bagi peneliti selanjutnya.

2.2 Landasan Teoretis